Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita

Umur 12-59 Bulan

1
Jumiarsih Purnama AL
2
Indirwan Hasanuddin
3
Sulaeman S

1,2 ,3
Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Sidrap

Alamat Korespondensi:

Jumiarsih Purnama AL
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Sidrap
Hp. 082198691517
Email: jumiarsihpurnama91@yahoo.com
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 75
Vol.6. No.1, Maret 2021
ABSTRAK

Stunting adalah gangguan kronik akibat kurangnya gizi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi. Stunting adalah kondisi dimana terjadinya suatu gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan
pertumbuhan yang tidak optimal sebagai akibat dari ketidak seimbangan gizi (Apriluana & Fikawati, 2018).
Stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar negara di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional studi. Sampel dalam penelitian adalah 30 responden dengan teknik penarikan
sampel Purposive sampling. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
diperoleh bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,02 (p < α =
0,05) pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Stunting, Balita

ABSTRACT

Stunting is a chronic disorder caused by a lack of nutrition that hinders growth and development in infants.
Stunting is a condition in which there is a physical growth disorder characterized by suboptimal growth as a
result of nutritional imbalances (Apriluana & Fikawati, 2018). Stunting is still a big problem for most countries
in the world. This study aims to determine the relationship between maternal knowledge and the incidence of
stunting in infants aged 12-59 months in the working area of Puskesmas Lawawoi, Sidrap Regency. This type of
research is a descriptive analytic study with a cross sectional study approach. The sample in this study was 30
respondents with purposive sampling technique. The research data were analyzed using the chi square test. The
results showed that there was a relationship between maternal knowledge and the incidence of stunting with a
value of p = 0.02 (p <α = 0.05) in children aged 12-59 months in the working area of Puskesmas Lawawoi,
Sidrap Regency.

