Anda di halaman 1dari 10

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, digunakan untuk

menggambarkan tentang pengetahuan ibu nifas tentang membangun ikatan

(bounding attachment) di RSUD Majalaya tahun 2013. Penelitian deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran / deskriptif tentang suatu keadaan objektif.

A. Hasil Penelitian

Pada analisis ini akan disajikan data dan hasil penelitian beserta

pembahasannya mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang

membangun ikatan (bounding attachment) di RSUD Majalaya Tahun 2013.

1. Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang membangun ikatan

(bounding attachment) di RSUD Majalaya Tahun 2013.

Pada tabel 5.1 dibawah ini akan dijelaskan tentang gambaran

pengetahuan ibu nifas tentang membangun ikatan (bounding attachment)

di RSUD Majalaya Tahun 2013.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang


Membangun Ikatan (bounding attachment) di RSUD
MajalayaTahun 2013

Kriteria Frekuensi Persen


Baik 4 13,3
Cukup 12 40,0
Kurang 14 46,7
Total 30 100,0
57
58

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa, dari 30 responden, terdapat 14

responden (46,7%) memiliki pengetahuan kurang, 12 responden (40,0%)

memiliki pengetahuan cukup, dan 4 orang (13,3%) berpengetahuan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden

(46,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang membangun ikatan.

2. Gambaran Pengetahuan ibu Nifas Tentang Pengertian Membangun

Ikatan (Bounding Attachment) di RSUD Majalaya tahun 2013.

Pada tabel 5.2 dibawah ini akan dijelaskan tentang pengetahuan ibu nifas

tentang pengertian membangun ikatan (bounding attachment) di RSUD

Majalaya Tahun 2013.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang


Pengertian Membangun Ikatan (bounding attachment) di
RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi Persen


Baik 16 53,3
Cukup 0 ,0
Kurang 14 46,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa, dari 30 responden, terdapat 16

responden (53,3%) memiliki pengetahuan baik dan 14 responden (46,7%)

memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa dari 30

responden, sebagian besar (53,3%) memiliki pengetahuan baik tentang

pengertian membangun ikatan (Bounding attachment).


59

3. Gambaran Pengetahuan ibu Nifas tentang Cara Melakukan Membangun

Ikatan (Bounding attachment) di RSUD Majalaya tahun 2013.

Pada tabel 5.3 dibawah ini akan dijelaskan tentang pengetahuan ibu nifas

tentang cara melakukan membangun ikatan (bounding attachment) di RSUD

Majalaya Tahun 2013.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penegtahuan Ibu Nifas Tentang Cara


Melakukan Membangun Ikatan (bounding attachment) di
RSUD Majalaya tahun 2013

Kriteria Frekuensi Persen


Baik 7 23,3
Cukup 9 30,0
Kurang 14 46,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa, dari 30 responden, terdapat 14

responden (46.7%) memiliki pengetahuan kurang, 9 responden (30%)

memiliki pengetahuan cukup, dan 7 responden (23.3%) memiliki pengetahuan

baik. Hal ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, Sebagian besar responden

(46.7%) memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan membangun

ikatan (bounding attachment).

4. Gambaran Pengetahuan ibu Nifas tentang Respon Ayah dan Keluarga

terhadap Membangun Ikatan (Bounding Attachment) di RSUD Majalaya

tahun 2013.

Pada tabel 5.4 dibawah ini akan dijelaskan tentang pengetahuan ibu nifas

tentang respon ayah dan keluarga di RSUD Majalaya Tahun 2013.


60

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang


Respon Ayah dan Keluarga terhadap Membangun Ikatan
(Bounding Attachment) di RSUD Majalaya Tahun 2013.

Kriteria Frekuensi Persen


Baik 6 20,0
Cukup 13 43,3
Kurang 11 36,7
Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa, dari 30 responden, terdapat 13

responden (43,3%) memiliki pengetahuan cukup, 11 responden (36.7%)

memiliki pengetahuan kurang, dan 6 responden (20%) memiliki pengetahuan

baik. Hal ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden

(43.3%) memiliki pengetahuan cukup tentang respon ayah dan keluarga

tentang membangun ikatan (Bounding attachment).


61

B. Pembahasan

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Membangun Ikatan (Bounding

Attachment) di RSUD Majalaya Tahun 2013.

Berdasarkan hasil penelitian keseluruhan dari 30 responden, atau sebagian

besar responden sebanyak 14 responden (46,7%) memiliki pengetahuan kurang

tentang membangun ikatan (Bounding Attachment) di RSUD Majalaya Tahun

2013.

Hasil peneltian menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar atau

16 reponden (53,3%) memiliki pengetahuan baik tentang pengertian

membangun ikatan (bounding attachment). Menurut (seherni 2009:64)

bounding merupakan ikatan awal ibu dan bayinya dalam masa awal neonatus

sedangkan attachment adalah sentuhan bounding attachment adalah istilah

dalam kebidanan atau psikologi kebidanan yang berarti ikatan antara ibu dan

bayi dalam bentuk belaian dan kasih sayang.

