Disusun Oleh:
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Miskonsepsi Yang Sering Ditemukan dalam Materi Kesetimbangan Kimia
Menurut Barke, H et al., (2009) miskonsepsi yang sering ditemui dalam materi
kesetimbangan kimia adalah:
1. Siswa menunjukkan kebingungan mengenai jumlah (mol) dan konsentrasi (mol/l)
dengan mencoba menghitung konsentrasi ketika diberikan molaritas;
mengungkapkan ketidakpastian kapan harus menggunakan volume; dengan
asumsi stoikiometri rasio mol berlaku antara konsentrasi produk dan reaktan,
dengan asumsi jumlah molar sama bahkan ketika salah satunya berlebih.
2. Siswa menunjukkan kebingungan terhadap munculnya dan hilangnya materi
dengan mengasumsikan konsentrasi berfluktuasi saat kesetimbangan ditetapkan:
jika yang diberikan adalah reaksi reversibel yang berjalan sampai selesai; jika
reaksi maju harus selesai sebelum yang sebaliknya dimulai; dan terdapat
penambahan lebih banyak reaktan hanya mengubah konsentrasi produk.
3. Siswa menunjukkan kebingungan terkait dengan arti Kc; siswa mengira bahwa Kc
memiliki nilai yang bervariasi pada suhu konstan dan perubahannya bergantung
pada jumlah produk dan reaktan.
4. Siswa menunjukkan kebingungan atas penggunaan prinsip Le Chatelier dengan
mencoba untuk menyesuaikan sistem yang sudah dalam kesetimbangan; untuk
mengubah konsentrasi dari reaktan yang ditambahkan saja; untuk mengubah nilai
konsentrasi semua spesies ada kecuali reaktan yang ditambahkan; ketidakpastian
tentang bagaimana suhu, volume, atau perubahan tekanan (termasuk penambahan
gas yang tidak bereaksi) akan mengubah konsentrasi kesetimbangan.
Berdasarkan penelitian analisis miskonsepsi yang dilakukan oleh (Monita & Suharto,
2016) terhadap siswa MAN di daerah Banjarmasin diketahui beberapa konsep yang sering
dialami siswa digambarkan melalui Gambar 1 dan Tabel 1.
Soal 4.
Dalam system tertutup, dapat terjadi kestimbangan diantara senyawa hydrogen (H2),
iodine (I2) dan hydrogen iodide (HI) :
2HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g)
Pada awal reaksi terdapat 6 mol gas HI. Pada saat ini, H 2 dan I2 belum terbentuk. Pada
saat kesetimbangan, terdapat 1 mol gas H2. Berapa banyak H2 dan I2 yang terbentuk saat
kesetimbangan ?
a. 1 mol HI dan 1 mol I2
b. 2 mol HI dan 1 mol I2
c. 3 mol HI dan 2 mol I2
d. 4 mol HI dan 1 mol I2
Pada proses Haber-Bosch untuk pembuatan ammonia, terjadi reaksi berikut ini dalam
system tertutup :
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)
Setelah kesetimbangan tercapai, tekanan dinaikkan pada suhu konstan. Apa yang terjadi
pada system? Tolong jelaskan jawaban anda dengan detail.
Soal 6.
Seperti yang diharapkan, sebagian besar siswa menjawab pertanyaan ini dengan benar
dan mendeskripsikan perubahan warna menjadi pink yang mendukung reaktan. Namun
banyak penjelasan dari pertanyaan yang dijawab dengan benar dapat diperdebatkan karena
pemisahan spasial zat dalam kesetimbangan ada dalam imajinasi siswa.
1. Ketika air ditambahkan ke dalam system, ada kelebihan di sisi kanan. Karena ini
merupakan kesetimbangan, maka lebih banyak zat yang terbentuk di sisi kiri.
2. Kesetimbangan bergeser ke kiri. Penambahan air menyebabkan penataan ulang
kesetimbangan. Untuk mendaptkan kembali jumlah molar yang sama di kedua sisi,
kesetimbangan harus digeser ke arah kiri.
3. Berdasarkan azas Le Chateliers, larutan berubah warna menjadi pink karena zat
yang ditambahkan habis di sisi kanan.
4. Kesetimbangan akan bergerak kea rah sisi kiri karena peningkatan konsentrasi air di
sisi kanan, di mana larutan biru berada.
Beberapa siswa berpendapat bahwa dengan penambahan air terjadi pengenceran pada
warna biru. Mereka memberikan alasan sebagai berikut :
1. Warnanya encer, setiap warna menjadi encer (pudar) meski ditambah air.
2. Warna menjadi lebih cerah karena zat diencerkan, namun efektivitasnya tetap sama.
3. Karena larutan berwarna biru dalam kesetimbangan,dengan adanya penambahan
air, dapat terjadi perubahan warna, dimana warna biru menjadi lebih lemah karena
warnanya diencerkan.
4. Penambahan air tidak menyebabkan larutan kehilangan kesetimbanganna oleh sebab
itu warna merah muda (pink) tidak dapat mendominasi.
Ada jawaban lain yang salah dan menjadi miskonsepsi,yaitu bahwa penambahan air
tidak berpengaruh pada reaksi kesetimbangan :
1. Tidak ada yang terjadi karena air tidak mengubah jalannya reaksi
2. Air tidak mempengaruhi reaksi dengan cara apapun.
Tampaknya sulit bagi siswa untuk membedakan antara air sebagai pelarut dan sebagai
pasangan atau tambahan dalam reaksi. Perbedaan ini harus ditunjukkan dengan jelas kepada
siswa yang harus menilai reaksi kompleks dengan tepat sesuai denan pola pada soal nomor 6.
Reaksi berikut adalah tentang air sebagai mitra reaksi dan sebagai pelarut.
Soal 7.
Dalam larutan 0,5 M natrium dikromat (Na2Cr2O7) yang baru diproduksi, terjadi
kesetimbangan setelah waktu tertentu berikut :
2CrO42- (aq. Kuning) + 2H+ (aq) ↔ Cr2O72- (aq. Merah) + H2O (l)
Apa yang terjadi jika ditambahkan 10 mL larutan natrium dikromat 0,5 M ke dalam 10
mL larutan yang disebutkan di atas. Tolong jelaskan jawaban anda sencara detail.
Hanya sepersepuluh dari siswa yang ditanyai mengakui dengan benar bahwa tidak ada
perubahan dalam kesetimbangan, karena larutan 0,5 molar yang ditambahkan sama, yaitu
konsentrasi partikel yang sama dari kedua larutan dan tidak ada perubahan konsentrasi yang
ditemukan.
Siswa lain berada pada kesimpulan yang salah. Kesetimbangan akan pindah ke sisi
reaktan. Beberapa penjelasan menunjukkan bahwa :
1. Jika seseorang menambahkan natrium dikromat, ada kelebihan di sisi sebelah kanan.
Onelh karena itu, lebih banyak zat yang terbentuk di sisi kiri, sedangkan konsentrasi
di sisi kanan berkurang.
2. Kesetimbangan bergerak ke kiri karena semakin banyak Na2Cr2O7, semakin banyak
Cr2O72- yang ditambahkan dan dapat bereaksi dengan air menjadi lebih banyak
CrO42- dan H+.
3. Jika sesorang menambahkan natrium dikromat, konsentrasi Cr2O72- meningkat.
Menurut azas Le Chatelier, kesetimbangan akan bergerak ke sisi kiri : larutan
berubah menjadi warna kuning.
Padatan Kalsium karbonat (CaCO3) yang terkena panas yang hebat membentuk kalsium
oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2), hingga tercapai kesetimbangan berikut ini :
CaCO3 (s) ↔ CaO (s) + CO2 (g)
Apa yang terjadi pada konsentrasi CO2 jika padatan kalsium oksida ditambahkan ke
dalam kesetimbangan tersebut? Tolong jelaskan jawaban anda dengan detail.
Jawaban yang benar bahwa kesetimbangan tidak berubah melalui penambahan zat
padat hanya diketahui oleh sepersepuluh siswa. Komentar yang diberikan secara ekslusif
memberikan penjelasan yang benar.
Namun, masih banyak siswa yang menggunakan prinsip Le Chatelier tanpa benar-
benar memahaminya, dalam kasus ini, bahwa “tidak ada tekanan” sedang diberikan pada
system ini dalam kesetimbangan. Sebagian besar siswa menduga bahwa ada penuruna CO 2
dan karena itu pergeseran kesetimbangan bergeser ke sisi reaktan. Mereka menjelaskan
asusmsi mereka sebagai berikut :
1. Konsentrasi CO2 berkurang, karena beraksi dengan CaO yang ditambahkan untuk
menghasilkan CaCO3, kesetimbangan bergeser ke kiri.
2. Kesertimbangan terganggu karena lebih banyak kalsium oksida yang akan
dihasilkan, konsentrasi CO2 berkurang.
3. Konsentrasi berkurang, karean CO2 bereaksi denan CaO, kesetimbangan bergeser ke
kiri.
4. Konsentrasi CO2 menurun, karena CaO berlebihan dan karena bereaksi dengan CO 2
menjadi CaCO3. Oleh karena itu, CO2 digunakan untuk menurunkan konsentrasi.
5. Konsentrasi CO2 akan diturunkan, karena digunakan Bersama dengan kalsium
oksida.
6. Jika jumlah CaO meningkat, maka jumlah CO2 harus lebih kecil untuk
mempertahankan kesetimbangannya.
7. Konsentrasi CO2 turun karena kelebihan CaO, menguntungkan untuk reaksi bergeser
ke sisi kiri.
Ada siswa yang ingat bahwa penambahan zat padat tidak mengganggu reaksi
kesetimbangan. Namun, mereka bahwa kalsium oksida larut setalah beberapa waktu dan
memiliki pengaruh pada reaksi kesetimbangan :
1. Kalsium oksida padat harus dilarutkan terlabih dahulu agar dapat bereaksi.
Kemudian kesetimbangan akan bergeser ke sisi di mana zat yang ditambahkan
digunakan.
2. Lebih banyak CaCO3 yang terbentuk, karena kalsium oksida dapat larut dan dapat
mempengaruhi CO2.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Pujianto et al., 2018b), beliau menemukan
miskonsepsi yang sama yakni pada konsep factor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan, dimana temuannya yaitu pada reaksi kesetimbangan, fase zat-zat yang
terlibat reaksi tidak diperhatikan. Namun, sebenarnya pada reaksi kesetimbangan, fase zat-
zat yang terlibat reaksi harus diperhatikan.
Pada penelitian lain juga ditemukan adanya miskonsepsi yang sama yakni, ketika
siswa diminta untuk menganalisis pengaruh penambahan padatan CaCO3 dalam reaksi
CaCO3(s) ⇄ CaO(s) + CO2(g) terhadap konsentrasi CO2. Ada 39,89% siswa memilih jawaban
konsentrasi CO2 bertambah karena siswa beranggapan kenaikan konsentrasi reaktan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah produk. Hal ini menunjukkan siswa
mengalami miskonsepsi penambahan padatan sebagai produk atau reaktan menganggu sistem
kesetimbangan (Permatasari et al., 2022).
Soal 9.
Reaksi nitrogen dioksida (NO2) menjadi dinitrogen tetraoksida (N2O4) adalah eksotermik :
2NO2 (g, coklat) ↔ N2O4 (g, tidak berwarna); reaksi maju eksotermis
Setelah kesetimbangan tercapai, suhu dinaikkan pada tekanan konstan. Apa yang akan
terjadi pada system tersebut? Tolong jelaskan jawaban anda secara rinci.
Sebagian besar siswa, seperti yang diharapkan, menjawab permasalahan dengan benar
: kesetimbangan menghindari suhu tinggi dengan mewujudkan reaksi balik endotermik;
posisi kesetimbangan baru yang mendukung reaktan terbentuk.
Beberapa siswa menyatakan bahwa kesetimbangan akan bergeser ke sisi produk.
Mereka memberikan penjalasan sebagai berikut :
Soal 10.
Reaksi karbon (C) dengan karbon dioksida (CO2) membentuk karbon monoksida (CO)
bersifat endoterm :
C (s) + CO2 (g) ↔ 2CO (g); mengikuti reaksi endotermik
Setelah kesetimbangan tercapai, seseorang meningkatkan suhu pada tekanan konstan.
Apa yang akan terjadi pada system? Tolong jelaskan jawaban anda secara rinci.
Mirip dengan jawaban 9, ada banyak jawaban dan penjalasan yang benar yang
menyarankan pembentukan karbon monoksida tambahan. Namun, argument pergeseran
kesetimbangan ke sisi rektan juga digunakan dan dijelaskan sebagai berikut :
1. Reaksi eksotermik (pembentukan C + CO2) didorong di sini. Oleh karena itu lebih
banyak zat ini terbentuk. Kesetimbangan akan terganggu.
2. Seseorang harus menyediakan energi tambahan agar karbon monoksida dapat
terbentuk. Jika suhu dinaikkan (lebih banyak energi yang disuplai), maka karbon
monoksida akan memiliki banyak energi. Dapat dibayangkan bahwa CO bereaksi
menjadi C dan CO2 karena reaksinya reversible.
(Ade Monita & Suharto, 2016) pada penelitiannya menemukan miskonsepsi yang
serupa yakni, siswa menganggap pada reaksi endoterm ketika suhu dinaikkan pada volume
tetap kesetimbangan bergeser ke arah ke koefisien yang lebih besar. Ada juga yang
menganggap bahwa suhu tidak bepengaruh pada pergeseran kesetimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Monita, F., & Suharto, D. B. (2016). Identifikasi Dan Analisis Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1), 27–38.
Adi, Y. K., & Oktaviani, N. M. (2019). Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa Sd Pada
Materi Life Processes and Living Things. Profesi Pendidikan Dasar, 1(1), 1–10.
Barke, H, D., Hazari, A., & Yitbarek, S. (2009). Misconceptions in Chemistry (1st ed.).
Springer Berlin Heidelberg.
Erza, F., & Nasrudin, H. (2017). apaian Keterlaksanaan Strategi Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1 Krembung Sidoarjo. NESA Journal of
Chemical Education, 6(2), 190–195.
Mentari, L., Suardana, I. N., & Subagia, I. W. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Sma Pada
Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia
Undiksha, 1(1), 8–13.
Monita, F. A., & Suharto, B. (2016). Identifikasi dan analisis miskonsepsi siswa
menggunakan three-tier multiple choice diagnostic instrument pada konsep
kesetimbangan kimia. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1), 27–36.
Permatasari, M. B., Muchson, M., Hakimah, N., Rokhim, D. A., Herunata, H., & Yahmin, M.
(2022). Identifikasi Miskonsepsi Materi Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA
Menggunakan Tes Three Tier Berbasis Web. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 16(1),
1–7. https://doi.org/10.15294/jipk.v16i1.29407
Pujianto, E., Masykuri, M., & Utomo, S. B. (2018a). Penerapan Strategi Konflik Kognitif
untuk Pembelajaran Remidiasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan
Kimia Kelas XII MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia, 7(1), 77–85.
Pujianto, E., Masykuri, M., & Utomo, S. B. (2018b). Penerapan Strategi Konflik Kognitif
untuk Pembelajaran Remidiasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan
Kimia Kelas XII MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia, 7(1), 77. https://doi.org/10.20961/jpkim.v7i1.24568
Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran
Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1).
Wati, W., & Novita, D. (2021). Mereduksi Miskonsepsi Materi Kesetimbangan Kimia
Melalui Penerapan Strategi Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain
(PDEODE). Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, 5(1), 1–10.