Keywords: Mother's Knowledge, Stunting, Toddler

https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 76


Vol.6. No.1, Maret 2021
PENDAHULUAN Data stunting di Provinsi Sulawesi
Stunting adalah gangguan kronik Selatan pada tahun 2010 justru lebih tinggi
akibat kurangnya gizi sehingga dari pada angka nasional yakni 38,9% dan
menghambat pertumbuhan dan tahun 2013 prevalensi balita stunting di
perkembangan pada bayi. Stunting adalah Sulawesi Selatan meningkat kembali
kondisi dimana terjadinya suatu gangguan menjadi 41%. Hal ini menandakan bahwa
pertumbuhan fisik yang ditandai dengan prevalensi stunting pada balita merupakan
pertumbuhan yang tidak optimal sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius
akibat dari ketidak seimbangan gizi karena mencapai prevalensi stunting>40%
(Apriluana & Fikawati, 2018). (RISKESDAS, 2013 dalam Irviani dkk,
Menurut data WHO (2016) terdapat 2014).
162 juta balita penderita stunting di seluruh Berdasarkan data Dinas Kesehatan
dunia, dimana 56% berasal dari Asia. Kabupaten Sidrap tahun 2017, wilayah
Dibandingkan beberapa Negara tetangga, dengan prevalensi tertinggi stuntingadalah
prevalensi balita pendek di Indonesia juga di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi 1005
tertinggi dibandingkan Msyanmar (35%), balita (32,89%), Pangkajene 464 balita
Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (10,69%), Puskesmas Empagae 328 balita
(16%), dan Singapura (4%). Global (20,10%) (Dinkes Kab. Sidrap, 2017).
Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Berdasarkan data dari dinas
Indonesia termasuk dalam 17 negara, kesehatan kabupaten sidrap, wilayah
diantara 117 negara yang mempunyai 3 dengan jumlah kejadian balita stunting
masalah gizi yaitu stunting. tertinggi adalah daerah lawawoi dengan
Prevalensi stunting secara Nasional jumlah 363 orang yang merupakan balita
pada tahun 2013 sejumlah 37,2 %. umur 12-59 bulan yang terdiri dari 196
Pemantauan status gizi tahun 2016 orag laki-laki dan 167 orang perempuan.
mencapai 27,5 %, melebihi batas WHO Data tersebut di peroleh dari data jumlah
<20%. Hal ini berarti pertumbuhan yang stunting wilayah kerja puskesmas lawawoi,
tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 dengan desa/kelurahan arawa 40 orang,
juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak bangkai 25 orang, batulappa 38 orang,
Indonesia mengalami stunting. Lebih dari buae 56 orang, carawali 29 orang, ciro-
1/3 anak berusia di bawah 5 tahun di ciroe 18 orang, lainungan 47 orang,
Indonesia tingginya berada di bawah rata- lawawoi 33 orang, mattirotasi 21 orang,
rata (Sandjojo & Majid, 2017). uluale 56 orang. (Dinkes Kab. Sidrap,
2019)
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 77
Vol.6. No.1, Maret 2021
Dari latar belakang dan studi Populasi adalah keseluruhan jumlah
pendahuluan di atas maka perlu dilakukan anggota dari suatu himpunan yang ingin
penelitian tentang “Hubungan diketahui karakteristiknya berdasarkan
Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian inferensi atau generalisasi (Supardi &
Stunting Pada Balita Umur 12-59 Bulan”. Rustika, 2014). Populasi dalam penelitian
Berdasarkan penelitian yang ini adalah Ibu yang mempunyai anak
dilakukan oleh Pormes dkk, (2014) tentang stuntingdi Wilayah Kerja Puskesmas
“Hubungan pengetahuan orang tua tentang Lawawoi Kabupaten Sidrap yang
gizi dengan stunting pada anak usia 4-5 berjumlah 363 orang.
tahun di TK Malaekat Pelindung Manado”. Teknik pengambilan sampel yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari digunakan pada penelitian ini adalah
30 anak, 24 diantaranya memiliki (TB/U) Purposive sampling yaitu cara
normal (96%) disertai dengan pengetahuan pengambilan sampel berdasarkan kriteria
orang tua tentang gizi yang baik, ada 1 yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat
anak yang memiliki tinggi badan normal dianggap mewakili karakteristik
(TB/U) tetapi memiliki pengetahuan orang populasinya adapun besar sampel sebanyak
tua tentang gizi yang tidak baik (4%), 30 responden di wilayah kerja Puskesmas
sedangkan 5 anak denga stunting memiliki lawawoi (Supardi & Rustika, 2014). Dalam
orang tua dengan pengetahuan tentang gizi pemilihan sampel peneliti membuat
yang tidak baik (100%). kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah Subyek yang memenuhi kriteria inklusi
untukmengidentifikasi hubungan antara akan masuk dalam sampel penelitian
pengetahuan ibu dengan kejadian stunting sedangkan subyek yang memenuhi
pada balita umur 12-59 bulan. kriteria eksklusi maka subyek tidak masuk
METODE dalam sampel penelitian.
Desain penelitian pada penelitian ini Pengumpulan data yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan desain dalam penelitian ini adalah Angket
deskriptif analitik menggunakan (Quesioner) merupakan cara pengumpulan
pendekatan cross sectional, dimana data penelitian dengan mengirimkan atau
pengumpulan data dan pengukuran memberikan kuesioner kepada responden
variabel independen dan variabel dependen untuk mengisinya sendiri, angket
dilakukan pada waktu yang bersamaan memerlukan pedoman pengisian agar
(Amalia Amanda, 2014). memudahkan responden mengisi dan
mencegah terjadi kesalahan interpretasi
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 78
Vol.6. No.1, Maret 2021
pertanyaan (Supardi & Rustika, 2014). balita, yang tergolong pendidikan SD
Angket ini bersifat tertutup dan digunakan sebanyak 13 orang (43%), pendidikan
untuk mengukur variabel pengetahuan SMP sebanyak 11 orang (37%), dan
orang tua. pendidikan SMA sebanyak 6 orang (20%).
Pengukuran merupakan cara Berdasarkan jumlah anggota keluarga
pengumpulan data penelitian dengan menunjukkan bahwa dari 30 orang, yang
mengukur objek menggunakan alat ukut tergolong 2 anggota keluarga sebanyak 0
tertentu (Supardi & Rustika, 2014). orang (0%), 3 anggota keluarga sebanyak 8
Pengukuran digunakan untuk mengukur orang (27%), >4 anggota keluarga
tinggi badan anak. sebanyak 22 orang (73%). Berdasarkan
Data yang sudah diolah kemudian jenis kelamin menunjukkan bahwa dari
dianalisa dengan menggunakan 30orang dalam penelitian ini laki-laki
menggunakan program computer yang sebanyak 12 orang (40%) dan perempuan
meliputi Analisa univariat yang dilakukan 18 orang (60%). Berdasarkan Umur Balita
untuk mengetahui karakteristik data menunjukkan bahwa dari 30orang, yang
demografi, masing-masing variable yaitu tergolong umur 12-24 bulan sebanyak 1
variable independen (Pengetahuan seorang orang (3%), umur 25-36 bulan sebanyak 8
ibu) dan variable dependen (Kejadian orang (27%), umur 37-59bulan sebanyak
Stunting). Dan Analisis Bivariat dilakukan 21 orang (70%).
dengan uji chi square yang digunakan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
untuk menguji hipotesis hubungan bahwa dari 30 orang yang diteliti terdapat
pengetahuan seorang ibu dengan kejadian 9 ibu balita yang memiliki pengetahuan
stunting pada anak di wilayah kerja baik (30%) dan 21 ibu balita yang
Puskesmas Lawawoi memiliki pengetahuan kurang (70%).
HASIL Berdasarkan balita stunting menunjukkan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 orang yang diteliti yang
bahwa dari 30 orang, yang tergolong umur masuk dalam kategori pendek sebanyak 10
Ibu 20-25 tahun sebanyak 7 orang (23%), orang (33%), sedangkan responden dengan
umur 26-30 tahun sebanyak 8 orang (27%), kategori sangat pendek sebanyak 20 orang
umur 31-35 tahun sebanyak 4 orang (13%), (67%).
dan >35 sebanyak 11 orang (37%). Berdasarkan tabel 3 diperoleh data
Sebanyak 19 orang ibu (63%) berumur <35 bahwa dari 30 ibu balita dengan
tahun. Berdasarkan pendidikan pengetahuan ibu yang baik dengan
menunjukkan bahwa dari 30 orang ibu kejadian stunting pada anak usia 12-59
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 79
Vol.6. No.1, Maret 2021
bulan yang masuk kategori pendek kategori pengetahuan kurang, kejadian
sejumlah 7 orang (23%) dan pengetahuan stunting pada balitanya dengan kategori
ibu yang kurang dengan kejadian stunting pendek sebanyank tiga orang (10%).
pada anak usia 12-59 bulan berjumlah 3 Selanjutnya, ibu dengan kategori
orang dengan kategori pendek (10%), pengetahuan baik, kejadian stuntingpada
sedangkan pengetahuan ibu yang baik balitanya dengan kategori sangat pendek
dengan kejadian stunting pada anak usia sebanyak dua orang (27%), sedangkan ibu
12-59 bulan yang masuk kategori sangat dengan pengetahuan kategori kuang
pendek jumlah 2 orang (7%), dan sebanyak 18 orang (70%), kejadian
pengetahuan ibu yang kurangjumlah stunting pada balitanya dengan kategori
18(70%). Total yang memiliki sangat pendek, sehingga total secara
pengetahuan yang baik sejumlah 9 orang keseluruhan sejumlah 30 orang (100%). Di
(30%) dan total yang memiliki dapatkan hasil penelitian ini menggunakan
pengetahuan yang kurang sejumlah 21 uji chi-square dan nilai diperoleh adalah p
orang (70%), sedangkan total anak masuk =0,02. Hal ini berate nilai p lebih kecil dari
kategori pendek sejumlah 10 orang (33%) α(0.05).
dan total anak masuk kategori sangat Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendek sejumlah 20 orang (77%). sehingga penelitian Pormes dkk, (2014), tentang
total secara keseluruhan sejumlah 30 orang “Hubungan pengetahuan orang tua tentang
(100%). gizi dengan stunting pada anak usia 4-5
Dari hasil uji Chi Square didapatkan tahun di TK Malaekat Pelindung Manado”.
nilai p=0,02 lebih kecil dari nilai α (0,05) Didapatkan hasil penelitian ini
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak menggunakan uji chi-square dan nilai yang
dan Ha diterima, yang artinya ada diperoleh ialah p = 0,000. Hal ini berarti
hubungan antara pengetahuan ibu terhadap nilai p lebih kecil dari α (0.05). karena nilai
kejadian stunting pada anak usia 12-59 p< 0,05, maka dengan demikian dapat
bulan di wilayah kerja Puskesmas ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak.
Lawawoi Kabupaten Sidrap Tahun 2020. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada
PEMBAHASAN hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan analisis hasil penelitian pengetahuan orang tua tentang gizi dengan
ternyata dari 30 ibu dengan pengetahuan stunting pada anak usia 4-5 tahun di TK
kategori pendek sebanyak 10 0rang (33%), Malaekat Pelindung Manado (p = 0,000).
sedangkan ibu dengan kategori baik tujuh Dari hal di atas peneliti berasumsi
orang (23%), sedangkan ibu dengan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 80
Vol.6. No.1, Maret 2021
terhadap kejadian stunting pada anak usia Lawawoi Kabupaten Sidrap,dengan nilai
12-59 bulan. Pengetahuan orang tua dapat p=0,02 Oleh karena p 0,02< 0,05 (α).
membantu memperbaiki status gizi pada Berdasarkan hasil penelitian maka
anak untuk mencapai kematangan dapat diberikan beberapa saran kepada
pertumbuhan. Pengetahuan yang tidak pihak yang terkait hendaknya selalu
memadai , kurangnya pengertian tentang memantau pertumbuhan dan
kebiasaan makan yang baik, serta perkembangan sejak bayi dalam
pengertian yang kurang mengenai stunting kandungan secara rutin agar agar tumbuh
menentukan sikap dan perilaku ibu dalam secara optimal dan mampu menjadi
menyediakan makanan untuk anaknya keluarga kadar gizi (kadarzi), sehingga
termasuk jenis dan jumlah yang tepat agar masalah gizi kronis dapat ditanggulangi.
