Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. R
yang dilaksanakan pada bulan November 2014 di RSUD MAJALAYA
didapatkan beberapa kesenjangan maupun kesamaan antara teori dan praktik.

A. Kehamilan
Proses kehamilan Ny.R dengan usia kehamilan 36-37 minggu. Pada
kehamilan ini ibu melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan sebanyak 8 kali.
Ibu mendapatkan imunisasi TT 5 kali di klinik bidan : TT4 usia kehamilan 16
minggu, TT5 usia kehamilan 27 minggu, obat yang diminum ibu yaitu tablet
tambah darah (Fe) dan vitamin. Gerakan janin dirasakan pada umur kehamilan
4 bulan. Pergerakan janin masih dirasakan oleh ibu saat ini Selama hamil ibu
tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium.
Imunusasi TT pada Ny.R sudah sesuai dengan teori yaitu Imunisasi
TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan
intramuskuler/subkutan dalam. Imunisasi TT sebaiknya diberikan
sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap TT 1
dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada
kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan,jarak pemberian
(interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu.16
Pemeriksaan kehamilan pada Ny.R sudah sesuai dengan teori yaitu
pemeriksaan kehamilan minimal dilaksanakan sebanyak 4 kali selama
kehamilan, yaitu satu kali trimester pertama, satu kali pada trimester kedua,
dan dua kali pada trimester ketiga,Dan pemberian tablet zat besi sebanyak 90
tablet selama hamil16. Menurut teori, pemeriksaan laboratorium sangat baik
dilakukan pada ibu hamil baik pada trimester I-III atau dilakukan pemeriksaan
Hb pada awal-awal kehamilan, diulang kembali pada usia kehamilan 36
minggu, karena dapat dijadikan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat

74
75

suatu diagnosa atau kadar Hb dalam darah ibu termasuk normal atau tidak.
Alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan Hb karena ibu tidak tahu dan Bidan
tidak menjadwalkan untuk pemeriksaan laboratorium.
Dalam Asuhan kehamilan pada Ny. R dapat disimpulkan bahwa belum
sesuai dengan teori, karena tidak dilakukannya pemeriksaan penunjang.
B. Persalinan
1. Kala I
Datang pada fase aktif , ditemukan pada pemeriksaan pukul 20.30,
TD : 110/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, respirasi : 16 x/menit, suhu :
36,5oC, dan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 6 kala I fase aktif
dengan ketuban sudah rembes berwarna jernih 5 jam sejak pukul 15.30
wib.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekusensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap ( 10 cm ). Pada Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu fase
laten dari pembukaaan 0cm-3cm dan fase aktif dari pembukaan 4cm-
10cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
dan kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik
sedangkan fase aktif berlangsung 12 jam (pada primi) dan 8 jam (pada
multi). Kecepatan pembukaan serviks 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau, lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). 4
Pada kala I dilakukan anamnesis yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan, dan
persalinan serta dilakukan pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk menilai
kondisi kesehatan ibu dan bayinya.
2. Kala II
Pada kasus Ny. R, pembukaan lengkap pada pukul 21.30 WIB. Bayi
lahir pukul 22.10 WIB jadi kala II berlangsung selama 30 menit. Selain
itu, tidak ada penyulit pada kala II.
Dalam kondisi normal pada saat his, dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang menimbulkan rasa ingin mengedan. Wanita
76

merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar,
kemudian perineum menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya
anus, labia membuka dan tidak lama lagi kepala janin tampak dalam vulva
pada saat his.6
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yaitu pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian
kepala bayi melalui introitus vagina.
Dengan melihat data tersebut diatas maka persalinan pada Ny. R
sudah sesuai dengan teori.

3. Kala III
Pada kala III, penulis telah melakukan penanganan manajemen
aktif kala III yaitu cek janin kedua, kemudian menyuntikan oksitosin 1-2
menit setelah bayi lahir dan memotong tali pusat, kemudian melakukan
IMD pada ibu sebagai stimulasi puting yang akan merangsang
pengeluaran oksitosin secara alami sehingga kontraksi uterus baik dan
melakukan peregangan tali pusat terkendali.
Setelah 15 menit pertama saat plasenta belum lahir, yaitu
memberikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua dan memasang infus RL
500 ml 20 IU kemudian dengan menggunakan teknik aseptik untuk
memasukan kateter nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung
kemih. Mengulang kembali penegangan tali pusat dan tekanan
dorsocranial selama 15 menit dengan tetap mengobservasi keadaan ibu.
Tetapi selama 30 menit plasenta belum juga lepas.
Sebagaimana telah dijelaskan maka plasenta harus lahir kurang dari
30 menit. Pada kala III kasus Ny.R, terjadi retensio plasenta yaitu tidak
lahirnya plasenta kurang dari 30 menit. 4
Penyebab dari retensio plasenta secara fungsional his kurang kuat
(penyebab terpenting), plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi
disudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis) dan
ukurannya (plasenta yg sangat kecil), plasenta tersebut disebut plasenta
77

adhesiva, dan secara patologi-anatomi antara lain karena plasenta inkreta


bila implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai miometrium,
plasenta akreta bila implantasi jonjot korion plasenta mencapai sebagian
lapisan myometrium, dan plasenta perkreta bila implantasi jonjot korion
plasenta yang menembus lapisan myometrium hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus sampai menembus perimetrium.9 Penyebab retensio
plasenta pada kasus Ny.R adalah karena kurangnya HIS, yaitu plasenta
adhesiva dimana plasenta yang kuat menyebabkan kegagalan mekanisme
separasi fisiologis.11
Tidak lahirnya plasenta kurang dari 30 menit, hal ini merupakan hal
yang patologis sehingga harus mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat sesuai dengan teori dan standar yang ada (Standar 20 : Penanganan
Kegawatdaruratan Retensio Plasenta), yaitu dengan melakukan manual
plasenta dengan catatan sebab dari retensio plasenta adalah plasenta acreta
partialis (plasenta yang melekat erat sebagian) yang ditandai dengan
adanya semburan darah. Karena plasenta acreta partialis masih bisa
dilepaskan secara manual tetapi plasenta acreta completa tidak boleh
dilepaskan secara manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi
dinding rahim. Karena pada kasus ini terdapat semburan darah maka bidan
boleh mengeluarkan plasenta secara manual, kemudian pada pukul 22.50
WIB dilakukan manual plasenta pada Ny.R. Adapun penanganan pada
retensio plasenta ini dengan manual plasenta yang berkolaborasi dengan
bidan jaga.
Setelah dilakukan penanganan pada retensio plasenta dan tidak
terjadi perdarahan postpartum dengan KU ibu membaik maka di lanjutkan
pada asuhan persalinan normal kala IV dengan tujuan memberikan asuhan
yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan sayang bayi.
78

Dengan melihat data terebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa


kala III pada Ny. R terdapat penyulit yaitu retensio plasenta. Penanganan
belum sesuai dengan teori.

4. Kala IV
Pada kala ini keadaan pasien dalam keadaan baik, TTV normal, TFU
2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan kurang lebih 100 cc, kebutuhan nutrisi ibu sudah dipenuhi, ibu
sudah minum dan makan roti.
Keadaan seperti ini dapat dikatakan normal, Perdarahan postpartum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir.11 Untuk mengantisipasi perdarahan
postpartum dengan cara memotivasi ibu untuk menyusui anaknya sejak
dini sebagai ikatan kasih sayang ibu dan bayi juga menstimulasi putting
susu, mengajarkan dan menganjurkan ibu mobilisasi dini, menganjurkan
ibu untuk BAK sebagai upaya mobilisasi dini dan anjurkan ibu untuk tidak
menahan kencing. Hal ini dikarenakan kandung kemih yang penuh akan
menggantikan uterus dari posisinya dan mencegahnya berkontraksi seperti
seharusnya oleh karena itu menyebabkan perdarahan yang lebih banyak.10
Dalam asuhan persalinan kala IV dapat disimpulkan kala IV pada
Ny. R sesuai dengan teori.

A. Nifas
Pemeriksaan kepada Ny. R dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada 6 jam
postpartum, 7 hari post partum, 2 minggu dan 6 minggu. Selama masa ibu
nifas diberikan pendidikan kesehatan (penkes) mengenai nutrisi selama masa
menyusui. Mengenai ASI ekslusif dan tanda-tanda bahaya yang mungkin
terjadi dalam nifas, seperti : adanya demam, perdarahan yang banyak atau
menggumpal serta pandangan kabur.
79

1. Post partum 6 jam


Enam jam setelah persalinan, secara keseluruhan kondisi fisik
maupun kondisi psikologis ibu sudah baik. Perdarahan normal sekitar 30
cc, TFU 2 jari dibawah pusat, TD 110/80mmHg, N:85x/mnt, R: 20x/mnt
S: 36,70C . Ibu sudah dapat duduk dan berjalan ke kamar mandi selain
itu ibu juga sudah dapat menyusui bayinya dengan baik, dan ASI sudah
keluar serta tidak ada masalah pada payudara ibu.
2. Post partum 7 hari
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu
perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea sanguinolenta,
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan psikis.4
Pada saat pertama kali kunjungan ibu sudah terlihat sehat secara
keseluruhan, tekanan darah dan suhu normal, tinggi fundus uteri sudah
berada 3 jari diatas supra symphisis pubis, perdarahan sudah tidak terlalu
banyak dan tidak berbau. Ibu juga tidak merasakan tanda-tanda bahaya
nifas yang sudah dijelaskan pada saat 6 jam postpartum, ibu menyusui
dengan baik dan lancar, hubungan ibu dengan bayi sangat dekat dan
baik.
Masa nifas yang dilewati oleh Ny.R berjalan dengan normal,
namun terdapat kesenjangan pada kunjungan yang kedua karena pada
hari ke 6 ibu sedang ada kepentingan keluarga.

3. Post Partum 2 Minggu


Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu
perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea sanguinolenta,
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan psikis.4
Pada saat pertama kali kunjungan ibu sudah terlihat sehat secara
keseluruhan, tekanan darah dan suhu normal, tinggi fundus uteri sudah
berada 3 jari diatas supra symphisis pubis, perdarahan sudah tidak terlalu
80

banyak dan tidak berbau. Ibu juga tidak merasakan tanda-tanda bahaya
nifas yang sudah dijelaskan pada saat 6 jam postpartum, ibu menyusui
dengan baik dan lancar, hubungan ibu dengan bayi sangat dekat dan baik.
Dengan demikian keadaan ibu post partum 2 minggu dalam keadaan
baik.
4. Post Partum 6 Minggu
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu
perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea sanguinolenta,
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan psikis.4
Pada saat pertama kali kunjungan ibu sudah terlihat sehat secara
keseluruhan, tekanan darah dan suhu normal, tinggi fundus uteri sudah
berada 3 jari diatas supra symphisis pubis, perdarahan sudah tidak terlalu
banyak dan tidak berbau. Ibu juga tidak merasakan tanda-tanda bahaya
nifas yang sudah dijelaskan pada saat 6 jam postpartum, ibu menyusui
dengan baik dan lancar, hubungan ibu dengan bayi sangat dekat dan baik.
Ibu sudah memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulan. Dengan
demikian keadaan ibu post partum 6 minggu dalam keadaan baik.
B. Bayi Baru Lahir
1. Bayi Baru Lahir 6 Jam
Pada proses persalinan Ny. R, bayi lahir hidup langsung menangis,
warna kulit merah, tonus otot aktif dan bayi Ny. R sehat tanpa kelainan
dan tidak terdapat tanda bahaya bayi baru lahir. Setelah 1 jam kelahiran
bayi diberikan salep antibiotik tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit
mata karena klamedia/PMS dan memberikan vitamin K1 injeksi 0,5 mg
intramuskular dipaha kiri untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir.
Pada pemeriksaan 6 jam pasca lahir, bayi sudah BAK dan BAB,
adapun tinja bayi berwarna kehitaman, lengket dan lembek itu
merupakan hal fisiologis, ini disebut mekonium, tali pusat tidak diberi
81

zat apapun hanya dibungkus kassa steril, bayi belum dimandikan karena
untuk mencegah terjadinya hipotermi.
Bayi mendapatkan imunisasi HB0 setelah 1 jam mendapatkan
vitamin K1. Vaksin hepatitis B seharusnya diberikan kepada semua bayi
saat kelahirannya atau jangan sampai ditunda hingga usianya mencapai 7
hari .17
Berdasarkan teori tersebut maka pemberian vaksin hepatits B dapat
dilakukan asal jangan lebih dari hari ke-7 kelahiran bayi.

2. Bayi baru Lahir 7 Hari


Pada 7 hari setelah kelahiran Ny.R beserta bayinya melakukan
kunjungan ke bidan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah bayi mengalami ikterus atau tidak, terjadi infeksi atau tidak,
BAB nya normal atau tidak, dan ada kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan 7 hari, ibu mengatakan tali pusat sudah lepas, keadaan bayi
baik, bayi masih diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-
tanda bahaya pada bayi, perawatan tali pusat tidak menggunakan alkohol
atau betadine sebagai kompresan tali pusat.
Perawatan tali pusat, tidak menggunakan alkohol atau betadine
sebagai kompresan tali pusat karena akan menyebabkan pusat
lembab/basah. Dimana kondisi ini merupakan tempat potensial
tumbuhnya bakteri patogen.4
3. Bayi baru Lahir 2 Minggu
Pada 2 minggu setelah kelahiran Ny.R beserta bayinya melakukan
kunjungan ke bidan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah bayi mengalami ikterus atau tidak, terjadi infeksi atau tidak,
BAB nya normal atau tidak, dan ada kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan 2 minggu, ibu mengatakan, keadaan bayi baik, bayi masih
diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada
bayi, dan bayi mendapatkan polio kedua dan BCG.
82

4. Bayi baru Lahir 6 Minggu


Pada 6 minggu setelah kelahiran Ny.R beserta bayinya melakukan
kunjungan ke bidan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah bayi mengalami ikterus atau tidak, terjadi infeksi atau tidak,
BAB nya normal atau tidak, dan ada kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan 6 minggu, ibu mengatakan, keadaan bayi baik, bayi masih
diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada
bayi, dan bayi mendapatkan imunisasi DPT Combo.

Anda mungkin juga menyukai