Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PELATIHAN PERILAKU CARING

PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI


RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan


Perogram Studi S1 Keperawatan

Oleh:
Achmad Syalim Effendi
219047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2023

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Caring

2. Pengertian Caring

Caring adalah suatu fenomena yang umum dalam keperawatan,

hal ini sangat dimengerti dan diterima sebagai nilai yang mendasar yaitu

sebuah disiplin dalam pengetahuan dan profesional dalam praktek.

sarjana keperawatan berpendapat bahwa kepedulian yaitu inti dari praktik

keperawatan. Teori ini setuju bahwa kepedulian adalah pusat peran

keperawatan dan telah didefinisikan peduli sebagai karakteristik

keperawatan. Dan bagi perawat dalam melaksanakan praktek

keperawatan pandangan kepedulian yang relevan dengan peran mereka

(Suweko et al., 2019)

Semakin baik perilaku caring perawat dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan, pasien atau keluarga semakin senang

dalam mendapatkan pelayanan, berarti hubungan terapeutik perawat-

klien semakin terbina. Berdasarkan hasil wawancara dengan , responden

ditemukan bahwa merasa puas dengan perawat yang ramah, mudah

senyum, sopan dan memberi perhatian (Saleh et al., n.d.-a., 2015)

Pernyataan responden tersebut sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa caring merupakan praktik keperawatan yang dimana

2
perawat membantu klien pulih dari sakitnya. Kehadiran, kontak mata,

bahasa tubuh, nada suara, sikap mau mendengarkan serta memiliki sikap

positif dan bersemangat yang dilakukan perawat kepada klien akan

membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan

yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur keperawatan akan

memberikan rasa aman pada klien. (Saleh et al., n.d.-a., 2015)

Teori lain mengatakan bahwa perawatan yang efektif hanya

mungkin dilakukan pada seorang perawat yang menaru minat terhadap

orang lain, tanpa menghiraukan umur, jenis kelamin, latar belakang dan

status sosial ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara perilaku caring perawat dalam meningkatkan kepuasan pasien,

namun masih terdapat 6,2% yang kurang puas dengan perilaku caring

perawat. Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman dan faktor demografi

responden dalam menerima pelayanan perawat. Pernyataan ini didukung

teori yang dikemukakan oleh Singgih. (Caring Perawat Terhadap

Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Pelayanan Keperawatan et al., 2018)

Pada penelitian ini terdapat 3,1% yang mempunyai persepsi

kurang baik tentang perilaku caring perawat (kurang caring) namun

merasa puas. Hal ini dapat disebabkan oleh cara perawat dalam

hubungannya dengan pesien/ keluarga. Pernyataan ini didukung teori

bahwa perawat yang dapat meyakinkan pasien/keluarga akan

memperoleh kepercayaan dari pasien, sehingga secara tidak langsung

3
dapat membantu membentuk sikap positif pasien terhadap perawat

(Singgih dkk.,2012).(Saleh et al., n.d.-b., 2015)

Dari beberapa teori dan hasil penelitian tentang perilaku caring

perawat dengan kepuasan pasien sangat erat hubungannya karena

perlakuan perawat sebagai provider yang dimana pelayanan perawat

harus dapat dirasakan dan memberi dampak yang positif terhadap pasien

sebagai customer (pelanggan) pelayanan keperawatan di rumah sakit

(Sitorus, 2011). Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan

kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah satu

tujuan dari peningkatan layanan kesehatan.(Saleh et al., n.d.-a., 2015)

3. Perilaku Caring

Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh

kepedulian, kasih sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitif,

dan dukungan. Perilaku ini sangat berfungsi untuk memperbaiki atau

meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia yang menekankan pada

aktivitas yang sehat dan memampukan individu serta kelompok

berdasarkan budaya. Perilaku caring yang diharapkan dalam keperawatan

yaitu, perilaku yang didasari oleh 10 faktor karatif. Karatif adalah sifat

dan karakter yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh perawat

dalam melayani pelayanan (Watson, 1997) Dalam (Firmansyah et al.,

2019).

10 faktor karatif caring tersebut adalah:

4
a. Pembentukan sebuah sistem nilai humanistic – altruistic, Pembentukan

sistem nilai humanistic-altruistic ini mulai berkembang di usia dini

dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini

menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah

kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan

altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri

seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari

pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri

seorang perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik.

Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan

rasa kepuas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien (Watson,

1979).

b. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan. Kepercayaan dan

pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun kuratif. Perawat

perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan

modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan

spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan

lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti

bagi seseorang secara individu (Watson, 1979). Perawat memberikan

kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan

keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang efektif,

perawat memfasilitasi perasaan optimis, 32 harapan, dan kepercayaan. Di

5
samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari

pertolongan kesehatan (Kozier & Erb, 1985).

c. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain. Perawat belajar menghargai

kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih

sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain. Pengembangan

perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui penerimaan diri

antara perawat dan klien. Perawat yang mampu untuk mengenali dan

mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang

lain mengekspresikan perasaan mereka (Watson, 1979). Pengembangan

kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan

perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul dengan

sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri

seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat

berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik

(tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan

aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang

berinteraksi dengan perawat itu (Watson, 1979).

d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah

sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi

untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini

6
adalah kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa

adanya dalam berrinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan.

Perawat bertindak dengan 33 cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti

perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan

positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa

tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain

(Watson, 1979).

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan

klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko

baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi

perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan

pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan yang berbeda

(Watson, 1979).

f. Menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil

keputusan. Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai

pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah

gambaran tradisional perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses

keperawatan adalah proses yang sistematis, dan terstruktur seperti halnya

proses penelitian (Watson, 1979).

g. Meningkatan belajar-mengajar secara interpersonal. Faktor ini adalah

konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan antara

caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat

7
bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat

memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan

klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri,

menetapkan kebutuhan personal klien (Watson, 1979).

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosio-kultural, spiritual yang

mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan

eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep

yang relevan terhadap lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan

mental dan spiritual, dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang

individu. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup variabel

epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan dan

lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan

baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus

mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan

perubahan fisik, mental, dan emosional (Watson, 1979).

i. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat perlu

mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial,

psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling

mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.

Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik

yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan

psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan

interpersonal yang paling tinggi (Watson, 1979).

8
j. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal, Faktor ini bertujuan agar

penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa klien dapat dicapai.

Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang

bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman

lebih mendalam tentang diri sendiri. Diakuinya 35 faktor ini dalam ilmu

keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang

dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang

irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat

menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan

atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian (Watson, 1979).

Faktor ini yang bertujuan untuk penyembuhan diri dan

kematangaan diri dan jiwa klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu

dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat proaktif.

Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam

tentang diri sendiri. Diakuinya 35 faktor ini dalam ilmu keperawatan

membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam

menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional

tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor

karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk

menghadapi kehidupan atau kematian (Watson, 1979).

4. Tujuan Caring

Tujuan Caring menurut Watson (2004) adalah untuk mencapai

pemulihan, peningkatan diri, jiwa, raga dan proses asuhan diri agar

9
memfasilitasi klien untuk mencapai tingkat kesejahteraan

yang lebih tinggi. (UNIVERSITAS INDONESIA, n.d.-a)

Caring merupakan suatu bentuk kepedulian yang dilakukan

dengan tujuan untuk memberikan rasa aman secara fisik dan emosi

kepada orang lain dengan setulus hati. Perilaku caring merupakan proses

interpersonal yang dapat dilakukan melalui ekspresi emosi tertentu

kepada klien.(UNIVERSITAS INDONESIA, n.d.-b)

5. Kepuasan Pasien

1. Pengertian Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang

timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya

setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya. (Pohan

2013).

Kepuasan pasien adalah faktor yang sangat penting untuk

mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh seorang

perawat di rumah sakit dan perilaku caring perawat yaitu salah satu

aspek yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, karena caring

mencakup hubungan antar manusia dan sangat berpengaruh terhadap

mutu pelayanan dan kepuasan pasien. Kepuasan pasien dapat dinilai dari

beberpa dimensi yang meliputi: tangibles, reliability, responsiveness,

assurance dan emphaty (Hilmi Marzuq et al., n.d.) Hal ini didukung oleh

10
penelitian Shirley dkk., (2012) tentang tingkat kepuasan pasien dibangsal

orthopedi dengan kepedulian perawat di Rumah Sakit Universitas Sains

Malaysia, didapatkan bahwa 82,7% merasa puas dengan pelayanan

perawat seperti menghargai pasien, tenang, lemah lembut, perhatian,

kasih sayang dan empati. (Saleh et al., n.d.-b., 2015)

Kepuasan merupakan suatu perasaan senang atau kecewa

seseorang yang dirasakan setelah membandingkan antara kinerja (hasil)

dengan yang harapkan, jika kinerja berada dibawah harapan maka

pelanggan tidak puas, namun sebaliknya jika memenuhi harapan

pelanggan merasa puas dan jika kinerja melebihi harapan pelanggan

merasa sangat puas dan merasa senang. Kepuasan sebagai indikator mutu

pelayanan kesehatan dan keperawatan berhubungan dengan proses

pelayanan dan hubungan antar pribadi antara pemberi pelayanan dengan

penerima pelayanan (interpersonal relationships), adalah saling percaya,

kepedulian, perhatian, kepekaan akan kebutuhan-kebutuhan atau masalah

klien, serta sistem pengaturan dirumah sakit (lingkungan, fasilitas, alur

klien, waktu tunggu, dan sebagainya). (Suweko et al., 2019)

2. Harapan dan Hak Pasien

Seorang pasien yang sedang menjalani perawatan mempunyai

beberapa harapan tentang perilaku dan kemampuan dari petugas yang

melayaninya, adapun harapan tersebut meliputi:

11
1. Perawat diharapkan kompeten dalam profesinya, ahli, menguasai, penuh

percaya diri dalam melakukan prosedur perawatan, perawat diharapkan

serius dalam bekerjanya, periang tetapi jelas tulus merawatnya, serta

penggunaan humor secara baik dalam membantu mengembangkan

hubungan yang hangat.

2. Perawat diharapkan bijaksana, penuh pengertian dan menerima pasien

sebagaimana adanya, misalnya memanggil namanya, mendengarkan apa

39 yang diceritakan atau menggunakan sentuhan, memegang tangannya

sejenak.

3. Perawat diharapkan membantu pemenuhan kebutuhan selama mereka

tidak mampu mengatasi sendiri (kebersihan personal, kerapian, eliminasi,

aktifitas, dan yang lainnya).

4. Perawat diharapkan memberikan pengarahan dan penjelasan tentang

pemeliharan kesehatan dan pasien ingin pertanyaan–pertanyaan mereka

dijawab.

5. Perawat diaharapkan memperlakukan pelanggan dengan sopan santun

dan menghormati yang mempunyai dukungan bagi pengembangan iklim

terapeutik yang melengkapi pemeliharaannya.

6. Perawat diharapkan melibatkan perawat lain sebagai rekan praktikan

dalam perencanaan pelayanan kesehatan mereka.

7. Perawat diharapkan menjaga privasi pelanggan sebaik mungkin.

Harapan pasien mempunyai peranan yang besar dan berhubungan

erat antara penentuan kualitas pelayanan (produk jasa) dan kepuasan

12
pasien. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan

harapannya sebagai standar atau acuan dan harapan merupakan perkiraan

atau keyakinan pasien tentang apa yang diterimanya .(Umi kulsum, n.d

2016.)

6. Pelayanan Keperawatan

1. Pengertian Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan

melalui pemberian asuhan keperawatan yang didasari dengan adanya

perilaku caring perawat. telah menetapkan bahwa pelayanan

keperawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar

perawat. Aspek dasar tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian,

tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama. (Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan DepKes RI, 2008). Pelayanan keperawatan adalah suatu

bentuk pelayanan kesehatan yang unik dan berbeda dengan pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh dokter ataupun profesi lain. Filosofi dari

keperawatan adalah humanisme, holism dan care. Kemajuan teknologi di

berbagai bidang telah memberikan banyak dampak bagi kehidupan

manusia salah satunya peningkatan masalah kesehatan yang berdampak

pada status kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong peningkatan

kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang salah satunya adalah

13
pelayanan keperawatan. Keperawatan merupakan bagian dari sistem

pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan manusia, dan

memberikan pelayanan komprehensif terhadap seluruh aspek kehidupan

yaitu bio-psiko-sosial dan spiritu. (Firmansyah et al., 2019)

Keberhasilan pelayanan kesehatan dirumah sakit dipengaruhi oleh

berbagai faktor, salah satu faktor tersebut adalah pelayanan keperawatan

yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan

kesehatan secara keseluruhan. Pelayanan keperawatan mempunyai posisi

yang strategis dalam menentukan mutu pelayanan kesehatan, karena

pemberi pelayanan profesional yang terbanyak (60%) adalah perawat dan

yang paling lama kontak dengan klien selama 24 jam (Suweko et al.,

2019)

2. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan

Pelayanan keperawatan harus dilandasi dan menggunakan ilmu

dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan sebab tidak

terpenuhinya 13 kebutuhan dasar manusia serta upaya perawatan dan

penyembuhan. Ilmu keperawatan adalah sintesa dari ilmu keperawatan

dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu biomedik, ilmu jiwa (psychology),

dan ilmu sosial. Ilmu keperawatan dasar meliputi keperawatan

(fundamental of nursing), kebutuhan dasar manusia (basic human need),

proses keperawatan (nursing art), dan manajemen keperawatan (nursing

management). Kiat keperawatan (nursing art) lebih difokuskan pada

14
kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat–kiat

tertentu dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada

pelanggan.(HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN,

n.d.-b)

Kiat–kiat keperawatan adalah:

a. Nursing is caring, perawat berperan dalam pemberian asuhan

keperawatan menyangkut upaya memperlakukan pelanggan secara

manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya.

b. Nursing is sharing, dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat

selalu melakukan sharing atau diskusi antara sesama perawat, kepada

anggota tim kesehatan lainnya dan kepada pelanggan.

c. Nursing is laughing, perawat meyakini bahwa mengajak pasien bercanda

merupakan suatu kiat dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan

rasa nyaman pelanggan dan membangun hubungan emosional yang baik.

d. Nursing is crying, perawat menerima respon emosional dari perawat atau

orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa dalam situasi senang atau duka.

e. Nursing is touching, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk

meningkatkan rasa nyaman, pada saat melakukan massage(memijat)

f. Nursing is helping, bermakna bahwa asuhan keperawatan dilakukan

untuk menolong pelanggan dengan sepenuhnya memahami kondisinya.

15
g. Nursing is believieng in others, perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk meningkatkan status

kesehatannya.

h. Nursing is trusting, perawat harus menjaga kepercayaan pelanggan, yaitu

dengan menjaga mutu asuhan keperawatan

i. Nursing is believieng in self, perawat yakin bahwa dirinya memiliki

pengetahuan dan mampu untuk menolong orang lain dalam memelihara

kesehatannya.

j. Nursing is learning, perawat selalu belajar atau mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan keperawatan professional melalui asuhan

keperawatan yang dilakukan.

k. Nursing is respecting, perawat memperlihatkan rasa hormat dan

pernghargaan kepada orang lain (pelanggan dan keluarganya) dengan

menjaga kepercayaan dan rahasia pelanggan.

l. Nursing is listening, bermakan bahwa perawat harus mau menjadi

pendengar yang baik ketika pelanggan berbicara atau mengeluh

m. Nursing is doing, perawat melakukan pengkajian dan intervensi

keperawatan berdasarkan pengetahuannya untuk memberikan rasa aman

dan nyaman serta asuhan keperawatan secara komprehensif.

n. Nursing is feeling, perawat merasa menerima, merasakan, dan memahami

perasaan duka, senang, frustasi, dan rasa puas pelanggan.

o. Nursing is accepting, berarti bahwa perawat harus menerima diri sendiri

sebelum dapat menerima orang lain.

16
7. Pelatihan

1. Definisi Pelatihan

Pelatihan adalah suatu peroses merubah prilaku seseorang dalam

mengerjakan pekerjaan. Pelatihan juga didefinisikan sebagai metode

terorganisasi yang memastikan bahwa seseorang memiliki pengetahuan

dan keterampilan untuk tujuan khusus bahwa seseorang mendapatkan

pengetahuan yang dibutuhkannya untuk melakukan tugas kerja (Marquis

& Huston 2010). Pada dasarnya pelatihan adalah suatu proses

memberikan bantuana kepada perawat/pekerja untuk menguasai

keterampilan khusus atau untuk membantu memperbaiki kekurangan

dalam berprilaku dalam melaksanakan pekerjaan. (Noprianty et al., 2020)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan

adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, mengubah prilaku serta

momotivasi perawat dalam memperbaiki dan meningkatan produktivitas

kerja.

2. Tujuan Pelatihan

Pelatihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

penguasaan keterampilan. Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan perawat / pekerja terhadap perinsip, prosedur, hubungan dan

17
etika kerja yang harus diterapkan sebagai karyawan suatu organisasi.

Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kerja perawat

mampu mencapai kerja secara maksimal sehingga meningkatkan kualitas

dan produktivitas kerja, meningkatkan sikap moral serta motivasi kerja.

Pelatihan merupakan bagian dari praktik pengelolaan sumber

daya manusia yang mampu mendorong karyawan dalam meningkatkan

komitmen mereka dalam berorganisasi (Susihar , n.d.-a 2011)

3. Manfaat Pelatihan

Pelatihan memiliki nilai manfaat yang cukup besar dilihat dari

aspek perawat maupun organisasi. menyatakan bahwa transfer ilmu

pengetahuan yang dipelajari oleh perawat dalam pekerjaannya

berhubungan dengan kinerja perawat lainnya. Selain itu manfaat dari

pelatihan dan pengembangan terhadap organisasi adalah meningkatkan

kualitas dan kuantitas output, menurunkan biaya perawatan dan biaya

kecelakaan dan meningkatkan kepuasan kerja. (Suherlin et al., n.d.)

4. Langkah – Langkah Penyusunan Program Penelitian

Manfaat pelatihan dapat diperoleh secara maksimal apabila sudah

ditentukan langkah – langkah untuk melakukan penyusunan program

pelatihan. langkah – langkah menurut Siagian (2009) (Kurniasari et al.,

2018) adalah sebagai berikut :

a. Penentuan Kebutuhan

18
Penentuan kebutuhan didasarkan pada alasan diperlukannya

program pelatihan. Pelatihan dapat dilakukan karena masalah yang akan

timbul di masa depan.

b. Penentuan Sasaran

Sasaran pelatihan harus ditentukan sesuai dengan kebutuhan.

Pada tahapan ini ditentukan karyawan yang harus mengikuti pelatihan

sesuai dengan surat tugas yang telah diberikan oleh pemimpin.

c. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program pelatihan pada perinsipnya sangan

situasional sifatnya dan penekanan pada perhitungan kepentingan

organisasi dan kebutuhan para peserta.

d. Penilaian Pelaksanaan Program

Penilaian evaluasi pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan

berhasil apabila didalam diri peserta pelatihan terjadi suatu proses

transformasi. Proses transformasi tersebut dapat dinyatakan berlangsung

denga baik bila terjadi peningkatan kemampuan dalam melaksanakan

tugas, perubahan prilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos

kerja.

5. Pelatihan Video (video based learning)

Pelatihan perilaku caring perawat dirancang untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut dengan perilaku caring

perawat terhadap kepuasan pasien menurut (Jean Watson).

Pelatihan ini berfokus :

19
a. Membentuk system nilai humanistic-alturistik (mengutamakan

kepentingan orang lain)

b. Menanamkan keyakinan dan harapan

c. Meningkatkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

d. Membina hubungan saling percaya

e. Mengembangkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative

f. Menggunakan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah

g. Meningkatkan proses pembelajaran interpersonal untuk meningkatkan

tanggung jawab Kesehatan pasien

h. Menciptakan suasana suportif, korektif, dan protektif terhadap mental,

fisik, sosiokultural, dan spiritual

i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

8. Kerangka Teori
Pelayanan
Keperawatan

 Saling Percaya
Kepuasan Pasien Perilaku Caring
 Kepedulian
 Perhatian Kepuasan pasien 1. Mengutamakan nilai -
 Kepekaan Akan adalah suatu tingkat nilai kemanusiaan
Kebutuhan- perasaan pasien yang 2. Menanamkan
Kebutuhan timbul sebagai akibat kepercayaan -
 Lingkungan dari kinerja layanan harapan
 Fasilitas kesehatan yang 3. Mengembangkan
 Alur Klien diperolehnya setelah kepekaan diri sendiri
 Waktu Tunggu pasien dan orang lain
membandingkan 4. Hubungan saling
(Suweko et al., 2019) percaya dan saling
dengan apa yang
diharapkannya. membantu
5. Ekspresi perasaan
Pelayanan keperawatan (Pohan 2013). yang positif dan
harus dilandasi dan negatif
menggunakan ilmu dan Kepuasan pasien
6. Pemecahan masalah
kiat keperawatan yang dapat dinilai dari
yang sistematis
mempelajari bentuk dan beberpa dimensi
7. Proses belajar
sebab tidak yang meliputi:
20 mengajar
terpenuhinya interpersonal,
 Tangibles
kebutuhan 13 dasar 8. Lingkungan yang
 Reliability
manusia serta upaya mendukung
 Responsiveness
perawatan dan
9. Hasil Penelitian Sebelumnya

No Judul & Jenis Penelitian Populasi & Instrument Hasil


Author Sampel
1. Hubungan Jenis penelitian Populasi : Kuesioner Karakteristik
perilaku ini adalah seluruh pasien dan observasi Responden
caring Analitik, Cross yang dirawat Berdasarkan
perawat sectional dengan diruang data hasil
dengan cara pendekatan, perawatan penelitian ini
Tingkat observasi atau penyakit dalam, didapatkan
kepuasan pengumpulan perawatan bedah, bahwa jumlah
pasien rawat data dan ruang responden laki-
inap rumah perawatan anak laki
sakit RSUD di rumah sakit lebih banyak
Kota Baubau umum daerah dari pada
kota Baubau perempuan. Dari

Abdul sebanyak 157 tabel 1 terlihat

Ariyanti orang. bahwa jumlah

Saleh responden laki-

Elly L. Sampel : laki

Sjattar pasien dari sebanyak 57,8%.

2013 masing-masing Kelompok umur


ruang rawat inap yang terbanyak
sebanyak 64 adalah umur
orang. dewasa 85,9%
dan kelompok

pengambilan umur paling

sampel sedikit

Accidental jumlahnya

sampling yaitu adalah kelompok

sampel diambil umur usia lanjut

dari responden 3,1%, tingkat

yang kebetulan pendidikan

ada atau tersedia adalah

di ruang pendidikan dasar

21
perawatan 31,2%,
pendidikan
menengah
34,4% dan
pendidikan
tinggi 34,4%.
Pekerjaan
responden yang
terbanyak adalah
yang memiliki
pekerjaan tetap
67,2%.

Hubungan
Perilaku Caring
Perawat dengan
Kepuasan Pasien
Dari tabel 2
menunjukkan
bahwa 81,3%
responden
mempunyai
persepsi bahwa
perawat
mempunyai
perilaku caring
yang baik dan
menunjukkan
kepuasan
terhadap
pelayanan
keperawatan.
Hasil uji fisher
menunjukkan p
= 0,000, berarti
terdapat
hubungan

22
yang signifikan
antara perilaku
caring perawat
dengan tingkat
kepuasan pasien
diruang
rawat inap
rumah umum
daerah kota
Baubau, namun
masih terdapat
6,2% yang
kurang puas
dengan perilaku
caring perawat.
2. Perilaku penelitian pra penelitian ini Kuesioner Berdasarkan
caring experimental memang tidak tabel 1,
perawat research representative mayoritas
terhadap dengan tanpa karena hanya jenis kelamin
kepuasan kehadiran berjumlah 6 responden
pasien kelompok perawat yang adalah
Rawat inap kontrol. diambil dengan perempuan 4
pada teknik orang (66, 67
pelayanan kuota sampling, %), rata-rata
keperawatan sedangkan pasien usia = 27 tahun
berjumlah 5 dan status
Tutu April orang yang kepegawaian
Ariani, Nur diambil dengan adalah tetap 4
Aini teknik purposive orang (66, 67
2017 sampling. %).
Berdasarkan
tabel 2 dan 3,
terdapat
perubahan
perilaku caring
sesudah
pemberian

23
intervensi yaitu
yang
memiliki
perilaku caring
baik menjadi 5
orang (83,3 %)
dan terdapat
peningkatan
nilai rata-rata
pada beberapa
aspek
caring. Pada
tabel 4, semua
responden
berjenis kelamin
laki-laki, rata-
rata usia
= 65 tahun dan
memiliki
pendidikan
terakhir sarjana
3 orang (60%).
Berdasarkan
tabel 5, ada
perubahan
kepuasan pasien
sesudah
penerapan caring
yaitu yang
kepuasannya
baik menjadi 3
orang (60
%). Ketika
seorang perawat
sedang
menerapkan
asuhan

24
keperawatan
kepada
pasien dengan
menerapkan sifat
caring
akan selalu
memperhatikan
keseluruhan
aspek caring.
3. Hubungan Kuantitatif Cross Populasi : literatur Berdasarkan
perilaku sectional Sabanyak 100 review dari hasil dari
caring orang penelitian berbagai
perawat sebelumnya penelitian
dengan dari studi
kepuasan literature yang di
Pasien peroleh,
diruang menunjukkan
rawat inap adanya
hubungan yang
Hadi signifikan antara
Suwekoa perilaku caring
,Bambang perawat
Edi Warsito dengan kepuasan
2019 pasien di rumah
sakit.
Menurut sebuah
penelitian
menyatakan
bahwa Perilaku
caring perawat
di Poli VCT
RSUD
Gambiran Kediri
dinilai oleh
pasien
HIV/ AIDS pada
tingkat “tidak

25
care” 6 orang
(12%), “cukup
care” sebanyak
14 orang
(28%), “care”
sebanyak 18
orang (36%) dan
“sangat care”
sebanyak 12
orang (24%),
Kepuasan pasien
“tidak puas”
sebanyak 2
orang (4%),
“cukup puas”
sebanyak 10
orang
(20%), “puas”
sebanyak 17
orang (34%),
“sangat puas”
sebanyak 21
orang (42%),
ada
hubungan antara
perilaku caring
perawat
dengan kepuasan
pasien HIV/
AIDS di Poli
VCT RSUD
Gambiran Kediri
dengan nilai
r=0,000 dan
rs=0,498.
Berdasarkan
hasil uji

26
statistik
spearman rho
menunjukkan
bahwa
ada hubungan
antara perilaku
caring perawat
dengan kepuasan
pasien HIV/
AIDS yang
berobat di Poli
VCT RSUD
Gambiran Kediri
dengan nilai
signifikansi p-
value=0,000
(Aring, 2016).
Berdasarkan
hasil uji statistik
Fisher Exact
Test diperoleh
nilai p=0,006,
hal ini berarti
nilai
p <α(0,05. Hal
ini berarti ada
hubungan
perilaku caring
perawat dengan
kepuasan
pasien di ruang
rawat inap
private care
center
RSUP
Dr.Wahidin
Sudiro Husodo

27
Makasar
(Studi,
Keperawatan,
Kedokteran,
Hasanuddin, &
Indah, 2017).
4. Hubungan kuantitatif Populasi : kuesioner Hasil analisa
Caring dengan desain yaitu jumlah univariat
Perawat deskriptif rata-rata pasien distribusi
Terhadap korelatif dan di Rumah Sakit frekuensi Caring
Loyalitas pendekatan cross XX adalah 2641 Perawat
Pasien di sectional. orang. didapatkan
Rumah Sakit accidental mayoritas
sampling responden
Nur Afifah sebanyak 38 mengatakan
Sri Yulia responden Caring perawat
Muliyadi baik yaitu 30
2017 responden
(78,9%).
aspek kontrak
didapatkan
sebagian besar
mengatakan
kontrak perawat
baik yaitu 23
responden
(60,5%).
aspek etika
didapatkan
mayoritas
responden
mengatakan
etika perawat
baik yaitu 28
responden
(73,7%).
aspek spiritual

28
didapatkan
sebagian besar
mengatakan
spiritual perawat
baik yaitu 24
responden
(63,2%).
loyalitas pasien
didapatkan
sebagian besar
responden
mengatakan
spiritual perawat
baik yaitu 24
responden
(63,2%).
hubungan
caring Perawat
terhadap
loyalitas pasien
didapatkan
sebanyak
30 responden
(100%) yang
mempersepsikan
caring yang
baik, 22
responden
(73,3%)
didapatkan nilai
p
(Value) = 0,034
sehingga dapat
disimpulkan ada
hubungan yang
signifikan antara
caring perawat

29
terhadap
loyalitas pasien.
hubungan aspek
kontrak terhadap
loyalitas pasien
didapatkan
sebanyak 23
responden
(100%) jumlah
total responden
yang
mempunyai
aspek kontrak
yang baik 19
responden
(82,6%)
memiliki
loyalitas yang
baik terhadap
rumah sakit,
didapatkan nilai
p-value = 0,006
5. Perilaku peneliti Populasi : kuesioner Kepuasan pasien
caring menggunakan sebanyak ± 358 skala Likert di Ruang
perawat penelitian survey orang. Rawat Inap
dengan analitik Sampel : Private Care
kepuasan dengan Diambil secara Centre RSUP
pasien di pendekatan cross acak Dr Wahidin
Ruang rawat sectional (probability Sudirohusodo
inapprivate study. sampling) yaitu Makassar
care centre dengan berdasarkan
Rsup dr teknik acak perilaku caring
wahidin sederhana perawat
sudirohusod (simple random menunjukkan
o makassar sampling)dengan bahwa sebagian
mengambil besar
Ilkafah & sampel responden yang

30
Harniah yang mewakili mengatakan
2015 masing-masing perilaku
ruang caring perawat
rawat inap baik merasa puas
terhadap
pelayanan
keperawatan
(84,8%),
sedangkan
responden yang
mengatakan
perilaku caring
perawat
kurang sebagian
besar merasa
tidak puas
terhadap
pelayanan
keperawatan
(71,4%).Berdasa
rkan hasil uji
statistik
Fisher Exact
Test diperoleh
nilai
p=0,006, hal ini
berarti nilai p
<α(0,05).
Hal ini berarti
ada hubungan
perilaku
caringperawat
dengan kepuasan
pasien
di Ruang Rawat
Inap Private
Care

31
Centre RSUP Dr
Wahidin
Sudirohusodo
Makassar. Hal
ini dapat dilihat
pada
table 5.

32
10. Daftar Pustaka

Caring Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Pelayanan Keperawatan, P., Ilmu
Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Jalan
Bendungan Sutami, P., & Malang, A. (2018). PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP
KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PADA PELAYANAN KEPERAWATAN Nurse Caring
Behavior and Satisfaction of Inpatient Patients on Nursing Services Tutu April Ariani*,
Nur Aini. 9(1). http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Firmansyah, C. S., Noprianty, R., & Karana, I. (2019). Perilaku Caring Perawat Berdasarkan
Teori Jean Watson di Ruang Rawat Inap. Jurnal Kesehatan Vokasional, 4(1), 33.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.40957

Hilmi Marzuq, N., Andriani, H., Studi, P., Administrasi, K., Sakit, R., Masyarakat, K., Indonesia,
U., Administrasi, D., & Kesehatan, K. (n.d.). Hubungan Service Quality terhadap
Kepuasan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Literature Review.

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN. (n.d.-a).

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN. (n.d.-b).

Kurniasari, I. C., Thoyib, A., & Rofiaty, R. (2018). PERAN KOMITMEN ORGANISASIONAL DALAM
MEMEDIASI PENGARUH KOMPETENSI, PELATIHAN DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PERAWAT. MIX: JURNAL ILMIAH MANAJEMEN, 8(2), 352.
https://doi.org/10.22441/mix.2018.v8i2.010

Noprianty, R., Febianti, S. A., & Fikri, J. (2020). Analysis of Nurses Staff Needs Using Workload
Indicate Staff Need in Pediatric Ward With Time Motion Study. Jurnal Medicoeticolegal
Dan Manajemen Rumah Sakit, 9(1). https://doi.org/10.18196/jmmr.91112

Saleh, A., Sjattar, E. L., Keperawatan Kabupaten Buton, A., & Akper Kabupaten Buton Jl Wa
Ode Wau, A. (n.d.-a). HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT
KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT RELATIONSHIP OF CARING BEHAVIORS
OF NURSES PATIENT SATISFACTION LEVEL IN INPATIENT AT HOSPITAL.

Saleh, A., Sjattar, E. L., Keperawatan Kabupaten Buton, A., & Akper Kabupaten Buton Jl Wa
Ode Wau, A. (n.d.-b). HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT
KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT RELATIONSHIP OF CARING BEHAVIORS
OF NURSES PATIENT SATISFACTION LEVEL IN INPATIENT AT HOSPITAL.

Suherlin, N., Keperawatan, A., & Padang, B. (n.d.). EFEKTIFITAS PELATIHAN MANAJEMEN
BUNDLE CARE HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIS) TERHADAP PENGETAHUAN
PERAWAT DI RSI SITI RAHMAH PADANG THE EFFECTIVENESS OF MANAGEMENT BUNDLE
CARE HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIS) TRAINING TO THE UNDERSTANDING
OF NURSES AT ISLAMIC HOSPITAL SITI RAHMAH PADANG.

Suweko, H., Warsito, B. E., Jurnal, /, Keperawatan, I., Kebidanan, D., Magister, M., Universitas,
K., Semarang, D., & Keperawatan, D. M. (2019). HUBUNGAN PERILAKU CARING

33
PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP : LITERATUR REVIEW
(Vol. 10, Issue 1).

UNIVERSITAS INDONESIA. (n.d.-a).

UNIVERSITAS INDONESIA. (n.d.-b).

34

Anda mungkin juga menyukai