Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Caring adalah rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, dimana

artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan seseorang dan bagaimana

seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan (Tiara & Lestari, 2017). Perilaku

caring pada perawat ini, harus ditanamkan sejak awal perawat bekerja di suatu

intansi, sehinga perawat dapat menerapkan perilaku caring tesebut (Suerni &

Widiyanto, 2017).

Menurut Jean Watson dalam (Christopher & Hegedus, 2009) Terdapat

pengelompokan pada perilaku caring diantaranya perilaku afektif dan perilaku

instrumental. Perilaku afektif merupakan sikap dari perawat terhadap pasien yang

di tunjukkan dalam sikap keseharian perawat seperti memberikan dukungan

terhadap pasien maupun keluarga, memberikan rasa aman dan nyaman selama

pasien berada di rumah sakit, menghargai dan menghormati setiap keputusan dan

privasi dari pasien, sedangkan perilaku instrumental merupakan perilaku perawat

yang di tunjukkan dalam setiap keterampilan ataupun kemampuan seorang

perawat dalam menjalankan serta melaksanakan setiap kegiatan asuhan

keperawatan dalam menunjang kesembuhan pasien. Jean Watson juga

menekankan agar sepuluh faktor karatif dalam berperilaku caring harus tercermin

dalam menjalankan asuhan keperawatan, diantaranya, pembentukan sistem nilai

humanistik dan altruistik, menanamkan sikap penuh pengharapan, menumbuhkan

sensitifitas terhadap diri dan orang lain, membangun hubungan saling percaya dan

1
membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi positif dan negatif klien,

menggunakan

2
3

metode sistematis dalam peyelesaian masalah, meningkatkan pembelajaran

dan pengajaran interpersonal, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural

dan spriritual yang mendukung, memenuhi kebutuhan dasar manusia, mengijinkan

agar terbuka pada ekstensial fenomological (Watson, 1988; Tomey, 1994;

Fitpatrick dan Whall, 1989; Chitty, 1997; Nurachmah, 2001; Hermansyah, 2004;

Enni Juliani, 2009).

Perilaku caring menurut Jean Watson merupakan sentral untuk sebuah

praktek keperawatan, karena caring itu sendiri merupakan suatu cara pendekatan

yang dinamis. Dimana seorang perawat harus bekerja untuk dapat meningkatkan

rasa kepeduliannya terhadap pasien, serta kunci dari sebuah kualitas pelayanan

asuhan keperawatan itu terdiri dari perhatian, empati serta kepedulian perawat

(Muhlisin, 2008). Caring dapat bersifat khusus dan bergantung pada perawat dan

pasien itu sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh perawat, maka

mereka akan mempelajari bahwa caring sangat penting dan membantu mereka

untuk dapat selalu fokus pada pasien yang sedang mereka layani. caring juga

memfasilitasi kemampuan perawat agar dapat mengenali masalah setiap pasien

serta mencari dan melaksanakan solusi dalam pemecahan permasalahannya (Perry

& Potter, 2009).

Caring yaitu sikap/perilaku responsif dan bertanggung jawab untuk

mengatasi masalah, keluhan dan memenuhi harapan pasien (Prihandhani,

Nopiyani & Duarsa, 2015). Sikap perawat yang menunjukkan perilaku caring

antara lain mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan rasa nyaman,

berkata jujur, bersikap sabar, bertanggung jawab, memberikan informasi yang

jelas, memberikan sentuhan yang tepat, menunjukkan sensitifitas, menunjukkan


4

rasa hormat terhadap pasien dan memanggil pasien dengan namanya (Dedi,

Setyowati & Afiyanti, 2008).

Perawat memiliki peran penting untuk menunjang ksesembuhan pasien,

perawat juga memiliki peran sebagai care provider (Pemberi asuhan), manager,

community leader (Pemimpin komunitas), educator advocat (Pembela), dan

sebagai researcher. Perilaku yang harus ditampilkan sebagai seorang perawat

adalah dengan selalu memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli,

memberi dorongan, percaya, dan melindungi pasien. Perilaku tersebut yang akan

membuat pasien melakukan perubahan dalam aspek fisik, psikologis, spiritual,

serta sosial kearah yang lebih baik lagi (Hapsari, 2013).

Perawat memberikan asuhan menggunakan keahlian seperti kata-kata yang

lemah lembut, memberikan sentuhan dengan penuh kasih, memberikan harapan,

selalu berada disamping pasien dan bersikap peduli sebagai media asuhan perawat

(Sitorus, 2011). Menurut Sartika dan Nanda (2011) perilaku caring perawat akan

memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat

dengan pasien dan dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien yang akhirnya

dapat memberikan kepuasan kepada pasien sehingga memberikan pengalaman

dan presepsi yang positif bagi pasien terhadap perawat.

Persepsi ini di definisikan sebagai proses yang menggabungkan dan

mengorganisasikan data-data indra kita (pengindraan) untuk di kembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar

akan diri kita sendiri (Saleh,2012). Dan persepsi adalah daya mengenal barang

kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,
5

mengetahui, atau mengartikan setelah panca indra dapar merangsang (Maramis,

2004).

Perilaku caring menjadi jaminan apakah pelayanan bermutu atau tidak.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi

bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain

dan perasaan cinta atau menyayangi. Memberikan asuhan, perawat menggunakan

keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan dengan penuh kasih,

memberikan harapan, selalu berada di samping pasien dan bersikap Caring

sebagai media pemberi asuhan (Sitorus, 2011). Perilaku Caring perawat akan

memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat-

pasien, dapat membantu dan memenuhi kebutuhan pasien, yang pada akhirnya

dapat memberikan kepuasan kepada pasien (Sartika & Nanda, 2011).

Perilaku caring perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring yaitu tingkat pendidikan,

pelatihan, pola komunikasi, reword, punishment, dukungan manajemen dan

desain pekerjaan (Laila, 2011). Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku caring antara lain : hasil

penelitian Adji (2010) menunjukkan tingkat pendidikan merupakan faktor yang

mempunyai hubungan paling dominan dengan kinerja perawat/perilaku caring

perawat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prihandhani (2015) yang

menyatakan bahwa faktor pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan

perilaku caring perawat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka perilaku caring

perawat semakin meningkat.


6

Sesuai penelitian Mangole et al pada tahun 2015, maka didapatkan hasil

bahwa sekitar 90% pasien mengatakan tidak merasa nyaman berbicara dengan

perawat, 84% dari jumlah tersebut memiliki pengalaman negatif karena perawat

tidak memperhatikan kebutuhan pasien terutama di malam hari. Hal yang sama

dikatakan dalam penelitiannya masih diperoleh adanya kritikan akan pelayanan

keperawatan yang dirasakan pasien, pasien mengatakan perawat kurang ramah

saat berinteraksi dengan pasien, tidak memberikan penjelasan tentang

perkembangan kesehatan pasien, tidak memperkenalkan diri saat pertama kali

bertemu dengan pasien dan pasien juga mengatakan kurang mendapat penjelasan

dari perawat saat di tanya tentang kondisi penyakit pasien.

