Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mematikan dari
seluruh penyakit yang ada didunia. Hipertensi juga merupakan
penyakit kronis yang umumnya terjadi dan faktor resiko utama
penyakit hipertensi ini yaitu penyakit kardiovaskuler. Hipertensi
didefinisikan juga sebagai peningkatan tekanan darah diatas nilai rata-
rata normal. Peningkatan tekanan darah yang melebihi batas normal
yaitu sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≤ 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu
jenis kelamin, Latihan fisik, makanan, stimulan (zat-zat yang
mempercepat fungsi tubuh), stress, emosional, kondisi penyakit
arterioklerosis, hereditas, nyeri, obesitas, usia, serta kondisi pembuluh
darah (Wahyudi et al., 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015
diperkirakan penderita hipertensi berjumlah 1,13 Miliar dengan
prevalensi lebih dari 150 juta di Eropa Tengah dan Timur. Prevalensi
hipertensi pada orang dewasa sekitar 30-45%, dengan prevalensi
standar usia global masing-masing 24 dan 20% pada laki-laki dan
perempuan ditahun 2015. Prevalensi terbesar paling umum 60% pada
orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat sekitar 15-20% pada tahun 2025, yang
mencapai 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi. Data statistik
terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara
terkena penyakit hipertensi (Ikhwan, 2015). Estimasi jumlah kasus
penderita hipertensi yang ada di Indonesia cenderung meningkat yang
didapatkan hasil sebesar 63.309.620 orang yang diperkirakan pada
tahun 2020-2025.

1
2

Hasil Rikesdas Tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi


penderita hipertensi berdasarkan hasil pengukuran rata-rata penduduk
usia ≥18 tahun sebesar (34,1%) yang tertinggi di Kalimantan Selatan
sebesar (44,1%), Provinsi Jawa Barat sebesar 39,6%, dan prevalensi
terendah terdapat di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi yang terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar (31,6%), umur 45-54 tahun
sebesar (45,3%), umur 55-64 tahun sebesar (55,2%) (Kusuma et al.,
2020). Berdasarkan hasil Rikesdas tahun (2018) diketahui bahwa
jumlah penderita hipertensi yang ada di Provinsi Bengkulu mencapai
sebesar 14.061 jiwa dengan prevalensi hipertensi tertinggi di
Kabupaten Bengkulu Utara sebesar (34,67%) dan terendah terdapat di
Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar (25,01%). Berdasarkan hasil
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun (2018) jumlah prevalensi
penderita hipertensi yang ada di Kota Bengkulu mencapai sekitar
4.264 orang.
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu terdapat lima
jumlah Puskesmas tertinggi penderita hipertensi. Dimana Puskesmas
dengan angka kejadian tertinggi penderita hipertensi yaitu yang
pertama di Puskesmas Lempuing, Puskesmas Pasar Ikan, Puskesmas
Jembatan Kecil, Puskesmas Nusa Indah dan Puskesmas Jalan Gedang.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2021), didapatkan
informasi bahwa Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
merupakan Puskesmas dengan angka kejadian hipertensi tertinggi.
Jumlah angka kejadian penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan
Kecil setiap tahun berbeda-beda. Dari data Puskesmas Jembatan Kecil
hipertensi pada Tahun 2019 berjumlah 150 orang, pada Tahun 2020
jumlah penderita hipertensi mengalami kenaikan berjumlah 180 orang,
Tahun 2021 angka jumlah penderita hipertensi mengalami penurunan
yang dimana berjumlah 100 orang, pada Tahun 2022 yang terhitung
mulai bulan Januari sampai dengan November jumlah penderita

2
3

hipertensi mengalami kenaikan kembali yang berjumlah 125 orang


(Puskesmas Jembatan Kecil, 2022).
Penyakit hipertensi ini dapat menimbulkan morbiditas
(kesakitan) dan mortalitas (kematian) akan tetapi penyakit ini tidak
secara langsung membunuh penderitanya. Pada umumnya penyakit
hipertensi tidak memberikan tanda dan gejala khusus, sehingga banyak
penderita baru menyadari bahwa hipertensi menimbulkan komplikasi
penyakit pada organ target yang terjadi di jantung (penyakit jantung
hipertensi), otak (penyakit serebvaskuler), pembuluh perifer (penyakit
pembuluh darah perifer), ginjal (nerfrosklerosis, dan mata (kerusakan
pada retina). Tanda yang harus diwaspadai berupa pusing, mata
berkunang-kunang, dan sulit untuk tidur (Rhamadan et al., 2022).
Adapun dampak lain dari penderita hipertensi yaitu dimana sosial
ekonomi pun menurun dikarenakan pasien yang harus berobat secara
rutin akan mengeluarkan biaya sendiri jika pasien tersebut tidak
menggunakan bantuan kesehatan seperti BPJS, beban negara
meningkat dikarenakan pasien yang kurang mampu untuk berobat ke
layanan kesehatan pasti akan menggunakan bantuan dari negara yang
berupa BPJS sehingga negara yang akan membayar setiap bulannya,
dan kualitas hidup menurun yang dikarenakan pasien yang biasa nya
mampu bekerja secara optimal sekarang karena terkena hipertensi jadi
mengalami masa kerja itu berkurang dari biasa nya.
Penatalaksanaan umum pada penderita hipertensi itu mencakup
dua hal yaitu terapi non farmakologi yang melalui perubahan gaya
hidup dan terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah serta
mencegah terjadinya komplikasi yang ditimbulkan oleh penderita
hipertensi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan
antara lain membatasi konsumsi garam, menghindari konsumsi rokok,
menghindari konsumsi alkohol, terapi relaksasi dan aktivitas fisik
(olahraga). Tindakan aktivitas fisik mampu mengatasi masalah
keperawatan dengan mempengaruhi terbuka nya pembuluh kapiler

3
4

sehingga peredaran darah menjadi lancar. Sebagian besar dengan


melakukan aktivitas fisik mampu memperbaiki komposisi tubuh
seperti kesehatan pada tulang, massa otot, kekuatan otot serta
fleksibilitas sehingga terhindar dari resiko jatuh. Dengan aktivitas fisik
kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi, otot jantung terjaga,
kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan
mengembang.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 16 September
2022 di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu terdapat jumlah
penderita hipertensi sebanyak 125 orang. Dalam pelaksanaan
penatalaksanaan penderita hipertensi yaitu dengan intervensi non
farmakologis dimana terapi ini sangat menguntungkan untuk
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki
adalah menurunkan berat badan jika kegemukan, mengurangi minum
alcohol, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium
yang adekuat, mempertahankan asupan kalisum, serta meningkatkan
aktivitas fisik. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan pada
tekanan darah adalah aktivitas fisik jalan santai. Aktivitas fisik
merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan suatu energi. Aktivitas fisik dapat dikelompokkan
menjadi tiga tingkatan yaitu aktivitas berat, aktivitas sedang, dan
aktivitas ringan. Banyak temuan yang mengatakan bahwa aktivitas
fisik memberikan dampak yang baik bagi tubuh. Aktivitas fisik secara
teratur terbukti membantu mencegah dan menangani penyakit tidak
menular seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan hipertensi. Pada
penderita hipertensi terutama pada lansia kegiatan aktivitas fisik yang
mampu dilakukan yaitu jalan santai. Jalan santai merupakan suatu
kegiatan yang dapat menurunkan faktor resiko penyakit seperti
hipertensi dan stroke.
Terapi jalan santai pagi hari dapat memberikan efek fisiologis
yang terutama pada vaskular, muskular dan sistem pada saraf pusat

4
5

yang terdapat didalam tubuh. Terapi yang yang ditimbulkan melalui


jalan santai pagi hari dapat memperlancar sirkulasi peredaran,
mengatur kadar gula darah, meningkatkan kualitas tidur serta mampu
merangsang adrenalin. Selain itu jalan santai pagi hari mudah untuk
dilakukan, lebih hemat tidak mengeluarkan biaya apapun, resiko
cideranya rendah, dan sesuai dengan kemampuan lansia. Penderita
hipertensi yang melakukan jalan kaki mampu menurunkan curah
jantung, vasolidatasi pembuluh darah menurun, resistensi perifer total
menurun, elastisitas pada pembuluh darah terjadi sehingga
menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik menurun, sehingga
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi menurun (Silwanah
et al., 2020).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Gartika
(2021) tentang pengaruh jalan kaki dua puluh menit terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan jumlah 15
responden, menunjukkan hasil bahwa intervensi yang dilakukan jalan
kaki 20 menit bermakna p-value = 0,000¿ α = 0,05 dari hasil uji
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh jalan kaki 20
menit terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Peneliti ini mengatakan jalan kaki yang dilakukan dengan cara teratur
mampu memberikan efek penurunan tekanan darah, memperlancar
sirkulasi darah, mempertahankan kekuatan otot dan stamina serta
meningkatkan penyerapan vitamin D. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa kegiatan pospindu lansia hanya sebatas
dengan senam rutin yang terkait juga dengan aktivitas fisik terhadap
penderita hipertensi.
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti
memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Aktivitas Fisik Jalan Santai Pagi Hari Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik Pada Pasien Lansia Penderita Hipertensi”

5
6

di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun


2022.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah jalan santai dapat mempengaruhi tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.
C. Tujuan Penelian
a. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Aktivitas Fisik
Jalan Santai Pagi Hari Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu”
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin,
Pendidikan, dan pekerjaan
2. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien penderita hipertensi sebelum dilakukan latihan jalan
santai
3. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien penderita hipertensi sesudah dilakukan latihan jalan
santai
4. Mengetahui pengaruh pemberian intervensi jalan santai
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa

6
7

Sebagai bahan masukan untuk intervensi atau penyuluhan bagi


penderita hipertensi tentang pemberian jalan santai pagi hari
terhadap tekanan darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
b. Bagi Keluarga
Dapat memberi informasi kepada keluarga pasien dengan hipertesi
tentang pemberian jalan kaki pagi hari terhadap tekanan darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi, sehingga dapat meningkatkan wawasan dan
kemampuan keluarga dalam memberikan latihan pada pasien dengan
hipertensi.
c. Bagi Pelayanan Kesehatan/Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada para tenaga
kesehatan dalam penyusunan program maupu kebijakan dalam
penanggulangan penyakit tidak menular salah satunya penyakit
hipertensi.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai referensi sehingga diharapkan dapat menambah ragam
wawasan dan bahan masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar yang berkaitan dengan terapi non farmakologi yang dapat
dilakukan pada pasien dengan hipertensi khususnya tentang
pemberian Latihan jalan kaki pagi hari
e. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan studi ini dapat menjadi sumber referensi dan data dasar
dalam melakukan penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya juga
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dan perbandingan tentang penelitian yang akan
dilakukan kedepannya.

7
8

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2018 , lansia


adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
pada lansia ini akan menjadi suatu proses yang disebut dengan aging
process atau dikenal dengan proses penuaian. Menua atau menjadi tua
adalah suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari. Proses
penuaian ini terjadi secara ilmiah sehingga dapat menimbulkan
masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai dari suatu
waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak permulaan pengetahuan.
Menjadi tua akan mengakibatkan seseorang tersebut melewati tiga
tahap dalam kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa, dan tua.

2. Klasifikasi Lanjut Usia

Batasan usia lanjut pada lansia sangat berbeda dari waktu ke


waktu. Menurut World Health Organization (WHO), lansia dibedakan
menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Usia pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (Elderly) antara usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (Old) antara usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (Very Old) usia diatas 90 tahun
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015),
lanjut usia dikelompokkan menjadi usai lanjut antara umur (60-90
tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan).
9

3. Proses Penuaan
Proses penuaan adalah normal, yang berlangsung secara terus-
menerus secara alamiah dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Setiap orang mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada
setiap orang berbeda-beda tergantung pada faktor yang mempengaruhi.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri,
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
(Nur Isriani Najamuddin et al., 2022).
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg (AHA, 2017). Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama)
sehingga dapat menyebabkan kesakitan pada seseorang serta akan
menyebabkan kematian. Tekanan darah yang selalu terus menerus
meningkat dan tidak diobati serta dicegah sejak dini, maka sangat
berisiko menyebabkan penyakit degeneratif, kerusakan ginjal, stroke
dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Ainurrafiq et al., 2019).
2. Etiologi
Menurut Johanes (2019) penyebab hipertensi adalah :
a. Hipertensi Primer atau essensial
Hipertensi ini adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer atau essensial yaitu :
1) Genetik
2) Jenis kelamin
3) Usia
4) Gaya hidup

9
10

5) Merokok
6) Stress
7) Konsumsi alkohol
b.Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyakit yang terjadi akibat penyempitan
aorta congenital yang mungkin terjadi pada tingkat aorta toraksi
atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta tersebut
menyebabkan tersumbatnya aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim atau penyakit ginjal, penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab pada hipertensi sekunder. Penyakit ini
menyebabkan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang
secara langsung darah ke ginjal.
c. Gangguan endokrin, penyakit disfungsi medulla adrenal atau
korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal
mediate hypertension disebabkan oleh kelebihan pada primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
d. Kegemukan atau obesitas
e. Tekanan darah vaskuler

10
11

3. Klasifikasi
Penelitian yang dilakukan The Sevent Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tekanan darah pada orang
dewasa diklasifikasikan menjadi kelompok seperti yang ditunjukan
pada tabel :

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa ≥ 18 tahun


TD Sistolik TD Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 dan <80
Normal <130 dan <85
Tinggi-Normal 130-139 atau 85-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 atau 90-99
Derajat 2 160-179 atau 100-109
Deraajat 3 ≥180 atau ≥110

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (ESC, 2007


TD Sistolik TD Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik terisolasi ≥190 <90

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi


hipertensi sekunder dan hipertensi primer.
1) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki jumlah hanya sekitar 5-10% dari
keseluruhan kejadian pada hipertensi. Hipertensi sekunder ini
memiliki dampak dari penyakit tertentu. Dari berbagai kondisi yang

11
12

bisa terjadi yang menyebabkan hipertensi antara lain yaitu


penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, Hiperaldosteron
maupun kehamilan.
2) Hipertensi Primer (Essensial)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi ini
merupakan hipertensi yang paling umum terjadi sekitar 90-95% dari
kejadian hipertensi keseluruhan. Hipertensi primer atau hipertensi
essensial ini seringkali tidak terkait dengan gejala yang baru saja
muncul dengan diagnosis berat atau yang sudah menyebabkan
komplikasi. Hal itu yang menyebabkan hipertensi ini disebut sebagai
Sillent Killer.
4. Faktor Risiko
Penyebab hipertensi masih belum diketahui dengan pasti, namun
ada beberapa faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya hipertensi
yang diantaranya adalah stress, kegemukan, merokok, asupan garam
yang tinggi, sensitifitas terhadap angiotensin, kurangnya olahraga,
genetic, obesitas, kelainan ginjal, dan kualitas tidur yang tidak baik (J
et al., 2020).
a) Keturunan (genetik)
Riwayat kesehatan pada keluarga ini sangat berhubungan dengan
genetik atau keturunan. Jika seseorang dalam suatu keluarga
mengidap hipertensi maka kemungkinan besar keturunan nya pasti
memiliki resiko terkena hipertensi.
b) Usia
Pada sebagian orang, dengan bertambahnya usia maka tekanan
darah pun semakin meningkat. Perempuan umumnya lebih cepat
mengalami resiko hipertensi di usia sekitar 45-50 tahun.
c) Jenis kelamin
Pada umumnya kejadian hipertensi pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan denga perempuan. Hal ini menyebabkan karena
kebiasaan gaya hidup laki-laki yang cenderung beresiko mengalami

12
13

hipertensi seperti laki-laki sering mengkonsumsi alkohol, rokok,


dll. Namun, pada saat usia lanjut kejadian hipertensi pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
d) Garam
Pada umumnya garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan
cepat pada beberapa orang yang terkena hipertensi. Karena itu,
pada orang dewasa dianjurkan untuk membatasi mengkonsusmsi
garam dapur.
e) Merokok
Seseorang yang memiliki kebiasaan merokok dapat menambah
berat kerja pada jantung sehingga tekanan darah pada orang yang
mengkonsumsi rokok setiap harinya dapat mendorong tekanan
darah lebih meningkat.
f) Alkohol
Dengan mengkonsumsi alkohol sehari itu dapat meningkatkan
tekanan adara meningkat, melemahkan otot jantung, serta
menyebabkan kegemukan dan aterosklerosis (penyempitan
pembuluh darah). Akibatnya, dapat mempercepat timbulnya
penyakit jantung yang lebih parah.
g) Obesitas
Obesitas berkaitan dengan peningkatan jumlah kematian dimana
kematian diakibatkan oleh jantung dan pembuluh darah, terjadi
karena mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari yang
dibutuhkan oleh tubuh dibandingkan kegiatan fisik yang dilakukan
setiap hari.
5. Patofisologi Hipertensi Pada Lanjut Usia
Hipertensi berdasarkan kriteria Seventh Report Of The Jointh
National Committee didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg. Hipertensi ini akan menyebabkan pada lansia mengalami penyakit
jantung koroner dan penyakit serebrovaskular. Semakin tinggi umur

13
14

seseorang makan semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih
tua cenderung mempunyai tekanan darah tinggi dari orang yang berusia
muda. Tekanan nadi merupakan prediktor terbaik dari adanya perubahan
structural didalam arteri. Efek utama terjadi pada sistem kardiovaskuler
dimana meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
pada dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai dengan umur, perubahan ini
menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan
mengakibatkan peningkatana pada tekanan darah sistolik.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroroseptor juga berubah dengan
umur. Perubahan mekanisme refleks baroroseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada
pemantauan terus-menerus. Penurunan sensitivitas baroroseptor juga
menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi
pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik atau disebut dengan
kondisi tekanan darah menurun dengan cepat ketika sedang berdiri
maupun duduk. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik
dan vasokontriksi adrenergic akan menyebabkan kecenderungan
vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
6. Tanda dan Gejala
Menurut (Suprayitno1, 2019) tanda dan gejala hipertensi yaitu :
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah. Selain itu penentuan tekanan darah arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim menyertai hipertensi yaitu meliputi :
1. Mengeluh sakit kepala
2. Merasa pusing
3. Lemas atau kelelahan

14
15

4. Sesak napas
5. Gelisah
6. Mual dan muntah
7. Kesadaraan yang menurun
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan menurut (Mubin, 2016) yaitu
menurunkan tekanan darah sampai normal atau sampai level paling
rendah yang masih dapat ditoleransi pada penderita hipertensi dan
mencegah komplikasi yang mungkin akan timbul, Penatalaksaan nya
meliputi :
a) Farmokologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai factor seperti beratnya hipertensi, kelainan
organ dan faktor resiko lain. Berdasarkan cara kerjanya, obat anti
hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik yang
dapat mengurangi curah jantung, beta bloker, penghambat ACE,
antagonis kalsium yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah.
b) Non farmakologi
Seluruh penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan perubahan
pada gaya hidup untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menghindari konsumsi rokok
2. Menghindari komsumsi alkohol
3. Olahraga teratur
4. Mengurangi komsumsi garam
C. Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi pada lansia beresiko lebih besar terjadinya komplikasi.
Lansia lebih sering mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan karena katup
jantung yang menebal dan arteri menjadi kaku akibat aterosklerosis,
elastisitas dinding aorta menurun, curah jantung menurun, cara kinerja
jantung lebih rentang terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan

15
16

darah meningkat akibat pembuluh darah perifer meningkat dari proses


penuaian, lebih rentang terhadap TDS (tekanan darah sistolik), sekitar
pada usia 60 tahun pertiga pasien dengan hipertensi mempunyai hipertensi
sistolik terisolasi (HST), sedangkan lansia yang diatas usia 75 tahun tiga
perempat dari seluruh pasien mempunyai hipertensis sistolik.
Hipertensi pada usia lanjut beresiko terkena komplikasi, dimana
prevalensi gagal jantung dan stroke lebih tinggi yang menyebabkan akibat
dari hipertensi, sehingga pengobatan hipertensi lebih penting dalam
mengurangi morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada
kardiovaskuler. Hipertensi mengakibatkan hilangnya elastisitas arteri
karena proses penuaian. Kekakuan pada aorta akan meningkatkan tekanan
darah sistolik dan pengurangan volume pada aorta yang pada akhirnya
menurunkan tekanan darah diastolik. Semakin besar perbedaan tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik maka akan semakin tinggi risiko
komplikasi kardiovaskuler.
D. Aktivitas Fisik Jalan Santai
Aktivitas fisik adalah suatu gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka, yang membutuhkan energi, termasuk aktivitas yang dilakukan
saat bekerja sehari-hari. Aktivitas fisik ini juga sangat penting untuk
manusia guna keberlangsungan rencana kehidupan, karena aktivitas fisik
jalan santai pagi hari ini mampu mengurangi resiko penyakit jantung
coroner dan berat badan berlebih (Ardiyanto & Mustafa, 2021).
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan yang membutuhkan energi
untuk mengerjakan sesuatu seperti berjalan, menari dan lainnya.
Sedangkan olahraga merupakan aktivitas fisik yang terencana dan
tersruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan
untuk meningkatkan kebugaran (Sari & Suratini, 2018).
Menurut Kemenkes (2018), aktivitas fisik dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang digunakan yaitu : aktivitas
fisik ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat.
Adapun manfaat dari melakukan jalan santai dipagi hari yaitu :

16
17

a. Kesehatan pada jantung


Dengan olahraga dapat membuat otot-otot jantung lebih kuat sehingga
dapat memompa darah kembali menuju jantung bekerja lebih baik.
b. Menormalkan tekanan darah yaitu saat terjadi tekanan darah tinggi,
dengan melakukan olahraga tekanan darah akan menurun.
c. Pencegahan Thromobosis Koroner
Selain memompa darah keseluruh otot dalam tubuh, jantung juga
mengantar kepada arteri-arteri yang berada di pembuluh koroner.
d. Pencegahan gangguan pencernaan
Dengan jalan kaki, tubuh akan membantu usus untuk menggerakkan
sisa makanan Bersama-sama hingga menambah kegiatan buang air
bersih. Berjalan kaki selama 10-15 menit, ditambah dengan pola hidup
sehat dengan minum air putih dan makan buah-buahan akan membuat
pencernaan lancar.
Klasifikasi aktivitas fisik dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu
aktivitas fisik ringan yang membutuhkan sedikit tenaga dan tidak
menyebabkan perubahan pada pernapasan atau ketahanan. Contoh
aktivitas fisik ringan antara lain berjalan, menyapu, mencuci,mengasuh
dan berjemur, aktivitas fisik sedang yang membutuhkan tenaga intens
atau terus-menerus. Contoh aktivitas fisik sedang tenis meja, berenang,
bersepeda, dan jalan cepat. Akivitas fisik berat dihubungkan dengan
olahraga yang membutuhkan kekuatan.
Aktivitas fisik jalan santai pagi hari dapat dijadikan pilihan
olahraga yang memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan apabila
jika dilakukan dengan secara teratur dan rutin, akan tetapi harus tetap
memperhatikan keselamatan dan tidak memaksakan diri sendiri apabila
mengalami kekelahan, sesak napas, jantung berdebar-debar dan nyeri
dada. Aktivitas fisik jalan santai tersebut dapat dilakukan selama 3 kali
dalam seminggu dan waktu selama 30 menit untuk pencapaian yang
optimal. Kegiatan olahraga jalan santai ini mampu menurunkan

17
18

tekanan darah, mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler,


serta kolesterol (Wahyudi et al., 2017).
E. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Santai Pagi Hari Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Dengan Lansia Penderita Hipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi farmakologi dan
nonfarmakologi. Keduanya bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya
komplikasi pada hipertensi. Beberapa terapi farmakologi dilaporkan
menimbulkan efek samping, seperti demam, sakit tenggorokan, rasa lelah,
kram otot, pusing, adanya ruam pada kulit, dan jantung berdebar. Selain
terapi farmakologi terdapat terapi nonfarmakologi yang disarankan dapat
mengurangi gejala hipertensi yaitu modifikasi gaya hidup. Salah satu
modifikasi gaya hidup yaitu aktivitas fisik seperti latihan aerobik, berjalan,
jogging, berenang, bersepeda, dan menari.
Salah satu terapi nonfarmakologi yang dilakukan untuk hipertensi
yaitu dengan olahraga aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan
tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran
energi. Sedangkan aktivitas fisik ini merupakan aktivitas yang terencana
dan terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang yang
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Aktivitas fisik yang
mampu dilakukan pada lansia penderita hipertensi yaitu aktivitas jalan
santai (Ardiyanto & Mustafa, 2021).
Aktivitas fisik jalan santai dipagi hari mampu mendorong jantung
bekerja secara optimal, dimana olahraga untuk jantung mampu
meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh. Akibat
peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernapasan dan otot
rangka, dari peningkatan aktivitas pernapasan akan meningkatkan aliran
balik vena, sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang
akan langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah arteri.
Setelah terjadi peningkatan tekanan darah arteri maka akan terjadi fase
istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas
pernapasan, otot rangka serta akan menyebabkan aktivitas saraf simpatis

18
19

menurun, epinerfrin menurun, kecepatan denyut jantung menurun, volume


sekuncup menurun, vasodilatasi vena menurun, karena penurunan ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan resistensi perifer total,
sehingga terjadilah penurunan tekanan darah (Puspitasari et al., 2017).
Menurut (Khomarun et al., 2014) aktivitas berjalan santai
mengalami perbedaan yang bermakna, perbedaan yang dilakukan itu pre
dan post pada saat pemberian intervensi aktivitas berjalan. Aktivitas
berjalan kaki ini dilakukan selama 2 kali dalam seminggu dalam waktu 20
menit selama 3 bulan. Olahraga yang sesuai dan efektif dapat
meningkatkan angka harapan hidup pada lansia sehingga kesehatan lansia
dapat meningkat. Sirkulasi darah yang lancar akan memperbaiki tekanan
darah yang tinggi dan memperlancar tekanan darah yang tinggi, maka dari
itu diharapkan pada lansia agar tetap melakukan olahraga ringan seperti
jalan kaki dipagi hari. Penelitian pada lansia yang berusia 50-60 tahun
sebanyak 15 orang, ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dalam perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden
terhadap aktivitas fisik jalan santai pagi.
Hasil penelitian berjudul pengaruh jalan kaki dua puluh menit
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi yang
dilakukan oleh (Gartika et al., 2021). Hasil pengujian yang digunakan oleh
peneliti ini menggunakan uji kuantitatif dengan jenis quasi eksperimen
without control group pre-post test design. Dari 15 respon didapatkan
p=0,000¿α= 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh jalan kaki
selama 20 menit terhadap penurunan tekanan darah. Peneliti belum dapat
mengatakan bahwa jalan kaki selama 20 menit ini mampu menurunkan
tekanan darah sampai tingkat tekanan darah normal.
Dari hasil penelitian yang berjudul analisis tekanan darah lansia
yang melakukan kegiatan olahraga pagi dengan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang akan dibagi
menjadi 2 kelompok dimana 15 intervensi dan 15 kontrol. Penelitian ini
menunjukkan bahwa melakukan olahraga jalan pagi hari terdapat

19
20

perbedaan yang sifnifikan pada tekanan darah dan aktivitas fisik jalan pagi
hari lebih efektif dalam menstabilkan tekanan darah.

F. Kerangka Teori

Lansia Farmakologi

Penurunan elastisitas
pembuluh darah

Hipertensi Non Farmakologi

Aktivitas Fisik

Efisensi kerja
jantung

Curah jantung

Vasokontriksi pembuluh
Elastisitas pembuluh darah darah

Peredaran darah akan


Penurunan tekanan
bekerja secara optimal darah

Bagan kerangka teori penelitian

20
21

Sumber : (Puspitasari et al., 2017)

21
22

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu justifikasi ilmiah terhadap


penelitian yang dilakukan serta memberikan landasan yang kuat terhadap
suatu topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi pada masalah tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi adanya
pengaruh aktivitas fisik jalan santai pagi hari terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Adapun kerangka konsep yang akan
diteliti oleh peneliti sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Jalan Santai Penurunan tekanan
pagi hari
darah sistolik dan
diastolik pada hipertensi

Variabel Perancu :

1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Lama menderita hipertensi

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti

Bagan 2.3
Kerangka Konsep Penelitian
23

B. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang harus di uji.
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak. Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
Ha : Ada penurunan aktivitas fisik jalan santai pagi hari terhadap
penurunan tekanan darah sistolik pada pasien penderita hipertensis
Ha : Ada penurunan aktivitas fisik jalan santai pagi hari terhadap
penurunan tekanan darah diastolik pada pasien penderita hipertensi.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 : Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
Variabel Independen
Salah satu bentuk
aktivitas fisik
dengan berjalan
Jalan santai kaki selama 30 SOP Jalan
Observasi
dipagi hari menit yang Santai
dilakukan selama
3x dalam
seminggu.
Variabel Dependen
Nilai tekanan
Penurunan
darah sistolik
tekanan
yang
darah Mengukur
menggambarkan
sistolik tekanan darah
kondisi saat Tensimeter …..mmhg Rasio
menggunakan
jantung
tensimeter
memompa darah
keseluruh tubuh.

Nilai tekanan
darah diastolik
yang Mengukur
Penurunan menggambarkan tekanan darah
tekanan kondisi saat dengan Tensimeter …mmhg Rasio
darah jantung istirahat menggunakan
diastolic memompa darah tensimeter.
keseluruh tubuh.
Waktu yang
dihitung
Formulir
dalam tahun
Usia Wawancara pengumpulan …. tahun Rasio
sejak
data
seseorang
lahir saat ini

23
24

Suatu
1 = IRT
kegiatan yang
2 = BURUH
dilakukan Formulir
3=
Pekerjaan seseorang Wawancara pengumpulan Nominal
WIRASWA
untuk data
TA
mendapatkan
4 = PNS
bayaran
Jenjang
pembelajaran
Pendidikan 1 = SD
yang Formulir
2 = SMP
ditempuh oleh Wawancara pengumpulan Ordinal
3 =SMA
responden data
4 = PT
terakhir kali

Rentang
waktu
penderita
menderita Formulir
hipertensi pengumpulan …tahun Rasio
Lama Wawancara
yang dihitung data
menderita
sejak awal
hipertensi
didiagnosis
oleh dokter

24
25

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yaitu penelitian eksperimental dengan menggunakan
pendekatan quasy experimental. Rancangan pada penelitian yang akan
digunakan yaitu pretest and posstest with control group design. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik jalan santai pagi
hari terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi.
Responden pada penelitian ini akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Subjek Pre Test Perlakuan Post test

K1A 01 X1 01a

K2A 02 X2 02a

Keterangan :
K1A : Responden Kelompok Intervensi
K2A : Responden Kelompok Kontrol
X1 : Terapi aktivitas jalan santai
X2 : Tidak dilakukan intervensi, mengikuti program yang diberikan
puskesmas
01 : Tekanan darah sebelum diberikan terapi pada kelompok intervensi
02 : Pengukuran Tekanan darah sebelum diberikan terapi pada kelompok
kontrol
01a : Pengukuran Tekanan darah setelah diberikan terapi pada kelompok
intervensi
02a : Pengukuran Tekanan darah setelah diberikan terapi pada kelompok
kontrol

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu Tahun 2023.
2. Waktu :
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai April tahun
2023
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini menunjukkan kepada seluruh lansia
penderita hipertensi yang berada diwilayah kerja Puskesmas Jembatan
kecil Kota Bengkulu dengan jumlah lansia sebanyak 125 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diambil
(Notoadmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang
menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel Purposive Sampling, dimana penentuan sampel
yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1. Lansia yang terdiagnosis hipertensi dengan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
diatas lebih dari 90 mmH
2. Responden merupakan laki-laki maupun lansia perempuan
3. Lansia ikut dalam penelitian dengan menandatangani
informed consent
4. Mampu untuk beraktivitas sendiri

26
5. Tidak memiliki kelemahan ekstremitas atas dan bawah
6. Lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi secara
teratur
b. Kriteria eklusi
1. Lansia yang mengundurkan diri menjadi responden
2. Memiliki gangguan berkomunikasi dan daya ingat
3. Memiliki gangguan fisik yang mengakibatkan lansia tidak
mampu melakukan aktivitas fisik
Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan
berdasarkan rumus beda 2 mean yaitu :

( )
2
2 α
2 σ z 1− + z 1−β
2
n=
( μ 1−μ 2 )2

Keterangan :

n : besar sampel
Z1-α/2 : standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α =
Z1-β : standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β =
µ1 : nilai mean kelompok kontrol yang didapat
µ2 : nilai mean kelompok intervensi yang didapat
|σ : estimasi standar deviasi dari beda mean pre test dan post test
berdasarkan literatur (Gartika et al., 2021)

Berdasarkan penelitian (Aliftitah & Oktavianisya, 2020) di Desa


Errabu memiliki banyak responden 30 orang diketahui nilai mean
kelompok kontrol (µ= 116,87), nilai mean kelompok intervensi (µ=
126,47), nilai standar deviasi kelompok kontrol ( s 1=12,334 2), nilai
standar deviasi kelompok intervensi ( s 2=9,643 2), perbedaan standar
deviasi yang didapatkan yaitu :

27
Perbedaan Standar Deviasi yang didapatkan
2 2
2 S1 +S2
σ =
2
2
σ =¿ ¿
2 152,127 +92,987
σ =
2
2 245,114
σ =
2
2
σ =122,557

Besaran sampel yang diperoleh:

2 2
2 σ (Z 1−α /2+Z 1−β )
n=
( μ 1−μ 2 )2

2
2 ∙ 122,557(1 , 96+0 , 84)
n=
( 116 , 87−5 , 66 )2

245,114(7 , 84)
n=
( 116 , 87−5 , 66 )2

1.911,889
n=
111 ,21

n=17 , 19 n=17 orang

Berdasarkan perhitungan rumus sampel, jumlah responden yang


dibutuhkan adalah 17 orang. Dengan memepertimbangkan
kemungkinan adanya dropout untuk itu perlu penambahan 10%,
sehingga total sampel adalah 19 orang pada lansia penderita
hipertensi. Pada masing-masing kelompok sebanyak 19 orang
penderita hipertensi pada kelompok intervensi dan 19 pada kelompok
kontrol.

28
D. Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik
pre-post dalam pemberian terapi aktivitas fisik jalan santai. Pengukuran
tekanan darah dapat menggunakan sphygmanometer serta wawancara
langsung mengenai informasi karakteristik seperti umur, pekerjaan,
pendidikan, dan lama menderita hipertensi. Data sekunder yang akan
digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui dari data rekam medik
untuk mengetahui status tekanan darah responden.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Formulir pengumpulan data
Formulir pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
data pasien, yang berisi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, lama menderita hipertensi, kemudian hasil pengukuran
tekanan darah sistolik dan pengukuran tekanan darah diastolik pre
dan post, serta tanda tangan responden.
b. Sphygmanometer
Sphygmanometer adalah hal yang paling utama yang akan
digunakan dalam penelitian ini dimana sphygmanometer ini
merupakan alat ukur untuk mengukur tekanan darah sistolik dan
diastolik pre dan post.
c. Stopwatch/Jam
Suatu bahan penelitian dimana alat ini adalah salah satu yang
digunakan untuk mengukur setiap berapa lama responden mampu
berjalan dalam waktu 30 menit.
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) Jalan Santai
SOP yang digunakan berisikan langkah-langkah tindakan terapi

29
jalan santai sebagai panduan untuk peneliti dalam melakukan terapi
aktivitas jalan santai.
e. Standar Operasional Prosedur Pengukuran Tekanan Darah
SOP yang digunakan berisi langkah-langkah tindakan pengukuran
tekanan darah sebagai acuan panduan peneliti dalam melakukan
pengkuran tekanan darah. (terlampir)
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam pengumpulan untuk penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data kepada
calon responden
b. Melakukan informed consent kepada responden dan sebagai
peneliti harus melakukan kontrak terlebih dahulu kepada responden
c. Melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan (pre test)
d. Melakukan pengukuran tekanan darah setelah intervensi (post test)
1. Tahap Persiapan Prosedur Penelitian
a. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan intervensi
2. Prosedur Intervensi
a. Kelompok Intervensi
1. Responden pada kelompok intervensi berjumlah
2. Kelompok intervensi akan diberikan terapi aktivitas fisik jalan
santai
3. Pada hari ke-1 sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu
akan dilakukan pengukuran tekanan darah (pre test)
4. Sesudah melakukan pengukuran tekanan darah dan telah
mendapatkan hasil nilai tekanan darah sistolik dan diastolik,
dilakukan intervensi terapi jalan santai kepada responden
5. Setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan kembali
pengukuran tekanan darah (post test)
6. Pada hari ke-2 sebelum dilakukan intervensi akan dilakukan
terlebih dahulu pengukuran untuk tekanan darah (pre test)

30
7. Kemudian setelah didapatkan hasil dari pengukuran tekanan
darah sistolik dan diastolik, maka akan dilakukan intervensi
terapi jalan santai kepada responden
8. Setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan kembali
pengukuran tekanan darah (post test)
9. Pada hari ke-3 sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu
akan dilakukan pengukuran tekanan darah (pre test)
10. Setelah melakukan pengukuran tekanan darah dan
mendapatkan hasil tekanan darah sistolik dan diastolik, maka
lakukan intervensi terapi jalan santai kepada responden
11. Kemudian setelah dilakukan intervensi maka akan dilakukan
kembali pengukuran tekanan darah (post test)
b. Kelompok Kontrol
1. Responden pada kelompok kontrol berjumlah
2. Kelompok kontrol akan di ukur tekanan darahnya selama 3 hari
berturut-turut
3. Pada hari ke-1 sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah
terlebih dahulu (pre test)
4. Pada hari ke-2 akan dilakukan kembali pengukuran tekanan
darah
5. Kemudian pada hari ke-3 dilakukan pengukuran tekanan darah
kembali (post test)
G. Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh dari proses pengumpulan data akan
diolah menggunakan program komputer dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing
Memeriksa serta mengecek kembali data yang sudah terkumpul
untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian serta kejelasan data
tersebut.

31
2. Coding
Memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
dari berbagai katagori sehingga memudahkan untuk melihat
arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry Data
Pada tahap ini memasukkan data kedalam komputer sesuai
dengan variabel yang telah ada. Kemudian data yang telah
diperoleh akan dianalisis sesuai jenis dan kegunaan data.
4. Proccesing
Data yang sudah selesai akan dikelompokkan dan kemudian di
uji statistik menggunakan perangkat komputerisasi.
5. Cleaning
Memeriksa kembali data yang telah di entry kedalam perangkat
komputerisasi untuk melihat ada atau tidaknya data yang hilang
(missing) dengan melakukannya list, dan jika data yang sudah
ada di entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau
kode yang digunakan.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
dari variabel independen serta variabel dependen. Untuk data numerik
seperti usia dan nilai pengukuran tekanan darah, maka akan dilakukan
analisis univariat untuk melihat nilai Mean, SD, Median, dan Max-
Min. Sedangkan untuk data kategorik seperti jenis kelamin dan akan
dilakukan dengan menunjukkan nilai persentase atau proporsi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat membuktikan hipotesis penelitian yaitu
mengetahui pengaruh Jalan Santai Pagi Hari terhadap tekanan darah
pasien lansia hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Sebelum dianalisa, data terlebih dahulu akan diuji normalitas untuk
mengetahui sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak, jika

32
data berdistribusi normal maka menggunakan uji T-test independent
namun jika data berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji
Mann Whitney U T-test.
I. Etika Penelitian
1. Self Determinan
Dalam penelitian ini responden atau lansia yang mengalami
hipertensi diberi kebebasan dalam memilih serta memutuskan
untuk ikut berpartisipasi atau tidak tanpa adanya paksaan yang
dibuktikan dengan lembar persetujuan penandatanganan.
2. Tanpa nama(anonimity)
Nama responden tidak dicantumkan pada hasil penelitian dan
peneliti hanya menggunakan kode nomor. Tanda tangan
dicantumkan pada lembar persetujuan untuk dilakukan secara
tertulis.
3. Kerahasiaan(confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari responden dijamin peneliti
tidak akan menyebarluaskan kepada orang lain dan hanya peneliti
yang mengetahuinya. Informasi yang telah terkumpul dari subjek
dijamin dirahasiakan, dan data penelitian disimpan didalam laptop
dilengkapi password pada folder penelitian.
4. Keadilan (justice)
Peneliti memperlakukan responden secara adil dari awal sampai
akhir penelitian tanpa adanya diskriminasi, dengan pengertian
semua responden diperlakukan sama yaitu diberikan terapi
aktivitas fisik jalan santai serta sekaligus diukur tekanan darah
nya.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Responden yang ikut dalam penelitian ini mendapatkan manfaat
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia menggunakan terapi
aktivitas fisik jalan santai.

33
6. Maleficience
Dalam penelitian ini responden dibebaskan segala hal, tidak
menimbulkan kekerasan pada responden, tidak mengganggu
aktivitas responden seperti biasanya, tidak menjadikan responden
untuk dieksploitasi serta memberikan manfaat yang besar yaitu
penurunan tekanan darah yang dialami responden.Peneliti telah
meminimalisirkan terjadinya dampak yang dapat merugikan bagi
responden dengan melaksanakan tindakan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP).
J. Alur Penelitian
Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, peneliti
melakukan tahapan penelitian yang dimulai dari seleksi sampling untuk
menentukan responden. Untuk pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
bagan berikut : Seluruh lansia penderita hipertensi yang melakukan
pengobatan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Inform concent, Pengumpulan data

Responden sesuai dengan kriteria

Kelompok kontrol Kelompok intervensi

Pretest Pengukuran Tekanan Darah Pretest, Pengukuran Tekanan


Darah
Tidak dilakukan intervensi melainkan
semata-mata hanyaPemberian
mengikutiterapi aktivitas
program yang
dilakukanjalan
oleh santai pagi hari
puskesmas selama 3
dengan
K.mengontrol tekanan darahhari
Etika Penelitian lansia yang
mengkonsumsi obat antihipertensi yang
diberikan oleh puskesmas
34
Post test, Pengukuran
Tekanan Darah
Post test, Pengukuran Tekanan Darah
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Jalannya Penelitian
Puskesmas Jembatan Kecil memiliki prevalensi angka penderita
hipertensi yang cukup tinggi di Kota Bengkulu. Penelitian diawali dengan
peneliti mengajukan permohonan layak etik kepada tim review etik
Poltekkes Kemenkes Bengkulu pada tanggal 14 Mei 2023 dengan nomor
KEPK.BKL/226/05/2023. Izin penelitian telah disetujui olah Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bengkulu dengan nomor surat
070/595/B.Kesbangpol/2023, perizinan penelitian dari Dinas Kesehatan
Kota Bengkulu terhitung mulai tanggal 15 Mei sampai dengan tanggal 15
Juni dan telah disetujui oleh pihak Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu sesuai dengan tanggal yang telah tertera pada izin penelitian dari
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 Mei hingga
15 Juni 2023 di wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive Sampling dimana
pemilihan sampel yang diambil memenuhi kriteria penelitian sampai
waktu tertentu sehingga jumlah sampel dapat terpenuhi. Kemudian peneliti
melakukan pemilihan pada responden dengan cara lansia yang datang pada
saat pospindu yang menderita hipertensi dengan memenuhi syarat
ketetentuan yang ada berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi akan menjadi
responden penelitian. Jumlah responden seluruh 38, yang terdiri dari 19
kelompok intervensi yang akan diberikan aktivitas jalan santai pagi hari
dan pada kelompok kontrol berjumlah 19 orang yang akan diberikan
senam hipertensi.

35
Hal yang dilakukan peneliti setelah menentukan responden yaitu
melakukan informed consent untuk memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan, manfaat, prosedur serta kontrak penelitian kepada calon responden
secara langsung. Pelaksanaan pengukuran tekanan darah pre dilaksanakan

36
36

pada tanggal 15 Mei pada kelompok intervensi dan 19 Mei pada kelompok
kontrol. Sedangkan pengukuran tekanan darah post di ukur setelah dilakukan
tindakan selama 1 bulan pelaksanaan dihari terakhir pemberian intervensi dan
kontrol. Tindakan pada kelompok intervensi dan kontrol dilaksanakan dengan
cara datang mendatangi pasien langsung ke Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu.

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Karakteristik responden yang meliputi usia, pekerjaan,
Pendidikan, dan lama menderita hipertensi. Penyajian dan interpretasi
data responden berdasarkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Pendidikan, Lama
Menderita Hipertensi Tahun 2023
No Variabel Intervensi Kontrol

1. Usia
Mean 58.16 58.84
Min 50 54
Max 65 65
SD 3.862 3.096
SE 886 710
CI 95% 56.30-60.02 57.35-60.33

2. Pendidikan
SD 10 (52.6%) 10 (52.6%)
SMP 5 (26.3%) 5 (26.3%)
SMA 3 (15.8%) 4 (21.1%)
PT 1 (5.3%) 0

3. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 12 (63.2%) 8 (42.1%)
Buruh 1 (5.3%) 7 (36.8%)
Wiraswasta 4 (21.1%) 4 (21.1%)
Pns/Pensiunan 2 (10.5%) 0

4. Lama Menderita
Hipertensi
Kurang dari 5 tahun 8 (42.1%) 8 (42.1%)
Lebih dari 5 tahun 11 (57.9%) 11 (57.9%)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, hasil analisis yang didapatkan rerata usia
pada kelompok intervensi yaitu 58 tahun. Sedangkan rerata usia pada kelompok
kontrol 59 tahun. Rerata Pendidikan pada kelompok intervensi dan kontrol terlihat
bahwa setengah dari responden Sekolah Dasar. Rerata pekerjaan pada kelompok
intervensi adalah sebagian besar dari responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga. Sedangkan pada kelompok kontrol hampir sebagian dari responden
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Rerata responden lama menderita hipertensi
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar dari responden
mengalami hipertensi sudah lebih dari 5 tahun.
2. Analisis bivariat

Tabel 5.2

Distribusi Rerata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Setelah


Diberikan Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2023

Kelompok
Variabel
Intervensi Kontrol

Tekanan darah sistolik pre

Mean 152.89 149.74

Median 155.00 150.00

SD 4.189 3.899

Min-Max 145-160 145-160

CI For Mean 95% 150.88-154.91 149.74-147.86

Tekanan darah sistolik post

Mean 147.63 136.26

Median 150.00 135.00

SD 3.059 9.966

Min-Max 140-150 120-155

37
CI For Mean 95% 146.16-149.11 131.26-131.46

Tekanan darah diastolik pre

Mean 92.68 91.95

Median 93.00 92.00

SD 4.854 9.300

Min-Max 85-100 77-109

CI For Mean 95% 90.34-95.02 87.46-96.43

Tekanan darah diastolik post

Mean 89.74 78.47

Median 90.00 78.00

SD 4.987 6.328

Min-Max 80-99 70-90

CI For Mean 95% 87.33-92.14 75.42-81.52

Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan bahwa hasil analisis nilai rerata
pada kelompok intervensi tekanan darah sistolik sebelum diberikan aktivitas jalan
santai adalah 152.89 mmHg. Sedangkan Rerata tekanan darah sistolik setelah
diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63 mmHg. Rerata tekanan darah
diastolik sebelum aktivitas jalan santai adalah 92. 68 mmHg. Sedangkan Rata-rata
tekanan darah diastolik setelah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.74
mmHg.
Hasil analisis didapatkan pada kelompok kontrol rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum diberikan senam hipertensi adalah 149.74 mmHg. Sedangkan
Rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan senam hipertensi adalah 136.26
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan senam hipertensi
adalah 91.95 mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah diastolik setelah diberikan
senam hipertensi adalah 78.47 mmHg.

38
Tabel 5.3
Hasil Uji Normalitas Data
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Variabel P Value

Pre Test Tekanan Darah Sistol

Kelompok intervensi 0.016

Kelompok kontrol 0.001

Pre Test Tekanan Darah Diastol

Kelompok intervensi 0.311

Kelompok kontrol 0.662

Post Test Tekanan Darah Sistol

Kelompok intervensi 0.000

Kelompok kontrol 0.017

Post Test Tekanan Darah Diastol

Kelompok intervensi 0.726

Kelompok kontrol 0.203

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan hasil uji normalitas data dengan
Shapiro wilk hasil pengolahan data pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Pada kelompok intervensi dan kontrol dengan tekanan darah sistolik baik
pre dan post menggunakan uji Manwhitney, karena berdistribusi tidak normal.
Sedangkan pada kelompok intervensi dan kontrol dengan tekanan darah diastolik
baik pre dan post menggunakan uji Independent T-Test.

39
Tabel 5.4
Perbedaan Rata-Rata Selisih Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu Tahun 2023
Variabel Mean (SD) p Value
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik
Intervensi 5.26 (5.886) 0.013
Kontrol 13.47 (11.227)
Tekanan Darah
Diastolik
Intervensi 2.95 (4.143) 0.002
Kontrol 13.47(12.855)

Berdasarkan tabel 5.4 menggambarkan perbedaan atau selisih peningkatan


nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi hanya sebesar 5.26
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik kelompok kontrol 13.47
mmHg. Tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi hanya sebesar 2.95
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik kelompok kontrol 13.47
mmHg. Hasil uji statistik menggunakan Independent Sample Test didapatkan nilai
p value (p value ≤ α 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh tekanan
darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan aktivitas jalan santai
dan senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.

40
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Tekanan Darah


Karakteristik responden pada penelitian ini menggambarkan
deskriptif responden berdasarkan sampel penelitian yang telah ditentukan.
Responden yang terlibat dalam penelitian ini merupakan penderita
hipertensi yang mengalami peningkatan pada tekanan darah di wilayah
kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu yang memenuhi kriteria
inklusi dan eklusi. Karakteristik responden meliputi usia, pendidikan,
pekerjaan, dan lama menderita hipertensi. Beberapa gambaran
karakteristik responden yaitu :
1. Usia
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
didapatkan bahwa rata-rata usia responden pada kelompok intervensi 58
tahun dan pada kelompok kontrol usia sekitar 59 tahun. Hasil penelitian
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krismaryani et al.,
(2022) dengan jumlah usia penderita hipertensi rata-rata ≤ 60 tahun.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Hansford et al., (2021) dengan hasil penelitian penderita hipertensi
terbanyak memiliki usia dibawah 60 tahun. Seiring bertambahnya usia
maka tekanan darah akan meningkat. Setelah usia 45 tahun, dinding
arteri akan mengalami penebalan yang dikarenakan adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berlangsung menyempit dan akan menjadi kaku. Hasil penelitian
ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Mutmaidah,

41
2019) dengan hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden
yang menderita hipertensi memiliki usia sekitar dibawah 60 tahun.

2. Pendidikan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan lansia penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu, didapatkan bahwa rata-rata Pendidikan responden pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol setengah dari responden
Sekolah Dasar. Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan (Mutmaidah, 2019) bahwa Pendidikan Sekolah Dasar
memiliki faktor beresiko hipertensi lebih tinggi dengan persentase 60%.
Tingkat Pendidikan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
tekanan darah. Tingkat Pendidikan dapat berpengaruh terhadap gaya
hidup seperti kebiasaan merokok daan minum alkohol. Tingginya
resiko terkena hipertensi pada Pendidikan yang rendah, yang
disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada seseorang yang
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit untuk menerima
informasi yang diberikan oleh petugas sehingga akan berdampak pada
pola hidup yang sehat (Krismaryani et al., 2022). Hasil penelitian
didukung oleh penelitian Fatmawati (2010) dengan judul “pengaruh
aktivitas fisik terhadap tekanan darah pada lansia” dengan jumlah
responden 20 orang yang Sebagian besar adalah memiliki tingkat
Pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase 60% (12 orang).
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Gartika et al., 2021) yang disimpulkan bahwa responden yang menjadi
sampel penelitian adalah Sebagian besar berlatar belakang pendidikan
Sekolah Dasar dengan nilai persentase (46.7%). Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian Ningsih (2017) bahwa Pendidikan
responden Sebagian besar Sekolah Dasar sebanyak (76.6%).
3. Pekerjaan

42
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan 38 responden yaitu
sebanyak 19 kelompok intervensi dan 19 kelompok kontrol. Distribusi
frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada lansia penderita
hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu rata-rata
sebagian besar dari responden Ibu Rumah Tangga. Sedangkan rerata
pada kelompok kontrol hampir sebagian besar Ibu Rumah Tangga. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Apriliani, 2018)
bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga memiliki faktor resiko hipertensi
lebih tinggi dengan persentase 87.5%.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Ibu rumah tangga
memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi, hal ini disebabkan
oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh Ibu Rumah Tangga
tersebut. Jika semakin banyak kesibukan aktivitas ibu rumah tangga,
maka akan membuat waktu mereka untuk tidak melakukan aktivitas
olahraga dan akan menyebabkan peningkatan kelebihan berat badan.
Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan beresiko
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga oto jantung tidak mampu bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Semakin kaku dan sering otot jantung memompa darah,
maka semakin besar tekanan yang disebabkan oleh arteri. Peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh aktivitas yang kurang menyebabkan
terjadinya komplikasi yaitu seperti penyakit jantung koroner, gangguan
fungsi ginjal, stroke (Wahyudi et al., 2017).
Hasil penelitian didukung oleh (Rohimah & Dewi, 2022) dengan
judul “Jalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada lansia di Desa
Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis” dengan
jumlah responden 15 responden yang Sebagian besarnya adalah
memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga dengan persentase
sebanyak 46.6% (7 orang). Hasil penelitian ini juga didukung oleh
(Makawekes et al., 2020) dengan jumlah responden 32 orang, yang

43
menyebutkan bahwa pekerjaan ibu rumah tangga memiliki faktor yang
tinggi menderita hipertensi yaitu sebanyak 15 orang (46.9%).
B. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien penderita
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian
aktivitas jalan santai
Hasil analisis rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
intervensi sebelum dilakukan aktivitas jalan santai adalah 152.89 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok intervensi
sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63 mmHg. Berdasarkan
hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan darah sesudah
diberikan intervensi lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diberikan
intervensi. Sehingga didapatkan (p=0,013) artinya ada perbedaan rata-rata
tekanan darah sistolik sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai
pada kelompok intervensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan tekanan darah
sistolik pada lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu.
Penelitian yang dilakukan oleh (Kartika, 2018) menunjukkan hasil
uji statistik didapat hasil p value 0,001 pada tekanan darah sistolik
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum
dan sesudah diberikan aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan
tekanan darah penderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2015) menunjukkan
karakteristik responden sebelum perlakuan yang hampir seluruhnya
memiliki tekanan darah sistolik adalah 151.88 mmHg meskipun tekanan
diastolik sebagian besar masih pada kisaran normal. Hasil penelitian
setelah dilakukannya perlakuan dengan selisih penurunan sebesar 12.46
mmHg, hasil t test dengan konfidensi interval 95% (α<0,05) diperoleh
sistolik (p=0,000). Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna
pengkuran tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi.

44
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Yulanda & Lisiswanti, 2017) yang menunjukkan hasil tekanan darah
sistolik dan diastolik terdapat perbedaan yang signifikan p (0.006<0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan santai
terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita
hipertensi. Hasil analisis rata-rata tekanan darah diastolik responden
kelompok intervensi sebelum diberikan aktivitas jalan santai adalah 92.00
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.08 mmHg.
Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan darah
sesudah diberikan intervensi lebih kecil dibandingkan dengan sebelum
diberikan intervensi dengan selisih rata-rata sebesar 10.042 mmHg, dan
didapatkan (p=0,000) artinya ada perbedaan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pada
kelompok intervensi. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh aktivitas
jalan santai pagi hari terhadap penurunan penurunan tekanan darah
diastolik lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu.
C. Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Pasien Lansia
Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
Senam Hipertensi terhadap Penurunan Tekanan Darah
Hasil analisis rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
kontrol sebelum diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 149.74
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
kontrol sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 13.47
mmHg. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean tekanan
darah sistolik sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia lebih kecil
dibandingkan dengan sebelum diberikan senam hipertensi. Sehingga
(p=0,013) terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia pada kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh senam hipertensi pada lansia

45
terhadap penurunan tekanan darah sistolik di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu.

Hasil analisis rata-rata tekanan darah diastolik responden


kelompok kontrol sebelum diberikan senam hipertensi pada lansia adalah
91.88 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden
kelompok kontrol sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia adalah
79.04 mmHg. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa nilai mean
tekanan darah diastolik sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia
lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diberikan senam hipertensi pada
lansia dengan selisih rata-rata sebesar 12.83 mmHg dan didapatkan
(p=0,000) yang artinya dimana ada perbedaan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia
kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
senam hipertensi pada lansia terhadap penurunan tekanan darah diastolik
di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
D. Pengaruh Aktivitas Jalan Santai Pagi Hari terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Berjalan kaki atau jalan santai merupakan olahraga atau aktivitas
fisik yang tidak membutuhkan waktu lama dan tidak mengeluarkan biaya
yang terlalu banyak karena, berjalan kaki bisa dilakukan oleh siapa saja
dan dimana saja sehingga semua orang dari segala umur dapat
melakukannya. Melakukan olahraga jalan santai atau jalan kaki yang
dilakukan secara teratur memiliki banyak manfaat untuk kesahatan fisik
lansia diantaranya, dapat menurunkan resiko stroke, diabetes,
osteoporosis, hipertensi dan penyakit dan penyakit system respirasi
(Yulanda & Lisiswanti, 2017). Gerak merupakan suatu kebiasaan yang
tidak lepas dari manusia. Manusia tidak berhenti bergerak, bahkan disaat
tidur, karena tanpa disadari jantung manusia tetap bergerak untuk
memompa darah ke seluruh tubuh walaupun setiap orang memiliki
aktivitas yang berbeda-beda setiap saat. Namun seiring berkembangnya

46
teknologi dari semua bidang yang ada, maka tingkat kesadaran akan
aktivitas fisik yang sangat rendah. Dengan meningkatnya aktivitas fisik
seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin
besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan
aliran darahnya. Tekanan darah sangat diepengaruhi oleh beberapa faktor
seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume laju serta kekentalan
(viskositas) darah (Makawekes et al., 2020).
Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot
jantungnya bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh
aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti
penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan lainnya
(Rohimah & Dewi, 2022). Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur
menyebabkan antung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga
daya tamping besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan teratur,
selain itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya
relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan
meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut (Hasanudin
et al., 2018).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada pengaruh aktivitas
fisik jalan santai pagi hari terhadap penurunan tekanan darah di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Hasil analisis pada kelompok intervensi
yaitu nilai p value 0,000, artinya terdapat perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pagi hari pada
kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan senam hipertensi
pada lansia dengan nilai p value 0,011 artinya terdapat perbedaan tekanan
darah sebelum dan setelah diberikan senam hipertensi pada kelompok
kontrol. Pada penelitian ini didapatkan hasil perbedaan tekanan darah

47
sistolik dan diastolik antar kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan nilai p value 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemberian aktivitas
jalan santai pada kelompok intervensi memeliki efektivitas yang lebih
signifikan dalam menurunkan tekanan darah yang dibandingkan dengan
pemberian senam hipertensi pada kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi
sebesar 18,67 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,92 mmHg.
Sementara pada kelompok kontrol penurunan tekanan darah sistolik 28,46
mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 12,83 mmHg.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Rohimah & Dewi, 2022)
dengan jumlah responden 15 orang menunjukkan adanya penurunan
tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi 15 mmHg, sedangkan
untuk penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 13 mmHg. Pada
kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 4,3 mmHg dan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar
4 mmHg. Hasil analisa data menggunakan uji Independent Sample T-test
didapatkan nilai signifikan p value = 0,000 dengan α = 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan santai terhadap
tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan
Sindangkasih, Kabupaten Ciamis Tahun 2021.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Makawekes et al., 2020) dengan judul “Pengaruh Aktivitas Fisik
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia” dengan jumlah responden 32 orang
lansia di Desa Taloarane. Analisis data pada penelitian ini menggunakan
uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini mengungkapkan p value = 0,000 <0 0,05
maka disimpulkan bahwa ada pengaruh aktivitas fisik terhadap tekanan
darah.
E. Keterbatasan Penelitian

48
Peneliti menyadari bahwa ada kekurangan dalam penelitian ini, hal
ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini peneliti sedikit mengalami kesulitan dalam
mencari responden, karena mencari usia tahap awal.
2. Pada penelitian ini, peneliti kesulitan dalam waktu yang dikarenakan
penelitian ini bersamaan dengan waktu dinas.
3. Penelitian ini mengalami kesulitan dalam mengumpulkan responden.

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh pemberian
aktivitas fisik jalan santai terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia penderita hipertensi di
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu didapatkan bahwa rata-rata
usia responden pada kelompok intervensi adalah rentang usia 50-60
tahun, Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
didapatkan bahwa rata-rata Pendidikan responden pada kelompok
intervensi adalah Sekolah Dasar sebesar (50.0%) dan pada kelompok
kontrol (41.7%), dan distribusi frekuensi responden berdasarkan
pekerjaan lansia penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu didapatkan bahwa rata-rata pekerjaan responden pada
kelompok intervensi yaitu Ibu Rumah Tangga sebesar (54.2%) dan
pada kelompok kontrol sebesar (37.5%).
2. Rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok intervensi
sebelum dilakukan pemberian aktivitas jalan santai adalah 152.89
mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 147.63

49
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sebelum diberikan aktivitas jalan santai adalah 92.68 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok
intervensi sesudah diberikan aktivitas jalan santai adalah 89.74 mmHg.
3. Rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok kontrol sebelum
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 147.74 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik responden kelompok kontrol
sesudah diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 136.26 mmHg.
Rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok kontrol sebelum
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 91.95 mmHg. Sedangkan
rata-rata tekanan darah diastolik responden kelompok kontrol sesudah
diberikan senam hipertensi pada lansia adalah 78.47 mmHg.
4. penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada pengaruh aktivitas fisik jalan
santai pagi hari terhadap penurunan tekanan darah di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Hasil analisis pada kelompok
intervensi yaitu nilai p value 0,000, artinya terdapat perbedaan tekanan
darah sebelum dan setelah diberikan aktivitas jalan santai pagi hari pada
kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan senam
hipertensi pada lansia dengan nilai p value 0,013 artinya terdapat
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberikan senam
hipertensi pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini didapatkan hasil
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik antar kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti ingin
memberikan saran kepada beberapa pihak terkait antara lain kepada :
1. Bagi Institusi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Bagi puskesmas diharapkan masyarakat khususnya lansia dapat
mengetahui bagaimana cara mengatasi hipertensi dengan cara yang
lebih muda serta bersifat alami tanpa menggunakan obat dan

50
bermanfaat bagi lansia terutama penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah secara non farmakologis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi Pendidikan di bidang kesehatan diharapkan
dapat ikut serta dalam mengaplikasikan aktivitas fisik jalan santai
sebagai salah satu cara mengontrol tekanan darah melalui kegiatan
pengabdian masyarakat atau seminar ilmiah.

3. Bagi Peneliti Lain


Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah
sampel dengan skala besar agar efek manfaat aktivitas fisik jalan santai
dapat dirasakan lebih luas serta menciptakan ruangan yang tenang dan
membantu untuk menurunkan tekanan darah.

51
52
37

Anda mungkin juga menyukai