anak dapat timbuh dan berkembang secara Tingginya prevalensi kekurangan gizi
optimal. berdasarkan indeks gabungan (CIAF),
Sehingga dapat disimpulkan bahwa maka selayaknya jika penilaian status gizi
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita berdasarkan metode ini dapat
kejadian stunting pada anak usia 12-59 dipertimbangkan dan di terapkan, agar
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas dapat memperkirakan prevalensi
Lawawoi Kabupaten Sidrap tahun 2020, kekurangan gizi secara komprehensif
baik itu pendek maupun sangat pendek, sehingga bermanfaat bagi perencana
lebih banyak terjadi pada ibu yang program dan intervensi yang di lakukan
berpengetahuan kurang. Semakin tinggi dapat tepat sasaran.
pengetahuan ibu tentang stunting dan Melakukan pemantauan
kesehatan maka penilaian makanan pertumbuhan balita di posyandu,
semakin baik, sedangakan pada keluarga memberikan penyuluhan dan konseling
yang pengetahuannya rendah seringkali menyusui dan Makanan Pendamping ASI
anak makan dengan tidak memenuhi (MP ASI) serta Pemberian Makanan
kebutuhan gizi. Tambahan (PMT) pemulihan yang aman,
KESIMPULAN DAN SARAN bemutu dan berbasis bahan makanan local
Berdasarkan analisis hasil penelitian pada balita yang mengalami masalah gizi
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada CIAF untuk mencukupi kebutuhan gizi
hubungan antara pengetahuan ibu dan balita.
kejadian stunting pada balita usia 12-59 Perlunya pendidikan dan pelatihan
bulan di wilayah kerja Puskesmas secara khusus bagi petugas kesehatan dan
kader posyandu dalam melakukan
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 81
Vol.6. No.1, Maret 2021
pengukuran antropometri secara benar, Asupan Gizi, Pemberian Asi
Eksklusif, dan Pengetahuan Ibu
sehingga di dapatkan prevalensi status gizi
dengan Status Gizi (Tb/U) Balita 6-59
balita yang valid dan reliabel. Diperlukan Bulan. Jurnal Kesehatan, 9 (1), 117.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i1.800
kerjasama dan dukungan dari stakeholder
Chamidah, A. N. (2009). Deteksi dini
(lintas sector) dalam pemberdayaan gangguan pertumbuhan dan
perkembangn anak. Pendidikan
masyarakat untuk memperbaiki pola asuh
Khusus, 5, 2.
dan upaya peningkatan pengetahuan ibu Chamidah, A. N., & Yogyakarta, U. N.
(2012). Deteksi Dini Gangguan
tentang pola gizi seimbang serta
Pertumbuhan dan Perkembangan
peningkatan kunjungan ke posyandu pada Anak. JPK (Jurnal Pendidikan
Khusus), 4(3).
meja 4 dan 5.
https://doi.org/10.21831/jpk.v4i3.789
Diharapkan agar penelitian ini dapat Irviani A., Ibrahim, & Ratih F. (2014).
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi
menjadi sumber informasi sehingga dapat
Keluarga dengan Kejadian Stunting
lebih mempehatikan pemberian Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Barombong.
penyuluhan kepada masyarakat, dan juga
Kemendes. (2017). Buku saku desa dalam
diharapkan dapat menjadi sumber penanganan stunting. Buku Saku Desa
Dalam Penanganan Stunting, 42.
informasi bagi masyarakan terutama pada
Retrieved from
ibu yang memiliki balita stunting sehingga https://siha.depkes.go.id
Notoadmodjo, & soekidjo. (2010). promosi
lebih dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesehatan dan perilaku kesehatan.
kesadaran akan kesehatan serta dapat Nursalam. (2008). konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu
bersikap positif terhadap segala sesuatu
keperawatan.
yang berkaitan dengan penyakit stunting. Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E.
(2017). Hubungan Sikap dan
DAFTAR PUSTAKA (REFERENSI)
Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian
Stunting pada Anak Baru Masuk
Amalia Amanda. (2014). Hubungan
Sekolah Dasar di Kecamanatan
asupan zat gizi (energi, protein besi,
Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas,
dan seng), stunting dan stimulasi
6(3), 523–529. Retrieved from
psikososial dengan status motorik
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/
anak usia 3-6 tahundi paud wilayah
jka/article/view/733
binaan puskesmas kecematan
Pormes, W., Rompas, S., & Ismanto, A.
kebayoran lama tahun 2014.
(2014). HUBUNGAN
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018).
PENGETAHUAN ORANG TUA
Analisis Faktor-Faktor Risiko
TENTANG GIZI DENGAN
terhadap Kejadian Stunting pada
STUNTING PADA ANAK USIA 4-5
Balita (0-59 Bulan) di Negara
TAHUN DI TK MALAEKAT
Berkembang dan Asia Tenggara.
PELINDUNG MANADO. Jurnal
Media Penelitian Dan Pengembangan
Keperawatan UNSRAT, 2(2), 105260.
Kesehatan, 28(4), 247–256.
Pos, K., & Gorontalo, K. (2017).
https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.4
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI
72
IBU DENGAN KEJADIAN
Bertalina, B., & P.R, A. (2018). Hubungan
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 82
Vol.6. No.1, Maret 2021
STUNTING
Rahim, A. ., & Pratiwi, R. (2017).
hubungan komsumsi ikan terhadap
kejadian stunting pada anak usia 2-5
tahun. Kedokteran Diponegoro, 6, 1.
Sandjojo, E. putro. (2017). Buku saku desa
dalam penanganan stunting. Buku
Saku Desa Dalam Penanganan
Stunting.
Saragih, s, Jumaini, & Indriati, g. (2013).
gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap keluarga tentang perawatan
pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah.
Saragih S, Sumaini, & Indrianti, G. (2016).
gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap keluarga tentang perawatan
pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah.
Sembiring, J. . (2017). asuhan neonatus,
bayi, balita, anak pra sekolah.
Supardi, s, & Rustika. (2014).
metodologi riset keperawatan.

https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.533 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 83


Vol.6. No.1, Maret 2021
Tabel 1. Distribusi frekuensi Berdasarkan Umur, Pendidikan, Jumlah Anggota
Keluarga dan Distribusi frekuensi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)


Umur Ibu f %
Umur 20-25 tahun 7 23
Umur 26-30 tahun 8 27
Umur 31-35 tahun 4 13
Umur >30 tahun 11 37
Pendidikan Ibu f %
SD 13 43
SMP 11 37
SMA 6 20
Jumlah Anggota Keluarga f %
3 0 0
3 8 27
>4 22 73
Jenis Kelamin Balita f %
Perempuan 18 60
Laki-laki 12 40
Umur Balita f %
Umur 12-24 bulan 1 3
Umur 25-36 bulan 8 27
Umur 37-59 bulan 21 70
Total 30 100

https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.528 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 84


Vol.6. No.1, Maret 2021
Tabel 2. Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pengetahuan dan Distribusi Balita
Berdasarkan Klasifikasi stunting

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)


Pengetahuan Ibu f %
Baik 9 30
Kurang 21 70
Total 30 100
Balita Stunting f %
Pendek 10 33
Sangat Pendek 20 67
Total 30 100

Tabel 3. Hubungan antara Pengetahuan ibudan kejadian stunting pada Balita usia 12-59
bulan

Stunting
Pengetahuan orang tua Sangat
Pendek % % Total % P Value
pendek
Baik 7 23 2 7 9 30
Kurang 3 10 18 70 21 70 0,02
Total 10 33 20 77 30 100

https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.528 Jurnal Kesehatan Panrita Husada | 85


Vol.6. No.1, Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai