Anda di halaman 1dari 16

PERILAKU CARING PERAWAT BERDASARKAN TEORI JEAN WATSON

DI RUANG RAWAT INAP RSAU DR. M. SALAMUN BANDUNG

Ns.Richa Noprianty, S.Kep.,MPH1, Indra Karana SE., MM2, Cecep Solehudin Firmansyah, S.Kep3
123
Program Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung,
Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Caring merupakan bentuk kepedulian perawat terhadap klien sebagai bentuk perhatian, penghargaan dan
mampu memenuhi kebutuhannya. Fenemona yang ada empat dari lima klien yang diwawancarai
menyebutkan perawat kurang caring terhadap klien. Kurang caring-nya perawat ditandai dengan kurang
pedulinya perawat terhadap klien, sehingga klien mengeluh bahwa perawat pada ruangan tersebut kurang
memperhatikan kenyamanan klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Caring Perawat
Berdasarkan Teori Jean Watson di Ruang Rawat Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung. Jenis penelitian
deskriptif eksploratif dengan pendekatan survey deskriptif. Sampel yang digunakan adalah Pasien rawat inap
minimal lama rawat 3 hari dengan teknik total sampling yaitu 142 orang. Pengumpulan data menggunakan
data primer dengan instrumen penelitian yaitu kuesioner Behaviors Assessment Caring dari sepuluh carative
faktor Jean Watson. Analisis data berupa distribusi frekuensi. Hasil penelitian tentang perilaku caring
perawat 52,1% yaitu cukup, Pemenuhan kebutuhan manusia 73,2%, Sistem Nilai Humanistik Altruistik
43,7%, Keyakinan dan harapan klien 47,9%, Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain 50,0%,
Hubungan membantu rasa percaya 48,6%, penerima ungkapan positif dan negatif 51,4%, Metode pemecahan
masalah 47,2%, Proses pengajaran interpersonal 45,1%, Lingkungan psikologis 60,6% perilaku caring
perawat cukup dan Kekuatan eksistensial fenomenologis klien menilai 44,4% perilaku caring perawat yaitu
baik. Disimpulkan bahwa klien menilai perilaku caring perawat memiliki kategori cukup, Oleh karena itu
karena itu bagi rumah sakit untuk membuat program pelatihan tentang caring bagi perawat agar perilaku
caring perawat menjadi lebih baik.
Caring is a nurse's concern to clients was form of attention, appreciation and able was meet their needs.
Phenomenon who had four out of five clients interviewed mentioned nurses less caring for clients. Less
caring her nurses marked with less caring nurses to clients, so clients complain that the nurses in the room
less attention to the convenience of clients. The type was of descriptive explorative research with descriptive
survey approach. The sample used was inpatient minimum patient duration of 3 days with total sampling
technique was is 142 people. Data collection of primary data with research instrument that is questionnaire
Behaviors Assessment Caring was of ten carative factor Jean Watson. Data analysis is frequency
distribution. Result of research on caring behavior of nurse 52,1% that was enough, fulfillment of human
need 73,2%, Altruistic Humanistic Value System 43,7%, Confidence and expectation of client 47,9%,
Sensitivity to self and others 50,0% , Relationship helps confidence 48,6%, recipient of positive and negative
expression 51,4%, Problem solving method 47,2%, Interpersonal teaching process 45,1%, Psychological
environment 60,6% sufficient nurse caring behavior and phenomenological existential power client assess
44,4% caring behavior of nurse that is good. It is concluded that the client assess the caring behavior of the
nurses have enough category, therefore therefore for the hospital can evaluate about caring conducted by
nurses in RSAU DR. M. Salamun Bandung.
Kata Kunci : Caring, Jean Watson, Perilaku
Latar Belakang dukungan dan peningkatan pelayanan perawatan
(Linberg, dalam Nursalam, 2014).
Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah
memberikan banyak dampak bagi kehidupan Caring adalah esensi dari keperawatan dimana
manusia, selain dampak positif, kemajuan perawat harus dapat melayani klien dengan
teknologi juga telah menyebabkan peningkatan sepenuh hati. Di dunia, perilaku caring perawat
masalah kesehatan yang berdampak pada status sudah mulai baik, namun masih ada beberapa
kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong negara yang perilaku caring perawatnya buruk.
peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, Penelitian Aiken (2012) menunjukkan persentase
yang salah satunya adalah pelayanan keperawatan. perawat yang memiliki kualitas pelayanan caring
Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang buruk terdapat pada Negara Irlandia 11%,
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan dan Yunani 47%. International Association of
manusia, dan memberikan pelayanan Human Caring (Asosiasi Internasional untuk
komprehensif terhadap seluruh aspek kehidupan Kepedulian Terhadap Manusia) menjelaskan
yaitu bio-psiko-sosial dan spiritual (Nursalam, bahwa keperawatan selalu meliputi empat konsep
2014) yaitu merawat adalah apa yang perawat lakukan,
manusia adalah sasaran dari apa yang perawat
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk
lakukan, kesehatan adalah tujuannya dan
pelayanan kesehatan yang unik dan berbeda
lingkungan adalah tempat dimana perawat
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
merawat.
dokter ataupun profesi lain. Filosofi dari
keperawatan adalah humanisme, holism dan care Di Indonesia sendiri caring menjadi salah satu
(Nursalam, 2014). Keperawatan merupakan penilaian bagi para pengguna pelayanan
profesi yang mengedepankan sikap “care”, atau kesehatan. Berdasarkan hasil survei kepuasan
kepedulian, dan kasih sayang terhadap klien. klien pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta
Keperawatan mengedepankan pemahaman menunjukan bahwa 14% klien tidak puas
mengenai perilaku dan respon manusia terhadap terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan,
masalah kesehatan, bagaimana berespon terhadap disebabkan oleh perilaku caring kurang baik
orang lain, serta memahami kekurangan dan (Kemenkes RI, dalam Abdul, 2015).
kelebihan klien (Potter & Perry, 2012). Beberapa
Perilaku yang ditampilkan oleh perawat adalah
tokoh keperawatan seperti Leininger (2010)
dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih
membuat model konseptual tentang pemberian
sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi
asuhan transkultural (kebudayaan) dengan
dorongan, empati, minat, cinta, percaya,
konsepnya “Sunrise Model” yaitu menjelaskan
melindungi, kehadiran, mendukung, memberi
teorinya mengenai keragaman asuhan budaya dan
sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi
kesemestaan, Benner (2010) membuat teori
klien (Watson, 2012). Perilaku seperti itu akan
Memahami, menguji, dan menggunakan berbagai
mendorong klien dalam perubahan aspek fisik,
konsep utama dari program teoritis untuk
psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang lebih
diterapkan pada praktik klinik dan mempelopori
baik.
aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan
agar pendidikan keperawatan memberikan Watson (2012) dalam Theory of Human Care
perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir mengungkapkan bahwa ada sepuluh carative
dan Watson (2012) menempatkan caring sebagai factor yang dapat mencerminkan perilaku caring
dasar dan sentral dalam praktek keperawatan. dari seorang perawat. Sepuluh faktor tersebut
adalah membentuk sistem nilai humanistik-
Caring merupakan bentuk kepedulian perawat
altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan,
terhadap klien, caring juga dapat didefinisikan
mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri
sebagai memberikan perhatian atau penghargaan
dan orang lain, membina hubungan saling percaya
terhadap manusia, yang tidak mampu memenuhi
dan saling membantu, meningkatkan dan
kebutuhannya Caring memberikan kemampuan
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif,
pada perawat untuk memahami dan menolong
menggunakan metode pemecahan masalah yang
klien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran
sistematis dalam pengambilan keputusan,
tentang asuhan keperawatan, dalam memberikan
meningkatkan proses belajar mengajar
bantuan bagi klien dalam mencapai atau
interpersonal, menyediakan lingkungan yang
mempertahankan kesehatan atau mencapai
mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki
kematian dengan damai. Perilaku caring perawat
mental, sosiokultural dan spiritual, membantu
adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
seorang tenaga perawat dalam merawat klien dan
mengembangkan faktor kekuatan eksistensial
keluarga dengan memberikan dorongan positif,

STIKes Dharma Husada Bandung 1


fenomenologis. Perilaku caring yang Hasil observasi awal diketahui empat dari lima
dimunculkan oleh perawat dengan benar yang klien yang diwawancarai menyebutkan perawat
didasarkan pada sepuluh carative faktor tersebut kurang caring terhadap klien. Kurang caring-nya
nantinya akan berpengaruh terhadap kesembuhan perawat ditandai dengan kurang pedulinya
klien. perawat terhadap klien, sehingga klien mengeluh
bahwa perawat pada ruangan tersebut kurang
Perilaku caring dapat dikur dengan Caring
memperhatikan kenyamanan klien, tidak pernah
Behavior Checklist (CBC) and client percepstion
memberikan sentuhan dan kurangnya penjelasan
of caring (CPC). CBC didesain untuk mengukur
dari perawat terkait prosedur dan tindakan yang
ada tidaknya perilaku caring dengan cara
akan dilakukan. Selain itu pembagian tugas
observasi. CPC merupakan kuesioner yang
perawat tidak berjalan dengan baik serta jarang
mengukur respon pasien terhadap perilaku caring
memberikan pujian dan sentuhan pada klien,
perawat. Sedangkan Caring Behaviors Assesment
sehingga kenyamanan klien di ruang Rajawali dan
Tool (CBA) sebagai salah satu alat ukur
Gelatik kurang
dikembangkan berdasarkan10 faktor karatif. Dua
alat ukur ini digunakan bersama-sama untuk Memperkuat fenomena penelitian ini kemudian
melihat proses caring CBA merefleksikan derajat peneliti melakukan wawancara kepada klien di
perilaku caring menurut persepsi pasien (Watson, ruang Gelatik dan Rajawali. Berdasarkan survey
2012). data awal peneliti menemukan dua dari sepuluh
klien yang diwawancarai mengatakan bahwa
Di rumah sakit RSAU DR. M. Salamun Bandung
perawat kurang terbuka terhadap klien dan
memiliki 9 ruang rawat inap yang terdiri dari (1)
kurang memberikan kasih sayang, sehingga
Ruang Rajawali (2) Ruang Cendrawasih (3)
perawat jarang komunikasi antara peribadi
Ruang Perwira (4) Ruang ICU-ICCU (5) Ruang
perawat-klien. Selain itu perawat kurang
Gelatik (6) Ruang Merpati (7) Ruang Parkit (8)
membantu klien ke toilet untuk BAK/BAB
Ruang kutilang (9) Ruang Merak. Dari 9 ruang
sedangkan klien butuh kehadiran perawat untuk
rawat inap tersebut peneliti melakukan penelitian
membatu klien dalam mobilitasnya dikarenakan
di 2 ruangan yaitu Ruang Gelatik dan Rajawali,
keterbatasan klien dalam beraktifitas yang
dengan alasan mengacu pada penelitian terdahulu
disebabkan kondisi yang dialaminya. Selain itu
yang dilakukan oleh Fikri (2017) di RSAU DR.
dua klien menyatakan perawat kurang
M. Salamun Bandung menunjukkan hasil 77%
memberikan penjelasan kepada klien tentang
perilaku afektif kurang dan masih ada perilaku
penyakit yang dialaminya, sehingga keyakinan
caring buruk. Hal tersebut karena observasi
dan harapan klien kurang terjalin dengan
perawat merupakan peran yang baik bagi persepsi
harmonis antara perawat-klien.
pasien itu sendiri dengan dilakukan observasi
terhadap pasien pemilihan di rumah sakit RSAU Sedangkan enam dari sepuluh klien menyatakan
DR. M. Salamun Bandung perawat kurang memahami dengan apa yang
dirasakan kondisi klien saat ini, sehingga jalinan
Berdasarkan studi pendahuluan di RSAU DR. M.
hubungan kepercayaan diri antara perawat-klien
Salamun Bandung bahwa pelayanan perawatan
masih kurang. Selanjutnya perawat belum
memiliki dua jenis pelayanan yaitu pelayanan
mampu menunjukkan kesiapan dalam mengambil
Rawat jalan dan pelayanan Rawat inap, disini
risiko, seperti perawat belum memahami perasaan
peneliti mengambil tempat penelitian di pelayanan
klien, sehingga perawat kurang merasa khawatir
Rawat Inap yaitu di ruang Rajawali dan Gelatik,
dengan klien yang berhubungan dengan
pada 2 ruangan tersebut adalah ruangan pelayanan
penyakitnya atau perawat kurang perilaku dalam
Rawat Inap, dimana pelayanan rawat inap klien
penerimaan ungkapan perasaan positif-negatif
menerima pelayanan selama 24 jam yang
terhadap klien.
dilakukan oleh perawat tersebut seperti
memberikan asuhan keperawatan (merawat klien) Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas
di rumah sakit secara efektif. Alasan lain bahwa kurangnya perilaku caring perawat
berdasarkan observasi awal bahwa perawat terhadap klien dalam memberikan asuhan
dituntut untuk mampu memberikan pelayanan keperawatan, maka urian dan paparan diatas
yang maksimal salah satunya dapat dilihat dari peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
perilaku caring perawat terhadap klien dalam tentang Perilaku Caring Perawat Berdasarkan
pemberian asuhan keperawatan. Teori Jean Watson Di Ruang Rawat Inap RSAU
DR. M. Salamun Bandung.

STIKes Dharma Husada Bandung 2


METODOLOGI PENELITIAN perawat yang dikelompokkan menjadi subskala
yang disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Alat
Rancangan Penelitian
ukur ini menggunakan skala Likert (5 poin) yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif merefleksikan perilaku Caring perawat yaitu
eksploratif dengan pendekatan survey deskriptif 5=sangat penting, 4=penting, 3=sedikit penting,
adalah suatu desain penelitian yang digunakan 2=tidak penting, 1=sangat tidak penting.
untuk menyediakan informasi yang
Uji Validitas Dan Realibilitas
menggambarkan tentang prevalensi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan
mengetahui gambaran perilaku caring perawat karena penelitian instrumen yang digunakan
berdasarkan Teori Jean Watson di Ruang Rawat merupakan alat ukur yang sudah baku. Alat ukur
Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung ini yaitu perilaku caring telah diuji oleh Manogin,
Bechtel, dan Rami dalam Watson, 2012)
Populasi dan Sampel Penelitian
menggunakan CBA hasil uji validitas dalam tiap
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien subskala berkisar dari 0,66 sampai 0. 90,
periode bulan Juni 2018 yang ada di ruangan 2 sedangkan hasil uji reabilitas menunjukkan
ruangan yaitu Gelatik sebanyak 70 orang dan sebesar 0. 93 yang berarti sudah layak untuk
Rajawali sebanyak 72 orang, sehingga jumlah melakukan penelitian.
populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 142
Pengumpulan Data
orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan tehnik total Pada pengumpulan data yang telah dilakukan
sampling yaitu Total sampling adalah teknik pada penelitian ini yaitu dengan cara memberikan
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan
dengan populasi (Sugiyono, 2014). Alasan kuesioner pada klien yang ada di tiap-tiap
mengambil total sampling karena jumlah ruangan. Kemudian kuesioner diisi Selanjutnya
responden kurang dari 10.000 orang, maka jumlah peneliti datang langsung pada tiap-tiap ruangan
sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 142 dan memastikan pasien rawat inap minimal lama
orang. rawat 3 hari serta peneliti memberikan penjelasan
jalanya penelitian. Setelah sesuai kriteria
Instrumen
selanjutnya peneliti membagikan lembar informed
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang consent, jika responden menyetujui maka
digunakan untuk pengumpulan data. Kuesioner responden mendatangani pada lembar persetujuan
yang diunakan pada ini dilihat berdasarkan tersebut dan peneliti membagikan kuesioner untuk
Behaviors Assessment Caring Tools yang terdiri diisi. Setelah semua kuesioner dikumpulkan
dari 63 pernyataan positif berdasarkan teori caring selanjutnya peneliti melakukan editing untuk
dan sepuluh carative factor menurut teori Watson memastikan semua pertanyaan terisi penuh.
(2012). Kuesioner ini telah melalui proses Selanjutnya peneliti melakukan analisis.
penterjemahan ke dalam bentuk bahasa Indonesia
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
yang dikutif dari penelitian Tumaggor (2013)
tentang Hubungan Perilaku Caring Perawat Teknik pada penelitian ini yang telah ditempuh
dengan Tingkat Kecemasan Klien Kankar dalam proses pengolahan data dengan langkah-
Payudara. Langkah-langkah penyusunan langkah diantaranya : Editing data, Coding
kuesioner yang peneliti lakukan yaitu dengan data, Entry data, Cleaning data
menyusun instrumen penelitian yang mengacu
pada teori Jean Watson, (2012) yang mengacu Analisis Data
pada Tumanggor (2013) dengan kuesioner Analisis data yang telah ditempuh pada penelitian
Caring Behaviors Assesment Tool (CBA) dalam ini menggunakan analisis univariat yaitu Analisis
bentuk bahasa Indonesia menggunakan 10 faktor yang menjelaskan atau mendeskripsikan
kreatif. CBA terdiri dari 63 perilaku Caring karakteristik setiap variabel penelitian.

STIKes Dharma Husada Bandung 3


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 4. 2 Gambaran Perilaku caring perawat
berdasarkan Jean Watson di Ruang Rawat
Tabel 4. 1 Gambaran Perilaku caring perawat
Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung
di Ruang Rawat Inap RSAU DR. M. Salamun
Bandung Perilaku caring
Baik Cukup Kurang
f % f % f %
Perilaku Frekuensi Persentase 1. Sistem Nilai
caring Humanistik 56 39,4 62 43,7 24 16,9
Altruistik
Baik 17 12. 0 2. Keyakinan dan
60 42,3 86 47,9 14 9,9
Cukup 74 52. 1 harapan
Kurang 51 35. 9 3. Kepekaan terhadap
diri sendiri dan 58 40,8 71 50,0 13 9,2
Total 142 100. 0 orang lain
4. Hubungan
membantu rasa 64 45,1 69 48,6 9 6,3
percaya
Berdasarkan tabel 4. 1 dapat diketahui 52,1% 5. Perilaku penerima
klien menilai perilaku caring perawat cukup. ungkapan perasaan 58 40,8 73 51,4 11 7,7
positif dan negatif
Adapun caring perawat diukur berdasarkan 10 6. Metode pemecahan
faktor caratif Jean Watson. Hasil pengukuran 10 52 36,6 67 47,2 23 16,2
masalah pada klien
faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 4. 2 7. Proses pengajaran
62 43,7 64 45,1 16 11,3
interpersonal
sebagai berikut. 8. Lingkungan
43 30,3 86 60,6 13 9,2
psikologis
Berdasarkan tabel 4. 2 dapat diketahui dari 142 9. Pemenuhan
klien yang menilai perilaku caring perawat kebutuhan manusia 104 73,2 31 21,8 7 4,9
didapatkan pada faktor Sistem Nilai Humanistik pada klien
10. Kekuatan
Altruistik klien menilai perilaku caring perawat eksistensial 63 44,4 60 42,3 19 13,4
cukup yaitu 43,7%, Keyakinan dan harapan fenomenologis
47,9% cukup, Kepekaan terhadap diri sendiri dan
orang lain 50,0% cukup, Hubungan membantu keperawatan, klien atau keluarga semakin senang
rasa percaya 48,6% cukup, Perilaku penerima dalam menerima pelayanan, berarti hubungan
ungkapan perasaan positif dan negatif 51,4%, terapeutik perawat-klien semakin terbina.
Metode pemecahan masalah pada klien 47,2%
cukup, Proses pengajaran interpersonal 45,1% Secara analisis pada penelitian ini perilaku caring
cukup, Lingkungan psikologis 60,6% cukup, di Ruang Rawat Inap RSAU DR. M. Salamun
Pemenuhan kebutuhan manusia pada klien yaitu Bandung menunjukkan 52,1% klien menilai
73,2% baik dan Kekuatan eksistensial perilaku caring perawat cukup. Hal ini perawat
fenomenologis menunjukkan 44,4% yaitu baik. yang memberikan caring terhadap klien yang
berarti perawat sudah dapat menunjukkan
perhatian, tanggung jawab atas perawatan yang
Pembahasan diberikan terhadap klien, dan juga merawat klien
dilakukan dengan tulus dan ikhlas.
Perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
RSAU DR. M. Salamun Bandung Sejalan dengan hasil penelitian Fikri (2017)
menunjukkan hasil 77% perilaku afektif kurang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dan masih ada perilaku caring buruk. Hal tersebut
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap karena observasi perawat merupakan peran yang
RSAU DR. M. Salamun Bandung sebagian besar baik bagi persepsi pasien itu sendiri dengan
52,1% klien menilai perilaku caring perawat dilakukan observasi terhadap pasien pemilihan di
cukup. Hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi rumah sakit RSAU DR. M. Salamun Bandung.
klien terhadap pandangan perawat, sehingga klien Hal sama dengan hasil penelitian yang telah
menilai perawat dalam perilaku caring masih dilakukan oleh Lestari (2013) tentang Hubungan
cukup. Perilaku caring yang cukup dari Antara Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
pelayanan yang di berikan oleh perawat, klien Klien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah
akan cenderung memiliki persepsi yang baik Pringsewu Lampung. Perawat dalam memberikan
terhadap perawat. Caring dipersepsikan oleh pelayanan (caring) terhadap klien mayoritas
klien sebagai ungkapan cinta dan ikatan, otoritas rendah yaitu sebanyak 54 responden (56,3 %) dan
dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat yang menilai pelayanan dengan caring yang tinggi
memotivasi perawat untuk dapat lebih care pada sebanyak 42 responden (43,8 %). Nilai p : 0. 007
klien dan mampu melakukan tindakan sesuai artinya ada hubungan antara caring perawat
kebutuhan klien. Semakin baik perilaku caring dengan tingkat kepuasan klien di Ruang Rawat
perawat dalam memberikan pelayanan asuhan

STIKes Dharma Husada Bandung 4


Inap RSUD Pringsewu. Perawat dalam Humanistik Altruistik item 1 sampai 4, Keyakinan
memberikan pelayanan (caring) terhadap klien Dan Harapan item 5 sampai 8, Kepekaan
mayoritas rendah. Terhadap Diri Sendiri Dan Orang Lain item 9
sampai 12, Hubungan Membantu Rasa Percaya
Secara teori Perilaku caring merupakan
item 13 sampai 16, Perilaku Penerima Ungkapan
manifestasi perhatian kepada orang lain, berpusat
Perasaan Positif Dan Negatif item 17 sampai 27,
pada orang, menghormati harga diri dan
Metode Pemecahan Masalah Pada Klien item 28
kemanusiaan. Caring mempunyai komitmen
sampai 31, Proses Pengajaran Interpersonal item
untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk,
32 sampai 39, Lingkungan Psikologis item 40
memberi perhatian dan konsen, menghormati
sampai 51, Pemenuhan Kebutuhan Manusia Pada
orang lain dan kehidupan manusia. Caring juga
Klien item 52 sampai 60 dan Kekuatan
merupakan ungkapan cinta dan ikatan, otoritas
Eksistensial Fenomenologis dari item 61 sampai
dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat
63.
memotivasi perawat untuk dapat lebih care pada
klien dan mampu melakukan tindakan sesuai Perilaku caring mempunyai tiga hal yang tidak
kebutuhan klien (Dwidiyanti, 2012). dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab,
dan dilakukan dengan iklas. Sikap caring juga
Caring menurut Watson (2012) dikutip dari Potter
akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap
& Perry (2013) merupakan sentral praktek
perawat dan mengurangi kecemasan klien. Kedua
keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara
hal tersebut dapat memperkuat mekanisme koping
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
klien sehingga memaksimalkan proses
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap
penyembuhaan. Kunci dari kualitas pelayanan
klien. Aspek utama caring dalam analisis
asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan
meliputi : pengetahuan, penggantian irama
kepedulian perawat. Aktifitas yang Menunjukkan
(belajar dari pengalaman), kesabaran, kejujuran,
Caring Perawat.
rasa percaya, kerendahan hati harapan dan
keberaniannya. memberi perhatian dan konsen, Sistem nilai humanistik altruistik
menghormati orang lain dan kehidupan manusia.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Dampak perilaku caring bagi klien adalah perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
meningkatkan hubungan saling percaya, RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, Sistem Nilai Humanistik Altruistik klien menilai
memiliki banyak energi, biaya perawatan lebih perilaku caring perawat cukup yaitu 43,7%. Hal
rendah, serta menimbulkan perasaan lebih tersebut dipengaruhi oleh sikap perawat yang
nyaman (Watson, 2012). Hasil penelitian Agustin kurang merespon terhadap tindakan yang
(2012) menunjukan hasil adanya hubungan yang diberikan terhadap klien, sehingga klien menggap
positif antara perilaku caring perawat dengan bahwa perilaku caring cukup. Caring perawat
kepuasan klien yang diperoleh dari tes korelasi cukup karena perawat sudah memberikan
Spearman p value = 0,000 dan 15 responden tidak kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri
ada respon yang sangat puas dalam pelayanan untuk melakukan tindakan terapi atau asuhan
perawatan namun perilaku caring kurang, keperawatan dengan klien secara terbuka.
berbanding terbalik dengan 6 responden mengaku
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan sistem
sangat puas ketika perilaku caring perawat tinggi.
nilai humanistik altruistik pada pertanyaan No. 2
Semakin baik caring perawat akan meningkatkan
yaitu perawat tidak melihat dari berbagai hal
proporsi kepuasan klien terhadap pelayanan
sudut pandang klien, sehingga caring perawat
keperawatan. Kepuasan klien terhadap pelayanan
kurang. Secara analisis pada penelitian ini di
keperawatan merupakan indikator penting dari
Ruang Rawat Inap RSAU DR. M. Salamun
kualitas pelayanan Rumah Sakit (RS), karena
Bandung menunjukkan Sistem Nilai Humanistik
sebagian besar pelayanan yang ada di rumah sakit
Altruistik klien menilai perilaku caring perawat
diberikan oleh perawat.
cukup yaitu 43,7%. Perilaku caring berfokus
Penelitian tentang CBA yang dilakukan Al- pada human science dan human care yang
Mawajdeh (2013) menunjukkan hasil bahwa dilaksanakan dalam pembentukan nilai humanistic
(91,1%) klien merasa puas dengan perilaku caring altruistik. Seorang klien yang pada masa sehat
yang dilakukan oleh perawat. Penilaian Perilaku terbiasa hidup dengan pelayanan yang sepenuhnya
skala (CBA) terdiri dari 63 item berdasarkan dipusatkan pada pemuasan semua keinginan, tentu
sepuluh faktor carative Watson. Menurut sewaktu mendapat perawatan akan menuntut
Tumanggor Item dari skala CBA dikelompokkan perlakuan yang sesuai dengan yang diperolehnya
berdasarkan subskala yaitu Sistem Nilai dalam hidup sehari-hari.

STIKes Dharma Husada Bandung 5


Tidak sejalan dengan hasil penelitian Dyta (2010) yang tersedia (mis. , meditasi, relaksasi, atau
tentang Tingkat Stres Kerja Dan Perilaku Caring kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau
Perawat. Hasil penelitianya menunjukkan secara spritual). Dengan mengembangkan
perilaku caring tergolong kurang baik terjadi pada hubungan perawat-klien yang efektif, perawat
sekitar 18 (14,35%) perawat. Perilaku caring memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan rasa
yang kurang baik itu dipengaruhi adanya beban percaya.
kerja yang terlalu banyak hal itu diperkuat dengan
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan
adanya keluhan perawat di Instalasi Rawat Inap
keyakinan dan harapan pada pertanyaan No. 6
Rumah Sakit Malang terhadap adanya beban kerja
yaitu perawat tidak mendorong klien untuk
yang banyak, sehingga banyak keluhan klien di
percaya diri artinya perawat kurang memberikan
Instalasi Rawat Inap tentang keramahan,
dukungan terhadap klien, sehingga klien memiliki
kesabaran, perhatian perawat yang masih kurang
pandangan yang kurang trehadap perilaku caring.
Menurut Watson (2012) perawat yang mempunyai Secara analisis pada penelitian ini menunjukkan
nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat bahwa perawat di Ruang Rawat Inap RSAU DR.
dilambangkan melalui penilaian terhadap M. Salamun Bandung, klien menilai keyakinan
pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dan harapan 47,9% yaitu cukup. Hal ini berarti
dengan berbagai kebudayaan dan pengalaman perawat yang ada sudah cukup dalam memberikan
pribadi. Melalui sistem nilai humanistik dan perilaku caring pada klien, seperti perilaku caring
altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas Perawat meyakinkan klien atas perkembangan
karena mampu memberikan sesuatu pada klien. kesehatan yang dirasakan saat ini, Perawat
Selain itu, perawat juga memperlihatkan mendorong klien agar percaya diri, Perawat
kemampuan diri dengan memberikan pendidikan menunjukkan hal-hal positif terhadap klien dan
kesehatan kepada klien. Pembentukan sistem kondisi klien, serta perawat sudah dapat memuji
nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang usaha-usaha yang klien lakukan dalam hal
diusia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari pengobatan.
orang tuanya. Sistem nilai ini pengalaman hidup
Penelitian Sari (2016) hubungan perilaku caring
buat seseorang dan mengantarkan kearah
perawat dengan keyakinan dan harapan klien
kemanusiaan.
kanker di Rumah Sakit. Hasil penelitianya
Pembentukan sistem nilai humainistik-altruistik menemukan dari jumlah 120 perawat yang diteliti,
dibangun dari pengalaman hidup, belajar dan juga diperoleh 64,1% responden mempersepsikan
dapat ditingkatkan selama masa pendidikan perilaku caring perawat baik, 51,3% responden
perawat. Humanistik-Altruistik dapat mempunyai keyakinan baik, dan 61,5% responden
didefinisikan sebagai kepuasan dalam memberi mempunyai harapan baik.
yang berasal dari dalam diri sendiri (Marriner &
Potter & Perry, (2012) menyatakan bahwa
Tomey, 2012). Sikap perawat yang
Perawat memberikan keyakinan/kepercayaan
mencerminkan nilai Humanistik-Altruistik ialah
dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan
perawat memberikan kebaikan dan kasih sayang
asuhan keperawatan yang holistik. Dalam
serta membuka diri untuk melakukan tindakan
hubungan perawat klien yang efektif, perawat
terapi dengan klien (Potter & Perry, 2012).
memfasilitasi perasaan optimis, harapan dan
Keyakinan dan harapan kepercayaan. Disamping itu, perawat
meningkatkan Perilaku klien dalam mencari
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
pertolongan kesehatan. Kepercayaan dan
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
penghibur sangat penting bagi proses kreatif
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
maupun kuratif. Dengan menggunakan faktor
Keyakinan dan harapan klien menilai perilaku
kreatif ini akan tercipta perasaan lebih baik
caring perawat cukup yaitu 47,9%. Hal ini
melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang
perawat harus mampu mendorong klien untuk
sangat berarti bagi seseorang secara individu.
menemukan harapan. Keyakinan dan harapan
disini menggambarkan faktor kreatif perawat yang Hal sama dengan apa yang diungkapkan oleh
akan tercipta perasaan lebih baik melalui Alligood & Tomey, (2012) secara teori bahwa
kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat keyakinan dan harapan yaitu menggambarkan
berarti bagi seseorang secara individu yaitu klien. peran perawat dalam meningkatkan hubungan
Perawat menanamkan keyakinan dan harapan antara perawat-klien yang lebih efektif dalam
berarti perawat menekankan pentingnya obat- meningkatkan kesehatan dan menolong klien
obatan untuk curative, perawat juga perlu beradaptasi dengan keadaan sehat sakit. Faktor
memberi tahu individu alternatif pengobatan lain ini merupakan gabungan dari nilai humanistic-

STIKes Dharma Husada Bandung 6


altruistik dalam memfasilitasi promosi kesehatan pekadalam berintraksi dengan orang lain. Jika
melalui pemberian asuhan keperawatan secara perawat berusaha untuk meningkatkan kepekaan
holistik. Perawat harus mampu menjalin dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa
hubungan yang baik dengan klien, memperoleh adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan
informasi klien yang dibutuhkan selama merawat diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri
klien, dan perawat harus mampu mendorong klien maupun bagi orang-orang yang berinteraksi
untuk menemukan harapan. dengan perawat itu
Kepekaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang Selain itu Perawat belajar meningkatkan kepekaan
Lain sehingga perawat bisa menerima keberadaan diri
sendiri dan orang lain. Adanya rasa sensitif dalam
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
diri perawat, membuat perawat lebih ikhlas, lebih
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
peka terhadap orang lain, dan tampil apa adanya.
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
Perawat harus paham tentang kebutuhan
Kepekaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain
psikologis dan spiritual klien, meningkatkan rasa
klien menilai 50% perilaku caring perawat cukup.
kepekaan sehingga mampu menemukan cara
Hal tersebut bahwa perilaku caring di Ruang
untuk menunjukkan Caring pada klien (Alligood
Rawat Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung,
& Tomey, 2012).
sudah cukup dalam memahami klien, menghargai
kepekaan perasaan klien sehingga ia sendiri dapat Hubungan membantu rasa percaya
menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
kepada orang lain terutama pada klien yang
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
dirawatnya.
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan hubungan membantu rasa percaya klien menilai
kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain 48,6% perilaku caring perawat cukup. Hal
pertanyaan No. 9 yaitu perawat kurang tersebut hubungan saling percaya antara klien dan
memahami klien artinya perawat kurang perawat sudah terjalin dengan baik dan
memahami kondisi, perasaan dan suasana hati kepercayaan perawat dapat menerapkan bentuk
klien saat ini sehingga perawat memiliki perilaku komunikasi untuk menjalin hubungan dalam
caring kurang. Secara analisis pada penelitian ini keperawatan.
menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan
Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung, klien
hubungan membantu rasa percaya pertanyaan No.
menilai Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang
14 yaitu Perawat kurang memahami dan perawat
lain didapatkan 50,0% yaitu cukup. Hal tersebut
tidak membatasi pengunjung, sehingga klien
berarti perawat telah memahami kebutuhan klien,
kurang berisitirhat artinya kepedulian perawat
seperti Perawat menanyakan kepada klien dengan
terhadap klien masih kurang dan klien
segala yang dilakukan saat ini dan perawat mau
beranggapan perilaku caring perawat memiliki
menerima klien apa adanya serta perawat peka
kategori cukup. Secara analisis pada penelitian ini
terhadap perasaan dan suasana hati klien.
menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat
Sejalan dengan hasil penelitian Hutasoit (2015) Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung, klien
tentang Persepsi Klien Terhadap Perilaku Caring menilai hubungan membantu rasa percaya klien
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Hasil 48,6% perilaku caring perawat cukup. Hal
penelitiannya menunjukkan kebutuhan caring tersebut berarti perawat yang ada di ruang Rawat
(nilai p = 0,001) dan perilaku caring perawat (nilai Inap RSAU DR. M. Salamun sudah dapat
p = 0,006). Terpenuhinya kebutuhan caring dan membantu klien dalam hal pemenuhan kebutuhan,
perbaikan perilaku caring perawat akan seperti Perawat baik dan penuh perhatian terhadap
menjadikan persepsi klien menjadi positif selama klien, Perawat memahami dan membatasi
rawat inap. pengunjung agar klien bisa beristirahat, serta
perawat memperlakukan klien dengan hormat.
Secara teori Watson, (2012) Perawat belajar
menghargai kepekaan atau kesensitifan dan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joyo (2014)
perasaan klien sehingga ia sendiri dapat menjadi tentang hubungan perilaku caring perawat dengan
lebih sensitif, murni dan bersikap wajar kepada tingkat kepuasan klien di Poli VCT RSUD
orang lain. Pengembangan kepekaan dengan diri Gambiran Kota Kediri Berdasarkan Teori Watson.
dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan Hasil penelitiannya menunjukkan perilaku caring
perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang perawat dalam kategori “care” yaitu 18 orang
muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat (36%). Perawat merupakan bagian dari tim
berkembang melalui perasaan diri seseorang yang pelayanan kesehatan di rumah sakit, perilaku

STIKes Dharma Husada Bandung 7


caring yang ditunjukkan perawat dalam pertanyaan No. 22 yaitu Perawat tidak
memberikan pelayanannya menjadi salah satu memperkenalkan diri terhadap klien. Artinya
indikator mutu pelayanan. teraupetik antara klien-perawat masih kurang,
sehingga komunikasi antara klien dan perawat
Menurut Cosette (2008) caring mencakup upaya
masih kurang. Hasil analisis pada penelitian ini
perawat untuk meningkatkan proses pembelajaran
menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat
interpersonal, menanamkan konsep self care,
Inap RSAU DR. M. Salamun Bandung, klien
menumbuhkan hubungan saling membantu,
menilai Penerima ungkapan perasaan positif dan
menggunakan metode penyelesaian masalah
negatif klien perilaku caring 51,4% yaitu perilaku
dengan lebih kreatif, menghargai kekuatan –
caring cukup. Hal tersebut bahwa perawat yang
kekuatan yang ada dalam kehidupan, terbuka pada
ada di ruangan rawat Inap Salamun Bandung
dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang
sudah dapat memberikan interaksi antara perawat
tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, bertindak
dan klien dengan baik secara fisik, emosi dan
berdasarkan sistem nilai yang manusiawi,
spiritual akan dipersepsikan oleh penerima
menanamkan harapan dan kepekaan terhadap diri
pelayanan asuhan keperawatan. Dengan adanya
sendiri atau orang lain serta memberikan
perilaku caring yang baik, maka klien
kenyamanan kepada klien dalam bentuk
mengungkapkan perasaannya tantang perawat
memenuhi kebutuhan dasar klien dengan penuh
sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan
penghargaan.
akan baik. Sehingga kepuasan akan pelayanan
Secara teori Watson (2012) menyatakan bahwa asuhan keperawatan juga akan baik. Hal ini sudah
hubungan saling percaya antara perawat dan klien dibuktikan di atas, bahwa semakin baik perilaku
adalah sangat kursial bagi transpersonal caring. caring perawat, maka semakin baik pula kepuasan
Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan klien.
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Sejalan dengan hasil penelitian Laili (2016)
Pengembangan hubungan saling percaya
tentang perilaku caring perawat meningkatkan
menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin
kepuasan ibu klien. Hasil penelitiannya
hubungan dalam keperawatan. Karakteristik
menunjukkan semua ibu yang memberikan
faktor ini adalah kongruen, empati dan ramah.
penilaian perilaku caring perawat dalam kategori
Kongruen berarti perawat menanyakan apa
kurang dapat membentuk kepuasan tingkat
adanya dalam berinteraksi dan tidak
sedang. Perilaku caring perawat tingkat sedang
menyembunyikan kesalahan.
dapat membentuk kepuasan yang baik bagi ibu
Perawat bertindak dengan cara yang lebih terbuka sebesar 67,7 %.
dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa
Secara teori menyatakan bahwa penerimaan
yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan
ungkapan perasaan positif dan negatif yaitu
positif terhadap orang lain yang sering
perawat harus mempersiapkan diri untuk
diekspresikan dengan bahasa tubuh, ucapan
menerima ekspresi perasaan negatif ataupun
tekanan orang lain yang sering diekspresikan
positif dari klien. Dalam berhubungan dengan
dengan bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap
klien, perawat harus mampu menunjukkan
terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.
kesiapan mengambil resiko saat berbagi dengan
Penerima ungkapan perasaan positif dan klien (Potter & Perry 2012). Hal yang dapat
negatif perawat lakukan misalnya memahami setiap
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ekspresi kekhawatiran klien, cara klien
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap menunjukkan rasa sakitnya, nilai atau budaya
yang dimiliki klien berhubungan dengan
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
Penerima ungkapan perasaan positif dan negatif penyakitnya (Alligood & Tomey, 2012).
klien menilai 51,4% perilaku caring perawat Metode pemecahan masalah pada klien
cukup. Hal tersebut perawat sudah dapat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
menerima ungkapan dan mendengarkan semua
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
keluhan dan perasaan klien. Perasaan bagian dari
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
pengalaman yang cukup berisiko baik bagi
Metode pemecahan masalah pada klien menilai
perawat maupun klien. Selain itu perawat
47,2% perilaku caring cukup. Hal tersebut
memahaminya dengan ungkapan positif dengan
perawat sudah dapat menggunakan metode
emosional pada keadaan yang berbeda.
sistematis dalam pemecahan masalah dengan
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan menumbuhkan kemampuan pengambilan
penerima ungkapan perasaan positif dan negatif keputusan pada klien dan keluarga.

STIKes Dharma Husada Bandung 8


Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan metode dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berpikir kritis
pemecahan masalah pada klien pertanyaan No. dalam keperawatan sangat dipengaruhi oleh sifat-
30 yaitu Perawat kurang membantu dalam sifat psikologis, fisiologis dan lingkungan seperti
memahami perasaan klien. Artinya perawat usia, tingkat kepercayaan, bias, keterampilan,
kurang memahami dengan kondisi dan perasaan stress, kelelahan, dan rekan kerja (American
klien dan perawat hanya melakukan tindakan Society of Registered Nurses, 2007).
asuhan keperawatan saja, tanpa perlu adanya
Teori Watson, (2012) menjelaskan bahwa Perawat
pandangan dan pemahaman klien saat ini. Hasil
menggunakan metode proses keperawatan sebagai
analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa
pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien,
perawat di Ruang Rawat Inap RSAU DR. M.
sehingga akan mengubah gambaran tradisional
Salamun Bandung, klien menilai Metode
perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses
pemecahan masalah pada klien yaitu perilaku
keperawatan adalah proses yang sistematis dan
caring 47,2% cukup. Hal tersebut bahwa perawat
berstruktur.
sudah dapat memahami perasaan klien, perawat
sudah dapat berbicara antara klien-perawat Perawat menerapkan proses keperawatan secara
dengan baik, serta dapat menumbuhkan sikap sistematis, membuat keputusan pemecahan
carenya terhadap klien, sehingga pengembangan masalah secara ilmiah dalam menyelanggarakan
metode yang dilakukan perawat sudah sesuai pelayanan yang berfokus pada klien (Potter &
dengan SPO yang ada di Ruang Inap RSAU DR. Perry 2012). Perawat harus memahami bahwa
M. Salamun Bandung. setiap individu adalah unik dan situasi dalam
menghadapi penyakit berbeda-beda, sehingga
Secara teori Berpikir kritis adalah suatu proses
dalam menerapkan metode pemecahan masalah
pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
perawat harus mampu menyesuaikan teori
kejadian atau fakta yang mutakhir dan
keperawatan dengan setiap orang dan situasi yang
menginterpretasikannya serta mengevaluasi
dihadapi (Alligood & Tomey, 2012).
pendapat-pendapat tersebut untuk mendapat
kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan Proses pengajaran interpersonal
baru (Strader dalam Maryam, Setiawati &
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Ekasari, 2008). perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
Berpikir kritis merupakan komponen penting dari RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
perawatan karena perawat selalu dihadapkan Proses pengajaran interpersonal klien menilai
dengan situasi yang kompleks, yang menuntut 45,1% perilaku caring cukup. Hal tersebut berarti
penilaian akurat, pengambilan keputusan yang perawat sudah dapat mengaplikasikan sikap caren
tepat dan merupakan proses pembelajaran terus nya kepada klien, dan Perawat sudah dapat
menerus. Morrison (2009) menyatakan bahwa memberikan informasi kepada klien, serta
berpikir kritis dapat memberikan pengaruh yang Perawat Ruang Rawat Inap RSAU DR. M.
kuat dalam pengambilan keputusan dan Salamun Bandung dapat bertanggung jawab akan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh manajer kesejahteraan dan kesehatan klien, sehingga
perawat setiap hari. Meskipun demikian, ternyata tercipta hubungan antara klien-perawat terjalin
belum semua perawat mempunyai kemampuan harmonis. Hal ini dapat dilihat pada point
berpikir kritis yang baik. Perawat merupakan pertanyaan metode pemecahan masalah pada klien
pemikir kritis yang efektif, sehingga perawat pertanyaan No. 33 yaitu Perawat dapat
diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan berkomunikasi secara efektif lebih mampu
dan mampu memecahkan masalah klinis, baik membina hubungan antar diri mereka sendiri dan
yang bermanfaat bagi klien , perawat, dan orang lain, termasuk klien dan keluarga. Artinya
lembaga. Karena itu, dalam proses pendidikan kedekatan antara perawat-klien masih kurang
hendaknya perawat didorong untuk dilihat dari komunikasi, baik antar personal klien
mengembangkan keterampilan berpikir kritis maupun pada kluarga, berarti sikap
sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat komunikasinya masih kurang. Perilaku caring
(Rogal & Young, 2008). perawat sangat diperlukan dalam membina
hubungan agar tercipta hubungan yang baik antara
Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan
perawat, klien dan keluarga.
dengan perlakukan. Hasil penelitian Sumartini
(2010) menunjukkan bahwa setelah diberikan Sejalan dengan hasil penelitian Muhlisin (2017)
coaching oleh kepala ruang maka perawat primer tentang aplikasi model konseptual caring dari Jean
yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik, Watson dalam asuhan keperawatan. Hasil
jumlahnya lebih banyak dibanding kelmpok penelitian menunjukkan caring adalah ideal moral
kontrol. Hasil pengukuran kemampuan berpikir dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila

STIKes Dharma Husada Bandung 9


dimensi spiritualnya meningkat ditunjukkan yang baik, serta membuat kenyamanan klien
dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri terhadap kondisi lingkungan yang kondusif dan
yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. perawat sudah dapat menjaga privasi klien saat
Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti ini, sehingga perawat sudah dapat
juga pertanggungjawaban hubungan antara mensejahterakan kondisi klien saat ini.
perawat-klien, dimana perawat membantu
Hal ini dapat dilihat pada point pertanyaan
partisipsi klien, membantu memperoleh
lingkungan psikologis pertanyaan No. 43 yaitu
pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
perawat kurang menjaga ruangan tetap rapi dan
Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar bersih. Artinya perawat kurang memperhatikan
yang didesain untuk memampukan klien lingkungan kondisi klien diruangan, seperti
memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan kebersihan lingkungan dan alat medis yang tidak
asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal dirapihkan kembali, karena beranggapan perawat
dan memberikan kesempatan untuk kebutuhan bukan untuk merapihkannya, tapi pada
personal klien (Watson , 2012). Menekankan kenytaannya kerapihan dapat dilakukan oleh siapa
bahwa proses keperawatan memiliki langkah- saja, termasuk oleh perawat. Secara analisis pada
langkah yang sama dengan proses riset ilmiah, penelitian ini menunjukkan dilihat dari
karena kedua proses tersebut mencoba untuk Lingkungan klien menilai 60,6% perilaku caring
menyelesaikan masalah dan menemukan solusi cukup. Hal tersebut jika diketahui dari hasil
yang terbaik. Lebih lanjut Watson kuesioner yang paling penting dengan skor
menggambarkan kedua proses tersebut sebagai tertinggi yaitu tentang Perawat mendukung
berikut (tulisan yang dimiringkan menandakan dengan apa yang klien lakukan saat ini dan untuk
proses riset yang terdapat dalam proses diri sendiri, serta perawat menjaga privasi klien
keperawatan). dan Perawat menjaga ruangan tetap rapi dan
bersih. Lingkungan yang bersih dapat
Sikap caring berarti perawat bersikap empati,
mencerminkan kenyamanan klien, dengan
memberi dukungan, simpati serta perlindungan
kebutuhan rasa aman klien cepat sembuh dengan
kepada klien . Sikap caring maka dapat
penyakitnya.
memberikan pengalaman yang baik untuk klien .
Pendapat ini didukung oleh Wolf, Miller & Penelitian Sjattar (2018) tentang hubungan faktor
Devine (2010) yang menyatakan bahwa kinerja psikologis dengan kinerja perawat dalam
staf perawat termasuk perilaku caring dapat pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang
memberikan kontribusi besar terhadap kualitas Rawat Inap Rumah Sakit TK II Pelamonia
pengalaman klien selama dilakukan perawatan. Makassar. Hasil penelitianya menunjukkan
bahwa penelitian tersebut menemukan faktor
Hal ini merupakan konsep penting yang
psikologis yang berhubungan dengan motivasi (p
membedakan antara Caring dan curing. Perawat
= 0. 037 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0.
memberi informasi kepada klien, memfasilitasi
036 < α 0,05 untuk ruang interna), sikap (p = 0.
proses belajar-mengajar yang diciptakan agar
012 < α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0. 000 <
klien dapat meningkatkan kemandiriannya,
α 0,05 untuk ruang interna), persepsi (p = 0. 022 <
memenuhi kenutuhan secara mandiri dan
α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0. 035 < α 0,05
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
untuk ruang interna), kepuasan kerja (p = 0. 016 <
personal klien (Alligood & Tomey, 2012).
α 0,05 untuk ruang bedah dan p = 0. 001 < α 0,05
Lingkungan psikologis untuk ruang internal) terhadap kinerja kelompok
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perawat dalam pendokumentasian asuhan
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap keperawatan.
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari Faktor psikologis yang berhubungan dengan
Lingkungan psikologis klien menilai 60,6% perilaku caring perawat merupakan proses
perilaku caring cukup. Hal tersebut lingkungan keperawatan merupakan sebuah cara yang penting
psikologis dipengaruh lingkungan internal dan untuk mengetahui kemampuan kerja perawat
eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi dalam melaksanakan proses pendokumentasian
penyakit klien. Saat ini lingkungan internal klien keperawatan dengan menunjungjung sikap care
yaitu mencakup kesejahteraan mental dan spiritual perawat dalam memberikan kenyamanan terhadap
dan kepercayaan sosiokultural. Sedangkan klien, sehingga proses keperawatan dari segi
lingkungan eksternal mencakup, kenyamanan, lingkungan psikologis sangat penting.
privasi, keselamatan, kebersihan dan lingkungan
Secara teori klien bisa mengalami perubahan baik
di sekitar. Di ruang Rawat Inap RSAU DR. M.
dari lingkungan internal maupun eksternal, maka
Salamun Bandung, sudah mencakup lingkungan

STIKes Dharma Husada Bandung 10


perawat harus mengkaji dan memfasilitasi sesuai dengan pertanyaan No. 60 yaitu perawat
kemampuan klien untuk beradaptasi dengan kapan memanggil dokter. Artinya perawat kurang
perubahan fisik, mental dan emosional (Watson, kolaborasi antara perawat dengan dokter,
2012). Perawat harus menyadari lingkungan sehingga klien memiliki pandangan yang kurang
internal dan eksternal berpengaruh terhadap baik antara perawat dan donker. Secara analisis
kondisi sehat-sakit klien. Lingkungan internal pada penelitian ini menunjukkan dilihat dari
meliputi keadaan mental dan spiritual, keadaan Pemenuhan kebutuhan manusia pada klien
sosiokultural, dan kepercayaan individu. didapatkan 73,2% perilaku caring baik. Hal
Sedangkan lingkungan eksternal ialah tersebut jika diketahui dari hasil kuesioner yang
kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan, paling penting dengan skor tertinggi yaitu tentang
lingkungan yang astetik. Sehingga perawat harus perawat memberikan suntikan, infus dll. Perawat
mampu membuat pemulihan suasana fisik dan memberikan perawatan dan obat tepat waktu,
non fisik serta menciptakan kebersamaan, sehingga pemenuhan kebutuhan klien dapat
keindahan, kenyamanan (Alligood & Tomey, terpenuhi.
2012).
Penelitian Wantiyah (2017) tentang hubungan
Pelayanan keperawatan memberi konstribusi perilaku caring perawat dengan pemenuhan
dalam menentukan kualitas pelayanan di rumah kebutuhan spiritual pada Klien Rawat Inap di
sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas
kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai Nusantara Medika Jember. Hasil penelitinya
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan menunjukkan bahwa nilai p = 0,011 dan α = 0,05
keperawatan salah satunya dengan meningkatkan ada hubungan antara perilaku caring perawat
sikap kepedulian terhadap klien dengan cara dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Perilaku
perawat melakukan sikap “care” terhadap klien caring perawat dipersepsikan memuaskan (93,2%)
nya. Perilaku caring dipengaruhi oleh faktor dan kebutuhan spiritual dirasakan cukup (75,7%).
psikologis yang dapat mempengaruhi caring
Secara teori oleh Asmuji dan Rohmah (2010)
perawat dalam pendokumentasian asuhan
mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan
keperawatan di ruang rawat inap. Sikap yang baik
kebutuhan dasar klien memerlukan caring
adalah sikap dimana ia mau mengerjakan
perawat, dimana perilaku caring perawat salah
pekerjaan tersebut tanpa terbebani oleh sesuatu
satunya sebagai pemberi asuhan keperawatan atau
hal yang menjadi konflik internal. Ambivalensi
care provider harus dilaksanakan secara
sering kali muncul ketika konflik internal
komprehensif atau menyeluruh tetapi juga pada
psikologis muncul. Perilaku caring perawat
tindakan prevetif. Tindakan preventiv dalam
sangat dipengaruhi oleh sikap dalam bekerja.
upaya menjaga kesehatan yang bisa dilakukan
Sedangkan sikap seseorang dalam memberikan
adalah perawat memberi kebutuhan dasar
respon terhadap masalah dipengaruhi oleh
manusia, dimana unsur-unsur yang dibutuhkan
kepribadian seseorang. Kepribadian ini dibentuk
manusia dalam mempertahankan keseimbangan
sejak lahir dan berkembang sampai dewasa.
fisiologi maupun pskologis seperti makan, minum
Kepribadian seseorang sulit dirubah karena
berpakaian, istirahat, BAK, BAB dan rasa aman
elemen kepribadian (id, ego,super-ego) dibangun
dan perlindungan diri.
dari hasil bagaimana dia belajar saat dikandungan
sampai dewasa. Perilaku ini dapat dirubah Watson, (2012) berpendapat bahwa perawat perlu
dengan meningkatkan pengetahuan dan mengenali kebutuhan komprehensif yaitu
memahami sikap yang positif dalam kebutuhan biofisik, psikososial, psikolofisikal dan
mengembangkan sikap caring pada kliennya interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang
(Wibowo, 2016). paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih
ketingkat selanjutnya. Nutrisi, eliminasi dan
Pemenuhan kebutuhan manusia pada klien
ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan yang paling rendah, sementara aktivitas dan
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap seksualitas adalah kebutuhan psikofisik yang
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat paling rendah. Pencapaian dan hubungan
Pemenuhan kebutuhan manusia pada klien merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi dan
didapatkan 73,2% perilaku caring baik. aktualisasi diri merupakan kebutuhan
Pelayanan kesehatan khususnya di bidang interpersonal yang paling tinggi
keperawatan dituntut mampu memberikan
Diperjelas oleh Alligood & Tomey, (2012) bahwa
pelayanan kesehatan yang bermutu dan memberi
memenuhi kebutuhan dasar klien meliputi
kepuasan klien serta keluarganya dalam batas
kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan
standar pelayanan professional. Hal tersebut

STIKes Dharma Husada Bandung 11


kebutuhan intrapersonal klien dengan sepenuh sebagaimana ia tampak kepada kesadaran, sebuah
hati. Pemenuhan kebutuhan yang paling ilmu yang menggambarkan apa yang dipikirkan,
mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat dirasa dan diketahui oleh seseorang dalam
yang selanjutnya. Pemberi pelayanan kesehatan kesadaran dan pengalamannya saat itu. Proses
berperan besar dalam pemenuhan kebutuhan klien tersebut mengantarkan pada perkembangan
terutama bagi perawat. Perawat sebagai tenaga kesadaran fenomenal melalui sains dan filsafat
kesehatan yang 24 jam bersama klien penting “menuju pengetahuan yang absolut tentang Yang
kiranya tanggap dan peduli terhadap kebutuhan Absolut”
klien , kepedulian dalam pemenuhan kebutuhan
Menurut Watson, (2012) Kekuatan Eksistensial
klien dapat dilakukan perawat dengan
Fenomenologis merupakan faktor bertujuan agar
menerapkan perilaku caring. Caring merupakan
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien
tindakan konkrit yang muncul dengan sendirinya
dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan
dari keinginan, maksud, atau komitmen sehingga
pada pangalaman/pemikiran yang bersifat
dengan perawat melakukan perilaku caring dapat
proaktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
meningkatkan dan melindungi kemanusiaan
pemahaman tentang diri sendiri. Diakuinya faktor
dengan membantu klien menemukan hikmah dari
kreatif ini dalam ilmu keperawatan membantu
penyakit, penderitaan, nyeri dan keberadaan
perawat untuk memahami jalan hidup seseorang
(Blais, et. al 2013).
dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena
Kekuatan eksistensial fenomenologis adanya irrasional tentang kehidupan, penyakit dan
kematian, perawat menggunakan faktor kreatif ini
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
untuk membantu memperoleh kekuatan daya
perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap
uantuk menghadapi kehidupan atau kematian
RSAU DR. M. Salamun Bandung dilihat dari
Kekuatan eksistensial fenomenologis klien Fenomenologis diuraiakan sebagai suatu keadaan
menilai 44,4% yaitu perilaku caring baik. Hal langsung yang dapat membuat seseorang mengerti
tersebut perawat menunjukkan perilaku caring tentang situasi yang terjadi. Watson
dengan Kekuatan eksistensial fenomenologis mempertimbangkan bahwa faktor ini memang
terhadap klien yang berarti perawat memahami sulit untuk dimengerti. Namun hal ini akan
kliennya dengan kondisi saat ini, artinya perawat membawa perawat untuk memahami dirinya
mengerti dengan keadaan kondisi yang sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat
dikeluhkan klien saat ini. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami kehidupan
membantu seseorang untuk memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan
klien di rumah sakit. Hal ini dapat dilihat pada spiritual (Alligood & Tomey, 2012).
point pertanyaan Kekuatan eksistensial
Watson mengemukakan caring merupakan
fenomenologis pertanyaan No. 63 yaitu Perawat
perwujudan dari semua faktor yang digunakan
membantu klien menjadi lebih baik dan sehat.
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
Artinya perawat sudah membatu klien dalam
pada klien. Faktor-faktor tersebut disebut dengan
pemenuhi kebutuhanya, namun belum
faktor karatif caring. Faktor karatif caring
keseluruhan klien memili pandangan pada
meliputi membentuk sistem nilai humanistik-
perawat tentang kebutuhan manusia terhadap
alturistik; menanamkan keyakinan dan harapan
klien.
(faith-hope); mengembangkan sensitivitas untuk
Penelitian Arrohmah (2017) Gambaran Penerapan diri sendiri dan orang lain; membina hubungan
10 Faktor Karatif Caring Pada Mahasiswa saling percaya dan saling bantu (helping-trust);
Keperawatan Universitas Diponegoro Yang Telah meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
Menjalani Praktik Klinik Di Rumah Sakit. Hasil positif dan negatif; menggunakan metode
penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa pemecahan masalah yang sistemantis dalam
keperawatan Universitas Diponegoro sudah dapat pengambilan keputusan; meningkatkan proses
menerapkan perilaku caring pada klien selama belajar-mengajar interpersonal; menyediakan
menjalani praktik klinik di rumah sakit namun lingkungan yang mendukung, melindungi, dan
belum optimal, dari sepuluh faktor karatif Watson memeperbaiki mental, sosialkultural, dan
dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan spiritual; membantu dalam pemenuhan kebutuhan
masing-masing faktor karatif diantaranya dasar manusia; mengembangkan faktor kekuatan
Kekuatan eksistensial fenomenologis klien 75% eksistensial-fenomenologis. Kesepuluh faktor
kurang baik. karatif ini sebagai suatu kerangka untuk
memberikan suatu foKus terhadap fenomena
Secara teori Hegel (2012) mendefinisikan bahwa
keperawatan.
fenomenologi berkaitan dengan pengetahuan

STIKes Dharma Husada Bandung 12


Teori Watson dalam Kozier, menjelaskan bahwa 3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
praktik caring merupakan pusat keperawatan. klien menilai 50,0% perilaku caring perawat
Watson menggambarkan caring sebagai dasar cukup
dalam kesatuan nilai – nilai kemanusiaan yang
4. Hubungan membantu rasa percaya klien
universal (kebaikan, kepeduliaan, dan cinta
menilai 48,6% perilaku caring perawat cukup
terhadap diri sendiri dan orang lain). Caring
digambarkan sebagai moral ideal keperawatan, 5. Perilaku penerima ungkapan perasaan positif
hal tersebut meliputi keinginan untuk merawat, dan negatif klien menilai 51,4% perilaku
kesungguhan untuk merawat, dan tindakan caring perawat cukup
merawat (caring). 6. Metode pemecahan masalah pada klien
Disimpulkan dari keseluruhan hasil pada menunjukkan 47,2% perilaku caring perawat
penelitian ini dari sepuluh faktor karatif Watson cukup
dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan 7. Proses pengajaran interpersonal klien
masing-masing faktor karatif. Hasil penelitian ini menilai 45,1% perilaku caring cukup
menunjukkan bahwa klien menilai perilaku caring
perawat di Ruang Rawat Inap RSAU DR. M. 8. Lingkungan psikologis klien menilai 60,6%
Salamun Bandung sudah atau memiliki kategori perilaku caring cukup dan
cukup dan perawat dapat menerapkan perilaku 9. Pemenuhan kebutuhan manusia yaitu 73,2%
caring pada klien selama menjalani praktik klien menilai perilaku caring perawat baik.
keperawatan di rumah sakit, namun belum
optimal. Perawat perlu meningkatkan perilaku 10. Kekuatan eksistensial fenomenologis klien
caring pada setiap faktor karatif, sehingga menilai 44,4% perilaku caring perawat yaitu
diharapkan dapat menjadi dasar dalam baik.
membentuk pedoman perilaku caring perawat dan 11. Secara keseluruhan didapatkan perilaku
pedoman pemenuhan kebutuhan spiritual pada caring perawat 52,1 klien menilai cukup
klien. Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk
penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat Saran
mengembangkan dari penelitian ini dengan 1. Bagi Rumah sakit
menilai perilaku caring perawat dengan instrumen
yang lainnya, meneliti faktor-faktor yang Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan klien, dan caring cukup oleh karena itu bagi rumah sakit
persepsi klien mengenai perilaku caring dan untuk membuat program pelatihan tentang
pemenuhan kebutuhan klien secara kualitatif. caring bagi perawat agar perilaku caring
perawat menjadi lebih baik.
Keterbatasan Penelitian
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini tidak terlepas dalam keterbatasan
diantaranya adalah Penelitian yang telah Perawat perlu meningkatkan sikap care
dilakukan hanya sebatas pembagian kuesioner dan terhadap klien dengan keterampilan ketika
peneliti belum menggunakan wawancara dan menjalankan perannya sebagai pelaksana
observasi langsung pada perawat, sehingga tindakan keperawatan professional, sehingga
hasilnya belum menggambarkan faktor perilaku terciptanya keharmonisan antara klien-
caring secara keseluruhan. perawat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini masih terdapat kekurangan
dilihat dari pengumpulan data hanya terfokus
Simpulan pada kuesioner dan sampel yang ditujukan
1. Sistem Nilai Humanistik Altruistik klien pada pasien, oleh karena itu untuk penelitian
menilai 43,7% perilaku caring perawat cukup selanjutnya dapat melakukan observasi
langsung terhadap perawat, sehingga
2. Keyakinan dan harapan klien menilai 47,9% hasilnya dapat menemukan faktor secara
perilaku caring perawat cukup subjektif dan hasil penelitian tentang perilaku
caring dapat digali secara kualitatif.

STIKes Dharma Husada Bandung 13


Gaffar, 2013. Pengantar Keperawatan Profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC
Agustin, 2012. Hubungan Perilaku Caring
Gibson, James & John, 2013. Organisasi
Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di
Perilaku–Struktur –Proses , Terjemahan,
Ruang Rawat Inap Interna Gunung Jati Dan
Edisi V. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gunung Giri RSI. SAKINAH Mojokerto.
From Http://Ejournal.Stikes-Ppni.Ac.Id/ Harlley, 2013. The Role Nursing And Leadership
Of The Modernization And Improvement
Aiken, 2012. Psychological Testing And
Of Public Service.
Assessment. Ninth Edition. Boston: Allyn
And Bacon. Diakses Dari Hegel, 2012. Philosophy Of History”,
Http://Repository.Usu.Ac.Id/. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Asmuji Dan Rohmah, 2010.. Perilaku Perawat Hutasoit, 2015. Tentang Persepsi Klien Terhadap
Pada Pemenuhan Kebutuhan Masusia. Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat
Jakarta Inap Rumah Sakit.
Al- Mawajdeh, 2013. A Medical-Surgical Nurse's Henderson, 2010. Ilmu Bedah Perawat.
Perceptions Of Caring Behaviors Among Jakarta. Yayasan Mesentha. Medica.
Hospitals In Taif City. From
Joyo, 2014. Tentang Hubungan Perilaku Caring
Https://Www.Researchgate.Net/.
Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Klien
Arrohmah, 2017. Gambaran Penerapan 10 Faktor Di Poli VCT RSUD Gambiran Kota Kediri
Karatif Caring Pada Mahasiswa Berdasarkan Teori Watson.
Keperawatan Universitas Diponegoro Yang
Kemenkes RI, 2015. Rencana Dan Strategi
Telah Menjalani Praktik Klinik Di Rumah
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
Sakit.
2019.Kemenkes RI. 2015.
Alasad, Tabar, & Aburuz, 2015. Fundamental Of
Kemenkes RI, Dalam Abdul, 2015. Hubungan
Nursing Standart And Practice Fourt
Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat
Edition. USA : Dermar Chengage Learning.
Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah
Alligood & Tomey, 2012. Nursing Theorist And Sakit. From.
Their Work. 6th Edition, St. Louis: Mosby Http://Digilib.Unisayogya.Ac.Id/
Elsevier, Inc
Kusmiran, 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam
Azzam, R, 2010. Persepsi Perawat Tentang Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Konsep Spiritualitas Dan Asuhan Spiritual.
Kusnanto, 2013. Pengantar Profesi Dan Praktik
From
Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Http://Rohmanpsikfkkumj.Wordpress.Com/
Laschinger, Gilbert & Smith, 2011. Patient
Blais, Et Al, 2013. Praktik Keperawatan
Satisfaction As A Nurse-Sensitive
Profesional. Jakarta: EGC
Outcome. In D. M. Doran(Ed., Nursing
Cosette, 2008. Sikap Caring Dan Fungsi Profesi. Outcome: The State Of The Science, 2nd Ed.
Jakarta Pp.359.. London: Jones&Bartlett Learning.
Depkes RI, 2010. Hasil Evaluasi Peran Dan Lestari, 2013. Hubungan Antara Caring Perawat
Fungsi Perawat Kesehatan Masyarakat Dengan Tingkat Kepuasan Klien Rawat
Di Puskesmas Daerah Terpencil. Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Pringsewu Lampung.
Dan Keteknisan Medik. Jakarta
Laili, 2016. Tentang Perilaku Caring Perawat
Dyta, 2010. Tentang Tingkat Stres Kerja Dan Meningkatkan Kepuasan Ibu Klien.
Perilaku Caring Perawat.
Leininger, 2010 Dan Benner, 2010. From Novice
Dwidiyanti, 2015. Caring Kunci Sukses To Expert: Excellence And Power In
Perawatan Mengamalkan Ilmu. Semarang: Nursing Practice, Addison-Wesley, Menlo
Hasani. Park, California
Fikri, 2017. Perilaku Caring Perawat Pelaksana Marriner & Tomey, 2012. Nursing Theorist And
Di Ruang Gelatik Dan Rajawali RSAU Their Work. Copy Right 2012, Mosby Inc
Dr.M.Salamun Bandung

STIKes Dharma Husada Bandung 14


Mcdaniel Dalam Watson, Jean. 2012. Assessing Sari, 2016. Hubungan Perilaku Caring Perawat
And Measuring Caring In Nursing And Dengan Keyakinan Dan Harapan Klien
Health Science 2nd Edition. New York : Kanker Di Rumah Sakit
Springer Publishing Company Inc.
Sitorus, 2013. Manajemen Keperawatan:
Morrison & Burnard, 2009. Caring & Manajemen Keperawatan Di Ruang Rawat,
Communication Hubungan Interpersonal Sagung Seto, Cetakan I , Jakarta.
Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.
Sjattar, 2018. Tentang Hubungan Faktor
Muhlisin, 2017. Tentang Aplikasi Model Psikologis Dengan Kinerja Perawat Dalam
Konseptual Caring Dari Jean Watson Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Dalam Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TK II
Pelamonia Makassar.
Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Tumanggor. Hubungan Perilaku Caring Perawat
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kankar
Novieastari, 2012 Dalam Prayuda 2014. Pengaruh
Payudara Di RSUP H.Adam Malik Medan.
Penerapan Perilaku Caring Perawat
Form Https://Text-Id.123dok.Com/
Anestesi Pada. Pelayanan Pre Anestesi Di
RSUD Kebumen. Poltekkes. Yogyakarta. UU No. 38, 2014. Undang-Undang Republik
From. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/ Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan.
Nursalam, 2014. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Wardhono, 2012. Menuju Keperawatan
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Profesional. Semarang: Akper Depkes
Potter & Perry, 2012. Buku Ajar Fundamental Watson, 2012. Assessing And Measuring Caring
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. In Nursing And Health Science 2nd
Volume II. Jakarta: EGC. Edition. New York : Springer Publishing
Company Inc.
Potter & Perry, 2013. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktek. Wright, Causey, & Dienemann, 2013. Patient
Volume II. Edisi Revisi. Jakarta: EGC. Satisfaction With Nursing Care In An
Urban And Suburban Emergency
Pryzby, 2011. Effect Of Nurse Caring Behaviours
Department. Journal Of Nursing.
On Family Stress Responses In Critical
Care. Journal Of Intensive And Critical Wolf, Miller & Devine, 2010. Relationship Nurse
Care Nursing Caring And Patient Satisfaction In Patient
Undergoing Invasive Cardiac Procedures.
Reeber, 2012. Kamus Psikologi. Yogyakarta:
Diakses Di Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov.
Pustaka Pelajar.
Wantiyah, 2017. Tentang Hubungan Perilaku
Rego, Godinho, Mcqueen, 2012. Emotional
Caring Perawat Dengan Pemenuhan
Intelligence In Nursing Work. Journal Of
Kebutuhan Spiritual Pada Klien Rawat
Advanced Nursing, 47(1., 101-108.
Inap Di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT
Singgih & Yulia, 2012. Psikologi Keperawatan, Rolas Nusantara Medika Jember
Libri, Jakarta

STIKes Dharma Husada Bandung 15

Anda mungkin juga menyukai