Dari 30 responden sebagian besar reponden sebanyak 14 responden

(46.7%) memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan membangun

ikatan (Bounding Attachment). Menurut (ambarwati,2010:63) bounding

attachment dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya pemberian ASI

Ekslusif, rawat gabung, kontak mata, suara, aroma, gaya bahasa, bioritme,

sentuhan, dan inisiasi dini. Pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir

secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya. Rawat

gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar ibu dan bayi

terjalin proses lekat. Kontak mata orangt tua dan bayi akan mempunyai banyak
62

waktu untuk saling memandang, bayi baru lahir dapat diletakan lebih dekat

untuk dapat melihat orang tua dan bayinya sangat penting misalnya bila

tangisan pertama bayi membuat mereka yakin bahwa banyinya dalam keadaan

sehat. Aroma setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan

cepoat untuk mengenli aroma susu bayinya. Entraiment dimana hal ini terjadi

bila bayi baru lahir bergerak gerak sesuai dengan srtuktur pembicaraan orang

dewasa, bioritme orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih

sayang yang konsisten dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan

perilaku yang responsif. Sentuhan merupakan suatu sarana untuk mengenali

bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jari.

Inisiasi menyusui dini dimana setelah bayi lahir , dengan segera bayi

ditempatkan di atas ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya

sehingga bayi dapat refleks sucking dengan segera (bahmawati,2007:92).

Dan dari 30 responden, sebagian besar sebanyak 13 responden (43.3%)

memiliki pengetahuan cukup tentang respon ayah dan keluarga tentang

membangun ikatan (Bounding attachment). Berhasil atau tidaknya proses

bounding attachment ini dipengaruhi respon ayah dan keluarga terhadap

bounding attachment oleh kondisi kondisi antara lain kesehatan emosional

orang tua dimana orang tua yang dapat mengahrapkan kehadiran si bayi dalam

kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan

orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayinya tersebut. Respon emosi

yang positif yang membantu tercapainya proses bounding ini tingkat

kemampuan, komunikasi dan keterampilan dalam merawat anak orang tua satu
63

dengan yang lain tentu tidak sama tergantung kemampuan yang dimiliki

masing masing semakin cakap orang tua merawat bayinya maka semakin

mudah pula bounding attachment terwujud. Dukungan dari keluarga atau

memiliki dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang

yang penuh kepada bayinya. Kedekatan orang tua dan anak dimana dengan

metode rooming in kedekatan antara orang tua dan bayi dapat terjalin seecara

langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.

Kesesuian antara orang tua dan bayi. Bayi akan lebih mudah diterima oleh

anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan sesuia

dengan yang diharapkan. Pada awalnya kehidupan hubungan ibu dan bayi akan

lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga lain. (ambarawati,2010:68).

Hal ini memperlihatkan bahwa kurangnya pengetahuan Ibu Nifas tentang

membangun ikatan (Bounding Attachment) di RSUD Majalaya. dikarenakan

kurangnya informasi tentang membangun ikatan (Bounding Attachment) oleh

tenaga kesehatan ataupun pihak terkait seperti konseling ataupun penyuluhan

serta bidan rumah sakit kurang memberikan kesempatan ibu dan anak untuk

saling dekat sehingga ibu nifas sulit untuk melakukan bounding attachment.

Pendidikan berpengaruh terhadap kurangnya motivasi untuk mencari informasi

untuk mengubah prilaku baik dari berbagai media massa seperti Koran, TV,

Internet, dan buku. dan juga kurangnya faktor pengalaman yang mempengaruhi

pengetahuan ibu nifas untuk memahami dan mengetahui tentang membangun

ikatan (Bounding Attachment).


64

Menurut Notoadmodjo, dalam proses penyampaian informasi kesehatan

dibutuhkan alat bantu atau media agar hasil yang diperoleh dapat lebih efektif.

(Notoatmodjo 2007:39) yang mengemukakan bahwa pengetahuan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Penginderaan yang baik akan

meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. Memahami

diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan informasi tersebut secara

benar. Maka dari itu meskipun responden pernah mendapat informasi tentang

membangun ikatan (bounding attachment) tetapi ibu nifas tersebut tidak

melakukan penginderaan dengan baik, hal ini mengakibatkan pemahaman

responden yang kurang baik.

Notoatmodjo (2007:27) juga mengemukakan bahwa kemampuan

mengingat seseorang dapat dipengaruhi oleh dimensi waktu. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra

yang dikutip Notoatmodjo (2007:35), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Kemudian menurut

(Wawan dan dewi 2010:11) menyatakan bahwa pengalaman pribadi seseorang


65

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi.

Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan anna aulia dengan

judul gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment di

RB yulita sukaharjo tahun 2012 bahwa dari 30 responden sebanyak 20

responden (66,7%) berpengetahuan cukup, 7 responden (23,3%) dan 3

responden (10,00) berpengetahuan kurang. Yang di pengaruhi oleh

pendidikan, umur dan pekerjaan. Informasi yang kurang didapat dari tenaga

keshatan dengan didukung pendidikan yang kurang sehingga tidak ada

motivasi untuk mencari tahu Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (wawan dan dewi 2010:11) pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Serta mayoritas pekerjaan sebagai wiraswasta yang menyita waktu banyak

sehingga responden tidak banyak waktu untuk mendapatkan informasi.

Menurut hendra(2008) menyatakan bahwa pada umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu mempengaruhi terhadap kehidupannya sehingga ibu tidak

banyak waktu untuk mendapat informasi.


66

Hal serupa juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh oktaviani

komara di RSUD Majalengka tahun 2010) pengetahuan yang kurang di

pengaruhi oleh pendidikan, dan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai