Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH METODE WALKING EXERCISE TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA LANSIA (USIA 55-60 TAHUN) PENDERITA HIPERTENSI


DI KELURAHAN ARALLE KECAMATAN ARALLE
KABUPATEN MAMASA

Lisda Alvita1, Nur Isriani Najamuddin2, Abdurauf3


123
Jurusan Keperawatan STIKes Bina Generasi Polewali Mandar

ABSTRACT

Hipertensi merupakan kondisi seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah di atas normal dan kronis. Hipertensi di Indonesia merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 25,8%, prevalensi Provinsi
Sumatera Barat sebesar 22,6%. Data dari kabupaten Mamasa, terdapat 19.559 kasus hipertensi dengan
rincian laki-laki sebanyak 6.891 dan perempuan sebanyak 6.891 (Dinkes Mamasa, 2019). Pengobatan
hipertensi dilakukan dengan pengobatan farmakologis dan non-farmakologis. Salah satu pengobatan
hipertensi dengan non farmakologis adalah dengan aktifitas fisik, yaitu dengan metode walking
exercise. Penelitian ini bersifat adalah Eksperiment Design dengan pendekatan Control Group Pre-
Posttest. Penelitian dilaksanakan mulai bulan april sampai dengan mei 2021. Cara pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling yang berjumlah 40 orang. Sampel dibagi menjadi 2
kelompok yaitu 20 sampel perlakuan dan 20 sampel kontrol. Data primer meliputi tekanan darah awal
dan akhir responden, sedangkan data sekunder meliputi data umum responden. Data dianalisis dengan
menggunakan uji statistic Uji Paired T Test. Hasil ini menunjukkan rata-rata penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik kelompok perlakuan berturut-turut sebesar 13,40 mmHg dan 13,60 mmHg. Hasil
Uji Paired T Test nilai p value yaitu 0,000 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode walking
exercise terhadap tekanan darah pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di Kelurahan
Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa. Saran dari penelitian ini adalah metode walking
exercise dapat dijadikan sebagai alternative pengobatan non-farmakologis untuk membantu
menurunkan tekanan darah.

Kata Kunci : Metode Walking Exercise, Hipertensi, Tekanan Darah, Lansia


Usia 55-60 Tahun

PENDAHULUAN
Indonesia memasuki era pertambahan Hipertensi merupakan gangguan pada sistem
jumlah penduduk lansia. Pada tahun 2013, peredaran darah yang sering terjadi pada lansia,
jumlah lansia naik 9,58 % dengan usia harapan yang ditandai dengan meningkatkatnya
hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020, angkah kontraksi pembuluh darah, kemudian
tersebut menjadi 11,20% dengan usia harapan meningkatkan kerja jantung agar bekerja lebih
hidup rata-rata 70,1 tahun (Zaen, 2020). maksimal untuk memompa darah melalui
Meningkatnya populasi lansia ini tidak pembuluh darah arteri yang terlalu sempit. Jika
dapat dipisahkan dari masalah kesehatan yang keadaan ini terus menerus akan menyebabkan
terjadi pada lansia, menurunnya fungsi organ pembuluh darah dan jantung rusak.(Farrar
memicu terjadinya berbagai penyakit 2015).
degeneratif. Penyakit degeneratif pada lansia ini Data dari WHO (2015) satu diantara
jika tidak ditangani dengan baik maka akan lima orang dewasa di seluruh dunia mengalami
menambah beban finansial negara yang tidak peningkatan tekanan darah. Kejadian hipertensi
sedikit dan akan menurunkan kualitas hidup meningkat dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir
lansia karena meningkatkan angka morbiditas di semua strata sosial. Diperkirakan antara 20%
bahkan dapat menyebabkan kematian dan 40% populasi orang dewasa di Wilayah
(Kemenkes RI, 2018). Amerika menderita hipertensi. Prevalensi
Hipertensi adalah salah satu penyakit hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan
degeneratif yang banyak dialami oleh lansia. sebesar 8,3% pada tahun 2017 yaitu dari 25,8%

1
menjadi 34,1% dengan angka kematian sekitar Sesenapadang Kabupaten Mamasa” dari hasil
delapan juta orang setiap tahun (Kemenkes RI penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ada
2018). Institute for Health Metrics and pengaruh dalam pemberian bawang putih
Evaluation (IHME) tahun 2017 menyebutkan kepada lansia penderita hipertensi. Kemudian
bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia penelitian oleh Muh. Afdal (2019) tentang
didapatkan faktor risiko yang menyebabkan “Pengaruh Pemberian Daun Seledri terhadap
kematian adalah tekanan darah (hipertensi) Tekanan Darah Lansia penderita di Wilayah
sebesar 23,7%. Sedangkan, menurut Riskesdas Kerja Puskesmas Mambi Kabupaten Mamasa”
2018 menyatakan prevalensi hipertensi dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk ternyata daun seledri dapat menurunkan
usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di tekanan darah.
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan Selain penggunaan obat tradisional,
terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi penderita hipertensi dapat juga dapat
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar menurunankan tekanan darah dengan aktivitas
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan
di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 tubuh yang meningkatan pengeluran tenaga dan
kematian (Kemenkes RI 2018). energi. Adapun aktivitas fisik dalam kehidupan
Berdasarkan data dari dinas kesehatan sehari-hari yang dapat dilakukan oleh lansia
Sulawesi Barat bahwa prevalensi hipertensi diantaranya menyapu, mengepel, mencuci baju,
disulawesi barat 2018 berjumlah 64.710 orang berkebun, membersihkan kamar mandi,
(Dinkes Sulbar 2018). Sementara di kabupaten menimbah air. Dari penelitian Nur Afni Karim
Mamasa, terdapat 19.559 kasus hipertensi tentang “Hubungan Aktivitas Fisik dengan
dengan rincian laki-laki sebanyak 6.891 dan Derajat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di
perempuan sebanyak 6.891 (Dinkes Mamasa, Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang
2019). Kabupaten Sitaro” didapatkan hasil bahwa
Peningkatan kejadian hipertensi secara terdapat hubungan yang signifikan antara
teori tidak terlepas dari perubahan gaya hidup aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada
dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti pola pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas
makan yang tidak baik, waktu istirahat yang Tagulandang Kabupaten Sitaro. Kegiatan fisik
tidak cukup, kurang olahraga, merokok, yang dilakukan secara teratur dapat
minum-minuman beralkohol dan stres yang menyebabkan perubahan-perubahan misalnya
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi jantung akan bertambah kuat pada otot
(Anwari, et.al 2018). Sebagian besar penderita polosnya sehingga daya tampung besar dan
hipertensi mengatasi masalah hipertensi dengan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur,
berobat jalan, pemberian obat penurun tekanan selain itu elastisitas pembuluh darah akan
darah atau antihipertensi. Tetapi sebagian orang bertambah karena adanya relaksasi dan
tidak dapat mengatasi masalah hipertensi yang vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan
ia alami. Jika hipertensi tidak ditangani, bisa berkurang dan meningkatkan kontrksi otot
menyebabkan pembuluh darah rusak, mengeras dinding pembuluh darah tersebut. Aktivitas
dan mengencang. Keadaan ini mengalangi fisik juga dapat dilakukan berupa olaraga
aliran darah menuju jantung, dan mengaibatkan (Karim, et. al 2018).
nyeri pada bagian dada serta sesak nafas. Walking exercise adalah salah satu
Terhalangnya aliran darah juga dapat memicu bentuk latihan fisik sedang, dengan teknik jalan
detak jantung yang tidak teratur, bahkan kaki secara teratur selama minimal 3 kali dalam
serangan jantung (Yitno, et.al 2017). seminggu dengan durasi minimal 20-30 menit
Oleh karena itu penting untuk melakukan setiap latihan (Zaen 2020). penelitian yang
upaya mengatasi masalah hipertensi. Selain dilakukan oleh Siti Robi’atus Sholiha (2019)
mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi dengan judul “Kombinasi Walking Exercise
hipertensi, para penderita bisa mencoba dan Hydrotherapy Mempengaruhi Kadar
berbagai obat tradisional seperti bawang putih. Glukosa Darah pada Penderita Diabetes
Sebagaimana penelitian sebelumnya, yang Mellitus Tipe II” hasilnya ada pengaruh
dilakukan oleh Fredi Pampang Karua (2019) kombinasi walking exercise dan hydrotherapy
tentang “Pengaruh Pemberian Bawang Putih terhadap kadar glukosa darah pada penderita
terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita diabetes mellitus tipe II dengan p = 0,000.
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Dengan jalan kaki maka terjadi kontraksi antar

2
otot skeletal yang memicu peningkatan Control Group Pre-Posttest Design. Model
kemampuan insulin untuk mengaktifkan rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan
transport glukosa ke otot yang mengakibatkan efektivitas kelompok kontrol disamping
terjadinya metabolisme otot melalui jalur kelompok eksperimental. Dengan pemilihan
independen insulin sehingga level glukosa kedua kelompok tidak dipilih secara acak. Pada
plasma menurun dan menyebabkan sintesis kedua kelompok diawali dengan pra-test, dan
heksokinase yang berguna untuk penyerapan setelah pemberian perlakuan diadakan
glukosa kemudian glukosa dibawa menuju sel pengukuran kembali (post-test) (Pamungkas,
dan terjadilah penurunan kadar gula darah serta 2017). Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan
dihasilkan energi. (Sholiha, 2019). Dengan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa,
adanya penelitian ini bahwa walking exercise pada bulan April-Mei 2021. Populasi dalam
berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa penelitian ini adalah penderita hipertensi di
darah, maka calon peneliti tertarik untuk kelurahan Aralle kecamatan Aralle kabupaten
meneliti tentang apakah metode walking Mamasa adalah sebanyak 165 orang. Tekhnik
exercise atau berjalan biasa juga dapat pengambilan sampel yang digunakan adalah
berpengaruh terhadap tekanan darah. metode non probability sampling yaitu
Hasil studi pendahuluan yang purposive sampling, dimana sampel dalam
dilaksanakan pada tanggal 25 februari 2021 di penelitian ini berjumlah 40 orang.
Puskesmas Aralle, diperoleh data dari bagian Peneliti memperoleh data penderita
Tata Usaha Puskesmas Aralle, pada tahun 2020 hipertensi di Kelurahan Aralle di Puskesmas
terdapat kunjungan pasien hipertensi sebanyak Aralle Kabupaten Mamasa. Peneliti
1.607 orang, dari jumlah tersebut, lansia (usia memperoleh identitas responden dengan
55-60 tahun) sebanyak 1.076 orang dengan melakukan kunjungan rumah meminta
rincian 295 orang laki – laki dan 781 orang persetujuan responden untuk mengikuti
perempuan. Puskesmas Aralle merupakan salah kegiatan penelitian. Kemudian peneliti
satu puskesmas di Kabupaten Mamasa, membagi responden menjadi 2 kelompok, yaitu
membawahi 11 desa 1 kelurahan. Sebaran kelompok perlakuan (intervensi metode
pasien penderita hipertensi di setiap desa yaitu, walking exercise) dimana peneliti meminta
desa Uhailanu 95 orang , desa Baruru 43 orang, persetujuan dengan responden untuk tidak
desa Pamoseang 68 orang, desa Uhaidao 99 menggunakan terapi farmakologi selama
orang, desa ralleanak 103 orang, desa ralleanak intervensi walking exercise dan kelompok
utara 41 orang, desa Aralle Selatan 92 orang, kontrol (tanpa intervensi metode walking
desa Panetean 133 orang, desa Kalakbe 72 exercise) tetapi tetap menggunakan terapi
orang, desa Hahangan 104 orang , desa Aralle farmakologi. Kemudian peneliti mengumpulkan
Utara 63 orang dan Kelurahan Aralle 165 responden untuk melakukan metode walking
orang. exercise. Sebelum melakukan metode
Dari uraian di atas dengan banyaknya walking exercise, peneliti mengukur tekanan
angka kejadian lansia yang menderita darah responden dan setelah melakukan
hipertensi, dan dengan cara penanganan metode walking exercise peneliti kembali
hipertensi secara nonfarmakologi, seperti mengukur tekanan darah responden. Data
menggunakan obat herbal dan berolaraga, maka hasil penelitian tersebut kemudian diolah
calon peneliti tertarik untuk melakukan secara Univariat dan Bivariat dengan
penelitian dengan judul “Pengaruh Metode menggunakan program komputer.
Walking Exercise terhadap Tekanan Darah Analisa bivariat yang digunakan dalam
pada Lansia (Usia 55-60) Penderita Hipertensi penelitian ini adalah uji T independen (uji
di Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle paired t test). Uji T independen adalah uji
Kabupaten Mamasa’’. statistik parametrik untuk mengetahui apakah
ada perbedaan mean 2 kelompok yang saling
berhubungan. Peneliti akan membandingkan
METODE data sebelum dan sesudah perlakuan
Jenis penelitian yang digunakan adalah (Pamungkas 2016).
Eksperiment Design dengan pendekatan
HASIL Tabel 1. Distribusi Responden
Hasil Penelitian Karakteristik Kelompok Kelompok
Karakteristik Responden Responden Perlakuan Kontrol

3
F % F % pendidikan Tamat SD sebanyak 10 responden
Jenis Kelamin (50%), tamat SMP sebanyak 7 responden
Laki-Laki 9 45 8 40 (35%), SMA sebanyak responden 3 responden
Perempuan 11 55 12 60 (15%), sedangkan untuk kelompok kontrol
Jumlah 20 100 20 100 (tanpa intervensi metode walking exercise) dari
Usia 20 responden terdapat responden tamat SD
55 tahun 2 10 4 20 sebanyak 9 responden (45%), tamat SMP
56 tahun 2 10 1 5
sebanyak 2 responden (10%), tamat SMA
57 tahun 1 5 2 10
58 tahun 2 10 4 20 sebanyak 5 responden (25) dan tamat PT
59 tahun 4 20 3 15 sebanyak 4 orang (20%).
60 tahun 9 45 6 30 Karakteristik responden berdasarkan
Jumlah 20 100 15 100 pekerjaan, responden kelompok perlakuan
Pendidikan (intervensi metode walking exercise),
SD 10 50 9 45 responden tidak bekerja sebanyak 11 responden
SMP 7 35 2 10 (55%), bekerja sebagai petani sebanyak 4
SMA 3 15 5 25 responden (20%), wiraswasta 3 responden
PT - 4 20 (15%), peternak 1 responden (5%) dan PNS 1
Jumlah 20 100 20 100 responden (5%). Sedangkan responden
Pekerjaan
Petani 4 20 5 25
kelompok kontrol (tanpa intervensi metode
Peternak 1 5 3 15 walking exercise), sebagian besar responden
PNS 1 5 3 15 tidak bekerja sebanyak 7 responde (35%),
Wiraswasta 3 15 2 10 petani 5 responden (25%), peternak 3
Tidak Bekerja 11 55 7 35 responden (15%), wiraswasta 2 responden
Jumlah 20 100 20 100 (10%), dan PNS sebanyak 3 responden (15%) .
Sumber : Data Primer 2021
Pada tabel 1 menunjukan karakteristik Analisa Univariat
responden berdasarkan jenis kelamin, Daya Terima Metode Walking Exercise
responden kelompok perlakuan (intervensi Responden dalam penelitian ini dibagi
metode walking exercise) jenis kelamin menjadi dua kelompok, yaitu 20 responden
perempuan sebanyak 11 orang (55%) dan jenis kelompok perlakuan (intervensi metode
kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (45%). Dan walking exercise) dimana selama 2 minggu,
untuk responden kelompok kontrol (tanpa responden melakukan walking exercise selama
intervensi metode walking exercise) jenis 6 kali pertemuan, dengan persetujuan untuk
kelamin perempuan sebanyak 12 orang (60%) tidak menggunakan terapi farmakologi.
dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 20
(40%). responden metode walking exercise, hanya 15
Karakteristik responden berdasarkan responden yang melakukan metode walking
usia, responden kelompok perlakuan (intervensi exercise selama 6 kali pertemuan dan 5 lainnya
metode walking exercise), jumlah responden tidak mengikuti sampai akhir metode walking
yang berusia 55 tahun sebanyak 2 (10%), exercise. Dan dalam kriteria inklusi ditetapkan
pada usia 56 tahun sebanyak 2 (10%), pada bahwa kriteria sampel dalam penelitian ini
usia 57 tahun sebanyak 1 (5%), pada usia 58 adalah salah satunya ‘‘bersedia menjadi
tahun sebanyak 2 (10%), pada usia 59 tahun responden dan mengikuti prosedur penelitian
sebanyak 4 (20%) dan 60 tahun sebanyak 9 dari awal sampai tahap akhir’’. Jadi 5
(45%). Sedangkan untuk responden kelompok responden yang tidak mengikuti metode
kontrol (tanpa intervensi metode walking walking exercise selama 6 kali pertemuan
exercise), jumlah responden yang berusia 55 dianggap mengundurkan diri. Jadi responden
tahun sebanyak 4 (20%), pada usia 56 tahun untuk kelompok perlakuan sebanyak 15
sebanyak 1 (5%), pada usia 57 tahun sebanyak responden. Dalam proses penelitian ini, setiap
2 (10%), pada usia 58 tahun sebanyak 4 (20%), sebelum dan sesudah melakukan walking
pada usia 59 tahun sebanyak 3 (15%), dan pada exercise, responden diukur tekanan darahnya.
usia 60 tahun sebanyak 6 (30%). Kemudian 20 responden kontrol (tanpa
Karakteristik responden berdasarkan intervensi metode walking exercise) dimana
pendidikan, responden kelompok perlakuan responden penderita hipertensi tidak diberikan
(intervensi metode walking exercise), intervensi metode walking exercise, tetapi tetap

4
menggunakan terapi farmakologi. Penelitian ini dengan nilai terendah 97 mmHg dan nilai
dilakukan selama 2 minggu, dan terapi tertinggi 110 mmHg. Tekanan darah diastolik
farmakologi yang digunakan adalah captopril setelah intervensi didapatkan bahwa nilai rata-
12,5 mg. Catopril 12,5 mg digunakan sesuai rata tekanan darah diastolik adalah 86,93
resep dokter selama 2 minggu. Captopril mmHg dengan nilai terendah 80 mmHg dan
diberikan 2 kali sehari (pagi dan malam) dan nilai tertinggi 99 mmHg. Secara seluruhan
pada saat perut kosong yaitu setengah jam terjadi penurunan tekanan darah dengan rata-
sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal rata penurunan tekanan darah sistolik 13,20
ini dikarenakan absorbsi captopril akan mmHg dan tekanan darah diastolik 13,60
berkurang 30%-40% apabila di berikan mmHg.
bersamaan dengan makanan. Dalam proses
penelitian ini sebelum diberikan obat terlebih Karakteristik Tekanan Darah pada
dahulu diukur tekanan darahnya dan kemudian Kelompok Kontrol
diukur kembali tekanan darahnya setelah 2 jam Tabel 3
minum obat (Nugroho, 2014). Dari awal sampai Karakteristik Tekanan Darah Kelompok
akhir penelitian responden dipantau oleh Kontrol
peneliti. Tekanan darah
Nores Pre Post Penurunan
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Karakteristik Tekanan Darah pada 1 168 100 130 86 38 14
2 175 109 141 80 34 29
Kelompok Perlakuan 3 163 90 120 84 43 6
Tabel 2 4 160 100 122 80 38 20
5 159 90 120 80 39 10
Karakteristik Tekanan Darah Sebelum (pre) dan 6 190 120 150 99 40 21
Sesudah (post) Metode Walking Exercise 7 180 100 142 85 38 15
8 160 99 131 80 29 19
Tekanan darah
9 170 110 120 81 50 29
Nores Pre Post Penurunan 10 190 120 133 89 57 31
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole diastole 11 155 100 120 80 35 20
1 152 100 139 83 13 17 12 162 100 150 92 12 8
2 157 100 140 88 17 12 13 173 106 132 98 41 8
3 145 98 137 88 11 10 14 182 120 150 100 32 20
4 149 100 139 87 10 13 15 170 100 129 81 41 19
5 155 99 140 80 15 19 16 166 99 126 85 40 14
6 158 104 147 99 11 5 17 175 112 141 89 34 23
7 150 97 145 85 5 12 18 181 110 132 88 49 22
8 149 97 132 82 17 15 19 163 100 125 86 38 14
9 148 100 135 88 13 12 20 177 112 137 85 40 27
10 150 100 148 97 2 3 Mean 170,95 104,85 132,55 86,40 38,40 18,48
11 159 110 140 87 15 23 Median 170,00 103,75 131,33 85,30 38,50 19,50
12 155 102 142 89 13 13 Min. 155 90 120 80 12 6
13 158 100 129 81 29 19 Max 190 120 150 100 57 31
14 142 100 132 86 11 14 SD 10,21 10,33 5,42 5,28 6,03 6,49
15
mean
156
152,20
101
100,53
140
139,00
84
86,93
16
13,20
17
13,60
Sumber : Data Primer 2021
Median 152,00 100,00 139,50 86,67 13,00 13,00 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
Min. 142 97 129 80 2 3
Max 159 110 148 99 29 23
bahwa dari penelitian terdapat perubahan
SD 5,14 3,15 5,42 5,28 6,03 5,20 tekanan darah responden pada kelompok
Sumber : Data Primer 2021 kontrol nilai rata-rata tekanan darah sistolik
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan adalah 170,95 mmHg dengan nilai terendah
bahwa dari penelitian terdapat perubahan adalah 155 mmHg dan nilai tertinggi adalah
tekanan darah responden setelah dilakukan 190 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah
metode walking exercise. Dapat dilihat nilai diastolik awal adalah 104,85 mmHg dengan
tekanan darah responden sebelum intervensi nilai terendah 90 mmHg dan nilai tertinggi 120
dilakukan didapatkan bahwa nilai median mmHg. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah
tekanan darah sistolik adalah 152,20 mmHg sistolik akhir tanpa intervensi adalah 132,55
dengan nilai terendah 142 mmHg dan nilai mmHg dengan nilai terendah 120 dan nilai
tertinggi 159 mmHg. Nilai tekanan darah tertinggi 150 mmHg. Kemudian nilai rata-rata
responden setelah intervensi/perlakuan tekanan darah diastolik yaitu 86,40 mmHg
didapatkan bahwa nilai rata-rata tekanan darah dengan nilai terendah 80 mmHg dan nilai
sistolik adalah 139,00 mmHg, dengan nilai tertinggi 100 mmHg. Secara seluruhan terjadi
terendah 129 mmHg dan nilai tertinggi 148 penurunan tekanan darah dengan rata-rata
mmHg. Tekanan darah diastolik sebelum penurunan tekanan darah sistolik 38,40 mmHg
intervensi didapatkan bahwa nilai rata-rata dan tekanan darah diastolik 18,48 mmHg.
tekanan darah diastolik adalah 100,00 mmHg

5
Analisa Bivariat mmHg, nilai terendah 142 mmHg dan nilai
Analisa Bivariat dilakukan untuk tertinggi 159 mmHg. Tekanan darah diastole
mengetahui Pengaruh Metode Walking sebelum dilakukan intervensi metode walking
Exercise Terhadap Tekanan Darah pada Lansia exersice sebanyak 13 responden masuk dalam
(55-60 Tahun) Penderita Hipertensi di kategori pre hipertensi 2 (100-110 mmHg) dan
Kelurahan Aralle, Kecamatan Aralle Kabupaten 9 lainnya masuk dalam kategori hipertensi
Mamasa. Uji statistik yang dilakukan adalah tahap 1 (90-99 mmHg). Rata-rata tekanan darah
uji Paired Sampel T Test, dengan komputerisasi diastole awal (pre) adalah 100 mmHg, nilai
pada tingkat kepercayaan menggunakan p-value terendah 97 mmHg dan nilai tertinggi 110
<0,005 pada interval kepercayaan 95 mmHg.
Tabel 4 Sedangkan untuk kelompok kontrol
Terhadap
Pengaruh Metode Walking Exercise (tanpa intervensi metode walking exercise),
Tekanan Darah pada Lansia (55-60 Tahun) tekanan darah sistol awal dari 20 responden,
Penderita Hipertensi di Kelurahan Aralle, sebanyak 2 responden masuk dalam kategori
Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa hipertensi tahap 1 (140-159 mmHg), 13
Rata – rata
Kelompok Tekanan Darah
penurunan
Signifikansi Hubungan responden kategori hipertensi tahap 2 (160-179
Tekanan Darah
Sistole Pre -
mmHg), dan 5 responden dalam kategori
13,20 0,000 Bermakna
Tekanan Darah
Sistole Post
hipertensi tahap 3 (>180 mmHg). Rata-rata
Perlakuan
Tekanan Darah tekanan darah sistole awal (pre) adalah 170,95
Diastole Pre -
Tekanan Darah
13,60 0,000 Bermakna mmHg, nilai terendah adalah 155 mmHg dan
Diastole Post
Tekanan Darah
nilai tertinggi adalah 190 mmHg. Dan tekanan
Sistole Pre -
Tekanan Darah
38,40 0,000 Bermakna darah diastole awal dari 20 responden 4
Kontrol
Sistole Post responden masuk dalam kategori hipertensi
Tekanan Darah
Diastole Pre -
18,45 0,000 Bermakna
tahap 1 (90-99 mmHg), 9 responden kategori
Tekanan Darah
Diastole Post hipertensi tahap 2 (100-109 mmHg), dan 7
Sumber : Data Primer Paired Sampel T Test 2021 responden kategori hipertensi tahap 3 (>110
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa rata- mmHg). Rata-rata tekanan darah diastole awal
rata penurunan tekanan darah sistolik pada adalah 104,85 mmHg dengan nilai terendah 90
kelompok perlakuan (metode walking exercise) mmHg dan nilai tertinggi 120 mmHg.
yaitu 13,20 mmHg dengan signifikansi 0,000 Analisis Rata-rata Tekanan Darah Sistole
sedangkan untuk tekanan darah diastole dan Diastole Sesudah Metode Walking
didapatkan penurunan 13,60 mmHg dengan Exercise
signifikansi 0,000. Untuk kelompok kontrol Hasil penelitian selama 2 minggu
penurunan lebih tinggi dari kelompok perlakuan menunjukkan ada perubahan pada tekanan
dimana penurunan untuk tekanan darah sistolik darah sistole dan diastole akhir kelompok
yaitu 38,40 mmHg dengan signifikansi 0,000 perlakuan dan kelompok kontrol. Pada
dan tekanan darah diastolik 18,45 mmHg kelompok perlakuan (intervensi metode
dengan signifikansi 0,000. walking exercise). setelah dilakukan walking
exersice 7 responden masuk kategori
PEMBAHASAN prahipertensi (130-139mmHg) dan 8 lainya
Berdasarkan hasil analisis data dan masuk dalam kategori hipertensi tahap 1(140-
disesuaikan dengan tujuan penelitian serta 159 mmHg). Rata-rata tekanan darah sistole
kerangka konsep penelitian, maka pembahasan akhir (post) adalah 139,00 mmHg, dengan nilai
dikemukan sebagai berikut : terendah 129 mmHg dan nilai tertinggi 148
Analisis Rata-rata Tekanan Darah Sistole mmHg. Dan nilai tekanan diastolik seluruh
dan Diastole Sebelum Metode Walking responden setelah perlakuan (intervensi metode
Exercise walking exercise) masuk dalam kategori
Penelitian yang dilakukan selama prahipertensi (85-89 mmHg). Rata-rata tekanan
selama dua minggu menunjukkan untuk darah diastole akhir setelah perlakuan
kelompok perlakuan (intervensi metode (intervensi metode walking exercise) 86,93
walking exercise) Tekanan darah sistol mmHg dengan nilai terendah 80 mmHg dan
sebelum dilakukan walking exersice sebanyak nilai tertinggi 99 mmHg.
15 responden masuk dalam kategori Sedanngkan tekanan darah sistole akhir
hipertensi tahap 1 (140-159 mmHg). Rata-rata pada kelompok kontrol dari 20 responden, 6
tekanan darah diastole awal (pre) adalah 152,20 responden masuk dalam kategori hipertensi

6
tahap 1 (140-159 mmHg), 6 responden kategori hipertensi menggunakan captopril
prahipertensi (130-139 mmHg), dan 8 membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena
responden masuk dalam kategori hipertensi penggunaannya untuk terapi jangka panjang,
normal (>130 mmHg). Rata-rata tekanan darah bahkan seumur hidup sehingga berpotensi
sistol akhir (post) adalah 132,55 mmHg dengan memunculkan efek samping oleh obat. Efek
nilai terendah 120 dan nilai tertinggi 150 samping captropil yang telah teridentifikasi
mmHg. Dan tekanan darah diastole akhir adalah antara lain batuk kering, gagal ginjal, edema
11 responden kategori hipertensi normal (<85 angioneurotik dan hipotensi (Nugroho, 2014).
mmHg), 5 responden kategori prahipertensi Efek samping yang beragam karena
(85-89 mmHg), dan 4 responden kategori penggunaan obat dan lamanya pengobatan.
hipertensi tahap 1 (90-99 mmHg). Rata-rata Oleh sebab itu banyak penelitian yang mencari
tekanan darah diastole akhir yaitu 86,40 mmHg alternatif untuk mengobati hipertensi, misalnya
dengan nilai terendah 80 mmHg dan nilai dari obat bahan alam dan aktifitas fisik yang
tertinggi 100 mmHg. memiliki efek samping rendah bahkan aman
untuk pengobatan jangka panjang karena
Analisis Pengaruh Metode Walking Exercise alami Terutama pada lanjut usia, karena fungsi
terhadap Tekanan Darah organ tubuh yang mulai menurun (Irawati,
Berdasarkan hasil penelitian pada 2018).
kelompok perlakuan menunjukan tekanan darah Salah satu alternatif pengobatan
sistol dan diastole sebelum dan sesudah hipertensi adalah aktifitas fisik, salah satunya
dilakukannya walking exersice mengalami metode walking exercise. Walking Exercise
perubahan. merupakan suatu gerakan/aktivitas tubuh
Faktor yang menyebabkan lebih dengan cara berjalan kaki biasa yang berirama
tingginya penurunan tekanan darah pada dengan lengan yang terayun sesuai dengan
responden kelompok kontrol, karena irama jalan seseorang yang dilakukan secara
menggunakan terapi farmakologi. Hasil dari terencana. Latihan jalan kaki (walking exercise)
penelitian ini sebanding dengan penelitian selama 20-30 menit sebanyak 3 kali seminggu.
Irawati (2018) yang meneliti "Perbandingan Beri waktu istirahat selama 3 menit setiap 10
Pemberian Seledri (Apium Graveolens) dan menit setelah latihan dilakukan. Anjurkan
Catopril terhadap Penurunan Tekanan Darah responden untuk menjaga posisi tubuh dan
pada Pasien Hipertensi Primer di Wilayah mengatur kecepatan langkahnya (kira-kira 0,89
Puskesmas Bajoe Kabupaten Bone" hasil yang m/s atau 2 mph) agar merasa lebih nyaman
didapatkan yaitu terdapat penurunan yang selama kegiatan (Oktaviani, 2018).
signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah Dari hasil penelitian, Pengaruh Metode
pemberian captopril dan seledri. Dimana dalam Walking Exercise terhadap Tekanan Darah
penelitian tersebut, peneliti membagi 2 pada Lansia (Usia 55-60 Tahun) pada Penderita
kelompok, yaitu kelompok intervensi dengan Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
pemberian obat captopril, kelompok kontrol Aralle Kabupaten Mamasa, didapattkan hasil
dimana responden hanya diberikan Seledri uji statistik dengan menggunakan Uji Paired T
(Apium Graveolens), hasilnya kelompok yang Test dengan bantuan SPSS 20.0 didapatkan
diberikan obat captopril penurunan tekanan hasil nilai p value 0,000 (<0,05), artinya Ho
darahnya yaitu rata-rata tekanan darah sistolik ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
awal 161,7 mmHg setelah diberikan obat pengaruh atau perbedaan yang signifikan
captopril 12,5 mg terjadi penurunan dengan antara tekanan darah sebelum dan sesudah
rata-rata tekanan darah sistolik 140,6 mmHg dilakukannya walking exersice. Jadi, dapat
dengan rata-rata penurunan 21,6 mmHg. disimpulkan ada pengaruh metode walking
Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik exercise terhadap tekanan darah pada lansia
sebelum pemberian Seledri (Apium (usia 55-60 tahun) penderita hipertensi di
Graveolens) 110 mmHg, setelah pemberian Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten
obat captopril menurun, rata-rata tekanan Mamasa tahun 2021.
diastolik 90,3 mmHg dengan rata-rata Walking exercise berdampak pada
penurunan 20 mmHg. penurunan risiko mortalitas dan morbiditas
Catopril adalah salah satu antihipertensi pasien hipertensi melalui mekanisme
dengan mekanisme aksi menghambat ACE pembakaran kalori, mempertahankan berat
(angiotensin converting enzyme). Pengobatan badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan

7
senyawa beta endorphin yang dapat 13,20 mmHg dan tekanan darah diastole 13,60
menurunkan stres serta tingkat keamanan mmHg. Menurut pengamatan peneliti, jika
penerapan metode walking exercise pada semua metode walking exercise dapat dilaksanakan 4-
tingkat umur penderita hipertensi (Kowalski, 5 kali dalam seminggu, atau dapat dilaksanakan
2018). setiap hari secara teratur, mungkin hasilnya
Latihan olahraga untuk lansia bertujuan akan jauh lebih baik lagi atau penurunannya
untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan akan jauh lebih tinggi dari penelitian ini.
kebugaran. Kebugaran jasmani pada lansia
adalah kebugaran yang berhubungan dengan KETERBATASAN PENELITIAN
kesehatan, yaitu kebugaran jantung, paru-paru Penelitian ini telah diusahakan dan
peredaran darah, kekuatan otot dan kelenturan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah,
sendi. Untuk memperoleh kesegaran jasmani namun demikian masih memiliki keterbatasan,
yang baik harus, melatih semua komponen yaitu : Masih kurangnya kontrol diet terhadap
dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas responden selama dalam penelitian.Dalam
ketahan jantung, peredaran darah dan penelitian ini seharusnya 20 responden
pernafasan, ketahanan otot, kekakuan otot serta perlakuan dan 20 responden kontrol, tetapi pada
kelenturan tubuh (Said Junaidi, 2018). akhirnya responden perlakuan hanya 15
Telah banyak penelitian sebelumnya responden karena 5 lainnya dianggap gugur
yang mendukung pernyataan bahwa aktivitas karena tidak dapat mengikuti penelitian sampai
fisik berpengaruh terhadap tekanan darah akhir. Sehingga berpengaruh terhadap hasil
pada hipertensi seperti penelitian yang penelitian pada kelompok perlakuan dan
dilakukan oleh Sonhaji, et al. (2017), dari hasil kelompok kontrol. Dalam penelitian ini
penelitian tersebut, diketahui bahwa pada seharusnya kelompok perlakuan tetap
pasien hipertensi apabila melakukan walking menggunakan terapi farmakologi agar dapat
exersice secara teratur selama seminggu dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
dengan frekuensi 3 kali dalam waktu 30 menit nilai tekanan darahnya jauh lebih tinggi dari
setiap latihan akan menurunkan tekanan darah nilai tekanan darah kelompok perlakuan.
yang signifikan. Dalam penelitian ini, dalam mengukur tekanan
Menurut pengamatan peneliti, metode darah responden, peneliti menggunakan tensi
walking dapat digunakan penderita hipertensi digital seharusnya peneliti juga mengukur
khususnya lansia, sebagai alternatif untuk tekanan darah responden dengan tensi manual,
menurunkan tekanan darah, yang aman untuk agar hasilnya dapat lebih akurat.
jangka panjang. Metode walking exersice ini
tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal KESIMPULAN DAN SARAN
dan tidak memiliki efek samping yang Kesimpulan
berbahaya (Kowalski, 2018). Tekanan darah Berdasarkan hasil penelitian yang
mengalami perubahan setelah melakukan dilakukan tentang Pengaruh Metode Walking
walking exersice jika dilakukan dengan tepat, Exercise terhadap Tekanan Darah pada
sesuai prosedur dan dilakukan dengan rutin Lansia (Usia 55-60 Tahun) pada Penderita
dan teratur setiap responden akan memiliki Hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
daya tahan tubuh yang prima sehingga dapat Aralle Kabupaten Mamasa pada tahun 2021,
berpengaruh terhadap perubahan tekanan dapat disimpulkan bahwa metode walking
darah. Selain itu, perlu juga untuk exercise berpengaruh terhadap tekanan darah
memperbaiki pola hidup yang sehat agar tetap pada lansia (usia 55-60 tahun) penderita
bisa mengontrol tekanan darah. hipertensi di Kelurahan Aralle Kecamatan
Lama waktu pemberian juga memiliki Aralle Kabupaten Mamasa, dengan hasil nilai p
pengaruh dalam penurunan tekanan darah. Pada value 0,000 (<0,05).
penelitian sebelumnya, metode walking
exercise hanya dilakukan salama 1 minggu, dan Saran
dalam penelitian ini dilakukan selama 2 Bagi Profesi Keperawatan
minggu. Pada penelitian sebelumnya yang Hasil penelitian ini merupakan suatu
dilakukan oleh Sonhaji, et al. (2017), penurunan masukan bagi profesi perawat untuk
tekanan darah sistole 7,5 mmHg dan tekanan menjadikan sebagai salah satu acuan dan
darah diastole 7,7 mmHg. Sedangkan dalam referensi ilmiah untuk dikembangkan lebih
penelitian ini, penurunan tekanan darah sistole lanjut dan menjadi bahan untuk menambah

8
pengetahuan dan wawasan mengenai 4512.https:doi/org/http://dx.doi.org/10
penatalaksanaan penurunan tekanan darah 13111/biomedi.v10i2.
pada penderita hipertensi dengan cara non Dian Puspitasari, et.al. 2017. Pengaruh Jalan
farmakologi yaitu dengan metode walking Pagi terhadap Perubahan Tekanan
exercise atau terapi jalan kaki. Darah pada Lanjut Usia dengan
Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas Hipertensi di Kalianget Timur
Sebagai masukan bagi manajemen Kecamatan Kalianget Kabupaten
keperawatan dalam memberikan terapi non Sumedap. Jurnal Ners Lantera vol 5
farmakologi yang bermamfaat dalam :2-11 .http//doi.org/
menurunkan tekanan darah pada penderita http://ejournaleKp.ac.id.
hipertensi. Dinkes Mamasa. 2019. Dinas Kesehatan
Bagi Penderita Hipertensi Kabupaten Mamasa.
Metode walking exercise dapat http://.dinkes.kabmamasa.ac.id.
dijadikan alternatif dalam menurunkan dan Dinkes Sulbar. 2018. Dinas Kesehatan Provinsi
menjaga kesehatan tekanan darah bagi Sulawesi Barat V B a C.
penderita hipertensi. Namun penderita http://dinkes.sulbarprov.ac.id.
hipertensi juga harus menjaga pola makan dan Farrar, et. al. 2015. Physical Review
gaya hidup serta menghindari faktor resiko Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada
hipertensi agar tidak terjadi komplikasi yang Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta.
lebih berat. Halim Mubin. 2015. Panduan Praktis Ilmu
Bagi peneliti selanjutnya Penyakit Dalam Edisi 3. ed. Joko
Hasil penelitian ini, dapat digunakan Suyono. Jakarta: Buku Kedokteran.
peneliti lain dapat membandingkan terapi dalam Irawati. 2018. Perbandingan Pemberian Seledri
penelitian ini dengan terapi yang lain atau (Apium Graveolens) dan Catopril
dengan memadukan dengan terapi lain terhadap terhadap Penurunan Tekanan Darah
responden yang sama sehingga kemungkinan pada Pasien Hipertensi Primer di
hasilnya akan lebih baik lagi, atau peneliti dapat Wilayah Puskesmas Bajoe Kabupaten
melakukan metode walking 4-5 kali perminggu Bone Journal 3(1): 58–67.
secara rutin, sehingga kemungkinan penurunan http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac
tekanan darahnya akan lebih tinggi. .id/ojs/index.php/jnj.
Iswahyuni, Sri. 2017. Hubungan Antara
DAFTAR PUSTAKA Aktifitas Fisik Dan Hipertensi Pada
Ambarsika. (2017). Terapi Walking Exercise. Lansia. Profesi (Profesional Islam) :
Yogjakarta:EBp Media Publikasi Penelitian 14(2): 1–4.
Anwari, Misbakhul et.al. 2018. Pengaruh Karim, Nur Afni, Franly Onibala, and Vandri
Senam Anti Hipertensi Lansia Kallo. 2018. Hubungan Aktivitas Fisik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien
Lansia Di Desa Kemuningsari Lor Rawat Jalan Di Wilayah Kerja
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Puskesmas Tagulandang Kabupaten
The Indonesian Journal of Health Sitaro. e-journal Keperawatan (e-Kp)
Science 10 (1) : 26–31. 6(1): 1–6. http://ejournaleKp.ac.id.
https://doi.org/http:e-jounal Kemenkes RI. 2018. Pedoman Teknis
sl.ac.id/index.hci. Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi.
Azhari, 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan Jakarta
dengan Kejadian Hipertensi di Kowalski, 2018. Hubungan Walking Exercise
Puskesmas Makrayu kebarat II dengan Kardiovaskuler.Yogyakarta
Palembang. Journal Ners Lantera17 (4) : Buku Kedokteran
:5260.http//doi.org/http://ejournal.ac.id Miyashita. 2018. Pengaruh Aktivitas Fisik
Chobanian, 2016. Faktor-faktor Terjadinya dengan Hipertensi di puskesmas
Hipertensi di Rumah Sakit Awal Bros Kalianget Timur Kecamatan Kalianget
Makassar. Jurnal Kesehatan 16(14): 9- Kabupaten Sumedap. juornalners.
57. https://doi.org/http://ejournal.unhas. lantera vol 6:3-12 24.
Deiby O Wungouw, et.al. 2016. Pengaruh http:doi.org/http://ejournalners.ac.id
Senam Prolanis Terhadap Penyandan
Hipertensi. Jurnal e-Biomedik 4(1).

9
http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac
Nugroho, A. E., 2014, Farmakologi Obat-Obat .id/ojs/index.php/jnj.
Penting dalam Pembelajaran Siti Setiati et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Dalam Jilid II Edisi VI. ed. Idrus Alwi.
Jakarta : Pustaka Belajar Jakarta: interna publishing.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Sonhaji, et al. 2017. Pengaruh Walking
Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Exercise Terhadap Tekanan Darah Pada
Medika Lansia. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu 13(1): 50–55.
Keperawatan Edisi 4. Jakarta: https://doi.org/http:garuda.ristekdikti.go
Salemba Medika .id
Oktaviani, N.D. 2018. Pengaruh Therapeutic Sugyono. 2011. Metodologi Penelitian dan
Exercise Walking Terhadap Tekanan Satatistik.Jakarta:Salemba Medika
Darah (Hipertensi) Di Desa Subo Sukarmin, et. al. 2013. Penurunan Tekanan
Kecamatan Pakusari Kabupaten Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal
Jember. Repository Universitas Jember Keperawatan Indonesia 16(1): 33–39.
Pamungkas, Rian Adi. 2016. Statistik Untuk Swarjana, I. K. 2016. Statistik Kesehatan.
Perawat Dan Kesehatan. ed. Arif Yogyakarta: Andi
Mahtuhin. Makassar: CV Trans Info Syamsudin. 2016. Farmakoterapi
Media. Kardiovaskular Dan Renal. edisi 5.
Pamungkas, Rian Adi. 2017. Metodologi Riset Aklia Suslia. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan. ed. Taufik Ismail. Totok, et. al. 2017. Pengaruh Senam Hipertensi
Makassar: CV Trans Info Media. Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Puspitasari, D., M. Hannan, and L. Chindy. Darah Lansia Dengan Hipertensi Di
2017. Pengaruh Jalan Pagi Terhadap Panti Werda Darma Bhakti Kelurahan
Perubahan Tekanan Darah Pada Lanjut Panjang Surakarta. Jurnal Kesehatan
Usia Dengan Hipertensi Di Desa 10(1): 26–31.
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget http://doi.org19797621journals.ums.ac.
Kabupaten Sumenep. Jurnal Ners id/index.php/jk/article/view/5489/357
Lentera 5(2): 169–77. http://doi.org.e- Wahyuni dan Eksanoto 2016. Faktor-Faktor
journal/lentera5.ac.id yang berhubungan dengan Kejadian
Rahayu, Atikah et.al. 2017. 53 Journal of Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia
Chemical Information and Modeling di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Kesehatan Reproduksi Remaja & Petang I Kabupaten Badung. E.Journal
Lansia. Medika, Vol 5. No 7:
Reni Yuli Aspiani. 2017. Asuhan Keperawatan http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
Klien Gangguan Kardiovaskular. ed. WHO. 2015. Mental Health Of Older Adult
Wuri Pratiani. Jakarta: Buku Yitno, and Asep Riawan Wahyu. 2017.
Kedokteran. Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 Menit
Romarina, Arina. 2016. “Capaian Pelayanan Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Kesehatan Dasar Di Kota Pekanbaru.” Pada Lansia Penderita Diabates
Jurnal Ilmu Sosial 16(1): 47–57. Mellitus Tipe 2 Di Desa Dukuh
http://doi.org/http://ejournal.undip.ac.id Kecamatan Gondang Kabupaten
Said Junaidi. 2018. Hubungan Aktifitas Fisik Tulungagung. Strada Jurnal Ilmiah
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Kesehatan 6(2): 8–15. http://doi.org
Keperawatan 9(8) 5678. 2252-3847e-jurnal.strada.ac.id/sjik.
https:doi/org/http://ejournalkesehatan.a Zaen, et. al. 2020. Pengaruh Metode ‘ Walking
c.id Exercixe ’ Terhadap Penurunan
Sholiha, Siti Robiatus, Sudiarto Sudiarto, and Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Syamsul Arif Setyonegoro. 2019. Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Kombinasi Walking Exercise Dan Kisaran Rantau Prapa. Jurnal Ilmiah
Hydrotherapy Mempengaruhi Kadar Kebidanan Imelda 6(1): 50–60.
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II. Jendela Nursing
Journal 3(1): 58–67.

10

Anda mungkin juga menyukai