Salah satu dampak positif caring bagi pasien adalah terjalinnya hubungan

saling percaya, rendahnya biaya perawatan pasien, keamanan diri pasien, dan

untuk meningkatkan penyembuhan secara fisik maupun psikologis pasien. Caring

juga sangat memberikan kemampuan kepada perawat untuk lebih memahami dan

mendorong pasien untuk tetap semangat dalam menghadapi penyakit yang

dideritanya, maka dari itu sebagai seorang perawat harus dapat memiliki rasa

kesadaran terhadap asuhan keperawatan dalam memberikan bantuan bagi pasien,

dan untuk mempertahankan kesehatan pasien. Dampak positif caring itu sendiri

bagi seorang perawat diantarannya mampu meningkatkan pencapaian prestasi

dalam bidang kerja perawat seperti, peningkatan kepuasan dalam bekerja,

meningkatkan rasa syukur serta dapat mewujudkan cita-cita perawat (Ardiana,

Gahar & Sayatri, 2010).

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa, hasil penelitian bervariasi

dianntaranya ada yang mengatakan perilaku caring perawat terhadap pasien sangat
7

baik, dan ada juga yang mengatakan kurang baik. Hasil penelitian Juliani (2009),

di rumah sakit Palembang menunjukkan hasil 48% responden menilai perilaku

caring perawat kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh (Maria, 2018), di

rumah sakit RSUP Dr. Kariadi Semarang mendapatkan hasil 55,9% atau 38

responden menyatakan perilaku caring perawat sebagian besar baik. Oleh sebab

itu pentingnya perilaku perawat unttuk melakukan caring supaya kualitas hidup

pasien menjadi lebih baik.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2019

dengan cara melakukan wawancara kepada 10 orang pasien yang sedang di rawat

di ruang rawat inap dr. Slamet Garut, dapat diketahui bahwa : dari 10 responden

yang ditanya tentang perilaku caring perawat 7 diantaranya mengatakan sebagian

perawat jarang memperlakukan pasien dengan sikap sopan santun sehingga

kurang menentramkan hati, sebagian perawat jarang memperkenalkan diri

sebelum melakukan tindakan, perawat kurang mengetahui keluhan pasien,

perawat kurang memperhatikan kenyamanan pasien, kurangnya penjelasan atau

jawaban dari pertanyaan pasien.

Apabila melihat dari data tersebut bahwa dimungkinkan akan berkaitan

dengan pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang

tidak baik akan memperlambat penyembuhan dan menambah lamanya hari rawat,

oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk merubah kondisi yang sedang

berjalan saat ini terutama tentang pelaksanaan caring. Maka dari itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran perilaku caring perawat

berdasarkan perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut.
8

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah gambaran

perilaku caring perawat berdasarkan perspektif pasien diruangan rawat inap

RSUD dr. Slamet Garut”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran perilaku caring

perawat berdasarkan perspektif pasien diruangan rawat inap RSUD dr. Slamet

Garut.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden di ruang rawat inap RSUD dr.

Slamet Garut

2. Untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat berdasarkan perspektif pasien

di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut.

3. Mengidentifikasi nilai prikemanusiaan/ keyakinan, harapan/ kepekaan perawat

berdasarkan perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut

4. Mengindentifikasi nilai bantuan/ kepercayaan perawat berdasarkan perspektif

pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut

5. Mengindentifikasi nilai ekspresi perasaan positif/ negatif perawat berdasarkan

perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut

6. Mengindentifikasi nilai pengajaran/ pembelajaran perawat berdasarkan

perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut


9

7. Mengindentifikasi nilai lingkungan mendukung/ melindungi/ memperbaiki

perawat berdasarkan perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet

Garut

8. Mengindentifikasi nilai bantuan kebutuhan manusia perawat berdasarkan

perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut.

9. Mengindentifikasi nilai kekuatan eksistensial/ fenomenologi/ spiritual perawat

berdasarkan perspektif pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelayanan

keperawatan terutama tentang gambaran perilaku caring sebagai evaluasi bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.4.2 Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dalam Konsep Dasar

Keperawatan khususnya perilaku caring perawat sebagai ciri khas dari profesi

keperawatan berdasarkan jenis pendidikan. Penelitian ini dapat menjadi informasi

bagi penelitian tentang perilaku caring selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perilaku caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat dan menghargai

orang lain dalam arti memberi perhatian yang lebih kepada seseorang dan

bagaimana seseorang bertindak. Caring merupakan perpaduan perilaku manusia

yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien sakit
10

( Valizadeh et al, 2012). Menurut (Watson, 1988; Tomey, 1994; Fitpatrick dan

whall, 1989; Chitty, 1997; Nurachmah, 2001, Hermansyah, 2004, Enni Juliani,

2009) ada 10 faktor caratif caring diantaranya, membentuk system nila

humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan

sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya

dan saling bantu, meningkatkan dan menerima eksfresi perasaan positif dan

negatif, mengguanakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam

pengambilan keputusan, meningakatkan preoses belajar mengajar interpersonal,

menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan

sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta

mengembangkan faktor eksistensial-fenomenologis.

Menurut Cronin & Harrison dari 10 faktor karatif caring kemudian

disubskalakan kedalam 7 faktor karatif meliputi :

1. Prikemanusiaan/ keyakinan dan harapan/ kepekaan

2. Bantuan/ kepercayaan

3. Ekspresi perasaan positif/ negatif

4. Pengajaran/ pembelajaran

5. Lingkungan yang mendukung/ melindungi/ memperbaiki

6. Bantuan kebutuhan manusia

7. Kekuatan eksistensial/ fenomenologi/ spiritual

Maka dari itu perilaku caring perawat terhadap pasien menjadi satu-satunya

variabel yang akan diteliti, sehingga output yang akan dihasilkan dalam penelitian

ini yaitu perilaku caring perawat tinggi atau perilaku caring perawat rendah,

dengan kerangka pemikiran penelitian.


11

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Faktor karatif Caring:

1. Prikemanusiaan/ keyakinan-harapan/
kepekaan Perilaku Caring
2. Bantuan/ kepercayaan Perawat Tinggi
3. Ekpresi perasaan positif/ negatif Perilaku caring perawat
4. Pengajaran/ pembelajaran
5. Lingkungan mendukung/ melindungi/ Perilaku Caring
memperbaiki Perawat Rendah
6. Bantuan kebutuhan manusia
7. Kekuatan eksistensial/ fenomenologi/
spiritual

Keterangan :

= Diteliti

Sumber : (Cronin & Harrison, 1988 dalam Juliani E, 2009)


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Caring

2.1.1 Definisi Caring

Menurut Watson (1979), dalam George (1990), caring merupakan

karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetika, melainkan

dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Watson dalam Tomey

Alligood M.R. (2006) mengelompokkan perilaku caring dengan lima komponen

yaitu : mengakui keberadaan manusia, menanggapi dengan rasa hormat,

profesionalitas, menciptakan hubungan yang positif, dan perhatian.

Caring merupakan suatu sikap/perilaku responsif dan bertanggung jawab

untuk mengatasi masalah, keluhan dan memenuhi harapan pasien (Nurachmah,

2001). Perilaku Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan

memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa

aman dan keselamatan klien, kemudian manifestasi dari perhatian kepada orang

lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen

untuk mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan konsen,

menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia, cinta dan ikatan, otoritas

dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan, penghargaan dan

menyenangkan (Dwidayanti, M. 2007).

12
Tujuh asumsi yang mendasari konsep Caring menurut (Dwidayanti, M.

2007), yaitu :

13
14

a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara

interpersonal.

b. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam

membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.

c. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.

d. Caring merupakan respon yang diterima seseorang tidak hanya saat itu

saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut

nantinya.

e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih

tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara

pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia

yang berguna meningkatkan derajat kesehatan dan membantu klien yang

sakit.

g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. caring

menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis,

spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan

klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.

2.1.2
15

2.1.2 Karakteristik caring

Menurut Dwidayanti, M. (2007), karakteristik caring adalah :

a. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya, tidak tergantung

pada orang lain.

b. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain.

c. Respect, selalu menghargai orang lain.

d. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi atau

ketakutan dengan orang lain.

e. Freedom, memberi kebebasan kepada orang lain untuk mengekspresikan

perasaannya.

f. Empathy.

g. Communicative, komunikasi verbal dan non verbal harus menunjukan

kesesuaian dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama.

2.1.3 Komponen caring Menurut Simon Roach

Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima komponen

caring. 5 komponen tersebut adalah:

a. Compassion (kasih sayang)

Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain dapat

berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan kesempatan untuk

berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, serta memberikan

dukungan secara penuh.

b. Competence (kemampuan)

Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap


16

profesi. Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis,

sebaliknya competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan.

c. Confidence (kepercayaan diri)

Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar

manusia dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring

yang meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain

untuk tumbuh dan menyampaikan kebenaran.

d. Concience (suara hati)

Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai

humanistik altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan

direfleksikan pada tingkah lakunya.

e. Commitment

Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas,

orang, karier yang dipilih.

2.1.4 Manfaat caring

Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring

perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring

yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai

perilaku manusia akan dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi

pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979 dalam Tomey & Alligod,

2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif dapat

mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997)

dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

persepsi mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap


17

pelayanan keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh

seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.

Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan

klien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit.

Godkin et.al, (2004) menyampaikan bahwa perilaku caring dapat

mendatangkan manfaat finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel

dan Khan (1998) menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan

mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak

bagi kepuasan pasien. Dengan demikian, secara jelas dapat diketahui

bahwa perilaku caring perawat dapat memberikan kemanfaatan bagi

pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan kesehatan dan

pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien sehingga

akan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya

memberikan keuntungan finansial bagi rumah sakit.

2.1.5 Faktor Caratif Caring

Menurut Watson (1988) dalam (Tomey, 1994; Fitpatrick dan Whal,

1989; Chitty, 1997; Nurachmah, 2001; Hermansayh, 2004; Enni Juliana,

2009) ada 10 faktor caratif caring diantaranya :

a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik

Menurut pandangan Watson (1998) tentang manusia adalah individu

merupakan totalitas dari bagian – bagian yang memiliki harga diri didalam

maupun dari dirinya dan memerlukan penghormatan, perawatan, dipahami dan

kebutuhan untuk dibimbing. Manifestasi perilaku caring perawat dalam hal ini

adalah memanggil nama klien dengan nama yang paling disukai memenuhi dan
18

merespon panggilan klien dengan cepat, melindungi dan menghormati privasi

klien, menghormati dan menghargai keputusan klien, mengakui dan menghargai

sistem nilai klien, pengakuan terhadap kebutuhan klien.

b. Menanamkan sikap penuh pengharapan

Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan dan memfasilitasi asuhan

keperawatan holistik. Menurut (Tomey, 1994; Gorge, 1995; Enni Juliani, 2009)

perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan pengobatan

alternative kemudian memberikan keyakinan akan adanya kekuatan penyembuhan

atau kekuatan spiritual dalam pemenuhan harapan. Manifestasi prilaku caring

perawat dalam hal ini yaitu memberikan motivasi kepada klien agar berusaha

mencari pengobatan dan perawatan, melakukan perawatan dalam kepedulin

tinggi,menganjurkan klien untuk berdoa atas kesembuhannya, menunjukan sikap

hangat dan kesan mendalam kepada klien.

c. Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain

Menurut (Tomey, 1994; Gorge, 1995; Enni Juliani, 2009) perawat harus bisa

menghargai kesensitifan perasaan klien sehingga dia sendiri dapat menjadi lebih

sensitive, murni, dan bersikap wajar kepada orang lain dikarenakan penerimaan

terhadap perasaan diri merupakan kualitas personal yang harus dimiliki perawat

sebagai pemberi asuhan kepada klien. Manifestasi perilaku caring perilaku caring

perawat dalam hal ini adalah menunjukan sikap sabar dan tenang, mendampingi

klien, menawarkan bantuan dan memenuhi kebutuhan klien.

d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu

Menurut (Tomey, 1994; Gorge, 1995; Enni Juliani, 2009) ada 3 hal yang

menyangkut hubungan ini yaitu kecocokan yang meliputi kesesuian dengan


19

kenyataan, kejujuran, ketulusan dan nyata, ditunjukan dengan berbicara dengan

volume rendah, rileks, sikap terbuka dan ekspresi wajah sesuai dengan

kemunikasi dengan orang lain. Manifestasi perilaku caring perawta dalam hal ini

adalah mengucap salam dan memperkenalkan diri serta menepati kontrak yang

disetujui, mempertahankan kontak mata, berbicara menggunakan suara lembut,

berhadapan, menjelaskan prosedur.

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative klien

Perawat harus menerima dan memahami pikiran serta perasaan baik negative

atau positif yang berbeda pada situasi berbeda. Manifestasi perilaku caring

perawat adalah memberi kesempatan kepada klien untuk dapat mengekspresikan

perasaannya, perawat menunjukan penerimaan terhadap klien, mendorong klien

agar dapat mengungkapkan harapannya, menjadi pendengar yang aktif.

f. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam

pengambilan keputusan.

Perawat harus menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir

dan pendekatan dalam penyelesaian masalah serta mengambil keputusan secara

sistematis.

g. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran interpersonal

Caring akan efektif bila dilaksanakan melalui hubungan interpersonal

sehingga dapat memberikan asuhan mandiri, mentapkan kebutuhan

personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual mendukung

Perawat harus menggali pengaruh lingkungan internal dan eksternal

klien terhadap kesehatan kondisi penyakitnya.


20

i. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka

mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan lien. Pemenuhan

kebutuhan dasar harus dicapai sebelum beralih kepada tingkat selanjutnya.

Kebutuhan dasar klien paling rendah adalah biofisikal misalnya makan, minum,

eliminasi, dll. Kebutuhan aktualisasi yang tertinggi dari kebutuhan intra dan

interpersonal.

j. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-fenomenological agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.

Fenomenologi yaitu tentang data sertasituasi yang membantu pemahaman

klien terhadap fenomena . psikologi eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang

manusia yang digunakan untuk menganalisis fenomenologi. Manifestasi perilaku

caring perawat adalah memberi kesempatan kepada klien dan keluarga untuk

dapat melakukan hal yang bersifat ritual serta memfasilitasi keinginan untuk

melakukan terapi alternatif sesuai pilihannya, memotifasi klien dan keluarga agar

berserah diri kepada tuhan, menyiapkan klien dan keluarga saat menghadapi fase

berduka.

2.1.6 Cara Mengukur Caring

Cronin & Harrison (1988), mengembangkan The Caring Behavior

Assessment (CBA) tool, digunakan untuk mengkaji perilaku caring.

Merupakan yang pertama kali tercatat dalam literatur keperawatan untuk

menjelaskan teori atau konsep dasar dengan item yang spesifik. CBA tool

disusun berdasarkan theory Watson (1985,1988) dan identifikasi 10 faktor

karatif dalam pekerjaannya.


21

Mengandung 63 item perilaku caring perawat dan dikelompokkan

kedalam 7 subskala yang sama dengan faktor-faktor karatif Watson yang

diasumsikan oleh pengarang harus melekat dalam seluruh aspek dalam

pelayanan keperawatan. Menggunakan skala likert 1 = Sangat tidak

penting/perlu hingga 5 = sangat penting/perlu untuk mencerminkan derajat

dan mengetahui tiap perilaku perawat yang menggambarkan perilaku

caring. Klien diminta untuk memilih skor perilaku caring yang telah

dilakukan padanya.

Pada riset yang dilakukan diamati perilaku dari sampel 22 orang

klien coronary dengan infark miocard. Kebenaran isi (content validity)

sudah dibuktikan oleh empat orang yang berpengalaman terhadap teori

caring Watson. Cronin dan Harrison menempatkannya sebagai laporan

yang dapat dibaca (readability) dan dapat dipercaya (reliability) serta isi

benar, sah (content valid). Consistency relibialities dicatat berdasarkan

Cronbach’s alpha (Cronin & Horrison, 1988) dapat dilihat pada table

berikut ini:

Tabel 2.1 Subscala caring berdasarkan Crounbach’s alpa (Cronin &

Harrison, 1988)

Subscala (Kategori karatif) Item Cronbach’s


alpha
Humanism/faith-hope-sensitifity 1-16 0,84
(Kemanusiaan/ keyakinan-harapan –sensitivitas)
Helping/trust 1 -27 0.76
(Membantu, membina kepercayaan)
Expresion of positive/negative felings 28-31 0.67
( Menerima ekpresi/ perasaan positif/negatif klien)
Teaching/learning 32-39 0.90
(Pembelajaran/pengajaran interpersonal)
Supportive/protective/corrective environment 40-49 0.79
(menciptakan lingkungan yang mendukung,
melindungi) (50-51) tambahan
setelah riset selesai
Human need/asístanse 52-60 0.89
22

(Membantu memenuhi kebutuhan dasar)


Existensial/phenomenological 61-63 0.66
(mengijinkan terjadinya fenomenologi)

Kebenaran ini dilaporkan juga oleh Huggins, et al (1993dalam

Watson, 2004) dengan sampel 288 klien dapat berjalan (ambulatory) di

ruang darurat (emergency). CBA juga sudah digunakan untuk mengukur

perilaku caring dengan klien bedah 19 orang dan 46 klien dewasa yang

tenderita AIDS atau HIV (Parson, et al., 1993; Mullins, 1996). Namun

dua study yang terakhir ini tidak dilaporkan dapat dipercaya (Kyle,

1995;Beck, 1999).

2.2 Konsep Perilaku Caring Perawat

2.2.1 Pengertian Perilaku Caring Perawat

Watson (1979, dalam Fitz Patrick dan Whall, 1989), menyatakan bahwa

didalam ruang lingkup keperawatan caring bukanlah sesuatu yang unik melainkan

caring adalah bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang

merupakan sentral dalam praktik menjalankan asuhan keperawatan.

Watson (2004), menyebutkan bahwa caring merupakan esensi dari

keperawatan juga merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang

dilandaskan pada nilai-nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan

orang lain serta menghormati keyakinan spiritual klien. Watson juga membedakan

dengan jelas antara curing dengan caring. Curing adalah domain yang digunakan

oleh dokter dalam intervensi penyakit. Caring adalah domain yang digunakan

perawat untuk intervensi keperawatan.

Perilaku caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain dalam arti memberi perhatian yang lebih kepada

seseorang dan bagaimana seseorang bertindak. Caring merupakan


23

perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat

kesehatan dalam membantu pasien yang sakit ( Valizadeh et al, 2012).

Perawat mempunyai peran penting dalam menentukan kualitas

pelayanan dan kualitas rumah sakit karena hampir 90% pelayanan

kesehatan di rumah sakit diberikan kepada perawat (Huber, 1996).

Seorang perawat harus ahli dan menerapkan perilaku caring dalam

melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan,

tindakan hingga evaluasi.

Perawat memberikan asuhan menggunakan keahlian seperti kata-

kata yang lemah lembut, memberikan sentuhan dengan penuh kasih,

memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap peduli

sebagai media asuhan perawat. (Sitorus, 2011). Menurut Sartika dan

Nanda (2011) perilaku caring perawat akan memungkinkan terjalinnya

hubungan interpersonal yang harmonis antara perawat dengan pasien dan

dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien yang akhirnya dapat

memberikan kepuasan kepada pasien.

Perilaku caring perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring yaitu tingkat

pendidikan, pelatihan, pola komunikasi, reword, punishment, dukungan

manajemen dan desain pekerjaan (Robbins, 2005). Beberapa penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku caring antara lain : hasil penelitian Adji (2010) menunjukkan

tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempunyai hubungan paling

dominan dengan kinerja perawat/perilaku caring perawat. Hal ini sejalan


24

dengan hasil penelitian Prihandhani (2015) yang menyatakan bahwa faktor

pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring

perawat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka perilaku caring perawat

semakin meningkat.

Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

caring perawat adalah sifat dasar perawat sebagai manusia untuk

membantu, memperhatikan, mengurus dan menyediakan bantuan serta

memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan perawat-

klien yang terapeutik dan melalui intervensi keperawatan dalam rangka

mencapai derajat kesejahteraan yang lebih tinggi dengan penuh perasaan

berdasarkan kemanusiaan dan aspek moral. Dengan caring ini

memungkinkan terjalinnya hubungan dan interaksi terapeutik antara

perawat-klien. Caring merupakan dasar dalam melaksanakan praktek

keperawatan pofesional untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

dan memberikan kepuasan kepada klien.


25

2.2.4 Mengembangkan dan meningkatkan sikap caring perawat

Proses pembentukan caring sebenarnya sudah dimulai sejak awal

kehidupan bersosialisasi dan perawat dapat mengembangkan melalui

budaya profesi. Caring tidak dapat diturunkan dari satu generasi ke

generasi berikutnya melalui genetika. Caring menentukan aspek waktu,

ank l dan keterampilan dapat ditingkatkan melalui budaya profesi,

mengembangakan pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan

interpersonal serta meningkatkan kemampuan dalam keterbukaan

(Sundeen & Stuart, 1995).

Dwidiyanti, M. (2007), menjelaskan bahwa caring ditunjukan

dengan sikap jujur, berprilaku penuh kebenaran, dan kesediaan membantu,

memiliki sensitivitas terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Sedangkan Wolf Bannum (1994) yang telah mengembangkan daftar

inventarisasi perilaku caring menuliskan sepuluh peringkat tertinggi

perilaku caring tersebut adalah: mendengarkan dengan penuh perhatian,

memberi rasa nyaman, berkata jujur, mempunyai kesabaran, tanggap,

menyediakan informasi, sehingga klien dapat menentukan keputusan

berdasarkan informasi yang diperoleh, memberikan sentuhan,

memperlihatkan sensitivitas, memperlihatkan rasa hormat, memanggil

klien atau pasien dengan namanya.

2.2.5 Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan

empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah
26

sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara

pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih

meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring

merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan

(Sartika, 2010).

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.

Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan

praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan

menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan

pelayanan kesehatan yang tepat.

Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care

terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan

aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.

1. Aspek kontrak

Telah diketahui bahwa, sebagai ank lien al, kita berada di bawah kewajiban

kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas ank

lien al untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang ank

lien al diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.

2. Aspek etika

Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau

salah, bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak

dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara

perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
27

merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan

care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

3. Aspek spiritual

Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain

adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah

orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah

anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan

mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat ank lien.

Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi

untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan

cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang

dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain

yang sering diekspresikan melalui ank l tubuh, ucapan tekanan suara,

sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam

Nurachmah, 2001).

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik,

psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang

paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.

Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat

bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.


28

Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan

seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan

dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang

tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang

baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,

memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan

memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

2.2.6 klasifikasi Perilaku Caring Perawat

Christopher dan Hegedus (2000) dalam penelitiannya, merangkum

beberapa literatur tentang perilaku caring perawat, dan mengelompokan

perilaku caring perawat kedalam dua kelompok besar yaitu perilaku

afektif dan instrumental.

1. Perilaku Afektif Caring Perawat

Perilaku afektif caring perawat merupakan sikap perawat yang

menggambarkan nilai- nilai caring yaitu nilai kemanusiaan, kepedulian,

hormat, empati, hubungan saling percaya dan membantu (Christopher &

Hegedus, 2000). Yang termasuk kedalam perilaku afektif mencakup

semua aktivitas dalam membentuk hubungan dengan pasien yang

berkualitas yang didasari hubungan saling percaya, sensitif dan empati.

Kemudian aktivitas lainnya yang merupakan perilaku afektif adalah

memberikan dukungan terhadap pasien seperti pengawasan pasien,

memberikan kenyamanan dan menghormati privasi pasien (Watson, 1979

dalam Christopher & Hegedus, 2000).


29

2. Perilaku Instrumental Caring Perawat

Perilaku instrumental yaitu perilaku yang menunjukan keterampilan dan

kemampuan perawat secara kognitif dan psikomotor (Christopher & Hegedus,

2000). Aktivitas yang menggambarkan perilaku caring instrumental yaitu

aktivitas melakukan tindakan keperawatan seperti pemberian obat-obatan,

perawatan kebersihan pasien, pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan

penggunaan alat-alat kesehatan. Perilaku lain yang menggambarkankan perilaku

instrumental adalah aktivitas yang berorientasi pada kemampuan kognitif seperti

program pembelajaran, pendidikan kesehatan dan pemecahan masalah dengan

metode asuhan keperawatan yang sistematis (Watson, dkk, 1979 dalam

Christopher & Hegedus, 2000).

2.2.7 Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring

Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang

dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk

memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson

(1991 dalam Monica, 2008) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari

bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang,

hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti

melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan

seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan

seseorang dalam menjalani hidup (Potter & Perry, 2005).

Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring

menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian,

klien menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga


30

menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang

dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang

bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan

perhatian penuh.

Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama,

perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu

melakukan kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang

apa yang ada dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan

intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum

meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian

memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam

tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien

kemudian pergi.

Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat

sehingga klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan

ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga klien merasa kurang

nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua klien memiliki

ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam

meningkatkan kemampuan.

Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan

merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan

klien dapat dinilai dari bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan

kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai ank lien tingkat

kepuasan klien.
31

Jika perawat memili sikap ank lien, simpatik, melindungi klien, memberi

kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta

mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat

perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri

dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring.

Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga

kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali

untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring

membangun kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan

pelayanan. Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan

kepercayaan terhadap institusi kesehatan.

Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan

pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap

Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan

persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik

terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.

Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat

ank lien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali

klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih

pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diperlukan

dibutuhkan metode yang relevan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Sugiyono,

2016). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran perilaku

caring perawat berdasarkan perspektif pasien diruang rawat inap RSUD dr. Slamet

Garut.

3.2 Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel yang diteliti

dalam penelitian ini adalah gambaran perilaku caring perawat berdasarkan perspektif

pasien di ruang rawat inap RSUD dr Slamet Garut.

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional

3.3.1 Definisi Konseptual

Caring merupakan karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui

genetika, melainkan dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi (Watson

1979, dalam George, 1990). Caring menurut Cronin dan Harison, mengidentifikasi 7

carative caring yang terdiri dari:

32
a. Prikemanusiaan/keyakinan dan harapan/kepekaan

33
34

manusia adalah individu merupakan totalitas dari bagian – bagian yang memiliki

harga diri didalam maupun dari dirinya dan memerlukan penghormatan, perawatan,

dipahami dan kebutuhan untuk dibimbing.

b. Bantuan/kepercayaan

ada 3 hal yang menyangkut hubungan ini yaitu kecocokan yang meliputi kesesuian

dengan kenyataan, kejujuran, ketulusan dan nyata, ditunjukan dengan berbicara dengan

volume rendah, rileks, sikap terbuka dan ekspresi wajah sesuai dengan kemunikasi

dengan orang lain.

c. Ekspresi perasaan positif/negative

Perawat harus menerima dan memahami pikiran serta perasaan baik negative atau

positif yang berbeda pada situasi berbeda.

d. Pengajaran/pembelajaran

Caring akan efektif bila dilaksanakan melalui hubungan interpersonal sehingga

dapat memberikan asuhan mandiri, mentapkan kebutuhan personal, dan memberi

kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

e. Lingkungan yang mendukung/melindungi/memperbaiki

Perawat harus menggali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap

kesehatan kondisi penyakitnya

f. Bantuan kebutuhan manusia

Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan lien. Pemenuhan

kebutuhan dasar harus dicapai sebelum beralih kepada tingkat selanjutnya. Kebutuhan

dasar klien paling rendah adalah biofisikal misalnya makan, minum, eliminasi, dll.

