GANGGUAN KARDIOVASKULAR
“Hipertensi”
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Definisi
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. Sedangkan
menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit
kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
2. Etiologi
belum jelas atau diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya
hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling
(Yanita, 2017)
3. Patofisiologi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
NaCl (garam) dengan cara me-reabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim atau yang sering menyertai penderita
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa gejala yang dirasakan pasien yang menderita hipertensi menurut (Hinton et
● Merasa lemas
● Sesak nafas
● Gelisah
● Epitaksis
● Kesadaran menurun
5. Diagnosis
Diagnosis merupakan suatu bagian yang terdapat dalam proses penentuan jenis
penyakit dengan mengamati secara subjektif dan objektif dari manifestasi klinis serta
memerlukan tiga kali pengukuran tekanan darah selama tiga kali kunjungan secara
6. Diagnosis Banding
Hipertensi sekunder harus selalu dicari sebagai diagnosis banding terutama jika pasien
berada pada usia ekstrim (muda atau tua). Hiperaldosteronisme, koarktasio aorta,
stenosis arteri renalis, penyakit ginjal kronis, dan penyakit katup aorta harus selalu
disingkirkan.
7. Tatalaksana
Non-Farmakologis
tekanan darah; yang telah terbukti dengan uji klinis adalah penurunan berat badan,
lain berupa konsumsi probiotik, diet tinggi protein, serat, minyak ikan, suplemen
kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan kognitif, belum banyak didukung data
lebih efisien dan efektif dari segi biaya jika dibanding berbasis tekanan darah saja.
kardiovaskuler rekuren pada pasien klinis penyakit kardiovaskuler dan rata-rata sistole
130 mmHg atau diastole 80 mmHg, serta pada dewasa dengan perkiraan risiko 10
tahun penyakit kardiovaskuler aterosklerotik (ASCVD) 10% atau lebih dengan rata-
setiap tahun.
Indonesia masih mengacu pada algoritma yang diterbitkan oleh JNC VII dalam
Kemudian pemberian obat disesuaikan dengan stadium hipertensi dan indikasi yang
mendukung lainnya seperti gagal jantung, riwayat infark miokardium, risiko tinggi
penyakit koroner, diabetes, penyakit ginjal kronis, dan riwayat stroke berulang.
Strategi tatalaksana Farmakologis Hipertensi Esensial
terapi kombinasi, single pill combination (SPC) therapy untuk meningkatkan ketaatan,
dan penggunaan SPC sebagai terapi awal kebanyakan penderita hipertensi, kecuali
pada lanjut usia dan tekanan darah normal-tinggi. Terapi kombinasi awal lebih efektif
daripada monoterapi dosis maksimal. Kombinasi obat juga telah terbukti aman dan
dapat ditoleransi. Pada hipertensi yang tidak dapat terkontrol dengan kombinasi 2 obat
blockers (CCBs)/ diuretik, penyekat beta dengan diuretik atau obat jenis lain
merupakan alternatif jika terdapat indikasi penggunaan penyekat beta seperti angina,
diberikan pada penderita hipertensi stadium 1 dengan sistolik < 150 mmHg, pasien
risiko sangat tinggi dengan tekanan darah normal-tinggi, atau pasien lansia. Pada
Tatalaksana dasar adalah kombinasi obat antihipertensi dengan modifikasi gaya hidup.
Terapi farmaka tidak hanya menurunkan tekanan darah namun sekaligus mengurangi
risiko stroke dan kematian. Beberapa jenis obat dapat menurunkan tekanan darah
(tabel 6). Jenis obat untuk terapi awal didasarkan pada efektivitasnya dalam
mengurangi kejadian klinis serta ditoleransi dengan baik, antara lain: diuretik tiazid,
penghambat ACE, ARBs, dan CCBs. Terapi awal hipertensi umumnya menggunakan
satu jenis obat; kombinasi dengan jenis obat lain direkomendasikan pada hipertensi
stadium 2 atau rerata tekanan darah > 20/10 mmHg melebihi tekanan darah target.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan jenis obat antara lain usia,
Kombinasi obat dengan mekanisme kerja sama perlu dihindari; misalnya kombinasi
obat penghambat ACE dengan ARBs, karena efektivitas masing-masing obat akan
Penurunan tekanan darah penderita hipertensi dapat menurunkan risiko penyakit lain.
mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg. Target penurunan tekanan darah pada
jangka panjang; dapat dipertimbangkan target tekanan darah < 130/80 mmHg.
8. Komplikasi
atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini
akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA
dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan
pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat
terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh
darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena
otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui
pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah
yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus aliran darah keunit
fungsional ginjal, yaitu nefron dapat terganggu dan dapat berlanjut menjadi
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mngkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu menglami kejang selama atau
9. Prognosis
Terdapat beberapa skor prediktor yang dapat digunakan untuk menilai prognosis
jangka panjang. Tekanan darah termasuk salah satu komponen penting untuk
tekanan darah sistolik, kadar kolesterol total, diabetes, status merokok, jenis kelamin,
10 tahun dengan komponen penilaian berupa TDS, usia, penggunaan obat anti
hipertensi, diabetes, status merokok, kadar total kolesterol dan HDL serum.
menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung iskemik sebesar 17%, gagal jantung
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari hipertensi
itu sendiri serta mengetahui bagaimana peran dan tanggung jawab interprofesi
C. Manfaat
Manfaar dari laporan home visit ini sendiri adalah untuk sebagai pembelajaran
mahasiswa fakultas ilmu kesehatan dan fakultas kedokteran dalam hal peran dan tanggung
BAB II
ISI
ASSESSMEN AWAL
ASESMEN
AWAL MEDIS Nama :
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : th
Alamat :
Jalan :
RT/RW :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi : Jawa Timur
Pendidikan terakhir : -
Agama : Islam
BB:
TB:
ASSESSMEN
AWAL
KEPERAWA
TAN
ASSESSMENT
AWAL
FARMASI
ASSESSMENT
AWAL
FISIOTERAPI
LABORATO
RIUM Tidak ada
RADIOLOGI/
IMAGING Tidak ada
PENUNJANG
LAIN Cek gula darah, asam urat,
kolesterol
FAKTOR
RESIKO MEDIS - Pola tidur : pasien sering
terbangun tengah malam
- Pola makan : teratur, tidak
suka makanan asin, daging,
dan pedas
- Pasien tidak rutin
mengkonsumsi obat yang
telah diberikan dan hanya
mengonsumsi ketika
merasa sakit saja
FAKTOR
RESIKO - Pasien mengatakan bahwa
KEPERAWAT
AN dirinya sering jalan – jalan
di sekitar rumah tiap hari
- Pasien mengatakan bahwa
sering terjaga dan pola
tidurnya berubahPasien
juga mengeluh adanya
penurunan nafsu makan
akhir-akhir ini.
FAKTOR
RESIKO 1. Pasien tidak rutin dalam
FARMASI minum obat karena merasa
bosan
2.
FAKTOR
RESIKO ● Pasien jarang melakukan
FISIOTERAPI olahraga untuk meningkatkan
kebugaran dan kesehatan
tubuhnya.
RIWAYAT
PENYAKIT DI Keluarga tidak memiliki
KELUARGA keluhan yang sama.
PERSEPSI
KELUARGA - Keluarga memahami
TERHADAP penyakit yang diderita
MASALAH oleh pasien dan peduli
KESEHATAN dengan masalah
PASIEN kesehatan pasien
KEPEDULIAN
KELUARGA - Hubungan pasien dan
TERHADAP keluarga sangatlah
MASALAH terjalin dengan kuat.
Keluarga pasien selalu
KESEHATAN
PASIEN memberikan dukungan
dan motivasi agar
pasien rutin dalam
pengobatan dan
menghindari faktor
yang memperburuk
sakitnya. Keluarga juga
menyediakan
akomodasi dalam
pengobatan seperti
asuransi kesehatan.
-
STRES DAN
PERUBAHAN - Tidak ada
DALAM
KELUARGA
SELAIN
MASALAH
KESEHATAN
PASIEN
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS MEDIS
Essential (Primary)
Hypertension
(ICD 10: I10)
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN 1. Nyeri Kronis b.d Kondisi
kronis (Hipertensi)
DIAGNOSIS
FISIOTERAPI ● Pain, spasme, at causa
hipertensi
DAFTAR
MASALAH
KELUARGA
FAKTOR
PENDUKUNG - Pasien mengetahui
bahwa dirinya telah
terdiagnosa hipertensi
sejak kontrol ke dokter.
- Pasien juga mengurangi
makanan asin seperti
yang disarankan oleh
dokter dan keluarganya.
-
FAKTOR
PENGHAMBAT - Pasien tidak mau
mengkonsumsi obat
secara rutin karena
seringkali merasa bosan
- Saat wawancara pasien
mengatakan bahwa
dirinya jarang
melakukan olahraga
dalam kegiatan sehari-
harinya. Hanya
melakukan aktivitas
harian biasa tanpa
melakukan latihan
aktivitas fisik atau
berolahraga.
-
EDUKASI/
INFORMASI - Mengedukasi pasien
MEDIS mengenai penyakitnya,
faktor risiko, dan
strategi terapi yang
akan dilakukan
- Mengedukasi untuk
rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan
atau kontrol pada dokter
dan konsumsi obat
sesuai anjuran dokter
- Pasien dengan
Hipertensi rentan
mengalami stres oleh
karena itu dapat
diedukasi mengenai
penanganan/manajemen
stress yang tepat
- Aktivitas fisik rutin
tetap bisa dilakukan
karena dapat
menurunkan tekanan
darahnya
- Mengedukasi keluarga
pasien untuk ikut
mendukung dan
menjaga pola hidup
sehat pasien
EDUKASI/
KONSELING GIZI - Mengedukasi mengenai
menjaga/mempertahank
an berat badan ideal
- Hindari konsumsi
makanan tinggi garam,
MSG, dan berlemak
- Konsumsi buah dan
sayur yang beragam
secara rutin baik
sebagai makanan utama
maupun selingan
EDUKASI
KEPERAWATAN - Menganjurkan
memonitor nyeri dan
TD
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
- Mengedukasi pasien
untuk melakukan
manajemen stres
- Mengedukasi pasien
terkait dengan
melakukan aktivitas
fisik ringan.
EDUKASI
FARMASI - Menyarankan pasien
untuk tetap meminum
obat sesuai anjuran
dokter
- memantau
penyimpanan dan
pembuangan obat
- mengurangi aktivitas
berat
EDUKASI
FISIOTERAPI ● Menyarankan pasien
untuk melakukan
olahraga low impact
untuk menjaga
kebugaran tubuh seperti
jalan cepat, renang dan
yoga. Olahraga bisa
dilakukan sebanyak 1
kali seminggu
● Melakukan penguluran
otot (stretching) pada
leher untuk mengurangi
ketegangan otot dan
nyeri yang diakibatkan
dari hipertensi.
FARMAKOLOGIS
- Obat oral
- INJEKSI ○ Captopril 2x1
- OBAT ORAL
- OBAT LAIN
NON
FARMAKOLOGIS - Modifikasi gaya hidup
dengan cara mengatur
makanan yang
dikonsumsi dan rutin
melakukan aktivitas
fisik
-
TATA LAKSANA
INTERVENSI Pemberian obat untuk pencegahan
MEDIS
- Captopril 2x1
TATA LAKSANA
INTERVENSI GIZI - Menjaga/mempertahankan
berat badan ideal pasien
- Pengaturan pola makan
dengan :
- Hindari makanan
dengan kandungan
natrium tinggi
( garam < 5-6 g/hari)
- Konsumsi buah dan
sayur yang beragam
secara rutin baik
sebagai makanan
utama maupun
selingan (> 200 g /
hari)
TATA LAKSANA
INTERVENSI - Melakukan manajemen
KEPERAWATAN nyeri
- Melakukan edukasi
aktivitas fisik
- Melakukan edukasi
aktivitas serta kebutuhan
istirahat.
TATA LAKSANA
INTERVENSI - Mengedukasi tentang tujuan
FARMASI obat yang diresepkan
- Mengedukasi cara minum
obat
- Mengedukasi hal-hal yang
perlu dimonitor saat
pengobatan berlangsung
- Mengedukasi bahaya dari
putus obat yaitu jangka
waktu pengobatan akan
diperpanjang
-
TATA LAKSANA
INTERVENSI ● Memberikan intervensi
FISIOTERAPI untuk mengurangi nyeri
pada leher
● Memberikan intervensi
hidroterapi untuk
menurunkan tekanan darah
● Memberikan edukasi terkait
olahraga low impact yang
dapat dilakukan di rumah
untuk meningkatkan
kebugaran tubuh.
REKOMENDASI
PENYELESAIAN - Keluarga dapat
MASALAH mengingatkan pasien
BERDASARKAN untuk rutin mengkonsumsi
HASIL obatnya sesuai dengan
ASSESSMENT anjuran dokter.
MASALAH - Keluarga dapat
KELUARGA mendukung pola diet
pasien dengan
mengingatkan pasien
untuk menjaga berat
badan, mengkonsumsi
makanan yang sehat, serta
juga bisa ikut melakukan
pola makan sehat bersama
pasien
DOKTER
- TTV
- Kepatuhan pasien dalam
konsumsi obat
- Kepatuhan pasien dalam
menjaga berat badan dan
mengatur pola diet yang
sesuai
KEPERAWATAN
Manajemen Nyeri (1.08238) :
1. Observasi
● Mengidentifikasi respon
nyeri nonverbal
● Mengidentifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
● Monitor skala nyeri secara
berkala
● Mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
informasi
● Memonitoring kegiatan
aktivitas fisik harian.
Edukasi Aktifitas/Istirahat
(1.12362)
1. Observasi
● Memonitor kebutuhan
istirahat pasien.
● Memonitor jadwal
istirahat
GIZI
FARMASI
- memonitoring kepatuhan
pasien minum obat
- pemantauan terapi obat
untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien
FISIOTERAPI
● Memonitoring TTV
● Memonitoring keluarga
dalam membantu pasien
untuk melakukan latihan-
latihan di rumah untuk
meningkatkan kebugaran
tubuh pasien
● Memonitoring latihan-
latihan yang dilakukan
pasien secara mandiri
OUTCOME/HASIL
MEDIS
- Pasien patuh dalam
mengkonsumsi obatnya
- Pasien mampu menjaga
dan mempertahankan berat
badan idealnya
KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan
intervensi selama 2x24
jam, maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria
hasil (L.08066) :
2. Setelah dilakukan
intervensi selama 2x24
jam, maka status sirkulasi
membaik dengan kriteria
hasil (L.02016) :
3. Setelah dilakukan
intervensi selama 1x24
jam, maka pola tidur
membaik dengan kriteria
hasil (L.05045) :
GIZI
FARMASI
- Diharapkan untuk tetap
meminum obat walaupun
kadang merasa bosan
- diharapkan obat yang
dikonsumsi dapat
mengurangi rasa sakit
FISIOTERAPI
● Setelah dillakukan terapi
sebanyak 2 kali dalam
seminggu, ditemukan bahwa
pasien sudah mengalami
penurunan nyeri pada otot
lehernya dari yang awal
skor nyerinya 6 menjadi 4
dan tekanan darah yang
awalnya 140/90 mmHg
menjadi 125/85 mmHg.
FISIOTERAPI
LAMPIRAN PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. ER
Agama : Islam
Umur : 22 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Ras : Jawa
Alamat : Jl. Alpukat, Kertosono-Nganjuk
Pendidikan terakhir : Lulus SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Diagnosa Medis : Hipertensi.
a. Keluhan Utama
● Lokasi: Kepala
● Durasi: sejak 2018
● Kualitas: terasa nyut-nyut
● Frekuensi: hilang tombul
● Intensitas: skala 6
● Faktor yang memperburuk nyeri: Saat kondisi panic pasien sering kali
merasakan sakit kepalanya kambuh.
● Faktor yang meringankan neyri: Istirahat yang cukup dan konsumsi obat
pereda nyeri.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat ini pasien sehat dan hanya menjalankan pengobatan secara rutin.
d. Riwayat Alergi
Alergi seafood dan alergi hawa dingin.
Pasien mengetahui bahwa dirinya telah terdiagnosa hipertensi sejak kontrol ke dokter.
Pasien mematuhi untuk menerapkan pengobatan dengan rutin meminum obat yang
diresepkan dokter. Pasien juga mengurangi makanan asin seperti yang disarankan
oleh dokter dan keluarganya.
Dari hasil wawancara pasien mengatakan bahwa pola makan pada akhir-akhir ini
menurun akan tetapi hal tersebut tidak menganggu atau tidak menimbulkan masalah
yang serius.
c. Pola Eliminasi
Pola eliminasi pasien lancer seperti pada kondisi normalnya, tidak ada gangguan
eliminasi secara serius.
Saat wawancara pasien mengatakan bahwa dirinya jarang melakukan olahraga dalam
kegiatan sehari-harinya. Hanya melakukan aktivitas harian biasa tanpa melakukan
latihan aktivitas fisik atau berolahraga.
Pasien juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini mengalami sulit tidur dan jam tidurnya
terganggu.
f. Pola Perseptual
Pasien tidak memiliki masalah pada panca indra. Pasien masih dapat berbicara,
mendengar, dan membaca dengan baik.
Pasien paham akan penyakitnya dan menerima pengobatan dengan rutin akan tetapi
memang pasien terkadang merasa bosan dalam terapinya khususnya untuk minum
obat.
Hubungan pasien dan keluarga sangatlah terjalin dengan kuat. Keluarga pasien selalu
memberikan dukungan dan motivasi agar pasien rutin dalam pengobatan dan
menghindari faktor yang memperburuk sakitnya. Keluarga juga menyediakan
akomodasi dalam pengobatan seperti asuransi kesehatan.
Pasien dalam menghadapi penyakitnya saat dirasa penyakitnya kambuh pasien akan
segera memeriksakan diri ke rumah sakit. Pasien memang jarang melakukan medical
checkup karena pasien melakukan kontrol hanya pada saat merasakan sakinya saja.
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada.
6. Program Terapi
● Captopril (2x1)
● Paracetamol
B. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis b.d Kondisi kronis (Hipertensi)
b. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Hipertensi
c. Gangguan Pola Tidur b.d Kurang kontrol tidur d.d Kecemasan
C. Intervensi Keperawatan
3. Edukasi
● Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
● Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
● Mengkolaborasikan
pemberian analgesic jika
perlu.
3. Edukasi
● Menjelaskan manfaat
kesehatan dan efek fisiologis
olahraga
● Menjelaskan jenis latihan
yang sesuai dengan kondisi
kesehatan
3. Edukasi
● Menganjurkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat
● Menjelaskan pentingnya
olahraga secara rutin
● Menganjurkan menyusun
jadwal istirahat
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak,
baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan
B. Saran
Saran dalam kelompok kami adalah semoga praktikum home visit dapat lebih
baik kedepannya sehingga dapat memperlancar proses jalannya blok IPE. Kami sadar
bahwa kami masih memiliki kekurangan baik dari tulisan maupun bahasa yang kami
sajikan. Oleh karena itu, mohon diberikan saran serta kritik yang membangun dari
para pembaca agar kami bisa membuat laporan home visit lebih baik lagi khususnya
pada pasien hipertensi serta semoga laporan home visit ini bermanfaat dalam
memberikan wawasan dan pengetahun untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA