A. Konsep Medis
Nyeri Akut
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium (Lab)
2) Pemeriksaan USG
g. Penatalaksanaan
Menurut Fiknjosastro 2005 penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta prefia tergantung dari jenis plasenta prefianya yaitu:
1) Kaji kondisi fisik klien
2) menganjurkan klien untuk tidak toitus
3) menganjurkan klien istirahat mengobservasi perdarahan
4) pemeriksa tanda vital pemeriksa kadar Hb
5) berikan cairan pengganti intravena RL
6) berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila pertus masih
premature
h. Faktor Persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah:
1) Power (Kekuatan yang mendorong janin keluar)
His (Kontraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim
yang terjadi untuk sementara waktu
Retraksi: Pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadi
kontraksi
Tenaga sekunder (mengejan): kontraksi otot-otot dinding perut dan
diagfragma ligmentous action terutama ligament rotundum
2) Passages (Jalan Lahir): tulang panggul, seriviks, vagiona dan dasar panggul
3) Passenger (Janin) : Kepala janin,plasenta, selaput dan cairan ketuban.
i. KALA PERSALINAN
Persalinan di bagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo 2006 yaitu:
1) Kala 1 (Kala Pembukaan)
Inpartu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi fase :
a.fase laten
Pempukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2
jam, cepat menjadi 9 cm.
b.Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sup fase :
1. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal (Steadi) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam", cepat menjadi 9 cm.
3. Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm.
Akhir kala 9 servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan
vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi
uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi,
kepala janin turun ke pelvis
2) Kala II (Pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan le!ih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada
rektum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu
his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam pada multi 0.5 jam
. 3. Kala III (Pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x
sebelumnya..beberapa saat kemudian timbul his dalam waktu 5-10 menit seluruh
plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simpisis fundus uteri, seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc
3) Kala IV Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus menerus.
Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat obat oksitosin.
h. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fase Laten
a. Pengkajian
i. Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
ii. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi reguler, terjadi peningkatan pfrekuensi durasi atau keparahan
iii. Seksualitas
Seriviks dilatasi o-4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau
terdiri lendir merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa keperawatan
1) Ansietas b/d kritis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalitan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interprestasi informsi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi maternal bd pemeriksaan vagina
berulang dan kontminasi fekal.
4) Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Resiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif bd ketidak
adekuatan sistem pendukung.
i. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSIS NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Orientasikan Klien pada lingkungan,
krisis situasi kebutuhan tidak diharapkan ansietas pasien berkurang dengan staf dan prosedur
terpenuhi kriteria hasil: 2. Berikan informasi tentang perubahan
1.TTV psikologis dan psiologis pada persalinan
2.Pasien Dapat mengungkapkan perasaan 3.Kaji tingkat dan penyebab ansietas
Cemasnya 4.Pantau tekanan darah dan nadi sesuai
3. Lingkungan sekitar pasien tenang dan indikasi
kondusif
3. Resiko Tinggi Terhadap Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Kaji budaya klien
Infeksi Maternal berhubungan diharapkan ansietas pasien berkurang dengan 2.Kaji sekresi vagina,Pantau Tanda-
dengan pemeriksaan vagina kriteria hasil: tanda vital
berulang dan kontaminasi 1. TTV 3.Tekanan pentingnya mencuci tangan
kekal 2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi yang baik.
2.Kala I (Fase Aktif)
a. Pengkajian
1. Aktivitas Istirahat
Klien tampak kelelahan
2.Integritas Ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan,ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan
3.Nyeri Akut/Ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2,5 – 5 menit dan berakhir 30-40 detik
4. Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada posisi perteks
5.Seksualitas
Dilatasi serviks dan 4-8 cm (1,5 cm/jam multiparah dan 1,2/jam pada
primapara)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2.Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung kemih
3.Resiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi
C.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Noc Nic
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi drajat ketidak nyamanan
tekanan mekanik diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria 2. Berikan tanda tindakan kenyamanan
hasil: seperti perawatan kulit, mulut perineal
1.TTV dll
2.Pasien dapat Mendokumentasikan kontrol 3. Bantu pasien memilih posisi nyaman
nyeri untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
2. Perubahan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5-
berhubungan dengan fluktasi diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria 15 menit
aliran balik vena hasil: 2. Anjurkan pasien untuk inhalasi dan
1. 1. TD dan nadi ekhalasi selama upaya pengedanan
2. 2. Suplay O2 tersedia 3. Anjurkan klien memilih posisi
persalinan yang mengobtimalkan
3. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Bantu klien dan pasangan pada posisi
kerusakan integritas kulit diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria tetap
berhubungan dengan pada hasil: b. Bantu klien sesuai kebutuhan
interaksi hipertonik 1. Lakukan peritenium tertutup c. Kolaborasi epiostomi garis tengah atau
(episiostomi) medic lateral
d. Kala 2
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
i. Melaporkan kelelahan
ii. Melaporkan ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri teknik
relaksasi
iii. Lingkaran hitam di bawa mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat
3) Integritas Ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidak nyaman
iv. Dapat merintih menangis selama kontraksi
v. Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
vi. Kaki dapat bergetar selama upaya mendoromg
6) Pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekana mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktasi aliran balik vena
3) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pada
interaksi hipertonik
c. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Identifikasi drajat ketidak
dengan tekanan mekanik pada keperawatan Diharap nyeri terkontrol nyamanan
bagianpresentasi dengan kriteria hasil : 2. Berikan tanda tindakan
1. TTV kenyamanan seperti perawatan
2. Pasien dapat kulit,mulut priental dan alat-alat
mendemostrasikan nafas tahun yaang kering
dalam dan teknik mengejam 3. Bantu pasien memilih posisi yang
yang nyaman untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
2. Perubahan curah jantung Setelah dilakukan asuhan 1.Pantau tekanan darah dan nadi tiap
berhubungan dengan fluktasi keperawatan diharapkan nyeri 5-15 menit
aliran balik vena terkontrol dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien untuk inhalasi
1. 1. TD dan nadi dan ekhalasi selama upaya
2. 2. Suplay O2 tersedia pengedanan
3. Anjurkan klien memilih posisi
persalinan yang mengobtimalkan
3. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1.Bantu klien dan pasangan pada
kerusakan integritas kulit keperawatan diharapkan nyeri posisi tetap
berhubungan dengan pada terkontrol dengan kriteria hasil: 2.Bantu klien sesuai kebutuhan
interaksi hipertonik 1. Lakukan periteniu 3.Kolaborasi epiostomi garis tengah
tertutup (episiostomi) atau medic lateral
Kala 3
a. Pengkajian
1) Aktifitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
vii. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungn dengan kurang
masukan oral,muntah
2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan setelah melahitkan
3) Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi slama
persalinan
c. Intervensi keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktifitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai 50-70 x menit TD berpariasi, mungkin lebih rendah
pada respon terhadap analgesia anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK,edema kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk
kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi,bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid,kandung kemih teraba diatas simfisis fubis
5) Makanan cairan
Mengeluh hau dan lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawa menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeri ketidak nyamanan
Melaporkan nyeri misal oleh karena trauma jaringan tau perbaikan episiotomi,
kandung kemih penuh, dan perasaan dingin
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan efek hormone,trauma,edema jaringan,kelelahan
fisik dan psikologis,ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan,ketegangan,miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi peningkatan
anggota keluarga
c. Intervensi keperawatan
2. Selasa Ansietas berhubungan dengan krisis S = Klien mengatakan takut terjadi sesuatu karena
15 Maret 2022 situasi kebutuhan tidak terpenuhi pertama kali melahirkan
10:30 O = Klien tampak tegang dan cemas
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
3. Selasa Resiko tinngi terhadap cedera maternal S = Klien mengatakan akan melakukan teknik yang
15 Maret 2022 berhubungan dengan posisi salama dijelaskan
10:30 persalinan O = Klien tidak sepenuhnya melakukan apa yang sudah
dikatakan karena klien tidak tahu mengedan dan kaki
selalu dijepit sehingga persalinan cukup lama
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
4 Selasa Nyeri akut berhubungan dengan efek S = Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada
15 Maret 2022 hormone,trauma,edema jaringan,kelelahan bagian vagina
11:10 fisik dan psikologis,ansietas P = Nyeri bekas jahitan
Q = Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R = Nyeri pada daerah vagina
S = Skala nyeri 5
T = Durasi nyeri kurang 10 detik
5.. Selasa Ansietas berhubungan dengan krisis P = Klien tampak hati-hati dalam bergerak
15 Maret 2022 situasi kebutuhan tidak terpenuhi A = Masalh belum teratasi
11:10 P = Intervensi Dilanjutkan
S = Klien mengatakan masih merasakan cemas
O = Klien tampak tegang
A = mAsalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
6. Selasa Resiko tinngi terhadap cedera maternal S = Klien mengatakan sakit pada nagian kaki karena
15 Maret 2022 berhubungan dengan posisi salama selama persalinan berlangsung klien tidak melakukan
11:10 persalinan posisi yang sudah diajarkan
O = Klien Tampak merasakan kesakitan pada bagian kaki
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
2. Ketuban Pecah Dini
a. Defenisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan korion)
tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan
preterm. Berdasarkan usia kehamilan apabila keadaan tersebut terjadi pada usia
kehamilan ≥ 37 minggu disebut premature rupture of membrane (PROM), sedangkan
jika usia kehamilan < 37 minggu disebut dengan preterm premature rupture of
membrane (PPROM).
Ketuban pecah dini terjadi pada 6-20% dari seluruh kehamilan, dimana
kurang lebih dua pertiga dari pasien dengan ketuban pecah sebelum kehamilan 37
minggu akan bersalin dalam waktu 4 hari dan kurang lebih 90% akan bersalin dalam
waktu satu minggu.
b. Etiologi
Pada kehamilan aterm, kelemahan dari membran janin merupakan salah satu
penyebab terjadinya pecahnya selaput ketuban. Prosedur pemerikaan invasif yang
dilakukan selama persalinan (amniosintesis, chorionic villus sampling, fetoskopi, dan
sirklase) dapat merusak membran ketuban, dan menyebabkan pecahnya selaput
ketuban, namun hal ini sangat jarang dilakukan. Faktor risiko terjadinya persalinan
preterm spontan diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Faktor maternal:
Riwayat pecah ketuban sebelumnya (angka rekurensi 20-30%, dibandingkan
dengan 4% pada wanita tanpa komplikasi persalinan sebelumnya)
Perdarahan pervagianam
Terapi steroid jangka panjang
Trauma abdomen langsung
Persalinan preterm
Merokok
Penggunaan kokain
Sosial ekonomi rendah
Faktor uteroplasenter
Anomali uterus
Solusio plasenta (mungkin terjadi pada 10-15% dari persalinan preterm)
Serviks insufisiensi/ serviks inkompeten
Polihidramnion
Infeksi intra amnion (korioamnionitis)
Pemeriksaan vagina berulang
Senggama
2) Faktor janin: Kehamilan multipel (ketuban pecah dini terjadi pada 7-10% dari
persalinan multipel)
d. Patofisiologi
Data dari penelitian in vitro yang telah dilakukan didapatkan bukti yang
menyatakan bahwa infeksi bakteri akan menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
dan persalinan prematur. Invasi bakteri pada rongga koriodesidua akan melepaskan
endotoksin dan eksotoksin, mengaktivasi desidua dan membrane janin untuk
menghasilkan sejumlah sitokin, termasuk tumor necrosis factor, interleukin-1,
interleukin-1ß, interleukin-6, interleukin-8, dan granulocyte colony-stimulating
factor. Sitokin, endotoksin, dan eksotoksin merangsang sintesis dan pelepasan
prostaglandin, mengaktifkan neutrophil kemotaksis, infiltrasi, dan aktivasi, yang
memuncak dalam sintesis dan pelepasan matrix metalloproteinases (MMPs) dan zat
bioaktif lainnya.