Kebutuhan aktualisasi yang tertinggi dari kebutuhan intra dan interpersonal.


35

g. Kekuatan eksistensial/penomologis/spiritual

Fenomenologi yaitu tentang data sertasituasi yang membantu pemahaman klien

terhadap fenomena . psikologi eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia

yang digunakan untuk menganalisis fenomenologi. Manifestasi perilaku caring perawat

adalah memberi kesempatan kepada klien dan keluarga untuk dapat melakukan hal

yang bersifat ritual serta memfasilitasi keinginan untuk melakukan terapi alternatif

sesuai pilihannya, memotifasi klien dan keluarga agar berserah diri kepada tuhan,

menyiapkan klien dan keluarga saat menghadapi fase berduka.


36

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional berisi penjelasan tentang variable, alat pengukuran, cara pengukuran dan skala pengukuran serta hasil

pengukuran variabel untuk memberikan pemahaman yang sama yang ditampilkan pada table 3, diantaranya :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur


Perilaku Caring Perawat caring merupakan karakteristik interpersonal Cara ukur yang digunakan adalah Ordinal 1. < mean prilaku
yang tidak diturunkan melalui genetika, menggunakan kuisioner yang caring perwat
melainkan dipelajari melalui pendidikan sebagai terdiri dari 40 item pertanyaan kurang baik
budaya profesi. Menggunakan skala likert yaitu: 2. ≥ mean prilaku
Dengan sekoring untuk caring baik
pertanyaan positf sebagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan sekoring untuk
pertanyaan negative sebagai
berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah

Subvariabel
a. Prikemanusiaan/k merupakan totalitas perawat dalam pemenuhan Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
eyakinan dan harga diri didalam maupun dari dirinya dan Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
harapan/kepekaa memerlukan penghormatan, perawatan, pertanyaan sebanyak 10. Dengan kurang baik
n dipahami dan kebutuhan untuk dibimbing yang perntanyaan positif sebanyak 9 2. ≥ mean prilaku
37

di persepsikan pasien pertanyaan dan pentanyaan caring baik


negative berjumlah 1 pertanyaan.
Untuk sekoring pada pertanyaan
positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
b. Bantuan/keperca Sikap perawat yang meliputi kesesuian dengan Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
yaan kenyataan, kejujuran, ketulusan dan nyata, Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
ditunjukan dengan berbicara dengan volume pertanyaan sebanyak 7. Dengan kurang baik
rendah, rileks, sikap terbuka dan ekspresi wajah perntanyaan positif sebanyak 5 2. ≥ mean prilaku
sesuai dengan komunikasi yang di persepsikan pertanyaan dan pentanyaan caring baik
pasien negative berjumlah 2 pertanyaan.
Untuk sekoring pada pertanyaan
positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
38

2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
c. Ekspresi perasaan Perawat menerima dan memahami pikiran serta Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
positif/negative perasaan baik negative atau positif pasien yang Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
berbeda pada situasi berbeda. pertanyaan sebanyak 5. Dengan kurang baik
perntanyaan positif sebanyak 4 2. ≥ mean prilaku
pertanyaan dan pentanyaan caring baik
negative berjumlah 1 pertanyaan.
Untuk sekoring pada pertanyaan
positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
d. Pengajaran/pemb Perawat dan pasien dalam hubungan Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
elajaran interpersonal memberikan asuhan mandiri, Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
mentapkan kebutuhan personal, dan memberi pertanyaan sebanyak 5. Dengan kurang baik
kesempatan untuk pertumbuhan personal yang perntanyaan positif sebanyak 4 2. ≥ mean prilaku
di persepsikan pasien. pertanyaan dan pentanyaan caring baik
negative berjumlah 1 pertanyaan.
Untuk sekoring pada pertanyaan
positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
39

3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
e. Lingkungan yang Perawat menggali pengaruh lingkungan internal Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
mendukung/meli dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
ndungi/memperb penyakitnya yang di persepsikan pasien. pertanyaan sebanyak 4. Dengan kurang baik
aiki perntanyaan positif sebanyak 3 2. ≥ mean prilaku
pertanyaan dan pentanyaan caring baik
negative berjumlah 1 pertanyaan.
Untuk sekoring pada pertanyaan
positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
f. Bantuan Perawat mengenali kebutuhan komperhensif diri Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
kebutuhan dan klien. Perawat menetapkan Pemenuhan Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
manusia kebutuhan dasar harus dicapai sebelum beralih pertanyaan sebanyak 6. Dengan kurang baik
40

kepada tingkat selanjutnya. Kebutuhan dasar perntanyaan positif sebanyak 6 2. ≥ mean prilaku
klien paling rendah adalah biofisikal misalnya pertanyaan dan tidak ada caring baik
makan, minum, eliminasi, dll. Kebutuhan pertanyaan negative.
aktualisasi yang tertinggi dari kebutuhan intra Untuk sekoring pada pertanyaan
dan interpersonal yang di persepsikan pasien positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
g. Kekuatan perawat memberi kesempatan kepada klien dan Lembar kuesioner menggunakan Ordinal 1. < mean prilaku
eksistensial/peno keluarga untuk dapat melakukan hal yang Sekala Likert dengan jumlah caring perwat
molo bersifat ritual serta memfasilitasi keinginan pertanyaan sebanyak 3. Dengan kurang baik
gis/spiritual untuk melakukan terapi alternatif sesuai perntanyaan positif sebanyak 3 2. ≥ mean prilaku caring
pilihannya, memotifasi klien dan keluarga agar pertanyaan dan tidak ada baik
berserah diri kepada tuhan, menyiapkan klien pertanyaan negative.
dan keluarga saat menghadapi fase berduka Untuk sekoring pada pertanyaan
yang di persepsikan pasien. positif akan di berikan hasil
debagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang – kadang
1 = tidak pernah
Sedangkan untuk pertanyaan
negative akan di berikan sekor
sebagai berikut:
41

1 = selalu
2 = sering
3 = kadang – kadang
4 = tidak pernah
42

3.4 Populasi

Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang rawat inap

RSUD dr.Slamet Garut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah

dilaksanakan didapatkan data kunjungan pasien rawat inap pada bulan desember

2019 yaitu 6.015 pasien.

3.5 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2016) sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang rawat inap dr. Slamet

Garut, dengan kriteria :

Kriteria inklusi

1. Tingkat kesadaran penuh

2. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi

1. Pasien di rawat di ruangan intensive care

2. Pasien balita

Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus slovin

N
n=
1+ N ¿ ¿
43

Keterangan ; N = Jumlah Populasi

n = Jumlah Sampel

d = Tingkat ketelitian 10 % = 0,1

sehingga jumlah sampel yang diperoleh menggunakan rumus slovin adalah

6015
n=
1+6015 ¿ ¿

6015
n=
1+60,15

6015
n=
61,15

n = 98,36 dibulatkan menjadi 98 responden

Teknik penarikan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik Proportional Random Sampling dimana pengambilan

sampel dilakukan dengan memeperhatikan pertimbangan unsur – unsur atau

kategori dalam populasi penelitian (Nursalam, 2013).

¿x n
ni =
N

Keterangan :

ni = banyak sampel dari tiap ruangan

n = banyak sampel yang diambil dari seluruh populasi

Ni = banyak populasi dari masing – masing ruangan

N = populasi dari seluruh individu


44

Tabel 3.5.1 Distribusi Sampel dengan Menggunakan Proportional Random

Sampling

No Nama Ruangan Jumlah Populasi Sampel


1 Agate atas 1284 21
2 Agate bawah 335 5
3 Aster 49 1
4 Cempaka 870 14
6 Intan sartika 94 2
7 Jade 1102 18
8 Kalimaya bawah 694 11
9 Marjan atas 225 4
10 Marjan bawah 143 2
11 Mirah 71 1
12 Mutiara atas 32 1
13 Mutiara bawah 111 2
14 Permata 59 1
15 Puspa atas 105 2
16 Puspa bawah 83 1
17 Ruby bawah 89 1
18 Ruby atas 135 2
19 Safir 224 4
20 Topas 279 4
21 Jambrud 31 1
Jumlah 6015 98

Lembar kuesioner yang terdiri dari 40 item pertanyaan yang menggunakan sekla

liker akan di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Me=
∑ Xi
n

Keterangan:

Me : Mean (Rata-rata)

∑ : Sigma (jumlah)

Xi : Nilai X ke i sampai ke n

n : Jumlah individu

(Sugiyono, 2017).

Sehingga dapat dikategorikan:


45

Mendukung : X ≥ mean

Tidak Mendukung : X < mean


46

3.6 Instrumen Penelitian

Pada penelitian yang akan dilakukan instrument yang digunakan adalah

kuesioner yang di kembangkan dan dimodifikasi oleh Juliani, E. tahun (2009),

dari CBA (Caring Behaviour Assesment) yang dikemukakan oleh Chronin &

Harrison (1998) berdasarkan pada teori caring Watson (1985, 1988) dimana 10

faktor caratif caring dikelompokan kedalam 7 subskala yang mempunyai arti yang

sama dengan faktor caratif caring Watson, diantaranya kemanusiaan/keyakinan

harapan sensitifitas, membantu membina kepercayaan, menerima

ekspresi/perasaan positif/negative klien, pembelajaran/pengajaran interpersonal,

menciptakan lingkungan yang mendukung dan melindungi, membantu memenuhi

kebutuhan dasar, mengijinkan terjadinya phenomenology. Menggunakan skala

likert yang berisi 40 pertanyaan. Hal ini digunakan untuk mempermudah peneliti

dalam pengumpulan data untuk hasil dari penelitian. Pernyataan dalam kuesioner

perilaku cairng perawat dibuat dalam pertanyaan positif dan pertanyaan negative,

pertanyaan negative terdapat pada nomor 7, 13, 16, 19, 25 dan 30. Dimana dari

setiap opsi jawaban pertanyaan memiliki skor, sebagai berikut:

Pertanyaan Positif :

1. SL (Selalu) = 4

2. S (Sering) = 3

3. J (Jarang) = 2

4. TP (Tidak Pernah) = 1

Pertanyaan negativ :

1. SL (Selalu) = 1

2. S (Sering) = 2
47

3. J (Jarang) = 3

4. TP (Tidak Pernah) = 4

3.7 Uji Instrumen

3.7.1 Uji Validitas

Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh Juliani, E dari 40 item yang di

lakukan uji validitas terdapat 14 item yang tidak valid memiliki nilai r hitung < r

tabel atau nilai hitung < 0,361 (r hitung antara -0,002 – 0,317), yaitu item atau

pertanyaan no 4, 6, 7 ,8, 9, 13, 16, 22, 25, 29, 30, 37, 39 dan 40. Setelah 14 item

yang memiliki nilai r < 0,361 dikeluarkan dan dilakukan uji validitas ulang

sebanyak 2 kali lagi masiha ditemukan 2 item pernyataan yang memiliki nilai r <

0,361 ( pernyataan no 14 dan 17), sehingga didapatkan 24 item pernyataan yang

valid

3.7.2 Uji Reliabilitas

Dari hasil uji reliabilitasi yang telah dilakukan Juliani E didapatkan hasil,

dari 24 item pernyataan yang dinnyatakan valid selanjutnya dianalisis dengan uji

reliabilitas. Hasil nilai r alpha croncbach’s pada uji kuesioner ini adalah 0,910

artinya nilai alpha croncbach’s > r tbael maka 24 item dinyatakan reliable.

Enam belas (16) item diatas yang memiliki nilai r < 0,361 tetap akan

digunakan karena dianggap penting dan akan diperbaiki redaksinya, sehingga

jumlah item yang akan digunakan dalam kuesioner tetap 40 item. Tahap

berikutnya kuesioner digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian,

peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas lagi dan masih ditemukan 2 item

yang tidak valid , yaitu pernyataan no 7 dan 17.


48

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal penelitian, peneliti diberikan dosen pembingbing oleh

koordinator mata kuliah skripsi, kemudian peneliti mencari fenomena yang ada di

Kabupaten Garut, setelah penelitian menemukan fenomena yang ada peneliti

mengajukan judul kepada dosen pembing-bing, setelah itu peneliti melakukan

study pendahuluan di Rumah Sakit Umum dr.Slamet Garut untuk mengetahui

lebih jelasnya mengenai fenomena yang ada, setelah selesai kemudian peneliti

akan melakukan ujian proposal , peneliti akan melakukan pengajuan etik

penelitian kepada FK Unpad, setelah mendapatkan izin dari dosen pembing-bing

dari Fakultas Keperawatan Univeritas Padjadjaran. Kemudian peneliti akan

mengajukan permohonan izin kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Bankesbangpol) untuk mendapatkan perizinan penelitian. Selanjutnya peneliti

akan mengajukan izin penelitian kepada Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

melalui kepala TU dan diarahkan untuk mencari data di Rumah Sakit Umum

dr.Slamet Garut.

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian maka peneliti akan

langsung mengadakan penelitian di Rumah Sakit Umum dr.Slamet Garut dengan

terlebih dahulu menyiapkan instrumen dan memperbanyak kuesioner. Setelah itu

peneliti menentukan jumlah sampel yang telah ditentukan yaitu responden Pasien

Rumah Sakit Umum dr.Slamet Garut. Setelah sampel ditemukan, kemudian

peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan kontrak waktu

setelah itu melakukan informed consent dengan tujuan untuk menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian, serta menjelaskan /hak- hak responden.


49

Setelah responden memahami yang disampaikan peneliti dan bersedia

menjadi responden, maka peneliti akan memberikan surat persetujuan yang harus

di tandatangani oleh responden. Setelah surat persetujuan ditandatangani, masing-

masing responden akan diberikan kuesioner yang telah diberi kode.

Teknik pengumpulan data berguna untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti, peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang

berada di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut. Pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan data primer yang artinya data yang

didapatkan langsung dari responden tersebut.

3.9 Pengolahan Data

Terdapat beberapa langkah dalam menganalisa penelitian ini, yaitu :

1. Editing

Editing yaitu pengecekan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan

memeriksa kembali lembar kuesioner yang telah dijawab oleh responden, karena

kemungkinan data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.

2. Coding

Coding dilakukan untuk membedakan aneka karakter, dalam tahap ini

penulis akan memberikan kode berupa angka bilangan pada data yang kemudian

diolah pada pengolah data.

a. Jenis Kelamin dengan pengkodean, 1 : (Laki – laki), 2, (Perempuan)

b. Usia dengan pengkodean, 1 : (17 – 25 tahun), 2 : (25 – 30 tahun), 3 : (≥30

tahun)

c. Tingkat Pendidikan dengan pengkodean, 1 : (SD), 2 : (SLTP), 3 : (SLTA), 4 :

(Perguruan Tinggi).
50

d. Perilaku caring perawat dengan pengkodean, 1 : ( tinggi), 2 : (rendah)

3. Entry Data

Setelah dilakukan pengkodean maka didapatkan hasil dalam bentuk angka

atau huruf dan dimasukan dalam program statistik menggunakan computer.

4. Tabullating

Tabullating adalah kegiatan untuk menggambarkan seluruh jawaban

responden dan dimasukan pada tabel yang sudah dibuat oleh peneliti. Peneliti

melakukan tabulasi lewat program computer agar memudahkan dalam proses

tabulasi, kemudian data dihitung untuk mengetahui terkait distribusi frekuensi.

5. Cleaning Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan ulang untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan kode maupun ketidaklengkapan data, kemudian

peneliti melakukan koreksi kembali dengan cara pengecekan ulang dari tahap

coding sampai memasukan data

3.10 Analisa Data

Analisa data berguna untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang

telah digunakan dan dirumuskan terlebih dahulu dalam tujuan penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menggambarkan

atau mendeskripsikan setiap variable penelitian (Notoatmojo, 2012). Kemudian

untuk menilai variabel yang diteliti yaitu gambaran perilaku caring perawat

terhadap pasien di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut dengan subskala 7

faktor karatif yang mengacu pada 10 faktor karatif Watson digunakan likert’s

Summated Rating.
51

1. Untuk pernyataan positif (Favorable) dimulai sebagai berikut: SL (Selalu) = 4,

S (Sering), J (Jarang) = 2, TP (Tidak Pernah) = 1

2. Untuk pernyataan negative (Unfavorable) dimulai sebagai berikut: SL

(selalu) = 1, S (Sering) = 2, J (Jarang) = 3, TP (Tidak Pernah) = 4

Setelah semua data terkumpul, kemudian akan dijumlahkan nilai tiap

pertanyaan sehingga diperoleh nilai total untuk seluruh pertanyaan, selanjutnya

skor dihitung dengan menggunakan nilai median, jika skor responden ≥ median

maka dikatakan caring perawat tinggi, lalu jika skor responden < median maka

dikatakan caring perawat rendah.

Selanjutnya dihitung presentasinya dengan menggunakan rumus

f
p= x 100 %
n

Keterangan

P = Presentase

f = jumlah responden yang termasuk dalam kategori

n = jumlah total responden

Hasil perhitungan secara presentase kemudian ditafsirkan berdasarkan

kriteria sebagai berikut :

0% = Tidak seorangpun responden

1% - 19% = Sangat sedikit responden

20% - 39% = Sebagian kecil responden


52

40% - 59% = Sebagian Responden

60% - 79% = Sebagian besar responden

80% - 99% = Hampir seluruh responden

100% = Seluruh responden

3.11 Etika Penelitian

3.11.1 Autonomy

Dalam penelitian ini responden menentukan keputusan sendiri, dan peneliti

tidak memaksakan responden. Responden harus menandatangani lembar

persetujuan bila bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini

tidak ada responden yang menolak untuk berpartisipasi mengisi kuesioner yang

sudah disediakan oleh peneliti.

3.11.2 Beneficience

Manfaat dari penelitian ini yaitu masyarakat khususnya saya mengetahui

tentang perilaku caring perawat berdasarkan pendidikannya.

3.11.3 Non-Maleficence

Penelitian ini mempunyai prinsip untuk menekankan agar peneliti tidak

melakukan tindakan yang bisa membahayakan responden. Responden diusahakan

nyaman dan tidak ada beban. Penelitian ini menggunakan prosedur sehingga

menghindarkan responden dari bahaya. Prinsip ini diawali dengan informed

consent.

3.11.4 Veracity
53

Dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan informasi terkait

penelitian kepada responden dengan jujur, baik mengenai tujuan, manfaat dan

prosedur penelitian tentang perilaku caring perawat berdasarkan pendidikan.

3.11.5 Justice

Peneliti memperlakukan semua responden secara adil, baik sebelum dan

sesudah penelitian dan keikutsertaan dalam penelitian. Peneliti memastikan setiap

responden mendapatkan informasi dan diperlakukan secara sama.

3.11.6 Confidentiality

Peneliti menjamin terhadap responden agar tidak mencantumkan nama

responden pada lembar kuesioner dan peneliti merahasiakan informasi dari

responden.

3.12 Prosedur Penelitian

3.12.1 Tahap Persiapan

Peneliti menentukan topik yang akan diteliti, dalam menentukan topik ini

peneliti melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini dilakukan dengan

studi literature dan keperpustakaan. Selanjutnya peneliti mengajukan proposal

yang akan diajukan untuk melakukan seminar proposal, setelah mengikuti seminar

proposal peneliti mengurus surat perizinan penelitian ke tempat penelitian yaitu

RSUD Dr. Slamet Garut.

3.12.2 Tahap Pelaksanaan


54

Setelah mendapat surat izin penelitian, peneliti membawakan kuesioner

tabulasi data, analisa data dan melakukan pembahasan untuk hasil penelitian yang

didapatkan.

3.12.3 Tahap Akhir

Tahap ini peneliti melakukan penyusunan tahap penelitian kemudian

melakukan sidang akhir penelitian untuk mempertanggung jawabkan hasil

penelitian.

3.13 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan oktober

2019. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Slamet Garut. Instrumen yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Tempat penelitian ini terjangkau

oleh peneliti, sehingga pengumpulan data dapat berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai