Anda di halaman 1dari 273

BUKU MODUL

KEPERAWATAN ANAK
Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep, M.Kep
Buku Modul ini berisi tentang teori dan panduan dalam
aktifitas praktik skill lab keperawatan anak

Program Studi DIV


Keperawatan Ners

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
Contribu
tor

Ns. Andra Saferi Wijaya, Ns. Rahma Anisa,


S.Kep, M.Kep S.Kep, M.Kep

Departemen Keperawatan Anak Departemen Keperawatan Anak


Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga tersusun Buku Modul
Laboratorium Keperawatan mata kuliah keperawatan Anak 1 Program Studi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Buku ini disusun dalam rangka memberikan
arahan dalam kegiatan belajar mengajar mata kuliah keperawatan Anak .

Oleh karena itu buku ini disusun dengan harapan akan memberikan bantuan pada
mahasiswa dan proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam menghadapi
pembelajaran pada mata kuliah keperawatan anak. Namun demikian penulis juga
mengharapkan adanya masukan-masukan demi kesempurnaan revisi buku ini sehingga
buku ini dapat dilaksanakan secara konsekuen oleh seluruh civitas akademika Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.

Terimakasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan


buku ini dan akhirnya semoga buku dapat bermanfaat sehingga dapat meningkatkan
kualitas lulusan mahasiswa di lingkungan Program Studi DIII Keperawatan dan pihak lain
yang memerlukannya.

Bengkulu, November 2019

Penulis,

Tim Keperawatan Anak Poltekkes


Kemenkes Bengkulu
Daftar Isi
PENGANTAR PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

Praktik keperawatan anak mencakup anak dengan berbagai tingkat usia


(neonatus, bayi, toddler, pra sekolah, sekolah dan remaja) dalam konteks keluarga
yang bertujuan untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak
sehat, anak sakit akut dan sakit yang mengancam kehidupan, dengan anak masalah
pediatric sosial dan manajemen terpadu balita sakit, dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Aturan pelaksanaan praktikum keperawatan anak
di Laboratorium PSIK FK Unsri merujuk pada aturan yang telah ditetapkan oleh
pihak laboratorium. Penanggung jawab kelas sudah harus menghubungi pihak
laboratorium sehari sebelum pelaksanaan praktikum untuk keperluan peminjaman
alat.

Tujuan dari pembuatan modul praktikum adalah sebagai pedoman


pembelajaran bagi mahasiswa dalam membantu mengikuti proses praktikum
sehingga mampu melakukan tindakan sesuai dengan capaian pembelajaran yang
diharapkan. Metode pelaksanaan praktikum juga menjadi salah satu faktor yang
dapat membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran terutama
meningkatkan softskill mahasiswa dalam melakukan tindakan keperawatan. Metode
pembelajaran dilakukan dengan berbagai cara seperti demonstrasi, peer group, atau
role play.

Bengkulu, November 2019

Penulis

Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep, M.Kep


MODUL 1

PRAKTIK KEPERAWATAN NEONATUS ESENSIAL DAN

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI RESIKO TINGGI

Saat ini anda mempelajarai modul 5 praktik neonatus esensial dan asuhan bayi
resiko tinggi. Modul ini akan membahas tentang bagaimana mempraktikkan tindakan
keperawatan pada neonatus esensial dan bayi resiko tinggi. Praktek didesain dalam
laboratorium keperawatan dengan menggunakan kasus dan pasien model. Mahasiswa akan
didorong untuk mendemonstrasikan tindakan pada neonatus esensial antara lain cara
mempertahankan status pernapasan, termoregulasi, pencegahan infeksi dan cara
memepertahankan kecukupan nutrisi pada bayi. Mahasiswa juga diharapkan
mendemostrasikan tindakan keperawatan pada bayi bayi resiko tinggi antara lain melakukan
pemeriksaan fisik, perawatan incubator, perawatan bayi dengan foto terapi, perwatan dan
pemberian nutrisi melalui OGT, feeding drip dan cawan.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu melaksanakan


tindakan/keterampilan keperawatan pada neonatus esensial dan bayi resiko tinggi dengan
berbagai permasalahan yang ditemukan.

Fokus pembahasan pada modul 5 ini adalah bagaimana mahasiswa mempraktekkan


tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada neonatus esensial dan bayi resiko tinggi,
yang dibagi, menjadi lima (5) kegiatan praktek sebagai berikut :

A. Kegiatan praktek 1 (Unit 1) : praktik pemeriksaan fisim dan bayi


B. Kegiatan praktek 2 (Unit 2) : praktek mempertahankan status pernapasan
C. Kegiatan praktek 3 (Unit 3) : praktek mempertahakan termoregulasi / perawatan
metode kangguru.
D. Kegiatan praktek 4 (Unit 4) : praktek pemberian nutrisi, OGT, cup feeding
E. Kegiatan praktek 5 (Unit 5) : praktek perwatan bayi resiko tinggi

Modul ini berbentuk petunjuk praktikum yang penting digunakan saat anda mencoba
mmperaktekkan atau mendemostrasikan tindakan-tindakan keperawatan pada neonatus
esensial dan bayi resiko tinggi. Modul ini berisi petunjuk praktek yang akan disajikan
berdasarkan langkah-langkahdari setiap tindakan keperawatan yang dilakukan sehingga
akan memeberikan pengalaman kepada anda dalam melakukan intervensi keperawatan
sebagai bagian dari asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi.
Adapun hal-hal yang harus anda persiapkan sebelum melakukan praktek adalah :

1. Pahmai tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai


2. Pelajarai kasus yang tersedia dan pastikan bahawa anda telah memahami
3. Baca petunjuk praktikum dengan teliti
4. Baca setiap langkah yang tercantum dalam SOP
5. Siapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan untuk setiap tindakan/keterampilan
yang akan dipraktekkan
6. Perahatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
7. Praktekkan/demonstrasikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur.
8. Catat kesulitan yang anda alami dan diskusikan dengan teman atau tutor.

Kami mengharap,anda dapat mengkiuti keseluruhkan praktik dalam modul ini dengan baik.

“SELAMAT BELAJAR DAN SUSKSES BUAT ANDA”

Kegitan Praktek 1

PRAKTIK PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI


A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti kegiatan praktik ini, pastikan bahwa anda telah memahami
konsep neonatus esensial dan konsep masalah-masalah yang sering terjadi pada bayi
resiko tinggi khususnya BBLR dan hiperbilirubin yang sudah dipelajari pada modul 1.
Anda juga diharapakan saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi.
B. Tujuan
Kegiatan praktek ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, menemukan kelainan-kelainan yang mungkin
ditemukan pada bayi. Setelah memepelajari kegiatan praktek 1 (unit 1) ini,diharapkan
anda dapat :
1. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
2. Mengetahui keadaan normal atau kelainan yang ditemukan pada bayi

C. Uraian Materi
Banyak perubahan yang terjadi pada bayi untuk menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahim kekehidupan diluar rahim. Pemeriksaan BBLR bertujuan untuk
mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematiaan
BBLR terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan unutk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan
3. Pastikan pencahayaan baik
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pencahar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
D. Prosedur Kerja
Persiapan alat
1. Tempat tidur pemeriksaan
2. Sarung tangan
3. Timbangan bayi
4. Pengukur panjang bayi
5. Lampu sorot
6. Pita pengukur
7. Pengukur lila
8. Termometer
9. Stetoskop
10. Jam
11. Senter
12. Sabun, air dan handuk hangat
Tebal 1. Prosedur pemeriksaan fisik bayi baru lahir
No. Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal
1. Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi
Bayi sehat akan bergerak aktif
2. Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul
3. Hitung pernapasan dan lihat tarikan Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit
dinding dada bawah ketika bayi Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang
sedang tidak mengangis dalam
4. Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali
meletakkan stetoskop di dada kiri per menit
setinggi apeks korids
5. Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,70C
dengan termometer
6. Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terangkat asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi mengangis
7. Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret
8. Lihat bagian dalam mulut (Masukkan Bibir, gusi, langit-langit utur atau tidak ada
satu jaru yang menggunakan sarung bagian yang terbelah.
tangan ke dalam mulut, raba langit- Nilai kekeuatan isap bayi (Bayi akan
langit) menghisap kuat jari pemeriksa)
9. Lihat da raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau tidak enak pada tali pusat, atau kemerahan
sekitar tali pusat.
10. Lihat punggung dan raba tulang Kulit terhihat utuh, tidak terdapat lubang dan
belakang benjolan pada tulang belakang
11. Lihat ekstermitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki
Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok
ke dalam atau keluar
Lihat gerakan ekstermitas
12. Lihat lubang anus : Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Hindari memasukkan alat atau jari mekonium sudah keluar
dalam memeriksa anus Biasanya mekonium keluar dala 24 jam setelah
Tanyakan pada ibu apakah bayi lahir
sudah buang air besar
13. Lihat dan raba alat kelamin luar Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagiana
(Tanyakan pada ibu apakah bayi berwarna putih atau kemerahan.
sudag bunag air kecil) Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung
penis.
Pastikan bayi sudah uang air kecil dalam 24
jam setelah lahir.
14. Timbang bayi (Timbang bayi dengan Berat lahir 1,5 – 4 kg.
menggunakan selimut, hasil Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
dikurangi selimut) turun dahulu baru kemudian naik kembali.
Penurunan berat badan maksimal 10%.
15. Mengukur panjang badan dan Panjang lahir normal 48-52 cm.
lingkar kepala bayi Lingkar kepala normal 33-37 cm.
16. Menilai cara menyusui, minta ibu Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah
untuk menyusui bayinya. bayi menghadap payudara; ibu mendekatkan
bayi ketubuhnya
Bibir bawah meengkung keluar, sebagian
besar aerola berada di dalam mulut bayi
Menghisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat.

E. Evaluasi
LATIHAN
Latihan 1 : Praktik pemeriksaan fisik bayi

Ilustrasi kasus :

Seorang bayi laki-laki batu saja lahir denfan berat badan lahir 2300 gram. Kondisi bayi
cukup stabil, bayi tidak mengalami asfiksia.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan pemeriksaan fisi pada bayi tersebut dengan menggunakan pantom.
3. Gunakan SOP/ format pemeriksan fisik bayi.

1. Persiapan
Alat
a. alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam)
b. timbangan bayi
c. gendongan kangguru, kaos kaki dan topi bayi

Persiapan lingkungan

a. disainlah lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan bayi
dirumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai I ibu pasien, dan sebagai perawat
c. Tentukan observer unutk mengobservasi tindakan perawatan metode kangguru
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemeriksaan fisik bayi.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemeriksaan fisik bayi
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan fisik bayi
2. Siapkan alat dan ruang pemeriksaan yang hangat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8. Tempatkan bayi di temapt tidur pemeriksaan dalam
posisi terlentang
9. Lepaskan pakaian bayi dan nilai keadaan umum
bayi:
a. Ukur keseluruhan (perbandingan bagian
tubuh bayi proposional atau tidak).
b. Kepala, badan dan ekstermitas (periksa
apakah ada kelainan).
c. Tonus otot, I tingkat aktivitas (gerakan bayi
aktif/tidak).
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan).
e. Tangis bayi (melengking, merintih normal).
10. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital :
a. Periksa laju napas dengan melihat tarikan
napas pada dada.
b. Periksa laju jantung dengan menggunakan
stetoskop dan petunjuk waktu.
c. Periksa suhu dengan menggunakan
thermometer aksila.
11. Lakukan pengukran :
a. Panjang badan.
b. Timbang berat badan bayi .
12. Periksa bagian kepala bayi :
a. Ubun-ubun datar.
b. Sutura, molase.
c. Penonjolan atau daerah cekung.
d. Ukur lingkar kepala.
13. Periksa telinga (lihat hubungan antra letak telinga,
mata dan kepala, serta adakah kelainan) periksa
lobang telinga ada atau tidak, ada cairan atau idak.
14. Periksa mata akan tanda infeksi, periksa bola mata
ada atau tidak, sekret.
15. Periksa hidun atau mulut, periksa lobang hidung ada
sekret atau tidak, langit-langit, bibir, refleks hisap
dan refleks Rooting.
16. Periksa leher bayi untuk pembengkakan dan
pembesaran kelenjar.
17. Periksa dada (perhatikan bentuk dada dan puting),
simteris atau tidak, tarikan dada saat bernapas
berbunyi atau tidak, bunyi jantung normal atau tidak.
18. Periksa bahu, lengan dan tangan dan perhatikan
gerakan dan kelengkapan jari tangan, serta periksa
refleks Graps.
19. Periksa sistem saraf (refleks moro),dengan cara
bertepuk tangan.
20. Periksa bagian perut dan periksa bagimana
bentuknya, apakah penonolan sekitar tali pusat pada
saat bayi menangis, apakah perdarahan dari tiga
pembuluh darahserta lembek (pada saat tidak
menangis).
21. Periksa alat kelamin :
1. Laki-laki
a. Testis beradad diskrotum.
b. Penis berlubang.
c. Letak lobang penis normal atau tidak.
2. Perempuan
a. Vagina berlubang.
b. Uretra berlubang.
c. Labio monora dan mayora.
22. Periksa tungkai dan kaki, periksa gerakan dan
kelengkapannya.
23. Periksa punggung dan anus akan adanya
pembengkakan atau cekungan, spina bifida dan
adanya anus.
24. Periksa kulit, perhatikan akan adanya
pembengkakan verniks atau bercak hitam serta
tanda lahir.
25. Rapikan bayi dengan lembut dan hati-hati.
26. Cuci tangan kembali setelah melakukan
pemeriksaan dan keringkan.
27. Berikan kembali bayi pada ibunya dan beritahukan
hasil pemeriksaan.
Tahap Terminasi
28. Berikan kembali bayi pada ibunya dan beritahukan
hasil pemeriksaan.
29. Evaluasi perasaan ibu/ayah.
30. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
31. Bereskan alat.
32. Cuci tangan.
33. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi.

Petunjuk Evauasi Latihan

a. Unutk melakukan evaluasi dari praktek pemeriksaan fisik bayi yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemeriksaan fisik bayi =�����ℎ ���� 𝑥 100%

F. Rangkuman
Permeiksaan fisik bayi baru lahir bertujuan untuk memastikan normalitas &
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Melalui pemeriksaan fisik, ditemukan
indkasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan diluar
uterus dan bantuan apa yang diperlukan.

Dalam pelaksaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedingainan, dan dapat
ditunda apabila suhu bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.

PRETEST – POSTEST

Bayi Ny. Rita baru saja lahir spontan pada umur kehamilan 38 minggu, dengan berat badan
lahir 2000 gram, panjang badan 49 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan usaha bernapas
lambat, ekstermitas fleksi sedikit, gerakan lemah, tubuh kemerahan dan ekstermitas atas
biru. Suhu tubuh 36,5 C, nadi 100 kali/menit. Pada bokong kanan ditemukan bercak warna
abu-abu dengan batas tegas.

1. Kondisi abnormal yang ditemukan dari hasil pemeriksaan fisik pada bayi Ny. Rita adalah
a. PB 49 cm
b. Hipotermi
c. Tubuh kemerahan
d. Denyut nadi rendah
e. Umur kehamilan 38 minggu
2. Jika dilihat dari umur kehamilan dan berat badan lahir, maka bayi Ny. Rita termasuk
dalam kategori :
a. Cukup bulan BBLSR
b. Cukup bulan, BBLR
c. Cukup bulan, berat badan normal
d. Cukup bulan sesuai masa kehamilan
e. Kurang bulan, sesuai masa kehamilan
3. Pernyataan yang tepat pemeriksaan fisik di daerah anus :
a. Tampak lubang anus namun belum ada pengeluaran mekonium dalam 24 jm.
b. Tampak lubang anus dan ibu mnegatakan bayi sudah BAB.
c. Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan.
d. Masukkan jari untuk memeriksa atresia ani atau tidak.
e. Daerah anus bersih.
4. Warna abu-abu yang ditemukan pada bokong kanan pada bayi Ny. Rita merupakan :
a. Bercak yang disebebkan oleh terperangkapnya sel melanosit (pigmen) pada saat
pembentukan sistem integumen.
b. Bercak yang akan memudar pada minggu pertama kehidupan.
c. Diakibatkan oleh kelainan kromosom.
d. Tidak akan menetap sampai dewasa.
e. Akibat tekanan pada jalan lahir.
5. Ketika pipi kiri bayi Ny. Rita, digores dengan jari, bayi menoleh ke arah goresan tersebut,
hal ini merupakan kondisi normal dari :
a. Refleks moro.
b. Refleks hisap.
c. Refleks falmar.
d. Refleks rooting
e. Refleks tonik neck.

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan lahir spontan, bayi cukup bulan, ketuban jernih, gerakan aktif dan
menangis kuat.

Soal :

1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai


perawat dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan pemeriksaan fisik bayi pada pasien tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan pemeriksaan fisik bayi.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 1 yang terletak
pada bagian akhir modul 5 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi pada kegiatan praktek 1.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan perawatan metoda kanguru yang telah anda lakukan.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemeriksaan fisik bayi = 𝑥 100%
�����ℎ ����

KEGIATAN PRAKTIK 2

PRAKTIK MEMPERTAHANKAN STATUS PERNAPASAN

PADA BAYI BARU LAHIR

A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahmi konsep
neonatus esensial dan konsep masalah-masalah yang sering pada bayi resiko tinggi
khususnya BBLR dan Hiperbilirubin yang sudah dipelajari pada modul 1. Anda juga
diharapkan memahami tehnik pencegahan infeksi silang pada bayi dan bagaimana
menerapkannya saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi.
B. Tujuan
Kegiatan praktek 2 ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang
bagaimana menjaga status pernapasan dan melakukan resusitasi pada bayi. Setelah
mempelajari kegiatan praktek 2 (unit 2) ini di harapkan anda dapat :

1. Menilai dan memeprtahankan status pernapasan bayi baru lahir.


2. Melakukan resusitasi pada bayi.

C. Uraian Materi
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkugan ekterna (diuar kandungan ibu) yang dingin dan
segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi
tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasaannya sendiri yang
baru, mendapat nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur
suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar
rahim disebut periode transisi. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada
sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa. Perubahan sistem pernapasan.
Faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi:
a. Hipoksia pada akhir persalinan dn rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis
(Varney, 551-552) Intraksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan
syarf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkeseimbangan serta
denyut yang di perlukan untuk kehidupan.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalm paru-paru untuk
pertama kali kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan
pernapasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa
kerusakan otak atauh bahkan kematian.

Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup diluar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya. Bila dalam rahim kebutuhan nutrisi dan
terutama oksigen sendiri. Sebagian besar (kurang lebih 80%) bayi baru lahir dapat bernapas
spontan, sisanya mengalami kegagalan napas karena berbagai sebab sehingga
memerlukan tindakan resusitasi. Tujuan dari resusitasi ialah memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke
otak, jatung dan alat vital lainnya.
Gambar 5.1
Alur resusitasi pada bayi baru lahir
D. Prosedur
Langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir :

1. Persiapan
Perlengkapan resusitasi harus selalu tesedia dan siap dugunakn pada setiap
persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan masker sarung tangan
DTT / steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut :
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering :
1) Untuk megeringkan bayi.
2) Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi.
3) Untuk ganjal bahu bayi.
c. Alat penghidap lender
1) Bola karet bersih dan kering
2) penghisap DeLee DTT/ Steril
d. alat penghantar udara/oksigen
e. lampu 60 watt dengan jarak dari lampu kebayi sekitar 60 cm.
f. Jam
g. Stetoskop

2. Penilaian bayi baru lahir dan segera setelah lahir


1) Sebelum lahir :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium ?
2) Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)
Sambil menempatkan bayi diatas perut atau dekat perinium ibu, lakukan
penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi mengangis atau bernapas / tidak mengap-megap ?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak dengan aktif ?

3. Keputusan untuk melakukan resusitasi


Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sebagai berikut :
a. Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tidak bernapas dan
atau tonus otot bayi baik. Bayi lemas – potong tali pusat, kemudian lakukan
langkah awal resusitasi.
b. Jika air ketuban bercampur mekonium :
a. Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakuan penilaian, apakah bayi
menangis atau bernapas/tidak megap-megap.
1) Jika menangis atau bernapas/tidak megap-megap, klem atau potong tali
pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun kemudian lakukan
langkah awal resusitasi.
2) Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan penghisapan terlebih dahulu
dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir mulut, klem dan potong
tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,kemudian
lakukan langkah awal resusitasi.

4. Tindakan Resusitasi
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan kelauarga bahwa bayi
mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan
keluarga memahami upaya ini dan minta mereka ikut bantu mengawasi ibu.
1) Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan diatas perut ibu, bagian muka
dan dada bayi tetap terbuka.
2) Pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
3) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapakan dengan
ketebalan sekitar 3 cm dan dapat disesuaikan).
4) Bersihkan jalan napas dengan menhisap lendir di mulut sedalam <5 cm dan
kemudian hidung (jangan melewati cuping hidung).
5) Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/ dada/ perut/ punggung
bayi segabagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kain
yang basah dengan kain yang brsiih dan kering. Selimuti bayi dengan kain
kering. Bagian wajah dan dada terbuka.
6) Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas.
7) Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:
a. Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atai menangis lakukan
asuhan pasca resusutasi.
b. Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-megap, lakukan
ventilasi.
Perhatikan Langkah 1 s.d 6 tindakan resusitasi dilakukan dalam waktu <30
detik
5. Ventilasi
1) Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sugkup tau pun dengan balon dan
sungkup. Jika menggunakan tabung dan sungkup :
a) Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian
dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut-tabung-sungkup.
b) Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dan
pangkal tabung untuk menghirup udara segar dan baru memasukkannya
kembali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak melepaskan mulutya dari
pangkal tabung, mengambil napas dari hidung dan langsung meniuokan
udara, maka yang akan masuk adalah udara ekspirasi dari paru penolong).
2) Jika menggunakan menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi
dengan meremas balon.
3) Pastikan bagian dada bayi tidak tersembunyi kain agar penolong dapat menilai
pengembangan dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan balon.
4) Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan
sungkup dan wajah bayi).
5) Ventilasi percobaan : tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan
tekanan 30 cm air mengalirkan udara ke jalan napas bayi.
6) Perhatikan gerakan dinding dada naikknya dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masuk dengan baik.
7) Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kembali :
a) Perlekatan sungkup, apakah ada kebocoran ?
b) Posisi kepala, apakah dalam posisi menghidu ?
c) Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendirpada mulut atau hidung lakukan
koreksi dan ulangi ventilasi percobaan.
8) Ventilasi Definitisf/ Lanjutan : setelah ventilasi percobaan berhasil maka
lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan udara pada tabung atau
meremas balondengan tekana 20 cm air, frekuwensi 20 kali dalam waktu 30
detik.
9) Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan :
a) Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian
laukan asuhan pasca resusitasi.
b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi.
10) Jika bayi belum spontan atau megap-megap, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30
detik selanjutnya dan lakukan penilaian ulang – lihat langkah 16 bagian 1 dan 2,
demikian seterusnya.
a) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah lebih dari 2
menit – nilai jantung, siapkan rujukan, lanjutkan ventilasi.
b) Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas
lakukan juga penilaian denyut jantung bayi.
c) Jika bayi bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan
tetapi jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut
tetap tidak ada, pertimbangan unuk menghentikan resusitasi.
6. Tindakan pasca resusitasi
1) Bila resusitasi berhasil, lakukan :
a. Pemantauan tanda bahaya
b. Perawatan tali pusat
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pencegahan hipotermi
e. Pemberian vit K1
f. Pencegahan infeksi (Pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B)
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan
2) Bila perlu rujukan :
a. Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga.
b. Melanjutkan resusitasi
c. Memantau tanda bahaya
d. Perawatan tali pusat
e. Mencegh hipotermi
f. Memberikan vit K1
g. Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
h. Membuat surat rujukan
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan

Jika saat merujuk keadaan membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1
serta salep mata dan susui bayi jika tidak kontra indikasi.

3) Bila resusitasi tidak berhasil


a. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
b. Memberikan petunjuk perawatan payudara.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
4) Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan :
a. Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat
penghisap dan sarung tangan yang dipakai ulang.
b. Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut.
c. Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman.

7. Rekam medik tindakan resusitasi


Catat secara rinci :
a. Kondisi saat lahir
b. Waktu dan langkah resusitasi
c. Hasil resusitasi
d. Keterangan rujukan bila di rujuk
E. Hasil Prakti
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Ilustrasi Kasus :

Seorang bayi laki-laki baru saja lahir dengan berat badan lahir 2600 gram. Bayi lahir
spontan, cukup bulan, ketuban jernih.

Tugas :
1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan resusitasi pada bayi tersebut dengan menggunakan pantom.
3. Gunakan SOP/ format tindakan resusitasi bayi baru lahir.

1. Persiapan
Alat
a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering.
1) Untuk mengeringkan bayi.
2) Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi.
3) Untuk ganjal bahu bayi.
c. Alat penghisap lendir
1) Bola karet bersih dan kering.
2) Penghisap DeLee DTT/ steril
d. Alat penghantar udara/ oksigen
e. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm.
f. Jam
g. Stetoskop

Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang tindakan
resusitasi bayi di rumah sakit.

Pembagian peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model keluarga pasien dan model peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi resusitasi bayi baru lahir yang dilakukan
praktika dengan menggunkan format tindakan resusitasi bayi baru lahir.

Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP tindakan resusitasi bayi baru lahir
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap pra interaksi
1. kaji kebutuhan tindakan resusitasi bayi baru lahir
2. Siapkan Alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Beritahu keluarga kemungkinan terjadi asfiksia
bayi baru lahir. Gunakan bahasa yang mudah di
pahami
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap kerja
6. Gunakan celemek, masker, penutup kepala dan
sepatu boot (jika perlu).
7. Lepas semua perhiasan yang dipakai, cuci kedua
tangan hinga siku dengan sabun dan sir bersih
yang mengalir dn keringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai
8. Gunakan sarung tangan
9. Lakukan penilaian :
a. Adanaya mekonium kental pada bagian
tubuh bayi/ cairan mekonium (jika ada
lakukan pernghisapan lendir setelah
kepala bayi lahir).
b. Apakah BBL tidak menangis atau tidak
bernapas spontan.
c. Segera tentukan apakah bayi memerlukan
tindakan resusitasi, dengan melihat bayi :
tidak bernapas – megap-megap –
frekuensi pernapasan dibawah 30 kali/
menit.
Langkah awal (siselesaikan dalam waktu <30 detik)
10. Jaga bayi tetap hangat dengan mempertahankan
selimut yang melingkupi tubuh bayi
11. Atur posisi kepala dan leher bayi menjadi sedikit
tengadah (setengah ekstensi) untuk membuka
jalan napas dengan mengganjal bahu bayi
dengan lipatan kain
12. Isap lendir dimulai dari mulut +5 cm kemudian
hidung +3cm
13. Keringkan dan melakukan rangsangan taktil
dengan cara :
a. Keringkan muka, kepala dan tubuh bayi
dengan sedikit tekanan.
b. Tepuk/ steril lembut telapak kaki bayi.
c. Gosok punggung, perut dan dada bayi
dengan telapak tangan.
d. Ganti kain dan bungkus bayi, biarkan
dada bayi terlihat.
14. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
15. Nilai kembali pernapasan bayi : normal, tidak
bernapas atau megap-megap.
a. Bila bayi bernapas normal : letakkan bayi
pada dada ibu dan selimuti bayi bersama
ibunya dan anjurkan ibu untuk segera
menyusui bayinya.
b. Bila bayi tidak bernapas, megap-megap,
atau mengangis lemah : segera lakukan
tindakan ventilasi bayi.
Ventilasi
16. Pastikan posisi kepala sudah benar kemudian
mamasang sungkup shingga melingkupi hidung,
mulut dan dagu.
17. Lakukan ventilasi percobaan (2x) dengan cara
meniup pangkal tabung atau menekan balon
dengan tekanan 30 cm air sambil mengamati
gerakan dada bayi.
a. Jika dada mengembang lanjutkan
ventilasi.
b. Jika dada tidak mengembang perbaiki
perlekatan sungkup/ posisi bayi, lihat
apakah lendir, jika ada hisap lendir.
18. Lakukan ventilasi tekanan positis (VTP) 20x
dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sambil
memeprhatikan pengembangan dada bayi.
a. Bila bayi ulai bernapas normal : hentikan
ventilasi secara bertahap dan pantau
kondisi bayi secara seksama.
b. Bila bayi belum bernapas : lakukan
kembali tindakan ventilasi.
19. Hentikan ventilasi bertahap jika bayi :
a. Mulai bernapas normal/tidak megp-megap
dan atau menangis kuat maka lakukan
asuhan pasca resusitasi.
b. Jika bayi bernapas megap-megap atau
tdak bernapas, melanjutkan tindakan
ventilasi.
Ventilasi Tekanan Positis dan Kompresi Dada (jika frekuensi jantung < 60x/menit
setelah dilakukan VTP efektif)
20. Siapakan petugas 2 orang untuk melakukan VTP
dan kompresi dada 23 mengatur posisi 1 petugas
berada pada posisi di kepala dan 1 petugas berada
disamping dekat kepala bayi
21. Lakukan penilaian pada dada dan menempatkan
tangan dengan benar (petugas yang melakukan
kompresi dada)
22. Tempatkan sungkup wajah secara efektif dan
memantau gerkan dada
23. Tarik garis khayal diantara dua puting susu,
tetakkan jari tengah dan jari manis disebelah jari
telunjuk, pindahkan ketiga jari tersebut ketengah
sternum, posisi jari egak, angkat jari telunjuk,
pertahankan jari tengah dan jari manis,
melakukan kompresi dada dengan kedalaman +
1/3 diameter antero-posterior dada, lama
penekanan lebih pendek dari lama pelepasan
curah jantung maksimum :
a. Lakukan tindakan ventilasi tekanan positif
dan kompresi dada : 1 siklus 3 3 kompresi
dan 1 ventilasi dalam 2 detik (3:1).
b. Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi
dalam 1 menit (berarti 120 kegitan
permenit).
c. Dilakukan dalam 30 detik 15 siklus
Tindakan pasca resusitasi :
Resusitasi berhasil
24. Lakukan asuhan pasca resusitasi apabila bayi
sudah mulai bernapas normal dengan melakukan
pemantauan secara seksama pada bayi pasca
resusitasi selama 2 jam. Apakah bayi sianosis ?
25. Jaga bayi tetap hangat dan kering
26. Berikan bayi kepada ibu bila napas bayi dan
warna kulit normal
Bayi perlu dirujuk apabila :
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali
per menit atau lebih dari 60 kali permenit.
b. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merinitih (bising napas ekspirasi)
atau megap-megap (bising napas
inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
Resusitasi tidak berhasil/gagal
27. Hentikan resusitasi jika bayi tidak bernapas
setelah 20 menit, denyut jantung tidak ada, pupil
medriasis, sejak awal resusitasi maka tindakan
dinyatakan gagal dan bayi dinyatakan meninggal.
28. Rapikan dan membersihkan alat-alat dan
kembalikan ke tempat semula
29. Lepaskan sarung tangan
30. Cuci tangan
Tahap terminasi
31. Akhiri dan simpulkan kegiatan
32. Evaluasi perasaan ibu/ayah, kondisi bayi
33. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
34. Bereskan alat
35. Cuci tangan
36. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek resusitasu bayi baru lahir yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan resusitasi BBL =
�����ℎ ����

𝑥 100
%F. Rangkuman
Bayi baru lahir memerlukam adaptasi untuk dapat bertahan hidup diluar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya.
Sebagian besar (kurang lebih 80%) bayi baru lahir dapat bernapas spontan,
sisanya mengalmi kegagalan bernapas karena berbagai sebab sehingga memerlukan
tindaka resusitasi.
Resusitasi dilakukan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital.

G. Evaluasi
PRETEST – POSTES 2

Bayi Ny. Anggi, lahir dengan BB 3000 gram, pada umur kehamilan 36 minggu.
Riwayat ketuban pecah dini dengan warna keruh dan tangisan bayi lemah. Meliht kondisi
bayi tesebut, perawat memutuskan bayi Ny. Anggi membutuhkan resusitasi.

1. Selain data diatas, data apa yang harus dikaji untuk menentukan bahwa bayi
memerlukan langkah awal resusitasi :
a. Tonus otot tidak lemah.
b. Warna kulit kemerahan.
c. Napas bayi megap-megap.
d. Reflek tonik neck negative.
e. Denyut jantung > 100 kali/menit
2. Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ditemukan, bayi apneu dan frekuensi jantung
< 100 kali/menit, langkah selanjutnya adalah :
a. Berikan VTP dan kompresi dada
b. Lakukan kompresi dada
c. Berikan kehangatan
d. Berikan epinefrin
e. Berkan VTP
3. Ketika melakukan VTP, dada bayi tidak mengembang, hal ini kemungkinan bukan
disebabkan oleh :
a. Sungkup terlalu besar.
b. Posisi kepala belum ekstensi.
c. Adanya kebocoran pada pemasangan sungkup.
d. Adanya cairan atau lendir di mulut dan hidung.
e. Sungkup yang di pasang menutupi mulut dan hidung bayi.
4. Ketika VTP sudah dilakukan selama 30 detik, dan evaluasi, ternyata denyut jantung bayi
< 60 kali per menit, langkah selanjutnya :
a. Berikan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik.
b. Lakukan kompresi dada.
c. Berikan kehangatan.
d. Berikan epinefrin.
e. Berika VTP.
5. Keputusan yang diambil setelah melakukan RJP selama 30 detik :
a. Bila denyut jantung < 60x/menit, beri epinefrin
b. Bila denyut jantung > 60x/menit kompresi dada dihentikan.
c. Bila denyut jantung < 60x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP.
d. Bila denyut jantung < 60x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan kompresi dada.
e. Bila denyut jantung > 60x/menit kompresi dada di hentikan, VTP dilanjutkan.

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan 24 jam yang lalu, bayi kurang bulan, ketuban keruh, BB=2000
gram dan PB= 48 cm.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir pada pasien tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan resusitasi bayi baru lahir.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 2 yang terletak
pada bagian akhir modul 5 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir pada kegiatan praktek 2.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan resusitasi bayi baru lahir yang telah anda lakukan.
���������
Kemampuan resusitasi BBL =
�����ℎ ����

𝑥 100
%

KEGIATAN PRAKTIK 3

PRAKTIK MEMPERTAHANKAN TERMOREGULASI DAN PERAWATAN

METODA KANGGURU (KANGGARO MOTHER CARE)

A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami
konsep neonatus esnsial dan konsep masalah-msalah yang sering terjadi pada bayi
resiko tinggi khususnya BBLR dan hiperbilirubin yang sudah dipelajari pada modul 1.
Anda juga diharapakan saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi.

Kegiatan praktek 3 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana


mempertahankan termoregulasi pada bayi. Setelah memepelajari kegiatan praktek 3
(unit 3) ini,diharapkan anda dapat :

1. Mempraktekkan termoregulasi.
2. Melakukan perawatan metoda kanguru.

B. Uraian Materi
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan
panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia, beresiko
tinggi untuk mengalmi sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dala keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walaupun beada didalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir
rendah lebih rentan untuk mengalmai hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh
menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,50 C).
Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan caran ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi saat lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
atau diselimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpaparudara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
da aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dapat melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhsn secara langsung).

Gambar 3 : mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :


1. Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 250C. Tutup semua pintu dan jendela.
2. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tbh lainnya keculi bgian tangan tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera
ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
3. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar da kontak kulit ibu ke kulit bayi.
4. Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu.
Luruskan atau usahakan kedua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih
rendah dari puting payudara ibu.
5. Insisi menyusu dini : tanpa bantuan, bayi baru lahir yang ditempatkan pada dada
atau perut ibu secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu (ASI) atau
menyusu.
6. Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas.
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang yopi di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
7. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai
menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat berpakian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa
jam pertam setelah lahir dapat enyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan
kesehatan BBL.
8. Rawat gabung.
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu rungan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling
mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui
bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
9. Resistensi dalam lingkungan yang hangat.
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan
yang hangat.
10. Transportasi hangat.
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.
11. Pelatihan untuk petugas kesehatan dn konseing untuk keluarga.
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia
meliputi tanda-tanda dan bahayanya.

“JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM SETELAH LAHIR DAN


SEBELUM KONDISI STABIL”

Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uteri, bayi harus
dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat
adalah :
1. Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat penting untuk
menjaga bayi tetap sehat.
2. Bayi memakai pakaian yang lemut, hangat, kering dan bersih. Bayi memakai tutup
kepala, sarung tangan dan kaos kaki.
3. Yakinkan bayi menggunkan baju dan diselimuti.
4. Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah menjangkau bayinya.
5. Apabil bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan pakaian yang
hangat dan diselimuti.
6. Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke kulit, atau
ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang.
7. Jaga ruangan tetap hangat.

PERAWATAN METODE KANGURU


Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator
dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang
efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit
bayike kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga
bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahka
pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK
dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusu dan ketidakpuasan
ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
“PERWATAN METODE KANGURU DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA:”

1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan
perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neurologi, bahkan mungkin
mmerlukan banuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang
waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengnjungi bayinya yang masih berada dalam
perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara
teris menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat
dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu : pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil dan bayi
harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk
minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama,
karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan
menggunkan pipa lambung. Dengan melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih
mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.

CARA MELAKUKAN PERAWATAN METODE KANGURU

1. Persiapan alat
a. Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam).
b. Timbangan bayi.
c. Gendongan kanggur dan topi bayi.
2. Persiapan orang tua
a. Cuci tangan (ibu dan ayah yang akan melakukan PMK)
b. Buka pakaian atas ibu atau ayah kemudian di ganti dengan baju khusus untuk
perawatan kangguru yang disediakan.
3. Tahap pelaksanaan
a. Beri bayi pakaian, topi, popok/diapers dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih
dahulu.
b. Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel
kepada ibu.
c. Posisi bayi diamankan agar tidak jatuh degan kain panjang atau pengikat lainnya.
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan posisi sedikit tengadah
(ekstensi, ujung pengikat berada tepat dibawah kuping bayi, posisi kepala byi
seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran napas tetap terbuka dan memberi
peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindarilah posisi kepala
menunduk kedepan dan sangat tengadah. Pangkal paha bayi haruslah dalam
posisi fleksi dan ekstensi seperti dalam posisi “kodok” ; tanganpun harus dalam
posisi fleksi.
d. Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tegelincir.
Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutup dada si bayi.
Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya beada disekitaran epigastrium
ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan
merangsang bayi.
e. Ajarkan ibu cara bagaimana memasukkan dan mengeluarkan bayi dari
gendongan, yaitu dengan cara 1). Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan
dibelakang leher sampai punggung bayi, 2). Topang bagian bawah rahang bayi
dengan ibu jari dan jari-jari lainnyaagra kepala bayi tidak tertekuk dan tak
menutupi sluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak, dan 3). Tempatkan
tangan lainnya dibawah pantat.
Gambar 5.2
Posisi kanguru

C. Pelaksanaan Praktik
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK METODA KANGURU

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki baru saja lahir dengan berat badan lahir 1500 gram. Saat ini berat
bayi sudah 2000 gram. Kondisi bayi cukup stabil, bayi direncanakan akan melakukan PMK.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Latih ibu memberikan PMK dengan menggunakan pantom.
3. Gunakan SOP/ format perawatan metode kanguru.

1. Persiapan
Alat
a. Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam).
b. Timbangan bayi.
c. Gendongan kanguru, kaos kaki, dan topi bayi.

Persiapan lingkungan
a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan
bayi di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan perawatan metode kanguru yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format perawatan metode kanguru.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi

2. SOP pearwatan metode kanguru

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan perawatan metode kanguru
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan (ibu atau ayah yang akan melakukan
PMK)
8. Buka pakaian atas ibu atau ayah
9. Posisikan bayi di dada ibu atau ayah
10. Pertahankan posisi dengan menggunakan
gendongan bayi/ baju kanguru
11. Tepi kain penggedongan bagian atas harus di
bawah telinga bayi
12. Pakaikan topi bayi
13. Pakai kembali baju atas ibu atau ayah
Tahap terminasi
16. Akhiri dan simpulkan kegiatan
17. Evaluasi persaan ibu/ayah
18. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek perawatan metode kanguru yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan perawatan metode kanguru =�����ℎ ���� 𝑥 100%

D. Rangkuman
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh
karena itu, harus segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka
BBL dapat mengalami hipotermia.
Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan metode kanguru (PMK)
merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact
dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk mengahangatkan bayi. Perawatan
metode kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama
dan jumlah pemberian ASI.

E. Evaluasi

PRETEST – POSTES 3

1. Seorang bayi perempuan baru lahir 2 jam yang lalu, cukup bulan, ketuban jernih, gerakan
aktif dan menangis kuat. BB= 2500 gram dan PB= 48 cm. Suhu ruangan bersalin 220C,
suhu bayi 35,50C, akral dingin. Apakah penyebab masalah keperawatan utama pada bayi
tesebut adalah :
a. Bayi tidak dilakukan PMK
b. Kehilangan panas secara konveksi c.
Kehilangan panas secara evaporasi
d. Sistem kekebalan tubuh bayi belum matur e.
Bayi belum dimandikan dengan air hangat
2. Seorang bayi perempuan 24 jam yang lalu, bayi cukup bulan, ketuban jernih, gerakan
aktif dan menangis kuat. BB = 2500 gram dan PB = 48 cm. Suhu bayi : 35,50C, RR :
40x/menit, akral dingin, reflek hisap lemah. Apakah masalah keperawatan utama bayi
tesebut adalah :
a. Hipotermi
b. Resiko infeksi
c. Gangguan pola napas d.
Menyusui tidak efektif
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dri kebutuhan
3. PMK intermiten dapat dilakukan pada bayi dengan kondisi : a.
Bayi masih mendapat cairan atau obat-obatan intravena b.
Bayi tidak memerlukan bantuan khusus untuk bernapas c.
Bayi yang mempunyai kemampuan baik untuk menyusu
d. Bayi dengan keadaan umum yang stabil selama satu hari e.
Berat badan bayi 2000 gram
4. Yang bukan merupakan kontra indikasi bayi dilakukan perawatan metoda kanguru :
a. Bayi dengan berat badan ≤ 2500 gram b.
Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
c. Bayi yang menggunakan ventilator d.
Bayi dengan labiopalatoszichis
e. Bayi dengan atresia billier
5. Yang bukan merupakan tujuan dari PMK adalah : a.
Mempercepat peningkatan berat badan bayi b.
Menstabilkan denyut jantung bayi
c. Meningkatkan kebutuhan kalori
d. Meningkatkan durasi tidur
e. Mengurangi tangisan bayi

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan 24 jam yang lalu, bayi cukup bulan, ketuban jernih, gerakan aktif
dan menangis kuat. BB=2500 gram dan PB= 48 cm. Suhu bayi : 35,50C, RR : 40x/menit,
akral dingin.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan metoda kanguru pada pasien tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan metode kanguru.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 3 yang terletak
pada bagian akhir modul 5 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek perawatan metode kanguru pada kegiatan praktek 3.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan metode kanguru yang telah anda lakukan.
���������
Kemampuan keterampilan perawatan metode kanguru =
�����ℎ ����

𝑥 100
%

KEGIATAN PRAKTIK 4

PRAKTIK PEMBERIAN NUTRISI LANGSUNG, OGT, FEEDING DRIP,

CAWAN

A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami
konsep neonatus esnsial dan konsep masalah-msalah yang sering terjadi pada bayi
resiko tinggi khususnya BBLR dan hiperbilirubin yang sudah dipelajari pada modul 1.
Anda juga diharapakan saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi.
B. Tujuan
Kegiatan praktek 4 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana
melakukan pemberian nutrisi pada bayi. Setelah memepelajari kegiatan praktek 4 (unit
4) ini,diharapkan anda dapat :

1. Melakukan pendidikan kesehatan cara pemberian ASI (akan dibahas di modul 5).
2. Melakukan pemberian nutrisi melalui OGT.
3. Melakukan pemberian nutrisi melalui cup feeding atau cawan.

C. Uraian Materi
Bayi baru lahir mengalami beberapa perubahan dari kehidupan didalam rahim
dan kehidupan di luar rahim. Dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisinya, beberapa
perkembangan telah terjadi diantaranya perkembangan oral yaitu palatum, lidah dan
bibir, epiglotis, laring dan pipi. Begitu pula dengan reflek menelan dan reflek menghisap
yang telah berkembang sesuai dengan usia gestasi bayi. Reflek menelan pada bayi
muncul pada minggu ke-32 gestasi, reflek menghisap muncul pada minggu ke-34
gestasi. Proses pemberia nutrisi dalam hal ini adalah pemberian minum pada bayi baru
lahir berdasarkan ada atau tidaknya reflek menelan dan menghisap. Bila reflek menelan
belum ada, maka pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dilakukan dengan OGT. Bila
reflek menelan sudah ada, tetapi reflek menghisap belum ada, maka pemberian minum
bayi baru lahir dilakukan dengan cawan atau sendok, dan bilareflek menelan dan
mengisap telah ada, maka bayi bisa langsung menyusu pada ibu (Fitriana, 2012)
Cara pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir :

1. Menyusu langsung
Menyusu adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi (ASI) dari payudara ibu.
Bayi menggunakan reflek menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI produksi
ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui,
maka produksi ASI akan berkurang.
2. Menyusu dengan menggunakan cawan (cup feeding)
Pemberian minum pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan menggunakan
cawan, dan cawan juga dapat diberikan pada bayi dengan bert badan lahir rendah
sampai mereka matur menyusu langsung pada payudara ibu.
Cara pemberian minum dengan cawan (Depkes RI, 2010)
a. Ukur jumlah ASI dalam cawan
b. Posisiskan bayi paa posisi setengah tegak dipangkuan ibu
c. Posisikan cawan dibibir bayi
d. Letakkan can pada bibir bawah secara perlahan
e. Sentuhkan tepi cawan sedemikian ruapa hingga ASI menyentuh bibir bayi
f. Jangan tuangkan ASI ke mulut bayi
g. Bayi akan bangun, membuka mulut dan mata kemudian akan minum
h. Bayi akan menghisap ASI dan sedikit ada yang tumpah
i. Bayi kecil akan memasukkan susus ke mulutnya dengan lidahnya
j. Bayi menelan ASI
k. Bayi mendapat minum dengan cawan secara cukup, apabila bayi menelan
sebagian besar ASI dan menumpahkan sebagian kecil serta berat badannya
meningkat.
3. Pemberian nutrisi melalui Oral Gastric Tube (OGT)
Bayi yang baru lahir sebelum 34 minggu gestasi belum mempunyai kekuatan dan
koordinasi untuk minum sacara efektif dari payudara ibu. Praktik umum yang
digunakan di unit neonatal untuk pemberian nutrisi adalah melalui OGT. Penggunaan
OGT pada bayi samapi mereka mempunyai kemampuan penuh untuk beralih ke oral
feeding. OGT bisa digunakan unutk pemberian minum pada bayi yang belum mampu
untuk meghisap secara efisien.
Proisedur pemberian nutrisi melalui OGT :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tangan
c. Ataur posisi bayi senyaman mungkin
d. Pasang pengalas
e. Letakkan bengkok
f. Periksa sisa makan di lambung dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan
ke pipi lambung. Jika residu tidak ada atau sedikit, berikan nutrisi melalui OGT
g. Buka klem atau penutup OGT
h. Pasang spuit pada pangkal pipa
i. Masukkan air matang kurang lebih 2 cc
j. Berikan ASI/ susu formula sesuai program. Bila ada obat, masukkan obat
kemudia bilas dengan air minum
k. Klem pipa penduga
l. Catat hasil dan respon bayi selama pemberian makan
m. Cuci tangan.

D. Prosedur Kerja
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMERIAN NUTRISI MELALUI CAWAN

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 2 hari, dengan berat lahir 1700 gram. Saat ini reflek
hisap bayi belum baik, namun sudah ada reflek menelan.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan tindakan pemberian nutrisi melalui cawan pada bayi tersebut dengan
menggnakan pantom.
3. Gunakan SOP/ format pemberian nutrisi melalui cawan.

1. Persiapan
Alat
a. ASI/ susu formula
b. Lap/ celemek
c. Cup Feeding/ cawan
d. Tissue
Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan


bayi di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian nutrisi melalui cawan
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian nutrisi melalui
cawan.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi

2. SOP pemberian nutrisi melalui Cup Feeding (cawan)

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pemberian nutrisi melaui cawan
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Ukur jumlah ASI dalam cawan
9. Posisikan bayi pada posisi setengah tegak di
pangkuan ibu
10. Posisikan cawan di bibir bayi
11. Letakkan cawan pada bibir bawah secara perlahan
12. Sentuhkan tepi cawan sedemikian rupa sehingga
ASI menyentuh bibir bayi
13. Jangan tuangkan ASI ke mulut bayi
14. Biarkan bayi menyusu sampai ASI dalam cawan
habis
15. Bersihkan mulut bayi dari sisa ASI/ susu
16. Sendawakan bayi
17. Cuci tangan
Tahap terminasi
18. Akhiri dan simpulkan kegiatan
19. Evaluasi jumlah ASI yang masuk ataupun tumpah
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian nutrisi melalui cawan yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
Kemampuan keterampilan pemberian nutrisi melalui cawan
���� � ����
=�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PRAKTIK PEMERIAN NUTRISI MELALUI OGT

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 5 hari, dengan berat lahir 1500 gram. Saat ini reflek hisap dan
reflek menelan bayi masih belum baik.

Tugas :
1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan tindakan pemberian nutrisi melalui OGT pada bayi tersebut dengan
menggnakan pantom.
3. Gunakan SOP/ format pemberian nutrisi melalui OGT

3. Persiapan
Alat
a. ASI/ susu formula
b. Spuit 20 cc
c. Pengalas
d. Bengkok
e. Air minum
f. Klem
g. Obat-obatan

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan


bayi di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian nutrisi melalui OGT
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian nutrisi melalui
OGT.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
4. SOP pemberian nutrisi melalui OGT

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pemerian nutrisi melaui OGT
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Atur posisi bayi senyaman mungkin
9. Pasang pengalas
10. Letakkan bengkok
11. Periksa sisa makan di lambung dengan
menggunakan spuit yang diaspirasikan ke pipa
lambung. Jika residu tidak ada atau sedikit, berikan
nutrisi melalui OGT
12. Buka klem atau penutup OGT
13. Pasangkan spuit pada pangkal pipa
14. Masukkan air matang kurang lebih 2 cc
15. Berikan ASI/susu formula sesuai program. Bila ada
obat, masukkan obat kemudian bilas dengan air
minum
16. Klem pipa penduga
17. Rapikan alat
18. Cuci tangan
Tahap terminasi
18. Akhiri dan simpulkan kegiatan
19. Evaluasi jumlah ASI yang masuk dan respon bayi
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan respon bayi selama
pemberian makan

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian nutrisi melalui OGT yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan pemberian nutrisi melalui OGT =�����ℎ ���� 𝑥 100%

E. Rangkuman
ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayilahir kurang bulan dan cukup bulan.
Pemberian ASI pada bayi kurang bulan memberikan keuntungan nutrisi, fisiologis,
maupun emosional. Cara pemberian ASI tergantung pada kemampuan bayi menghisap
dan menelan.

Proses pemberian nutrisi pada bayi baru lahir bedasarkan ada atau tidaknya
reflek menelan dan menghisap. Bila reflek menelan belum ada, maka pemberian nutrisi
dilakukan dengan OGT. Bila reflek menelan sudah ada, tetapi reflek menghisap belum
ada, maka pemberian minum dilakuan dengan cawan atau sendok, dan bila reflek
menelan dan menghisap telah ada, maka bayi bisa langsung menyusu pada ibunya.

F. Evaluasi
PRETEST – POSTES 4

1. Pernyataaan yang tepat tentang reflek menelan dan menghisap pada bayi adalah :
a. Reflek menelan dan menghisap akan terbentuk dan berfungsi secara bersamaan
b. Reflek menelan terbentuk pada trimester kedua kehamilan
c. Reflek menghisap muncul pada minggu ke-32 gestasi
d. Reflek menelan muncul pada minggu ke-32 gestasi
e. Reflek menelan muncul pada minggu ke-34 gestasi
2. Seorang bayi perempuan lahir spontan dengan berat badan lahir 1600 gram. Reflek
menela sudah ada namun reflek menghisap masih sangat lemah. Bagimanakah cara
pemberian nutrisi yang tepat pada bayi tersebut :
a. Melalui OGT
b. Menyusu langsung
c. Dengan menggunakan dot
d. Dengan menggunakan sedotan
e. Dengan menggunakan Cup Feeding
3. Seorang bayi laki-laki lahir spontan dengan berat lahir 1400 gram. Reflek menelan dan
reflek menghisap masih sangat lemah. Bagimanakah pemberian nutrisi yang tepat pada
bayi tesebut :
a. Melalui OGT
b. Menyusu langsung
c. Dengan menggunakan dot
d. Dengan menggunakan sedotan
e. Dengan menggunakan Cup Feeding
4. Seorang bayi lahir section, dengan berat lahir 1500 gram. Perawat akan memberi nutrisi
melalui OGT. Perawat mencuci tangan, mengatur posisi bayi, memasang pengalas dan
meletakkan bengkok dekat bayi. Apakah langkah selanjutnya yang paling tepat?
a. Membilas OGT
b. Mengecek residu
c. Membuka klem slang OGT
d. Memasukkan ASI atau susu formula
e. Mengetes apakah OGT tepat dilambung atau tidak
5. Seorang bayi perempuan usia 3 hari, akan diberikan nutrisi dengan menggunakan
cawan. Perawat sudah mencuci tangan. Apakah langkah selanjutnya yang paling tepat ?
a. Memposisikan cawan di bibir bayi
b. Menyentuhkan cawan di bibr bayi
c. Mengukur jumlah ASI dalam cawan
d. Memberikan bayi minum secra perlahan
e. Memposisikan bayi setengah tegak di pangkuan ibu

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan 24 jam yang lalu, bayi kurang bulan dengan usia kehamilan 34
minggu. BB=2000 gram dan PB= 48 cm. Reflek hisap lemah namun sudah ada reflek
menelan.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan metoda kanguru pada pasien tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan pemberian nutrisi melalu cawan.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 4 yang terletak
pada bagian akhir modul 5 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemberian nutrisi melalui cawan pada kegiatan praktek 4.

�����ℎ �������� �����


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan pemberian nutrisi melalui cawan yang telah anda
lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemberian nutrisi melalui cawan = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN PRAKTIK 5

PRAKTIK TINDAKAN PERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI

A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami
konsep neonatus esnsial dan konsep masalah-msalah yang sering terjadi pada bayi
resiko tinggi khususnya BBLR dan hiperbilirubin yang sudah dipelajari pada modul 1.
Anda juga diharapakan saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi.
B. Tujuan
Kegiatan praktek 5 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana
melakukan perawatan bayi dalam incubator dan pemberian foto terapi. Setelah
memepelajari kegiatan praktek 5 (unit 5) ini,diharapkan anda mampu :
1. Melakukan perawatan bayi dalam incubator.
2. Melakukan pemberian foto terapi pada bayi hiperbilirubin.

C. Uraian Materi
FOTOTERAPI

Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi


bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah
bilirubin tak kerjonjugasi menjadi dua isomer yang disebut forobilirubin. Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
forobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke empedu dan dieksresikan ke dalam duodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

Kriteria alat fototerapi :


a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
b. Intensitas cahaya yang bisa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
c. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru
(FT0T12), cahaya biru khusus (FT0T12/BB) atau daylight flurescent tubes.

Prosedur pemberian fototerapi

a. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.


1) Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada
basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
2) Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
b. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut
tertutp, jangan tempelkan tutup mata dengan menggunakan selotip.
c. Balikkan bayi setiap 3 jam.
d. Motivasi ibu untuk bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam.
e. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata.
f. Pemberian suplemen atai mengganti ASI dengan makanan atau cairan lainnya
(contoh : pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
g. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah di pompa (ASI perah),
tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selma bayi
masih diterapi sinar.
h. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahakan
bayi dari sinar terapi sinar.
i. Perhatikan : selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih
lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
j. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan.
k. Pindahkn bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa
dilakukan di dalam unit terapi sinar.
l. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru).
m. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu
bayi lebih dari 37,50C, sesuaikan suhu ruangan atau sementara pindahkan bayi dari
unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,50C - 37,50C.
n. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khusus.
o. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13 mg/dL.
p. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah transfudi tukar, persiapkan kepindahan
bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk
transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
q. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
r. Setelah terapi sinar di hentikan.
s. Observasi bayi selama 24 jam dan diulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
t. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk
memulai terapi sinar, ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah
ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil
pemeriksaan atau perkiraan melalu metode klinis berada di bawah nilai unutk
memulai terapi sinar.
u. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak
ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
v. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembalu bayi bila
bertambah kuning.

PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR


Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suhu lingkungan yang optimal.
Perawatan bayidalam inkubator adalah perawatan bayi dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suatu keadaan dimana panas yang di hasilkan dapat mempertahankan suhu
tubuh bayi tetap.
Dalam pelaksanaan perawatan di daalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan
cara tertutup dan terbuka :
a. Inkubator tertutup :
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertutup seperti
apnea, apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi.
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27 derajat celcius.
b. Inkubator terbuka :
1) Pemerian inkubatir dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan
pada bayi.
2) Menggunkan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal
dan kehangatan.
3) Membungkus dengan selimut hangat.
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain unutuk mencegah aliran
udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
6) Pengauran suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan dibawah ini
Langkah-langkah perawatan bayi dalam inkubator :

a. Hangatkan inkubatir sebelum digunakan


b. Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi.
Suhu Inkubator (0C) Menurut Umur
350C 340C 330C 320C
<1500 g 1-10 hr 11 hr-3 mg 3-5 mg >5 mg
1500-2000 g 1-10 hr 11 hr-4 mg >4 mg
2100-2500 g 1-2 hr 3 hr-3 mg >3 mg
>2500 g 1-2 hr >2 hr

c. Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 10C setiap
perbedaan suhu 70C antara suhu dan inkubator.
d. Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar
lepas semua pakaian bayi dan segera diberi pakaian kembali setelah selesai.
e. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator
tetap hangat.
f. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.
g. Periksa suhu inkubatir dengan menggunakantermometer ruang dan ukur suhu
aksila bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
h. Bila suhu aksila <36,50C atau >37,50C, atur suhu inkubator secepatnya.
i. Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, maka inkubator
tidak berfungsi dengan baik. Atur suhu inkubator sampau tercapai suhu yang
kita kehendaki atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi.
j. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lakukan manajemen
suhu tubuh abnormal.
k. Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit.

D. Prosedur Kerja
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMBERIN FOTOTERAPI

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 8 hari dirawat dengan hiperbilirubin. Hasil pemeriksaan
laboratorium kadar bilirubin total bayi tersebut 16 mg/dl. Bayi direncanakan mendapat
fototerapi 3 x 24 jam.
Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan tindakan pemberian fototerapi pada bayi tersebut dengan menggunakan
pantom.
3. Gunakan SOP/ format pemberian fototerapi.

1. Persiapan
Alat
a. Blue light
b. Celana blu light
c. Format pengunaan blue light
d. Kassa/kain yang sudah dilapisi karbon tidak tembus cahaya
e. Plaster
f. gunting

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan


bayi di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian fototerapi yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian fototerapi.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemberian fototerapi

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pemberian fototerapi
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Ukur suhu tubuh bayi
9. Lepaskan pakaian bayi
10. Tutup mata dengan penutup tidak tembus sinar dan
lakukan fiksasi dengan plaster agar tidak begeser
atau berubah posisi
11. Atur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm
12. Lakukan secara terus menerus sesuai instruksi
13. Atur posisi bayi setiap 6 jam : telentang, miring
kanan, miring kiri dan telungkup
14. Apabila memberi ASI/ susu formula, angkat bayi dan
buka penutup mata.
Tahap terminasi
15. Akhiri dan simpulkan kegiatan
16. Evaluasi suhu bayi, suhu blue light, intake cairan
dan lama penyinaran.
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18. Bereskan alat
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan dan kondisi
perkembangan bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian fototerapi yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan pemberian fototerapi =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PRAKTIK PERAWATAN INKUBATOR

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki baru saja lahir dengan berat badan lahir 1500 gram. Hasil pengkajian
didapatkan data suhu tubuh bayi 360C, akral dingin.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan perawatan bayi dalam inkubator pada bayi tersebut dengan menggnakan
pantom.
3. Gunakan SOP/ format perawatan bayi dalam inkubator.

1. Persiapan
Alat
a. Inkubator tertutup/terbuka
b. Peralatan untuk membersihkan incubator
c. Alat tenun untuk incubator
d. Termometer
e. Jam tangan
f. Oksigen

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan


bayi di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan perawatan bayi dalam inkubator
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format perawatan bayi dalam
inkubator.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi

2. SOP perawatan bayi dalam inkubator

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan perawatan bayi dalam inkubator
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari
& bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau
setiap akan digunakan
8. Tutup matras dengan kain bersih
9. Kosongkan air reservoir setiap hari untuk mencegah
pertumbuhan bakteri
10. Atur suhu sesuai umur dan berat badan bayi
11. Hangatkan incubator terlebih dahulu sebelum
dipakai
12. Letakkan bayi pada incubator dalam keadaan
telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi keadaan umum, misalnya :
pernapasan dan warna tubuh
13. Tutup inkubator, jaga agar lubang selalu tertutup
agar inkubator tetap hangat
14. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
15. Periksa inkubator dengan menggunakan
thermometer ruang dan ukur suhunya pada 8 jam
pertama, kemudian setiap 3 jam sekali
16. Bila suhu <36,50C dan >37,50C, atur suhu incubator
secepatnya
17. Cuci tangan
Tahap terminasi
18. Akhiri dan simpulkan kegiatan
19. Evaluasi persaan klien
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek perawatn bayi dalam inkubator yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
Kemampuan keterampilan perawatan bayi dalam inkubator
���� � ����
= 𝑥 100%
�����ℎ ����E. Rangkuman
Bayi dapat mengalami kondisi hiperbilirubin karena berbagai sebab. Salah satu
tindakan untuk mengatasi hiperbilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi bilirubin
takterkonjugasi.
Hipotermi dapat terjadi pada bayi baru lahir sehingga membutuhkan incubator
dalam perawatannya. Perawataan bayi dalam incubator adalah perawatan bayi dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suatu keadaan dimana panas yang di hasilkan dapat
mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat.
PRETEST – POSTES 5

1. Seorang bayi perempuan usia 10 hari, dirawat di ruang perinatologi dengan hiperbilirubin,
bayi diprogramkan mendapat fototerapi 2x24 jam. Apakah intervensi keperawatan yang
tepat untuk diagnosa resiko kerusakan integritas kulit sebagai efek fototerapi ?
a. Atur jarak lampu fototerapi dengan bayi antara 15-30 cm.
b. Pasang kaca mata tidak tembus cahaya sebelum diberikan fototerapi
c. Lakukan masase sebelum dilakukan fototerapi
d. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
e. Berikan cairan adekuat
2. Seorang bayi perempuan usia 10 hari, di rawat di ruang perinatologi dengan
hiperbilirubin, bayi diprogramkan medapat fototerapi 2 x 24 jam. Langkah-langkah
prosedur pemberian fototerapi yaitu memberi salah kepada orang tua/ pendamping
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan pemberian terapi sinar,
menjelaskan prosedur kerja pemberian terapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia,
mendekatkan alat-alat untuk terapi sinar, langkah selanjutnya adalah :
a. Memasukkan bayi ke dalam blue light
b. Menghidupkan blue light
c. Memasang penutup mata
d. Mengukur suhu bayi
e. Mencuci tangan
3. Seorang bayi laki-laki usia 3 hari, berat badan 2400 gram, dirawat dalam inkubator.
Perawat akan menyiapkan inkubator untuk bayi tersebut. Berapakah suhu yang harus
diset pada inkubator ?
a. 320C-330C
b. 330C-340C
c. 340C-350C
d. 350C
e. 360C
4. Seorang bayi laki-laki usia 3 hari, berat badan 2400 gram, di rawat dalam incubator.
Perawat akan menyiapkan incubator untuk bayi tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh
perawat sebelum meletakkan bayi dalam incubator ?
a. Melepaskan pakian bayi, bayi hanya menggunakan popok
b. Memasang penutup mata agar bayi tidak silau
c. Memasang penutup inkubator
d. Mengahangatkan inkubator
e. Menambah air reservoir
5. Seorang bayi perempuan baru saja lahir 1 jam yang lalu spontan, berat badan 1500
gram, bayi akan dirawat dalam inkubator. Berapak suhu yang harus di set pada inkubator
?
a. 320C-330C
b. 330C-340C
c. 340C-350C
d. 340C-360C
e. 350C-360C

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi laki-laki usia 10 hari dirawat dengan hiperbilirubin. Hasil pemeriksaan
laboratorium kadar biliruibin total bayi tersebut 18 mg/dL. Bayi direncanakan mendapat
fototerapi 3 x 24 jam.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan pemberian fototerapi pada pasien tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan pemberian fototerapi.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 5 yang terletak
pada bagian akhir modul 5 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemberian fototerapi pada kegiatan praktek 5.

�����ℎ �������� �����


Tingkat pengetahuan = 𝑥 100%
�����ℎ ����2. Hitung tanda cek
(frekuensi) dalam lembar observasi,
selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan pemberian fototerapi yang telah anda lakukan.
���������
Kemampuan keterampilan pemberian fototerapi =�����ℎ ���� 𝑥 100%

KUNCI JAWABAN

PRETEST – POSTES 1
1. D
2. B
3. B
4. A
5. D
PRETEST – POSTES 2
1. C
2. E
3. E
4. A
5. E
PRETEST – POSTES 3
1. B
2. A
3. A
4. A
5. C
PRETEST – POSTES 4
1. D
2. E
3. A
4. B
5. C
PRETEST – POSTES 5
1. D
2. B
3. A
4. D
5. D
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Keshatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Dasar (PONED). Jakarta. Depkes RI

Edukia. 2013. Menjaga bayi tetap hangat. Di unduh dari http://www.edukia.org/web/kbbayi/3-


1-menjaga-bayi-tetap-hangat/

Fitrisna., L.B. 2012. Studi Komparatif Pemberian minum dengan cawan dan sendol terhadap
efektifitas minum bayi baru lahir di RSUD Dr. Soeradji Titronegoro Klaten. Di unduh
dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20302308-T30627- Lala
%20Budi20%Fitriana.pdf

IDAI. 2013. Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI. Di unduh dari
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-
meningkatkan-pemberian-asi

Surasmi A., Handayani, S & Kusuma H. N. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta .
ECG
MODUL 2

PRAKTIK ASUHAN KEPERAWTAN ANAK SEHAT

Saat ini saudara mempelajarai modul 2 praktik asuhan keperawatan anak sehat.
Modul ini akan membahas tentang bagaimana mempraktikkan asuhan keperawatan
pada anak sehat. Praktek didesain dalam laboratorium keperawatan dengan
menggunakan kasus dan pasien model atau dilakukan pada situasi nyata dengan
membawa anak ke laboratorium keperawatan. Mahasiswa akan didorong untuk
mendemonstrasikan tindakan pada anak sehat antara lain screening tumbuh kembang
dengan menggunkan Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDITK/ KPSP) dan
pengisian buku KIA/ KMS, pemeriksaan antropometri, Pemberian imuniasai dasar, cara
pemberian ASI dan memandikan bayi.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu melaksanakan


tindakan/keterampilan keperawatan pada anak sehat sesuai dengan tahap tumbuh
kembangnya.

Fokus pembahasan pada modul 2 ini adalah bagaimana mahasiswa


mempraktekkan tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada anak sehat, yang
dibagi, menjadi lima (5) kegiatan praktek sebagai berikut :

A. Kegiatan praktek 1 (Unit 1) : praktik Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK)
B. Kegiatan praktek 2 (Unit 2) : praktek pengisian buku KIA/ KMS
C. Kegiatan praktek 3 (Unit 3) : praktek pemberian imunisasi dasar
D. Kegiatan praktek 4 (Unit 4) : praktek cara pemberian ASI
E. Kegiatan praktek 5 (Unit 5) : praktek memandikan dan pijat bayi

Modul ini berbentuk petunjuk praktikum yang penting digunakan saat anda
mencoba mmperaktekkan atau mendemostrasikan tindakan-tindakan keperawatan pada
anak sehat yang sering dilakukan ungtuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak serta menjaga status kesehatan anak. Modul ini berisi petunjuk
praktek yang akan disajikan berdasarkan langkah-langkahdari setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan sehingga akan memeberikan pengalaman kepada anda
dalam melakukan intervensi keperawatan sebagai bagian dari asuhan keperawatan
pada anak sehat.

Adapun hal-hal yang harus anda persiapkan sebelum melakukan praktek adalah :
1. Pahmai tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai
2. Pelajarai kasus yang tersedia dan pastikan bahawa anda telah memahami
3. Baca petunjuk praktikum dengan teliti
4. Baca setiap langkah yang tercantum dalam SOP
5. Siapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan untuk setiap tindakan/keterampilan
yang akan dipraktekkan
6. Perahatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
7. Praktekkan/demonstrasikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur.
8. Catat kesulitan yang anda alami dan diskusikan dengan teman atau tutor.

Kami mengharap,anda dapat mengkiuti keseluruhkan praktik dalam modul ini dengan baik.

“SELAMAT BELAJAR DAN SUSKSES BUAT ANDA”


KEGITAN PRAKTEK 1

PRAKTIK STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG

ANAK (SDIDTK)

A. Deskripsi Singkat
Sebelum mengikuti kegiatan praktik ini, pastikan bahwa anda telah memahami
konsep dasar tumbuh kembang anak yang sudah dipelajari pada modul 1. Anda juga
diharapakan telah memahami teknik berkomunikasi pada anak dan bagiamana
menerapkannya saat melakukan tindakan keperawatan pada bayi dan anak.

Kegiatan praktek 1 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana


melakukan stimulasi dan deteksi dini terhadap tumbuh kembang anak sesuai dengan
tahap usia.
B. Tujuan
Setelah memepelajari kegiatan praktek 1 (unit 1) ini,diharapkan anda dapat :

1. Melakukan deteksi pertumbuhan danperkembangan anak pada balita dan anak usia
prasekolah.
2. Melakukan pemeriksaan daya dengar dan daya lihat.
3. Melakukan pemeriksaan penyimpangan emosional.
4. Memberikan penyuluhan stimulasi tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah

C. Uraian Materi
Anda memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Pertumuhan dan perkembangan
merupakan bagian penitng yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak.

Pertumbuhan adalah pertambahan atau peningkatan ukuran tubuh seperti tinggi


badan, berat badan dan lingkar kepala. Sedangkan perkembangan adalah peningkatan
keterampilan dan kemampuan individu yang terjadi sepanjang hidupnya seperti
sensorik (dengar, lihat, raba, rasa dan cium), motorik (gerak kasar dan halus), kognitif
(pengetahuan dan kecerdasan), komunikasi/ berbahasa, emosi-sosial, serta
kemandirian.
Menutut Soetjiningsih (2014) faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, adlah faktor genetik dan faktor lingkungan. Fakor genetik merupakan modal dasar dan
mempunyai peran utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui
instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetik anatra lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai tidaknya potensi genetik.
Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisikopsikososial yang memengaruhi individu
setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini dapat meliputi
lingkungan pranatal,lingkungan postnatal dan faktor hormonal.

Selama 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emasyang harus benar-benar
diperhatikan selama masa tumbuh kembang anak. Pembinaan tumbuh kembang anak
secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis atau masa
emas tersebut.

Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0 – 6 tahun agar
anak mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia 0
– 6 tahun perlu mendapatkan stimualasi rutin sedini mungkindan terus-menrus pada setiap
kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-kembang
yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak
hendaknya bervariasi dan ditujukan terhdapa kemampuan dasar anak yaitu : kemampuan
gerak kasar, kemampuan biacara dan bahasa, kemampuan sosialisai dan kemandirian,
kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual.

A. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN :
Pemeriksaan pertumbuhan pada anak dapat dilakukan dengan pengukura tinggi badan,
berat badan serta lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lingkar lengan atas.
Pengukuran ini juga bisa disebut dengan antopometri.
1. Tinggi badan (TB)/ panjang badan (PB)
Pengukuran panjang badan atau tinggi badan dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
1) Cara pengukuran ini dilakukan untuk anak < 24 bulan oleh 2 orang tenaga
kesehatan.
2) Alat yang digunakan adalah infatometer.
3) Bayi dibaringkan supine (telentang) pada alas yang datar.
4) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
5) Petugas 1, memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar lutut bayi
lurus, sedangkan tangan kiri menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi
ataupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki ketelapak kaki.
6) Baca angka pengukuran yang telah dilakukan.

Gambar 6.1
Pengukuran panjang badan bayi/ anak

b. Cara mengukur degan posisi berdiri


Untuk cara yang kedua dilakukan pada anak yang berusia > 24 bulan atau anak
yang sudah dapat berdiri. Alat yang digunakan untuk pengukuran dengan posisi
berdiri adalag microtoice. Cara pengukuran tinggi badan anak :
1) Pada saat pengukuran minta anak untuk melepaskan alas kaki dan
melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
2) Mintalah anak untuk berdiri tegak menghadap lurus ke arah depan dengan
kedua mata kaki raplat.
3) Pastikan kepala, tulang bahu, pantat dan tumit menempel di papan
pengukur/ dinding.
4) Mintalah anak untuk mengambil napas panjang.
5) Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di
atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut anak (menempel di
ubun-ubun).
6) Jika posisi anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.
Gambar 6.2
Cara mengukur tinggi badan

2. Berat badan (BB)


Berat badan merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan gizi anak serta
pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan pada anak dapat menggunkan
beberapa alat timbangan seperti timbangan bayi untuk bayi yang belum bisa berdiri
atau bayi usia < 24 bulan dengan BB maksimal 20 kg, timbangan injak serta
timbangan dacin yang biasa digunakan posyandu.
a. Timbangan bayi
Timbangan bayi ini digunakan untuk menimbang anak sampai usia 2 tahun
dengan maksimal BB < 20 kg. Cara penggunaannya adalah :
1) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
2) Lihat jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0.
3) Baik sebaiknya setelanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan.
4) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan. Bila ingin menggunakan
alas pada timbangan, ingat untuk kurangi pengukuran berat badan dengan
berat alasnya.
5) Lihat sampai jarum timbangan berhenti.
6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan. Usahakan bayi dalam
keadaan tenang sehingga jarum timbangan dapat menunjukkan angka yang
akurat.
b. Timbangan pijak
1) Letakkan alat timbangan di lantai yang datar/ keras sehingga tidak mudah
bergerak.
2) Pastikan posisi jarum harus menunjukkan ke angka 0.
3) Sebaiknya anak memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
4) Setelah dilakukan persiapan alat dan persiapan anak maka lakukan
pengukukran pada anak. Cara pengukuran berat badan anak menggunakan
timbangan injak dapat di lakukan dengan dua cara yaitu :
a) Anak bisa berdiri
Ketika alat timbangan sudah menunjukkan angka 0 mintalah anak
tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat timbangan.
Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/
kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk. Anda dapat
membantu anaktersebut berdiri dengan baik di atas timbangan
dan anjurkan untuk mengurangi gerakan yang tidak perlu
sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangan.
Setelah anak berdiri dengan benar, lihat jarum petunjuk angka di
timbangan dengan catat hasilnya. Kemudia inta anak tersebut
untuk turun dari timbangan.
b) Bayi/ anak belum bisa berdiri :
Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/ pengasuh untuk
menggendong anak tanpa selendang dan alas kaki. Ketika alat
timbangan menunjukkan angka 0 mintalah ibudengan
menggendong sang anak unutuk berdiri di tengah-tengah alat
timbangan.
Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus kedepan, kaki tidak
menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin
bayi/ anak dalam keadaan tenang ketika di timbang.
Setelah ibu berdiri dengan benar, lihat jarum petunjuk angka di
timbangan dan catat hasilnya. Kemudian mintlah ibu saja yang
ditimbang tanpa menggendong anaknya.
Setelah penimbangan selesai maka kurangi hasil timbangan ibu
saat menggendong anaknya dengan hasil timbangan berat
badan ibu. Hasil tersebut merupakan berat badan bayinya.
c. Timbangan Dacin
Persiapkan dacin dengan
menggantungnya pada tempat yang
kokoh sepeti pelana rumah atau
kusen pintu atau dahan pohon atau
penyangga kaki tiga yang kuat.
Atur posisi angka pada batang dacin
sejajar dengan mata penimbang.

Letakkan bandul bergerser pada


angka nol, jika ujung kedua paku
timbangan dalam posisi lurus, maka
timbangan perlu ditera atau diganti
dengan yang baru.
Pastikan bandul bergeser berada pada
angka 0.

Pasang sarung timbangan/ celana


timbangan/ kotak timbangan yang
kosong pada dacin.

Seimbangkan dacin yang telah


dibebani dengan sarung timbangan/
celana timbangan/ kotak timbang
dengan member kantung plastik
berisikan pasir/ batu diujung batang
dacin, sampai kedua jarum di atas
tegak lurus.

3. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepalasangat penting dilakukan pada anak usia dibawah 5
tahun. Tujuan pemantauan adalah untuk menilai pertumbuhan dan ukuran otak
anak serta dapat mendeteksi sejak dini adanya gangguan perkembangan otak. Cara
pengukuran lingkar kepala adalah :
a. Siapkan pita pengukur kepala (meteran).
b. Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi, diatas kedua telinga
dan bagian belakang kepala yang menonjol (tulang oksiput) tarik agak kencang
sampai kedua ujung meteran bertemu di angka 0.

Sumber : http://mimospilowindo.com
Gambar 6.3
Mengukur kepala
c. Teakhir cantumkan hasil pegukuran kepala dan lihat pada kurva lingkar kepala
untuk menilai hasil yang didapatkan.
4. Lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu).
5. Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di
bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruhi oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai
keadaan gizi/ tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).
Pegukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh
siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalh pita ukur elastis. Namun, gizi/
perumbuhan fisik yang berat.
Cara pengukuran lingkar lengan atas :
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur :
1) Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal
lengan dengan siku.
2) Pemilihan lengan kiri disebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan
kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih
stabil.
b. Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar (dapat
digunakan pita pengukur).
1) Hindari penekanan pada lengan yang di ukur saat pegukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan susai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur.

B. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Perkembangan adalah bertmabahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan : gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian. Aspek-aspek perkembangan yang di pantau :
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbiacara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebaginya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisai dan berinteraksi dengan lingkungannya
dan sebagainya.

Skrining Perkembangan

Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak merupakan KPSP (kuisioner


praskrining perkembangan) adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan.

“jadwal skrining/ pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,

21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan”

Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kemudianpada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Apabila orang tua datangdengan
keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur skrining
akan bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat yang lebih muda. Ingatkan ibu/ orang tua untuk anak yang berusia 3 bulan – 24
bulan (2 tahun) supaya membawa anakanya ke posyandu/ puskesmas setiap 3 bulan
untuk mendapatkan palyanan SDITK. Sedangkan, untuk anak yang berusia > 2 tahun
sampai 6 tahun di bawa ke puskesmas atau posyandu setiap 6 bulan.
Alat/ instrumen yang digunakan adalah :
a. Formulir KPSP menurut uur. Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah di capai anak. Sasaran KPSP anak usia 0 –
72 bulan.
b. Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm .
“BAGAIMANA CARA PEMERIKSAAN KPSP ?”
c. Pada waktu pemeriksaan/ skrining, anak harus dibawa.
d. Umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun lahir. Bila umur anak lebih
16 hari bulatkan menjadi bulan.
e. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
f. KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu :
1) Petanyaan yang dijawab oleh ibu/ pengasuh anak, contoh : “dapatkah anak
makan kue sendiri ?”
2) Perintah kepada ibu/ pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh : “posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada
bergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
g. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena
itu pastikan ibu/ pengasuh anak mengeti apa yang ditanya kepadanya.
h. Tanyakan pertnyaan tersebut berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya
ada jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
i. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
j. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
k. Hitung lah berapa jumlah jawaban ya.
1) Jawaban ya, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak bisa atau anak pernah
atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
2) Jawaban tidak, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak tidak tahu.
l. Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
m. Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
n. Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
o. Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosilisai dan
kemandirian).

C. PEMERIKSAAN TES DAYA DENGAR (TDD)


1) Tujuan : untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
2) Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
3) Alat yang diperlukan :
a. Instrumen TDD menurut umur anak.
b. Gambar binatang (Ayam, anjing, kucing) dan manusia.
c. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola).
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan, pilih daftar pernyataan TDD yang sesuai dengan umur anak.
a. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak. Tidak
usah ragu-ragu atau takut menjawab karena tidak untuk mencari yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu dan
beruntun.
3) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
4) Jawaba “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam 1 bulan terakhir.
b. Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/ pegasuh untuk
dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
4) Jawaban “ tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan printah
orang tua/ pengasuh.
5) Interpretasi :
a) Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/ catatan
medik anak jenis kelaianan.
6) Intervensi :
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

D. PEMERIKSAAN TES DAYA LIHAT (TDL)


1. Tujuan : untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjut sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya
lihat menjadi lebih besar.
2. Jadwal : dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 – 72 bulan.
Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
3. Alat yang diperlukan :
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk.
4. Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih satu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memberi kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu
E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai petunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini
sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas.
g. Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu-persatu mulai garis
pertama sampai garis keempat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali anak mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan
huruf “E” pada poster.
i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat paa kertas yang telah
disediakan.
Mata kanan:....................... Mata kiri:.........................
5. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3 pada
poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat meilihat garis ke-3 poster “E” artinya
tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada
baris ke-3 yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan
daya lihat.
6. Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat
sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis yang sama dengan kedua
matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan,
kiri, atau keduanya).

E. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN MENTAL EMOSIONAL


Deteksi dini penyimpangan emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autismedan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu :
1. Kuisioner masalah mental emosional (KMME) bagi anak umur 36 – 72 bulan.
2. Ceklist autis anak pra sekolah (Checklist for Autism In Toddlers CHAT) bagi anak
umur 18 – 36 bulan.
3. Formjulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian danhiperaktivitas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner Ratting Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.

Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah

1. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau


masalah mental emosional pada anak prasekolah.
2. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada
anak umur 36 – 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau
pemeriksaan perkembangan anak.
3. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali
problem mental emosional anaknumur 36 – 72 bulan.
4. Cara melakukan :
Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring satu persatu perilaku
yang tertulis pada KMME kepada orang tua atau pengasuh anak. Catat jawaban
“ya”, kemudian hitung jumlah jawaban “ya”.
5. Interpretasi
Bila ada jawaban “ya”, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
6. Intervensi
Bila jawaban “ya” hanya 1 :
a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku pedoman pola asuh
yang mendukung perkembangan anak.
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.

Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih :

Rujuk ke rumah sakit yang memilki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang
anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental
emosional.

Deteksi Dini Autisme pada anak pra sekolah


1. Tujuananya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autisme pada anak umur
18-36 bulan.
2. Jadwal deteksi dini autisme pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Keterlamatan bicara.
b. Gangguan komunikasi atau interaksi sosial.
c. Perilaku yang berulang-ulang.
3. Alat yang digunakan adalah CHAT. CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu :
a. Ada 9 pertanyaan yang di jawab oleh orang tua pengasuh anak. Pertanyaan
diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak
ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis
CHAT.
4. Cara menggunakan CHAT
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis di CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c. Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan pengamatan
kemampuan anak, ya atau tidak. Teliti kemudian apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
5. Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2,
B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan
B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3
atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2, dan 3.
6. Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan,
rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.

Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak
prasekolah

1. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada
anak umur 36 bulan keatas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kcurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA, dan guru TK.
Keluhan tersebut dapat berupa salah satu lebih keadaan dibawah ini :
a. Anak tidak bisa tenang.
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
c. Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive.
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH. Formulir ini terdiri dari 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru Tk
dan pertanyaan yang perlu pengatan pemeriksa.
4. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis di formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh
anak.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko dan lain-lain. Setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kemudian apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan
jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
a. Nilai 0 : jika kedaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
b. Nilai 1 : jika kedaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
c. Nilai 2 : jika kedaan tersebut sering ditemukan pada anak.
d. Nilai 3 : jika kedaan tersebut selalu ditemukan pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
6. Intervensi
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. Bila total nilai kurang dari 1 tetapi anda ragu-ragu jadawalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anak.

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN (ANTOPOMETRI)

Ilustrasi kasus :

Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan di antar ke posyandu oleh ibunya untuk di lakukan
pemantauan pertumbuhan. Ibu ingin mengetahui apakah berat badan anaknya normal atau
tidak.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan pemeriksaan antopometri pada bayi tersebut dengan menggunakan
pantom.
6. Gunakan SOP/ format pemeriksan antopometri.

3. Persiapan
Alat
d. Alat ukur pnjang badan dan microtoice
e. timbangan berat badan
f. midline/ meteran
g. pantom bayi

Persiapan lingkungan

c. disainlah lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : sebagai I ibu pasien, dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemeriksaan antropometri yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemeriksaan antopometri.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi

4. SOP pemeriksaan Antropometri


PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan antropometri bayi dan
anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Timbang berat badan dengan benar
8. Ukur tinggi badan/ panjang badan dengan tepat
9. Ukur lingkar kepala dengan tepat
10. Ukur lingkar dada dengan tepat
11. Ukur lingkar perut dengan tepat
12. Ukur lingkar lengan atas dengan tepat
13. Catat setiap setelah melakukan satu pengukuran
Tahap Terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi perasaan klien
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
17. Bereskan alat.
18. Cuci tangan.
19. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemeriksaan antropometri yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
Kemampuan keterampilan pemeriksaan antropometri
���� � ����
=�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP

Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan diantar ke posyandu oleh ibunya untuk dilakukan pemantaun
perkembangan. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 10 oktober 2015. Pemeriksaan
dilakukan pada tanggal 20 september 2017.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 4 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan pemeriksaan perkembangan dengan KPSP terhadap anak tersebut dengan
menggunakan pasien model.
3. Gunakan SOP/ format pemeriksan perkembangan dengan KPSP.
1. Persiapan
Alat
a. Formulir KPSP menurut umur
b. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongsn
biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.

Persiapan lingkungan

a. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien,model pasien dan sebagai perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemeriksaan antropometri yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemeriksaan perkembangan
dengan KPSP.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemeriksaan perkembangan dengan KPSP
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan perkembangan bayi
dan anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Tentukan umur anak
8. Pilih formulir KPSP sesuai dengan umur anak
9. Tanyakan setiap pertanyaan pada formulir KPSP
secara berurutan
10. Hitung jumlah jawaban “ya”
11. Tentukan hasil penilaian perkembangan anak
Tahap Terminasi
12. Simpulkan kegiatan
13. Evaluasi perasaan klien
14. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
15. Bereskan alat.
16. Cuci tangan.
17. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemeriksaan perkembanagn dengan KPSP


yang telah anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
Kemampuan keterampilan pemeriksaan perkembangan dengan KPSP
���� � ����
= 𝑥 100%
�����ℎ ����
LATIHAN 3 : PRAKTIK PEMERIKSAAN TES DAYA DENGAR (TDD)

Ilustrasi kasus :

Seorang anak di antar ke posyandu oleh ibunya untuk di lakukan tes daya dengar. Ibu
mengatakan anaknya lahir tanggal 5 juli 2014. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20
september 2017.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 4 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan pemeriksaan tes daya dengar tehadap anak tersebut dengan menggunakan
model.
3. Gunakan SOP/ format pemeriksan tes daya dengar.
1. Persiapan
Alat
a. Instrumen TDD menurut umur
b. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia
c. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

Persiapan lingkungan

a. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien, pasien dan sebagai perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemeriksaan tes daya dengar
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemeriksaan tes daya
dengar.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi

2. SOP pemeriksaan tes daya dengar (TDD)


PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan tes daya dengar (TDD)
bayi dan anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Tentukan umur anak
8. Pilih instrumen TDD sesuai dengan umur anak
9. Tanyakan setiap pertanyaan pada instrumen TDD
10. Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap Terminasi
11. Simpulkan kegiatan
12. Evaluasi perasaan klien
13. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
14. Bereskan alat.
15. Cuci tangan.
16. Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Petunjuk Evauasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemeriksaan tes daya dengar yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemeriksaan tes daya dengar = 𝑥

100%
�����ℎ ����LATIHAN 4 : PRAKTIK PEMERIKSAAN TES

DAYA LIHAT (TDL) Ilustrasi kasus :

Seorang anak laki-laki usia 4 tahun diantar ke posyandu oleh ibunya untuk dilakukan tes
daya lihat

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan pemeriksaan tes daya lihat tehadap anak tersebut dengan menggunakan
model.
3. Gunakan SOP/ format pemeriksan tes daya lihat.

1. Persiapan
Alat
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b. Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk pemeriksa
c. Poster “E” untuk di gantung dan kartu “E” untuk di pegang anak
d. Alat petunjuk

Persiapan lingkungan

a. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


b. Atur lingkungan aman dan penyinaran cukup.

Pembagian peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai pasien dan sebagai perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemeriksaan tes daya lihat yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemeriksaan tes daya lihat.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemeriksaan tes daya lihat (TDL)
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan tes daya lihat (TDD)
pada anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Pilih ruang yang bersih, tenang dengan penyinaran
yang baik
8. Gantung poster “E” setinggi mata anak dalam posisi
duduk
9. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster
“E” menghadap ke poster “E”
10. Letakkan kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa
11. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih
anak dalam mengarahkan kartu “E” mengahadap ke
atas, bawah, kiri, kanan sesuai yang ditunjuk pada
poster “E” oleh pemeriksa.
12. Suruh anak menutup satu matanya
13. Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster
satu per satu mulai baris pertama sampai baris ke
empat atau baris “E” terkecil yang masih bisa dilihat
oleh anak
14. Ulangi pemeriksaan pada mata yang satunya
dengan cara yang sama
15. Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap Terminasi
16. Simpulkan kegiatan
17. Evaluasi perasaan klien
18. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
19. Bereskan alat.
20. Cuci tangan.
21. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemeriksaan tes daya lihat yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemeriksaan tes daya lihat =
�����ℎ ����
𝑥 100%

LATIHAN 5 : DETEKSI PENYIMPANGAN MENTAL EMOSIONAL

Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan usia 5 tahun di antar ke posyandu oleh ibunya untuk di lakukan
deteksi penyimpangan mental emosional.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 4 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan pemeriksaan tes daya dengar tehadap anak tersebut dengan menggunakan
model.
3. Gunakan SOP/ format pemeriksan tes daya dengar.

1. Persiapan
Alat
a. Kuisioner masalah mental emosional (KMME)

Persiapan lingkungan

a. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


b. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua dalam pemeriksaan.

Pembagian peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien, pasien dan sebagai perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan deteksi penyimpangan emosional
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format deteksi penyimpangan
emosional.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. Format penilaian deteksi penyimpangan mental emosional
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemeriksaan penyimpangan mental
emosional pada anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas
dan nyaring, satu persatu prilaku yang tertulis pada
KMME kepada orang tua atau pengasuh
8. Catat dan hitung jumlah jawaban “ya”
9. Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap Terminasi
10. Simpulkan kegiatan
11. Evaluasi perasaan klien
12. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
13. Bereskan alat.
14. Cuci tangan.
15. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek deteksi penyimpangan emosional yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan deteksi penyimpangan emosional = 𝑥 100%
�����ℎ ����LATIHAN 6 : DETEKSI DINI AUTIS PADA

ANAK PRASEKOLAH Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan 2 tahun di antar ke posyandu oleh ibunya untuk di lakukan
pemeriksaan karena anak terlalu aktif. Ibu khawatir anaknya mengalami gangguan prilaku.
Perawat memutuskan untuk melakukan deteksi dini autisme pada anak tersebut.
Tugas :
1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 4 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu pasien, pasien, perawat dan observer secara bergantian.
2. Lakukan deteksi dini autisme tehadap anak tersebut dengan menggunakan model.
3. Gunakan SOP/ format penilaian deteksi dini autisme.
1. Persiapan
Alat
a. CHAT (Checklist for Autisme in Toddler)

Persiapan lingkungan

a. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua dalam pemeriksaan.

Pembagian peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien, pasien dan sebagai perawat
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan deteksi dini autisme yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format deteksi dini autisme.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. Format penilaian deteksi dini Autisme pada anak
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan deteksi dini autisme pada anak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas
dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada
CHAT kepada orang tua atau pengasuh
8. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai
dengan tugas pada CHAT
9. Catat jawaban orang tua pengasuh “ya” atau “tidak”
10. Simpulkan hasil pemeriksaan
Tahap Terminasi
11. Simpulkan kegiatan
12. Evaluasi perasaan klien
13. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
14. Bereskan alat.
15. Cuci tangan.
16. Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Petunjuk Evauasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek deteksi dini autisme yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan deteksi dini autisme =
�����ℎ ����

𝑥 100
%RANGKUMA
N

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan bagian penting yang perlu di kaji


dalam memberikanasuhan keperawatan pada anak. Pertumbuhan adalah pertamabahn atau
peningkatan ukuran tubuh seperti tinggi badan berat badan dan lingkar kepala. Sedangkan
perkembangan dalah peningkatan keterampilan dan kemampuan individu yang terjadi
sepanjang hidupnya seperti sensorik (dengar, lihat, raba, rasa,dan cium), motorik (gerak
kasar dan halus), kognitif (pengetahuan dan kecerdasan), komunikasi/ berbahasa, emosi-
sosial, serta kemandirian.

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secarakomprehensif berkualitas


melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
masa 5 tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara :
keluarga, msyarakat dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Jenis kegiatan deteksi atau disebutjuga skrining, dalam SDIDTK adalah sebagai
berikut : deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur berat badan (BB),
tinggi badan (TB) dan lingkar kepala (LK). Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu
meliputi pendeteksian menggunakan kuisioner pra skrining perkembangan (KPSP), tes
daaya dengar (TDD), tes daya lihat (TDL).

Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan : kuisioner


masalah mental emosionel (KMME), Checklist for autism in toddler (CHAT) atau ceklis
deteksi dini autis, gangguan pemusatan perhatia dan hiperaktivitas (GPPH).

PRETEST – POSTEST 1

6. Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamti sesuatu,


melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, dalam Dever II, merupakan
penilaian terhadap aspek:
f. Fine motor adaptif
g. Personal social
h. keterampilan
i. gross motor
j. ketelitian
7. manakah pernytaan yang benar untuk hal-hal yang diukur dalam pengkuran antropometri
?
f. berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggul
g. berat badan, panjang badan, lingkar kepala, suhu, nadi
h. lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggang, suhu, nadi
i. berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar kepala
j. lingkar perut, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada
8. manakah pernyataan yang benar tentang pengukuran berat badan ?
f. pada usai beberapa hari (umunya sebelum 10 hari pertama), berat badan bayi
mengalami penurunan
g. kenaikan berat badan bayi sehat pada triwulan pertama sebesar 250-350 gram
h. dipakai pada kelompok umur balita saja, untuk menilai pertumbuhan fisik
i. BB kurang sensitif terhadap perubahan seperti sakit dan pola makan
j. BB merupakan parameter pertumbuhan yang cukup rumit
9. Seorang anak perempuan lahir tanggal 12 juni 2016, tanggal 2 desember 2016 diantar
oleh ibunya ke posyandu untuk di nilai perkembangannya apakah sesuai dengan umur.
Petugas ksehatan akan menggunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak
tersebut. Makakah formulir KPSP yang tepat digunakan untuk anak tersebut ?
f. Formulir KPSP untuk bayi usia 3 bulan
g. Formulir KPSP untuk bayi usia 5 bulan
h. Formulir KPSP untuk bayi usia 6 bulan
i. Formulir KPSP untuk bayi usia 7 bulan
j. Formulir KPSP untuk bayi usia 9 bulan
10. Ketika sudah ditanyakan 10 item pertanyaan sesuai dengan format KPSP untuk anak
tersebut, ditemukan 6 jawaban “ya”. Apakah interpretasi dari hasil pemeriksaan tersebut
?
f. Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
g. Kemungkinan ada penyimpangan
h. Perkembangan anak meragukan
i. Perkembangan anak normal
j. Kemungkinan meragukan
11. Apakah intervensi yang paing tepat untuk anak tersebut ?
a. Lakukan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian
b. Teruskan pola asuh sesuai tahap perkembangan anak
c. Lakukan pemeriksaan ulang 3 minggu kemudian dengan KPSP dibawah usia anak
d. Rujuk ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan
e. Beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi pada anak lebih sering lagi, setiap
saat dan sesering mungkin
12. Petugas kesehatan menuliskan jawaban “tidak” pada formulir KPSP, apabila ?
a. Ibu atau pengasuh anak tidak tahu
b. Ibu atau pengasuh anak menjawab sering
c. Ibu atau pengasuh anak menjawab anak bisa
d. Ibu atau pengasuh anak menjawab kadang-kadang
e. Ibu atau pengasuh anak menjawab anak pernah melakukan sekali saja
13. Pemeriksaan antropometri yang menggambarka tumbuh kembang jaringan lemak di
bawah kulit dan otot tidak banyak terpengaruhi oleh keadaan cairan tubuh :
a. Lingkar lengan atas
b. Lingkar kepala
c. Lingkar perut
d. Lingkar dada
e. Berat badan
14. Deteksi dini autisme pada anak dilakukan apabila :
a. Ada keluhan anak belum bisa berjalan pada usia sudah 2 tahun
b. Ada keluhan perilaku yang berulang-ulang
c. Anak belum bisa menyebutkan warna
d. Usia anak sudah mencapai 2 tahun
e. Ada keluhan anak sering sakit
15. Seorang anak laki-laki di bawa kepuskesmas untuk dilakukan tes daya dengar. Perawat
telah menanyakan tanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir anak. Apakah langkah yang
paling tepat dilakukan selanjutnya ?
a. Memilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
b. Mengamati perilaku anak sesuai perintah orang tuanya
c. Menyanyakan setiap pertanyaan dengan jelas
d. Menghitung umur anak dalam bulan
e. Melakukan interpretasi

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak perempuan lahir tanggal 21 juli 2016, dianyar oleh ibunya ke posyandu
tanggal 12 september 2017 untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang.

Soal :

4. Bentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan masing-masing berperan sebagai


perawat, pasien dan ibu pasien.
5. Lakukan SDIDTK pada anak tersebut.
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

3. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 1 yang terletak
pada bagian akhir modul 6 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi pada kegiatan praktek 1.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

4. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selanjutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan SDIDTK anda.
���� � ����
Kemampuan keterampilan SDIDTK = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN PRAKTIK 2

PRAKTIK PENGISIAN BUKU KIA/ KMS

Sebelum mengikuti praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahmi petunjuk teknis
pengisian buku KIA yang sudah dipelajari pada modul 1. Anda juga diharapkan telah
memahami teknik berkomunikasi pada anak dan bagaimana menerapkannya saat
melakukan tindakan keperawatan pada bayi dan anak.

Kegiatan praktek 2 ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang bagaimana
mengisi buku KIA dengan benar. Setelah mempelajari kegiatan praktek 2 (unit 2) ini di
harapkan anda dapat :
3. Mengisi catatan imuniasi anak
4. Mengisi grafik BB berdasarkan PB/TB sesuai jenis kelamin dan usia
5. Mengisi grafik TB sesuai dengan jenis kelamin dan usia
6. Mengisi grafik lingkar kepala sesuai jenis kelamin
7. Mengisi KMS

URAIAN MATERI

Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan untuk
meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/pengasuh anak di panti/ lembaga
kesejahteraan sosial anak akan perawatam kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun.
Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap termasuk imunisasi,
pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi pertu,buhan dan perkembangan, serta upaya promotif
dan preventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak.

Pada buku KIA terdapat halaman-halaman yang sudah ditetapkan siisi ole tenaga
kesehatan (bidan/ perawat/ dokter/ petugas gizi/ petugas imunisasi), diisi oleh kader dan
adanya kotak-kotak disediakan yang harus diisi oleh ibu, keluarga/ pengasuh.

Bagian buku KIA yang harus diisi oleh tenaga kesehatan :

1. Identifikasi keluarga (hal iv)


2. Menyambut pesalinan (hal 19)
3. Stiker P4K
4. Catatan kesehatan ibu hamil (hal 20-23)
5. Catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir (hal 24-25)
6. Catatan kesehatan ibu nifas (hal 26-27)
7. Keterangan lahir (hal 29-30)
8. Catatan hasil pelayanan kesehatan bayi baru lahir (hal 37)
9. Catatan imunisasi anak (hal 38-39)
10. Catatan hasil pelayanan kesehatan bayi baru lahir (hal 40)
11. Nasehat pemenuhan gizi & pemberian makan (hal 65)
12. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
a. Tabel pelayanan (hal 68)
b. Grafik BB laki-laki menurut PB/ TB sejak lahir-2 tahun (hal 69)
c. Grafik BB laki-laki menurut PB/ TB sejak umur 2-5 tahun (hal 70)
d. Grafik BB perempuan menurut PB/ TB sejak lahir-2 tahun (hal 71)
e. Grafik BB perempuan menurut PB/ TB sejak umur 2-5 tahun (hal 72)
f. Grafik TB laki-laki menurut umur dari sejak lahir-6 bulan (hal 73)
g. Grafik TB laki-laki menurut umur dari 6 bulan-2 tahun (hal 74)
h. Grafik TB laki-laki menurut umur dari 2-5 tahun (hal 75)
i. Grafik TB perempuan menurut umur dari sejak lahir-6 bulan (hal 76)
j. Grafik TB perempuan menurut umur dari6 bulan -2 tahun (hal 77)
k. Grafik TB perempuan menurut umur dari 2-5 tahun (hal 78)
l. Grafik lingkar kepala anak perempuan (hal 79)
m. Grafik lingkar kepala anak laki-laki (hal 80)
13. Catatan kesehatan anak (hal 81-83)

A. CATATAN IMUNISASI ANAK


1. Sebelum memberikan imunisasi, petugas kesehatan (dokter/ bidan/ perawat)
memberikan penjelasan kepada ibu mengenai jas, manfaat dan jdwal imunisasi
(lihat hal 48. Buku KIA).
2. Isi kolom-kolom pada catatan imunisasi anak dengan tanggal pemberian imunisasi,
bukan tanda rumput (√). Upayakan setiap jenis imunisasi diberikan tepat sesuai
jadwal. Apabila pemberian imunisasi terlambat dari jadwal yang seharusnya, tetap
ditulis tanggal pemberian imunisasi pada kolom sesuai jenis imunisasi yang
diberikan.
3. Perhatikan waktu yang masih dan tidak diperbolehkan untuk memberikan imunisasi,
baik imunisasi dasar maupun lanjutan (perhatikan perbedaan warna kolom).
4. Isi kolom pada tabel “Tambahan Vaksin Lain” dengan jenis dan tanggal pemberian
imunisasi tambahan (contoh: pemberian imunisasi polio dan campak pada saat
kampanye imunisasi tambahan polio dan campak) dan jenis imunisasi lain yang
diberikan pada anak selain jenis imunisasi yang tersedia pada dua tabel
sebelumnya.
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.4
Tabel petunjuk pengisian catatan imunisasi

B. KARTU MEUJU SEHAT (KMS)


KMS adalah kartu yang membuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau
resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalah lebih berat. Kartu menuju
sehat digunakan sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan.
KMS-BALITA dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS
untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki. KMS anak
perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk perempuan.
Bagian-bagian dan cara pengisian KMS sebagai berikut :
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.5
Cara pengisian identitas KMS
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.6
Cara pengisian KMS bagian 2
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.7
Cara pengisian KMS bagian 3
Langkah-langkah pengisian KMS sebagai berikut :
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi nama anak dan nama tempat pelayanan dan halaman KMS
3. Mengisi bulan lahir dan bulan perkembangan anak

Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015


Gambar 6.8
Cara pengisian KMS
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.9
Cara membuat garis pertumbuhan pada KMS

5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak

Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015


Gambar 6.10
Catatan kejadian yang dialami anak pada KMS

6. Menentukan status pertumbuhan anak


Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara yaitu :
a. Dengan menilai garis pertumbuhannya, atau
b. Dengan meghitung kenaikan berat badan minimum (KBM)
Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015
Gambar 6.11
Cara menentukan status pertumbuhan pada KMS
Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan garfik
pertumbuhan anak dalam KMS :
a. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya;
kenaikan berat badan < KBM (< 800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan
berat badan > KBM (> 900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat
badan > KBM (> 500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM (<
400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; garfik berat badan < KBM (< 300
g)
7. Isi kolom pemberian ASI ekslusif

Sumber : Juknis Buku KIA Kemenkes RI 2015


Gambar 6.5
Cara pengisian identitas KMS
LATIHAN

LATIHAN 1 :

PRAKTIK MENGISI CATATAN IMUNISASI, GRAFIK BB BERDASARKAN TB/BB,


GRAFIK PB DAN GRAFIK LINGKAR KEPALA PADA BUKU KIA

Ilustrasi Kasus :

Seorang anak perempuan usia 4 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk diberikan
imunisasi, ibu mengatakan anaknya tidak sedang demam. Perawat kemudian memberikan
imuniasai DPT, HB, Hib dan polio sesuai dengan jadwal imuniasi tersebut. Sebelum
diberikan imunisasi perawat melakukan pemeriksaan antropometri dengan hasil
pemeriksaan: BB = 6,5 kg, PB = 55 cm, lingkar kepala = 42 cm.

Tugas :
4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 2 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, dan perawat.
5. Lakukan role play saat mendokumentasi hasil pemeriksaan antropemetri dan
imunisasi yang telah diberikan pada bayi tersebut pada buku KIA.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pengisi buku KIA.

3. Persiapan
Alat
h. Buku KIA
i. Pensil
j. Penghapus

Persiapan Lingkungan
b. Persiapkan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di puskesmas.
c. Aturan lingkungan aman dan nyaman dalam melakukan tindakan.

Pembagian peran
d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pasien dan model peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi pengisian buku KIA yang dilakukan
praktika dengan menggunkan format penilaian pengisian buku KIA.

Prosedur
d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. Format penilaian pengisian Buku KIA
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap pra interaksi
1. kaji kebutuhan tindakan pengisian buku KIA
2. Siapkan Alat
Tahap orientasi
3. Berikan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap kerja
5. Tuliskan catatan imunisasi pada buku KIA
6. Isi grafik BB berdasarkan TB/BB sesuai usia dan
jenis kelamin
7. Isi grafik TB sesuai usia dan jenis kelamin
8. isi grafik lingkar kepala sesuai jenis kelamin
Tahap terminasi
9. Simpulkan kegiatan
10. Evaluasi perasaan ibu/ayah, kondisi bayi
11. Bereskan alat

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pengisian buku KIA yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pengisian buku KIA = 𝑥 100%
�����ℎ ����LATIHAN 2 :

PRAKTIK MENGISI KMS Ilustrasi

Kasus :

Seorang anak laki-laki diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk melakukan pemantauan
pertumbuhan. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 10 desember 2015. Perawat kemudian
menimbang anak dan mendapatkan hasil BB= 10 kg, BB bulan lalu 9,5 kg.

Tugas :
1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 2 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, dan perawat.
2. Lakukan role play saat melakukan dokumentasi KMS.
3. Gunakan SOP/ format penilaian pengisian KMS

1. Persiapan
Alat
a. KMS
b. Pensil/ pulpen
c. Penghapus

Persiapan Lingkungan
a. Persiapkan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.
b. Aturan lingkungan aman dan nyaman dalam melakukan tindakan.

Pembagian peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pasien dan model peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi pengisian KMS yang dilakukan praktika
dengan menggunkan format penilaian pengisian KMS.

Prosedur
a. Pra interaksi
b. Interaksi :
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. Format penilaian pengisian KMS
NO. ASPEK YANG DINILAI PELAKSANAAN
YA TIDAK
Tahap pra interaksi
1. kaji kebutuhan dokumentasi KMS
2. Siapkan Alat
Tahap orientasi
3. Berikan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Tahap kerja
5. Pilih KMS sesuai jenis kelamin anak
6. Isi nama anak dan nama tempat pelayanan pada
halaman KMS
7. Isi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
8. Letakkan titik berat badan dan membuat garis
pertumbuhan anak
9. Catat setiap kejadian yang dialami anak
10. Tentukan status pertumbuhan anak
11. Isi kolom pemberian ASI ekslusif
Tahap terminasi
12. Simpulkan kegiatan
13. Evaluasi perasaan ibu/ayah, kondisi bayi
14. Bereskan alat

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pengisian KMS yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
��� � � ����
Kemampuan keterampilan pengisian KMS =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang digunakan untuk
meningkatkan pemahaman ibu, suami dan keluarga/ pengasuh anak di panti/ lembaga
kesejahteraan sosial anak akan perawatan kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun.
Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap termasuk
imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, serta
upaya promotif dan preventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak.
KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan
indeks antropometri berat badan menurut umur.

PRETEST – POSTES 2

6. Apakah yang dimaksud dengan istilah T (tidak naik) pada kartu KMS ?
f. Grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan
< KBM (<800 g)
g. Grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan >
KBM (>900 g)
h. Grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaiakan berat badan > KBM
(>500g)
i. Grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM (<400g)
j. Grafik berat badan mendatar; grafik berat badan < KBM (<300g)
7. Seorang bayi laki-laki usia 2 bulan dibawa ke posyandu oleh ibunya untuk ditimbang dan
diimunisasi. Perawat akan mengisi KMS bayi tersebut. Langkah pertama yang dilakukan
adalah :
f. Memilih KMS sesuai jenis kelamain
g. Menanyakan beratbadan lahir anak
h. Menanyakan imunisasi yang telah didapatkan
i. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
j. Mengisi nama anak dan nama tempat pelayanan pada halaman KMS
8. Catatan pada buku KIA yang diisi oleh petugas kesehatan adalah :
f. Catatan imunisasi
g. Catatan perkembangan anak
h. Makanan pendamping ASI
i. Memberi tanda √ catatan yang sudah diberikan
j. Memberik tanda √ pada pelayanan yang sudah didapatkan
9. Yang bukan merupakan peran kader dalam pemanfaatan buku KIA :
f. Menggunakan buku KIA sebagai media penyuluhan kesehatan ibu dan anak
g. Memfasilitasi ibu, keluarga/ pengasuh anak agar mematuhi jadwal pemberian
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk imunisasi
h. Sebagai penghubung masyarakat dengan tenaga kesehatan untuk memastikan
penggunaan buku KIA oleh masyarakat
i. Memberi tanda √ pada kotak setelah mendapatkan pelayanan kesehatan
j. Memberi vitamin A dan mencatat pada buku KIA
10. Seorang bayi perempuan usia 7 bulan. Berat badan lahie 3200 gram. Mendapat ASI
ekslusif secara penuh. Ibu sangat memahami tentang kebutuhan nutrisi bayi. Saat ini
bayi mulai dikenalkan dengan makanan padat pertamanya. Jika dikenaikan berat badan
bayi tersebut normal mengikuti kurve kenaikan BB, seperti pada KMS, berapa berat
badan bayi tersebut saat ini ?
f. Antara 4000 s.d 5000 gram
g. Antara 5000 s.d 5500 gram
h. Antara 5500 s.d 6200 gram
i. Antara 5000 s.d 6500 gram
j. Antara 6200 s.d 7000 gram

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak laki-laki diantar ke posyandu oleh ibunya untuk melakukan pemantauan
pertumbuhan. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 10 juli 2016. Perawat kemudian
menimbang anak dan mendapatkan hasil : BB = 8,5 kg, BB bulan lalu 9 kg.

Soal :
4. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
5. Lakukan pencatatan pada KMS anak tersebut.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

3. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 2 yang terletak
pada bagian akhir modul 6 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan pengisian buku KIA dan KMS pada kegiatan praktek 2.

�� � � �ℎ ��𝑤���� ��� ��
Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

4. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan pengisian buku KIA dan KMS yang telah anda lakukan.
���� � � ���
Kemampuan pengisian buku KIA/ KMS = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN PRAKTIK
3

PRAKTIK PEMBERIAN IMUNIASI DASAR

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
imunisasi yang sudah dipelajari pada modul 1. Anda juga diharapakan telah memahami
teknik berkomunikasi pada anak dan bagimana menerapkannya saat melakukan pemberian
imunisasi.

Kegiatan praktek 3 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
tindakan pemberian imunisasi pada bayi. Setelah memepelajari kegiatan praktek 3 (unit 3)
ini,diharapkan anda dapat :
3. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.
4. Memberikan imunisasi HB pada bayi.
5. Memberikan imunisasi polio pada bayi.
6. Memberikan imunisasi pentabio (DPT, HB, Hib) pada bayi.
7. Memberikan imunisasi campak pada bayi.

URAIAN MATERI

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang
digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio).

Tujuan imunisasi : untuk mencegah terjainya penyakit tertentu pada seseorang


danmenghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.

Jenis-jenis imunisasi :

1. Imunisasi HB O
Imunisasi hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
secara intramuskular. Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatits
B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-bayi. Penularan hepatitis pada bayi
baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan)
dan horizontal (penularan dari orang lain). Dengan demeikian untuk mencegah terjadinya
infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi hepatitis B sedini mungkin.
Imunisasi hepatitis B (HB 0) harus diberikan pada bayi umur 0-7 hari kelahiran.
a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier hepatitis B.
b. Hampir sepuh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari ibupembawa virus.
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi hepatitis menahun,
yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer
d. Imunisasi hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan
hepatitis B.
2. Imunisasi BCG
Vaksin BCG memberikan perlindungan terhadap penyakit tuberculosis, yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberkulosis. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan,
akan tetapi imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada umur ≤ 2 bulan. Setelah usia 2
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin (uji mantoux) dan diberikan imunisasi jika
hasilnya negative.
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan
kedalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, hanya menggunakan jarum pendek yang
sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kontra indikasi : imunisasi BCG tidak boleh diberikan
pada anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti eksim, furunkulosis
dan sebagainya dan anak yang sedang menderita TBC.
3. Imunisasi Pentavalen (DP-HB-Hib)
Imunisasi pentavalen adalah gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya
kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan HB (DPT combo). Sesuai dengan kandungan
vaksinnya, imunisasi pentavalen mencegah beberapa jenis penyakit, antara lain difteri,
batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan
radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae
tipeB).
Dosis pemberian imunisasi pentavalen yaitu 0,5 ml, cara penyuntikan intramuskular.
Suntkan diberikan pada paha anterolateral pada bayi dan dilengan kanan atas pada anak
batita saat imunisasi lanjutan. Bayi atau anak dipangku dengan posisi menghadap ke
depan, pegang lokasi suntkan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Suntikkan vaksin dengan
posisi jarum suntik 90 derajat terhadap permukaan kulit. Suntikkan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
Vaksin pentavalen diberikan untuk usia 2, 3 dan 4 bulan yang diberikan secara
intrmuskular. Vaksin ulangan diberikan pada usia 18 bulan. Efek samping setelah
pemberian imunisasi ini biasanya sakit, bengkak dan kemerahan yang terjadi ditempat
suntikan.
4. Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadi penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan secara oral.
Untuk imunisasi dasar (polio 1, 2, 3) vaksin diberikan 2 tetes peroral dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio
4 selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
5. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi dasar yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.
Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas. Angka kejadian campak juga tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak. Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan, dalam satu dosis 0,5 ml.
Vaksin ulangan diberikan umur 24 bulan.

LATIHAN

LATIHAN 1 : PEMBERIAN IMUNISASI BCG

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 1 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
mendapatkan imunisasi BCG.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
5. Demonstrasikan pemberian imunisasi BCG terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom bayi.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian imunisasi BCG.

3. Persiapan
Alat
d. Baki atau trolly injeksi
e. Spuit BCG/ Spuit 1 cc
f. Spuit 5 cc
g. Kapas air steril dalam tempatnya
h. Gergaji ampul
i. Cairan pelarut
j. Vaksin BCG dalam termos es
k. Bak injeksi steril
l. bengkok

Persiapan lingkungan

c. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasi di


puskesmas.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian imunisasi BCG yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian imunisasi BCG.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. SOP pemberian imunisasi BCG

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan imunisasi BCG
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Dekatkan alat pada pasien
8. Ambil spuit 5 cc dan mulai melarutkan vaksin BCG
9. Ambil vaksin dalam spuit BCG 1 cc sebanyak 0,05
cc
10. Bebaskan derah yang akan disuntik dari pakaian
(bahu kanan)
11. Usap bagian yang akan disuntik dengan kapas air
hangat
12. Regangkan tempat yang akan disunti dengan tangan
kiri
13. Suntik vaksin secara intrcutan
14. Bekas suntikan tidak boleh digosok atau ditekan
Tahap terminasi
15. Simpulkan kegiatan
16. Evaluasi persaan ibu/ayah
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18. Bereskan alat
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

e. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian imunisasi BCG yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
f. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi BCG =
�����ℎ ����
𝑥 100%

LATIHAN 2 : PEMBERIAN IMUNISASI HB 0

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki lahir 2 jam yang lalu, perawat akan memberikan imunisasi HB-0 untuk
bayi tersebut.
Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Demonstrasikan pemberian imunisasi HB-0 terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom bayi.
3. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian imunisasi HB-0.

1. Persiapan
Alat
a. Baki atau trolly injeksi
b. Bak instrumen
c. Kapas air steril dalam tempatnya
d. Vaksin HB-0 dalam uniject
e. Tempat sampah medis
f. Bengkok

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasi di


puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian imunisasi HB-0 yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian imunisasi HB-0.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemberian imunisasi HB-0
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan imunisasi HB-0
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Dekatkan alat pada pasien
8. Ambil vaksin HB-0 uniject dari termos/ lemari
pendingin
9. Pastikan vaksin tidak kadaluarsa
10. Buka kantong alumunium/ plastik dan mengeluarkan
uniject/ PID
11. Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke
dalam port. Jarak antara penutup jarum dengan port
akan hilang dan terasa ada klik
12. Oleskan kapas steril di 1/3 paha luar bayi sebelah
kanan
13. Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari
dan jari telunjuk, keluarkan penutup jarum
14. Pegang PID pada port dan suntikkan jarum dengan
sudut 90 derajat di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan
15. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk
mengeluarkan vaksin
16. Sesudah reservoir kempes, tarik PID keluar
17. Tekan bekas suntikan dengan kapas steril
Tahap terminasi
18. Simpulkan kegiatan
19. Evaluasi persaan ibu/ayah
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian imunisasi HB-0 yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi HB-0 =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 3 : PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN (DPT-HB-Hib)

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan 2 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk mendapatkan
imunisasi pentavalen 1.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Demonstrasikan pemberian imunisasi pentavalen terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom bayi.
3. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian imunisasi pentavalen.

1. Persiapan
Alat
a. Baki atau trolly injeksi
b. Spuit 1 cc
c. Kapas air steril dalam tempatnya
d. Vaksin pentavalen dalam termos se
e. Bak injeksi steril
f. bengkok

Persiapan lingkungan
a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasi di
puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian imunisasi pentavalen
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian imunisasi
pentavalen.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemberian imunisasi pentavalen

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan imunisasi pentavalen
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Dekatkan alat pada pasien
8. Ambil spuit 5 cc dan mengambil vaksin sebanyak 0,5
cc
9. Bebaskan derah yang akan disuntik pada lengan
atas kiri atau paha
10. Desinfeksi dengan kapas steril daerah yang akan
disuntik
11. Regangkan tempat yang akan disuntik dengan
tangan kiri, sementara itu tangan kanan menyuntikkan
vaksin secara intrmuskular dengan sudut 90 derajat

12. Tekan bekas suntikan dengan kapas steril


13. Rapikan pasien
Tahap terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi persaan ibu/ayah
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Bereskan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian imunisasi pentavalen yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi pentavalen =
�����ℎ ����
𝑥 100%

LATIHAN 4 : PEMBERIAN IMUNISASI POLIO ORAL

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki usia 3 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk mendapatkan
imunisasi polio.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Demonstrasikan pemberian imunisasi BCG terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom bayi.
3. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian imunisasi BCG.

1. Persiapan
Alat
a. Vaksin polio dalam termos es
b. bengkok

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasi di


puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian imunisasi polio yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian imunisasi polio.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemberian imunisasi polio

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan imunisasi polio
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Dekatkan alat pada pasien
8. Buka tutup vaksin
9. Pasang pipet tetes
10. Buka bulut dengan tangan kiri dan tangan kanan
meneteskan vaksin polio 2 tetes
11. Beritahukan ibu/ keluarga untuk tidak memberi
makan dan minum selama 10-15 menit setelah
pemberian imunisasi
12. Rapikan pasien
Tahap terminasi
13. Simpulkan kegiatan
14. Evaluasi persaan ibu/ayah
15. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16. Bereskan alat
17. Cuci tangan
18. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian imunisasi polio yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi polio =
�����ℎ ����
𝑥 100%

LATIHAN 4 : PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 9 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
mendapatkan imunisasi campak.
Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat dan observer secara bergantian.
2. Demonstrasikan pemberian imunisasi campak terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom bayi.
3. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian imunisasi campak.

1. Persiapan
Alat
a. Baki atau trolly injeksi
b. Spuit 1 cc
c. Kapas steril 2 buah
d. Vaksin campak dalam termos es
e. Bahan pelarut vaksin campak
f. Bak injeksi steril
g. bengkok

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang imunisasi di


puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian imunisasi campak
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian imunisasi campak.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP pemberian imunisasi campak

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan imunisasi campak
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Dekatkan alat pada pasien
8. Larutkan vaksin campak dengan pelaut
9. Ambil spuit dan mengambil vaksin sebanyak 0,5 cc
10. Bebeskan daerah yang akan disuntik pada lengan
atas kiri atau paha
11. Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan
disuntik
12. Regangkan tempat yang akan disunti dengan tangan
kiri, sementara itu tangan kanan menyuntikan vaksin
13. Tekan bekas suntikan dengan kapas steril
14. Rapikan pasien
Tahap terminasi
15. Simpulkan kegiatan
16. Evaluasi persaan ibu/ayah
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18. Bereskan alat
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan dan kondisi bayi
Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian imunisasi campak yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi campak =
�����ℎ ����
𝑥 100%

RANGKUMAN

Imunisasi merupak usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin ke dalam tubh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu.

Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan adalah imunisasi dasar HB-
0, BCG, DPT-HB-Hib, polio, campak.

PRETEST – POSTES 3

6. Seorang bayi usia 0-9 bulan wajib diberikan imunisasi dasar jika tidak akan kontra
indikasi. Apakah yang diharapkan terjadi setelah mendapatkan imunisasi tersebut ?
f. Terebentuknya imunitas non spesifik yang bersifat selluler
g. Terbentuknya imunitas spesifik yang bersifat fisik
h. Bayi akan terhindar 100% dari PD31
i. Timbulnya kekebalan pasif
j. Timbulnya kekebalan aktif
7. Seorang bayi perempuan usia 2 bulan datang kepuskesmas diantar oleh ibunya untuk
mendapatkan imunisasi. Bayi tersebut lahir dirumah sakit dan saat lahir dia sudah
mendapat imunisasi hepatitis B1, polio 1, dan BCG. Sesuai dengan kebijakan program
imunisasi dasar, imunisasi apa yang akan diberikan pada bayi tersebut sekarang ?
f. DPT 1
g. HB 1
h. Pentavalen 1, polio 2
i. Pentavalen 1, polio 1
j. DPT/HB kombo 1, polio 2, BCG 2
8. Seorang bayi perempuan usia 1 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
medapatkan imunisasi BCG. Bagaimanakah cara lokal pemberian imunisasi tersebut ?
f. Lengan kanan secara intracutan
g. Lengan kiri secara intramuskular
h. Lengan kanan secara subcutan
i. Lengan kiri secara intracutan
j. Lengan kiri secara subcutan
9. Seorang bayi perempuan usia 1 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
medapatkan imunisasi BCG. Penyakit apakah yang dapat dicegah dengan imunisasi
tersebut ?
f. Asma
g. Faringitis
h. Pneumonia
i. Tuberculosis
j. Baccilus Calmate Guerin
10. Seorang bayi perempuan usia 1 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
medapatkan imunisasi BCG. Berapakah dosis vaksin yang diberikan untuk bayi tersebut
?
a. 0,5 cc
b. 0,1 cc
c. 0,01 cc
d. 0,05 cc
e. 0,03 cc
11. Seorang bayi laki-laki usia 3 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
medapatkan imunisasi polio. Vaksin polio yang diberikan kepada bayi tersevut harus
dalam kondisi layak pakai agar vaksin dapat memberi perlindungan yang optimal.
Berapakah suhu yang tepat untuk menyimpan vaksin tersebut ?
a. 220
b. 260
c. 0-100
d. 2-80
e. Suhu kamar
12. Seorang bayi usia 2 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk medapatkan
imunisasi pentavalen 1. Salah satu kandungan dari pentavalen adalah vaksin
Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Penyakit apa yang dapat dicegah dengan vaksin
tersebut ?
a. Pneumonia
b. Tuberkulosis
c. Influenza
d. Campak
e. Difteri
13. Yang termasuk imunisasi wajib , diberikan pada anak 0-9 bulan :
a. Pentavalen (DPT-HB-Hib)
b. Dpat/Hib
c. Varicella
d. MMR
e. Hib
14. Seorang bayi laki-laki usia 4 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk
medapatkan imunisasi, ibu mengatakan anaknya sekarang sedang pilek, sudah
mendapat imunisasi saat baru lahir di lengan kanan, paha dan ditetes di mulut, usia 2
bulan (dipaha dan di tetes di mulut), dan terakhir usia 3 bulan di paha dan tetes di mulut.
Sebulan yang lalu petugas puskesmas menganjurkan ibu untuk datang hari ini untuk
mendapatkan imunisasi dasar sesuai program pemerintah, suhu : 360C. Berdasarkan
hasil anamnesa, imunisasi apa yang diberikan pada bayi tersebut hari ini ?
a. BCG
b. Campak
c. DPT/ HB kombo 2, polio 3
d. DPT/ HB kombo 2, polio 4
e. Tidak diberikan imunisasi karena rido pilek
15. Seorang bayi laki-laki usia 4 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk medapatkan
imunisasi, ibu mengatakan anaknya sekarang sedang pilek, sudah mendapat imunisasi
saat baru lahir di lengan kanan, paha dan ditetes di mulut, usia 2 bulan (dipaha dan di
tetes di mulut), dan terakhir usia 3 bulan di paha dan tetes di mulut. Sebulan yang lalu
petugas puskesmas menganjurkan ibu untuk datang hari ini untuk mendapatkan
imunisasi dasar sesuai program pemerintah, suhu : 360C. Jika bayi tersebut hari ini
diberikan imunsasi, maka dianjurkan datang lagi pada usia 9 bulan untuk diberikan
imunisasi :
a. MMR
b. Campak
c. Polio ulang
d. BCG ulang
e. Campak, polio serta DPT/ HB kombo ulangan
UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan usia 3 bulan diantar ke puskesmas oleh ibunya untuk medapatkan
imunisasi, ibu mengatakan anaknya sekarang sedang pilek, sudah mendapat imunisasi saat
baru lahir di lengan kanan, paha dan ditetes di mulut, usia 2 bulan (dipaha dan di tetes di
mulut). Sebulan yang lalu petugas puskesmas menganjurkan ibu untuk datang hari ini untuk
mendapatkan imunisasi dasar sesuai program pemerintah, suhu : 360C.

Soal :
4. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
5. Tentukan kenutuhan imunisasi bayi tersebut.
6. Berikan imunisasi sesuai prosedur.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

3. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 3 yang terletak
pada bagian akhir modul 6 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemberian imunisasi pada kegiatan praktek 3.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

4. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan metode kanguru yang telah anda lakukan.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian imunisasi = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN
PRAKTIK 4

PRAKTIK PEMBERIAN ASI

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
pemberian nutrisi pada bayi dan ASI yang sudah dipelajari pada modul 1. Anda juga
diharapakan telah memahami teknik pemberian pendidikan kesehatan dan bagaimana
menerapkan saat mengajari ibu memberikan ASI pada bayinya dengan benar.

Kegiatan praktek 4 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
edukasi pemberian ASI teknik pemberian ASI yang benar. Setelah memepelajari kegiatan
praktek 4 (unit 4) ini,diharapkan anda dapat :
4. Memberi pendidikan kesehatn tentang ASI
5. Melatih ibu memberikan ASI dengan benar

URAIAN MATERI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayi yang baru
dilahirkannya. Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi dan bila
diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi kebutuhan
bayi untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan. Selaian itu ASI mengandung makrofag,
limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit tertentu.
Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa terhadap
kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara menysusui ekslusif dan
penjarangan kelahiran.
Menyadari manfaat ASI maka seharusnya setiap bayi baru lahi sampai berusia 6 bulan
hanya mendapat ASI dari ibunya (ASI ekslusif). Namun kadangkala hal ini tidak terjadi oleh
karena adanya beberapa kondisi dan situasi yang oleh para petugas kesehatan atau ibu
tidak ditatalaksana dengan baik sehingga dapat terjadi kegagalan menyusui. Salah satu
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI adalah teknik menyusui yang
tidak tepat sehingga pengeluaran ASI tidak lancar dan putting susu menjadi lecet.
Cara pemberian ASI yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayidengan
perlekatan dan posisi bayi dengan benar, memberikan ASI dengan suasana yang santai
bagi ibu dan bayi, buat kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama
bayi perlu diberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam kebutuhan
ASI bayi setiap 4 jam.
Langkah-langkah menyusui yang benar :
1. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
2. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
3. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah.
4. Punggung bersandar dengan santai pada kuris.
5. Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
6. Satu tangan bayi pada arah badan ibu sebaiknya diletakkan dibelakang badan ibu.
7. Perut bayi menempel apada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ibu.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
10. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas payudara dan jari lain menopang
dibawah payudara, jangan menekan puting susu/ areolanya aja.
11. Bayi beri rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi/sisi mulut
bayi dengan puting susu.
12. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat punggung bayo didekatkan ke payudara
ibu dengan puting susu dan areola dimasukkan kedalam mulut bayi.
13. Usahakan sebagain besar areola masuk kedalam mulut bayi sehingga puting berada
dilangit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar.

Sumber : http://aufalactababy.com/tag/posisi-menyusui
Gambar 6.12
Posisi menyusui dan perlekatan yang benar
14. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai payudara terasa kosong.
15. Lanjutkan dengan menyusui pada payudara yang satu lagi.
16. Cara melepaskan isapan bayi.
a. Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi melalui sudut mulutnya.
b. Tekan dagu bayi kebawah

Sumber : Tanjungherbal.com
Gambar 6.13
Cara melepaskan isapan bayi
17. Setelah selsesai menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada puting susu
serta areola sekitarnya dan biarkann kering sendiri.
18. Jangan lupa menyendawakan setelah menyusui dengan cara :
a. Bayi digendong tegak dengan bersanadar pada bahu ibu dan tepuk
punggungnya berlahan.
b. Bayi duduk di pangkuan ibu kemudian tepuk-tepuk ringan punggung bayi.
c. Bayi tidur telungkup dipangkuan ibu dan tepuk punggung berlahan.

Sumber : http://www.payamesalamat.com
Gambar 6.14
Cara menyendawakan bayi

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMERIAN ASI YANG BENAR

Ilustrasi Kasus :
Seorang iu usia 24 tahun akan menyusui bayinya yang berusia 2 hari. Ibu tampak bingung
dan tidak paham bagaimana menyusui bayi dengan benar. Bayi tampak gelisah dan rewel.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
5. Demostrasikan cara mengajarkan teknik menyusui yang benar pada ibu tersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian teknik pemberian ASI.

5. Persiapan
Alat
e. Lembar balik
f. Pantom bayi
g. Kursi
h. Bantal

Persiapan lingkungan

c. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang bayi di


rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman untuk orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian ASI yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format pemberian ASI.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi

6. SOP teknik pemberian ASI

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pemberian ASI
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
8. Persilakan ibu membuka pakaian bagian atas
9. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya
10. Mengajari ibu untuk melakukan proses menyusui
dengan teknik yang benar
11. Setelah selesai menyusui ajarkan ibu untuk melepas
isapan bayi dengan teknik yang benar
12. Ajarkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan
benar
Tahap terminasi
13. Akhiri dan simpulkan kegiatan
14. Evaluasi perasaan klien/ keluarga
15. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16. Bereskan alat
17. Cuci tangan
18. Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian ASI yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemberian ASI = �����ℎ
𝑥 100%
����

RANGKUMAN

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah malnutrisi karena ASI
mengandung zat-zat yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah digunakan secara efisien
oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. Kira-kira selama tahun pertama
kehidupannya, sistem kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa
melawan infeksi seperti halnya anak yang lebih besar atau orang dewasa, oleh karena itu
zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat berguna.

Cara pemberian ASI yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi bayi dengan benar. Memberikan ASI dengan suasana yang santai
bagi ibu dan bayi, buat kondisi ibu seyaman mungkin.

PRETEST – POSTES 4

6. Tanda bayi dalam posisi yang baik pada payudara ibu adalah ?
f. Areola tampak jelas
g. Bayi terlihat senang dan tenang
h. Ibu merasa nyeri pada payudaranya
i. Tubuh bayi berjauhan dengan badan ibu
j. Bayi menghisap dengan cepat dan dangkal
7. Pemberian ASI pada bayi sebaiknya ?
f. 5-7 menit
g. 1 jam sekali
h. On demand
i. 2 jam sekali
j. Tidak perlu disusui
8. Bayi yang diberikan ASI, tidak mudah sakit. Hal ini disebabkan karena?
f. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi
g. Nutrien dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
h. Mengurangi kejadian kaeries dentis
i. ASI mengandung zat protektif
j. Membantu involusi uteri
9. Cara menyendawakan bayi yang benar ?
f. Bayi di gendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu dan tepuk punggungnya
berlahan
g. Bayi duduk di pangkuan ibu kemudian miringkan kepala bayi
h. Bayi tidur terlungkup lalu kepala dimiringkan
i. Bayi digending dan tepuk –tepuk bayi
j. Posisikan kepala bayi lebih tinggi dari badan
10. Yang bukan merupakan posisi menyusui yang benar ?
f. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ibu
g. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi yang rendah
h. Telinga dan lengan bayi letakkan pada satu garis lurus
i. Bibir menutupi puting, areola masih tampak jelas
j. Punggung bersandar dengan santai pada kursi

UJI KETERAMPILAN

Seorang ibu usia 26 tahun datang ke puskesmas, mengeluh bayinya sering rewel dan puting
susunya lecet sehingga tidak bisa menyusui dengan baik. Ibu membutuhkan pendidikan
kesehatan teknik menyusui yang benar.

Soal :
4. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
5. Demonstrasikan cara melatih ibu melakukan teknik menyusui yang benar.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

3. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 4 yang terletak
pada bagian akhir modul 6 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemberian ASI pada kegiatan praktek 4.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = 𝑥 100%
�����ℎ ����
4. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan pemberian ASI yang telah anda lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemberian ASI = 𝑥 100%
�����ℎ ����

KEGIATAN PRAKTIK 5

PRAKTIK PIJAT BAYI DAN MEMANDIKAN BAYI

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
neonatus esnsial dan kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi yang sudah dipelajari pada
modul 1. Anda juga diharapakan telah memahami cara melakukan pijat bayi dan
memandikan bayi serta bagaimana menerapkan saat melakukan praktik pijat bayi maupun
memandikan bayi.

Kegiatan praktek 5 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
pijat bayi dan memandikan bayi. Setelah memepelajari kegiatan praktek 5 (unit 5)
ini,diharapkan anda mampu :
3. Melakukan pijat bayi
4. Memandikan bayi dengan benar

URAIAN MATERI

A. PJAT BAYI
Piat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah lama sdikenal
oleh manusia dan merupakan pengobatan yang dipraktekkan sejak awal kelahiran
manusia. Manusia mengalami pengalaman pertama dipijat pada saat dilahirkan di dunia
dengan adanya proses kelahiran dimana harus meninggalkan rahim yang hangat
melewati jalan lahir yang sempit sehingga menimbulkan pengalaman traumatik dan
kecemasan. Sentuhan dan pijat bayi yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat
bayi mempertahankan rasa aman setelah mendapat jaminan adanya kontak tubuh bayi
(Roesli, 2001).
Pijat bayi berbeda dengan pijat yang dilakukan terdapat orang dewasa perbedaab ini
terletak pada besarnya tekanan yang diberikan. Pada pijat bayi biasnya lebih cenderung
berupa setuhan-sentuhan lembut, sehingga disebut juga sstimulus touch
(Prasetyo,2009).
Manfaat pijat bayi :
1. Pijat bayi menurut Roseli (2001) juga memiliki efek biokimia yang positif, antara lain
menurunkan kadar hormon stress (catecholamine) dan meningkatkan kadar
serotonin.
2. Selain itu, ada beberapa hasil laporan penelitian para pakar tentang manfaat pijat
bayi, antara lain :
a. Meningkatkan berat badan
b. Meningkatkan pertumbuhan
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
e. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak
f. Meningkatkan produksi ASI
Langkah-langkah pijat bayi :
1. Melakukan pemijatan pada daerah kaki

Sumber : http://pijatbayi.co.id
Gambar 6.15
Pemijatan daerah kaki

a. Gerakan tangan dari pangkal paha sampai ke pergelangan kaki seperti


memerah susu atau memeras.
b. Mengurut telapak kaki bayi secara bergantian, pijat kaki dengan gerakan
memutar dan diakhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujungnya. Untuk
punggung kaki secara bergantian kemudian buat gerakan menggulung dari
pangkal paha ke pergelangan kaki.
Sumber : http://health.liputan6.com
Gambar 6.16
Pemijatan telapak kaki

2. Melakukan usapan pada daerah perut


a. Lakukan gerakan seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas kebawah perut.
Letakkan kedua ibu jari di samping kanan dan kiri pusat perut, gerakkan kedua
ibu jari ke arah tepi kanan dan kiri perut. Lakukan gerakan “I LOVE U”
mengusap dari kanan atas perut bayi kemudian ke kiri bawah membentuk “L”
terbalik. “YOU” mengusap dari kanan ke bawah ke atas kemudian ke kiri dan
berakhir di perut kiri bawah membentuk huruf “U”.

Sumber : http://pijatbayi.co.id
Gambar 6.17
Pemijatan daerah perut

3. Melakukan pemijatan pada daerah dada


a. Lakukan pijatan kupu-kupu. Letakkan kedua tangan kita ditengah dada bayi kita
dan gerakkan keatas kemudian ke sisi luar tubuh dan kemudian ke ulu hati
tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu dari tengah dada bayi
dipijat menyilang dengan telapak tangan kita kearah bahu seperti membentuk
kupu-kupu.

Sumber : http://falethehan.wordpress.com
Gambar 6.18
Pemijatan daerah dada

4. Melakukan pijatan pada daerah tangan


a. Buatlah gerakan memijit ketiak dari atas kebawah, jika terdapat pembengkakan
kelenjar didaerah ketiak jangan lakukan gerakan ini. Gerakan tangan seperti
memerah susu atau seperti memeras dari pundak ke pergelangan tangan. Pijat
telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah jari-jari.
Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ujung jari dengan gerakan memutar,
akhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujung jari. Bentuklah gerakan
menggulung dari pangkal lengan menuju kearah pergelangangan tangan.
Sumber : http://www.untukku.com
Gambar 6.19
Pemijatan daerah tangan

5. Melakukan pemijatan pada daerah wajah


a. Gerakan tangan kita dari tengah wajah samping seperti membasuh mata.
Tekankan jari-jari kita dari tengah dahi kesamping seperti menyetrika dahi.
Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis, tekankan ibu jari anda dari
pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat
gerakan ke samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum (senyum I).
b. Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut didaerah sekitar hidung. Gerakkan
kedua ibu jari tengah kesamping dan ke atas daerah pipi seolah membuat bayi
tersenyum (senyum II).
c. Letakkan kedua ibu jari anda ditengah dagu. Tekankan kedua ibu jari pada dagu
dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah
membuat bayi tersenyum (senyum III). Buatlah lingkaran-lingkaran kecil di
daerah rahang bayi dengan kedua jari telunjuk tangan anda, berikan tekanan
lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.

Sumber : http://pijatbayi.co.id
Gambar 6.20
Pemijatan daerah wajah
6. Melakukan pemijatan pada daerah punggung
a. Menggerakkan tangan kita maju mundur dari bawah leher ke pantat bayi.
Pegang dan tahan pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian usapkan telapak
tangan kiri kita seperti menyetrika punggung, dan leher ke pantat (Roesli, 2009).
b. Gerakan relaksasi dan geraka peregangan lembut.
c. Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-tepukan halus dan melambung-
lambungkan secara lembut. Teknik sentuhan relaksasi mudah dan sederhana.
Dapat dikerjakan bersama-sama pijat bayi atau terpisah dari pijat bayi. Misalnya
ibu mulai memijat bagian kaki bayi ternyata kakinya tegang dan kaku.
d. Gerakan-gerakan sederhana yang meregangkan tangan dan kaki bayi memijat
perut dan pinggul, serta meluruskan tulang belakang bayi. Peregangan lembut
ini dilakukan di akhir pemijatan atau diantara pijatan setiap gerakan peregangan
dapat dilakukan sebanyak empat sampai lima kali.

