Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DI UPTD

PUSKESMAS NON RAWAT INAP GILANG TUNGGAL MAKARTA KABUPATEN


TULANG BAWANG BARAT

THE EFFECT OF ELDERLY GYMNASTICS ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN


UPTD NON-INPATIENT HEALTH CENTER GILANG TUNGGAL MAKARTA, WEST
TULANG BAWANG REGENCY

Janu Purnomo1, Gunawan Irianto2, Dian Asih Rianty3.


1,2,3
Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Email Correspondence: eko.2021206203094p@student.umpri

ABSTRAK : PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH DI UPTD PUSKESMAS NON RAWAT INAP GILANG
TUNGGAL MAKARTA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT.Tekanan
darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot. Aktifitas olahraga
senam lansia membantu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal
dan membantu menghilangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk diketahui pengaruh
senam lansia terhadap penurunan tekanan darah di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap
Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan desain ”Quasi experimental pre-post test” dengan melibatkan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Populasi adalah lansia penderita hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Gilang Tunggal Makarta pada desa Pagar jaya berjumlah
32 orang pada tahun 2022 dan sampel penelitan sebanyak 29 dengan kriteria inklusi &
eklusi. Waktu pelaksanaan pada tanggal 02 Desember hingga 12 Desember. Analisis
Bivariat menggunakan uji Paired T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan sebelum
diberikan senam lansia rata rata nilai sistole 166,55 mmHg & nilai diastole 97, 24
mmHg. Sedangkan setelah diberikan senam lansia rata rata nilai sistole 152, 76 mmHg
& nilai diastole 88,28 mmHg. Hasil uji Paired T-Test P-Value 0,000 yang mana Ha
diterima atau terdapat penurunan tekanan darah di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap
Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat. Disarankan kepada seluruh
pihak untuk mendukung perawatan para lansia dengan hipertensi baik melalui
kepatuhan minum obat maupun dengan senam hipertensi secara rutin.
Kata Kunci : Senam Lansia, Hipertensi, Tekanan Darah

ABSTRACT : THE EFFECT OF ELDERLY GYMNASTICS ON BLOOD


PRESSURE REDUCTION IN UPTD NON-INPATIENT HEALTH CENTER
GILANG TUNGGAL MAKARTA, WEST TULANG BAWANG REGENCY.
Blood pressure will increase after the age of 45-55 years, the walls of the arteries will
be thickened by the accumulation of collagen substances in the muscle layer. Elderly
gymnastics sports activities help train bones to stay strong, encourage the heart to work
optimally and help eliminate. The purpose of this study was to determine the effect of
elderly gymnastics on reducing blood pressure at the UPTD Non-Inpatient Health
Center Gilang Tunggal Makarta, West Tulang Bawang Regency. This type of research
is quantitative with a "Quasi experimental pre-post test" design involving control
groups and intervention groups . The population is elderly people with hypertension in
the work area of the Gilang Tunggal Makarta Health Center in Pagar Jaya village
totaling 32 people in 2022 and 29 research samples with inclusion & exclusion criteria.
The implementation time is from December 02 to December 12. Bivariate Analysis
using Paired T-Test. The results of this study showed that before being given
gymnastics, the average cystole value was 166.55 mmHg & diastole value was 97.24
mmHg. Meanwhile, after being given gymnastics, the average sistole value was 152.76
mmHg & diastole value was 88.28 mmHg. The results of the Paired T-Test P-Value test
are 0.000 where Ha is received or there is a decrease in blood pressure at the UPTD
Non-Inpatient Health Center Gilang Tunggal Makarta, West Tulang Bawang Regency.
It is recommended to all parties to support the treatment of the elderly with
hypertension both through adherence to taking medications and with hypertension
gymnastics regularly.
Keywords : Elderly Gymnastics, Hypertension, Blood Pressure

PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu contoh penyakit degeneratif.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik, sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya
90mmHg (Prise & Wilson, 2006 dalam Muliyasari, 2015). Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang disebabkan berbagai faktor. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Resistensi perifer merupakan tahanan pembuluh darah (terutama arteriol) terhadap aliran darah.
Resistensi ini terutama dipengaruhi oleh jari-jari pembuluh darah dan viskositas darah.
Sedangkan, peningkatan aktivitas simpatik menimbulkan vasokontriksi arteriol, dimana serat-
serat saraf ini mempersarafi otot polos arteriol diseluruh tubuh kecuali di otak. Tekanan darah
akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit menjadi kaku (Setiawan et all, 2014).
Lansia adalah sebuah proses normal menjadi tua tanpa suatu kriteria usia tertentu dimana pada
usia itu mengalami berbagai macam perubahan baik perubahan molekul,sel dan perubahan
kemampuan fungsi organ. Ditinjau dari ilmu geriatri (Stanley dan Patricia, 2007). Lansia
merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah
jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Batasan umur pada usia lanjut dari
waktu ke waktu berbeda.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena prevalensi yang tinggi dan resiko bersamaan
dengan penyakit kardiovaskular dan ginjal. Menurut WHO 2015, didapatkan bahwa sekitar 1,13
miliar orang didunia mengidap penyakit hipertensi, artinya yaitu 1 dari 3 orang didunia yang
mengalami hipertensi dan jumlah orang yang mengalami hipertensi terus bertambah setiap
tahunnya, dan dapat diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya yaitu terdapat 9,4 juta orang meninggal dikarenakan
hipertensi dan komplikasinya.
Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif terdapat pada usia lebih
dari 65 tahun. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena prevalensi yang tinggi dan resiko
bersamaan dengan penyakit kardiovaskular dan ginjal. Menurut WHO 2015, didapatkan bahwa
sekitar 1,13 miliar orang didunia mengidap penyakit hipertensi, artinya yaitu 1 dari 3 orang didunia
yang mengalami hipertensi dan jumlah orang yang mengalami hipertensi terus bertambah setiap
tahunnya, dan dapat diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya yaitu terdapat 9,4 juta orang meninggal dikarenakan
hipertensi dan komplikasinya.
Menurut Riskesdas 2018 (Kemenkes RI, 2018), yaitu prevalensi kejadian hipertensi sebesar
34,1% untuk dewasa muda dan untuk lanjut usia yaitu sebesar 55,2%, dan angka ini meningkat
cukup tinggi dibandingkan dengan hasil riskesdas pada tahun 2013 yaitu kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah masyarakat indonesia pada usia 18 tahun keatas yaitu
sekitar 25,8% dan angka hipertensi mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada orang
dengan usia 60 tahun keatas
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2021, jumlah
penderita hipertensi sebanyak 58.587 orang. Urutan pertama Puskesmas dengan presentase
tertinggi adalah Puskesmas Panaragan Jaya dengan kasus sebanyak 6.380 orang. Sedangkan
Puskesmas Gilang Tunggal Makarta menjadi peringkat 5 yaitu 1528 orang dengan hipertensi.
Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan jika
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan
tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh (Suroto, 2004). Senam lansia pada
usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik sehingga secara tidak
langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta
mengurangi resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga terjaga
elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung berkontraksi sehingga kemampuan
pemompaannya akan selalu terjaga (Nugroho, 2008)
Olahraga dan latihan pergerakan secara teratur dapat menanggulangi masalah akibat
perubahan fungsi tubuh dan olahraga sangat berperan penting dalam pengobatan tekanan darah
tinggi, manfaat olahraga adalah meningkatkan jasmani, mendorong jantung bekerja secara
optimal, melancarkan sirkulasi darah, memperkuat otot, mencegah pengoroposan tulang,
membakar kalori dan mengurangi stress dan mampu menurunkan tekanan darah. Bukti-bukti yang
ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada usia lanjut dapat mencegah atau
memperlambat kehilangan fungsional, bahkan latihan teratur dapat menurunkan tekanan darah 5-
10 mmHg baik pada tekanan sistolik dan diastolik, olahraga yang tepat untuk lansia adalah senam
lansia (Divine, 2012).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan
fisik lansia.
Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh
(Widianti & Atikah, 2010)
Menurut Penelitian Alfiani Sastri Rukmana, Wahyudin, Ichsani Pada bulan februari 2022
menggunakan variabel yang di gunakan adalah senam lansia yang meliputi gerakan pemanasan,
kondisioning dan penenangan dan variabel tekanan darah anggota Majelis Ta’lim Babussalam
Kelurahan Banta – Bantaeng Kecamatan Rappocini dengan melibatkan 20 sampel. Serta dengan
rata umur lansia 50-70 tahun yang berjenis kelamin perempuan dan laki -laki ,dengan perlakuan
penelitian untuk mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan senam lansia dengan
beberapa orang yang menjadi tim penilai gerak yang sesuai dangan blanko tes di sediakan yang di
pandu peneliti dan di bantu dengan pencatat tekanan darah dengan menggunakan tensi meter
(Digital). Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada perubahan
tekanan darah pada majelis Ta’lim Babussalam Rappocini Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat dari
nilai hasil uji T SPSS yaitu data pengaruh pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada
majelis Ta’lim Babussalam Rappocini Kota Makassar bahwa hasil uji T-tes memperoleh nilai dari
data tekanan darah sebelum melakukan senam lansia perubahan tekanan darah pada majelis Ta’lim
Babussalam Rappocini Kota Makassar didapatkan nilai rata-rata 154.85 dan memperoleh nilai P
value sebesar 0,001 (P<0.05) dan datapengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada majelis
Ta’lim Babussalam Rappocini Kota Makassar memperoleh selisi atau perbedaan sebesar 71.45.
Dari Hasil penelitian ini setelah diberikan perlakuan (Senam Lansia) Ternyata dapat memberikan
perubahan Tekanan darah pada Lansia. Dari beberapa kali perlakuan yang diberikan sudah dapat
memberikan hasil yang baik.

METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Quasi experimental pre-post test” dengan
melibatkan kelompok intervensi. Populasi target pada penelitian ini adalah lansia penderita
hipertensi, sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gilang Tunggal Makarta pada desa Pagar jaya berjumlah 32 orang pada
tahun 2022 dari Posyandu Lansia sampel penelitian sebanyak 29 orang (Responden)

HASIL
a. Karakteristik Usia Responden
Tabel 4.1
Usia responden
Usia N (%) Persentase
usia 60 – 70 tahun 25 86%
usia ≥ 70 tahun 4 14%
Total 29 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa paling banyak berada di usia 60 – 70
tahun dengan 25 responden atau sebesar 86%. Dan usia paling sedikit berada di usia >70
tahun dengan 4 responden atau sebesar 14%.
b. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2
Jenis kelamin responden
Jenis Kelamin N (%) Persentase
Laki-laki 7 24%
Perempuan 22 76%
Total 29 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa paling banyak responden berjenis
kelamin perempuan dengan jumlah 22 responden atau sebesar 76%. Dan jenis kelamin
laki-laki dengan jumlah 7 responden atau sebesar 24%.
c. Tekanan darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dilakukan Senam lansia Pada Penderita
Hipertensi Di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang
Barat
Tabel 4.3
Rerata tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dilakukan senam lansia

TD N Mean Min Max


Sistole 29 166, 55 140 200
Diastole 29 97,24 80 120

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa sebelum diberikan senam lansia (pre-
test) di dapatkan rerata nilai mean sistole 166, 55 & 97,24 pada tekanan darah diastole.
Dengan nilai terendah sistole 140 mmHg & nilai tertinggi sistole 200 mmHg. Sedangkan
nilai terendah diastole 80 mmHg & nilai tertinggi diastole 120 mmHg.
d. Tekanan darah Pada Penderita Hipertensi Sesudah Dilakukan Senam lansia Pada Penderita
Hipertensi di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang
Barat Tahun 2022
Tabel 4.4
Rerata tekanan darah sistole pada penderita hipertensi sesudah dilakukan senam
lansia

TD N Mean Min Max


Sistole 29 152, 76 120 180
Diastole 29 88,28 70 110

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa sesudah dilakukan senam lansia
(post-test) terjadi penurunan tekanan darah yaitu dengan nilai mean 152,76 pada Sistole &
88,28 pada distole. Dengan nilai terendah sistole 120 mmHg & nilai tertinggi sistole 180
mmHg. Sedangkan nilai terendah diastole 70 mmHg & nilai tertinggi diastole 110 mmHg.
1. Hasil Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menganalisi pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pasien hipertensi di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal
Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data
Item Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Sistolik Sebelum .933 29 .006
Diastole Sebelum .901 29 .010
Sistolik Sesudah .920 29 .030
Diastole Sesudah .915 29 .023

Berdasarkan basil ujl normalitas pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa hasil uji
Shapiro Wilk nilai sistolik sebelum diberikan senam lansia menunjukan Sig sebesar 0,006
dan nilai sistolik sesudah diberikan senam lansia menunjukan Sig sebesar 0,10. Sedangkan
nilai diastolik sebelum diberikan senam lansia menunjukan Sig sebesar 0,30 dan nilai
diastolik sesudah diberikan senam lansia menunjukan Sig sebesar 0,23. Yang artinya
distribusi data normal, maka penelitian ini mengunakan uji T Anova
a. Pengaruh Senam lansia Terhadap Penurunan Tekanan darah Pada Penderita
Hipertensi di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022
Tabel 4.6
Hasil analisa pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi
di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang
Bawang Barat Tahun 2022

Mean N Std. Deviation Std. Error


Mean
Sistolik Sebelum 166.55 29 12.894 2.394
Pair 1
Sistolik Sesudah 152.76 29 11.921 2.214
Diastole Sebelum 97.24 29 9.598 1.782
Pair 2
Diastole Sesudah 88.28 29 10.375 1.927

Berdasarkan tabel 4.4 di atas peneliti menggunakan uji T Anova diperoleh hasil dengan
nilai Sig. 0,020 sebesar < α (0,05), hal ini berarti Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di UPTD Puskesmas Non
Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2022.

PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Hasil yang di dapatkan peneliti karakteristik responden berada di
usia 60 – 70 tahun dengan 25 responden atau sebesar 86%. Dan usia paling sedikit berada di
usia >70 tahun dengan 4 responden atau sebesar 14%. Untuk jenis kelamin di dominasi
responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 22 responden atau sebesar 76%. Dan
jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 7 responden atau sebesar 24%.
Perempuan cenderung lebih berpotensi untuk menderita hipertensi daripada laki-laki
karena perempuan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah
menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Lansia yang menderita penyakit kronis level berat lebih
cenderung sedikit mau mengikuti kegiatan dibandingkan lansia yang berada di level ringan,
karena lansia yang mempunyai kronis level berat memiliki ketergantungan yang tinggi dengan
orang lain sehingga sedikit terlibat di kegiatan sosial (Van Beek, 2016). Penurunan kesehatan
dan keterbatasan fisik juga mempengaruhi keterlibatan sosial terutama bagi wanita (Levasseur
et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Yuliana karakterisitik responden menunjukkan
responden berjenis kelamin wanita, dengan mayoritas berusia 60 – 65 tahun. Responden
dalam penelitian ini adalah seluruhnya berjenis kelamin, rentang usia terbanyak berada di usia
60 – 65 tahun dan mayoritas menderita hipertensi ringan. Kondisi ini juga ditemukan pada
penelitian Novitaningtyas (2014), yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi pada lansia di
Kelurahan Makamhaji Sukoharjo adalah paling banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar
80%.
Menurut peneliti hasil yang di dapatkan peneliti sesuai dengan teori & penelitian sebelumnya
dibuktikan dengan karakteristik responden adalah perempuan dengan rentang di usia 60 – 69
tahun. Hal ini dikarenakan para lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Non Rawat Inap
Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat sudah terbuka wawasan dengan
mengikuti kegiatan di puskesmas secara rutin khsusnya di hari Jum’at yang mana pada hari
Jum;at merupakan hari kegiatan prolanis.
2. Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dilakukan senam lansia pada
penderita hipertensi di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta
Kabupaten Tulang Bawang Barat
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil penelitian peneliti tekanan
darah sebelum diberikan senam lansia (pre-test) memiliki nilai mean 166,55/97,24 mmHg &
yang mana kondisi tekanan darah jauh dari batas tekanan darah normal yang mana tidak lebih
dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah meningkat disebabkan karena proses penuaan dan terjadi perubahan
sistem kardiovaskuler baik secara strukturual maupun fisiologis. Selain itu juga dipengaruhi
oleh pola makan dan gaya hidup seperti kurang berolahraga (Sukma 2017). Orang yang tidak
berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan, stres. Hal tersebut dapat
merangsang hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan
penyempitan kapiler sehingga tekanan darah meningkat (Setiawan, 2018). Penyebab
hipertensi yang dialami responden tidak dapat hanya dilihat dari satu aspek saja namun dilihat
secara menyeluruh (Rahajeng dan Tuminah, 2019).
Tekanan darah adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri merupakan
keadaan tanpa gejala dimana tekanan darah tinggi di dadalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
(Carlson, 2016).
Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu usia, stress, Ras, Medikasi, Jenis
kelamin laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki
juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbilitas dan mortalitas beberapa penyakit
kardiovaskuler, sedangkan diatas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi banyak terjadi
padaa perempuan, kebiasaan merokok, kelebihan berat badan meraka yang memiliki berat
badan lebih cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi disbanding mereka yang kurus.
Pada orang yang gemuk, jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah. (Carlson,
2016).
Hasil penelitian Yuliana (2019), diketahui bahwa rata-rata tekanan darah lansia
sebelum melakukan senam hipertensi lansia selama penelitian berlangsung yaitu tekanan
darah sistolik 151,80 mmHg dan tekanan darah diastolik yaitu 94,73 mmHg. Hal ini termasuk
dalam kategori hipertensi stadium I dimana tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg ( JNC VIII).
Berdasarkan dari hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti bahwa hasil ini sesuai
dengan teori & penelitian sebelumnya, dimana rata-rata tekanan darah responden sebelum
melakukan senam hipertensi lansia termasuk dalam kategori hipertensi stadium I. Hal ini
disebabkan karena selain faktor usia, berdasarkan wawancara responden jarang melakukan
aktifitas fisik maupun olahraga. Sebagian besar responden mengaku tidak diketahui bahwa
aktifitas fisik dan olahraga yang rutin dapat menurunkan tekanan darah. Responden mengaku
hanya mengkonsumsi obat jika penyakit kambuh. Selain itu, beberapa responden terutama
responden dengan jenis kelamin laki-laki mengaku memiliki kebiasaan atau gaya hidup yang
memicu kejadian hipertensi seperti merokok dan mengkonsumsi kopi. Nikotin yang dihisap
akan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses arteriosclerosis dan tekanan darah tinggi.
3. Tekanan darah pada penderita hipertensi sesudah dilakukan senam lansia pada
penderita hipertensi di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta
Kabupaten Tulang Bawang Barat
Hasil penelitian peneliti di dapatkan penurunan tekanan darah sistol dan distol pada
lansia dengan hipertensi. Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 diatas menunjukan bahwa sesudah
dilakukan senam lansia (post-test) terjadi penurunan tekanan darah yaitu dengan nilai mean
157,29/88,28 mmHg yang mana terdapat sebuah penurunan.
Senam lansia bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau penuaan. Senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia
(65 tahun ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan
gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Apabila orang
melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah.
Selain itu 20% darah terdapat di otak sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk
hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi
(kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar (Ilkafah, 2014)
Dengan melakukan senam, maka kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk
proses pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah
jantung dan isi sekuncup bertambah. Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus,
maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih
elastis (Puspitasari, Hannan & Chindy, 2018).
Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Hernawan & Rosyid (2017) pada lansia di
Surakarta, dimana tekanan darah sebelum pemberian intervensi sebagian besar adalah pre-
hipertensi (39%), tekanan darah setelah pemberian intervensi senam hipertensi sebagian besar
adalah normal (56%), dan terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia
di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta (p-value = 0,001).Hasil ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwari et al (2018), yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia di dusun Sumbersari Kemuningsari
Lor Kecamatan Panti Jember berdasarkan nilai pvalue sebesar 0,001. Menurut Hernawan &
Rosyid (2018), Senam hipertensi merupakan senam aktifitas fisik yang dapat dilakukan
dimana gerakan senam khusus penderita hipertensi yang dilakukan selama 30 menit dengan
tahapan 5 menit latihan pemanasan, 20 menit gerakan peralihan,dan 5 menit gerakan
pendiginan dengan perkuensi 4 kali dalam 2 minggu secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah, mengurangi resiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan
penyakit pembuluh darah lainnya (Siswardana, 2012). Selain itu juga senam teratur dapat
menurunkan berat badan dan peningkatan masa otot akan mengurangi jumlah lemak, sehingga
membantu tubuh mempertahankan tekanan darah. setiap penurunan berat badan 5 kg akan
menurunkan beban jantung sebanyak 20% (Triyanto, 2014).
Menurut peneliti, hasil yang signifikan ini disebabkan senam lansia mampu
meningkatkan kemampuan fungsional aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Disisi lain akan melatih otot
jantung dalam berkontraksi sehingga kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga. Dan
menurut peneliti, hal yang mendukung sebuah keberhasilan dari efek senam lansia adalah
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat sesuai dengan jadwal kesepakatan serta dapat
menjaga menu diet hipertensi seperti tetap memperhatikan makanan rendah garam dan rendah
lemak. Hal ini di karenakan kebiasaan makan masyarakat di UPTD Puskesmas Non Rawat
Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah makan-makanan yang
bersantan belum lagi kebudayaan mengopi dan di barengi pada musim durian.
Didalam penelitian ini, peneliti mendapat kesulitan di dalam mengobservasi setelah di
berikannya senam lansia. Oleh karena keterbatasan waktu dan jarak, peneliti membuat lembar
observasi mandiri bagi subyek penelitian yang dapat diisi setelah melakukan senam lansia.
Dan juga terapi ini merupakan kebiasaan atau akan menjadi budaya baru yang mana harus di
dukung oleh semua pihak.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan terhadap 29 responden yang telah diberikan
intervensi senam lansia di UPTD Puskesmas Non Rawat Inap Gilang Tunggal Makarta Kabupaten
Tulang Bawang Barat Tahun 2022 diketahui bahwa:
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden bahwa mayoritas jenis kelamin perempuan sebesar 76% dengan
rentang usia 60 – 70 tahun dengan 25 responden atau sebesar 86%.
2. Rerata tekanan darah sebelum diberikan senam lansia
Di dapatkan rerata nilai mean sistole 166, 55 & 97,24 pada tekanan darah diastole.
3. Rerata tekanan darah sebelum diberikan senam lansia
Di dapatkan rerata nilai mean 152,76 pada sistole & 88,28 pada tekanan darah diastole.
4. Hubungan pemberian senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi
Didapatkan hasil adanya pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi dengan hasil nilai uji T Anova nilai Sig. 0,020 (Sig.<0,005).

SARAN
Menambah wawasan dan peningkatan pengetahuan bagi masyarakat tentang bagaiamana penanganan
hipertensi muncul dengan penanganan non farmakologi yaitu senam lansia. Dengan catatan
masyarakat juga harus tetap patuh obat.

DAFTAR PUSTAKA

Astari, dkk, (2012), Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi
Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan

Azizah, M. Lilik (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan dasar riskesdas 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Dahlan, S. (2009). Besar sampel penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Depkes R.I.,

2003. Sistem Kesehatan Nasional. 2004, Jakarta

Devi (2012), Menurunkan Tekanan Darah, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans info Media.

DINKES Prov Jateng. (2010). Data informasi kesehatan jawa tengah 2013. Giriwijoyo, S.

(2007). Olahraga untuk kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sabri, L., & Hastono, S. (2010). Statistik data kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.

Setiawan, (2008), Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa, Tahun 2004. KESMAS :
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1 (2): 57-62.

Setiawan, IWA, Yunani dan Kusyati (2014), Hubungan Frekuensi Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah Dan Nadi Pada Lansia Hipertensi, Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa
Tengah, Semarang

Sheps, S. G. (2005). Mayor Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta: Intisari Mediatama.

Smeltzer & Bare, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC Smeltzer, S & G.

Bare (2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8


volume 3. Jakarta: EGC

Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengn Lemak & Kolesterol Edisi 2.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukandar, dkk, (2009), ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan. Suroto. (2004). Buku

Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan


Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip.

Suroto. (2004). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika.

Titin Sukartini, (2010), Pengaruh senam tera terhadap kebugaran lansia. Trias Sok & Senam 10
Menit Edisi 2. Jakarta: FKUI

Underwood, J. (2000). Patologi Umum dan Sistemik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Gunawan, L. (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.


Harrison, I., Wilson, B.W., & Kasper, M.F. (2005). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi 13
volume 3. Jakarta: EGC.

Henuhili, Yuliati, Rahayu dan Nurkhasanah (2011), Pola Pewarisan Penyakit


Hipertensi Dalam Keluarga Sebagai Sumber Belajar Genetika, Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 14 Mei 2011

Sastri, Rukmana Apriyani dkk (2022). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Anggota Majelis Ta’lim Babussalam. Jurnal Kesehatan Universitas Negeri Makassar, 8 – 18
Win Martani, Rahajeng dkk (2022). Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia : studi
literature, 83 – 87

Anda mungkin juga menyukai