Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KOMUNITAS

PAPER PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH :

NAMA : VIRA DWI RIZKY

NIM : P05120319048

PRODI : SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Andra Saferi Wijaya., S.Kep., M.Kep

Nip : 198804272019021001

TINGKAT III
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 PERAN PERAWAT DALAM PANDEMI COVID-19

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh
WHO (WHO, 2020). Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
11 Tahun 2020 menyatakan bahwa COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat (Kemenkes, 2020). Perawat komunitas turut berperan untuk memperkuat
penanggulangan COVID-19 karena merupakan tenaga kesehatan profesional yang
memiliki hubungan penting dengan lintas sektoral yang merupakan kontributor inti
dalam penanggulangan efektif COVID-19 di komunitas. Perawat komunitas
berkontribusi dalam penanggulangan COVID-19, seperti skrining, merujuk, memberi
dukungan bagi perawatan di rumah, kebutuhan tenaga pusat isolasi berbasis
komunitas, menjalankan surveilans, pelacakan kontak, komunikasi risiko, dan
bekerjasama dengan lintas sektor (WHO dan UNICEF, 2020). Namun pandemi
COVID-19 menimbulkan kepanikan terutama dalam penggunaan masker,
meningkatnya pembel ian masker menyebabkan kelangkaan masker bagi petugas
kesehatan dan mengurangi efektifitas petugas kesehatan dalam pengendalian pandemi
COVID-19 (H.Wuetal, 2020). Selain keterbatasan alat pelindung diri (APD) perawat
komunitas juga mendapatkan stigma negatif, perkembangan media sosial banyak
mengandung informasi yang bersifat negatif, baik berupa berita provokatif yang
disertai isu terkini, ujaran kebencian, dan berita bohong (hoax).(Dwi & Santoso,
2021)

B. Peran perawat dalam pandemic covid 19

Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas mempunyai


peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan masyarakat/komunitas
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan melalui kegiatan pencegahan dan
pengendalian COVID-19. Perawat komunitas memberikan promotif dan preventif
dalam menyikapi kepanikan masyarakat perlu mengedukasi masyarakat dengan benar,
dan berinovasi dengan tantangan kelangkaan APD untuk tetap dapat memberikan
pelayanan maksimal dengan keamanan optimal. Situasi pandemi membuat perawat
komunitas harus menyesuaikan peran dan tanggung jawab perawat dalam konteks
pandemi COVID-19, penting untuk menghindari burnout, kelelahan, kekosongan
layanan, penurunan kualitas, dan peningkatan risiko infeksi. Skrining awal dan
tindakan PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang tepat harus menjadi bagian
dalam semua kegiatan pelayanan kesehatan berbasis komunitas untuk menjaga
keselamatan perawat komunitas. Kepatuhan untuk selalu menggunakan kewaspadaan
standar harus diperkuat, terutama kebersihan tangan, pembersihan dan disinfeksi
permukaan dan lingkungan, dan penggunaan APD secara tepat. Kebutuhan akan
tindakan PPI tambahan bergantung pada penularan COVID-19 setempat dan jenis
kontak yang diperlukan selama kegiatan, physical distancing/ jaga jarak fisik harus
dijalankan sebaik mungkin. Perencanaan logistik, anggaran, serta pengelolaan limbah
untuk persediaan APD dan kebersihan tangan harus menjawab kebutuhan perawat
komunitas. Kemungkinan kekurangan APD harus dipersiapkan secara proaktif.
(Harahap, 2020)

Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama (FKTP) termasuk didalamnya adalah


Puskesmas menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Peran perawat
komunitas di garda terdepan khususnya dalam upaya promotif preventif dalam masa
pandemi COVID-19 ini sangat penting terutama dalam mencegah terjadinya
kematian ibu dan bayi, stunting, masalah kesehatan lingkungan, tuberculosis, dan
penyakit tidak menular. Perawat komunitas dan tenaga kesehatan di Puskesmas terus
melakukan rangkaian 3T, Tracing, Testing, dan Treatment dengan masif serta terus
mengedukasi masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan untuk melindungi
diri, keluarga, masyarakat dan bangsa dari pandemi COVID-19. Berbagai kendala ini
menjadi tantangan bagi perawat komunitas dalam melakukan pelayanan di masa
pandemi COVID-19.

COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan


batuk/bersin (droplet) dan udara (airborne). Orang yang paling berisiko tertular
penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang
merawat pasien COVID-19 juga perawat komunitas baik yang melakukan pelayanan
maupun yang melakukan tracing kontak erat pasien COVID-19. Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar
negara.Berdasarkan situasi terkini perkembangan COVID-19 (covid19.kemkes.go.id)

Bertambahnya kasus konfirmasi COVID-19 baik masyarakat maupun tenaga


kesehatan menjadi tantangan yang dihadapi perawat komunitas untuk menekan angka
kasus penularan COVID-19 semakin besar dan tantangan melindungi diri ketika
berinteraksi dengan orang lain di masyarakat maupun di puskesmas, alat pelindung
diri yang terbatas membuat perawat komunitas semakin beresiko tinggi tertular
COVID-19 dan stigma negatif dari masyarakat terhadap perawat komunitas akan
berpengaruh pada kinerja perawat dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19
karena perawat komunitas bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan
berperan dalam penyehatan masyarakat. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat
dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus
dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,
aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya. Perawat komunitas
mempunyai kewajiban melakukan pelayanan selama pandemi bahkan men-tracing
orang-orang yang kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan
merujuk pasien terkonfirmasi serta memantau proses isolasi mandiri pasien jika
pasien adalah OTG oleh karena itu perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
COVID-19 oleh perawat sesuai protocol kesehatan di fasyankes. Sedangkan Untuk
meminimalkan risiko terjadinya pajanan COVID-19 kepada petugas kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan dan
pengendalian risiko penularan sebagai berikut:

a) Menerapkan kewaspadaan isolasi

b) Menerapkan pengendalian administrasi

c) Melakukan pendidikan dan pelatihan (Kemenkes, 2020).


Pencegahan penularan COVID-19 dihimbau untuk mejaga jarak dengan lingkungan
sosial (Social distancing), menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain
(physical distancing), bekerja dari rumah, dan beribadah dirumah namun hal ini tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan karena memiliki tugas dan kewajiban dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Berbagai
langkah-langkah pencegahan masih terus di perbarui untuk meminimalisir
penyebaran wabah. Pembatasan aktifitas rutin Puskesmas juga sempat ditunda seperti
posyandu, ANC terpadu, penyuluhan masyarakat, dan kegiatan lain yang
mengumpulkan massa. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi
adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
ternak dan hewan liar, menghindari kontak dekat dengan siapapun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin (WHO, 2020)
Sebagai langkah antisipasi penyebaran COVID-19 penggunaan masker baik saat
sehat, sakit maupun saat beraktifitas di luar rumah. Masker bedah dan N95 untuk
tenaga kesehatan, sedangkan masyarakat umum memakai masker berbahan kain
(Kemenkes, 2020).
Salah satu meningkatkan kemampuan masyarakat sasaran dalam mengenali, mencegah
dan mengembangkan upaya kesehatan ke masyarakat sasaran, dan dalam hal ini
masyarakat sasaran yang dimaksud adalah petugas kesehatan COVID-19 di Rumah
Sakit. Dalam mewujudkan program PKRS, maka perlu adanya strategi baik itu
metode, media dan sumber daya yang memadai sehingga akan terlaksana program
tersebut dengan baik (Larasanti,2017) yakni Advokasi, Dukungan sosial, dan
Pemberdayaan.

1. Advocacy
Advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang diarahkan kepada
sasaran tersier yang menghasilkan kebijkan (Putra, 2016) Strategi advokasi yang sudah
dilakukan yakni melalui koordinasi dengan pihak eksternal baik pemerintah maupun
non pemerintah tentang kondisi penanganan COVID-19 di lapangan yang selama ini
dilakukan melalui virtual meeting maupun whatsapp group. Dari koordinasi tersebut
nantinya dapat mengevaluasi upaya-upaya apa saja yang kurang dan memberikan
usulan perbaikan dalam perlindungan kepada petugas kesehatan yang menangani
pasien COVID19. Kemudian dari adanya koordinasi tersebut juga dibuat suatu
peraturan dan kebijakan Rumah Sakit yang berorientasi kepada upaya promotif-
preventif rumah sakit dalam melindungi petugas kesehatan yang menangani pasien
COVID-19 di ruang isolasi, aturan untuk wajib SWABPCR untuk petugas kesehatan
sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi, Standar Prosedur Operasional (SPO)
tentang APD, SPO tentang limbah sisa penanganan, program pelatihan perawat,
kebijakan tentang jam kerja.(Ridlo, 2020)

2. Social Support
Dukungan sosial ke perawat COVID-19 di ruang isolasi diperoleh dari internal rumah
sakit, pemerintah, serta non pemerintah. Dukungan tersebut meliputi pemenuhan
kebutuhan dan perlengkapan, seperti pemenuhan APD, mencukupi asupan vitamin dan
gizi petugas kesehatan, pemberian kesejahteraan perawat seperti tambahan insentif
diluar gaji petugas kesehatan, hingga diberikannya fasilitas rumah singgah untuk
petugas kesehatan yang dapat menjauhkan perawat dari stigma negatif masyarakat
tentang dirinya ketika harus pulang ke rumah akan menularkan virus. Menurut
Nurmala (2020) Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan
dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Puadi (2016),
bahwasannya adanya kerjasama di lintas ssktoral dan dukungan dari pemerintah dapat
memberikan hasil yang maksimal dalam penanggulangan masalah kesehatan yang ada.
Menurut Suhamdani (2020) pentingnya efikasi diri yang tinggi untuk meringankan
gejala psikologi seperti mengurangi tingkat kecemasan pada perawat di saat pandemi.
Dari situ diharapkan adanya kolaborasi dukungan dari pihak rumah sakit, pemerintah
dan juga non pemerintah dalam meringankan beban kerja petugas kesehatan COVID-
19 agar tercapai tujuan promosi kesehatan yang optimal.

3. Empowerment

Empowerment atau pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan meliputi


kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan (Sulaeman, 2012).
Pemberdayaan ditujukan ke petugas kesehatan agar mampu secara individu maupun
kelompok dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka maupun lingkungan
mereka (Nurmala, 2020). Perawat COVID-19 merupakan kelompok yang sangat
rentan untuk tertular virus COVID-19 dari pasien, sehingga perlunya dilakukan
pemberdayaan kepadaperawat di bidang kesehatan.. Kegiatan pemberdayaan perawat
di Rumah Sakit sudah dilakukan melalui pelatihan, seperti pelatihan tentang pelepasan
dan pemakaian APD, pelatihan tentang pemasangan ventilator, dan sosialisasi tentang
persiapan untuk bekerja di ruang isolasi COVID-19. Kemudian pembentukan tim-tim
untuk setiap tugas jaga di ruangan isolasi COVID-19, diharapkan dari pembentukan
tim tersebut ada persiapan dan rasa saling mengingatkan terkait kemanan dalam
penanganan pasien COVID-19 di ruang isolasi. Dalam memberikan pesan-pesan
kesehatan juga dipaparkan media visual tentang protokol pemasangan dan pelepasan
APD, protokol kesehatan dalam penanganan pasien. Selain itu ada media audiovisual
seperti sosialisasi melalui aplikasi digital Knowladge Management dan melalui
aplikasi whatsapp group, serta instagram dengan konten yang berisi pesan-pesan untuk
menjaga kesehatan selama pandemi dan juga informasiinformasi tentang webinar
terkait COVID19. Menurut penelitian Simamora (2019) mengatakan bahwa media
audiovisual merupakan salah satu media yang baik untuk penyuluhan kesehatan
karena melibatkan 2 indera yakni penglihatan dan pendengaran dalam satu proses
sekaligus.

Himbauan dari pemerintah terkait pencegahan dan pengendalian COVID-19 sudah


di informasikan melalui media sosial, media massa dan ledang informasi keliling ke
wilayah desa dengan pusling oleh petugas puskesmas bersama lintas sektor di tingkat
kecamatan. Pemerintah melalui Gugus Tugas COVID-19 mengadakan titik pantau
dan karantina pendatang dari luar daerah untuk mengantisipasi penyebaran dini
COVID-19 baik karantina tingkat desa maupun tingkat Kabupaten serta tersedia
rumah isolasi sesuai protokol kesehatan penanganan COVID-19 bagi OTG
terkonfirmasi COVID-19.

