DISUSUN OLEH :
NIM : P05120319048
DOSEN PEMBIMBING :
Nip : 198804272019021001
TINGKAT III
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi oleh
WHO (WHO, 2020). Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
11 Tahun 2020 menyatakan bahwa COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat (Kemenkes, 2020). Perawat komunitas turut berperan untuk memperkuat
penanggulangan COVID-19 karena merupakan tenaga kesehatan profesional yang
memiliki hubungan penting dengan lintas sektoral yang merupakan kontributor inti
dalam penanggulangan efektif COVID-19 di komunitas. Perawat komunitas
berkontribusi dalam penanggulangan COVID-19, seperti skrining, merujuk, memberi
dukungan bagi perawatan di rumah, kebutuhan tenaga pusat isolasi berbasis
komunitas, menjalankan surveilans, pelacakan kontak, komunikasi risiko, dan
bekerjasama dengan lintas sektor (WHO dan UNICEF, 2020). Namun pandemi
COVID-19 menimbulkan kepanikan terutama dalam penggunaan masker,
meningkatnya pembel ian masker menyebabkan kelangkaan masker bagi petugas
kesehatan dan mengurangi efektifitas petugas kesehatan dalam pengendalian pandemi
COVID-19 (H.Wuetal, 2020). Selain keterbatasan alat pelindung diri (APD) perawat
komunitas juga mendapatkan stigma negatif, perkembangan media sosial banyak
mengandung informasi yang bersifat negatif, baik berupa berita provokatif yang
disertai isu terkini, ujaran kebencian, dan berita bohong (hoax).(Dwi & Santoso,
2021)
1. Advocacy
Advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang diarahkan kepada
sasaran tersier yang menghasilkan kebijkan (Putra, 2016) Strategi advokasi yang sudah
dilakukan yakni melalui koordinasi dengan pihak eksternal baik pemerintah maupun
non pemerintah tentang kondisi penanganan COVID-19 di lapangan yang selama ini
dilakukan melalui virtual meeting maupun whatsapp group. Dari koordinasi tersebut
nantinya dapat mengevaluasi upaya-upaya apa saja yang kurang dan memberikan
usulan perbaikan dalam perlindungan kepada petugas kesehatan yang menangani
pasien COVID19. Kemudian dari adanya koordinasi tersebut juga dibuat suatu
peraturan dan kebijakan Rumah Sakit yang berorientasi kepada upaya promotif-
preventif rumah sakit dalam melindungi petugas kesehatan yang menangani pasien
COVID-19 di ruang isolasi, aturan untuk wajib SWABPCR untuk petugas kesehatan
sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi, Standar Prosedur Operasional (SPO)
tentang APD, SPO tentang limbah sisa penanganan, program pelatihan perawat,
kebijakan tentang jam kerja.(Ridlo, 2020)
2. Social Support
Dukungan sosial ke perawat COVID-19 di ruang isolasi diperoleh dari internal rumah
sakit, pemerintah, serta non pemerintah. Dukungan tersebut meliputi pemenuhan
kebutuhan dan perlengkapan, seperti pemenuhan APD, mencukupi asupan vitamin dan
gizi petugas kesehatan, pemberian kesejahteraan perawat seperti tambahan insentif
diluar gaji petugas kesehatan, hingga diberikannya fasilitas rumah singgah untuk
petugas kesehatan yang dapat menjauhkan perawat dari stigma negatif masyarakat
tentang dirinya ketika harus pulang ke rumah akan menularkan virus. Menurut
Nurmala (2020) Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan
dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Puadi (2016),
bahwasannya adanya kerjasama di lintas ssktoral dan dukungan dari pemerintah dapat
memberikan hasil yang maksimal dalam penanggulangan masalah kesehatan yang ada.
Menurut Suhamdani (2020) pentingnya efikasi diri yang tinggi untuk meringankan
gejala psikologi seperti mengurangi tingkat kecemasan pada perawat di saat pandemi.
Dari situ diharapkan adanya kolaborasi dukungan dari pihak rumah sakit, pemerintah
dan juga non pemerintah dalam meringankan beban kerja petugas kesehatan COVID-
19 agar tercapai tujuan promosi kesehatan yang optimal.
3. Empowerment
Dwi, M., & Santoso, Y. (2021). Studi Fenomenologi Pengalaman Perawat Dalam Merawat
Pasien Suspect Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 4(1), 54–68.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v4i1.617
1. Penanganan dampak COVID-19 perlu kerjasama atau gotong royong semua pihak, mulai dari
pemerintah, aparat TNI/POLRI, masyarakat, dan dunia usaha. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi dampak COVID-19 pada bidang ekonomi yang
dapat dirasakan secara cepat yaitu....
A. Mengumpulkan bantuan uang atau kebutuhan pokok
B. Mendata dan melaporkan warga yang terdampak kepada aparat yang berwenang
C. Memberikan bantuan modal usaha
D. Mendoakannya semoga ikhlas dan tabah
2. Untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap bahaya COVID-19, maka hal yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut, kecuali...
A. Melakukan sosialisasi dengan bahasa dan media yang mudah dipahami
B. Meminta masyarakat untuk membaca sendiri informasi seputar COVID -19
C. Diberikan kumpulan berita yang isinya tentang daftar korban COVID-19
D. Diberikan kumpulan doa untuk terhindar dari wabah COVID-19
3. Banyak berita HOAKS berkaitan dengan COVID-19 di media sosial. Hal ini telah
menimbulkan keresahan di masyarakat. Peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk
menangkal HOAKS tersebut sebagai berikut, kecuali....
A. Menyanggah penyebar HOAKS tersebut dan memberikan penjelasan yang disertai data
dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.
B. Tidak ikut menyebarkan berita HOAKS tersebut.
C. Melaporkan kepada pihak yang berwajib.
D. Mengonfirmasi dan mencari tahu sumber informasi lain yang lebih bisa dipercaya.
5. Di bawah ini adalah cara-cara untuk mengatasi kecemasan menghadapi wabah COVID-19,
kecuali....
A. Tetap tenang, jangan panic
B. Banyak main media sosial
C. Lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan
D. Banyak membaca berita-berita positif tentang COVID-19
6. Jika seseorang pulang dari zona merah COVID-19 ke daerah zona hijau, maka yang hal harus
dilakukannya yaitu....
A. Melapor kepada RT/RW relawan desa/ kelurahan, lalu mengarantina diri selama 14
hari
B. Tetap tinggal di rumah tidak perlu melapor ke RT/RW setempat.
C. Langsung meminta diperiksa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
D. Beraktivitas seperti biasa dan baru melapor kepada RT/RW kalau terasa gejala gangguan
kesehatan.
10. jika sebuah daerah pada awalnya termasuk zona hijau COVID-19, lalu menjadi merah karena
ada yang tertular dari tempat lain, maka hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat adalah....
A. Memarahi orang yang telah membawa penyakit dari kota ke kampung
B. Menjauhi korban karena khawatir tertular, lalu meminta dia mengisolasi di rumahnya
C. Meminta pemerintah membangun puskesmas darurat di kampung tersebut
D. Memberikan semangat dan menghubungi petugas kesehatan setempat untuk
diperiksa ditangani lebih lanjut