Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS MISKONSEPSI DALAM KIMIA


(Analisis Miskonsepsi Materi Kesetimbangan Kimia)

Disusun Oleh:

Nanda Salwa Aulia (2110246907)


Sherly Aulia (211024
Tri Fadilla Rahmasari (2110246985)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Lenny Anwar, M.Si

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah. Sholawat
beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita mendapat syafaatnya kelak
di hari kiamat.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Lenny Anwar, M.Si,
sebagai Dosen Pengampu Mata kuliah Analisis Miskonsepsi Kimia dan teman- teman
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami
sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami membutuhkan keritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.

Pekanbaru, November 2022

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman


tingkat tinggi (Wati & Novita, 2021). Hal ini dikarenakan pembelajaran kimia tidak hanya
pembelajaran berdasarkan fakta, konsep maupun prinsip, tetapi juga inovasi ilmiah,
sehingga proses penyampaian materi harus didasarkan pada konsep yang matang, benar
dan nyata (Redhana, 2019); (Erza & Nasrudin, 2017). Seseorang yang mampu
memahami pembelajaran kimia dengan baik akan mampu meneliti berbagai macam hal
yang berkaitan dengan lingkungan. Hanya saja pada kenyataannya masih banyak terjadi
miskonsepsi pada proses pembelajaran kimia.
Miskonsepsi pada pembelajaran kimia terjadi akibat kurangnya kemampuan
siswa dalam memahami materi yang dipelajari (Mentari et al., 2017). Adanya
miskonsepsi ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar kimia siswa. Pada
dasarnya miskonsepsi diartikan sebagai perbedaan pemahaman dan pengetahuan yang
didapat terhadap fenomena yang ada serta tidak sesuai dengan fakta ilmiah dari fenomena
tersebut (Wati & Novita, 2021). Miskonsepsi peserta didik dapat mempengaruhi
pemahaman selama proses pembelajaran berlangsung, karena ketika peserta
didik mengalami miskonsepsi maka besar kemungkinan peserta didik mengalami
miskonsepsi lagi pada pembelajaran berikutnya.
Selain itu, miskonsepsi dapat merugikan kelangsungan dan keberhasilan
dalam proses pembelajaran baik bagi peserta didik maupun pendidik, apalagi
miskonsepsi yang sudah lama dan tidak terdekteksi dengan baik. Miskonsepsi pada
dasarnya disebabkan oleh adanya Prakonsepsi (Konsep awal peserta didik), kesalahan
reasoning, serta pemikiran humanistik dan asosiatif. Miskonsepsi yang terjadi didapat
dari peserta didik itu sendiri berangkat dari pengalaman di lingkungan dengan cara
mengamati peristiwa yang terjadi (Adi & Oktaviani, 2019).
Finley, Stewar, dan Yarroch melaporkan hasil dari 100 orang guru kimia yang dipilih
secara acak menyatakan bahwa kesetimbangan kimia adalah materi yang paling sulit.
Berquist dan Heikkenen menyatakan bahwa kesetimbangan merupakan konsep yang paling
sulit diajarkan dan melibatkan tingkat kesalahpahaman siswa yang paling tinggi adalah
materi kesetimbangan kimia (Barke, H et al., 2009). Miskonsepsi kimia yang dialami siswa
jelas sangat merugikan bagi kelancaran dan keberhasilan belajar mereka, apalagi jika
miskonsepsi sudah terjadi lama dan tidak terdeteksi secara dini, baik oleh siswa itu sendiri
maupun guru. Penelitian yang pernah dilakukan di Hungaria terhadap beberapa mahasiswa,
menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut mengalami miskonsepsi yaitu pada konsep
kesetimbangan kimia (Pujianto et al., 2018a).
Berdasarkan pemaparan masalah yang telah diuraikan, maka penulis bermaksud untuk
menyajikan sebuah tulisan yang menjelaskan mengenai miskonsepsi yang sering dijumpai
pada materi kesetimbangan kimia serta penyelesaian terhadap miskonsepsi tersebut dalam
sebuah makalah yang berjudul “ Analisis Miskonsepsi pada Materi Kesetimbangan Kimia”.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Miskonsepsi Yang Sering Ditemukan dalam Materi Kesetimbangan Kimia
Menurut Barke, H et al., (2009) miskonsepsi yang sering ditemui dalam materi
kesetimbangan kimia adalah:
1. Siswa menunjukkan kebingungan mengenai jumlah (mol) dan konsentrasi (mol/l)
dengan mencoba menghitung konsentrasi ketika diberikan molaritas;
mengungkapkan ketidakpastian kapan harus menggunakan volume; dengan
asumsi stoikiometri rasio mol berlaku antara konsentrasi produk dan reaktan,
dengan asumsi jumlah molar sama bahkan ketika salah satunya berlebih.
2. Siswa menunjukkan kebingungan terhadap munculnya dan hilangnya materi
dengan mengasumsikan konsentrasi berfluktuasi saat kesetimbangan ditetapkan:
jika yang diberikan adalah reaksi reversibel yang berjalan sampai selesai; jika
reaksi maju harus selesai sebelum yang sebaliknya dimulai; dan terdapat
penambahan lebih banyak reaktan hanya mengubah konsentrasi produk.
3. Siswa menunjukkan kebingungan terkait dengan arti Kc; siswa mengira bahwa Kc
memiliki nilai yang bervariasi pada suhu konstan dan perubahannya bergantung
pada jumlah produk dan reaktan.
4. Siswa menunjukkan kebingungan atas penggunaan prinsip Le Chatelier dengan
mencoba untuk menyesuaikan sistem yang sudah dalam kesetimbangan; untuk
mengubah konsentrasi dari reaktan yang ditambahkan saja; untuk mengubah nilai
konsentrasi semua spesies ada kecuali reaktan yang ditambahkan; ketidakpastian
tentang bagaimana suhu, volume, atau perubahan tekanan (termasuk penambahan
gas yang tidak bereaksi) akan mengubah konsentrasi kesetimbangan.
Berdasarkan penelitian analisis miskonsepsi yang dilakukan oleh (Monita & Suharto,
2016) terhadap siswa MAN di daerah Banjarmasin diketahui beberapa konsep yang sering
dialami siswa digambarkan melalui Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia

Tabel 1. Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia


Konsep Miskonsepsi
Kesetimbangan Dinamis  Saat kesetimbangan terjadi, jumlah masa reaktan
sama dengan jumlah massa produk
 Dinamis dalam keadaan setimbang berarti jumlah
massa reaktan dan massa produk tetap
 Saat kesetimbangan terjadi, jumlah mol zat
disebelah kanan sama dengan disebelah kiri
 Dinamis dalam keadaan setimbang berarti mol
reaktan dan mol produk tetap
 Dinamis dalam keadaan setimbang ibaratnya
sama.
Kesetimbangan homogen  Fase yang terlibat dalam kesetimbangan heterogen
dan heterogen yaitu berbeda dan boleh melibatkan lebih dari dua
fase
 Fase yang terlibat pada kesetimbangan heterogen
tetapi yang heterogen adalah zatnya
 Fase yang terlibat pada kesetimbangan heterogen
yaitu memungkinkan bereaksi, tapi fase (s) dan (l)
tidak memiliki tekanan jadi hanya dianggap 1
Tetapan Kesetimbangan  Harga tetapan kesetimbangan dapat menentukan
terjadi tidaknya pergeseran keseimbangan.
 Harga tetapan kesetimbangan dapat menentukan
angka koefisien dari zat - zat yang terlibat dalam
reaksi.
 Tetapan kesetimbangan merupakan besaran yang
harganya dapat berubah-ubah jika terjadi
pergeseran kesetimbangan
 Produk dibagi reaktan yang sama fasenya
dipangkatkan sesuai angka koefisiennya
 Semua produk dibagi reaktan dipangkatkan sesuai
angka koefisiennya
 Simbol [ ] berarti konsentrasi zat dalam satuan
mol
 Fase cairan murni, gas, dan larutan yang terlibat
dalam reaksi kesetimbangan
 Produk dibagi reaktan, yang mana fase (s) dan (l)
nilainya = 1, sedangkan fase (aq) dipangkatkan
koefisiennya
Hubungan kuantitatif antar Penambahan sejumlah gas pada reaksi kesetimbangan
komponen dalam reaksi menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kanan,
kesetimbangan sehingga produk bertambah, akibatnya harga Kc
berkurang dan [ ] berkurang.
Pergeseran kesetimbangan  Penambahan konsentrasi menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan, akibatnya ion
reaktan pertama dan ion reaktan kedua berkurang
 Penambahan konsentrasi menyebakan
kesetimbangan bergeser ke kanan, akibatnya kedua
reaktan bertambah
 Tekanan diperbesar pada reaksi kesetimbangan
mengakibatkan reaksi menjadi lebih cepat,
sehingga kesetimbangan bergeser ke arah produk
 Tekanan diperbesar menyebabkan kesetimbangan
bergeser kearah koefisien yang besar pada zat-zat
yang berfase gas
 Peran katalis dalam reaksi kesetimbangan kimia
adalah untuk mempercepat tercapainya
kesetimbangan dengan memperbesar harga Kc
 Katalis bekerja memperbesar harga Kc
 Peran katalis dalam kesetimbangan adalah untuk
mempercepat tercapainya kesetimbangan dengan
cara mempercepat reaksi dengan cara menggeser
kesetimbangan
 Jika suhu dinaikkan pada reaksi endoterm maka
kesetimbangan bergeser kearah koefisien yang
besar
 Suhu tidak berpengaruh pada pergeseran
kesetimbangan
 Jika volume dinaikkan, kesetimbangan bergeser
kearah koefisien yang kecil
Kesetimbangan kimia dalam  Adanya kesetimbangan kimia dalam industri
proses industri memungkinkan untuk menyiasati volume dan
tekanan sedemikian rupa agar kesetimbangan dapat
tercapai dan bergeser ke kanan
 Adanya kesetimbangan kimia dalam industri
memungkinkan untuk menyiasati suhu dan tekanan
sedemikian rupa agar kesetimbangan dapat tercapai
dan bergeser ke kanan
 Fungsi penambahan H2SO4 pekat pada proses
kontak pembuatan asam sulfat adalah untuk
pengoksidasian SO3 hasil reaksi pembakaran
belerang murni
 Penambahan NH3 secara terus menerus akan
menggeser kesetimbangan kearah kanan
 Tekanan diperbesar sekitar 140 atm – 340 atm
kesetimbangan bergeser kearah kanan
Hasil wawancara siswa menunjukkan prakonsepsinya tentang kesetimbangan
dinamis. Siswa menganggap kesetimbangan dikatakan dinamis karena massa reaktan dan
massa produk sama. Hal ini terjadi karena pengalaman disekitarnya, dimana sesuatu yang
setimbang pasti berkaitan dengan kesamaan massa, seperti hanya fungsi suatu timbangan.
Asosiasi siswa terhadap istilah - istilah sehari - hari kadangkadang dapat
menyebabkan miskonsepsi. Pemikiran asosiatif siswa juga ditemukan pada hasil
wawancara yaitu pada konsep persamaan tetapan kesetimbangan. Siswa menganggap
bahwa persamaan tetapan kesetimbangan adalah produk dibagi reaktan. Pemikiran
asosiatif siswa ini akan salah jika siswa tidak mengetahui fase apa yang terlibat,
sehingga perhitungan harga tetapan kesetimbanganya pun akan salah. Setelah ditelusuri
lebih lanjut ternyata siswa juga menganggap bahwa fase yang terlibat pada kesetimbangan
adalah semua fase.

2.2 Penelitian Empiris


Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan oleh Tanja Osthues terhadap siswa
sekolah menengah di Jerman maka akan dijabarkan 10 soal yang disebarkan disertai dengan
pembahasan miskonsepsinya. Sebaran konsep yang diberikan dalam 10 butir soal
kesetimbangan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Konsep Butir Soal Tes


No Konsep Kesetimbangan Kimia Butir Soal
.
1. Perhitungan mol reaksi kesetimbangan 1, 2, 3, 4
2. Faktor yang mempengaruhi pergeseran 5, 6, 7, 8, 9, 10
kesestimbangan

Dalam pengisian kuesioner ini peneliti menambahkan beberapa kolom pertanyaan


pendukung seperti nilai matematika terakhir yang didapatkan oleh siswa yang bersangkutan.
Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada korelasi miskonsepsi siswa dengan kualitas nilai
mereka dalam mata pelajaran kimia. Pada makalah ini akan disajikan analisis miskonsepsi
siswa berdasarkan tes yang diujikan sesuai dengan sebaran konsep butir soal. Konsep butir
soal yang sama penulis jelaskan dalam satu soal saja yang dapat mewakili.
Soal 1.

Dalam kesetimbangan tertutup, kesetimbangan berikut terjadi antara senyawa etena


(C2H6), hidrogen (H2), dan etana (C2H4).
C2H6(g) ↔ C2H4(g) + H2(g)
Pada awal reaksi terdapat 8 mol etena, pada saat etana dan gas hydrogen belum terbentuk.
Pada kesetimbangan, 3 mol etana terbentuk. Berapa banyak mol etena dan gas hidrogen
terbentuk saat kesetimbangan?
a) mol C2H6 and 3 mol H2
b) 3 mol C2H6 and 3 mol H2
c) 4 mol C2H6 and 1 mol H2
d) 5 mol C2H6 and 3 mol H2
e) 6 mol C2H6 and 3 mol H2

Gambar 2. Distribusi Jawaban Siswa pada Soal 1


Soal 1 memiliki jawaban benar pada pilihan D, kemudian akan dijelaskan mengenai
tiap pilihan jawaban dan miskonsepsi yang ditimbulkan dari kesalahan analisis siswa sebagai
berikut:
1) Jawaban a mengandung ide yang salah bahwa “jumlah semua jumlah tetap sama”.
sepanjang reaksi''. Siswa menjelaskan jawaban mereka sebagai berikut: Jumlah total
materi tidak berubah; itu harus tetap pada 8 mol. Karena 3 mol (dari 8) ada di satu
sisi, seharusnya ada 5 di sisi lainnya.
Jawaban a benar, karena 8 mol harus dibagi: 3 mol C 2H4 ada setelah reaksi, C2H6 dan
H2 harus membuat total 2 + 3 = 5. Ketika 3 mol C 2H4 ada, 3 mol H2 juga ada. Untuk
mencapai 8 mol C2H6, hanya 2 mol C2H6 yang dapat terbentuk: 8 – 6 = 2.
2) Dalam komentar siswa tentang Jawaban b, jawaban salah yang diharapkan muncul
naik, yaitu bahwa ''dalam kesetimbangan, jumlah materi adalah sama''. Dalam setiap
kasus, harus 3 mol. Kami memiliki keseimbangan ketika jumlah yang sama ada di
kedua sisi.
3) Jawaban c adalah jawaban salah yang paling sering dipilih. Gagasan itu ''Jumlah total
materi tetap sama selama reaksi'' dan ''pada saat itu waktu yang sama, jumlah total
reaktan sama dengan jumlah jumlah produk'' dapat dibuktikan dalam komentar siswa:
“4 mol ada di kedua sisi reaksi, oleh karena itu reaksi berada dalam kesetimbangan,
dan sebagai tambahan jumlah materi aslinya adalah 8 mol. Di sisi produk dan
reaktan semuanya ada 8 mol. Karena 3mol C 2H4 berasal, harus ada juga 4 mol H 2 di
sisi produk: 3 mol + 1 mol = 4 mol. Keseimbangan tercapai ketika massa yang sama
terkumpul di kedua sisi. Dari 8 mol kami memiliki di sisi kanan 3 mol C 2H4 dan 1 mol
H2, sesuai di sisi reaktan 4 mol C2H6. Harus ada 8 mol – dalam kesetimbangan harus
ada jumlah mol yang sama kedua sisi”
Soal 2.

Dalam kesetimbangan tertutup, kesetimbangan berikut terjadi antara senyawa karon


dioksida (CO2), air (H2O) dan asam karbonat (H2CO3):
CO2(g) + H2O(l) ↔ H2CO3(aq)
Pada awal reaksi terdapat 5 mol CO2 dan 5 mol H2O. Pada saat ini, H2CO3 belum
terbentuk. Pada kesetimbangan, terbentuk 2 mol H2CO3. Berapa mol CO2 dan H2O yang
ada pada kesetimbangan?
a) 1 mol CO2 and 1 mol H2O
b) 2 mol CO2 and 2 mol H2O
c) 3 mol CO2 and 3 mol H2O
d) 4 mol CO2 and 4 mol H2O
e) 3 mol CO2 and 5 mol H2O

Gambar 3. Distribusi Jawaban Siswa pada Soal 2


Soal 2 memiliki jawaban benar pada pilihan C, kemudian akan dijelaskan mengenai
tiap pilihan jawaban dan miskonsepsi yang ditimbulkan dari kesalahan analisis siswa sebagai
berikut:
1) Jawaban a, jawaban salah yang diharapkan bisa ditemukan, bahwa ''pada
kesetimbangan jumlah konsentrasi reaktan adalah sama dengan produk''
1 mol + 1 mol adalah 2 mol, di sisi lain kita memiliki 2 mol H 2CO3 pada
kesetimbangan. Sisi produk harus memiliki jumlah yang sama dengan sisi reaktan: 2
mol. Siswa akan memiliki keseimbangan ketika jumlah materi yang sama ada di
kedua sisi.
2) Jawaban b, diberikan karena konsep alternatif, bahwa '' konsentrasi semua ' zat yang
terlibat yang berada dalam kesetimbangan adalah sama''. Siswa menjelaskan
kesalahpahaman ini: Karena kita memiliki keseimbangan dan 2 mol H2CO3 ada di sisi
kanan, sama 2 mol CO2 harus ada di sisi kiri, akibatnya ada 2 mol H2O.
3) Sama seperti banyak siswa yang memilih jawaban yang benar banyak juga siswa yang
memilih jawaban d. hal ini menjelaskan sebuah kesalahpahaman bahwa '' jumlah
konsentrasi tetap dalam reaksi kimia '' ditegaskan dalam penjelasan siswa:
“Saya harus memiliki 10 mol. Saya berasumsi bahwa dari 5 mol H 2O dan 5 mol CO2
sama jumlah masing-masing transfer ke 2 mol H 2CO3. Ini akan berarti bahwa
masing-masing tetap sama: 4 mol H 2O dan 4 mol CO 2. Mula-mula terbentuk 10 mol
dan 2 mol, 8 mol hilang, jadi Jawaban d. Jika 5 mol H 2O dan 5 mol CO2 bereaksi dan
terbentuk 2 mol H2CO3, maka 4 mol H2O dan 4 mol CO2 harus bereaksi untuk
mencapai total 10 mol. Untuk membangun kembali kesetimbangan, 8 mol hilang.
Karena setara jumlah H2O dan CO2 ada di awal, jumlah yang sama harus ada pada
akhirnya: 4 mol dan 4 mol. Sekali lagi, di sini, seseorang harus mendapatkan 1 mol.
Jika ada 2 mol H2CO3, maka 4 mol H2O dan 4 mol CO2 belum terbentuk.”.
4) Jawaban e, kesalahpahaman terletak pada '' jumlah mol tetap sama sepanjang reaksi
kimia''. Kesalahpahaman ini bagaimanapun, tidak bisa diverifikasi dalam komentar
siswa.
Soal 3.