Schroeder K, Norful AA, Travers J, Aliyu S. (2020) dalam penelitiannnya yang


berjudul perspesi perawat tentang pemberian perawatan selama tahap awal pandemi
COVID-19 menunjukkan perawat menganggap konteks klinis COVID- 19 sangat
dinamis namun perawat cepat beradaptasi untuk pemberian perawatan karena
merekan merasakan “rasa tanggung jawab” untuk merawat pasien COVID- 19
meskipun takut tertular atau menyebarkan infeksi. Persepsi perawat komunitas
penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 semakin meluas,
mengingat perawat selain bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya di
puskesmas juga sebagai individu dan bagian dari keluarga ketika sudah pulang dari
puskesmas. (Bhagavatula et al, 2020) melakukan penelitian “survei pengetahuan dan
perspesi tenaga kesehatan tentang COVID-19” menyatakan bahwa sebagian besar
partisipan menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi (61%), dan
sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan buruk tentang penularan
COVID-19 (61%) dan onset gejala (63,6%) serta menunjukkan persepsi positif dalam
pencegahan dan pengendalian COVID-19. Penelitian sebelumnya telah di eksplorasi
pengetahuan dan persepsi tenaga kesehatan terhadap COVID-19 di rumah sakit,
namun belum ada penelitian difokuskan pada tenaga perawat khususnya perawat
komunitas di puskesmas selama pandemi mengingat perawat komunitas berhubungan
langsung dengan OTG dan kontak erat yang bisa saja terpapar dan terinfeksi COVID-
19.
RANGKUMAN

Perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas mempunyai


peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan masyarakat/komunitas dengan
tetap memperhatikan protokol kesehatan melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian
COVID-19. Perawat komunitas memberikan promotif dan preventif dalam menyikapi
kepanikan masyarakat perlu mengedukasi masyarakat dengan benar, dan berinovasi
dengan tantangan kelangkaan APD untuk tetap dapat memberikan pelayanan maksimal
dengan keamanan optimal. Situasi pandemi membuat perawat komunitas harus
menyesuaikan peran dan tanggung jawab perawat dalam konteks pandemi COVID-19,
penting untuk menghindari burnout, kelelahan, kekosongan layanan, penurunan kualitas,
dan peningkatan risiko infeksi. Skrining awal dan tindakan PPI (Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi) yang tepat harus menjadi bagian dalam semua kegiatan pelayanan
kesehatan berbasis komunitas untuk menjaga keselamatan perawat komunitas. Kebutuhan
akan tindakan PPI tambahan bergantung pada penularan COVID-19 setempat dan jenis
kontak yang diperlukan selama kegiatan, physical distancing/ jaga jarak fisik harus
dijalankan sebaik mungkin.

Perawat komunitas mempunyai kewajiban melakukan pelayanan selama pandemi


bahkan men-tracing orang-orang yang kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif
COVID-19 dan merujuk pasien terkonfirmasi serta memantau proses isolasi mandiri
pasien jika pasien adalah OTG oleh karena itu perlu diterapkan pencegahan dan
pengendalian COVID-19 oleh perawat sesuai protocol kesehatan di fasyankes. Sedangkan
Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan COVID-19 kepada petugas kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian
risiko penularan sebagai berikut:
a) Menerapkan kewaspadaan isolasi
b) Menerapkan pengendalian administrasi
c) Melakukan pendidikan dan pelatihan
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, M., & Santoso, Y. (2021). Studi Fenomenologi Pengalaman Perawat Dalam Merawat
Pasien Suspect Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 4(1), 54–68.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v4i1.617

Harahap, T. N. (2020). PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PENYEBARAN. PERAN


PERAWAT DALAM MENANGANI PENYEBARAN COVID 19 TSAQILA, covid19, 6.

Ridlo, I. A. (2020). Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental di


Indonesia. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental, 5(2), 162.
https://doi.org/10.20473/jpkm.v5i22020.162-171
EVALUASI SOAL

1. Penanganan dampak COVID-19 perlu kerjasama atau gotong royong semua pihak, mulai dari
pemerintah, aparat TNI/POLRI, masyarakat, dan dunia usaha. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi dampak COVID-19 pada bidang ekonomi yang
dapat dirasakan secara cepat yaitu....
A. Mengumpulkan bantuan uang atau kebutuhan pokok
B. Mendata dan melaporkan warga yang terdampak kepada aparat yang berwenang
C. Memberikan bantuan modal usaha
D. Mendoakannya semoga ikhlas dan tabah

2. Untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap bahaya COVID-19, maka hal yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut, kecuali...
A. Melakukan sosialisasi dengan bahasa dan media yang mudah dipahami
B. Meminta masyarakat untuk membaca sendiri informasi seputar COVID -19
C. Diberikan kumpulan berita yang isinya tentang daftar korban COVID-19
D. Diberikan kumpulan doa untuk terhindar dari wabah COVID-19

3. Banyak berita HOAKS berkaitan dengan COVID-19 di media sosial. Hal ini telah
menimbulkan keresahan di masyarakat. Peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk
menangkal HOAKS tersebut sebagai berikut, kecuali....
A. Menyanggah penyebar HOAKS tersebut dan memberikan penjelasan yang disertai data
dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.
B. Tidak ikut menyebarkan berita HOAKS tersebut.
C. Melaporkan kepada pihak yang berwajib.
D. Mengonfirmasi dan mencari tahu sumber informasi lain yang lebih bisa dipercaya.

4.  Pemerintah telah menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan


pembatasan fisik (physical distancing) dengan diam di rumah bagi warganya. Hal I ni
bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19, tapi masih banyak masyarakat yang
belum mematuhinya. Masyarakat masih banyak yang berkeliaran di luar rumah. Hal ini
disebabkan karena...
A. Masyarakat memerlukan kebutuhan pokok yang harus dibeli.
B. Tingkat kesadaran masyarakat masih rendah terhadap bahaya COVID-19.
C. Masyarakat merasa kesal dan bosan terus berada di rumah.
D. Masyarakat ada yang bekerja di luar rumah

5. Di bawah ini adalah cara-cara untuk mengatasi kecemasan menghadapi wabah COVID-19,
kecuali....
A. Tetap tenang, jangan panic
B. Banyak main media sosial
C. Lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan
D. Banyak membaca berita-berita positif tentang COVID-19

6. Jika seseorang pulang dari zona merah COVID-19 ke daerah zona hijau, maka yang hal harus
dilakukannya yaitu....
A. Melapor kepada RT/RW relawan desa/ kelurahan, lalu mengarantina diri selama 14
hari
B. Tetap tinggal di rumah tidak perlu melapor ke RT/RW setempat.
C. Langsung meminta diperiksa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
D. Beraktivitas seperti biasa dan baru melapor kepada RT/RW kalau terasa gejala gangguan
kesehatan.

7. Cara social distancing/ physical distancing yang aman yaitu...


A. Jarak kalau duduk atau berdiri antara masing-masing orang sekitar 1 s.d. 2 meter.
B. Jarak antara yang satu dengan yang lain boleh kurang dari satu meter asal
menggunakan masker dan tidak saling bersentuhan.
C. Setiap orang yang datang ke sebuah tempat diperiksa dulu suhu tubuhnya sebelum
diperbolehkan masuk.
D. Setiap orang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan berada pada jarak 1 s.d. 2
meter.
8. Peran serta masyarakat diperlukan untuk mencegah COVID-19 semakin menyebar. Hal-hal
yang bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut, kecuali....
A. Menjalankan pola hidup bersih dan sehat
B. Tetap diam di rumah sesuai dengan imbauan pemerintah
C. Banyak makan dan minum
D. Ikut menyosialisasikan pencegahan COVID-19 melalui media sosial

9. Tujuan menjaga jarak (Social distancing/Physical distancing) sebagaimana  yang


diinstruksikan oleh pemerintah kepada masyarakat yaitu...
A. Agar orang-orang tidak terlalu akrab antara satu sama lain.
B. Membudayakan antri dan disiplin.
C. Mengantisipasi penyebaran COVID-19.
D. Supaya orang-orang tidak berdesakan di tempat umum

10. jika sebuah daerah pada awalnya termasuk zona hijau COVID-19, lalu menjadi merah karena
ada yang tertular dari tempat lain, maka hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat adalah....
A. Memarahi orang yang telah membawa penyakit dari kota ke kampung
B. Menjauhi korban karena khawatir tertular, lalu meminta dia mengisolasi di rumahnya
C. Meminta pemerintah membangun puskesmas darurat di kampung tersebut
D. Memberikan semangat dan menghubungi petugas kesehatan setempat untuk
diperiksa ditangani lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai