PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mematikan dari
seluruh penyakit yang ada didunia. Hipertensi juga merupakan
penyakit kronis yang umumnya terjadi dan faktor resiko utama
penyakit hipertensi ini yaitu penyakit kardiovaskuler. Hipertensi
didefinisikan juga sebagai peningkatan tekanan darah diatas nilai rata-
rata normal. Peningkatan tekanan darah yang melebihi batas normal
yaitu sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≤ 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu
jenis kelamin, Latihan fisik, makanan, stimulan (zat-zat yang
mempercepat fungsi tubuh), stress, emosional, kondisi penyakit
arterioklerosis, hereditas, nyeri, obesitas, usia, serta kondisi pembuluh
darah (Wahyudi et al., 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015
diperkirakan penderita hipertensi berjumlah 1,13 Miliar dengan
prevalensi lebih dari 150 juta di Eropa Tengah dan Timur. Prevalensi
hipertensi pada orang dewasa sekitar 30-45%, dengan prevalensi
standar usia global masing-masing 24 dan 20% pada laki-laki dan
perempuan ditahun 2015. Prevalensi terbesar paling umum 60% pada
orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat sekitar 15-20% pada tahun 2025, yang
mencapai 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi. Data statistik
terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara
terkena penyakit hipertensi (Ikhwan, 2015). Estimasi jumlah kasus
penderita hipertensi yang ada di Indonesia cenderung meningkat yang
didapatkan hasil sebesar 63.309.620 orang yang diperkirakan pada
tahun 2020-2025.
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah jalan santai dapat mempengaruhi tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.
C. Tujuan Penelian
a. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Aktivitas Fisik
Jalan Santai Pagi Hari Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu”
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin,
Pendidikan, dan pekerjaan
2. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien penderita hipertensi sebelum dilakukan latihan jalan
santai
3. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien penderita hipertensi sesudah dilakukan latihan jalan
santai
4. Mengetahui pengaruh pemberian intervensi jalan santai
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
6
7
7
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Proses Penuaan
Proses penuaan adalah normal, yang berlangsung secara terus-
menerus secara alamiah dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Setiap orang mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada
setiap orang berbeda-beda tergantung pada faktor yang mempengaruhi.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri,
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
(Nur Isriani Najamuddin et al., 2022).
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg (AHA, 2017). Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama)
sehingga dapat menyebabkan kesakitan pada seseorang serta akan
menyebabkan kematian. Tekanan darah yang selalu terus menerus
meningkat dan tidak diobati serta dicegah sejak dini, maka sangat
berisiko menyebabkan penyakit degeneratif, kerusakan ginjal, stroke
dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Ainurrafiq et al., 2019).
2. Etiologi
Menurut Johanes (2019) penyebab hipertensi adalah :
a. Hipertensi Primer atau essensial
Hipertensi ini adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer atau essensial yaitu :
1) Genetik
2) Jenis kelamin
3) Usia
4) Gaya hidup
9
10
5) Merokok
6) Stress
7) Konsumsi alkohol
b.Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyakit yang terjadi akibat penyempitan
aorta congenital yang mungkin terjadi pada tingkat aorta toraksi
atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta tersebut
menyebabkan tersumbatnya aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim atau penyakit ginjal, penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab pada hipertensi sekunder. Penyakit ini
menyebabkan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang
secara langsung darah ke ginjal.
c. Gangguan endokrin, penyakit disfungsi medulla adrenal atau
korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal
mediate hypertension disebabkan oleh kelebihan pada primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
d. Kegemukan atau obesitas
e. Tekanan darah vaskuler
10
11
3. Klasifikasi
Penelitian yang dilakukan The Sevent Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tekanan darah pada orang
dewasa diklasifikasikan menjadi kelompok seperti yang ditunjukan
pada tabel :
11
12
12
13
13
14
seseorang makan semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih
tua cenderung mempunyai tekanan darah tinggi dari orang yang berusia
muda. Tekanan nadi merupakan prediktor terbaik dari adanya perubahan
structural didalam arteri. Efek utama terjadi pada sistem kardiovaskuler
dimana meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
pada dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai dengan umur, perubahan ini
menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan
mengakibatkan peningkatana pada tekanan darah sistolik.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroroseptor juga berubah dengan
umur. Perubahan mekanisme refleks baroroseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada
pemantauan terus-menerus. Penurunan sensitivitas baroroseptor juga
menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi
pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik atau disebut dengan
kondisi tekanan darah menurun dengan cepat ketika sedang berdiri
maupun duduk. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik
dan vasokontriksi adrenergic akan menyebabkan kecenderungan
vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
6. Tanda dan Gejala
Menurut (Suprayitno1, 2019) tanda dan gejala hipertensi yaitu :
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah. Selain itu penentuan tekanan darah arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim menyertai hipertensi yaitu meliputi :
1. Mengeluh sakit kepala
2. Merasa pusing
3. Lemas atau kelelahan
14
15
4. Sesak napas
5. Gelisah
6. Mual dan muntah
7. Kesadaraan yang menurun
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan menurut (Mubin, 2016) yaitu
menurunkan tekanan darah sampai normal atau sampai level paling
rendah yang masih dapat ditoleransi pada penderita hipertensi dan
mencegah komplikasi yang mungkin akan timbul, Penatalaksaan nya
meliputi :
a) Farmokologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai factor seperti beratnya hipertensi, kelainan
organ dan faktor resiko lain. Berdasarkan cara kerjanya, obat anti
hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik yang
dapat mengurangi curah jantung, beta bloker, penghambat ACE,
antagonis kalsium yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah.
b) Non farmakologi
Seluruh penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan perubahan
pada gaya hidup untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menghindari konsumsi rokok
2. Menghindari komsumsi alkohol
3. Olahraga teratur
4. Mengurangi komsumsi garam
C. Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi pada lansia beresiko lebih besar terjadinya komplikasi.
Lansia lebih sering mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan karena katup
jantung yang menebal dan arteri menjadi kaku akibat aterosklerosis,
elastisitas dinding aorta menurun, curah jantung menurun, cara kinerja
jantung lebih rentang terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
perbedaan yang sifnifikan pada tekanan darah dan aktivitas fisik jalan pagi
hari lebih efektif dalam menstabilkan tekanan darah.
F. Kerangka Teori
Lansia Farmakologi
Penurunan elastisitas
pembuluh darah
Aktivitas Fisik
Efisensi kerja
jantung
Curah jantung
Vasokontriksi pembuluh
Elastisitas pembuluh darah darah
20
21
21
22
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Variabel Perancu :
1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Lama menderita hipertensi
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Bagan 2.3
Kerangka Konsep Penelitian
23
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang harus di uji.
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak. Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
Ha : Ada penurunan aktivitas fisik jalan santai pagi hari terhadap
penurunan tekanan darah sistolik pada pasien penderita hipertensis
Ha : Ada penurunan aktivitas fisik jalan santai pagi hari terhadap
penurunan tekanan darah diastolik pada pasien penderita hipertensi.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 : Definisi Operasional
Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
Variabel Independen
Salah satu bentuk
aktivitas fisik
dengan berjalan
Jalan santai kaki selama 30 SOP Jalan
Observasi
dipagi hari menit yang Santai
dilakukan selama
3x dalam
seminggu.
Variabel Dependen
Nilai tekanan
Penurunan
darah sistolik
tekanan
yang
darah Mengukur
menggambarkan
sistolik tekanan darah
kondisi saat Tensimeter …..mmhg Rasio
menggunakan
jantung
tensimeter
memompa darah
keseluruh tubuh.
Nilai tekanan
darah diastolik
yang Mengukur
Penurunan menggambarkan tekanan darah
tekanan kondisi saat dengan Tensimeter …mmhg Rasio
darah jantung istirahat menggunakan
diastolic memompa darah tensimeter.
keseluruh tubuh.
Waktu yang
dihitung
Formulir
dalam tahun
Usia Wawancara pengumpulan …. tahun Rasio
sejak
data
seseorang
lahir saat ini
23
24
Suatu
1 = IRT
kegiatan yang
2 = BURUH
dilakukan Formulir
3=
Pekerjaan seseorang Wawancara pengumpulan Nominal
WIRASWA
untuk data
TA
mendapatkan
4 = PNS
bayaran
Jenjang
pembelajaran
Pendidikan 1 = SD
yang Formulir
2 = SMP
ditempuh oleh Wawancara pengumpulan Ordinal
3 =SMA
responden data
4 = PT
terakhir kali
Rentang
waktu
penderita
menderita Formulir
hipertensi pengumpulan …tahun Rasio
Lama Wawancara
yang dihitung data
menderita
sejak awal
hipertensi
didiagnosis
oleh dokter
24
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
K1A 01 X1 01a
K2A 02 X2 02a
Keterangan :
K1A : Responden Kelompok Intervensi
K2A : Responden Kelompok Kontrol
X1 : Terapi aktivitas jalan santai
X2 : Tidak dilakukan intervensi, mengikuti program yang diberikan
puskesmas
01 : Tekanan darah sebelum diberikan terapi pada kelompok intervensi
02 : Pengukuran Tekanan darah sebelum diberikan terapi pada kelompok
kontrol
01a : Pengukuran Tekanan darah setelah diberikan terapi pada kelompok
intervensi
02a : Pengukuran Tekanan darah setelah diberikan terapi pada kelompok
kontrol
26
5. Tidak memiliki kelemahan ekstremitas atas dan bawah
6. Lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi secara
teratur
b. Kriteria eklusi
1. Lansia yang mengundurkan diri menjadi responden
2. Memiliki gangguan berkomunikasi dan daya ingat
3. Memiliki gangguan fisik yang mengakibatkan lansia tidak
mampu melakukan aktivitas fisik
Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan
berdasarkan rumus beda 2 mean yaitu :
( )
2
2 α
2 σ z 1− + z 1−β
2
n=
( μ 1−μ 2 )2
Keterangan :
n : besar sampel
Z1-α/2 : standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α =
Z1-β : standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β =
µ1 : nilai mean kelompok kontrol yang didapat
µ2 : nilai mean kelompok intervensi yang didapat
|σ : estimasi standar deviasi dari beda mean pre test dan post test
berdasarkan literatur (Gartika et al., 2021)
27
Perbedaan Standar Deviasi yang didapatkan
2 2
2 S1 +S2
σ =
2
2
σ =¿ ¿
2 152,127 +92,987
σ =
2
2 245,114
σ =
2
2
σ =122,557
2 2
2 σ (Z 1−α /2+Z 1−β )
n=
( μ 1−μ 2 )2
2
2 ∙ 122,557(1 , 96+0 , 84)
n=
( 116 , 87−5 , 66 )2
245,114(7 , 84)
n=
( 116 , 87−5 , 66 )2
1.911,889
n=
111 ,21
28
D. Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik
pre-post dalam pemberian terapi aktivitas fisik jalan santai. Pengukuran
tekanan darah dapat menggunakan sphygmanometer serta wawancara
langsung mengenai informasi karakteristik seperti umur, pekerjaan,
pendidikan, dan lama menderita hipertensi. Data sekunder yang akan
digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui dari data rekam medik
untuk mengetahui status tekanan darah responden.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Formulir pengumpulan data
Formulir pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
data pasien, yang berisi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, lama menderita hipertensi, kemudian hasil pengukuran
tekanan darah sistolik dan pengukuran tekanan darah diastolik pre
dan post, serta tanda tangan responden.
b. Sphygmanometer
Sphygmanometer adalah hal yang paling utama yang akan
digunakan dalam penelitian ini dimana sphygmanometer ini
merupakan alat ukur untuk mengukur tekanan darah sistolik dan
diastolik pre dan post.
c. Stopwatch/Jam
Suatu bahan penelitian dimana alat ini adalah salah satu yang
digunakan untuk mengukur setiap berapa lama responden mampu
berjalan dalam waktu 30 menit.
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) Jalan Santai
SOP yang digunakan berisikan langkah-langkah tindakan terapi
29
jalan santai sebagai panduan untuk peneliti dalam melakukan terapi
aktivitas jalan santai.
e. Standar Operasional Prosedur Pengukuran Tekanan Darah
SOP yang digunakan berisi langkah-langkah tindakan pengukuran
tekanan darah sebagai acuan panduan peneliti dalam melakukan
pengkuran tekanan darah. (terlampir)
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pengumpulan untuk penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data kepada
calon responden
b. Melakukan informed consent kepada responden dan sebagai
peneliti harus melakukan kontrak terlebih dahulu kepada responden
c. Melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan (pre test)
d. Melakukan pengukuran tekanan darah setelah intervensi (post test)
1. Tahap Persiapan Prosedur Penelitian
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan intervensi
2. Prosedur Intervensi
a. Kelompok Intervensi
1. Responden pada kelompok intervensi berjumlah
2. Kelompok intervensi akan diberikan terapi aktivitas fisik jalan
santai
3. Pada hari ke-1 sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu
akan dilakukan pengukuran tekanan darah (pre test)
4. Sesudah melakukan pengukuran tekanan darah dan telah
mendapatkan hasil nilai tekanan darah sistolik dan diastolik,
dilakukan intervensi terapi jalan santai kepada responden
5. Setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan kembali
pengukuran tekanan darah (post test)
6. Pada hari ke-2 sebelum dilakukan intervensi akan dilakukan
terlebih dahulu pengukuran untuk tekanan darah (pre test)
30
7. Kemudian setelah didapatkan hasil dari pengukuran tekanan
darah sistolik dan diastolik, maka akan dilakukan intervensi
terapi jalan santai kepada responden
8. Setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan kembali
pengukuran tekanan darah (post test)
9. Pada hari ke-3 sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu
akan dilakukan pengukuran tekanan darah (pre test)
10. Setelah melakukan pengukuran tekanan darah dan
mendapatkan hasil tekanan darah sistolik dan diastolik, maka
lakukan intervensi terapi jalan santai kepada responden
11. Kemudian setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan
kembali pengukuran tekanan darah (post test)
b. Kelompok Kontrol
1. Responden pada kelompok kontrol berjumlah
2. Kelompok kontrol akan di ukur tekanan darahnya selama 3 hari
berturut-turut
3. Pada hari ke-1 sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah
terlebih dahulu (pre test)
4. Pada hari ke-2 akan dilakukan kembali pengukuran tekanan
darah
5. Kemudian pada hari ke-3 dilakukan pengukuran tekanan darah
kembali (post test)
G. Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh dari proses pengumpulan data akan
diolah menggunakan program komputer dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing
Memeriksa serta mengecek kembali data yang sudah terkumpul
untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian serta kejelasan data
tersebut.
31
2. Coding
Memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
dari berbagai katagori sehingga memudahkan untuk melihat
arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry Data
Pada tahap ini memasukkan data kedalam komputer sesuai
dengan variabel yang telah ada. Kemudian data yang telah
diperoleh akan dianalisis sesuai jenis dan kegunaan data.
4. Proccesing
Data yang sudah selesai akan dikelompokkan dan kemudian di
uji statistik menggunakan perangkat komputerisasi.
5. Cleaning
Memeriksa kembali data yang telah di entry kedalam perangkat
komputerisasi untuk melihat ada atau tidaknya data yang hilang
(missing) dengan melakukannya list, dan jika data yang sudah
ada di entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau
kode yang digunakan.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
dari variabel independen serta variabel dependen. Untuk data numerik
seperti usia dan nilai pengukuran tekanan darah, maka akan dilakukan
analisis univariat untuk melihat nilai Mean, SD, Median, dan Max-
Min. Sedangkan untuk data kategorik seperti jenis kelamin dan akan
dilakukan dengan menunjukkan nilai persentase atau proporsi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat membuktikan hipotesis penelitian yaitu
mengetahui pengaruh Jalan Santai Pagi Hari terhadap tekanan darah
pasien lansia hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Sebelum dianalisa, data terlebih dahulu akan diuji normalitas untuk
mengetahui sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak, jika
32
data berdistribusi normal maka menggunakan uji T-test independent
namun jika data berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji
Mann Whitney U T-test.
I. Etika Penelitian
1. Self Determinan
Dalam penelitian ini responden atau lansia yang mengalami
hipertensi diberi kebebasan dalam memilih serta memutuskan
untuk ikut berpartisipasi atau tidak tanpa adanya paksaan yang
dibuktikan dengan lembar persetujuan penandatanganan.
2. Tanpa nama(anonimity)
Nama responden tidak dicantumkan pada hasil penelitian dan
peneliti hanya menggunakan kode nomor. Tanda tangan
dicantumkan pada lembar persetujuan untuk dilakukan secara
tertulis.
3. Kerahasiaan(confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari responden dijamin peneliti
tidak akan menyebarluaskan kepada orang lain dan hanya peneliti
yang mengetahuinya. Informasi yang telah terkumpul dari subjek
dijamin dirahasiakan, dan data penelitian disimpan didalam laptop
dilengkapi password pada folder penelitian.
4. Keadilan (justice)
Peneliti memperlakukan responden secara adil dari awal sampai
akhir penelitian tanpa adanya diskriminasi, dengan pengertian
semua responden diperlakukan sama yaitu diberikan terapi
aktivitas fisik jalan santai serta sekaligus diukur tekanan darah
nya.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Responden yang ikut dalam penelitian ini mendapatkan manfaat
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia menggunakan terapi
aktivitas fisik jalan santai.
33
6. Maleficience
Dalam penelitian ini responden dibebaskan segala hal, tidak
menimbulkan kekerasan pada responden, tidak mengganggu
aktivitas responden seperti biasanya, tidak menjadikan responden
untuk dieksploitasi serta memberikan manfaat yang besar yaitu
penurunan tekanan darah yang dialami responden.Peneliti telah
meminimalisirkan terjadinya dampak yang dapat merugikan bagi
responden dengan melaksanakan tindakan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP).
J. Alur Penelitian
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, peneliti
melakukan tahapan penelitian yang dimulai dari seleksi sampling untuk
menentukan responden. Untuk pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
bagan berikut : Seluruh lansia penderita hipertensi yang melakukan
pengobatan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
HASIL PENELITIAN
A. Jalannya Penelitian
Puskesmas Jembatan Kecil memiliki prevalensi angka penderita
hipertensi yang cukup tinggi di Kota Bengkulu. Penelitian diawali dengan
peneliti mengajukan permohonan layak etik kepada tim review etik
Poltekkes Kemenkes Bengkulu pada tanggal 14 Mei 2023 dengan nomor
KEPK.BKL/226/05/2023. Izin penelitian telah disetujui olah Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bengkulu dengan nomor surat
070/595/B.Kesbangpol/2023, perizinan penelitian dari Dinas Kesehatan
Kota Bengkulu terhitung mulai tanggal 15 Mei sampai dengan tanggal 15
Juni dan telah disetujui oleh pihak Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu sesuai dengan tanggal yang telah tertera pada izin penelitian dari
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 Mei hingga
15 Juni 2023 di wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive Sampling dimana
pemilihan sampel yang diambil memenuhi kriteria penelitian sampai
waktu tertentu sehingga jumlah sampel dapat terpenuhi. Kemudian peneliti
melakukan pemilihan pada responden dengan cara lansia yang datang pada
saat pospindu yang menderita hipertensi dengan memenuhi syarat
ketetentuan yang ada berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi akan menjadi
responden penelitian. Jumlah responden seluruh 38, yang terdiri dari 19
kelompok intervensi yang akan diberikan aktivitas jalan santai pagi hari
dan pada kelompok kontrol berjumlah 19 orang yang akan diberikan
senam hipertensi.
35
Hal yang dilakukan peneliti setelah menentukan responden yaitu
melakukan informed consent untuk memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan, manfaat, prosedur serta kontrak penelitian kepada calon responden
secara langsung. Pelaksanaan pengukuran tekanan darah pre dilaksanakan
36
36
pada tanggal 15 Mei pada kelompok intervensi dan 19 Mei pada kelompok
kontrol. Sedangkan pengukuran tekanan darah post di ukur setelah dilakukan
tindakan selama 1 bulan pelaksanaan dihari terakhir pemberian intervensi dan
kontrol. Tindakan pada kelompok intervensi dan kontrol dilaksanakan dengan
cara datang mendatangi pasien langsung ke Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Karakteristik responden yang meliputi usia, pekerjaan,
Pendidikan, dan lama menderita hipertensi. Penyajian dan interpretasi
data responden berdasarkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Pendidikan, Lama
Menderita Hipertensi Tahun 2023
No Variabel Intervensi Kontrol
1. Usia
Mean 58.16 58.84
Min 50 54
Max 65 65
SD 3.862 3.096
SE 886 710
CI 95% 56.30-60.02 57.35-60.33
2. Pendidikan
SD 10 (52.6%) 10 (52.6%)
SMP 5 (26.3%) 5 (26.3%)
SMA 3 (15.8%) 4 (21.1%)
PT 1 (5.3%) 0
3. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 12 (63.2%) 8 (42.1%)
Buruh 1 (5.3%) 7 (36.8%)
Wiraswasta 4 (21.1%) 4 (21.1%)
Pns/Pensiunan 2 (10.5%) 0
4. Lama Menderita
Hipertensi
Kurang dari 5 tahun 8 (42.1%) 8 (42.1%)
Lebih dari 5 tahun 11 (57.9%) 11 (57.9%)
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, hasil analisis yang didapatkan rerata usia
pada kelompok intervensi yaitu 58 tahun. Sedangkan rerata usia pada kelompok
kontrol 59 tahun. Rerata Pendidikan pada kelompok intervensi dan kontrol terlihat
bahwa setengah dari responden Sekolah Dasar. Rerata pekerjaan pada kelompok
intervensi adalah sebagian besar dari responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga. Sedangkan pada kelompok kontrol hampir sebagian dari responden
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Rerata responden lama menderita hipertensi
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar dari responden
mengalami hipertensi sudah lebih dari 5 tahun.
2. Analisis bivariat
Tabel 5.2
Kelompok
Variabel
Intervensi Kontrol
SD 4.189 3.899
SD 3.059 9.966
37
CI For Mean 95% 146.16-149.11 131.26-131.46
SD 4.854 9.300
SD 4.987 6.328
Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan bahwa hasil analisis nilai rerata
pada kelompok intervensi tekanan darah sistolik sebelum diberikan aktivitas jalan
santai adalah 152.89 mmHg. Sedangkan Rerata tekanan darah sistolik setelah
diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63 mmHg. Rerata tekanan darah
diastolik sebelum aktivitas jalan santai adalah 92. 68 mmHg. Sedangkan Rata-rata
tekanan darah diastolik setelah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.74
mmHg.
Hasil analisis didapatkan pada kelompok kontrol rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum diberikan senam hipertensi adalah 149.74 mmHg. Sedangkan
Rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan senam hipertensi adalah 136.26
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan senam hipertensi
adalah 91.95 mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah diastolik setelah diberikan
senam hipertensi adalah 78.47 mmHg.
38
Tabel 5.3
Hasil Uji Normalitas Data
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Variabel P Value
Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan hasil uji normalitas data dengan
Shapiro wilk hasil pengolahan data pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Pada kelompok intervensi dan kontrol dengan tekanan darah sistolik baik
pre dan post menggunakan uji Manwhitney, karena berdistribusi tidak normal.
Sedangkan pada kelompok intervensi dan kontrol dengan tekanan darah diastolik
baik pre dan post menggunakan uji Independent T-Test.
39
Tabel 5.4
Perbedaan Rata-Rata Selisih Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu Tahun 2023
Variabel Mean (SD) p Value
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik
Intervensi 5.26 (5.886) 0.013
Kontrol 13.47 (11.227)
Tekanan Darah
Diastolik
Intervensi 2.95 (4.143) 0.002
Kontrol 13.47(12.855)
40
BAB VI
PEMBAHASAN
41
2019) dengan hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden
yang menderita hipertensi memiliki usia sekitar dibawah 60 tahun.
2. Pendidikan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan lansia penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu, didapatkan bahwa rata-rata Pendidikan responden pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol setengah dari responden
Sekolah Dasar. Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan (Mutmaidah, 2019) bahwa Pendidikan Sekolah Dasar
memiliki faktor beresiko hipertensi lebih tinggi dengan persentase 60%.
Tingkat Pendidikan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
tekanan darah. Tingkat Pendidikan dapat berpengaruh terhadap gaya
hidup seperti kebiasaan merokok daan minum alkohol. Tingginya
resiko terkena hipertensi pada Pendidikan yang rendah, yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada seseorang yang
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit untuk menerima
informasi yang diberikan oleh petugas sehingga akan berdampak pada
pola hidup yang sehat (Krismaryani et al., 2022). Hasil penelitian
didukung oleh penelitian Fatmawati (2010) dengan judul “pengaruh
aktivitas fisik terhadap tekanan darah pada lansia” dengan jumlah
responden 20 orang yang Sebagian besar adalah memiliki tingkat
Pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase 60% (12 orang).
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Gartika et al., 2021) yang disimpulkan bahwa responden yang menjadi
sampel penelitian adalah Sebagian besar berlatar belakang pendidikan
Sekolah Dasar dengan nilai persentase (46.7%). Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian Ningsih (2017) bahwa Pendidikan
responden Sebagian besar Sekolah Dasar sebanyak (76.6%).
3. Pekerjaan
42
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan 38 responden yaitu
sebanyak 19 kelompok intervensi dan 19 kelompok kontrol. Distribusi
frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada lansia penderita
hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu rata-rata
sebagian besar dari responden Ibu Rumah Tangga. Sedangkan rerata
pada kelompok kontrol hampir sebagian besar Ibu Rumah Tangga. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliani, 2018)
bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga memiliki faktor resiko hipertensi
lebih tinggi dengan persentase 87.5%.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Ibu rumah tangga
memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi, hal ini disebabkan
oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh Ibu Rumah Tangga
tersebut. Jika semakin banyak kesibukan aktivitas ibu rumah tangga,
maka akan membuat waktu mereka untuk tidak melakukan aktivitas
olahraga dan akan menyebabkan peningkatan kelebihan berat badan.
Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan beresiko
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga oto jantung tidak mampu bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Semakin kaku dan sering otot jantung memompa darah,
maka semakin besar tekanan yang disebabkan oleh arteri. Peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh aktivitas yang kurang menyebabkan
terjadinya komplikasi yaitu seperti penyakit jantung koroner, gangguan
fungsi ginjal, stroke (Wahyudi et al., 2017).
Hasil penelitian didukung oleh (Rohimah & Dewi, 2022) dengan
judul “Jalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada lansia di Desa
Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis” dengan
jumlah responden 15 responden yang Sebagian besarnya adalah
memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga dengan persentase
sebanyak 46.6% (7 orang). Hasil penelitian ini juga didukung oleh
(Makawekes et al., 2020) dengan jumlah responden 32 orang, yang
43
menyebutkan bahwa pekerjaan ibu rumah tangga memiliki faktor yang
tinggi menderita hipertensi yaitu sebanyak 15 orang (46.9%).
B. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien penderita
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian
aktivitas jalan santai
Hasil analisis rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
intervensi sebelum dilakukan aktivitas jalan santai adalah 152.89 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok intervensi
sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63 mmHg. Berdasarkan
hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan darah sesudah
diberikan intervensi lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diberikan
intervensi. Sehingga didapatkan (p=0,013) artinya ada perbedaan rata-rata
tekanan darah sistolik sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai
pada kelompok intervensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan tekanan darah
sistolik pada lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu.
Penelitian yang dilakukan oleh (Kartika, 2018) menunjukkan hasil
uji statistik didapat hasil p value 0,001 pada tekanan darah sistolik
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum
dan sesudah diberikan aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan
tekanan darah penderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2015) menunjukkan
karakteristik responden sebelum perlakuan yang hampir seluruhnya
memiliki tekanan darah sistolik adalah 151.88 mmHg meskipun tekanan
diastolik sebagian besar masih pada kisaran normal. Hasil penelitian
setelah dilakukannya perlakuan dengan selisih penurunan sebesar 12.46
mmHg, hasil t test dengan konfidensi interval 95% (α<0,05) diperoleh
sistolik (p=0,000). Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna
pengkuran tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi.
44
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Yulanda & Lisiswanti, 2017) yang menunjukkan hasil tekanan darah
sistolik dan diastolik terdapat perbedaan yang signifikan p (0.006<0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan santai
terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi. Hasil analisis rata-rata tekanan darah diastolik responden
kelompok intervensi sebelum diberikan aktivitas jalan santai adalah 92.00
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.08 mmHg.
Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan darah
sesudah diberikan intervensi lebih kecil dibandingkan dengan sebelum
diberikan intervensi dengan selisih rata-rata sebesar 10.042 mmHg, dan
didapatkan (p=0,000) artinya ada perbedaan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pada
kelompok intervensi. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh aktivitas
jalan santai pagi hari terhadap penurunan penurunan tekanan darah
diastolik lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu.
C. Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Pasien Lansia
Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
Senam Hipertensi terhadap Penurunan Tekanan Darah
Hasil analisis rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
kontrol sebelum diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 149.74
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
kontrol sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 13.47
mmHg. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan
darah sistolik sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia lebih kecil
dibandingkan dengan sebelum diberikan senam hipertensi. Sehingga
(p=0,013) terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia pada kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh senam hipertensi pada lansia
45
terhadap penurunan tekanan darah sistolik di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
46
teknologi dari semua bidang yang ada, maka tingkat kesadaran akan
aktivitas fisik yang sangat rendah. Dengan meningkatnya aktivitas fisik
seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin
besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan
aliran darahnya. Tekanan darah sangat diepengaruhi oleh beberapa faktor
seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume laju serta kekentalan
(viskositas) darah (Makawekes et al., 2020).
Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh
aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti
penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan lainnya
(Rohimah & Dewi, 2022). Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur
menyebabkan antung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga
daya tamping besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan teratur,
selain itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya
relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan
meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut (Hasanudin
et al., 2018).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada pengaruh aktivitas
fisik jalan santai pagi hari terhadap penurunan tekanan darah di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Hasil analisis pada kelompok intervensi
yaitu nilai p value 0,000, artinya terdapat perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pagi hari pada
kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan senam hipertensi
pada lansia dengan nilai p value 0,011 artinya terdapat perbedaan tekanan
darah sebelum dan setelah diberikan senam hipertensi pada kelompok
kontrol. Pada penelitian ini didapatkan hasil perbedaan tekanan darah
47
sistolik dan diastolik antar kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan nilai p value 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemberian aktivitas
jalan santai pada kelompok intervensi memeliki efektivitas yang lebih
signifikan dalam menurunkan tekanan darah yang dibandingkan dengan
pemberian senam hipertensi pada kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi
sebesar 18,67 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,92 mmHg.
Sementara pada kelompok kontrol penurunan tekanan darah sistolik 28,46
mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 12,83 mmHg.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Rohimah & Dewi, 2022)
dengan jumlah responden 15 orang menunjukkan adanya penurunan
tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi 15 mmHg, sedangkan
untuk penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 13 mmHg. Pada
kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 4,3 mmHg dan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar
4 mmHg. Hasil analisa data menggunakan uji Independent Sample T-test
didapatkan nilai signifikan p value = 0,000 dengan α = 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan santai terhadap
tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan
Sindangkasih, Kabupaten Ciamis Tahun 2021.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Makawekes et al., 2020) dengan judul “Pengaruh Aktivitas Fisik
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia” dengan jumlah responden 32 orang
lansia di Desa Taloarane. Analisis data pada penelitian ini menggunakan
uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini mengungkapkan p value = 0,000 <0 0,05
maka disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik terhadap tekanan
darah.
E. Keterbatasan Penelitian
48
Peneliti menyadari bahwa ada kekurangan dalam penelitian ini, hal
ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini peneliti sedikit mengalami kesulitan dalam
mencari responden, karena mencari usia tahap awal.
2. Pada penelitian ini, peneliti kesulitan dalam waktu yang dikarenakan
penelitian ini bersamaan dengan waktu dinas.
3. Penelitian ini mengalami kesulitan dalam mengumpulkan responden.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh pemberian
aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia penderita hipertensi di
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu didapatkan bahwa rata-rata
usia responden pada kelompok intervensi adalah rentang usia 50-60
tahun, Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
didapatkan bahwa rata-rata Pendidikan responden pada kelompok
intervensi adalah Sekolah Dasar sebesar (50.0%) dan pada kelompok
kontrol (41.7%), dan distribusi frekuensi responden berdasarkan
pekerjaan lansia penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu didapatkan bahwa rata-rata pekerjaan responden pada
kelompok intervensi yaitu Ibu Rumah Tangga sebesar (54.2%) dan
pada kelompok kontrol sebesar (37.5%).
2. Rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok intervensi
sebelum dilakukan pemberian aktivitas jalan santai adalah 152.89
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63
49
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sebelum diberikan aktivitas jalan santai adalah 92.68 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.74 mmHg.
3. Rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok kontrol sebelum
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 147.74 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok kontrol
sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 136.26 mmHg.
Rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok kontrol sebelum
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 91.95 mmHg. Sedangkan
rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok kontrol sesudah
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 78.47 mmHg.
4. penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan
santai pagi hari terhadap penurunan tekanan darah di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Hasil analisis pada kelompok
intervensi yaitu nilai p value 0,000, artinya terdapat perbedaan tekanan
darah sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pagi hari pada
kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan senam
hipertensi pada lansia dengan nilai p value 0,013 artinya terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberikan senam
hipertensi pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini didapatkan hasil
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik antar kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti ingin
memberikan saran kepada beberapa pihak terkait antara lain kepada :
1. Bagi Institusi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Bagi puskesmas diharapkan masyarakat khususnya lansia dapat
mengetahui bagaimana cara mengatasi hipertensi dengan cara yang
lebih muda serta bersifat alami tanpa menggunakan obat dan
50
bermanfaat bagi lansia terutama penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah secara non farmakologis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi Pendidikan di bidang kesehatan diharapkan
dapat ikut serta dalam mengaplikasikan aktivitas fisik jalan santai
sebagai salah satu cara mengontrol tekanan darah melalui kegiatan
pengabdian masyarakat atau seminar ilmiah.
51
52
37