Sumber : http://tipsanakbayi.com
Gambar 6.21
Pemijatan daerah punggung

B. MEMANDIKAN BAYI
Memandikan bayi merupakan salah satu bagian pentin dari perawatan bayi.
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melakukan tindakan
memandikan bayi dengan benar. Memandikan bayi dengan cara yang benar akan
menjaga kebersihan bayi, mengurangi kolonisasi bakteri kulit dan tentunya mengurangi
kemungkinan bayi sakit. Memandikan bayi juga dapat meningkatkan bonding antara
bayi dan ibu dan memberikan rasa bahagia pada ibu.
Sebelum memandikan bayi, beberapa bahan yang peru dipersiapkan adalah
washlap, baskom berisi air hangat, handuk kering dan bersih, tempat meletakkan bayi
saat mengeringkan bayi, kapas lembab yang diseduh dengan air masak, kapas alkohol,
peralatan mandi bayi berupa sabun, sampo, bedak serta minyak telon. Waktu yang
tepat untuk memandikan bayi sebaiknya memandikan bayi ditunda sedikitnya 6 jam
setelah kelahiran bayi. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupan dapat
mengarah pada kondidi hipotermia dan sangat mebahayakan keselamatan bayi. Dalam
minggu pertama bayi cukup mandi satu kali sehari dipagi hari. Jika perlu sore hari
dibersihkan dari kulit yang basah atau keringat.
Tujuan memandikan bayi :
1. Memberi rasa nyaman pada bayi
2. Membuat bayi tetap wangi dan bersih
3. Mengurangi resiko terjadinya infeksi
4. Mandi sebelum tidur akan membantu relaksasi
5. Merupakan bentuk perhatian ibu untuk menunjukkan cara sayangnya

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika memandikan bayi :

1. Jaga bayi agar tidak kedinginan


2. Bila mata bayi terasa lengket, bersihkan dulu dengan kapas yang dibasahi
boorwater atau aquabidest
3. Saat membersihkan tali pusat, perhatikan kemungkinan adanya perdarahan,
kemerahan atau kelainan lain
4. Memandikan dilakukan sebelum makan atau minum dan bukan segera setelah
makan karena lambung yang penuh dapat terganggu oleh pergerakan pelaksanaan
mandi.

Cara memandikn bayi :

1. Sebelum memulai memandikan bayi, cucilah tangan terlebih dahulu


2. Buka pakaian bayi dan angkat bayi ke meja mandi. Letakkan bayi pada posisi yang
aman
3. Bersihkan mata bayi memakai kapas lembab dengan cara menghapus dari bagian
dalam mengarah ke luar. Setiap kali usapan, kapa harus diganti untuk mencegah
kontaminasi antara mata satu dengan mata yang lainnya
4. Bersihkan telingan dengan kapas pembersih, setiap kaliu usapan kapas harus
diganti
5. Mengelap muka dengan waslap. Setelah bersih keringkan dengan handuk. Pada
saat membersihkan muka bayi, pemakian sabun tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan iritasi pada mata bayi
6. Letakkan kepal bayi di atas tangan kiri ibu secara hati-hati, lalu sabuni kepala bayi
dan dibersihkan dengan waslap setelah bersih, keringkan dengan handuk. Saat
menyabuni kepala bayi, dijaga agar sabun tidak mengenai mata
7. Sabun tangan, badan dan kaki. Bersihkan dengan waslap dan keringkan
8. Menelungkupkan/ miringkan bayi kemudian menyabuni punggung bayi (selama
menyabuni punggung, dada dan leher, bayi harus selalu berada diatas lengan kiri
ibu/ orang yang memandikan)
9. Menyeka punggung dengan waslap basah. Semua bagian tubuh terutama pada
daerah lipatan harus benar-benar bersih dari sabun karena soda sabun dapat
menimbulkan gatal dan iritasi
10. Membersihkan bokongdan alat kelamin dilakukan paling akhir. Cara membersihkan
alat kelamin dari bagian depan menuju bagian belakang untuk mencegah
kontaminasi kotoran dari anus
11. Mengeringkan tubuh bayi setelah bersih dengan handuk
12. Mengolesi kulit bayi dengan baby lotion atau minyak telon
13. Merawat tali pusat bila tali pusat belum lepas
14. Pakaikan pakaian bayi dan baringkan bayi dalam posisi nyaman

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PIJAT BAYI

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 2 bulan diantar oleh ibunya ke posyandu untuk pemantauan
tumbuh kembang. Kondisi bayi sehat dan tumbuh kembang sesuai usia. Ibu bertanya
tentang tindakan pijat bayi yang sering dilihat di televisi. Ibu ingin belajar cara melakukan
pijat bayi.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
5. Demostrasikan cara melakukan pijat bayi terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pijat bayi.

3. Persiapan
Alat
g. Matras/ kasur sebagai alas untuk memijat
h. Baby oil/ minyak untuk massage
Persiapan lingkungan

c. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di posyandu.


d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pijat bayi yang dilakukan praktika
dengan menggunakan format penilain pijat bayi.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi

4. SOP pemberian fototerapi

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pijat bayi
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Bina hubungan saling percaya dengan bayi
8. Pijatan dimulai pada kaki gerakan memerah,
memutar dan menggulung. Dimulai dari paha ke
pergelangan kaki, kemudian ke paha, juga dilakukan
telapak kaki dan punggung kaki, akhiri dengan
tarikan lembut pada jari kaki.
9. Pijatan di daerah perut. Meletakkan telapak tangan
kanan dibawah tulang iga dan hati. Buat gerakan
mengayuh dengan telapak tangan kanan kebawah
dengan tekanan yang lembut sampai dibawah pusar
10. Pijatan bulan matahari : bulan melingkar searah
jarum jam dengan jari tangan kiri dari perut sebelah
kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,
kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah
membentuk gambar matahari (M) beberapa kali.
Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan
setenagh lingkaran mulai dari bagian kanan bawah
perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah
membentuk gambar bulan (B) lakukan kedua
gerakan ini bersama-sama. Tang kiri selalu
membuat bulatan penuh (matahari) sedangkan tangan
kanan akan membuat gerakan setengan lingkaran
(bulan).
11. I LOVE U : memijat dengan ujung telapak tangan
dari perut kiri atas lurus ke bawah seperi membentuk
huruf “I” lanjutkan dengan ujung telapak tangan
mulai dari perut kanan atas kekiri kemudian ke
bawah membentuk huruf “L” terbalik. Lanjutkan dari
perut kanan kebawah atas membentuk ½ lingkaran
kearah perut kiri bawah, seperti membentuk huruf
“U” lanjutkan dengan pijatan gerakan berjalan
dengan ujung-ujung jari menekan dinding perut dari
sebelah kanan ke kiri.
12. Letakan kedua telapak tangan di tengah dada bayi,
lakukan pijatan ke atas , kemudian ke sisi luar tubuh
dan kembali ke tengah tanpa mengangkat tangan
seperti membentuk hati. Kemudian buat pijatan
menyilang dengan telapak tangan ke arah bahu
seperti membentuk kupu-kupu.
13. Gerakan pijatan pada lengan, yaitu memerah,
memutar dan menggulung. Dimulai dari bahu ke
pergelangan tangan, kemudian kembali lagi ke bahu.
14. Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat
seluruh permukaan telapak tangan dan punggung
tangan mulai dari pergelangan tangan. Akhiri
dengan tarikan lembut pada ujung jari.
15. Taruh ujung telapk tangan anda, pijat dengan lembut
pada kening bayi, pipi dan pelipis menggunakan
gerakan seperti membuka buku dari posisi tengah ke
samping.
16. Lakukan pijat daerah pangkal hidung turun sampai
tulang pipi dan daerah kening dengan menggunakan
ibu jari atau telunjuk dengan gerakan memutar
perlahan.
17. Gunakan pijatan yang lembut diatas mulut bayi
dengan menggunakan ibu jari dari tengah ke samping,
secara perlahan tariklah sehingga bayi anda akan
tersenyum, kemudian ana bisa meneruskan dengan
melakukan pijatan lembut pada rahang bawah bayi
dari tengah ke samping seolah membuat bayi anda
tersenyum. Akhiri pijatan wajah dengan memijat
secara lembut daerah belakang telinga kearah dagu.

18. Dengan posisi tengkurap, pijat punggung dari leher


sampai ke pantat. Posisi punggung dari leher
sampai ke pantat. Posisi lepak tangan tegak lurus
lakukan gerakan-gerakan maju mundur. Akhiri
pijatan pungung dengan membuat beberapa kali
belaian memanjang dari leher ke pantat dengan
ujung jari.
Tahap terminasi
19. Simpulkan kegiatan
20. Evaluasi perasaan klien/ keluarga.
21. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22. Bereskan alat
23. Cuci tangan
24. Dokumentasikan tindakan respon klien
Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pijat bayi yang telah anda lakukan, gunakan
format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan pijat bayi =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PRAKTIK MEMANDIKAN BAYI

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 2 hari, kondisi bayi sehat dan pagi ini akan dilakukan
tindakan memandikan bayi. Bayi ditunggui oleh ibunya dan membutuhkan pengethuan
tentang cara memandikan bayi dengan benar.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
5. Demonstrasikan cara memandikan bayi terhadap bayi tersebut dengan
menggunakan pantom.
6. Gunakan SOP/ format perawatan bayi dalam inkubator.

3. Persiapan
Alat
g. Kapas mata, kapas mulut, kapas cebok
h. Gaas steril
i. Minyak telon
j. Handuk
k. Sarung tangan
l. Bengkok
m. Air hangat dalam tempatnya
n. Sabun mandi
o. Sisir dan minyak kelapa
p. Pakaian bayi, selimut, popok, baju bayi dan sarung tangan

Persiapan lingkungan

c. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perwatan


bayi di rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan memandikan bayi yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format memandikan bayi.

Prosedur

g. Pra interaksi
h. Interaksi
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi

4. SOP perawatan bayi dalam inkubator

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan memandikan bayi
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Pakian bayi dibuka, kalau BAB pantat dibersihkan
terlebih dahulu
8. Bayi ditimbang, kemudian ditidurkan diatas handuk
dan diselimuti
9. Mata bayi dibersihkan mulai dari dalam ke luar
10. Mulut bayi dibersihkan dengan menggunakan kapas
mulut peras kemudian lingkarkan dikelingking kanan,
tangan kiri memegang dagu bayi dan kelingking kanan
dimasukkan ke mulut bayimdan bersihkan secara
perlahan
11. Badan diberi sabun, kemudian punggung, kaki
tangan terakhir kemudian bersihkan muka, badan,
kaki dan punggung terakhir
12. Bayi diangkat dari air dan dilap dengan handuk
sampai kering, lalu rawat tali pusat (jika masih ada
tali pusat)
13. Bayi usap dengan minyak telon pada perut bayi dan
lotion
Tahap terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi persaan klien
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Bereskan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

e. Untuk melakukan evaluasi dari praktek memandikan bayi yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
f. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan memandikan bayi = 𝑥 100%
�����ℎ
����RANG
KUMAN

Pijat bayi merupakan terapi sentuhan yang sudah terbukti sangat banyak
manfaatnya untuk bayi. Perawat perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan pijat bayi sehingga bisa memberikan pendidikan kesehatan dan melatih ibu cara
melakukan pijat bayi.

Memandikan bayi merupakan salah satu bagian penting yang hampir setiap hari
harus dilakukan pada bayi agar bayi bersih dan nyaman. Dibutuhkan pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat melakukan tindakan memandikan bayi dengan benar.
Memandikan bayi dengan cara yang benar akan menjaga kebersihan bayi, mengurangi
kolonisasi bakteri kulit dan tentunya mengurangi kemungkinan bayi sakit.

PRETEST – POSTES 5

6. Cara membersihkan mata bayi yang benar :


f. Membersihkan mata bayi dengan kapas mata yang sudah dibasahi dengan air matang
dari arah dalam keluar
g. Membersihkan mata bayi dengan kapas mata yang sudah dibasahi dengan air
matangan dari arah luar ke arah dalam
h. Membersihkan mata bayi dengan cutton bud kering dari arah dalam keluar
i. Membersihkan mata bayi dengan kapas minyak dari arah dalam ke luar
j. Memberishkan mata bayi dengan kasa lembab dari arah luar ke dalam
7. Yang merupakan tanda bahaya infeksi tali pusat :
f. Tali pusat mengering
g. Tali pusat masih basah di hari ke 2
h. Bayi malas minum di hari pertama
i. Tali pusat berdarah di hari pertama kelahiran
j. Timbul kemerahan di dinding perut sekitar tali pusat
8. Seorang bayiperempuan usia 2 hari akan dimandikan oleh perawat. Langkah terakhir
yang dilakukan perawat adalah melepaskan baju bayi dan membersihkan anus bayi dari
BAB. Apakah langkah selanjutnya yang paling tepat dilakukan ?
f. Menimbang bayi
g. Membersihkann mata bayi
h. Membersihkan mulut bayi
i. Meletakkan bayi di bak mandi
j. Meletakkan bayi di atas handuk dan diselimuti
9. Frekuensi dan waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah :
f. Segera setelah bayi lahir
g. Sebelum 6 jam kelahiran
h. Sedikitnya 6 jam setelah lahir
i. Satu kali sehari dalam minggu pertama kelahiran
j. Dua kali dalam minggu pertama kelahiran
10. Yang bukan manfaat pijat bayi :
f. Meningkatkan berat badan
g. Meningkatkan suhu tubuh
h. Meningkatkan produksi ASI
i. Meningkatkan daya tahan tubuh
j. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi perempuan usia 2 hari dirawat bayi dengan kondisi sehat. Pagi ini akan
dilakukan tindakan pijat bayi dan setelah dipijat bayi akan dimandikan

Soal :
4. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
5. Lakukan tindakan pijat bayi dan memandikan bayi sesuai prosedur.
6. Gunakan SOP pijat bayi dan memandikan bayi dalam melakukan tindakan.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

3. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 5 yang terletak
pada bagian akhir modul 6 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pijat bayi dan memandikan bayi pada kegiatan praktek 5.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

4. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan pijta bayi dan memandikan bayi yang
telah anda lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan = �����ℎ
𝑥 100%
����

KUNCI JAWABAN

PRETEST – POSTES 1
6. A
7. E
8. A
9. C
10. B
11. D
12. A
13. A
14. B
15. D
PRETEST – POSTES 2
6. A
7. A
8. A
9. D
10. C
PRETEST – POSTES 3
6. E
7. C
8. A
9. D
10. D
11. D
12. A
13. A
14. D
15. B
PRETEST – POSTES 4
6. B
7. C
8. D
9. A
10. D
PRETEST – POSTES 5
6. B
7. E
8. A
9. C
10. B

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. (2005). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Selemba Medika

Kemenkes RI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Stimulas, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar

Kemenkes RI (2014) Instrumen Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak

Kemenkes RI (2015) Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Peraturan Menteri Kesehatan No 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi

Prasetyono. (2009). Teknik-teknik Tepat Memijat Bayi Sendiri : Panduana Lengkap dan
Uraian KemanfaatannyaI. Yogjakarta : Diva Pers

Roseli, Utami. (2008). Peoman Pijat Bayi. Cetakan Kesepuluh Edisi Revisi. Jakarta : PT.
Trubus Agriwidya

Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakata : EGC

Wong, D.L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
MODUL 7

PRAKTIK ASUHAN KEPERAWTAN ANAK SAKIT

Saat ini saudara mempelajarai modul 7 praktik keperawatan pada anak sakit. Modul ini akan
membahas tentang bagaimana mempraktikkan tindakan keperawatan pada anak sakit dan
tindakan keperawatan pada anak sakit dan tindakan untuk mengurangi dampak hospitalisasi
pada anak yang dirawat dirumah sakit. Praktek didesain dalam laboratorium keperawatan
dengan menggunakan kasus dan pasien model atau dilakukan pada situasi nyata dengan
membawa anak ke laboratorium keperawatan. Mahasiswa akan didorong untuk
mempraktikan tindakan-tindakan keperawatan pada anak sakit dengan gangguan pada
berbagai kebutuhan dan menggunakan pendekatan MTBS/ MTBM dalam tatalaksana bayi
dan balita sakit di puskesmas.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu melaksanakan


tindakan/keterampilan keperawatan pada anak sakit dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, aktivitas aman dan nyaman, dan eliminasi. Mampu
melakukan terapi bermain sebagai salah satu tindakan untuk mengurangi stress
hospitalisasi. Anda juga diharapkan mampu menggunakan alogoritma MTBS/ MTBM
tatalaksana balita sakit di puskesmas.

Fokus pembahasan pada modul 7 ini adalah bagaimana mahasiswa mempraktekkan


tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada anak sakit, yang dibagi, menjadi delapan
(8) kegiatan praktek sebagai berikut :

F. Kegiatan praktek 1 (Unit 1) : praktik tindakan keperawatan pada anak dengan


gangguan kebutuhan oksigenasi
G. Kegiatan praktek 2 (Unit 2) : praktik tindakan keperawatan pada anak dengan
gangguan kebutuhan nutrisi
H. Kegiatan praktek 3 (Unit 3) : praktik tindakan keperawatan pada anak dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
I. Kegiatan praktek 4 (Unit 4) : praktik tindakan keperawatan pada anak dengan
gangguan kebutuhan aktivitas
J. Kegiatan praktek 5 (Unit 5) : praktek tindakan keperawatann pada anak dengan
gangguan kebutuhan aman dan nyaman
K. Kegiatan praktek 6 (Unit 6) : praktek tindakan keperawatann pada anak dengan
gangguan kebutuhan eliminasi
L. Kegiatan praktek 7 (Unit 7) : praktek terapi bermain
M. Kegiatan praktek 8 (Unit 8) : praktek cara penggunaan MTBS

Modul ini berbentuk petunjuk praktikum yang penting digunakan saat anda mencoba
memperaktekkan atau mendemostrasikan tindakan-tindakan keperawatan pada anak sakit
yang dengan memperhatikan prinsip atrumatic care dan juga family centered care. Modul ini
berisi petunjuk praktek yang akan disajikan berdasarkan langkah-langkah dari setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan sehingga akan memeberikan pengalaman kepada
anda dalam melakukan intervensi keperawatan sebagai bagian dari asuhan keperawatan
pada anak sakit.

Adapun hal-hal yang harus anda persiapkan sebelum melakukan praktek adalah :

9. Pahmai tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai


10. Pelajarai kasus yang tersedia dan pastikan bahawa anda telah memahami
11. Baca petunjuk praktikum dengan teliti
12. Baca setiap langkah yang tercantum dalam SOP
13. Siapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan untuk setiap tindakan/keterampilan
yang akan dipraktekkan
14. Perahatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
15. Praktekkan/demonstrasikan setiap tindakan sesuai dengan prosedur.
16. Catat kesulitan yang anda alami dan diskusikan dengan teman atau tutor.

Kami mengharap,anda dapat mengkiuti keseluruhkan praktik dalam modul ini dengan baik.

“SELAMAT BELAJAR DAN SUSKSES BUAT ANDA”


KEGITAN PRAKTEK 1

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

Sebelum mengikuti kegiatan praktik ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep dasar
tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan oksigenasi yangsering terjadi pada
anak yang sudah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik
berkomunikasi pada anak dan bagiamana menerapkannya saat melakukan tindakan
keperawatan pada anak yang mengalami gangguan oksigenasi.

Setelah mempelajari kegiatan praktik 1 ini anda mampu melakukan tindakan keperawatan
pada anak yang mengalami gangguan kebutuhann oksigenasi. Kegiatan praktek 1 ini akan
memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan tindakan keperawatan pada
anak yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi.

Setelah memepelajari kegiatan praktek 1 (unit 1) ini,diharapkan anda dapat :

5. Melakukan praktik memberikan posisi fowler dan semi fowler.


6. Melakukan praktik memberi oksigen simpel mask.
7. Melakukan fisioterapi dan postural drainage dada pada anak.
8. Memberikan terapi inhalasi (nebulizer).
9. Melakukan suction/ penghisapan lendir.
10. Memasang dan memonitor transfusi darah.

URAIAN MATERI

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi yang tentunya bertujuan untuk
mrmpertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satunya adalah kebutuhan oksigen.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vutal dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara mengirup O2 ruangan setiap kali bernapas. Oksigen merupakan
kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan
penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak
yang bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjamin kebuthan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan
perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu perawat perlu memahami secara mendalam
konsep oksigenasi pada manusia.

A. Pemeriksaan fisik pada amal yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi


1. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran anak, penampilan umum, postur tubuh, kondisi
kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas (frekuensi dan kedalaman
pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum,
adanya deformitas dan jaringan parut pada dada.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara meletakkan tumut tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremika “tujuh-tujuh”
secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat
akan merasakan adanya getaran pada telapa tangannya. Normalnya fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat. Selain itu palpasi juga dilakukan
untuk mengetahui temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan,
titik impuls maksimal, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler.
3. Perkusi
Secara umum perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam serta megkaji adanya abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru.
Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah (tangan non dominan)
pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk
dengan mengginakan jari tengah tangan sebelahnya. Normalnya, dada
menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya
udara pada paru-paru menimbulkan bunyi hiperesonan atau bunyi drum.
Sedangkan bunyi pekak terdengar apabila dilakukan diatas area yang mengalami
atelektasis.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan didalam tubuh.
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop.
Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat auskultasi hendaknya
dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan paru, auskultasi dilakukan
dengan mendengarkan bunyi napas vesikuler, bronchial, broncoveskuler, rales,
ronkhi. Juga untuk mengetahuo adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan
waktu terjadinya.

B. Penatalaksanaan untuk masalah kebutuhan oksigenasi pada anak


1. Memberikan posisi fowler dan semifowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atai dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Posisi ini akan meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru.
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat. Posisi
semi fowler diberikan pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi agar
memeberikan perasaan lega dan memudahkan prosedur tindakan.
2. Latihan napas
Merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat
mengurangi stress. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada anak yang sudah
bisa mengikuti perintah.
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien untuk duduk atau terlentang
4) Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih
dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup
5) Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan
disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut
seperti orang meniup
6) Catat respon pada pasien yang terjadi
7) Cuci tangan anda
3. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring,
trachea dan brinkiolus) dari secret atau benda asing. Latihan batuk efektif dapat
dilakukan pada anak yang sudah bisa mengikuti perintah.
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan duduk ditepi tempat tidur dan membungkuk ke
depan
4) Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan
menggunakan pernapasn diafragma
5) Setelah itu minta pasien menahan napas selama ± 2 detik
6) Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
7) Minta pasien melakukan tarik napas dengan ringan
8) Istirahat
9) Catat respon yang terjadi pada pasien
10) Cuci tangan anda

4. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postral drainage, clapping dan
vibriting pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. Fisioterapi dada terdiri
atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit
dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang menyerupai mangkuk
secara bergantian. Tindakan ini bertujuan untuk melepaskan sumbatan secret
pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi adalah serangkaian getaram kuat yang
dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakkan mendatar di atas dada klien.
Tujuannya untuk meningkatkan tuberlasi udara yang dihembuskan sehingga
secret terlepas dari dinding bronkus.
Tujuan fisioterapi dada adalah :
1) Meningkatkan efisiensi pola pernapasan
2) Membersihkan jalan napas

Persiapan alat dan bahan :


1) Pot sputum berisi desinfektan
2) Kertas tisu
3) Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
4) Satu bantal (untuk posturan drainage)
Prosedur kerja fisioterapi dada antara lain sebagai berikut :
a. Postural drainage
Merupakan tindakan dengan menempatkan pasieb dalam berbagai posisi
untuk mengalirkan secret di saluran pernapasan. Tindakan postural drainage
diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrating (vibrasi/ getaran).
Posisi yang sering digunakan untuk posisi ini adalah posisi yang
mengeluarkan secret dari segmen bawah paru.
Perlengkapan :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai maksud dan prosedur yang akan
dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan segemen paru yang terisi secret
4) Untuk mengeluarkan secret dari segmen apeks paru, tempatkan pasien
pada posisi semi-fowler dengan kemiringan 30 derajat, lakukan vibrasi
dan perkusi pada area bahu.
5) Untuk mengeluarkan secret dari segemen posterior, posisikan pasien
duduk dengan kepala agak menunduk kemudian lakukan vibrasi dan
perkusi pada area paru.
6) Untuk mengeluarkan secret dari segemen anterior lobus atas, tempatkan
klien pada posisi terlentang, letakkan bantal dibawah bokong klien
dengan posisi kaki fleksi.
7) Untuk mengeluarkan secret dari posisi lateral dan medial paru, posisikan
pasien terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 15 derajat. Pada
laki-laki lakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan. Pada
perempuan tempatkan pangkal tangan di axila dengan jari-jari dibawah
mamae.
8) Posisikan pasien miring dan tinggikan bagian kaki tempat tidur 30o- 40o.
Lakukan vibrasi dan perkusi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
9) Melakukan postural drainage ± 10-15 menit.
10) Observasi tanda vital selama prosedur
11) Lakukan hingga lendir bersih
12) Catat respon yang terjadi pada pasien
13) Cuci tangan

Untuk posisi ini, pasien berbaring tengkurap di tempat tidur datar atau meja.
Dua bantal harus ditempatkan dibawah pinggul. Pengasuh perkusi dan
bergetar atas bagian bawah tulang belikat, dikedua sisi kanan dan kiri tulang
belakang, menghindari perkusi langsung atau getaran selama tulang
belakang itu sendiri.

b. Clapping (penepukan)
Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memeberikan
getaran (vibrasi) tangan pada daerah tersebut yang dilakukan pada saat
pasien ekspirasi.
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk
punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung sputum pada potsputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi pada pasien
8) Cuci tangan

c. Vibrating (menggetarkan)
Suatu tindakan yang diberikan kepada penderita dengan jalan latihan
bernapas, menggetarkan daerah dinding dada.
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4) Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan meminta pasien untuk mengelurkan napas perlahan-lahan.
Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas bagian samping depan dari
cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan
secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.
5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung sputum di pot sputum
6) Lakukan hingga lendir bersih
7) Catat respon yang terjadi pada pasien
8) Cuci tangan
5. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada
seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang
mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah
terjadinya hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen tersedia bagi klien di
berbagai kondisi. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan
memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen yang lazim dilakukan pada
anak yaitu dengan kanule, nasal dan masker.
Alat dan bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan humidifire dan flow meter.
b. Kateter nasal, kanule dan masker.
c. Vaselin/ jeli.
d. Sarung tangan.
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
d. Cek flow meter dan humidifire
e. Aktifkan tabung oksigen
f. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi
fowler atau ditidurkan
g. Beri oksigen melalui kanule atau masker
h. Apabila menggunakan kateter, ukur terlebih dahulu. Jarak antara hidung
dengan telinga, setelah itu beri jeli dan masukkan kateter
i. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk membuat anak
lebih baik
j. Puji anak atas kerjasamanya
k. Lepaskan sarung tangan
l. Catat pemberian dan lakukan observasi
m. Cuci tangan

6. Pemberian nebulizer
Tindakan pemberian nebulizer untuk memobilisasi sekresi paru dengan cara
humidifikasi. Humidifikasi meningkatkan hidrasi membrane mukosa melalui
transudasi. Tindakan ini memberikan penguapan pada saluran pernapasan agar
lender encer dan mudah dikeluarkan atau diisap. Tindakan ini dilakukan pada
anak yang sesak napas akibat obstruksi sekresi yang menumpuk dan tidak dapat
dikeluarkan secara fisiologis.
Alat dan bahan :
a. NaCL 0,9 %
b. Set nebulizer
c. Obat bronkodiator sesuai indikasi
d. Sarung tanga
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi
fowler atau ditidurkan
d. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai dengan menghidupkan set
nebulizer, yang diarahkan ke saluran pernapsan mulai dari mulut atau hidung
e. Lakukan fisioterapi dada agar secret mudah terlepas dari dinding bronkus
f. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini diperlukan untuk memuat anak
lebih baik
g. Puji anak kerjasamanya
h. Lepaskan sarung tangan
i. Catat status pernapasan dan secret
j. Cuci tangan

7. Suction/ penghisapan lendir


Penghisapan lendir adalah tindakan untuk membersihkan saluran napas bagian
dalam dengan menggunakan alat penghisap (suction), lender melalui hidung,
mulut atau trakea agar saluran napas bebas dari sumbatan lendir.
Alat dan bahan :
a. Mesin penghisap lendir (slym zuigar)
b. Kateter penghisap lendir degan ukuran :
1) Neonatus-usia 6 bulan : 6-8 fr
2) 6 bulan – 1 tahun : 8-10 fr
3) 1 – 2 tahun : 10 fr
4) 2 – 4 tahun : 10-12 fr
5) 4 – 7 tahun : 12 fr
6) 7 – 10 tahun : 12-14 fr
7) 10 – 14 tahun : 14 fr
c. Air steril dan NaCl sebagai pembilas
d. Pinset anatomy
e. Spatel/ sudip lidah yang dibungkus kasa kain
f. Sarung tangan
g. Pengalas
Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas pangkuan, posisi semi
fowler dengan kepala miring ke salah satu sisi untuk penghisapan oral dan
baringkan ke posisi fowler dengan leher ekstensi untuk penghisapan nasal.
d. Ukur selang pengisap dengan cara menempatkan ujung kateter ke daun
telinga sampai ujung hidung dan beri tanda.
e. Sambungkan kateter penghisap dengan mesin penghisap
f. Basahi ujung kateter dengan larutan steril dan pasang penghisap dengan
ujungnya di dalam larutan
g. Memasukkan ujung kateter secara perlahan-lahan dengan tangan kanan ke
dalam mulut/ hidung sampai kerongkongan bila perlu kateter dimasukkan
lebih dalam dan sejauh mungkin. Bila pasien dengan trakeostomy, maka
ujung kateter penghisap dimasukkan ke dalam lubang trakeostomy, bila perlu
kateter penghisap dimasukkan sejauh mungkin.
h. Lubang di samping pangkal kateter penghisap ditutup dengan ibu jari,
kemudian kateter penghisap di tarik secara perlahan-lahan dengan gerakan
memutar, hati-hati dan cepat. Satu periode penghisapan tidak boleh lebih dari
5 detik.
i. Membilas kateter sampai bersih dengan aquadest/ cairan NaCl 0,9%
j. Lakukan beberapa kali penghisapan sampai bersih, penghisapan antara satu
dengan yang kedua dan seterusnya diberi jeda istirahat 20-30 detik
k. Mematikan mesin dengan menekan tombol “OFF” dan melepaskan kateter
dari selang penghisap, kemudian memasukkannya ke dalam rendaman
desinfektan
l. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Merapikan pasien
m. Mebersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
n. Perawat cuci tangan
o. Mengobservasi pernapasan pasien
p. Dokumentasikan kegiatan

8. Memasang dan memonitor transfuse darah


Transfuse darah adalh salah satu tindakan memasukkan darah melalui pembuluh
darah vena yang bertujuan untuk memperbaiki volume intravaskuler dan
meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen.
Indikasi pemberian transfusi darah :
a. Kehilangan darah akut, bila 20-30 % total volume darah hilang dan
perdarahan masih terus terjadi.
b. Anemia berat.
c. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah
dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik).
d. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,
karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada.
e. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.
Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut :
a. Golongan darah donor sama dengan golongan darah resepien dan nama
anak serta nomornya tercantum lebel dan formulir (pada kasus gawat darurat,
kurangi resiko terjadinya ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan
melakukan uji silang golongan darah spesifik atau beri darah golongan O bila
tersedia).
b. Kantung darah transfusi tidak bocor.
c. Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plsama
darah tidak merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat
keunguan atau hitam.
d. Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal
transfusi darah pada anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik
ke dalam kantung darah.
e. Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut
nadi anak.
f. Jumlah awal darah yang ditransfusikan haru sebanyak 20 ml/kgBB darah
utuh, yang diberikan selama 3-4 jam.
Selama transfusi
a. Jik tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi.
b. Periksa apakah darah mengalir pad laju yang tepat.
c. Lihat tanda reaksi transfusi, terutama pada 15 menit pertama transfusi.
d. Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas
setiap 30 menit.
e. Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
Alat dan bahan transfusi darah
a. Standar infus, set transfusi (Transfusi set), botol berisi NaCl 0,9%.
b. Produk darah yang benar sesuai program.
c. Torniket, kpas alkohol, plaster, gunting, kassa steril, betadine, sarung tangan.
Prosedur memasang transfusi darah :
a. Cek kembali instruksi dokter.
b. Cuci tangan.
c. Beri salam dan perkenalkan diri.
d. Identifikasi pasien dengan menanyakan nama, nomor rekam medis, cocokan
dengan gelang identitas pasien.
e. Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga pasien tentang tindakan,
prosedur, tujuan dan reaksi alergi.
f. Ukur suhu pasien (suhu : 36 s/d 37,5).
g. Cocokkan label darah dengan identitias pasien : nama pasien, no rekam
medik, golongan darah, jenis darah, jumlah darah, no darah, expired date
dengan disaksiskan oleh keluarga pasien.
h. Tanyakan adanya riwayat alergi.
i. Masukkan obat premedikasi sesuai program.
j. Pasang cairan NaCl 0,9% pada blood set untuk membilas selang.
k. Ganti cairan NaCl 0,9% dengan darah dan atur tetesannya sesuai instruksi
dokter.
l. Observasi selama dilakukan transfusi meliputi: suhu, reaksi alergi.
m. Bila transfusi sudah selesai langsung blood set ganti dengan infus/ blood set
baru dengan NaCl 0,9% sesuai cairan yang dibutuhkan.
n. Bereskan pasien dan alat.
o. Cuci tangan.
p. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK LATIHAN NAPAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF

Ilustrasi kasus :

Seorang anak laki-laki usia 6 tahun dirawat dengan pneumonia. Saat ini pasien meneluh
sesak dan susah mengeluarkan dahak.

Tugas :

7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, perawat dan observer secara bergantian.
8. Lakukan tindakan melatih napas dalam dan batuk efektif pada anak tersebut.
9. Gunakan SOP/ format penilaian latihan napas dalam dan batuk efektif.
5. Persiapan
Alat

Persiapan lingkungan

e. disainlah lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
f. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

g. Bentuk kelompok
h. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien, pasien dan sebagai perawat
i. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan melatih napas dalam dan batuk
efektif yang dilakukan praktika dengan menggunakan format latihan napas dalam
dan batuk efektif.

Prosedur

g. Pra interaksi
h. Interaksi :
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi

6. SOP melatih napas dalam dan batuk efektif


PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan latihan napas dalam dan batuk efektif
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan
8. Atur posisi pasien
9. Latih napas dalam :
Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara
menarik napas terlebih dahulu melalui hidung
dengan mulut tertutup. Kemudian anjurkan pasien
untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir
dengan bentuk mulut seperti orang meniup
10. Latihan batuk efektif :
Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan
dan dalam, dengan menggunakan pernapasan
diafragma. Setelah itu minta pasien menahan napas
selama ± 2 detik. Batukkan pasien 2 kali dengan mulut
terbuka. Anjurkan pasein menarik napas ringan

Tahap Terminasi
11. Simpulkan kegiatan
12. Evaluasi perasaan klien
13. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
14. Bereskan alat.
15. Cuci tangan.
16. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

e. Untuk melakukan evaluasi dari latihan napas dalam dan batuk efektif yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
f. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan latihan napas dalam dan batuk efektif = 𝑥 100%
�����ℎ ����LATIHAN 2 : PRAKTIK MELAKUKAN TINDAKAN

FISIOTERAPI DADA Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan asma. Saat ini pasien meneluh
batuk, sesak dan susah mengeluarkan dahak. Pasien baru saja diberikan terapi inhalasi.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan fisioterapi dada pada anak tersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian fisioterapi dada.

3. Persiapan
Alat
c. Pot sputum berisi desinfektan
d. Kertas tisu
e. Tempat duduk/ kuris
f. Satu bantal/ handuk (untuk postural drainage)

Persiapan lingkungan

c. Persiapkan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : sebagai model pasien dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan fisioterapi dada yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format fisioterapi dada.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi

4. SOP fisioterapi dada


PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan fisioterapi dada
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan
8. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di atas
pangkuan dan letakkan handuk atau bantal di bawah
punggung anak
9. Minta anak untuk menarik napas atau ajarkan untuk
meniup botol khusus/ balon yang dapat membantu
anak menarik napas dalam dan dapat menyebabkan
batuk jika anak sudah mengerti perintah
10. Posisikan tangan seperti mangkuk untuk perkusi dan
lakukan tepukan kurang lebih selama satu menit
11. Minta anak menarik napas dalam dan lakukan
vibrasi saat mengeluarkan udara, ulangi sampai
pernapasan 3 kali, jika anak sudah mengerti perintah
12. Minta anak untuk batuk, jika dalam posisi berbaring
anak kesulitan batuk, ganti dalam posisi duduk
(untuk anak yang sudah bisa mengikuti perintah)
13. Ulangi prosedur 8 sampai 12
14. Tenangkan anak dan pastikan tindakan memang
diperlukan untuk membuat kondisi anak lebih baik
Tahap Terminasi
15. Simpulkan kegiatan
16. Evaluasi perasaan klien
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
18. Bereskan alat.
19. Cuci tangan.
20. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek fisioterapi dada yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan fisioterapi dada =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 3 : PRAKTIK PEMBERIAN OKSIGEN

Ilustrasi kasus :

Seorang anak laki-laki usia 4 tahun dirawat dengan pneumonia. Pasien tampak sesak
respirasi 45x/ menit. Atas instruksi dokter, anak diberikan oksigen 2 liter/ menit dengan
menggunakan masker.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan pemberian oksigen pada anak tersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian oksigen.

3. Persiapan
Alat
d. Tabung oksigen lengkap dengan humidifire dan flow meter
e. Kateter nasal, kanule, dan masker
f. Vaselin/ jeli
g. Sarung tangan

Persiapan lingkungan
c. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatn
anak di rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : pasien dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian oksigen yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format penilaian pemberian oksigen.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. SOP pemberian oksigen
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pemberian oksigen
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8. Cek flow meter dan himidifire
9. Aktifkan tabung oksigen
10. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas
pangkuan, posisi semi fowler atau ditidurkan
11. Beri oksigen melalui kanule atau makser
12. Apabila menggunakamn kateter, ukur terlebih dahulu
jarak antara hidung dengan telinga, setelah igtu beri
jeli dan masukkan kateter
13. Puji anak atas kerjasamanya
14. Lepaskan sarung tangan
Tahap Terminasi
15. Simpulkan kegiatan
16. Evaluasi perasaan klien
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
18. Bereskan alat.
19. Cuci tangan.
20. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian oksigen yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemberian oksigen =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBERIAN TERAPI INHALASI (NEBULIZER)

Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan pneumonia. Ibu mengatakan pasien
masih batuk, sesak dan dahak susah keluar. Hasil pemeriksaan pasien tampak sesak,
respirasi 42x/ menit, ronchi (+). Atas instruksi dokter, anak diberikan terapi inhalasi dengan
ventolin.

Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan pemberian terapi inhalasi (nebulizer) pada anak ersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian terapi inhalasi (nebulizer).
3. Persiapan
Alat
e. NaCl 0,9%
f. Set Nebulizer
g. Obat bronkodilator
h. Sarung tangan

Persiapan lingkungan

c. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian nebulizer yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian nebulizer.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. SOP pemberian terapi inhalasi (Nebulizer)
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan terapi inhalasi (Nebulizer)
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
8. Atur posisi anak dengan cara menempatkan diatas
pangkuan, posisi semi fowler atau ditidurkan
9. Lakukan penguapan selama 10-15 menit dimulai
dengan menghidupakan set nebulizer, yang diarahkan
ke saluran pernapasan mulai dari mulut atau hidung

10. Lakukan fisioterapi dada agar sekret mudah terlepas


dari dinding bronkus
11. Tenangkan anakdan pastikan tindakan ini diperlukan
untuk membuat anak lebih baik
12. Puji anak atas kerjasamanya
13. Lepaskan sarung tangan
Tahap Terminasi
14. Simpulkan kegiatan
15. Evaluasi perasaan klien
16. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
17. Bereskan alat.
18. Cuci tangan.
19. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian terapi inhalasi (nebulizer) yang
telah anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian nebulizer =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 5 : PRAKTIK MELAKUKAN TINDAKAN SUCTION / PENGHISAPAN LENDIR

Ilustrasi kasus :

Seorang anak perempuan usia 2 tahun dirawat dengan pneumonia. Hasil pemeriksaan
menunjukkan dahak sangat banyak dan pasien tampak sesak.
Tugas :

4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan suction/ penghisapan lendir tehadap anak tersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian suction/ penghisapan lendir

3. Persiapan
Alat
b. Mesin penghisap lendir (slym zulgar)
c. Kateter penghisap lendir dengan ukuran :
1) Neonatus-usia 6 bulan : 6-8 fr
2) 6 bulan-1 tahun : 8-10 fr
3) 1-2 tahun : 10 fr
4) 2-4 tahun : 10-12 fr
5) 4-7 tahun : 12 fr
6) 7-10 tahun : 12-14 fr
7) 10-14 tahun : 14 fr
d. Air steril dan NaCl sebagai pembilas
e. Pinset anatomy
f. Spatel/ sudip lidah yang dibungkuas kain kasa
g. Sarung tangan
h. Pengalas

Persiapan lingkungan

c. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang rawat anak di
rumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan suction / penghisapan lendir yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format suction/ penghisapan lendir.

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. Format Suction/ penghisapan lendir
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan suction/ penghisapan lendir
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan sarung tangan
9. Atur posisi anak dengan cara menempatkan di atas
pangkuan, posisi semi fowler dengan kepala miring
ke salah satu sisi untuk penghisapan oral dan
baringkan ke posisi fowler dengan leher ekstensi
untuk penghisapan nasal
10. Ukur selang penghisap dengan cara menempatkan
ujung kateter ke daun telinga sampai ujung hidung
dan beri tanda
11. Sambungkan kateter penghisap dengan mesin
penghisap
12. Basahi ujung kateter dengan larutan steril dan
pasang penghisap dengan ujung dan beri tanda
13. Memasukkan ujung kateter secara perlahan-lahan
dengan tangan kanan ke dalam mulut/ hidung sampai
kerongkongan bila perlu kateter dimasukkan lebih
dalam dan sejauh mungkin. Bila pasien dengan
trakeostomy, maka ujung kateter penghisap
dimasukkan ke dalam lubang trakeostomy, bila
perlu kateter penghisap dimasukka sejauh mungkin
14. Lubang di samping pangkal kateter penghisap di
tutup dengan ibu jari, kemudian keteter penghisap
di tarik secara perlahan-lahan dengan gerakan
memutar, hati-hati dan cepat. Satu periode
penghisapan tidak boleh lebih dari 5 detik
15. Membilas keteter sampai bersih dengan aquadest/
cairan NaCl 0,9%
16. Lakukan beberapa kali penghisapan sampai bersih,
penghisapan antara satu dengan yang kedua dan
seterusnya diberi jeda istirahat 20-30 detik
17. Matikan mesin dengan menekan tombol “OFF” dan
melepaskan kateter dari selang penghisap,
kemudian memasukkannya ke dalam rendaman
desinfektan
18. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Tahap Terminasi
19. Simpulkan kegiatan
20. Evaluasi perasaan klien
21. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
22. Bereskan alat.
23. Cuci tangan.
24. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek tindakan suction/ penghisapan lendir yang
telah anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan tindakan suction/ penghisapan lendir =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 6 : PRAKTIK PEMBERIAN TRANFUSI DARAH

Ilustrasi kasus :
Seorang anak perempuan 2 tahun di rawat dengan peneumonia. Hasil pemeriksaan
menunjukkan dahak sangat banyak dan pasien tampak sesak.
4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu pasien, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan pemberian transfusi darah pada anak tersebut.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian transfusi darah.
3. Persiapan
Alat
b. Standar infus, set transfusi (transfusi set), botol berisi NaCl 0,9%
c. Produk darah yang benar sesui program medis
d. Tourniket, kapas alkohol, plater, gunting, kassa steril, betadine, sarung tangan.

Persiapan lingkungan

c. Persipakan lingkungan / setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak dirumah sakit.
d. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak

Pembagian peran

d. Bentuk kelompok
e. Tentukan pembagian peran : sebagai ibu pasien dan sebagai perawat
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian transfusi darah yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemberian transfusi darah

Prosedur

d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. SOP pemberian transfusi darah
PELAKSANAAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan transfusi darah
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap Kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan sarung tangan
9. Identifikasi pasien dengan menanyakan nama,
nomor rekam medis, cocokkan dengan gelang
identitas pasien
10. Beri penjelasan pada pasien/ keluarga pasien
tentang tindakan, prosedur, tujuan dan reaski alergi
11. Ukur suhu
12. Cocokkan label darah dengan identitas pasien:
nama pasien, no rekam medis, golongan darah,
jenis darah, jumlah darah, no darah, expired date
darah, dengan disaksikan oleh keluarga pasien
13. Tanyakan adanya riwayat alergi
14. Masukkan obat premedikasi sesuai program dokter
15. Pasang cairan NaCl 0,9% pada blood set untuk
membilas selang
16. Ganti cairan NaCl 0,9% dengan darah dan atur
tetesannya sesuai instruksi dokter
17. Observasi selama dilakukan tranfusi meliputi: suhu,
rekasi alergi
18. Bila transfusi darah sudsh selesai langsung blood
set di ganti dengan infuset/ blood set baru dengan
caiaran NaCl 0,9% / sesuai caiaran yang dibutuhkan
Tahap Terminasi
19. Simpulkan kegiatan
20. Evaluasi perasaan klien
21. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
22. Bereskan alat.
23. Cuci tangan.
24. Dokumentasikan tindakan dan respon klien
Petunjuk Evauasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian transfusi darah yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulangi jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan pemberian transfusi darah =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin kebutuhan dasar ini
terpenuhi.

Tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen antara lain latihan napas dalam
dan batuk efektif, pemberian oksigen, penghisapan ledir, fisioterpi dada, terapi inhalasi dan
pemberian transfusi.

PRETEST – POSTEST 1

16. Seorang anak laki-laki usia 6 tahun dirawat dengan pneumonia. Saat ini mengeluh
sesak, batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: RR
35x/menit tampak sesak napas, pernapasan cuping hidung, terdengar suara ronchi
hampir diseluruh lapang paru. Manakah urutan tindakan yang paling tepat anda lakukan
?
k. Postural drainage, fisioterapi dada – napas dalam dan batuk efektif – inhalasi uap
l. Inhalasi uap – postural drainage, fisioterapi dada – napas dalam dan batuk efektif
m. Postural drainage, fisioterpi dada – inhalasi uap – napas dalam dan batuk efektif
n. Batuk efektif – inhalasi uap – postural drainage, fisioterpi dada – suction
o. Batuk efektif – inhalasi uap – posisi semi fowler – postural drainage
17. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirawat di rumah sakit dengan asma. Pada
saat pengkajian ditemukan data : RR 35x/mnt, pasien mengatakan sulit bernapas
terutama saat tidur terlentang. Setelah menentukan masalah dan rencana intervensi.
Apakah tindakan pertama yang anda lakukan untuk mengatasi masalah anak tersebut ?
k. Nebulisasi
l. Inhalasi uap
m. Batuk efektif
n. Fisioterapi dada
o. Posisi semi fowler
18. Seorang bayi 4 bulan dirawat dengan pneumonia. Perawat menemukan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi yang dilakukan untuk bayi
tersebut adalah suction. Saat melakukan suction tiba – tiba wajah bayi tersebut membiru.
Apakah tindakan yang paling tepat anda lakukan ?
k. Berikan oksigen
l. Lanjutkan tindakan suction
m. Hentikan suction dan berikan oksigen
n. Hentikan suction dan segera lapor dokter
o. Lanjutkan dan segera beri oksigen nasal kanul
19. Seorang anak perempuan usia 3 tahun dirawat dengan bronchopneumonia. Pasien
mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Perawat melakukan intervensi
pemberian terapi inhalasi. Perawat telah melakukan beberapa langkah terapi inhalasi.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasang makser dan memberi inhalasi
selama 10 menit. Apakah langkah selanjutnya yang paling tepat ?
k. Mencuci tangan
l. Merapikan alat
m. Fisioterapi dada
n. Suction
o. Melatih batuk efektif
20. Seorang anak perempuan usia 6 tahun dirawat dengan anemia. Anak tampak sesak
setiap melakukan aktifitas. Anak kemudian mendapat tranfusi darah. Perawat telah
melakukan langkah pra interaksi. Perawat telah melakukan identifikasi identitas dan
sudah menjelaskan prosedur kepada keluarga. Apakah langkah selanjutnya yang paling
tepat ?
k. Memasang transfusi
l. Memasang NaCl 0,9%
m. Memberi obat premedikasi
n. Mengukur suhu
o. Mencuci tangan

UJI KETERAMPILAN
Seorang anak usia 2 tahun di rawat dengan Broncopneumonia. Saat ini anak dikeluhkan
sesak, batuk berdahak dan susah mengeluarkan dahak. RR 35x/mnt, terdengar ronchi
hampir seluruh lapang paru. Perawat menetapkan masalah bersihan jalan napas tidak
efektif.

Soal :

6. Bentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan masing-masing berperan sebagai


perawat, pasien dan ibu pasien.
7. Lakukan tindakan pemberian nebulizer pada anak tersebut.
8. Gunakan SOP tindakan pemberian nebulizer..

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

5. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 1 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemberian nebulizer pada kegiatan praktek 1.

�����ℎ �������� �����


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

6. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selanjutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan pemberian nebulizer.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemberian nebulizer =�����ℎ ���� 𝑥 100%

KEGIATAN PRAKTIK 2

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN NUTRISI

Sebelum mengikuti praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahmi konsep kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan nutrisi yang sering terjadi pada
anak yang usdah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapkan telah memahami teknik
berkomunikasi pada anak dan bagaimana menerapkannya saat melakukan tindakan
keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan nutrisi.

Kegiatan praktek 2 ini akan memberikan pengalaman kepada anda tentang bagaimana
melakukan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan nuutrisi.
Setelah mempelajari kegiatan praktek 2 (unit 2) ini di harapkan anda dapat :
8. Memasang NGT
9. Memberi makan melalui NGT dan selang gastrotomy
10. Memberi obat sesuai program terapi

URAIAN MATERI

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Dilihat dari kegunaanya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas
dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan
sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia.
Pemenuhan kebuthan nutrisi pada anak sangat berguna dalam membantu proses tumbuh
kembang.

Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri
dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral (pipa
lambung) atau parenteral.

1. Pemasangan NGT pada bayi/ anak


Merupakan tindakan keperawatan yaitu memasang NGT pada bayi/ anak yang
mengalami ganguan nutrisi yang bertujuan untuk memnuhi kebutuhan nutrisi bayi/
anak.
Alat dan bahan :
a. Baki dan alas
b. NGT sesuai kebutuhan (bayi no. 5 – 8 dan anak no. 10 – 14)
c. Spuit 10 – 20 cc
d. Serbet makan
e. Kain alas
f. Nierbeken
g. Plaster dan gunting

Prosedur kerja

a. Jelaskan prosedur pada pasien / keluarga pasien


b. Cuci tangan, pakai sarung tangan
c. Anak diatur dalam posisi semi fowler. Pada anak yang gelisah bila tidak ada
orang lain yang membantu pasang restrain, pada bayi di bedong
d. Meletakkan kain alas dibawah kepala bayi/ anak
e. Serbet makan dipasang di atas dada. Nierbeken diletakkan disamping pipi
f. Lubang hidung dibersihkan
g. Mengukur panjang pipa dengan cara mengukur panjang pipa lambung (antar
pusat dan titik tertinggi iga bawah, kemudian tarik sampai ke daun telinga
kemudian ke hidung), kemudian beri tanda/ batas dengan plaster
h. Beri vaselin dan klem pangkal pipa tersebut, lalu masukkan melalui hidung
secara perlahan-lahan ke arah belakang tenggorokan, anak dianjurkan untuk
menelannya bila mampu meneln, jika batuk hentikan dan lepaskan.
i. Memeriksa ketepatan pipa masuk ke dalam lambung dengan cara : memasukkan
udara dengan spuit 5 cc ke dalam lambung melalui pipa tersebut kemudian
dengarkan dengan stetoskop. Jika id lambung terdengar bunyi berarti pipa sudah
masuk lambung, setelah itu keluarkan udara dari dalam lambung sejumlah yang
dimasukkan, buang udara dalam lambung dengan menarik penghisap spuit.
j. Fiksasi pipa lambung dengan plaster
k. Tenangkan anak dan yakinkan bahwa tindakan ini benar-benar diperlukan untuk
memperbaiki kondisi anak
l. Rapika alat
m. Cuci tangan

2. Memberikan nutrisi melalui pipa lambung dan gastrotomy


Prosedur pemberian makan melalui pipa lambung/ NGT dan selang gastrotomy
merupakan tindakan untuk memberikan makan dalam bentuk cair guna membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi atau zat gizi anak.
Alat dan bahan :
a. Air matang
b. Spuit/ corong
c. Makanan cair sesuai diit
d. Bengkok
e. Sarung tagan

Prosedur :

a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelasakan prosedur yang akan dilakukan
d. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di pangkuan. Miring kiri atau
berbaring
e. Lepaskan klem dari selang dan hubungkan spuit atau corong
f. Periksa dengan spuit apakah sisa makanan masih ada di lambung, jika ¼
makanan terakhir masih ada masukkan kembali dan tunggu 30-60 menit
g. Pasang spuit tidak boleh lebih tinggi dari dagu (harus sejajar untuk gastrotomy)
h. Masukkan makanan sesuai program
i. Jika sudah selesai, tambahkan 1 – 2 sendok (10 – 15 ml) air untuk membilas
selang
j. Pasang klem dan lepaskan spuit

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMASANGAN NGT PADA ANAK

Ilustrasi Kasus :

Seorang anak perempuan usia 3 tahun dirawat dengan gizi buruk. Kondisi pasien lemah dan
tidak mampu makan peroral. Untuk memnuhi kebutuhan nutrisiya pasien di pasang NGT.

Tugas :
7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, perawat an observers secara bergantian.
8. Lakukan tindakan pemasangan NGT pada anak dengan menggunakan pantom.
9. Gunakan SOP/ format penilaian pemasangan NGT.
5. Persiapan
Alat
k. Baki dan alas
l. NGT sesuai kebutuhan (bayi no 5-8 dan anak no 10-14)
m. Spuit 10-20 cc
n. Serbet makan
o. Kain alas
p. Nierbeken
q. Plaster dan gunting

Persiapan Lingkungan
d. Persiapkan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang tindakan
perawatan anak di rumah sakit.
e. Aturan lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa amana
anak.

Pembagian peran
g. Bentuk kelompok
h. Tentukan peran : model ibu pasien dan model peran perawat.
i. Tentukan observer untuk mengobservasi pemasangan NGT yang dilakukan praktika
dengan menggunkan format penilaian pemasangan NGT.

Prosedur
g. Pra interaksi
h. Interaksi :
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi
6. Format penilaian Pemasangan NGT
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap pra interaksi
1. kaji kebutuhan pemasangan NGT
2. Siapkan Alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Aga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan, gunakan sarung tangan
8. Anak diatur dalam posisi semi fowler. Pada anak
yang gelisah bila tidak ada orang lain yang
membantu pasang restrain,pada bayi di bedong
9. Letakkan kain alas dibawah kepala bayi/ anak
10. Serbet makan di pasang diatas dada. Nierbeken
diletakkan disamping pipi
11. Lubang hidung dibersihkan
12. Ukur panjang pipa dengan cara mengukur
panjang pipa dari lambung (antara ousat dan titik
tertinggi iga bawah, kemudian tarik sampai ke daun
telinga kemudian hidung) kemudian beri tanda/
batas dengan plaster
13. Beri vaselin dan klem pangkal pipa tersebut, lalu
masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan ke
arah belakang tenggorokan, anak dianjurkan untuk
menelannya bila mampu menelan, jika batuk
hentikan dan lepaskan
14. Periksa ketepatan pipa masuk ke dalam lambung
dengan cara :
15. Masukkan udara dengan spuit 5 cc ke dalam
lambung melalui pipa tersebut kemudian
dengarkan dengan stetoskop. Jika di lambung
terdengar bunyi berarti pipa sudah masuk
lambung, setelah itu keluarkan udara dari dalam
lambung sejumlah yang dimasukkan. Buang
udara dalam lambung dengan menarik penghisap
spuit
16. Fiksasi pipa lambung dengan plaster
17. Tenangkan anak dan yakinkan bahwa tindakan ini
benar-benar diperlukan untuk memperbaiki
kondisi anak
Tahap terminasi
18. Simpulkan kegiatan
19. Evaluasi perasaan ibu/ayah, kondisi bayi
20. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Bereskan alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

e. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemasangan NGT yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
f. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan pemasangan NGT =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT/ SELANG GASTROTOMY

Ilustrasi Kasus :

Seorang anak perempuan usia 3 tahun di rawat dengan gizi buruk. Kondisi pasien lemah
dan tidak mampu makan peroral. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nya pasien di pasang
NGT. Pasien telah dipasang NGT.

Tugas :
4. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, perawat dan observer secara bergantian.
5. Lakukan tindakan pemberian makan melalui NGT/ selang Gastrotomy pada anak
dengan menggunakan pantom.
6. Gunakan SOP/ format penilaian pemberian makan melalui NGT/ Slang gastrotomy

3. Persiapan
Alat
d. Air matang
e. Spuit/ corong
f. Makanan cair sesuai diit
g. Bengkok
h. Sarung tangan
Persiapan Lingkungan
c. Persiapkan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan
anak di rumah sakit.
d. Aturan lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman
anak.

Pembagian peran
d. Bentuk kelompok
e. Tentukan peran : model ibu pasien dan model peran perawat.
f. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemberian makan melalui NGT/
selang gastrotomy yang dilakukan praktika dengan menggunkan format penilaian
pemberian makan melalui NGT/ selang gastrotomy.

Prosedur
d. Pra interaksi
e. Interaksi :
4) Orientasi
5) Kerja
6) Terminasi
f. Post interaksi
4. SOP pemberian makan melalui NGT/ Slang Gastrotomy
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Tahap pra interaksi
1. kaji kebutuhan pemberian makan melalui NGT/
selang gastrotomy
2. Siapkan Alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan dan guanakan sarung tangan
8. Atur posisi anak dengan menempatkan anak di
atas pangkuan, miring kanan atau berbaring
9. Lepaskan klem dari slang dan hubungkan spuit
atau corong
10. Periksa dengan spuit apakah sisa makanan
masih ada di lambung, jika ¼ makanan terakhir
masih ada masukkan kembali dan tunggu 30-60
menit
11. Pemasangan spuit tidak boleh lebih tinggi dari
dagu (harus sejajar untuk gastrotomy)
12. Masukkan makanan sesuai program
13. Jika sudah selesai, tambahkan 1-2 sendok (10-15
ml) air untuk membilas slang
14. Pasang klem dan lepaskan spuit
Tahap terminasi
15. Simpulkan kegiatan
16. Evaluasi perasaan klien
17. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
18. Bereskan alat
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemberian makan melalui NGT / selang
gastrotomy yang telah anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah
disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
Kemampuan keterampilan pemberian makan
��� �� �� ��
melalu NGT/ slang gastrotomy =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan


rasa nyaman dan aman anak antara lain; water tapid spongei, restrain, penatalaksaan
kejang pada anak dan isolasi anak dengan penyakit campak.
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggeabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik
seka.
Teknik pengendalian fisik (restrain) merupakan teknik menahan gesekan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien sehingga
memudahkan perawatan. Teknik ini biasanya digunakan pada anak yang megalami kondisi
tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien ataupun orang
lain yang terlibat dalam perawatan.

PRETEST – POSTES 2

11. Seorang anak lai-laki usia 8 tahun dirawat di rumah sakit dengan cedera kepala.
Pasien dalam kondisi tidak sadar dan perawat akan melakukan pemasangan NGT untuk
pemenuhan nutrisinya. Perawat membawa alat-alat ke dekat pasien, mencuci tangan dan
menjelaskan prosedur kepada keluarga. Apakah langkah selanjutnya yang paling tepat
dilakukan oleh perawat tersebut ?
k. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di dada
l. Letakkan bengkok di dekat pasien
m. Mengukur panjang pipa dari epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokkan ke
telinga dan beri tanda batas
n. Menyiapkan pipa penduga lambun sesuai ukuran pasien
o. Atur posisi pasien (semi fowler)
12. Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat di rumah sakit dengan meningitis.
Pasien tidak mampu menelan. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien akan
dipasangkan NGT. Perawat sudah melakukan persiapan alat dan langkahmdn beberapa
langkah pemasangan NGT sesuai SOP. Perawat telah sampai telah selesai memasukan
pipa penduga secara perlahan sampai tanda yang sudah dibuat sebelumnya. Apakah
langkah yang paling tepat dilakukan oleh perawat tersebut selanjutnya ?
k. Melakukan fiksasi dengan kuat
l. Membersihkan hidup pasien
m. Menutup ujung pipa penduga lambung
n. Mengetes apakah pipa penduga sudah masuk ke lambung
o. Mengtur posisi pasien agar cairan lambung tidak keluar
13. Seorang pasien laki-laki usia 4 tahun dirawat dengan gizi buruk. Pasien terpasang
NGT. Perawat akan memberikan nutrisi lewat NGT tersebut. Perawat sudah memasang
corong pada pangkal pipa. Apakah langkah yang paling tepat dilakukan perawat
selanjutnya ?
k. Memeriksa sisa makanan dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan ke pipa
lambung
l. Melakukan spooling dengan memasukkan kurang lebih 15 cc air
m. Pasangkan/ beri klien pengalas untuk alas
n. Letakkan bengkok di dekat pasien
o. Buka klem/ penutup
14. Seorang pasien perempuan, usia 9 tahun dirawat dengan kanker mulut. Pasien saat
ini terpasang NGT. Perawat akan memberikan nutrisi dan obat pada pasien tersebut.
Perawat telah selelsai memasukkan makanan cair secara perlahan melalui NGT. Apakah
langkah yang paling tepat dilakukan perawat selanjunya ?
k. Memasukkan obat yang sudah digerus dan diencerkan terlebih dahulu
l. Melepaskan corong dari pangkal pipa
m. Membilas selang dengan air minum
n. Memeriksa fiksasi selang penduga
o. Mengatur kembali posisi pasien
15. Seorang pasien perempuan usia 4 tahun dirawat dengan gizi buruk. Pasien
terpasang NGT. Perawat akan memberikan nutrisi lewat NGT tersebut. Perawat sudsh
mambuka klem NGT. Apakah langkah yang paling tepat dilakukan perawat selanjutnya ?
k. Memeriksa sisa makanan dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan ke pipa
lambung
l. Melakukan spooling dengan memasukkan kurang lebih 15 cc air
m. Pasangkan/ beri klien pengalas untuk alas
n. Letakkan bengkok didekat pasien
o. Buka klem/ penutup

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dirawat dengan gizi buruk. Anak susah menelan dan
kondisi sangat lemah. Anak akan dipasang NGT untuk memenuhi nutrisi anak tersebut.

Soal :
6. Bentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat, ibu pasien dan pasien.
7. Lakukan tindakan pemasangan NGT pada anak tersebut.
8. Gunakan SOP tindakan pemasangan NGT.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

5. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 2 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemasangan NGT pada kegiatan praktek 2.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

6. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan pemasangan NGT yang telah anda lakukan.
���������
Kemampuan pemasangan NGT =
�����ℎ ����

𝑥 100
%

KEGIATAN PRAKTIK 3

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan cairan dan eletrolit patologis
dari system perkemihan, pencernaan dan vaskuler yang sering terjadi pada anak yang
sudah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik
berkomunikasi pada anak yang menalami gangguan cairan dan eletrolit dan bagaimana
menerpakannya pada anak yang mengalami gangguan cairan dan eletrolit.

Kegiatan praktek 3 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
tindakan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan cairan dan eletrolit. Setelah
memepelajari kegiatan praktek 3 (unit 3) ini,diharapkan anda dapat :
8. Menghitung balance cairan (intake dan output)
9. Merawat infus
10. Marawat kateter
11. Memberi obat sesuai program terapi

URAIAN MATERI

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupan, manusia
membutuhkan caiaran dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai
jaringan tubuh. Air menempati proporsi terbesar pada tubuh manusia. Air menyusun lebih
dari setengah berat badan manusia.

Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relative konstan dan kompresisinya tetap stabil
adalah penting untuk homeostasis. System pengaturan mempertahankan konstannya
caiaran tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dan pertukaran kompartemen
caiaran ekstraseluler dan intraseluler.

Data yang harus dikaji untuk menentukan adanya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain :
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluran cairan
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat menganggu status cairan
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6) Faktor psikologis (prilaku emosional)

Pengukuran Klinis

Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter adalah
pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, serta pengukuran asupan dan
haluran cairan.

1) Berat badan. Pengukuran berat badan dilakukan disaat yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama. Peningkatan atau penurunan 1 kg berat
badan serta dengan penambahan atau pengeluaran satu liter cairan.
2) Tanda-tanda vital. Perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran) bisa menandakan gangguan keseimbangan
caiaran dan eletrolit.
3) Asupan cairan. Asupan cairan melalui cairan oral (NGT dan oral), cairan pariental
(obat-obat intrvena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter. Kaji manifestasi
pengukuran klinik melalui cairan hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/ kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya larutan dekstrosa 5% dan
NaCl normal, desktosa 5% dalam RL, dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%. Cairan
hipertonik adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/ kepekatannya kurang.
4) Haluran cairan/ kaji input output. Haluran cairan meliputi urine (volume, kepekatan),
feses (jumlah, konsentrasi), drainase dan IWL.
5) Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan,
kekeringan pada membran mukosa.
6) Proses penyakit. Kondisi penyakit yang dapat menganggu keseimbangan cairan dan
elektrolit (misalnya diabetes melitus, kanker, luka bakar,hematemesis dan lain-lain).
7) Riwayat pengobatan. Obat-obatanatau terapi yang dapat menganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit (misaknya steroid, diuretik atau dialisis).

Pemeriksaan fisik

1) Integumen : turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan senssi rasa.
2) Kardiovaskular : distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus.

Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan ini meliputu jumlah sel darah merah,
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
b) Ht turun : adanya perdarahan akut, masif dan reaksi hematolitik.
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi.
d) Hb turun : adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan eletrolit serum. Pmeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urine. Berat jenis urine menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-
1,030.

Kebutuhan cairan pada anak

Tabel 6.1 rumus kebutuhan cairan pada anak


Berat badan Kebutuhan air/hari
1 – 10 kg 100 ml/KgBB
11 – 20 kg 1000 ml + 50 ml/ kg diatas BB 10 Kg
>20 kg 1500 ml + 20 ml/ kg diatas BB 20 Kg
Sumber : Buku Ajar Keperrawatan Pediatrik, 2009

Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut :

1. pada anak < 10 kg, maka 10 kg dihitung 100 ml/BB. Misal BB 8 kg maka kebutuhan
caiaran adalah 8x100=800 ml/hari.
2. Pada anak dengan BB 10-20 kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah
50 ml per kg penambahan berat badannya. Misal BB = 15 kg, maka 1000 ml
ditambah 5x50 ml maka menjadi 1250 ml/hari kebutuhan cairannya.
3. Pada seseorang dengan berat badan > 20 kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada
20 kg pertama ditambah 20 ml/kg sisanya, misal seseorang dengan BB 40 kg, maka
20 Kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml,
sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml =
1900 ml/hari.

Contoh soal :
1. Berapa kebutuhan cairan normal perhari untuk anak dengan berat 8 kg ?
Diketahui : kebutuhan air/hari untuk anak BB 1-10 kg = 100 ml/kgBB
Jawab : 8 kg x 100 ml/kg = 800 ml/hari
2. Berapakah kebutuhan cairan normal untuk anak dengan berat 15 kg ?
Diketahui : kebutuhan air/hari untuk BB 11-20 kg = 1000 ml + 50ml/kg
12 kg = 10 kg + 5 kg = 1000 ml + 5 kg
Jawab : 1000 ml + (5 kg x 50 ml) = 1000 + 250 = 1250 ml/hari

Intake cairan
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, peradarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorpsi olegh gastrointestinal.

Output cairan pada anak :


Kehilangan cairan tubuh melalui :
1. Urine :
Normalnya urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan
cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Standar volume urine
dapata dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.2 Standar volume urine normal
Usia Volume Urine (ml/kgBB/hari)
Bayi lahir 10 – 90
Bayi 80 – 90
Anak-anak 50
Remaja 40
Dewasa 30
Sumber : Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, 2009
2. Insersible Water Loss (IWL)
Insersible Water Loss adalah kehilangan cairan yang tidak disadari melalui kulit
pernafasan. Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme dan usia.
Tabel 6.3 Besar IWL menurut usia
Usia Besar IWL (ml/kgBB/hari)
Bayi lahir 30
Bayi 50 – 60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
Sumber : Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, 2009
3. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan implusnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces :
Pengeluaran air metabolisme feces berkisar antara 100-200 ml perhari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorpsi di dalam mukosa usus besar (kolon)

Tindakan untuk mengatasi kekurangan volume caiaran dan elektrolit :

1. Menghitung balance cairan :


Merupakan tindakan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
(intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output). Tujuannya
untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh dan tingkat dehirasi klien.
Prosedur :
a. Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air
minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena.
b. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine,
keringat, feses, muntah, insersible water loss (IWL).
c. Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumu : INTAKE –
OUTPUT.
d. Dokumentasi.
2. Memasang dan memonitor cairan infuse
Salah satu cara pemberian therapy cairan dengan menggunakan prosedur infasif
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknik aseptic.
Persiapan alat :
a. Standar infus
b. Infus set
c. Cairan yang dibutuhkan
d. Jarum infus dengan ukuran yang disesuaikan
e. Perlak dan alasnya
f. Tourniquet, kapas alcohol, curafor
g. Plater, hanscoon dan gunting

Prosedur :

a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada orang tua pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
c. Atur posisi pasien
d. Siapkan standar infus
e. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan bagian karet pada cairan
infus
f. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara yang
ada diselang akan keluar
g. Letakkan perlak dibawah tempat yang akan di tusuk
h. Pasang tourniquet sedekat mungkin disekitar area peusukan
i. Lakukan desinfektan pada daerah sekitar tempat penusukan dengan arah
melingkar dari dalam keluar
j. Dengan mata jarum menghadap keatas dan membentuk sudut 20 – 30 derajat
dengan kulit, lakukan penusukan dengan cepat lapisan yang ada diatas vena
k. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila ada darah dalam jarum, tarik
keluar bagian dalam jarum sambil menyusupkan bagian luarnya lebih jauh ke
dalam vena
l. Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian atas vena dengan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar, selanjutnya hubungkan
abocath ke slang infuse secara cepat dan cermat
m. Lepaskan tourniquet, buka klem dan alirkan cairan infus
n. Lakukan fiksasi dan jangan lupa memberi bantalan pada telapak tangan bayi
atau anak-anak ahar infus tidak mudah lepas bila perlu pasang spalk
o. Atur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
p. Rapikan pasien dan bereskan alat
q. Lepaskan hanscoon dan cuci tangan
r. Dokumentasikan

LATIHAN

LATIHAN 1 : Praktik memasang infus pada bayi dan anak

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan diantar ke rumah sakit oleh ibunya dengan keluhan diare
sejak kemarin. Frekuensi BAB 5 kali sehari sejak pagi, klien juga muntah 2 kali. Klien
didiagnosa diare dengan dehidrasi sedang. Instruksi dokter, klien dipasang infus.

Tugas :
7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan
sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
8. Lakukan tindakan pemasangan infus dengan menggunakan pantom.
9. Gunakan SOP/ format penilaian pemasangan infus.

5. Persiapan
Alat
m. Standar infus
n. Infus set
o. Cairan yang dibutuhkan
p. Jarum infus dengan ukuran yang disesuaikan
q. Perlak dan alasnya
r. Taourniquet, kapas alkohol, curafor
s. Plaster, hanscoon dan gunting

Persiapan lingkungan

e. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
f. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

g. Bentuk kelompok
h. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
i. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan pemasangan infus yang
dilakukan praktika dengan menggunakan format pemasangan infus.

Prosedur

g. Pra interaksi
h. Interaksi
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi
6. SOP pemasangan infus

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pemasangan infus
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
8. Siapkan standar infus
9. Hubungkan caiaran dan infus set dengan menekan
ruang tetasan hingga terisi sebagian dn buka klem
selang hingga cairan memnuhi selang dan udara yang
ada diselang akan keluar
10. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang
tetasan hingga terisi sebagian dan buka klem selang
hingga cairan memenuhi selang dan udara yang ada
diselang akan keluar
11. Letakkan perlak dibawah tempat vena yang akan
ditusuk
12. Pasang torniket sedekat mungkin disekitar area
penusukan
13. Lakukan desinfektan pada area sekitar tempat
penusukan dengan arah melingkar dari dalam keluar
14. Dengan mata jarum menghadap keatas dan
membentuk sudut 20-30 derajat dengan kulit,
lakukan penusukan dengan cepat lapisan yang ada
diatas vena
15. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila
ada darah dalam jarum, tarik keluar bagian dalam
jarum sambil menyusupkan bagian luarnya lebih
jauh ke dalam vena
16. Setelah jarum bagian dalam dilepas, tekan bagian
atas vena dengan mengunakan jari tangan agar
darah tidak keluar, selanjutnya hubungkan abocath
ke slang infus secara cepat dan cermat
17. Lepaskan torniket, buka klem dan alirkan cairan
infus
18. Lakukan fiksasi dan jangan lupa berikan bantalan
pada telapak tangan bayi atau anak-anak agar infus
tidak mudah lepas bila perlu pasang spalk
19. Atur kecepatan tetasan sesuai dengan instruksi
Tahap terminasi
20. Simpulkan kegiatan
21. Evaluasi persaan klien
22. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23. Bereskan alat
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

g. Untuk melakukan evaluasi dari praktek pemasangan infus yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
h. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan pemasangan infus =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan


rasa nyaman dan aman anak antara lain; water tapid spongei, restrain, penatalaksaan
kejang pada anak dan isolasi anak dengan penyakit campak.
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggeabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik
seka.
Teknik pengendalian fisik (restrain) merupakan teknik menahan gesekan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien sehingga
memudahkan perawatan. Teknik ini biasanya digunakan pada anak yang megalami kondisi
tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien ataupun orang
lain yang terlibat dalam perawatan.

PRETEST – POSTES 3

16. Seorang anak laki-laki usia 6 tahun mengalami dehidrasi akibat diare. Perawat
melakukan pemasangan infus pada anak tersebut. Langkah terakhir yang telah dilakukan
adalah mendesinfeksi kulit. Apakah tindakan selanjutnya yang paling tepat dilakukan
perawat tersebut ?
k. Memilih vena
l. Mengencangkan tourniquet
m. Menyiapkan infuse set
n. Menusukkan abocath
o. Memilih abocath
17. Seorang anak laki-laki usia 2 tahun, BB 12 kg. Berapakah kebutuhan caiaran normal
anak per hari pada anak tersebut ?
k. 1500 cc
l. 1300 cc
m. 1200 cc
n. 1100 cc
o. 1000 cc
18. Manakah hasil peeriksaan laboratorium yang sesuai untuk kondisi pasien dibawah ini
?
k. Hematokrit turun : adanya perdarahan akut, masif dan reaksi hemolitik
l. Hematokrit turun : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
m. Hematokrit naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
n. Hb turun : adanya peradarahan hebat, reaksi hemolitik
o. Hb naik : adanya hemokonsentrasi
19. Seorang anak perempuan usia 8 tahun dirawat dengan DHF. Perawat melakukan
pemasangan infus pada anak tersebut. Langkah terakhir yang telah dilakukan adalah
menyambungkan infus set dengan abocath. Apakah tindakan selanjutnya yang paling
teapat dilakukan perawat tersebut ?
k. Fiksasi abocath
l. Mengatur tetesan infus
m. Oleskan antiseptik pada tempat tusukan
n. Tekan dan pertahankan abocath dengan jari
o. Melepaskan tourniquet dan mengalirkan cairan infus
20. Seorang anak perempuan usia 9 bulan, BB 8 kg. Berapakah kebutuhan cairan
normal per hari pada anak tersebut ?
f. 700 cc
g. 800 cc
h. 900 cc
i. 1000 cc
j. 1100 cc

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak laki-laki usia 1 tahun dirawat dengan diare. Saat ini anak kondisi dehidrasi
ringan. Mukosa bibir kering dan turgor menurun.

Soal :
7. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
8. Lakukan tindakan pemasangan infus pada anak tersebut.
9. Gunakan SOP tindakan pemasangan infus.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

5. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 3 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek pemasngan infus pada kegiatan praktek 3.

�����ℎ �������� �����


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

6. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan metode kanguru yang telah anda lakukan.
���������
Kemampuan keterampilan pemasangan infus =
�����ℎ ����

𝑥 100
%

KEGIATAN PRAKTIK 4

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan aktifitas patologis dari system
persyarafan dan muskuloskeletal yang sering terjadi pada anak yang sudah dipelajari pada
modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik berkomunikasi pada anak dan
bagaimana menerapkannya saat melakukan tindakan keperawatan pada anak yang
mengalami gangguan kebutuha aktivitas.

Kegiatan praktek 4 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan aktivitas. Setelah
memepelajari kegiatan praktek 4 (unit 4) ini,diharapkan anda dapat :
6. Melatih pasien menggunakan alat bantu jalan : kursi roda, kruck, tripot.
7. Melatih ROM

URAIAN MATERI

Aktivitas adalah salah satu energy atau kemampuan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/ pergerakan dan istirahat tidur
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persyarafan dan muskuloskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak
agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika
tubuh dasarnya melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi
dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankankeseimbangan yang tepat.
Mekanika tubuh adalah cara mengunakantubuh secara efeisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta
mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebasa karena kondisi yang menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas dan
sebagainya
Sebelum melakukan tindakan yag berkenaan dengan mobilitas, perawat harus melakukan
persiapan termasuk menkaji kekuatan otot, mobilitas senidi pasien, adanya paralisis atau
paresis, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan dan kemampuan untuk
mengikuti instruksi. Selain ituperlu menyiapkan alat yang diperlukan untuk melakukan
mobilisasi (kursi roda, tongkat, kruk, dll). Perawat juga harus memahami prinsif mekanika
tubuh dalam membantu pasien mobilisasi.
1. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih
berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team
fisioterapi. Namun perawat tetap bertanggunjawab untuk menindaklanjuti dalam
menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.
2. Melatih ROM
Latihan adalah latihan gderak sendir yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendian sesuai
gerakan normal baik secara aktif maupun pasif. Latihan range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gearakan pada persendian sebagai
berikut :
a. Leher, spina, serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan dagu menempel ke dada Rentang 45
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak Rentang 45
Hiperekstensi Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin Rentang 40-45
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh Rentang 40-45
mungkin kearah setiap bahu
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam Rentang 180
gerakan sirkuler

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi disamping tubuh Rentang 180
ke depan ke posisi kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di samping Rentang 180
tubuh
Hiperekstensi Mengerakan lengan kebelakang tubuh, siku Rentang 45-60
tetap lurus
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping diatas Rentang 180
kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan Rentang 320
menyilang tubuh sejauh mungkin
Rotasi dalam Dengan siku fleksi, memutar bahu dengan Rentang 90
menggerakkan legan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan kebelakang
Rotasi luar Dengan siko fleksi, menggerakkan lengan Rentang 90
sampai ibu jari ke atas dan kesamping kepala
Sirkumduksi Menggerakkan lengan engan lingkaran Rentang 360
penuh

c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu Rentang 150
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu
Ekstensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan Rentang 150

d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga Rentang 70-90
telapak tangan menghadap ke atas
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak Rentang 70-90
tangan menghadap ke bawah

e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian Rentang 80-90
dalam lengan bawah
Ekstensi Menggerakkan jari-jari tangan sehingga jari- Rentang 80-90
jari tangan lengan bawah berada dalam arah
yang sama
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke Rentang 89-90
belakang sejauh mungkin
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu Rentang 30
jari
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke arah Rentang 30-50
lima jari

f. Jari-jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman Renang 90
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan Rentang 90
Hiperekstensi Menggerakkan jari-jari tangan ke belakag Rentang 30-60
sejauh mungkin
Abduksi Menngerakan jari-jari tangan yang satu Rentang 30
dengan yang lain
Adduksi Merapatkan kembali jari tangan Rentang 30

g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang permukaan Rentang 90
telapak tangan
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari Rentang 90
tangan
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping Rentang 30
Adduksi Menggerakan ibu jari ke depan tangan Rentang 30
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari -
tangan pada tangan yang sama

h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan tungkai ke depan dan atas Rentang 90-
120
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping tungkai Rentang 90-
yang lain 120
Hiperekstensi Menggerakan tungkai ke belakang tubuh Rentang 30-50
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping menjauhi Rentang 30-50
tubuh
Adduksi Menggerkan tungkai kembali ke posisi media Rentang 30-50
dan melebihi jika mungkin
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai Rentang 90
lain
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai Rentang 90
lain
Sirkumduksi Menggerakan tungai melingkar -

i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan tumit ke arah belakang paha Rentang 120-
130
Ekstensi Mengembalikan tungkai ke lantai Rentang 120-
13-

j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehinga jari-jari kaki Rentang 20-30
menekuk ke atas
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki Rentang 45-50
menekuk ke bawah

k. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam Rentang 10
Eversi Memutar telapk kaki ke samping luar Rentang 10

l. Jari-jari kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekuk jari-jari kaki ke bawah Rentang 30-60
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki Rentang 30-60
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki sau dengan yang Rentang 15
lain
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama Rentang 15

LATIHAN

LATIHAN 1 : MELATIH ROM

Ilustrasi Kasus :
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dirawat dengan meningitis. Klien sudah 2 minggu dalam
hanya terbaring ditempat tidur. Klien direncanakan untuk dilakukan latihan ROM.

Tugas :

7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
8. Lakukan tindakan latihan ROM.
9. Gunakan SOP/ format penilaian latihan ROM.

7. Persiapan

Persiapan lingkungan

e. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang anak di


rumah sakit.
f. Atur lingkungan aman dan nyaman untuk orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

g. Bentuk kelompok
h. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
i. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan latihan ROM yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format latihan ROM.

Prosedur

g. Pra interaksi
h. Interaksi
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi

8. SOP latihan ROM

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan latihan ROM
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang
akan anda kerjakan dan minta klien untuk dapat
bekerja sama
9. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar
memudahkan perawat dalm bekerja, terhindar dari
masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan
selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh
10. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan
perawat dan buka bagian butuh yang akan
digerakan
11. Lakukan pergerakan/ latih ROM pada ektermitas
atas dan bawah sesuai prosedur
12. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing
gerakan. Ulangi masing-masing gerakan 3 kali
13. Selama latihan pergerakan, kaji :
Kemampuan untuk mentoleransi gerakan
Rentang gerak (ROM) dari masing-masing
peresndian yang bersangkutan
14. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan
ketahanan tubuh terhadap latihan
15. Cuci tangan
Tahap terminasi
16. Akhiri dan simpulkan kegiatan
17. Evaluasi perasaan klien/ keluarga
18. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

c. Untuk melakukan evaluasi dari praktek latihan ROM yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
d. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan latihan ROM = �����ℎ
𝑥 100%
����

RANGKUMAN

Imobilitas atau imbobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat


bergerk secara bebas karena kondisi yang menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas dan
sebagainya.

Sebelum melakukan tindakan yang berkenaan dengan mobilitas, perawat harus


melakukan persiapan termasuk mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya
paralisis atau paresis, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan dan
kemampuan untuk mengikuti instruksi serta menyiapkan alat yang dibutuhkan

Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

PRETEST – POSTES 4
11. Contoh gerakan hiperekstensi dalam ROM pergelangan tangan :
k. Menggerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam
arah yang sama
l. Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin
m. Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah
n. Menekuku peregelangan tagan miring ke arah lima jari
o. Menekuk peregelanfan tangan miring ke ibu jari
12. Seorang anak perempuan usia 7 tahun, dirawat dengan patah tulang ekstermitas
kanan bawah setelah mengalami jecelakaan lalu lintas. Untuk tujuan pemulihan anak
tersebut dianjurkan untuk tidak menggerakan kaki kanannya. Kondisi ini disebut ?
k. Pasif pergerakan
l. Traksi ekstermitas
m. Immobilitas
n. Mobilisasi
o. Terapeutik
13. Prosedur-prosedur yang digambarkan sebagai bagian prinsip mekanika tubuh untuk
menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh, sebagai berikut :
k. Memindahkan pasien dengan aman dari tempat tidur ke brangkar
l. Memasang strain pada tempat tidur pasien
m. Memberi kenyamanan pada pasien
n. Menjaga pasien dengan aman
o. Membatasi aktivitas tidak perlu
14. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat sebelum melakukan prosedur pemindahan
pasien:
k. Posisi beban, tinggi objek, posisi tubuh, berat maksimum
l. Posisi beban, tinggi petugas, posisi tubuh, berat minimum
m. Posisi perawat, tinggi objek, posisi tubuh, berat optimum
n. Posisi, tinggi objek, posisi tubuh, berat maksimum
o. Posisi beban, tinggi pasien, posisi tubuh, berat maksimum
15. Meminta klien untuk ikut berkerjasama dalam tindakan merupakan tindakan dalam
prosedur melatih ROM yang dilakukan sebelum :
k. Melatih ROM
l. Mencuci tangan
m. Menjelaskan tujuan
n. Mengkaji kebutuhan latihan
o. Mengatur ketinggian tempat tidur
UJI KETERAMPILAN

Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dirawat dengan gizi buruk. Klien sudag 2 minggu dalam
hanya terbaring ditempat tidur. Klien direnacanakan untuk dilakukan latihan ROM.

Soal :
6. Bentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat, pasien dan ibu pasien.
7. Lakukan tindakan melatih ROM pada anak tersebut.
8. Gunakan SOP tindakan melatih ROM.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

5. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 4 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek latihan ROM pada kegiatan praktek 4.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

6. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan latihan ROM yang telah anda lakukan.
��� � � ����
Kemampuan keterampilan latihan ROM = 𝑥 100%
�����ℎ ����

KEGIATAN PRAKTIK 5

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN

DAN NYAMAN

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan aman dan nyaman patologis
dari system termoregulasi dan imun yang sering terjadi pada anak yang sudah dipelajari
pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik berkomunikasi pada anak
dan bagaimana menerapkannya saat melakukan tindakan keperawatan pada anak yang
mengalami gangguan kebutuhan aman dan nyaman.

Kegiatan praktek 5 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan aman dan nyaman. Setelah
memepelajari kegiatan praktek 5 (unit 5) ini,diharapkan anda mampu :
5. Melakukan tapid water sponge
6. Melakukan restrain
7. Melaksanakan penatalaksanaan kejang pada anak
8. Melaksanakan prinsip isolasi pada anak dengan campak
URAIAN MATERI

Keamanan adalah keadaan bebas dari cidera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
aman dan tentram (Potter & Perry, 2006).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespons terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito,
Linda Jual, 2000).

Kebutuhan atau keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamata seseorang dapat dikategorikan sebagai
ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait
dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan
dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata
atau hanya imajinasi (misalnya penyakit, nyeri, cemas dan sebagainya). Dalam konteks
hubungan intrepersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami tingkah laku yang konsisten
dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang disekitarnya dan
lingkungannya, ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak
aman (Asmadi, 2005).

Kebutuhan rasa aman yang dimaksud di sini adalah rasa nyaman dan bebas dari nyeri dan
hipo/hipertermia, mengingat nyeri hipo/hipertermia merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh. Rasa tidak nyaman ini ditunjukkan
dengan tanda dan gejala seperti ketika nyeri pasien menunjukkan prilaku protektif dan tidak
tenang, peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan frekuensi
pernapasan, diaphoresis, wajah menyeringai (Hidayat, 2014).

Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan rasa
nyaman dan aman pada anak antara lain; water tepid sponge, restrain, penatalaksanaan
kejang pada anak dan isolasi anak dengan penyakit campak.

1. Prosedur water tepid sponge


Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan
teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan kompres
air biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 letiak, 2 pangkal paha)
ditambah, yakni menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain.
Basahi lagi kain bila kering.
Kompres tepid sponge berkerja dengan cara vasodilantasi (melebarkan)
pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke
lingkungan sekitar akan lebih cepat, dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres
hangat yang hanya mengandalkan reaski dari stimulasi hipotalamus. Kompres tepid
sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas tubuh saat demam,
bahkan lebih cepat daripada meminum obat penurun panas.
Alat dan bahan :
a. Baskom berisi air hangat
b. Thermomater
c. Handuk
d. Selimut mandi
e. Waslap 5 buah
f. Sarung tangan
g. Perlak

Prosedur :

a. Perawat cuci tangan


b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Jaga privasi klien
d. Ukur suhu tubuh pasien
e. Letakkan bantal tahan air dan perlak di bawah tubuh pasien
f. Lepaskan pakaian pasien
g. Ganti selimut dengan selimut mandi
h. Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang dikompres
i. Periksa suhu air
j. Celupkan waslap atau lap mandi yang sudah dibasahi dengan air hangat
k. Tahan di masing-masing ketiak dan lipatan paha
l. Kompres/lap daerah ekstermitas
m. Keringkan ekstermitas
n. Lanjutkan mengompres ektermitas, punggung dan bokong setiap 3 sampai 5
menit. Keringkan dengan handuk
o. Kaji ulang tiap 15 menit
p. Ganti air dan kompres kembali ketiak dan lipat paha sesuai kebutuhan
q. Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas dan tubuh secara menyeluruh
r. Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan pakaian pasien
s. Angkat perlak dan ganti linen tempat tidur bila basah
t. Alat dibereskan dan mencuci tangan
2. Prosedur restrain
Setiap anak memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda saat menjalankan suatu
perawatan, ada yang dapat menerima perawatan dengan baik dan ada yang tidak.
Teknik pengendalian fisik (restrain) merupakan teknik menahan gerakan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien shingga
memudahkan perawatan. Teknik ini biasanya digunakan pada anak yang mengalami
kondisi tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah
untuk mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien
ataupun orang lain yang terlibat dalam perawatan.
Manfaat penggunaan teknik pengendalian fisik (restrain) adalah supaya pasien yang
mengalami gangguan kepribadian ataupun pasienyang tidak dapat menjadi
kooperatif dapat mendapatkan perawatan dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan restrain pada bayi dan anak :
a. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
b. Sesegera mungkin (<1 jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan
pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun
tertulis
c. Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu : 4 jam untuk klien berusia > 18 tahun, 2
jam untuk usia 9-17 tahun dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
d. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien > 18 tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia
9-17 tahun.
e. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun dan 4
jam untuk usia 17 tahun.
f. Selama restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi :
1) Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain.
2) Nutrisi dan hidrasi.
3) Sirkulasi dan range of motion ektermitas.
4) Vital sign
5) Hygiene dan eliminasi
6) status fisik dan psikologis
7) kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain

jenis-jenis Restrain pada bayi dan anak

alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan jkepal pasien

a. restrain jaket
restrain jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat tidur
sehingga ank tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan kebagian bawah
tempat tidur, menjaga anak tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket berguna
sebagai alat mempertahankan anak pada posisi horizontal yang diinginkan.
b. Papoose board
Papose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak
saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam
posisi terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki
anak diikat dengan menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan
menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah
anak berontak dan menolak perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini
adalah untuk menjaga supaya pasien anak tidak terluka saat mendapatkan
perawatan.
c. Restrain mumi atai bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempa tidur dengan salah satu ujungnya
dilipat ketengah. Bayi diletakkan diatas selimut tersebut dengan bahu berada di
lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan. Lengan kanan bayi lurus kebawah
rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melitasi bahu kanan anak
dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri anak diletakkan lurus
rapat dengan tubuh anak dan sisi kiri selimut dikecangkan melintang bahu dan dada
dikunci dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik
kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pin pengaman.
d. Restrain lengan dan kaki
Restrain pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk mengimobilisasi
satu atau lebih ektermitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk memfasilitasi
penyembuhan. Beberapa alat restrain yang ada di pasaran atau yang tersedia,
termasuk restrain pergelangan tangan atau kaki sekali pakai atai dapat dibuat dari
pita kasa, kain muslin atau tali stockinette tipis.
Jika restrain jenis ini digunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh anak. Harus
dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya, kontraksi, atau
cidera jaringan. Pengamatan ekstermitas harus sering dilakukan untuk memeriksa
adanya tanda-tanda iritasi dan atau gangguan sirkulasi. Ujung restrain tidak boleh
diikat ke penghalang tempat tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan
menganggu ektermitas yang sering disertai sertakan tiba-tiba dapat menciderai anak.
e. Restrain siku
Adalah tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wjaah.
Kadang-kandang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar anak
tidak menggauruk pada kulit yang terganggu. Bentuk restrain siku paling banyak
digunakan, terdiri dari seutas kalin muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat
dibawah aksila sampai ke pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal
tempat dimasukkannya depresor lidah. Restrain di lingakran diseputar lengan dan
direkatkan dengan plaster atau pin.
f. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher samapai
pergelangan kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan
gerakan tubuh anak. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran susuai dengan
kebutuhan.
g. Pengendalian fisik (physcal restrain) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk
pengendalian yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau
pihak keluarga pasien.
h. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengndalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan
bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat
untuk menahan gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan,
tangan ataupun kaki pasien anak.

3. Penatalaksanaan kejang pada anak


Perawatan anak kejang adalah memberikan tindakan perawatan pada anak yang
mengamli perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat/mengalami perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat/sementara karena aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan
listrik serebral yang sangat berlebihan, akibat dari malformasi otak kongenital, faktor
genetis atau adanya penyakit seperti meningitis, encephalitis serta demam, atau
gangguan metabolisme, trauma, dsb.
Persiapan alat :
a. Obat anti-epileptik sesuai resep dokter
b. Selimut atau bantalan lunak
c. Bengkok
d. Tabung oksigen dan alat bantu pernapasan
e. Set infus/ transfusi dan cairannya
f. Set alat pengukur tanda vital
Persiapan lingkungan : cipatakan lingkungan yang tenang dan banyak sirkulasi
udara secara tidak panas

Penatalaksanaan kejang :
a. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan
b. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain/ paksaan pada anak
(keculai anak dalam bahaya). Bila anak berdiri atau duduk dikursi roda pada awal
episode, bantu anak untuk mencapai lantai/ tempat baringan. Jangan membuat
anak tergitasi, bicara dengan suara lembut dan sikap tenang
c. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi karema adanya kerusakan
kesadaran
d. Tempatkan selimut kecil yang lunak atau tangan perawat selndiri di bawah
kepala anak
e. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan yang
tertinggal di mulut
f. Lepaskan kacamata atau gigi palsu bila ada
g. Longgarkan pakaian anak
h. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras, singkirkan benda-
benda (perabot) yang dapat menimbulkan bahaya atau cidera
i. Beri bantalan lunak sekitar tempat tidur/ kuris (peratahankan kondisi ini tetap
terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat atau mengalami kejang)
j. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperekstensi untuk
meningkatkan ventilasi yang adekuat
k. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati-hati (pertimbangkan posisi
dekubitus lateral bila anak mulai muntah dari pengisapan yang tidak cukup untuk
mengontrol saluran pernapasan). Dekatkan bengkok/ wadah muntah disisi dekat
mulut anak
l. Bila tak terdapat perlatan medis lengkap hubungi pelayanan medis darurat
m. Bila perlatan memadai, berikan terapi sebagi perawatan pendukung
n. Berikan obat antipiletik dalam dosis yang sesuai dengan berat badan anak
o. Lakukan perawatan gigi dengan baik selama terapi fenitoin untuk menurunkan
hyperplasi gusi
p. Lindungi anak pada periode pasca kejang
q. Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai
ia sadar (karena anak mungkin bingung dan takut)
r. Tanyakan perasaan anak dan keluarga setelah tindakan
s. Ajarkan orang tua dan anak cara mengantisipasi kejang dan beradaptasi
terhadap situasi pencetus kejang secara tepat
t. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
u. Bereskan semua alat, kembalikan ketempat semula
v. Cuci tangan
w. Dikumentasikan hasil tindakan, termasuk reaksi/ respon bayi/ anak saat
dilakukan tindakan dan sesudahnya

4. Prinsip isolasi pada anak campak


Penyakit campak juga dikenal dengan istilah morbilli dalam bahsa latin dan meales
dalam bahasa inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabakan oleh virus dan dapat mendatangkan komplikasi serius, dengan gejala-
gejala ekstream akut, demam, kadag kataral selaput lendir dan saluran pernapasan,
gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makupopular yang berwarna merah dan
diakhiri dengan deskuamasi dari kulit (Carol, 2007).
Penyakit campak adalah yang sangat potensi untuk menimbulkan wabah, penyakit
ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Tanpa program imunisasi,
90% dari mereka yang mencapai usia 20 tahun pernah menderita campak. Dengan
cakupan campak yang mencapai lebih dari 90% dan merata sampai tingkat desa
diharapkan jumlah kasus campak akan menurun oleh karena terbentuknya
kekebalan kelompok (Kemenkes, 2010).
Virus campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya
reservoir penyakit campak. Virus campak berada disecret nasoparing dan didalam
daerah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbul
ruam. Penularan terjadi melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung
dengan skresi hidung atau tenggoroan dari orang yang terinfeksi. Penularan dapat
terjadi mulai dari hari pertama sebelum munculnya ruam, antara 1 – 2 hari sebelum
timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam
Prinsip isolasi anak dengan campak :
1. Isolasi. Karena campak sangat menular terutama sekitar empoat hari sebelum
muncul ruam dan empat hari setelahnya, maka penderita campak sebaiknya
tidak melakukan kegiatan dimana anak banyak berinteraksi dengan orang lain.
Hal ini untuk mlindungi teman ataupun keluarga agar tidak tertular campak.
2. Penderita rentan menghindarai kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20 – 30 hari, demikian pula bagi pendrrita campak
untuk diisolasi selama 20 – 30 hari guna menghindari penularan lingkungan
sekitar.
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PEMBERIAN TAPID SPONGE

Ilustrasi Kasus :
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dirawat dengan febris. Hasil pemeriksaan menunjukkan
suhu 38,5oC, anak tampak rewel.

Tugas :

7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
8. Lakukan tindakan pemberian tapid sponge pada anak tersebut.
9. Gunakan SOP/ format penilaian tapid sponge.

5. Persiapan
Alat
i. Baskom berisi air hangat
j. Thermometer
k. Haduk
l. Selimut mandi
m. Waslap 5 buah
n. Sarung tangan
o. Perlak

Persiapan lingkungan

e. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
f. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

g. Bentuk kelompok
h. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
i. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan tepid sponge yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format penilain tapid sponge.

Prosedur
g. Pra interaksi
h. Interaksi
7) Orientasi
8) Kerja
9) Terminasi
i. Post interaksi
6. SOP Kompres Tapid Sponge

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan tapid sponge
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Ukur suhu tubuh pasien
9. Letakkan bantal tahan air dan perlak dibawah tubuh
pasien
10. Lepaskan pakaian pasien
11. Ganti selimut dengan selimut mandi
12. Pertahankan selimut mandi atas bagian tubuh yang
tidak di kompres
13. Periksa suhu air
14. Celuokan waslap atau lap mandi yang sudah
dibasahi dengan air hangat
15 Taruh dimasing-masing ketiak dan lipat paha
16. Seka/ lap ekstermitas, punggung dan bokong setiap
3 sampai 5 menit. Keringkan dengan handuk
17. Kaji ulang suhu setiap 15 menit
18. Ganti air dan kompres kembali ketiak dan lipat paha
sesuai kebutuhan
19. Jika suhu sudah turun, keringkan ekstermitas dan
tubuh secara menyeluruh
20. Ganti selimut mandi dengan selimut, pakaikan
pakaian pasien
21. Angkat perlak dan ganti linen tempat tidur bila basah
Tahap terminasi
22. Simpulkan kegiatan
23. Evaluasi perasaan klien/ keluarga.
24. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
25. Bereskan alat
26. Cuci tangan
27. Dokumentasikan tindakan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

e. Untuk melakukan evaluasi dari praktek kompes tapid sponge yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
f. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���������
Kemampuan keterampilan tapid sponge =�����ℎ ���� 𝑥 100%

LATIHAN 2 : PRAKTIK MENOLONG ANAK DALAM KEADAAN KEJANG

Ilustrasi Kasus :
Seorang anak laki-laki usia 1 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan demam. Saat
tiba di UGD anak tiba-tiba kejang. Suhu 40oC.

Tugas :

7. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
8. Lakukan tindakan menolong anak dalam keadaan kejang.
9. Gunakan SOP/ format menolong anak dalam keadaan kejang.

5. Persiapan
Alat
q. Spatel lidah
r. Suction siap pakai
s. Peralatan pemberian oksigen, siap pakai
t. Peralatan kompres
u. Termometer
v. Tensimeter
w. Senter
x. Persiapan injeksi
y. Obat-obatan anti kejang
z. Mangkuk kecil, tissue, vaseline
aa. Bengkok

Persiapan lingkungan

e. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di UGD rumah sakit.
f. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

g. Bentuk kelompok
h. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
i. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan menolong anak dengan kejang
yang dilakukan praktika dengan menggunakan format menolong anak dengan
kejang.

Prosedur

j. Pra interaksi
k. Interaksi
10) Orientasi
11) Kerja
12) Terminasi
l. Post interaksi
6. SOP Menolong anak dengan kejang

PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan tindakan menolong anak dengan
kejang
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Barinkan anak, kepala miringkan dan ekstensi
9. Pasang saptel lidah, yang telah dibungkus dengan
kain kassa
10. Bersihkan jalan napas dari segala hambatan jalan
menghisap lendir
11. Berikan oksigen
12. Ukur suhu badan, nadi dan pernapasan
13. Bila suhu tinggi, berikan kompres
14. Berikan obat anti kejang sesuai indikasi
15. Perhatikan keadaan kejangnya : sifat dan lamanya
16. Observasi keadaan umum dan reaksi selanjutnya
17. Bila anak sudah sadar, berikan minum hangat yang
manis, bila perlu ganti pakaian anak
18. Rapikan alat
19. Cuci tangan
Tahap terminasi
20. Simpulkan kegiatan
21. Evaluasi persaan klien
22. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23. Bereskan alat
24. Cuci tangan
25. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

g. Untuk melakukan evaluasi dari praktek menolong anak dengan kejang yang telah
anda lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
h. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan menolong anak dengan kejang =
�����ℎ ����
𝑥 100%

RANGKUMAN

Prosedur keperawatan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan


rasa nyaman dan aman anak antara lain; water tapid spongei, restrain, penatalaksaan
kejang pada anak dan isolasi anak dengan penyakit campak.
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggeabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik
seka.
Teknik pengendalian fisik (restrain) merupakan teknik menahan gesekan pasien
dengan cara mengunci gerakan tangan, kepala, ataupun kaki pasien sehingga
memudahkan perawatan. Teknik ini biasanya digunakan pada anak yang megalami kondisi
tertentu, seperti gangguan kepribadian, tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
mencegah terjadinya luka ataupun hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien ataupun orang
lain yang terlibat dalam perawatan.
Campak merupakan penyaki yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus
campak yang ditularkan melalui perantara dropet. Manifestasi klinis berupa demam, batuk,
pilek, kanjungtivitis dan ruam seluruh tubuh. Tatalaksana umunya suportif disertai
pemberian vitamin A sesuai usia penderita. Pencegahan dilakukan dengan imunisasi vaksin
campak ataupun vaksin MMR.

PRETEST – POSTES 5

11. Water tapid sponge merupakan suatu tindakan untuk mengatasi :


k. Nyeri
l. Hipertermi
m. Hipotermi
n. Oedema
o. Perdarahan
12. Cara kerja water tapi sponge adalah :
k. Vasodilantasi pembuluh darah perifer
l. Kehilangan panas dengan cara konduksi
m. Peningkatan suhu tubuh
n. Vasokontriksi pembuluh darah besar
o. Blok hipotalamus
13. Restrain pada anak usia < 9 tahun dibatasi selama
k. 1 jam
l. 2 jam
m. 2,5 jam
n. 3 jam
o. 4 jam
14. Restrain yang berguna sebagai alat mempertahankan anak pada posisi horizontal
yang diinginkan adalah :
k. Restrain siku
l. Restrain bedong
m. Papoose board
n. Restrain jaket
o. Pedi-wrap
15. Campak ditularkan ke orang lain melalui :
k. Kontak dengan cairan tubuh pasien
l. Dengan perantara nyamuk
m. Droplet airbone infection
n. Kontak dengan kulit
o. Melalui darah

UJI KETERAMPILAN

Seorang bayi usia 2 tahun di rawat dengan DHF, saat ini anak dikeluhkan demam suhu
38,5oC.

Soal :
7. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
8. Lakukan tindakan water tapid sponge pada anak tersbut.
9. Gunakan SOP tindakan water tapid sponge

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

5. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 5 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek water tepid sponge pada kegiatan praktek 5.
�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��
Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

6. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan water tepid sponge yang telah anda
lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan water tepid sponge = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN
PRAKTIK 6

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar tumbuh kembang anak, konsep gangguan kebutuhan eliminasi patologis dari system
pencernaa dan kemih (kelainan kongenital/ peri operatif care) yang sering terjadi pada anak
yang sudah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik
berkomunikasi pada anak dan bagaimana menerapkannya saat melakukan tindakan
keperawatan pada anak yang mengalami gangguan kebutuhan eliminasi.

Kegiatan praktek 6 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
tindakan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan eliminasi. Setelah
memepelajari kegiatan praktek 6 (unit 6) ini,diharapkan anda mampu :
1. Melakukan tindakan keperawatan pre operatif : pemberian nutrisi melalui dot/ OGT/
cawan (lihat kegiatan praktik 4 di modul 5), menyiapkan informed consent.
2. Melakukan tindakan keperawatan post operatif : menyiapkan TT aether bed,
anamnesa dan observasi sirkulasi (TD, nadi, pernapasan dan suhu tubuh), observasi
perdarahan, pemeriksaan kesadaran, observasi bising usus, bimbing latihan napas
dalam. Bimbing batuk efektif, latihan ambulasi dan perawatan kolostomy.

URAIAN MATERI

Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan


pembedahan, mulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra operasi adalah pengetahuan tentang persiapan
pembedahan dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama
adalah informed consent yaitu persyaratan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien/ keluarga tentang
prosedur yang akan dilaksanakandan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan
dari klien dankeluarganya mengenai tindakan tersebut.

1. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi


Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya
tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di
perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan dan kemungkinan
oengobatan setelah bedah.
2. Menyiapkan informed consent
Informed consent diberikan kepada keluarga untuk ditanda tangani sebagai bukti
persetujuan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan. Informed consent
ditandatangani setelah keluarga mendapat penjelasan atas tindakan yang akan
dilakukan pada anaknya.
3. Persiapn diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam
lambung dapat menyebabkan aspirasi.
4. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau
sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus di cukur.

Tindakan perawatan post operasi

1. Latihan napas dan latihan batuk


Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perkembangan paru-paru.
Pernapasan yang diajurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut :
a. Atur posisi tisur semifowler, lutut dilipat untuk mengenbangkan toraks.
b. Tempatkan tangan diatas perut.
c. Tarik naoas perlahan-lahan melalui hidung,biarkan dada mengembang.
d. Tahan napas 3 detik.
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama sehingga tiga kali
setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.

2. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mncegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan
mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki dan ulangi hingga
sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki
rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat
tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur dan ulangi hingga lima kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian
coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
3. Latihan mobilitas/ ambulasi
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mebcegah dekubitus
merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui mlatihan mibilitas
pasien harus mampu mengunakan alat di tempat tidur, seperti
menggunakanpenghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan menggeser pasien ke sisi tempat tidur. Melatih duduk di awali
dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat
tidur.
4. Perawwatan kolostomy
Kolostomy adalah suatu lumbang buatan pada usus besar dan aperature pada kulit
yang berfungsi sebagai anus. Tujuan kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon
dari feses, gas atau mucus, membersihkan saluran usus saluran usus bawah dan
membuat pola defekasi teratur. Perawatan colostomy merupakan tindakan yang
bertujuan untuk mencegah masuknya kuman serta mencegah terjadinya kebocoran
di daerah kolostomi.
Alat dan bahan :
a. Waslap
b. Kantong kolostomy
c. Pinset
d. Air bersih/ boorwater
e. Kassa
f. Sarung tangan

Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
d. Lepaskan kantung secara perlahan
e. Cuci kulit dan keringkan secara perlahan
f. Ukur kantung kolostomi dan lubangi bagian tengah sesuai dengan ukuran
kolostomi da rekatkan atau tempatkan kantong dengan stoma dibagian tengah
dan tekan perlahan dari tepi stoma
g. Puji anak atas kerjasamanya
h. Lepaskan sarung tangan
i. Catat perubahan kulit sekitar kolostomi
j. Cuci tangan

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK PERAWATAN KOLOSTOMI

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi laki-laki usia 4 bulan dirawat dengan atresia ani dan telah dilakukan kolostomi.
Saat ini kantung kolostomi sudah penuh dan bayi tampak tidak nyaman.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan tindakan perawatan kolostomi pada bayi tersebut.
3. Gunakan SOP/ format penilaian perawatan kolostomi.

1. Persiapan
Alat
a. Waslap
b. Kantong kolostomi
c. Pinset
d. Air bersih/ boorwater
e. Kassa
f. Sarung tangan

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran
a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi perawatan kolostomi yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format penilain perawatan kolostomi.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP Perawatan Kolostomi
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan perawatan kolostomi
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Cuci tangan
8. Gunakan sarung tangan
9. Jelaskan prosedur yang dilakukan
10. Lepaskan kantung secara perlahan
11. Cuci kulit dan keringkan secara perlahan
12. Ukur kantung kolostomi dan lubangi bagian tengah
sesuai dengan ukuran kolostomi dan rekatkan atau
tempatkan katong dengan stoma di bagian tengah dan
tekan perlahan dari tepi stoma
13. Puji anak atas kerjasamanya
14. Lepaskan sarung tangan
15 Catat perubahan kulit luar sekitar kolostomi
16. Cuci tangan

Tahap terminasi
17. Simpulkan kegiatan
18. Evaluasi perasaan klien/ keluarga.
19. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
20. Bereskan alat
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

g. Untuk melakukan evaluasi dari praktek perawatan kolostomi yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
h. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan perawatan kolostomi =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan


pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berkahir sampai pasien di meja
bedah. Persiapan pre operasi antara lain informed consent, pendidikan kesehatan pre
operasi, diet, perawatan kulit.
Tindakan keperawatan setelah pembedahan (post operasi) yang sering dilakukan
pada anak antara lain latihan napas dalam dan batuk efektif, latihan kaki, mobilisasi,
perawatan kolostomi.

PRETEST – POSTES 6

1. Seorang anak usia 8 tahun, dirawat dengan post op apendiktomy hari ke 2. Pasien
dilakukan latihan mobilisasi. Manakah yang bukan merupakan tujuan dari latihan
tersebut?
a. Mencegah komlikasi sirkulasi
b. Mengurangi adanya nyeri
c. Merangsang peristaltik
d. Mencegah perdarahan
e. Mencegah dekubitus
2. Hal yan perlu iperispakan sebagi salah satu aspek legal sebelum tindakan pembedahan
pada anak adalah :
a. Informe consent
b. Mobilisasi
c. Latihan kaki
d. Terapi cairan
e. Pengaturan diet
3. Seorang anak laki-laki usia 2 tahun dengan kolostomi. Saat ini kantong kolostomi sudah
penuh. Perawat melakukan tindakan perawatan kolostomi. Langkah terakhir yang sudah
dilakukan adalah melepaskan kantong kolostomi secara perlahan. Apakah langkah
selanjutnya yang paling tepat ?
a. Cuci kulit keringkan secara perlahan
b. Melubangi kantung sesuai ukuran kolostomi
c. Mengukur kantung kolostomi
d. Menjelaskan prosedur
e. Mencuci tangan
4. Pernyataan yang benar tentang kolostomi adalah :
a. Merupakan suatu lubang buatan pada usus besar dan aperture pada kulit yang
berfungsi sebagai anus
b. Kolostomi dilakukan pada pasien yang mengalami usus buntu/ appendicitis
c. Tujuan kolostomi adalah unukmengosongkan lambung dari gas atau mucus
d. Bertujuan untuk mengubah pola defekasi pasien
e. Merupakan anus buatan di daerah abdomen
5. Seorang bayi perempuan usia 7 hari dengan kolostomy. Saat ini kantong kolostomy
sudah penuh. Perawat melakukan tindakan perawatan kolostomi. Langkah terakhir yang
sudah dilakukan adalah melubangi kantung sesuai ukuran kolostomi. Apakah langkah
selanjutnya yang paling tepat ?
a. Mencuci tangan
b. Mengukur kantung kolostomi
c. Cuci kulit dan keringkan secara perlahan
d. Melepaskan kantong kolostomi secara perlahan
e. Merekatkan atau tempatkan kantung dengan stoma di bagian tengah
UJI KETERAMPILAN

Seorang anak usia 2 tahun dirawat dengan post op anoplasty. Anak megeluh nyeri pada
luka post operasi dan kantung kolostomi tampak penuh

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 3 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat, pasien, dan ibu pasien.
2. Lakukan tindakan mengatasi nyeri dan perawatan kolostomi .
3. Gunakan SOP perawatan kolostomi dalam melakukan tindakan.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 6 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek perawatan kolostomi pada kegiatan praktek 6.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan perawatan kolostomi yang telah anda
lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan perawatan kolostomi = 𝑥 100%
�����ℎ ����

KEGIATAN PRAKTIK 7

PRAKTIK TERAPI BERMAIN PADA ANAK

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar tumbuh kembang anak, konsep atraumatic care, FCC, dan konsep terapi bermain
pada anak yang sudah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami
teknik berkomunikasi pada anak, cara pendekatan pada anak dan bagaimana
menerapkannya saat melakukan terapi bermain pada anak dan keluarganya.

Kegiatan praktek 7 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana melakukan
terapi bermain. Setelah memepelajari kegiatan praktek 7 (unit 7) ini,diharapkan anda
mampu :
1. Menjelaskan tujuan terapi bermain
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain pada anak
3. Jenis-jenis permainan pada anak
4. Manfaat permainan pada anak
5. Melakukan role play terapi bermain pada anak sesuai prosedur

URAIAN MATERI

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi perkembangan anak secara


optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat dirumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat dirumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat menlanjutkn fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembanhkan kreatifitas anak dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Fungsi bermain di rumah sakit :


a. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian0bagian tubuh fungsinya
dan penyakit
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
serta prosedur medis
f. Memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi
g. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkunga yang asing
h. Memberi cara untuk megurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi perasaan
i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang postif
terhadap orang lain
j. Memberi cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k. Memberi cara untuk mencapai tujuan

Prinsip permainan pada anak di rumah sakit :


a. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang berjalan
b. Tidak membutuhkan energi yang banyak
c. Harus mempertimbangkan keamanan anak
d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
e. Melibatkan orang tua atau keluarga

LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK TERPI BERMAIN

Ilustrasi Kasus :
Pada sebuah ruang rawat anak, tampak seorang anak usia 3 tahu n dirawat dengan DHF.
Anak tampak sering gelisah dan rewel, selalu ingin keluar dari ruangan perawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian anak mengalami stress hospitalisasi. Perawat merencanakan
terapi bermain untuk anak tersebut.
Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Lakukan tindakan terapi bermain pada anak tersebut.
3. Gunakan SOP/ format penilaian terapi bermain.

1. Persiapan
Alat
a. Proposal terapi bermain
b. Mainan anak sesuai tumbuh kembang

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang perawatan


anak di rumah sakit.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi tindakan terapi bermain yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format penilain terapi bermain.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP Terapi Bermain
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Kaji kebutuhan terapi bermain
2. Siapkan alat
3. Cuci tangan
Tahap orientasi
4. Berikan salam dan menyapa anak
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
6. Jaga privasi
Tahap kerja
7. Beripetunjuk pada anak mengenai cara bermain
8. Persilahkan anak untuk melakukan permainan
secara bersama dengan anak lain/orang
tua/petugas/individu
9. Motivasi keterlibatan anak dan keluarga
10. Observasi emosi, hubungan interpersonal dan
psikomotor anak saat bermain
11. Beri pujian pada anak saat melakukan permainan
Tahap terminasi
12. Minta anak menceritakan apa yang dilakukan atau
dibuatnya
13. Tanyakan perasaan anak setelah bermian dan
pendapat keluarga tentang permainan yang
dilakukan
14. Lakukan evaluasi sesuai tujuan
15. Berpamitan dengan anak
16. Cuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek terapi bermain yang telah anda lakukan,
gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan terapi bermain = �����ℎ
𝑥 100%
����

RANGKUMAN

Terapi bermain merupakn suatu tindakan untuk mengurangi dampak stress


hopitalisasi pada anak yang dirawat di rumah sakit.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Prinsip terapi bermain untuk anak yang dirawat di rumah sakit adalah tidak boleh
bertentangan denga terapi dan perawatan yang sedang berjalan tidak membutuhkan energi
yang banyak, harus mempertimbangkan keamanan anak, dilakukan pada kelompok umur
yang sama serta senantiasa melibatkan orang tua atau keluarga.

PRETEST – POSTES 7

1. Prinsip terapi bermain untuk anak yang dirawat di rumah sakit adalah :
a. Yang penting menyenagkan untuk anak
b. Tidak membutuhkan banyak energy
c. Sesuai dengan keinginan anak
d. Tersedia peralatan yang memadai
e. Terjadwal saat jam berkunjung
2. Anak usai toddler yang dirawat di ruang pudak RS Sanglah akan diberikan terapi
bermaian. Terapi bermain dilaksanakan oleh perangkat terapis yang terdiri dari leader, co
leader, fasilitator dan observer. Evaluasi yang pertama disampaikan perangkat ketika
selesai bermain kepada anak-anak adalah :
a. Menyampaikan trespon masing-masing anak
b. Berikan reward kepada masing-masing anak
c. Melakukan kontrak waktu untuk bermain berikutnya
d. Menyampaikan hasil kerja masing-masing anak
e. Menyampaikan yang belum tuntas dikerjakan anak
3. Anak-anak bermain usia pra sekolah, masing-masing anak mempunyai mainan yang
sama tetapi anak yang satu dengan anak yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung seperti bermain balok. Apakah jenis permainan yang dilakukan oleh
anak usia pra sekolah tersebut menurut karakteristik sosial ?
a. Kooperati play
b. Solidarity play
c. Asosiatif play
d. Paralel play
e. Role play
4. Yang bukan fungsi bermain di rumah sakit :
a. Memberik kesempatan pada anak untuk belajar
b. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
c. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh fungsinya dan
penyakit
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan
serta prosedur medis
5. Seorang anak usia 5 tahun mengalami stress hospitalisasi, perawat melakukan terapi
bermain pada anak tersebut. Perawat telah mengkaji kebutuhan bermain pada anak,
mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, tidak rewel, kondisi memungkinkan).
Langkah pra interaksi selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah :
a. Menyiapkan alat permainan dan lingkungan bermain yang aman
b. Menyapa anak dengan menyebut namanya
c. Memperkenalkan diri
d. Menjelaskan tujuan
e. Mencuci tangan

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dirawat dengan pneumonia, anak mengalmi sering
menangis dan minta pulang. Anak tampak stress dan tidak nyaman.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Berikan terapi bermain pada anak tersebut.
3. Gunakan SOP tindakan terapi bermain.
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

1. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 7 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek terapi bermain pada kegiatan praktek 7.

�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��


Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

2. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan terapi bermain yang telah anda lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan terapi bermain = 𝑥 100%
�����ℎ ����KEGIATAN
PRAKTIK 8

PRAKTIK CARA PENGGUNAAN MTBS DAN MTBM

Sebelum mengikuti kegiatan praktek ini, pastikan bahwa anda telah memahami konsep
dasar dasar tumbuh kembang anak, konsep atrumatik care, FCC dan konsep MTBS dan
MTBM yang sudah dipelajari pada modul 2. Anda juga diharapakan telah memahami teknik
berkomunikasi pada anak cara pendekatan pada anak dan bagaimana menerpakannya saat
menggunakan MTBS/ MTBM.

Kegiatan praktek 8 ini akan memberikan pengalaman pada anda bagaimana menggunakan
MBTB dan MTBM sehingga salah satu pendekatan manajemen bayi dan balita sakit yang
diterapkan dipuskemsan. Setelah memepelajari kegiatan praktek 8 (unit 8) ini,diharapkan
anda mampu :
1. Menggunkan MTBS sehingga pendekatan dalam tatalaksana balita sakit di
puskesmas
2. Menggunakan MTBM sebagai pedekatan dalam tatalaksanan bayi muda (0-2 bulan)
dipuskesmas.

URAIAN MATERI

Manajemen Trepada Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Chilhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegritas yang terintegrasi/ terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan faokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatn tetapi suatu
pendekatan/ cara menatalaksana balita sakit.

Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupaka suatu
bentuk strategi upaya pelyanan kesehatan yang ditunjukkan untuk menurnkan angka
kematian, keskitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Pada
sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke puskesmas, keluhan tunggal
kemungkinan jarang terjadi, menurut data WHO, tiga dari empat balita sakit seringkali
memiliki banyak keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya mendrita 1 dai 5 penyakit
tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Pendekatan MTBS, semua aspek/kondisi
yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa.

Seorang balita sakit dapat ditangai dengan pendektan MTBS oleh petugas kesehtan yang
telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS yang dapat dilihat pada
bagian MTBS. Untuk melakukan penilaian/ pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada
orang tua/ wali, apa saja keluhan-keluhan/ masalah anak kemudian memeriksa dengan cara
“lihat dan dengar” atau “lihat dan raba”. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua
gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdarakan hasil klasifikasi
penyakit, petugas akan menentukan tindakan/ pengobatan. Misalnya anak dengan
klasifikasi pneumonia berat akan dirujuk ke dokter puskesmas.

Contoh begitu sistemats terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang
berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/ wali secara berurutan,
dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti :
a. Apakah anak biasa minum/ menyusu ?
b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya ?
c. Apakah anak menderita kejang ?
d. Kemudian petugas akan melihat/ memeriksa apakah anak tampak letargis/ tidak
sadar?
e. Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain :
f. Apakah anak mendrita batuk atau sukar bernafas ?
g. Apakah anak menderita diare ?
h. Apakah anak demam ?
i. Apakah anak mempunyai masalah telinga ?
j. Memeriksa status gizi
k. Memeriksa anemia
l. Memeriksa status imunisasi
m. Memeriksa status pemberian vitamin A
n. Menilai masalah/ keluhan-keluhan lain

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut diatas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/
penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/ pengobatan yang
telah ditetapkan dalam penilaian. Klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa :
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari iu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah misal
aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan koseling bagi ibu, misal : anjuran pemberian makanan selama anak
sakit maupun dalam keadaan sehat
e. Menasehati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan dan lain-lain
Bayi baru lahir sampai dengan 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi bagi bayi muda (0-2
bulan) memakai bagan Manajmen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang terintegrasi di dalam
bagan MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTB< terdiri dari :

a. Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau


infeksi bakteri
b. Menilai dan mengklasifikasikan diare
c. Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus
d. Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkianan berat badan rendah dan tau
masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Petugas kesehatan akan mengajari ibu yang
memiliki bayi muda tentang cara meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang
baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara
merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal tambahan pada waktu
bayinya sakit, kapan harus kunjungan ulang, dll
e. Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
f. Memeriksa masalag dan keluhan lain

Langkah-langakah pengunaan MTBS/ MTBM :


1. Menilai tanda bahaya umum
2. Penilaian dan klasifikasi
3. Menentukan tindakan/ pengobatan
4. Konseling
5. Menasehati kapan kembali
_
.·.-...----

--·J ' Q --•


---
,

--- -- - -- --
- - - - _
-.·.·_.•-. .- ,.-.-. .•..
,

.. .... - -�
_ .

---
.. ._. ..
,

w ... ..... . ..
. _ .... - •..... _ _

.....,,. - --_
........
...... . .

i.,..-
�· ....
... n. .... _.,..
-· I

!!� .......

----- · . . . ..-·. - .,_
-•


LU(lM.Ut POL,l,iUI,.. IN IIMM +
.a....--..,1,--Gll --i:.ltl-..1--•
-�IMIA Dilll ....... _ ... _

u1-, --
• Apai;III 11,,i .o•plQU N lllf 111 Tel
10,, b\'<op.l

.....,..,,..
I.Ill
r.,.
·�
,... ,, -�.. ,
.,., --1'11 , .....
..._i... �rl _ul
Al.>I IP"t-. - ..... ,
. .,
• 11 ; 1
'" O..FNP.W
, _
.. b lt l ' l ' i
. . lilll �
...,.
.-QJI

........................, "'·- fd_

,• . ,. ...,,,.........,. . , . a a. a -
.�
· �· · 1 1 9- ·1 1 ·
'-- - -- -
•··- ' · - . ..
-- 0

. -· --·
f--- - - -
---------··- -
.. -
.
-:""'-

···

·-· -.----...-•- - -
- ---- - •• - - - -

-- -- -- - ---
---·----..-.- -----•---•
_

--. -- ----
LATIHAN

LATIHAN 1 : PRAKTIK CARA PENGGUNAAN MTBS

Ilustrasi Kasus :
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, berat badan 10 kg, TB 75 cm, suhu 37oC, respirasi 36
x/mnt. Ibu datang ke puskesmas karena anaknya batuk dan diare. Anak batuk selama3 hari
dan tidak menunjukkan tanda bahaya umum, tidak ada tarikan dinding dada dan tidak ada
stridor. Ibu mengatakan anakanya diare sudah lebih dari 2 minggu, tidak ada darah dalam
tinja. Anak tampak rewel dan gelisah, mata tidak cekung, anak dapat minum, cubitan kulit
perut segera kembali.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Gunakan MTBS untuk menentukan klasifikasi penyakit anak dan memberikan
inetrvensi.
3. Gunakan SOP/ format penilaian MTBS

1. Persiapan
Alat
a. Formulir MTBS
b. Buku bagan MTBS
c. Alat tulis
d. Termometer
e. Timbangan BB untuk bayi dan anak
f. Jam
g. Tes uji tourniquet
h. Imunisasi kit
i. Obat-obatan esensial untuk balita :
1) Oralit
2) Vitamin A dosis 100.000 IU dan 200.000 IU
3) Vaksin
Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang pemeriksaan


MTBS di puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi cara pengisian MTBS yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format penilain cara pengisian MTBS.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP cara pengisian MTBS
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Identifikasi karakteristik bayi
2. Siapkan alat atau formulir penilaian MTBS
3. Siapkan obat-obatan esensial untuk balita
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
5. Berikan salam
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Jaga privasi
Tahap kerja
8. Isi identitas pada bayi atau anak dan menanyakan
pada ibu tentang masalah anaknya, apakah
merupakan kunjungan pertama atau kunjungan
ulang
9. Timbang BB
10. Ukur suhu pada bayi atau anak
11. Periksa tanda bahaya umum pada bayi atau anak
12. Nilai dan klasifikasikan batuk dan sukar bernapas
13. Nilai dan klasifikasikan diare
14. Nilai dan klasifikasikan demam
15. Periksa dan klasifikasikan masalah telinga
16 Periksa dan klasifikasikan status gizi dan anemia
17. Periksa dan klasifikasikan status HIV
18. Tentukan dan tindak lanjuti status imunisasi, status
vitamin A dan konseling pencegahan cidera
19. Nilai dan tindak lanjuti pemberian makan pada anak
usia < 2 tahun
20. Tentukan tindakan/ pengobatan
21. Berikan edukasi

22. Nasehati kapan kembali


Tahap terminasi
23. Simpulkan kegiatan
24. Evaluasi perasaan klien/ keluarga.
25. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
26. Bereskan alat
27. Cuci tangan
28. Dokumentasikan tindakan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek cara pengisian MTBS yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � �� ��
Kemampuan keterampilan cara pengisian MTBS = 𝑥 100%
�����ℎ ����LATIHAN 2 : PRAKTIK CARA
PENGGUNAAN MTBM

Ilustrasi Kasus :
Seorang bayi perempuan usia 3 minggu dibawa oleh ibunya ke puskesmas karena
menderita diare sejak 2 hari, berat badan : 3600 gram, suhu 36,3oC, respirasi 57 x/menit.
Bayi sadar dan tidak letargis, gelisah dan rewel, matanya cekung. Pada pemeriksaan
didapatkan cubitan perut kembali segera dan terdapat pustule di kulit.

Tugas :

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 3 orang yang masing-masing akan berperan


sebagai ibu, perawat an observer secara bergantian.
2. Gunakan alogaritma MTBM untuk membuat klasifikasi dan menentukan tindakan
pada bayi tersebut.
3. Gunakan SOP/ format cara penggunaan MTBM.
1. Persiapan
Alat
a. Buku bagan MTBM
b. Formulir pencatatan bayi muda kurang dari 2 bulan
c. Alat tulis
d. Termometer
e. Timbangan BB untuk bayi
f. Jam
g. Imunisasi kit
h. Vaksin
i. Obat-obatan essensial untuk balita
1) Oralit
2) Vitamin A dosis 100.000 IU dan 200.000 IU

Persiapan lingkungan

a. Persiapakan lingkungan/ setting tempat untuk interaksi seperti di ruang tindakan


MTBM di puskesmas.
b. Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan orang tua untuk rasa aman anak.

Pembagin peran

a. Bentuk kelompok
b. Tentukan peran : model ibu pesien, dan peran perawat.
c. Tentukan observer untuk mengobservasi cara penggunaan MTBM yang dilakukan
praktika dengan menggunakan format cara penggunaan MTBM.

Prosedur

a. Pra interaksi
b. Interaksi
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c. Post interaksi
2. SOP cara menggunakan MTBM
PELAKSANAAN
NO. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
tahap pra interaksi
1. Identifikasi karakteristik bayi
2. Siapkan alat atau formulir penilaian MTBM
3. Siapkan obat-obatan essensial untuk bayi
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
5. Berikan salam
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Jaga privasi
Tahap kerja
8. Isi identitas pada bayi atau anak dan menanyakan
pada ibu tentang masalah anaknya, apakah
merupakan kunjungan pertama atau kunjungan
ulang
9. Timbang BB
10. Hitung napas dalam 1 menit
11. Periksa tanda bahaya umum pada bayi
12. Ukur suhu pada bayi atau anak
13. Nilai dan klasifikasikan untuk kemungkinan penyakit
sangat berat atau infeksi bakteri
14. Nilai dan klasifikasikan diare
15. Periksa dan klasifikasikan ikterus
16. Periksa dan klasifikasikan status HIV
17. Periksa dan klasifikasikan kemungkinan berat badan
rendah atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI)
18. Periksa dan klasifikasikan kemungkinan berat badan
rendah dan atau masalah pemberian minum
padabayi yang tidak mendapat ASI
19. Tentukan tindakan/ pengobatan
20. Berikan edukasi
21. Nasehati kapan kembali
Tahap terminasi
22. Simpulkan kegiatan
23. Evaluasi persaan klien
24. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
25. Bereskan alat
26. Cuci tangan
27. Dokumentasikan tindakan dan respon klien

Petunjuk Evaluasi Latihan

a. Untuk melakukan evaluasi dari praktek cara menggunakan MTBM yang telah anda
lakukan, gunakan format penilaian yang telah disediakan.
b. Hitung skor yang anda peroleh, apakah anda puas dengan hasil yang dicapai ?
ulang jika penilaian anda masih kurang.
���� � ����
Kemampuan keterampilan cara menggunakan MTBM =�����ℎ ���� 𝑥 100%

RANGKUMAN

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrited Management of Childhood


Illenss (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
Tatalaksana tenda bahay uu, batuk/ sukar bernapas, diare, demam, masalah telinga,
status gizi dan anemia, HIV pada anak umur 2 bulan – 5 tahun melalui tahapan : penilaian
dan menindaklanjuti status imunisasi, status vitamin A dan konseling pencegahan cidera.
Menilai dan menindaklanjuti pemberian makan pada anak usia < 2 tahun.
Tatalaksana kasus pada anak umur 2 bulan, kemungkinan penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri, masalah ikterus, diare, status HIV, kemungkinan berat badan rendah
dan masalah pemberian minum pada bayi yang tidak mendapat ASI, melalui tahapan :
penilaian, klasifikasi, tindakan/ pengobatan, konseling, tindak lanjut.
PRETEST – POSTES 8

1. Tanda bahwa bahya umum harus diperiksa pada anak sesuai dengan panduan MTBS :
a. Apakah anak selalu memutahkan semuanya ?
b. Apakah anak rewel atau menangis ?
c. Apakah tarikan dinding dada ?
d. Apakah anak nampak sesak ?
e. Apakah ada stridor ?
2. Seorang anak perempuan, usia 2 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan
keluhan batuk sejak 3 hari yang lalu, tidak panas dan tidak diare. Data hasil pemeriksaan
fisik didapatkan suhu 36oC , nadi 100x/mnt, RR 48x/mnt. Tidak ditemukan adanya
retraksi arau stridor. Anak juga belum mendapat kapsul vitamin A. Kalsifikasi yang tepat
untuk anak tesbut ?
a. Batuk bukan pneumonia
b. Penyakit sangat berat
c. Pneumonia ringan
d. Pneumonia berat
e. Pneumonia
3. Seorang anak perempuan, usia 2 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan
keluhan batuk sejak 3 hari yang lalu, tidak panas dan tidak diare. Data hasil pemeriksaan
fisik didapatkan suhu 36oC , nadi 100x/mnt, RR 48x/mnt. Tidak ditemukan adanya
retraksi arau stridor. Anak juga belum mendapat kapsul vitamin A. Kalsifikasi yang tepat
untuk anak tesbut ?
a. Kapsul biri 200.000 iu
b. Kapsul merah 200.000 iu
c. Kapsul biru 100.000 iu
d. Kapsul biru 200.000 iu
e. Kapsul biru 50.000 iu
4. Anak usia 6 bulan, ditemukan batuk dann sukar bernapas, napas 52x/mnt tidak
ditemukan tarikan dinding dada ke dalam dan tidak ada stridor, maka kasifikasi yang
paling tepat adalah :
a. Batuk bukan pneumonia
b. Penyakit sangat berat
c. Pneumonia ringan
d. Pneumonia berat
e. Pneumonia
5. Seorang anak laki0laki usia 4 tahun, dikeluhkan batuk sejak 5 hari yang lalu, pernapasan
45x/mnt, tampak ada tarikan dinding dada ke dalam dan ada stridor sesuai dengan
pedoman MTBS, kalsifikasi yang sesuai untuk anak tersebut :
a. Pneumonia
b. Pneumonia berat
c. Pneumonia ringan
d. Penyakit sangat berat
e. Bukan batuk pneumonia
6. Tindakan yang tepat sesuai dengan MTBS untuk anak tersebut adalah :
a. Jika batuk lebih dari 3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
b. Beri dosisi pertama antibiotik yang sesuai, rujuk segera
c. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
d. Nasehati kapan kembali segera
e. Kunjugan ulang 2 kali
7. Berdasarkan kasus anak Eka, yang merupakan tanda bahaya umum sesuai dengan
pedoman MTBS :
a. Tidak ditemukan tanda bahaya umum
b. Adanya tarikan dinding dada ke dalam
c. Pernapasan 45x/mnt
d. Batuk sejak 5 hari
e. Adanya stridor
8. Seorang anak laki-laki usia 4 tahun, dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan keluhan
diare disertai lendir dan darah sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi rata 2 kali,
konsistensi encer. Yanto masih mau minum, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab.
Sesuai dengan pendekatan MTBS, maka klasifikasi yang tepat untuk anak tersebut :
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dehidrasi ringan
c. Diare dehidrasi sedang
d. Disentri tanpa dehidrasi
e. Disentri
9. Anak Rinto, perempuan 4 tahun, dikeluhkan diare sudah sejak 20 hari yang lalu, tidak
ada lendir atau darah dalam tinja, Rinto tampak sangat haus, matanya cekung, cubitan
kulit perut kembali lambat, maka klasifikasi paling tepat adalah :
a. Diare dehidrasi berat
b. Diare dehidrasi ringan/ sedang
c. Diare dehidrasi berat
d. Diare persisten berat
e. Diare persisten
10. Seorang anak perempuan 3 tahun, dikeluhkan mengalami diare sejak 3 hari yang lalu.
Mata cekung, malas minum, cubitan kulit perutnya kembali lambat. Klasifikasi yang
sesuai dengan MTBS :
a. Diare dehidrasi ringan/ sedang
b. Diare dehidrasi berat
c. Disentri dehidrasi barat
d. Diare dehidrasi berat
e. Disentri

UJI KETERAMPILAN

Seorang anak laki-laki usia 3 tahun diantar ke puskesmas oleh keluarga dengan keluhan
sudah dua hari ini anaknya mengeluh demam, batuk dan pilek. Keluhan demam sudah
dirasakan klien sejak kemarin dan belum mendapatkan pengobatan. Keluarga hanya
kompres saja dan memberikan anak banyak minum. Menurut ibunya, anak mengalami
demam yang naik turun disertai batuk dan pilek. Hasil pemeriksaan : anak tampak lemah
dengan suhu tubuh yang sudah menurun yaitu 36oC, agak pucat, napas cepat dengan
frekuensi respirasi rate 41 x/mnt, tidak ada tarikan dinding dada, berat badan 14 kg dan
tinggi badan 91,5 cm. Dari perhitungan status gizi, anak termasuk ke dalam berat badan
yang normal. Keluarga juga mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi
yang lengkap.

Soal :
1. Bentuk kelompok beranggotakan 2 orang dengan masing-masing berperan sebagai
perawat dan ibu pasien.
2. Gunakan MTBS untuk menentukan klasifikasi penyakit anak dan memberikan
intervensi.
3. Gunakan SOP cara penggunaan MTBS.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

7. Cocokan jawaban anda degan kunci jawaban pre test dan post test 8 yang terletak
pada bagian akhir modul 7 ini. Hitunglah jawaban benar selanjutnya berikanlah
penilaian dengan menggunakan rumus untuk mengetahui tingkat kemampuan anda
dalam melakukan praktek cara penggunan MTBS pada kegiatan praktek 8.
�� � � �ℎ ��𝑤 ���� ��� ��
Tingkat pengetahuan = �����ℎ
𝑥 100%
����

8. Hitung tanda cek (frekuensi) dalam lembar observasi, selnajutnya gunakan rumus
untuk mengetahui ketepatan keterampilan cara penggunaan MTBS yang telah anda
lakukan.
���� � ����
Kemampuan keterampilan cara penggunaan MTBS =�����ℎ ���� 𝑥 100%

KUNCI JAWABAN

PRETEST – POSTES 1
16. B
17. E
18. D
19. C
20. D
PRETEST – POSTES 2
11. E
12. D
13. B
14. C
15. C
PRETEST – POSTES 3
16. D
17. D
18. D
19. E
20. B
PRETEST – POSTES 4
11. B
12. C
13. A
14. A
15. D
PRETEST – POSTES 5
11. B
12. A
13. B
14. D
15. C
PRETEST – POSTES 6
1. D
2. A
3. D
4. A
5. E
PRETEST – POSTES 7
1. A
2. E
3. B
4. E
5. B
PRETEST – POSTES 8
1. B
2. B
3. D
4. A
5. A
6. B
7. A
8. E
9. D
10. E
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Keutuhan Dasar Klien,
Jakarta : Selmba Medika

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta : EGC

Chin J. 2008. Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Edisi 17, Cetakan II. CV Infomedia
: Jakarta

Hidayat, A.A. (2005). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Selemba Medika

Hidayat, A.A.A. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Hidayat, A.A.A. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia. Buku Saku Praktikum. Jakarta : EGC

Hockbenberry, Wilson. (2007). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (8th ed). St Louis :
Mosby Elseiver

Kemenkes RI. 2010. Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Ditjen
PP & PL. Jakarta
-----------------. 2015. Buku Bagan MTBS 2015. Jakarta : Kemenkes

Mubarak Wahit Iqbal, 2007. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Praktek. Jakarta :
EGC

Perry, dkk. 2005. Buku saku : Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Tamsuri, A. (2009). Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Caiaran dan Elektrolit Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Wong D.L (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC

WHO. (2010). Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta: WHO

Anda mungkin juga menyukai