Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN
1. Definisi
“Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 40 minggu”.
Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus adalah kira–
kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari/ 43 minggu.Dari
usia kehamilan ini dapat dibedakan menjadi tiga trimester atau triwulan
yaitu :
1. Trimester pertama dimulai dari konsepsi dalam 12 minggu .
2. Trimester kedua dari 13 minggu- 27 minggu.
3. Trimester ketiga dari 28 minggu- 40 minggu.4
2. Sesuai kebijakan program pelayanan Asuhan Antenatal harus sesuai
dengan standar yaitu ” 14 T ”, meliputi :
1. Timbang berat badan
Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan. Kenaikan
berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai
trimester kedua.
2. Ukur tekanan darah
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi
dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
5. Pemberian imunisasi TT
6. Pemeriksaan Hb

6
7

7. Pemeriksaan VDRL
8. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudar
9. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.6
3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda dan gejala, antara lain :

(1) Tanda kehamilan yang tidak pasti : Amenorhoe, nausea vomitus,


Obstipasi, sering kencing, mungkin pingsan dan mudah lelah,
anoreksia, terjadi pigmentasi kulit, payudara menjadi tegang dan
membesar, pembesaran abdomen, suhu basal meningkat, perubahan
organ-organ dalam pelvix misal tanda Chadwick, tanda hegar, tanda
piscaseck dan tanda Braxton hicks serta tes kehamilan
(2) Tanda pasti kehamilan, yaitu :

a. Palpasi dirasakan bagian janin dan ballottement serta gerakan


janin

b. Auskultasi terdengar bunyi jantung janin ( BJJ )

c. Terlihat gambaran janin dengan menggunakan USG dan tampak


kerangka janin pada pemeriksaan radiasi terhadap janin.4

4. Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil


Ada pun tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, yaitu :
1) Perdarahan vagina
2) Oedema/bengkak pada wajah atau lengan
3) Mual dan muntah terus menerus
8

4) Demam, menggigil
5) Nyeri perut yang hebat, tiba-tiba dan terus menerus
6) Keluar cairan mendadak dari vagina
7) Sakit kepala akut yang berkelanjutan
8) Gangguan pandangan mata (mata kabur, pening, bintik mata)
9) Urinase yang tidak normal4

B. PERSALINAN
1. Definisi
“Persalinan adalah proses yang alamiah yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalian pada manusia setiap saat terancam
penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas
yang memadai”.7
“Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi
serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu”.1
“Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
( janin dan uri) yang dapat hidup dari dalam rahim ke dunia luar
melalui jalan lahir dengan jalan lain”.4

2. Fisiologi Terjadinya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulanya
kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan
yaitu hormon estrogen dan progesteron. Pada kehamilan, kedua
hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang sehingga
kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan kedua hormon tersebut
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis. Kontraksi ini
akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai,
oleh karena itu makin tua kehamilan maka kontraksi semakin sering.
Oksitosin diduga bekerja sama melalui prostaglandin yang makin
9

meningkat mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai aterm.


Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori saat proses
persalinan :
a. Teori Keregangan
b. Teori Penurunan Progesteron
c. Teori Oksitosin Internal
d. Teori Prostaglandin
e. Teori Hipotalamus – pituitari dan glandula suprarenalis
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
g. Faktor lain.8

3. Tahapan Persalinan
Pada persalinan terdapat beberapa tahapan antara lain:
a. Kala I (kala pembukaan). Kala satu persalinan dimulai
sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekusensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap ( 10 cm ). Kala satu dibagi atas 2 fase
yaitu:
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap.
b) Berlangsungnya hingga serviks membuka 3 cm
c) Fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yakni :
a) Periode akselarasi berlangsung 2 jam,
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Periode dilatasi maksimal (Steady) dalam waktu
2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
10

c) Periode deselarasi. Pembukaan serviks menjadi


lambat dalam waktu 2 jam. Pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm atau lengkap.
Pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada
multigravida, sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks
1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara).4

b. Kala II (kala pengeluaran janin)


Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) samapai
bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jampada primi dan 1
jam pada multi.4
c. Kala III (Segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta)
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta kemudian selaput
ketuban yang berlangsung tidak lebih 30 menit.9
Manajemen aktif kala III
1) Pemberian suntikan oksitosin alam 1 menit pertama
setelah bayi lahir.
2) Melakukan penanganan penegangan tali pusat
terkendali.
3) Massase fundus uteri
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula
discoid menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus.
2) Semburan darah tiba tiba
3) Tali pusat memanjang.
c. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum.10
11

4. Tanda-tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan his makin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
3. Pengeluaran lendir
4. Lendir bercampur darah
5. Dapat disertai ketuban pecah
6. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai perubahan serviks seperti
perlunakan serviks, perdarahan dan pembukaan serviks.7
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Power (tenaga)
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin
keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament, dan kerja sama yang
baik dan sempurna. Kontraksi
b. Passager (Lintasan / jalan lahir )
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian
terbawah, dan posisi janin.
c. Passage ( jalan Lahir )
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi :
a) Bagian keras panggul
b) Jalan lahir lunak
d. Faktor Psikologi
Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan.
Ibu yang bersalin didampingi oleh suami dan orang-orang yang
dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih
12

lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi


seuami atau orang yag dicintainya.
e. Faktor penolong
Kompetensi dan keterampilan yang dimiliki penolong
sangat bermanfat untuk memperlancar proses persalinan dan
mencegah kematian maternal neonatal

6. Komplikasi Persalinan

a. Temuan Keadaan Normal dan Abnormal dari Patograf Kala II


b. Distosia Bahu atau Bahu Macet.
c. Presentasi Bokong.
d. Presentasi Muka.
e. Letak Lintang.8

7. Partograf
a. Definisi
Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan
pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan
alat utama dalam mengambil keputasan klinik khususnya pada
persalinan kala I.8
b. Tujuan
Tujuan dari partograf yaitu mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan, mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara normal, dan hal ini merupakan bagian terpenting
dari proses pengambilan keputusan klinik persalinan kala I.8
c. Bagian-Bagian Partograf
1) Kemajuan Persalinan
2) Kondisi janin
3) Kondisi ibu.8
d. Cara Penggunaan Partograf
1) Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam.
13

2) Air Ketuban. Catat warna air ketuban setip melakukan


pemeriksaan vagina:
U :Selaput Utuh

J : Selaput Pecah, air ketuban Jernih

M : Air ketuban bercampur mekonium

D : Air ketuban bernoda darah

K : Tidak ada cairan ketuban/ kering

3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)


0 : Sutura terpisah.
1 : Sutura(pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/
bersesuaian.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
4) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan
diberi tanda silang (x).
5) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian)
yang teraba (pada pemeriksaan abdomen luar) diatas simfisis
pubis; catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh
atas kepala berada pada simfisis pubis.
6) Jam. Catat jam sesungguhnya.
7) Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik.
8) Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya
oksitosin per volum cairan infus dan dalam tetesan per menit.
9) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
10) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebauh
titik besar (.).
14

11) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah.
12) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
13) Protein, aseton dan volume urine. Catatlah setiap kali ibu
berkemih.
4. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya pertongan persalinan
yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan bayi.
C. Retensio Plasenta
1. Definisi
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.4

2. Tanda dan Gejala


Gejala yang selalu ada
adalah plasenta belum lahir
dalam 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.11

3. Jenis – Jenis Retensio Plasenta


1) Plasenta adhesive.
Implantasinya yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme seperasi fisiologis.
2) Plasenta akreta
15

Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian


lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian/seluruh pada
dinding uterus
3) Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
4) Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai lapisan
miometrium.
5) Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri internum.11

4. Penyebab
His kurang kuat (penyebab terpenting). Plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
(plasenta membranasea, plasenta anularis) dan ukurannya (plasenta
yg sangat kecil). Plasenta tersebut disebut plasenta adhesiva.

Faktor Penyebab :

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan
faktor predisposisi (penunjang ) seperti :

1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia,


16

Polihidramnion atau paritas tinggi.


2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
Gejala Klinis:
1. Uterus tidak berkontraksi dan lunak 
2. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).11

5. Gambaran dan dugaan retensio plasenta

Tabel 2.1: Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio plasenta.


17

Gejala Separasi/ Plasenta Plasenta Akreta


Akreta Parsial Inkarserata
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah Sepusat
pusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / tidak
ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Kontriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali,

Sumber 11

a. Tanda dan gejala

1) Plasenta belum lahir selama 30 menit


2) Perdarahan segera
3) Kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang timbul :
a) Tali pusat putus akibat traksi yang berlebihan
b) Inversi uteri akibat tarikan
c) Perdarahan lanjutan.16

a. Penanganan retensio plasenta


1) Retensio dengan separasi parsial
18

a) Tentukan jenis retensio plasenta yang terjadi karena


berkaitan dengan tindakan yang akan di ambil
b) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan.
Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol
tali pusat.
c) Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan
40 tetes permenit. Bila perlu kombinsikan dengan
misoprostol 400 mg rektal (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat
menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
d) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta
dengan manual plasenta secara hati-hati dan halus
(melepaskan plasenta yang melekat erat secara paksa, dapat
menyebabkan perdarahan atau perforasi).
e) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
f) Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
g) Beri antibiotika propilaksis (ampisilin 2 g IV/oral +
metronidazol 1 g supositoria/oral).
h) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,
infeksi, syok neurogenic.13
2) Plasenta Inkarserata
a) Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik
dan pemeriksaan
b) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk
menghilangkan konstriksi serviks dan melahirkan plasenta
c) Pilih flouthane dan eter untuk konstriksi serviks yang kuat
tetapi siapkan infus oksitosin 20 IU dalam 500 ml NS/RL
dengan 40 tetes permenit untuk mengantisipasi gangguan
kontraksi yang disebabkan bahan anastesi tersebut
d) Bila prosedur anastesi tidak tersedia tetapi serviks dapat
tilalui oleh cunam ovum lakukan maneuver sekrup untuk
19

melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut, berikan


analgesi (tramadol 100 mg IV atau Pethidine 50 mg IV dan
sedatif (diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik yang
terpisah.13

Manuver Sekrup
 Pasang spekulum sims sehingga ostium dan sebagian
plasenta tampak dengan jelas.
 Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan
lepaskan speculum
 Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan
plasenta tampak jelas
 Tarik tali pusat kelateral sehingga menampakan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin.
Minta asisten untuk memegang klem tersebut.
 Lakukan hal yang sama untuk plasenta pada sisi yang
berlawanan.
 Satukan kedua klem tersebut kemudian sambil diputar
searah jarum jam, tarik plasenta keluar perlahan-lahan
melalui pembukaan ostium.
e) Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan
tanda vital, kontraksi uterus, tinnggi fundus uteri dan
perdarahna paska tindakan. Tambahan pemantauan yang
diperlukan adalah pemantauan efeksamping atau komplikasi
dari bahan-bahan sedative, analgetika atau anastesia umum
(mual dan muntah, cegah aspirasi bahan muntahan,
hipo/atonia uteri, vertigo, halusinasi, pusing/vertigo,
ngantuk).

3) Plasenta Akreta
20

Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar


adalah ikutnya fundus atau korpus apabila talipusat ditarik. pada
pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam.
Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilisasi pasien
dan rujuk kerumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan
tindakan operatif.13

D. Manual plasenta
1) Pengertian Manual Plasenta
Manual plasenta merupakan tindakan operasi
kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta.7
2) Penatalaksanaan Manual Plasenta
a) Lakukan anastesi verbal atau analgesi perrektal
b) Melakukan kateterisasi kandung kemih (Kalau perlu)
c) Menjepit tali pusat dengan kocher kemudian
menegangkan tali pusat sejajar lantai
d) Secara obstetric memasukkan satu tangan (Punggung
tangan kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali
pusat bagian bawah
e) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta
asisten untuk memegang kocher, kemudian tangan lain
penolong menahan fundus uteri
f) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam
kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi
plasenta
g) Membuka tangan obstetric menjadi seperti member
salam (ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)
h) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta
paling bawah
21

(1) Bila berada dibelakang, tali pusat tetap disebelah


atas. Bila dibagian, pindahkan tangan kebagian
depan tali pusat dengan punggung tangan
menghadap keatas
(2) Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan
menghadap kedinding dalam uterus
(3) Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama
(punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi
tali berada dibawah telapak tangan kanan
i) Menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan (sambil melakukan tindakan,
perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan yang sesuai
bila terjadi penyulit)
j) Sementara satu tangan masih dalam cavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta dapat dilepaskan (sambil melakukan tindakan,
perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan yang sesuai
bila terjadi penyulit)
k) Memindahkan tangan luar kesupra simfisis untuk
menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan
l) Menginstrusikan asisten yang memegang kocher untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta
ke luar
m) Meletakkan plasenta ke dalam tempat yang telah
disediakan
n) Melakukan plasenta ke dalam tempat yang telah
disediakan
22

o) Melakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan


luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir (perhatikan
jumlah perdarahan yang keluar dan kontraksi uterus)
p) Dekomentasu pasca tindakan
q) Mencuci tangan pasca tindakan
r) Memeriksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan
tindakan instruksi apabila masih diperlukan
s) Memberitahukan pada pasien dan keluarga bahwa
tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan
perawatan
t) jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang
diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu
dilaporkan7
3) Komplikasi Tindakan Manual Plasenta
Tindakan manual plasenta dapat menimbulkan komplikasi
seperti :
a) Perforasi uterus
b) Terjadi infeksi dimana bila terdapat sisa plasenta atau
membrane dan bekteria terdorong kedalam rongga rahim.
c) Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan
tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika
intravena atau intramuskular, memasang tamponade
uterovaginal, memberikan antibiotik, memasang infus dan
persiapan transfusi darah.7

a. Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta


23

Gambar 2.1 Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta

RETENSIO PLASENTA

Belum lahir 30 menit bayi lahir

SIKAP BIDAN

 Evaluasi sebabnya
 Konsultasi dengan , dokter,
keluarga

INDIKASI PLASENTA MANUAL: RETENSIO PLASENTA TANPA PERDARAHAN


Perdarahan 400 cc Perdarhan terlalu banyak
Riwayat retensio plasenta berulang Keseimbangan bekuan darah di tempat palsenta lepas
Tindakan dengan narkosa Persiapan merujuk penderita
Sejarah abortus berulang Infuse-cairan pengganti
Petugas untuk pertolongan darurat
Keluarga untuk donor darah

KOMLIKASI TINDAKAN DI RUMAH SAKIT


Atonia uteri, perforasi, perdarahan terus, tamponade
Perbaikan
gagal keadaan umum: infuse-transfusi, antibiotic
Segera merujuk ke RS Tindakan plasenta manual
Atau histerektomi

Tabel 2.2 : Indikasi untuk tindakan dan/atau rujukan segera


24

pada Kala III yang berhubungan dengan plasenta

Temuan Rencana Asuhan atau Perawatan

Tanda dan 1. Jika plasenta terlihat, lakukan penegangan tali pusat


gejala retensio terkendali dengan lembut dan tekanan dorsocranial pada
plasenta: uterus, minta ibu meneran agar plasenta keluar.
2. Setelah plasenta lahir: lakukan massase pada uterus dan
periksa plasenta, atau
1. Lakukan periksa dalam dengan lembut, jika plasenta ada di
vagina, keluarkan dengan hati-hati sambil melakukan
tekanan dorsokranial pada uterus
2. Jika plasenta masih di dalam uterus dan perdarahan minimal,
berikan oksitosin 10 unit IM, pasang infus menggunakan
jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS.
a. Segera rujuk ke fasilitas rujukan dengan kemampuan
gawat daruratan obstetri
b. Dampingi ibu ke tempat rujukan
3. Jika plasenta masih di dalam uterus dan terjadi perdarahan
berat, pasang infus menggunakan jarum besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL atau NS dengan 20 unit oksitosin.
a. Coba lakukan manual plasenta dan lakukan penanganan
lanjutan.
b. Bila tidak memenuhi syarat atau tidak kompeten maka
segera rujuk ibu ke fasilitas terdekat dengan kapasitas
kegawat daruratan obstetri.
c. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
d. Tawarkan bantuan walaupun ibu telah dirujuk dan
mendapat pertolongan difasilitas kesehatan.

Sumber12
25

D. Masa Nifas
1. Definisi
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.13
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara, dan manfaat menyusui, imunisasi, serta
perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan KB.13
3. Tahap Masa Nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.
4. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba.
b. Pengeluaran cairan vaginal denganbau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
26

f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau merasa tidak enak
badan.
g. Payudara yang memerah, panas atau sakit.
h. Kehilangan selera makan.
i. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan
pada kaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.
k. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.
5. Komplikasi
a. Infeksi Masa Nifas
Infeksi Masa Nifas adalah infeksi pada traktus genitalia
setelah persalinan biasanya dari endometrium bekas insersi
plasenta.13
b. Perdarahan dalam Masa Nifas
Penyebab perdarahan dalam masa nifas yaitu karena
sisa plasenta dan polip plasenta, endometritis puerperalis,
sebab-sebab fungsional, dan perdarahan luka.13
c. Infeksi Saluran Kemih
d. Patologi Menyusui

b. Waktu Pemeriksaan Pascanatal


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi lahir
juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-
masalah yang terjadi.13

Tabel 2.3 : Waktu Pemeriksaan Pascanatal

Kunjungan Waktu Tujuan


27

1. 6-8 jam setelah  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
persalinan  Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:
rujuk bila perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas.
 Pemberian ASI awal.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau ibu dan bayi sampai
dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah  Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
persalinan berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
3. 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
setelah
persalinan
4. 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
setelah ia atau bayi alami.
persalinan  memberikan konseling untuk KB secara dini.

E. Bayi Baru Lahir


1. Asuhan BBL
28

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah


lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik
secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya
penyimpangan
2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain : appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerah-merahan, pulse atau frekuensi jantung > 100x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis, batuk/bersin,
Activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi
menangis kuat.

3. Penanganan awal BBL


Penanganan awal pada bayi baru lahir diantaranya:
a. Bebaskan atau bersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi. Bayi baru lahir dapat
mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui proses konfeksi,
induksi, evaporasi dan radiasi, segera setelah bayi baru lahir
upayakan unuk mencegah hilangnya panas dengan cara :

1) Mengeringkan tubuh bayi


2) Selimut bayi dengan kain yang kering
3) Ganti handuk atau selimut yang basah
4) Jangan mandikan bayi sebelum suhu tubuhnya stabil yaitu 6
jam setelah bayi lahir
5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
d. Memberikan vitamin K secara oral 1 minggu/ hari selama 3 hari
dan pada bayi resiko tinggi diberi secara parenteral dengan dosis
29

0,5-1 mg/IM untuk mencegah perdarahan akibat difisiensi vitamin


K.
e. Memberi obat tetes/salep (Tetrasiklin 1% atau eritromosin 0,5%)
segera atau 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya
penyakit mata karena penyakit menular seksual.
f. Identifikasi bayi
g. Pencegahan infeksi.
h. Memulai pemberian ASI dini, mempunyai keuntungan
merangsang produksi ASI, merangsang kontraksi uterus,
mempromosikan keterikatan antara ibu, bayi dan memberikan
kekebalan positif segera kepada bayi melalui colostrum dan
memperkuat reflek menghisap bayi.
i. Melakukan rawat gabung

4. Tujuan Pemantauan BBL


Adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak.dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
a. Dua jam pertama setelah lahir.
Hal-hal yang dimulai waktu pemantauan bayi pada
jam pertama sudah lahir, meliputi ; kemampuan
menghisap kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lunglai,
bayi kemerahan atau biru.
b. Sebelum penolong meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong sebaiknya melakukan pemeriksaan dan
penilaian ada atau tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut, seperti bayi kecil untuk masa
kehamilannya/bayi kurang bulan, gangguan pernafasan,
hipotermi, infeksi, cacat bawaan/trauma lahir.4
5. Tanda Bahaya
30

a. Warna Abnormal
1) Sianosis adalah kebiruan disekittar mulut dan batang tubuh
serta mungkin menunjukkan masalah pernafasan atau
jantung.
2) Bayi yang sangat pucat mungkin mengalami masalah
jantung, anemia atau syok saat kelahiran dan perlu resusitasi.
3) Kongesti wajah adalah perubahan warna biru kulit yang
dikenal sebagai ruam petekie tampak disekitar wajah bayi.
4) Bayi yang sangat merah.
5) Ikterik dalam 24 jam setelah kelahiran.
b. Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah.
c. Kesulitan bernafas
1) Bayi lambat memulai respirasi.
2) Bayi Takipnea (respirasi > 60 permenit pada bayi aterm).
3) Bayi yang sangat berlendir.
4) Bayi bernafas menggunakan otot nafas tambahan.
5) Letargi atau bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk
makan.
6) Suhu bayi dibawah 36°C (hipotermi) atau diatas 37°C
(Febris).
7) Tangis atau prilaku abnormal atau tidak biasa.
8) Gangguan gastrointestinal misalnya tidak bertinja selama 3
hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan
perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah/lendir.
9) Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi
kuning dan warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau
seperti buah persik.14

Anda mungkin juga menyukai