Dalam kesetimbangan tertutup, kesetimbangan berikut terjadi antara senyawa nitrogen


oksida (NO2) dan dinitrogen tetraoksida (N2O4):
2NO2(g) ↔ N2O4(g)
Pada awal reaksi terdapat 7 mol NO2. Pada saat ini, N2O4 belum terbentuk. Pada
kesetimbangan, terbentuk 2 mol N2O4. Berapa mol NO2yang ada pada kesetimbangan?
a) 1 mol NO2
b) 2 mol NO2
c) 3 mol NO2
d) 5 mol NO2
e) 6 mol NO2

Gambar 3. Distribusi Jawaban Siswa pada Soal 2


Soal 3 memiliki jawaban benar pada pilihan C, kemudian akan dijelaskan mengenai
tiap pilihan jawaban dan miskonsepsi yang ditimbulkan dari kesalahan analisis siswa sebagai
berikut:
1) Jawaban a, mengarah ke konsepsi, '' bahwa pada kesetimbangan jumlah
konsentrasi reaktan sama dengan jumlah konsentrasi produk, dan pada saat yang
sama konsentrasi yang diberikan harus dikalikan dengan koefisien stoikiometri
dari reaksi, untuk mendapatkan konsentrasi yang sebenarnya''. Penjelasan siswa
memperkuat gagasan ini: Karena NO2 setengah dari N2O4, massa molar harus
setengah: 2 mol/2 = 1 mol. Penyesuaian 1 mol ↔ 2 mol. Pada kesetimbangan, kita
memiliki 1 mol NO2, karena ada 2 mol NO2 molekul oleh karena itu 2 mol ada di
kedua sisi.
2) Banyak siswa yang menjawab b sebagai jawaban benar dan, sekali lagi,
menunjukkan kesalahpahaman dalam penjelasan mereka, yaitu ''pada
kesetimbangan, konsentrasi semua zat yang terlibat adalah sama''
3) Gagasan, bahwa jumlah konsentrasi tetap konstan dalam suatu bahan kimia
reaksi'' mengarah pada pilihan Jawaban d yang paling umum jawab di antara para
siswa.

Soal 4.

Dalam system tertutup, dapat terjadi kestimbangan diantara senyawa hydrogen (H2),
iodine (I2) dan hydrogen iodide (HI) :
2HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g)
Pada awal reaksi terdapat 6 mol gas HI. Pada saat ini, H 2 dan I2 belum terbentuk. Pada
saat kesetimbangan, terdapat 1 mol gas H2. Berapa banyak H2 dan I2 yang terbentuk saat
kesetimbangan ?
a. 1 mol HI dan 1 mol I2
b. 2 mol HI dan 1 mol I2
c. 3 mol HI dan 2 mol I2
d. 4 mol HI dan 1 mol I2

Gambar 4. Distribusi Jawaban Siswa pada Soal 4


Soal 4 memiliki jawaban benar pada pilihan D, kemudian akan dijelaskan mengenai
tiap pilihan jawaban dan miskonsepsi yang ditimbulkan dari kesalahan analisis siswa sebagai
berikut:
Jawaban dan penjelasan mengandung miskonsepesi seperti yang sudah dibahas
sebelumnya. Soal-soal berikut menunjukkan hubungan dengan kesetimbangan kimia dan
tanpa memberikan pilihan jawaban, siswa diminta untuk memberikan jawaban, jika
memungkinkan dengan penjelasan yang terperinci/detail.
Soal 5.

Pada proses Haber-Bosch untuk pembuatan ammonia, terjadi reaksi berikut ini dalam
system tertutup :
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)
Setelah kesetimbangan tercapai, tekanan dinaikkan pada suhu konstan. Apa yang terjadi
pada system? Tolong jelaskan jawaban anda dengan detail.

Jawaban yang benar adalah kesetimbangan bergeser ke arah produk karena


jumlah molekul terbagi dua yang mengarah kepada “penghindaran tekanan”. Sebagian
besar siswa mengathui hal ini dengan benar dan memberikan penjelasan yang benar.
Beberapa siswa tidak menganggap bahwa peningkatan tekanan dapat menyebabkan
perubahan. Mereka memberikan penjelasan sebagai beriktu :
1. Tidak akan ada perubahan pada kesetimbangan karena dalam keadaan setimbang,
tidak ada perubahan apa-apa lagi. Namun, perubahan terjadi diantara kedua sisi.
2. Karena sistemnya merupakan system tertutup, maka kesetimbangan tidak akan
berubah.
Penekanan pada system tertutup tampaknya memunculkan gagasan, bahwa tidak ada
perubahan kesetimbangan yang mungkin terjadi, bahkan dengan adanya perubahan tekanan
sekalipun. Masalah berikutnya tidak berkaitan dengan system tertutup, tetapi denan
perubahan warna yang menarik oleh reaksi khusus, tergantung dari perubahan
kesetimbangan.

Soal 6.

Perhatikan reaksi reversible berikut, yang tampak biru dalam kesetimbangan :


[Co(H2O)6]2+ (aq. Pink) + 4Cl- (aq) ↔ [CoCl4]2- (aq. Blue) + 6H2O (l)
Apa yang akan terjadi jika ditambahkan air pada system? Tolong jelaskan jawaban kamu
dengan detail.

Seperti yang diharapkan, sebagian besar siswa menjawab pertanyaan ini dengan benar
dan mendeskripsikan perubahan warna menjadi pink yang mendukung reaktan. Namun
banyak penjelasan dari pertanyaan yang dijawab dengan benar dapat diperdebatkan karena
pemisahan spasial zat dalam kesetimbangan ada dalam imajinasi siswa.
1. Ketika air ditambahkan ke dalam system, ada kelebihan di sisi kanan. Karena ini
merupakan kesetimbangan, maka lebih banyak zat yang terbentuk di sisi kiri.
2. Kesetimbangan bergeser ke kiri. Penambahan air menyebabkan penataan ulang
kesetimbangan. Untuk mendaptkan kembali jumlah molar yang sama di kedua sisi,
kesetimbangan harus digeser ke arah kiri.
3. Berdasarkan azas Le Chateliers, larutan berubah warna menjadi pink karena zat
yang ditambahkan habis di sisi kanan.
4. Kesetimbangan akan bergerak kea rah sisi kiri karena peningkatan konsentrasi air di
sisi kanan, di mana larutan biru berada.
Beberapa siswa berpendapat bahwa dengan penambahan air terjadi pengenceran pada
warna biru. Mereka memberikan alasan sebagai berikut :

1. Warnanya encer, setiap warna menjadi encer (pudar) meski ditambah air.
2. Warna menjadi lebih cerah karena zat diencerkan, namun efektivitasnya tetap sama.
3. Karena larutan berwarna biru dalam kesetimbangan,dengan adanya penambahan
air, dapat terjadi perubahan warna, dimana warna biru menjadi lebih lemah karena
warnanya diencerkan.
4. Penambahan air tidak menyebabkan larutan kehilangan kesetimbanganna oleh sebab
itu warna merah muda (pink) tidak dapat mendominasi.

Ada jawaban lain yang salah dan menjadi miskonsepsi,yaitu bahwa penambahan air
tidak berpengaruh pada reaksi kesetimbangan :

1. Tidak ada yang terjadi karena air tidak mengubah jalannya reaksi
2. Air tidak mempengaruhi reaksi dengan cara apapun.

Tampaknya sulit bagi siswa untuk membedakan antara air sebagai pelarut dan sebagai
pasangan atau tambahan dalam reaksi. Perbedaan ini harus ditunjukkan dengan jelas kepada
siswa yang harus menilai reaksi kompleks dengan tepat sesuai denan pola pada soal nomor 6.
Reaksi berikut adalah tentang air sebagai mitra reaksi dan sebagai pelarut.
Soal 7.

Dalam larutan 0,5 M natrium dikromat (Na2Cr2O7) yang baru diproduksi, terjadi
kesetimbangan setelah waktu tertentu berikut :
2CrO42- (aq. Kuning) + 2H+ (aq) ↔ Cr2O72- (aq. Merah) + H2O (l)
Apa yang terjadi jika ditambahkan 10 mL larutan natrium dikromat 0,5 M ke dalam 10
mL larutan yang disebutkan di atas. Tolong jelaskan jawaban anda sencara detail.

Hanya sepersepuluh dari siswa yang ditanyai mengakui dengan benar bahwa tidak ada
perubahan dalam kesetimbangan, karena larutan 0,5 molar yang ditambahkan sama, yaitu
konsentrasi partikel yang sama dari kedua larutan dan tidak ada perubahan konsentrasi yang
ditemukan.
Siswa lain berada pada kesimpulan yang salah. Kesetimbangan akan pindah ke sisi
reaktan. Beberapa penjelasan menunjukkan bahwa :

1. Jika seseorang menambahkan natrium dikromat, ada kelebihan di sisi sebelah kanan.
Onelh karena itu, lebih banyak zat yang terbentuk di sisi kiri, sedangkan konsentrasi
di sisi kanan berkurang.
2. Kesetimbangan bergerak ke kiri karena semakin banyak Na2Cr2O7, semakin banyak
Cr2O72- yang ditambahkan dan dapat bereaksi dengan air menjadi lebih banyak
CrO42- dan H+.
3. Jika sesorang menambahkan natrium dikromat, konsentrasi Cr2O72- meningkat.
Menurut azas Le Chatelier, kesetimbangan akan bergerak ke sisi kiri : larutan
berubah menjadi warna kuning.

Tampaknya mereka memanfaatkan pengetahuan mereka tentang azas Le Chatelier,


tetapi tanpa memperhatikan kondisi tersebut. Tidak jelas apakah ada kesalahpahaman dibalik
jawaban ini, bahkan mereka membaca pertanyaan terlalu dangkal sehingga dapat mengarah
pada jawaban yang salah.

Persoalan berikutnya akan menunjukkan kesulitan yang sama dengan penggunaan


prinsip Le Chatelier yang tidak direfleksikan :
Siswa harus menyatakan apakah penambahan zat padat ke campuran materi, yang
dalam keadaan kesetimbangan, dapat menyebabkan perubahan konsentrasi atau tidak.
Soal 8.

Padatan Kalsium karbonat (CaCO3) yang terkena panas yang hebat membentuk kalsium
oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2), hingga tercapai kesetimbangan berikut ini :
CaCO3 (s) ↔ CaO (s) + CO2 (g)
Apa yang terjadi pada konsentrasi CO2 jika padatan kalsium oksida ditambahkan ke
dalam kesetimbangan tersebut? Tolong jelaskan jawaban anda dengan detail.

Jawaban yang benar bahwa kesetimbangan tidak berubah melalui penambahan zat
padat hanya diketahui oleh sepersepuluh siswa. Komentar yang diberikan secara ekslusif
memberikan penjelasan yang benar.

Namun, masih banyak siswa yang menggunakan prinsip Le Chatelier tanpa benar-
benar memahaminya, dalam kasus ini, bahwa “tidak ada tekanan” sedang diberikan pada
system ini dalam kesetimbangan. Sebagian besar siswa menduga bahwa ada penuruna CO 2
dan karena itu pergeseran kesetimbangan bergeser ke sisi reaktan. Mereka menjelaskan
asusmsi mereka sebagai berikut :

1. Konsentrasi CO2 berkurang, karena beraksi dengan CaO yang ditambahkan untuk
menghasilkan CaCO3, kesetimbangan bergeser ke kiri.
2. Kesertimbangan terganggu karena lebih banyak kalsium oksida yang akan
dihasilkan, konsentrasi CO2 berkurang.
3. Konsentrasi berkurang, karean CO2 bereaksi denan CaO, kesetimbangan bergeser ke
kiri.
4. Konsentrasi CO2 menurun, karena CaO berlebihan dan karena bereaksi dengan CO 2
menjadi CaCO3. Oleh karena itu, CO2 digunakan untuk menurunkan konsentrasi.
5. Konsentrasi CO2 akan diturunkan, karena digunakan Bersama dengan kalsium
oksida.
6. Jika jumlah CaO meningkat, maka jumlah CO2 harus lebih kecil untuk
mempertahankan kesetimbangannya.
7. Konsentrasi CO2 turun karena kelebihan CaO, menguntungkan untuk reaksi bergeser
ke sisi kiri.
Ada siswa yang ingat bahwa penambahan zat padat tidak mengganggu reaksi
kesetimbangan. Namun, mereka bahwa kalsium oksida larut setalah beberapa waktu dan
memiliki pengaruh pada reaksi kesetimbangan :

1. Kalsium oksida padat harus dilarutkan terlabih dahulu agar dapat bereaksi.
Kemudian kesetimbangan akan bergeser ke sisi di mana zat yang ditambahkan
digunakan.
2. Lebih banyak CaCO3 yang terbentuk, karena kalsium oksida dapat larut dan dapat
mempengaruhi CO2.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Pujianto et al., 2018b), beliau menemukan
miskonsepsi yang sama yakni pada konsep factor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan, dimana temuannya yaitu pada reaksi kesetimbangan, fase zat-zat yang
terlibat reaksi tidak diperhatikan. Namun, sebenarnya pada reaksi kesetimbangan, fase zat-
zat yang terlibat reaksi harus diperhatikan.
Pada penelitian lain juga ditemukan adanya miskonsepsi yang sama yakni, ketika
siswa diminta untuk menganalisis pengaruh penambahan padatan CaCO3 dalam reaksi
CaCO3(s) ⇄ CaO(s) + CO2(g) terhadap konsentrasi CO2. Ada 39,89% siswa memilih jawaban
konsentrasi CO2 bertambah karena siswa beranggapan kenaikan konsentrasi reaktan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah produk. Hal ini menunjukkan siswa
mengalami miskonsepsi penambahan padatan sebagai produk atau reaktan menganggu sistem
kesetimbangan (Permatasari et al., 2022).

Soal 9.

Reaksi nitrogen dioksida (NO2) menjadi dinitrogen tetraoksida (N2O4) adalah eksotermik :
2NO2 (g, coklat) ↔ N2O4 (g, tidak berwarna); reaksi maju eksotermis
Setelah kesetimbangan tercapai, suhu dinaikkan pada tekanan konstan. Apa yang akan
terjadi pada system tersebut? Tolong jelaskan jawaban anda secara rinci.

Sebagian besar siswa, seperti yang diharapkan, menjawab permasalahan dengan benar
: kesetimbangan menghindari suhu tinggi dengan mewujudkan reaksi balik endotermik;
posisi kesetimbangan baru yang mendukung reaktan terbentuk.
Beberapa siswa menyatakan bahwa kesetimbangan akan bergeser ke sisi produk.
Mereka memberikan penjalasan sebagai berikut :

1. Kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga lebih banyak panas yang dapat


dilepaskan.
2. Kesetimbangan bergeser ke kanan, karena reaksi reaksi eksotermik dan peningkatan
suhu tambahan.

Soal 10.

Reaksi karbon (C) dengan karbon dioksida (CO2) membentuk karbon monoksida (CO)
bersifat endoterm :
C (s) + CO2 (g) ↔ 2CO (g); mengikuti reaksi endotermik
Setelah kesetimbangan tercapai, seseorang meningkatkan suhu pada tekanan konstan.
Apa yang akan terjadi pada system? Tolong jelaskan jawaban anda secara rinci.

Mirip dengan jawaban 9, ada banyak jawaban dan penjalasan yang benar yang
menyarankan pembentukan karbon monoksida tambahan. Namun, argument pergeseran
kesetimbangan ke sisi rektan juga digunakan dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Reaksi eksotermik (pembentukan C + CO2) didorong di sini. Oleh karena itu lebih
banyak zat ini terbentuk. Kesetimbangan akan terganggu.
2. Seseorang harus menyediakan energi tambahan agar karbon monoksida dapat
terbentuk. Jika suhu dinaikkan (lebih banyak energi yang disuplai), maka karbon
monoksida akan memiliki banyak energi. Dapat dibayangkan bahwa CO bereaksi
menjadi C dan CO2 karena reaksinya reversible.

(Ade Monita & Suharto, 2016) pada penelitiannya menemukan miskonsepsi yang
serupa yakni, siswa menganggap pada reaksi endoterm ketika suhu dinaikkan pada volume
tetap kesetimbangan bergeser ke arah ke koefisien yang lebih besar. Ada juga yang
menganggap bahwa suhu tidak bepengaruh pada pergeseran kesetimbangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Monita, F., & Suharto, D. B. (2016). Identifikasi Dan Analisis Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1), 27–38.
Adi, Y. K., & Oktaviani, N. M. (2019). Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa Sd Pada
Materi Life Processes and Living Things. Profesi Pendidikan Dasar, 1(1), 1–10.
Barke, H, D., Hazari, A., & Yitbarek, S. (2009). Misconceptions in Chemistry (1st ed.).
Springer Berlin Heidelberg.
Erza, F., & Nasrudin, H. (2017). apaian Keterlaksanaan Strategi Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explain (PDEODE) Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1 Krembung Sidoarjo. NESA Journal of
Chemical Education, 6(2), 190–195.
Mentari, L., Suardana, I. N., & Subagia, I. W. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Sma Pada
Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia
Undiksha, 1(1), 8–13.
Monita, F. A., & Suharto, B. (2016). Identifikasi dan analisis miskonsepsi siswa
menggunakan three-tier multiple choice diagnostic instrument pada konsep
kesetimbangan kimia. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1), 27–36.
Permatasari, M. B., Muchson, M., Hakimah, N., Rokhim, D. A., Herunata, H., & Yahmin, M.
(2022). Identifikasi Miskonsepsi Materi Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA
Menggunakan Tes Three Tier Berbasis Web. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 16(1),
1–7. https://doi.org/10.15294/jipk.v16i1.29407
Pujianto, E., Masykuri, M., & Utomo, S. B. (2018a). Penerapan Strategi Konflik Kognitif
untuk Pembelajaran Remidiasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan
Kimia Kelas XII MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia, 7(1), 77–85.
Pujianto, E., Masykuri, M., & Utomo, S. B. (2018b). Penerapan Strategi Konflik Kognitif
untuk Pembelajaran Remidiasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan
Kimia Kelas XII MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia, 7(1), 77. https://doi.org/10.20961/jpkim.v7i1.24568
Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran
Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1).
Wati, W., & Novita, D. (2021). Mereduksi Miskonsepsi Materi Kesetimbangan Kimia
Melalui Penerapan Strategi Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain
(PDEODE). Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, 5(1), 1–10.

Anda mungkin juga menyukai