Prostaglandin merangsang kontraksi uterus sedangkan MMPs menyerang
membran korioamnion yang menyebabkan pecah ketuban. MMPs juga meremodeling
kolagen dalam serviks dan melembutkannya. Prostaglandin dehidrogenase dalam
jaringan korionik menginaktivasi prostaglandin yang dihasilkan dalam amnion yang
mencegahnya mencapai miometrium dan menyebabkan kontraksi. Infeksi korionik
menurunkan aktivitas dehidrogenase ini yang memungkinkan peningkatan kuantitas
prostaglandin untuk mencapai miometrium.
Pada janin dengan infeksi, peningkatan aktivasi pada hipotalamus fetus dan
produksi corticotropin-releasing hormone (CRH) menyebabkan meningkatnya sekresi
kortikotropin janin, yang kembali meningkatkan produksi kortisol adrenal fetus.
Meningkatnya sekresi kortisol akan menyebabkan meningkatnya produksi
prostaglandin. Ketika fetus terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
persalinan berkurang. Kontribusi relatif kompartemen maternal dan fetal terhadap
respons peradangan secara keseluruhan belum diketahui.
Infeksi intrauterin dapat terjadi kronik dan biasanya asimptomatik hingga
persalinan dimulai atau pecah ketuban. Bahkan selama persalinan, sebagian besar
wanita dengan korioamnionitis yang dibuktikan dengan temuan histologis dan kultur
tidak menunjukkan gejala klinis (demam, leukositosis, uterine tenderness, takikardia
ibu, dan takikardia janin) selain terjadinya ketuban pecah dini. Deteksi adanya suatu
infeksi intrauterin dapat dilakukan dengan memeriksa cairan amnion. Pada cairan
amnion wanita dengan infeksi intrauterin maka akan didapatkan kadar glukosa yang
rendah, jumlah sel leukosit yang tinggi, konsentrasi komplemen C3 yang tinggi, dan
berbagai sitokin dibandingkan dengan cairan amnion dari wanita yang tidak
terinfeksi. Namun, deteksi bakteri atau pengukuran sitokin dan komponen lain dalam
cairan amnion memerlukan
tindakan amniosintesis.
e. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis ketuban pecah dini, dokter akan melakukan tanya jawab
mengenai kondisi kehamilan pasien, gejala dan keluhan, serta riwayat kesehatan
pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada bagian
dalam leher rahim untuk memastikan pecahnya ketuban. Bila diperlukan, dokter juga
akan melakukan pemeriksaan tambahan berupa:
Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman cairan vagina, yang akan lebih tinggi
jika mengalami pecah ketuban (kondisi basa)
USG kehamilan, untuk memeriksa kondisi rahim dan janin, serta melihat jumlah
air ketuban yang masih tersisa
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of
membrane (PROM) berbeda tergantung dari usia gestasi. Pada pasien yang aterm,
induksi persalinan segera lebih direkomendasikan karena dapat mengurangi risiko
korioamnionitis. Pada pasien yang belum aterm, penatalaksanaan bergantung pada
klinis masing-masing pasien.
Pada pasien yang mengalami PPROM pada usia gestasi <24 minggu,
sebagian besar akan mengalami persalinan dalam waktu kurang lebih 6 hari.
Akibatnya, bayi berisiko mengalami berbagai permasalahan prematuritas,
seperti gangguan paru, gangguan perkembangan, kelainan kongenital,
hidrosefalus, dan cerebral palsy.
g. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh.
sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2010).
Salah satu faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal
negara berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang
kurang tepat atau memadai terutama dalam kasus patologi 1-2 ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini, seperti terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu
diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang
memadai (Hakimi, 2010). Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan (Joseph,
2010). KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu
sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan respiration dystress syndrome atau gangguan pernapasan bayi baru
lahir karena belum matang fungsi paru
h. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
Intervensi :
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal,
Monitor hasil laboratorium (lekosit).
Monitor kerentanan terhadap infeksi.
Monitor masukkan nutrisi dan cairan yang cukup
Intervensi
Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis.
Dorong keluarga untuk menemani anak.
Dengarkan dengan penuh perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC:
Jakarta
Meoandre.blogspot.com/2013/08/asuhan-keperawatan-pada-ketuban-pecah.html
Mikimikiku.wordpress.com/2022/03/18/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
ketuban-pecah-dini-kpd/