Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROJECT KESETIMBANGAN KIMIA 21151

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Proyek Mata Kuliah Kesetimbangan Fasa dan Kimia
“Dosen Pengampu : Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T.,M.T.”

Disusun oleh

Kelompok 3 Offering D:

1. Ainayya Almira (210331626098)

2. Anisah Rachmawati (210331626039)

3. Devinovita Wajipalu (220331614347)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya untuk
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Project Kesetimbangan Kimia”. Tanpa
pertolongan-Nya kami sekelompok tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesetimbangan Fasa dan
Kesetimbangan Kimia. Informasi yang terbaru diharapkan mampu menjadi salah satu bahan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 23 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
DASAR TEORI .......................................................................................................................... 2
BAB III....................................................................................................................................... 5
METODE KERJA ...................................................................................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................................... 5
3.2 Cara Kerja........................................................................................................................... 5
3.3 Diagram Alir ....................................................................................................................... 6
BAB IV ....................................................................................................................................... 9
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9
4.1 Data Pengamatan ................................................................................................................. 9
4.2 Perhitungan ......................................................................................................................... 9
4.3 Pembahasan ...................................................................................................................... 11
BAB V ...................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 16
Lampiran.................................................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan setimbang merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi
mengalami perubahan, sebab zat-zat di ruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan
kecepatan yang sama. Pengetahuan mengenai kesetimbangan kimia ini sangat diperlukan di
bidang farmasi (obat-obatan), misalnya banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH
yang stabil atau setimbang. Pergeseran kesetimbangan akan menyebabkan khasiat zat aktif
tersebut berkurang atau dengan kata lain hilang sama sekali. Sebagai contoh untuk obat suntik,
pH obat-obatan tersebut harus sesuai dengan pH cairan tubuh. Obat suntik harus disesuaikan
dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya percobaan kesetimbangan kimia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapakah tetapan Kesetimbangan pada CH3COOH?
2. Berapakah pH yang diperoleh dari pengenceran CH3COOH?
3. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan ionisasi
CH3COOH?
4. Bagaimana derajat CH3COOH berdasarkan nilai pH-nya?
5. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi CH3COOH?

1.3. Tujuan Rumusan Masalah

1. Dapat menentukan tetapan kesetimbangan CH3COOH (asam lemah)!


2. Dapat menetukan pH CH3COOH dengan indikator kertas pH!
3. Bisa menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan kesetimbangan ionisasi
CH3COOH!
4. Dapat menentukan derajat dari CH3COOH berdasarkan nilai pH-nya!
5. Bisa menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat ionisasi dari CH3COOH!

1
BAB II
DASAR TEORI

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi
pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal pada
suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai suatu titik ketika
konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-
molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi pereaksi, tetapi tanpa
perubahan nettfe konsentrasinya (Stephen, 2002: 96). Hukum kesetimbangan yaitu : bila suatu
reaksi dalam keadaan setimbang, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dipangkatkan
koefisiennya akan mempunyai harga yang tetap. Tetapan kesetimbangaan bagi suatu reaksi adalah
khas untuk setiap reaksi dan harganya tetap pada suhu tertentu. Artinya setiap reaksi akan
mempunyai harga tetapan kesetimbangan yang cenderung tidak sama dengan reaksi lain meskipun
suhunya berubah (Unggul, 2006: 111).
Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan proses kesetimbangan.
Contohnya: perubahan wujud cair, reaksi kesetimbangan dalam tubuh, dan reaksi kesetimbangan
dalam mulut. Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik
(reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-
balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk. Segera setelah terbentuk molekul produk
terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju
reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka
kesetimbanganreaksi tercapai (Dewi, 2009). Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara
reversible (dua arah) yaitu hasil reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya hingga
konsentrasi reaktan dan produk konstan. Reaksi kimia mencapai kesetimbangan jika laju reaksi ke
kanan sama dengan laju reaksi ke kiri sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam sistem
kesetimbangan. Persamaan reaksi kesetimbangankimia dapat dituliskan dengan mencantumkan
panah bolak balik. Panah tersebut menyatakan bahwa reaksi berlangsung dua arah
(Kencanawati,2012).
Secara umum kesetimbangan dalam reaksi kimia dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis terjadi ketika semua gaya
yang bekerja pada objek bersifat seimbang, yaitu tidak ada gaya yang dihasilkan. Sementara itu,
kesetimbangan dinamis diperoleh ketika semua gaya yang bekerja pada objek bersifat seimbang,
tapi objeknya sendiri bergerak. Pada persamaan reaksi kesetimbangan kimia setiap terjadi reaksi
ke kanan, maka zat-zat produk akan bertambah,sementara zat-zat reaktan berkurang. Sebaliknya,

2
reaksi juga dapat bergeser ke arah reaktan sehingga jumlah produk berkurang. Akibatnya terjadi
lagi reaksi ke arah kanan. Demikian ini terjadi terus-menerus, sehingga secara mikroskopis terjadi
reaksi bolak-balik (dua arah) pada reaksi kesetimbangan. Keadaan seperti ini dikatakan bahwa
kesetimbangan bersifat dinamis. Keadaan dinamis hanya terjadi dalam sistem tertutup (Ablinda,
2020). Menurut Hidayat 2012, Perubahan kondisi percobaan dapat mengganggu kesetaraan dan
menggeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak
atau kurang. Ada suatu aturan umum yang membantu kita memprediksi kearah mana reaksi
kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu.
Aturan ini dikenaldengan asas Le Chatelier, yang menyatakan bahwa:

“jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yangsetimbang, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untukmengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem
mencoba setimbangkembali.” Secara singkat, Asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut
: Reaksi = -Aksi

Menurut Myranthika 2020, Suatu sistem dalam keadaan setimbang cenderung


mempertahankan kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem
tersebutakan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi. Dalam
hal ini dikenal dengan azas Le Chatelier yaitu, jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan
aksi, maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin.
Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan antara lain :

1. Perubahan Konsentrasi, jika dalam suatu sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu
komponen dalam sistem ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah
penambahan itu, dan jika salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah pengurangan itu.

2. Perubahan Volume/Tekanan Antara volume dan tekanan berbanding terbalik, jika volume
diperbesar maka tekanan diperkecil begitu juga sebaliknya. Jika dalam suatu sistem
kesetimbangan volume diperbesar/tekanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser
ke arah koefisien zat yang lebih besar dan jika volumenya diperkecil/tekanan diperbesar
maka kesetimbangan akan bergeser kearah koefisien yang lebih kecil.

3. Perubahan Suhu Menurut Azas Le Chatelier, jika sistem dalam sistem kesetimbangan

terjadi kenaikan suhu, maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah reaksi

yang menyerap kalor(ΔHpositif/endoterm) dan sebaliknya jika dalam sistem

3
penurunan suhu maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah reaksi yang

melepaskan kalo (ΔH negative/eksoterm)

Di kalangan industri, konsep kesetimbangan reaksi banyak dipergunakan. Melalui prinsip-


prinsip pergeseran kesetimbangan, industri dapat mengatur tekanan, suhu dan pereaksi, sehingga
dihasilkan produk yang banyak tetapi tidak banyak memakan biaya. Misalnya industry pembuatan
amonia dan pembuatan asam sulfat (Tim Konsultasi Kimia, 2003).

4
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Labu ukur
4. Ember
5. Tabung reaksi
6. Botol semprot
7. Kertas pH universal
3.1.2 Bahan
1. CH3COOH
2. Aquades

3.2 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu


2. Pastikan alat sudah dicuci bersih sebelum digunakan
3. Ambil asam cuka sebanyak 1 mL lalu masukkan kedalam tabung reaksi dan ukur pH nya
dengan kertas pH meter.
4. Ambil masing - masing secara bergantian 1 mL, 2 mL, 3 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL asam
cuka atau cuka apel lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
5. Tuangkan aquades ke dalam labu ukur hingga sampai batas, kocok hingga homogen dan
catat suhu dan pH nya.
6. Ulangi percobaan tersebut dengan mengganti volume asam cuka yang diminta.

5
3.3 Diagram Alir

6
7
8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No. volume pH sebelum pH sesudah Suhu (℃)


diencerkan diencerkan

1. 1 ml 2 3 30

2. 2 ml 2 3 30

3. 3 ml 2 3 30

4. 5 ml 2 3 30

5. 10 ml 2 3 30

6. 15 ml 2 3 30

4.2 Perhitungan

Kadar asam asetat dalam cuka makan atau cuka apel sebesar 6 % sehingga dapat
diperoleh konsentrasi CH3COOH sebesar 1 M dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut :
% × 𝑝 × 10
M=
𝑀𝑟
Ket : M = molaritas
% = Persentase larutan
p = massa jenis larutan
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut

% × 𝑝 × 10
M CH3COOH =
𝑀𝑟
𝑔
6×1 × 10
𝑚𝐿
M CH3COOH = 𝑔
60
𝑚𝑜𝑙

M CH3COOH = 1 M
Saat asam cuka diencerkan dengan aquades 100 mL maka diperoleh nilai konsentrasinya,
perhitungan sebagai berikut :
9
𝑀1 . 𝑉1 × 𝑀2 . 𝑉2

Ket : M1 = molaritas larutan sebelum pengenceran


M2 = molaritas larutan sesudah pengenceran
V1 = volume larutan sebelum pengenceran
V2 = volume larutan sesudah pengenceran
● Pengenceran 1 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 1 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,01 M
● Pengenceran 2 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 2 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,02 M
● Pengenceran 3 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 3 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,03 M
● Pengenceran 5 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 5 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,05 M
● Pengenceran 3 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 3 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,03 M
● Pengenceran 10 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 10 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,1 M
● Pengenceran 15 mL asam cuka 1 M dengan 100 mL aquades
𝑀1 . 𝑉1 = 𝑀2 . 𝑉2
1 M . 15 mL = M2 . 100 mL
M2 = 0,15 M

10
Selanjutnya perhitungan penentuan kesetimbangan asam (ka) dari beberapa zat yang
sudah diencerkan, perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻+ )2
𝐾𝑎 =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎ℎ (𝑀)

● CH3COOH 0,01 M ● CH3COOH 0,02 M ● CH3COOH 0,03 M


(10−3 )2 (10−3 )2 (10−3 )2
𝐾𝑎 = 𝐾𝑎 = 𝐾𝑎 =
0,01 𝑀 0,02 𝑀 0,03 𝑀

𝐾𝑎 = 10−4 𝐾𝑎 = 5 × 10−5 𝐾𝑎 = 3,3 × 10−5

● CH3COOH 0,05 M ● CH3COOH 0,10 M ● CH3COOH 0,15 M


(10−3 )2 (10−3 )2 (10−3 )2
𝐾𝑎 = 𝐾𝑎 = 𝐾𝑎 =
0,05 𝑀 0,10 𝑀 0,15 𝑀

𝐾𝑎 = 2 × 10−5 𝐾𝑎 = 10−5 𝐾𝑎 = 6,67 × 10−6

Perhitungan derajat ionisasi dapat dilakukan dengan rumus berikut ini

𝐾𝑎
𝛼 = √
[𝐻𝐴]
Ket : 𝛼 = derajat ionisasi
Ka = Kesetimbangan asam / tetapan ionisasi
HA = Konsentrasi asam lemah

● CH3COOH 0,01 M ● CH3COOH 0,02 M ● CH3COOH 0,03 M


−4 −5 −5
𝛼 = √10 𝛼 = √5 × 10 𝛼 = √3,3 × 10
0,01 0,02 0,03
𝛼 = 0,1 𝛼 = 0,05 𝛼 = 0,0331

● CH3COOH 0,05 M ● CH3COOH 0,10 M ● CH3COOH 0,15 M


−5 −5 −6
𝛼 = √2 × 10 𝛼 = √10 𝛼 = √6,67 × 10
0,05 0,10 0,15
𝛼 = 0,02 𝛼 = 0,01 𝛼 = 0,0210

4.3 Pembahasan
Pengenceran larutan merupakan proses menurunkan konsentrasi larutan dengan
menambahkan zat pelarut seperti air kedalam larutan yang pekat sehingga terjadi penurunan
konsentrasi dari semula pekat menjadi lebih encer. Pada prinsipnya pengenceran hanya

11
menambahkan pelarut saja sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil
pengencerannya adalah 0,01 M; 0,02 M; 0,03 M; 0,05 M; 0,10 M; 0,15 M.
Tetapan kesetimbangan asam basa merupakan tingkat kekuatan asam diaman
memberikan ukuran tingkat kemudahan suatu ion hidrogen yang dapat dilepaskan dari spesies
yang bersangkutan. Pada asam tetapannya diidentifikasi sebagai tetapan ionisasi asam, Ka
dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :

HA (aq) + H2O (l) ⇌H3O+ (aq) + A- (aq)

Dari reaksi kesetimbangan asam tersebut diperoleh rumusan tetapan kesetimbangan


[𝐻3𝑂 + ][𝐴− ]
ionisasinya adalah 𝐾𝑎 = [𝐻𝐴]
dari data hasil percobaan diperoleh nilai tetapan

kesetimbangan asam nya (Ka) yaitu 10−4 ;5 × 10−5 ;3,3 × 10−5;2 × 10−5 ;10−5 ;6,67 × 10−6

Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa pengenceran asam cuka
(CH3COOH) larutannya memiliki pH <7 artinya semakin pekat larutan yang diencerkan maka
pHnya akan semakin asam. Pengenceran terhadap asam menghasilkan kesetimbangan asam
demikian pula pada senyawa basa akan menghasilkan kesetimbangan basa. Pengenceran
dilakukan berbeda-beda ,hal ini menjelaskan bahwa pengenceran dapat menyebabkan terjadinya
perubahan suhu. Semakin encer suatu larutan maka semakin rendah suhunya ,dari teori ini
menunjukkan bahwa data yang diperoleh bertolak-belakang dengan teori yang ada. Setelah
pengamatan suhu yang diperoleh mengalami perubahan suhu yang rata-rata sama yaitu 30oC.
Hal ini mungkin diakibatkan oleh adanya kesalahan pada saat praktikum dan juga faktor tempat
yang ada pada dataran rendah atau dataran tinggi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
kurang akuratnya atau kurang tepatnya data yang diperoleh,yaitu:
1. pembacaan nilai skala pada termometer yang kurang tepat
2. kesalahan dalam pemipetan
3. penggunaan termometer yang keliru
4. alat yang digunakan kurang baik

Tempat yang digunakan praktikum pun juga menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan suhu.
Karena jika kita melakukan praktikum di tempat yang bisa dibilang merupakan dataran tinggi
maka suhu akan menyesuaikan pada suhu tempat tersebut sehingga sulit untuk bisa tepat suhu
ruang yaitu 25oC.

12
Nilai Ka dari konsep teoritis adalah jika konsentrasi berubah harga Ka tetap, namun yang terjadi
pada pengamatan adalah kebalikannya, konsentrasi berubah harga Ka juga berubah. Nilai Ka
akan semakin kecil jika larutan semakin diencerkan.

Perubahan derajat ionisasi akan semakin kecil jika larutan makin encer. hal ini dibuktikan dalam
percobaan yang telah dilakukan dalam hal ini sesuai dengan pernyataan “Hukum Pengenceran
Ostwald” yaitu “Bila larutan berisi elektrolit lemah diencerkan volumenya, maka derajat ionisasi
elektrolit akan mengecil”.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan antara lain :
1. Perubahan konsentrasi
jika dalam sistem kesetimbangan ditambahkan lebih banyak reaktan atau produk, reaksi akan
bergeser ke sisi lain untuk menghabiskannya. Sebaliknya, jika sebagian reaktan atau produk
diambil, reaksi akan bergeser ke sisinya untuk menggantikannya.

2. Perubahan suhu
Secara umum, memanaskan suatu reaksi menyebabkan reaksi tersebut bergeser ke sisi
endotermis. Sebaliknya, mendinginkan campuran reaksi menyebabkan kesetimbangan bergeser
ke sisi eksotermis.Temperatur berubah maka harga Kc berubah.

3. Perubahan tekanan dan volume


Pada pengaruh tekanan atau volume, jika tekanan atau volume dikurangi, reaksi kesetimbangan
bergeser ke arah zat yang memiliki jumlah koefisien lebih kecil sedangkan jika tekanan diturunkan
atau volume diperbesar, reaksi kesetimbangan bergeser ke arah zat yang memiliki jumlah
koefisien lebih besar.

4. Peranan Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tapi tidak ikut bereaksi. Sesuai dengan
fungsinya mempercepat reaksi maka akan mempercepat tercapainya proses kesetimbangan,
dengan cara mempercepat reaksi maju dan reaksi balik sama besar. Fungsi katalisator pada awal
reaksi (sebelum kesetimbangan tercapai). Jika kecepatan reaksi maju = kecepatan reaksi balik
maka katalis berhenti berfungsi.
Macam-macam indikator pH ialah :
1. Indikator pH universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang
memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1 – 14. Indikator universal ada yang berupa larutan
larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi
dengan warna standar untuk pH 1 – 14
2. Indikator bahan alam sebagai bahan tambahan yang berwarna dapat digunakan sebagai
indikator asam basa, misalnya daun mahkota bunga, kembang sepatu, bougenvil, mawar, dan

13
lain-lain, kunyit dan bit.Ekstra bahwa bahan tersebut memberi warna yang berbeda dalam larutan
asam dan basa. Contoh daun mahkota bunga mawar, untuk larutan asam berwarna merah dan
larutan basa berwarna biru.
3. Indikator kertas lakmus adalah kertas yang diberi suatu senyawa kimia sehingga akan
menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asam maupun basa. Warna
kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya, untuk larutan asam, jika diuji dengan
kertas lakmus merah maka warnanya akan tetap, sedangkan diuji dengan kertas lakmus biru
maka warna akan berubah menjadi warna merah. Untuk larutan basa, jika diuji dengan kertas
lakmus merah maka warna akan berubah jadi warna biru, sedangkan diuji dengan kertas lakmus
biru maka warnanya akan tetap.
4. pH meter mempunyai electrode yang di celupkan kedalam larutan yang akan diukur pH-nya,
nilai pH dapat langsung diketahui melalui tampilan layar digital pada alat tersebut.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa yaitu :
1. pH yang diperoleh pada percobaan rata-rata sama yaitu pH sebelum adalah 2 dan pH
setelah diencerkan adalah 3.
2. Pengaruh pengenceran terhadap nilai Ka asam yaitu nilai Ka akan berubah dengan
konsentrasi yang juga berubah.
3. Pengaruh suhu yaitu pengenceran terhadap suhu larutan yang telah kami lakukan
percobaan mendapatkan hasil suhu yang tetap yaitu 30oC.
4. Derajat ionisasi asam semakin kecil jika larutan yang diencerkan artinya derajat ionisasi
asam berbanding lurus dengan faktorr pengenceran.

5.2 Saran

Demikianlah makalah yang kelompok kami buat. Semoga dalam pembuatan makalah
yang berjudul “Project Kesetimbangan Kimia” diharapkan teman - teman pembaca mendapat
tambahan ilmu yang bermanfaat. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan ejaan
dan penulisan kata yang kurang jelas. Kelompok kami sangat mengharap kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kelompok kami, kami
ucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ablinda, Novitalia. (2020). Modul Pembelajaran SMA Kimia Kelas XI. Palembang : SMA N 5
Palembang.

Dewi, Luh Joni Erawati. (2009). Pengembangan Media Pembelajaran ReaksiKesetimbangan


Kimia. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 6(2):71-80.

Hidayati, Nunik. (2012). Penerapan Metode Praktikum Dalam Pembelajaran KimiaUntuk


Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa PadaMateri Pokok
Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMK DiponegoroBanyuputih Batang. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. (2012). Diktat Mata Kuliah Kimia Dasar. Bukit Jimbaran:
Universitas Udayana.

Myranthika, Fadillah Okty. (2020). Modul Pembelajarn SMA Kimia Kelas XI. Surabaya: SMA
Negeri 13 Surabaya.

Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta : Erlangga

Tim Konsultan Kimia. (2003). Modul Kesetimbangan Kimia. Bandung: FPTK UPI

16
Lampiran

Alat dan Bahan

Labu Ukur 100 mL Tabung reaksi Pipet tetes

Termometer raksa Botol semprot Kertas pH meter

Ember Tisu Cuka Makan

17
Cuka apel
Aquades

18
Proses percobaan

1. diambil 2. dimasukkan dalam 3. ditambahkan 4. digojok labu ukur


CH3COOH atau labu ukur 100 mL aquades hingga hingga homogen.
asam cuka sebanyak tanda batas.
1 mL, 2 mL, 3 mL, 5
mL, 10 mL, 15 mL
menggunakan pipet.

pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan


setelah diencerkan setelah diencerkan setelah diencerkan setelah diencerkan
pH 3 pH 3 pH 3 pH 3

19
pH sebelum 2 dan pH sebelum 2 dan suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh
setelah diencerkan setelah diencerkan pada percobaan 1 pada percobaan 2
pH 3 pH 3 dengan CH3COOH 1 dengan CH3COOH 2
mL adalah 30oC mL adalah 30oC

suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh suhu yang diperoleh
pada percobaan 3 pada percobaan 4 pada percobaan 5 pada percobaan 6
dengan CH3COOH 3 dengan CH3COOH 5 dengan CH3COOH dengan CH3COOH
mL adalah 30oC mL adalah 30oC 10 mL adalah 30oC 15 mL adalah 30oC

20

Anda mungkin juga menyukai