Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Kesetimbangan Kimia

Oktaviani Kahar
821420006

PRODI STUDI S1 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................3
1.2.Tujuan Percobaan.............................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................5
2.1. Dasar Teori........................................................................................5
2.2.MSDS Bahan.....................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................23
3.1. Alat dan Bahan................................................................................23
3.1.1. Alat........................................................................................23
3.1.2. Bahan....................................................................................23
3.2. Prosedur Kerja.................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................25
4.1. Hasil Pengamatan...........................................................................25
4.1.1. Perhitungan..........................................................................25
4.2. Pembahasan...................................................................................30
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
LAMPIRAN..........................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Ilmu kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari
komposisi, struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi
dalam prosesproses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan
(Ratulani, 2017).
Ciri-ciri ilmu kimia diantaranya adalah sebagian besar konsep-konsep
dalam ilmu kimia bersifat abstrak, berurutan, dan berkembang dengan cepat,
sehingga diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep kimia
(Magfiroh, 2016).
Salah satu fakta yang paling penting tentang reaksi kimia adalah bahwa
semua reaksi kimia reversibel (dapat balik). Bilamana suatu reaksi kimia
dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun dan seterusnya akan bereaksi satu
sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah beberapa lama
tercapailah kesetimbangan dinamis, yakni jumlah molekul (atau ion) dari setiap
zat yang terurai sama banyaknya dengan jumlah yang terbentuk dalam satu
satuan waktu.
Kesetimbangan  kimia adalah keadaan dimana dua reaksi yang tepat
berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk terbentuk, produk
ini akan kembali bereaksi membentuk reaktan awalnya. Jika kondisi pada
sistem kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa reaksi berikutnya.
Meskipun demikian, sistem tersebut akan segera mencapai kesetimbangan
baru pada sejumlah kondisi yang baru.
Reaksi kesetimbangan ditandai dengan panah bolak-balik yang
menunjukkan reaksi reversible. Kesetimbangan kimia merupakan proses yang
dinamis dalam level molekuler dan tidak dapat diamati perubahannya karena
laju ke kanan sama dengan laju ke kiri.
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
kesetimbangan homogen dan heterogen. Kesetimbangan homogen merupakan
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase.
Sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang
anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang
terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami kesetimbangan kimia dan bahan-bahan apa saja yang
digunakan dalam percobaan kesetimbangan kimia tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dari rumpun sains yang
mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala
atom hingga molekul serta perubahan materi dan energi yang meyertai
perubahan tersebut (Fadiawati, 2011).
Kesetimbangan kimia merupakan reaksi dimana laju reaksi maju (ke
kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri) serta konsentrasi reaktan dan
produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu (Chang, 2010).
Kondisi kesetimbangan kimia dapat diturunkan dari hukum aksi massa.
Hukum ini mula-mula dinyatakan oleh Guldberg dan Waage pada tahun 1867
dalam bentuk berikut: “kecepatan suatu reaksi kimia pada suhu konstan adalah
sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat-zat yang bereaksi”.
A+B C+D
Kecepatan dengan mana A dan B bereaksi adalah sebanding dengan
konsentrasinya, atau :
v1 = k1 x [A] x [B]
Dimana k1 adalah tetapan yang disebut tetapan laju dan kurung siku
menunjukan konsentrasi molar zat yang ada di dalam kurung. Sama halnya
kecepatan dengan mana proses kebalikannya berlangsung dinyatakan oleh :
v2 = k2 x [C] x [D]
Pada keadaan setimbang, kecepatan reaksi yang balik dan yang maju adalah
sama ( kesetimbangan ini adalah dinamis, dan bukan kesetimbangan statis),
karena itu :
v1 = v2 atau k1 x [A] x [B] = k2 x [C] x [D]
Dengan mengubah persamaan diperoleh :
[C ] × [ D ] k1
= =K
[ A ] × [ B] k2
Nilai K adalah tetapan kesetimbangan dari reaksi.
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen.
Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya
mempunyai kesamaan fase. Sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan
suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase,
sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
Dalam kesetimbangan, tanda panah rangkap ( ) mempertegas sifat
dinamis dari kesetimbangan fase. Gambaran dinamis yang sama digunakan
untuk kesetimbangan kimia, dimana ikatan-ikatan akan terputus atau terbentuk
seiring dengan maju mundurnya atom-atom di antara molekul-molekul reaktan
dan produk. Jika konsentrasi awal reaktan besar, tumbukan antara molekul-
molekulnya akan membentuk molekul-molekul produk. Sesudah konsentrasi
produk cukup banyak, reaksi kebalikannya (pembentukan reaktan dari produk)
mulai berlangsung. Saat mendekati keadaan kesetimbangan, reaksi maju dan
balik akan sama dan praktis tidak terjadi lagi perubahan konsentrasi dari
reaktan atau produk.
Menurut Mukhoyaroh (2015), Suatu reaksi kesetimbangan dapat
dikehendaki dengan melakukan aksi-aksi atau tindakan-tindakan tertentu. Aksi
atau tindakan yang dapat dilakukan itu meliputi:
1) Pengubahan konsentrasi zat
2) Pengubahan volume atau tekanan gas
3) Pengubahan suhu
4) Penambahan katalis
Pergeseran kesetimbangan berdasarkan pada azas yang dirumuskan oleh
Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) yang dikenal sebagai azas Le Chatelier,
“Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi) tertentu,
sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung menghilangkan pengaruh
aksi tersebut”.
1) Pengubahan konsentrasi zat
Pada reaksi kesetimbangan A + B C, jika zat A ditambah dalam
campuran, berarti memperbesar konsentrasi A. semakin besar
konsentrasi A berarti peluang untuk bereaksi lagi dengan zat B semakin
besar, sehingga terbentuk lagi produk C. bertambahnya zat produk
berarti reaksi bergeser kearah kanan.
Terjadinya pergeseran kesetimbangan karena pengaruh
perubahan konsentrasi zat dalam kesetimbangan adalah untuk
mempertahankan agar tetapan kesetimbangannya tetap untuk reaksi di
atas.
[C ]
K
[ A ][ B ]
Karena reaksi kesetimbangan diatas mempunyai tetapan
kesetimbangan (K) yang tetap pada suhu yang tetap, walaupun ada
perubahan konsentrasi zat A. Sesuai dengan azas Le Chatelier yang
berlaku pada pengubahan konsentrasi zat adalah sebagai berikut:
“Jika konsentrasi salah satu pereaksi diperbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan. Sebaliknya jika konsentrasi salah satu produk
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri”.
“Jika konsentrasi salah satu pereaksi diperkecil, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kiri. Sebaliknya jika konsentrasi salah satu produk
dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan”.
Mengenai pengaruh pengubahan konsentrasi terhadap kesetimbangan
dapat dilihat melalui suatu percobaan.
Fe3+ (aq) + SCN- (aq) Fe (SCN)2+ (aq)
Kuning tua Tak berwarna merah darah
2) Pengubahan Volume / Tekanan Gas
Pengubahan tekanan atau volume gas hanya berpengaruh pada
zatzat yang berfasa gas. Untuk fasa padat dan cair pengubahan tekanan
atau volume dapat diabaikan. Hal tersebut dikarenakan perubahan
tekanan atau volume tidak mempengaruhi konsentrasi padatan atau
cairan murni karena jarak antar partikel dalam zat padatan atau cairan
murni tetap. Hukum yang dirumuskan oleh Robert Boyle (1627-1691)
menyatakan bahwa suhu dan tekanan gas berbanding terbalik dengan
volume gas. Oleh karena itu memperbesar tekanan berarti memperkecil
volume gas tersebut.
Penambahan tekanan akan memperkecil volume berarti
memperbesar konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le
Chatelier maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan.
Tekanan gas bergantung pada jumlah molekul dan tidak tergantung
pada jenis gas. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah koefisiennya
lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar
volume maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan
cara menambah jumlah molekul. Berarti reaksi akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih besar. Karena perubahan tekanan tidak
mempengaruhi konsentrasi zat padat dan cairan murni, koefisien zat
padat dan zat cair tidak diperhitungkan pada perubahan tekanan.
Perubahan tekanan juga tidak berpengaruh terhadap kesetimbangan
yang memiliki jumlah koefisien gas sama banyak pada kedua ruas,
sehingga azas Le
Chatelier yang berlaku pada pengubahan tekanan atau volume
adalah sebagai berikut:
“Jika volume diperkecil (tekanan diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke jumlah koefisien yang besar”.
“Jika volume diperkecil (tekanan diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke jumlah koefisien yang kecil”.
3) Pengubahan Suhu
Apabila suhu suatu sistem kesetimbangan dinaikkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah bagian yang menyerap panas.
Sebaliknya, jika suhu diturunkan kesetimbangan akan bergeser ke
bagian yang melepaskan panas.
Untuk memahami pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran
kesetimbangan dapat dijelaskan pada reaksi kesetimbangan berikut.
Pada sistem kesetimbangan pada suhu 25o C di bawah ini:
N2 (g) + O2 (g) 2NO(g) ∆ H = + 180,5 kj
Dengan menaikkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke arah
terbentuknya NO. Naiknya suhu berarti penambahan suhu dari
lingkungan terhadap sistem. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka
sistem dikenai aksi berupa perubahan suhu atau kalor akan diserap oleh
sistem untuk meminimalkan pengaruh kenaikan suhu. Suhu yang
diserap ini berarti akan dibutuhkan oleh komponen yang membutuhkan
kalor. Dari reaksi di atas berarti pembentukan gas NO membutuhkan
energi, maka perubahan suhu dari luar mendukung terjadinya reaksi
pembentukan gas NO (endoterm) kesetimbangan akan bergeser kearah
kanan.
4) Peranan Katalis dalam Reaksi Kesetimbangan
Sesuai dengan fungsinya katalis adalah sebagai zat yang
mempercepat reaksi. Dalam kesetimbangan, katalis berperan dalam
mempercepat terjadinya kesetimbangan dengan mempercepat reaksi
maju. Jadi katalis berfungsi pada awal reaksi (sebelum kesetimbangan
tercapai).
Jika kesetimbangan telah tercapai, maka katalis telah berhenti
berfungsi. Katalis hanya mampu mempercepat dan terbentuk kembali
pada akhir reaksi. Dengan demikian, katalis tidak dapat menggeser
reaksi yang telah setimbang.
2.2 MSDS Bahan
1. MSDS FeNO3 (MSDS, 2013a)
Bagian 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
a. Pengidentifikasi produk
No katalog 103883
Nama produk Besi(III) nitrat nonanhidrat untuk analisis
EMSURE®
ACS,Reag. Ph Eur
Nomor Registrasi REACH 01-2119978293-27-XXXX
No-CAS 7782-61-8
b. Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi
dan penggunaan yang disarankan terhadap
Penggunaan yang Reagen untuk analisis
teridentifikasi
Untuk informasi tambahan mengenai penggunaan, silakan rujuk ke portal
Merck Chemicals (www.merckgroup.com).
c. Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany *
Phone:+49 6151 72-0
Bagian Yang Menangani LS-QHC * e-mail: prodsafe@merckgroup.com
d. Nomor telepon darurat Customer Call Centre : + 62 0800 140
Bagian 2. Identifikasi bahaya
a. Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Korosi kulit, Kategori 1B, H314
b. Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Piktogram bahaya

Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan
kerusakan mata.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P280 Pakai sarung tangan pelindung /pakaian
pelindung /pelindung mata/pelindung wajah.
Respons
P301 + P330 + P331 Jika tertelan: Basuh mulut. Jangan
merangsang muntah.
P305 + P351 + P338 Jika terkena mata: Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.
P308 + P310 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera
hubungi Sentra Informasi keracunan atau
dokter/tenaga medis.
No-CAS 7782-61-8
c. Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui.
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
a. Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.
Setelah terhirup: Hirup udara segar. Panggil dokter.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/
pancuran air. Segera panggil dokter.
Setelah kontak pada mata: Bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: Beri air minum kepada korban (paling banyak
dua gelas), hidari muntah (resiko perforasi!).
Segera panggil dokter. Jangan mencoba
menetralisir.
b. Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Hal berikut ini berlaku untuk senyawa besi (iron) telarut secara umum: mual
dan muntah setelah tertelan. Penyerapan dalam jumlah besar diikuti oleh
gangguan kardiovaskular. Efek toksik pada liver dan ginjal.
Hal yang berlaku untuk nitrit/nitrat secara umum: Methaemoglobinaemia
setelah penyerapan oleh tubuh dalam jumlah besar.
Irritasi dan korosi, Batuk, Napas tersengal
Mual, Muntah, nyeri lambung, diare berdarah, kolaps
Resiko kebutaan!
c. Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi.
Bagian 4. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit.
Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
b. Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Lindungi dari cahaya.
Tertutup sangat rapat. Jangan gunakan dekat bahan-bahan yang mudah
terbakar.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.
c. Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi.
Bagian 5. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a. Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Bentuk Padat
Warna Biru muda
Bau Berbau asam nitrit
Ambang Bau Tidak tersedia informasi.
pH kira-kira 1,3 pada 100 g/l 20 °C
Titik lebur 47 °C
Titik didih Tidak tersedia informasi.
Titik nyala Tidak berlaku
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak mudah-menyala.
Terendah batas ledakan Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku
Tekanan uap Tidak tersedia informasi.
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi.
Densitas 1,68 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air Pada 20 °C larut
Koefisien partisi (n-oktanol/air) Tidak tersedia informasi.
Suhu dapat membakar Tidak tersedia informasi.
sendiri (auto-ignition
temperature)
Suhu penguraian Kira-kira100 °C
Peniadaan air kristalisasi
kira-kira125 °C terurai
Viskositas, dinamis Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak Tidak diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator Potensi mengoksidasi
b. Data lain
Suhu menyala Tidak berlaku
Densitas curah Kira-kira900 kg/m3
2. MSDS KSCN (MSDS, 2013)
Bagian 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
a. Pengidentifikasi produk
No katalog 105124
Nama produk Potassium thiocyanate atau kalium tiosianat
murni
Nomor Registrasi REACH Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan
ini karena bahan penggunaannya dibebaskan
dari pendaftaran sesuai dengan Pasal 2
peraturan REAC H (EC) No 1907/2006,
tonase tahunan tidak memerlukan
pendaftaran atau pendaftaran diantisipasi
untuk batas waktu pendaftaran akan datang.
No-CAS 333-20-0
b. Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi
dan penggunaan yang disarankan terhadap
Penggunaan yang Bahan bakar untuk digunakan dalam aplikasi
teridentifikasi teknis
Untuk informasi tambahan mengenai penggunaan, silakan
rujuk ke portal Merck Chemicals (www.merckgroup.com).
c. Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany *
Phone:+49 6151 72-0
Bagian Yang Menangani LS-QHC * e-mail: prodsafe@merckgroup.com
d. Nomor telepon darurat
Customer Call Centre : + 62 0800 140 125 3
Bagian 2. Identifikasi bahaya
a. Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Toksisitas akut, Kategori 4, Oral, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, Penghirupan, H332
Toksisitas akut, Kategori 4, Kulit, H312
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang, Kategori 3, H412
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca Bagian
16.
b. Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Piktogram bahaya

Kata sinyal
Bahaya
Pernyataan Bahaya
H302 + H312 + H332 Berbahaya jika tertelan, terkena kulit atau bila
terhirup.
H318 Menyebabkan kerusakan mata yang serius.
H412 Berbahaya pada kehidupan perairan dengan
efek jangka panjang.
EUH032 Mengeluarkan gas sangat beracun jika kena
asam.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Pakai pelindung mata.
Respons
P302 + P352 Jika terkena kulit: Cuci dengan banyak sabun
dan air.
P305 + P351 + P338 Jika terkena mata: Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika memakainya mudah
melakukannya. Lanjutkan membilas.
P313 Dapatkan nasehat/perhatian medis
c. Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui..
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
a. Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah terhirup: Hirup udara segar.Jika napas terhenti:
berikan napas buatan mulut ke mulut atau
secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin. Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Periksakan ke dokter.
Setelah kontak pada mata: Bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan: Segera beri korban minum air putih (dua
gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.
Sesudah itu berikan : Arang aktif (20-40 g dalam 10% slurry).
b. Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
agitasi, sesak, gangguan kardiovaskular, ataxia (kerusakan koordinasi alat
gerak),
Gangguan CNS
Irritasi dan korosi
Risiko cedera serius pada mata.
c. Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi.
Bagian 4. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.
Kenakan pakaian pelindung. Jangan menghirup zat/campuran.
Tindakan higienis
Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim pelindung kulit.
Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
b. Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat. Kering.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.
c. Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian sebelumnya, tidak ada
penggunaan spesifik lain yang diantisipasi.
Bagian 5. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a. Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Bentuk Kristalin
Warna Putih
Bau Tak berbau
Ambang Bau Tidak berlaku
pH 5,3 - 8,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur 177 °C pada 1.013 hPa
Metoda: Pedoman Tes OECD 102
Titik didih/rentang didih > 400 °C
pada 1.013 hPa
Metoda: Pedoman Tes OECD 103
Titik nyala Tidak menyala
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak mudah-menyala.
Sifat mudah-menyala (padatan)
Terendah batas ledakan Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku
Tekanan uap < 0,001 hPa pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 104
rendah
Kerapatan (densitas) uap Tidak tersedia informasi.
relatif
Densitas 1,91 g/cm3 pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 109
Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air > 1.000 g/l pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 105
Koefisien partisi (n- Tidak tersedia informasi
oktanol/air)
Suhu dapat membakar Tidak tersedia informasi.
sendiri (auto-ignition
temperature)
Suhu penguraian 500 °C
Viskositas, dinamis Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak Tidak diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator Produk telah ditunjukkan tidak mengoksidasi
dalam sebuah uji yang sesuai dengan
Directive 67/548/EEC
(Method A17, oxidising properties).
b. Data lain
Suhu menyala Tidak mudah terbakar
Densitas curah Kira-kira750 - 1.000 kg/m3
Ukuran partikel Metoda: Pedoman Tes OECD 110
Tidak berlaku
Korosi 0,2 mm/a
Metoda: Barang-barang berbahaya
dapat diabaikan
3. MSDS KNO3 (MSDS, 2013)
Bagian 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
a. Pengidentifikasi produk
No katalog 105061
Nama produk
Potassium nitrate cocok untuk digunakan sebagai eksipien Ph
Eur,BP,USP,FCC,E 252
Nomor Registrasi REACH Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan
ini karena bahan atau penggu naannya
dibebaskan dari pendaftaran sesuai dengan
Pasal 2 peraturan REAC H (EC) No
1907/2006, tonase tahunan tidak memerlukan
pendaftaran atau pe ndaftaran diantisipasi
untuk batas waktu pendaftaran akan datang.
No-CAS 7757-79-1
b. Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi
dan penggunaan yang disarankan
terhadap
Penggunaan yang Produksi farmasi, Reagen untuk analisis,
Bahan baku kosmetik
teridentifikasi
Untuk informasi tambahan mengenai penggunaan, silakan rujuk ke portal
Merck Chemicals (www.merckgroup.com).
c. Rincian penyuplai lembar data keselamatan
Perusahaan Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany *
Phone:+49 6151 72-0
Bagian Yang Menangani LS-QHC * e-mail: prodsafe@merckgroup.com
d. Nomor telepon darurat Customer Call Centre : + 62 0800 140 1253
Bagian 2. Identifikasi bahaya
a. Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Zat oksidasi, Kategori 3, H272
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini.
Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Piktogram bahaya

Kata sinyal
Awas
Pernyataan Bahaya
H272 Dapat mengintensifkan api; pengoksidasi.
Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan
P210 Jauhkan dari panas atau percikan/api terbuka
/permukaan yang panas.-Dilarang merokok.
P221 Ambil segala langkah pencegahan untuk
menghindari percampuran dengan zat-zat
yang mudah menyala.
b. Bahaya lain
Tidak ada yang diketahui.
Bagian 3. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
a. Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah menghirup: hirup udara segar.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/
pancuran air.
Setelah kontak pada mata : Bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan
lensa kontak.
Setelah tertelan: Beri air minum kepada korban (paling banyak
dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika
merasa tidak sehat.
b. Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Hal ini berlaku untuk nitrit/nitrat secara umum: Methaemoglobinaemia
setelah penyerapan oleh tubuh dalam jumlah besar. Efek iritan, Diare, Mual,
Muntah
c. Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi.
Bagian 4. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
a. Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman
Taati label tindakan pencegahan.
Tindakan higienis
Ganti pakaian yang terkontaminasi . Cuci tangan setelah bekerja dengan
bahan tersebut.
b. Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat. Jangan gunakan dekat bahan-bahan yang mudah
terbakar.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk.
c. Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian sebelumnya, tidak ada
penggunaan spesifik lain yang diantisipasi.
Bagian 5. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
a. Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Bentuk Padat
Warna Putih
Bau Tak berbau
Ambang Bau Tidak berlaku
pH 5,0 - 7,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur 334 °C
Titik didih/rentang didih Tidak berlaku
Titik nyala Tidak berlaku
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak mudah-menyala.
Terendah batas ledakan Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku
Tekanan uap Tidak tersedia informasi.
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi.
Densitas Tidak tersedia informasi.
Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air 320 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) Tidak tersedia informasi.
Suhu dapat membakar sendiri Tidak tersedia informasi
(auto-ignition temperature)
Suhu penguraian > 400 °C
Viskositas, dinamis Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak Tidak diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator Dapat mengintensifkan api; pengoksidasi.
Bahan atau campuran ini diklasifikasikan sebagai pengoksidasi
dengan kategori 3.
b. Data lain
Suhu menyala Tidak berlaku
Densitas curah Kira-kira 800 kg/m3
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
a. Pipet
b. Tabung reaksi
c. Kuvet
d. Spektrofotometer
e. Label
3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan kimia ini
adalah larutan FeNO3 0,002 M, KSCN 0,002 M, KNO3 0,5 M, dan aquadest.
3.2. Prosedur Kerja
Praktikum kali ini mengenai penentuan kesetimbangan, yang pertama
siapkan larutan FeNO3 0,002 M. Kemudian, KSCN 0,002 M dan KNO 3 0,5 m.
Hal pertama yang dilakukan adalah melabel lima buah tabung reaksi dengan
nomor 1, 2, 3, 4 dan blangko.
Langkah pertama yaitu memasukkan FeNO 3 0,002 M kedalam keempat
tabung reaksi sebanyak 5 Ml menggunakan pipet tetes. Setelah terisi dengan
FeNO3 sebanyak 5 Ml, setelah itu dumasukkan masing-masing tabung reaksi
larutan KSCN 0,002 M sebanyak 1 Ml, 2 Ml, 3 Ml, dan 4 Ml ke masing-masing
tabung reaksi. Setelah masing-masing tabung terisi oleh larutan KSCN,
tambahkan larutan KNO3 0,5 M. Pertama dnegan mengisi tabung blangko
dengan 10 Ml KNO3 0,5 M. Setelah itu tambahkan larutan KNO 3 0,5 M kedalam
masing-masing tabung reaksi dengan volume tertentu sehingga total volume di
didalam tabung reaksi berjumlah 10 Ml. Setelah itu dilakukan pembagian
larutan dengan menggunakan pipet tetes.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer. Siapkan kuvet yang akan digunakan, bilas
dengan denggunakan aquadest sebanyak dua kali. Setelah itu, bilas dengan
menggunakan blangko sebanyak dua kali. Setelah kuvet terisi dengan larutan,
bersihkan sisi kuvet menggunakan tisu. Setelah itu kuvet siap diisi kedalam
spektrofotometer. Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan larutan 1, 2, 3,
dan juga 4 kedalam kuvet dengan melakukan perlakuan yang sama pada
blangko. Kemudian kuvet dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan label
nomor 1. Setelah semua larutan dimasukkan ke dalam spektrofotometer, sesuai
dengan nomornya, kemudian dapat dilanjutkan dengan melakukan pengukuran.
Peratama-tama dilakukan pengukuran blangko dengan menekan tombol mesh
a blank di bawah kiri layar. Setelah itu baru dapat dilakukan pengukuran sampel
dengan menekan tombol-tombol angka yang berada di instrumen
spektrofotometer. Pertama kita mengukur sampel yang berada pada kuvet
nomor 1. Kemudian dicatat absarbansinya sebesar 0,129. Kemudian
dilanjutkan pengukuran kuvet nomor 2, dihasilkan absarbansi 0,285.
Selanjutnya dilakukan pengukuran untuk kuvet nomor 3, didapat absaransi
0,463. Pengukuran akan dilanjutkan dnegan cara yang sama sampai kuvet
nomor 4, didapat absaransi 0,681.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabung Pengukuran
PERLAKUAN HASIL
Reaksi Absorbasinya
1. 5 ml FeNO3 0,02 mol Lebih cenderung berwarna 0,129A
ditambahkan 1 ml kuning pias bening lebih
larutan KSCN 0,02 mol cerah
ditambah larutan
HNO3 0,05 mol
sehingga volume
tabung reaksi
berjumlah 10 ml
2. 5 ml FeNO3 0,02 mol Warnanya putih agak 0,285A
ditambahkan 2 ml kuning
larutan KSCN 0,02 mol
ditambah larutan
HNO3 0,05 mol
sehingga volume
tabung reaksi
berjumlah 10 ml
3. 5 ml FeNO3 0,02 mol Lebih cenderung berwarna 0,463A
ditambahkan 2 ml orens, kuning kecoklatan
larutan KSCN 0,02 mol
ditambah larutan
HNO3 0,05 mol
sehingga volume
tabung reaksi
berjumlah 10 ml

4. 5 ml FeNO3 0,02 mol Lebih cenderung berwarna 0,681A


ditambahkan 4 ml coklat, kuning pekat
larutan KSCN 0,02 mol
ditambah larutan
HNO3 0,05 mol
sehingga volume
tabung reaksi
berjumlah 10 ml
5. 10 ml larutan HNO3 Warnanya putih
0,05 mol dalam tabung
reaksi.

4.1.1 Perhitungan
A. konsentrasi Fe(SCN)2+
1. Tabung I
a :mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
b :mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
¿
0,01∙ 0,01
¿
10 ml
¿ 1× 10−5 M
2. Tabung II
a :mmol Fe ( NO3 )3 =0,0008 M ∙ 5 ml=0,004 mmol
b :mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
¿
0,004 ∙ 0,01
¿
10 ml
¿ 4 ×10−6 M
3. Tabung III
a :mmol Fe ( NO3 )3 =0,00032 M ∙5 ml=0,0016 mmol
b :mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
¿
0,0016 ∙0,01
¿
10 ml
¿ 1,6 ×10−6 M
4. Tabung IV
a :mmol Fe ( NO3 )3 =1,28× 10−4 M ∙5 ml=64 × 10−5 mmol
b :mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
¿
64 ×10−5 ∙ 0,01
¿
10 ml
¿ 6,4 × 10−7 M
5. Tabung V
a :mmol Fe ( NO3 )3 =512× 10−5 M ∙5 ml=256 × 10−6 mmol
b :mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
¿
256× 10−6 ∙ 0,01
¿
10 ml
¿ 2,56 ×10−7 M

B. Harga K (tetapan kesetimbangan) dari konsentrasi Fe ( SCN )2+ ¿¿


1. mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
−5

mmol Fe ( SCN )2+¿=1× 10 M ∙10 ml=0,0001 mmol¿

+¿ ¿
2+ ¿+ K ¿
3 +¿+ KSCN ⇌ Fe ( SCN )
Fe ¿

M 0,01 0,01
B 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001
S 0,0099 0,0099 0,0001 0,0001

K=¿ ¿
( 1×10−4 ) ( 1 ×10−4 )
¿
( 9,9 ×10−3 ) ( 9,9 × 10−3 )
1× 10−8
¿
9,8 ×10−5
¿ 1× 10− 4
2. mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
−6 −5

mmol Fe ( SCN )2+¿=4 ×10 M ∙10 ml=4 × 10 mmol¿

+¿ ¿
2+ ¿+ K ¿

Fe3 +¿+ KSCN ⇌ Fe ( SCN ) ¿

M 0,01 0,01
B 0,00004 0,00004 0,00004 0,00004
S 0,0099 0,0099 0,00004 0,00004

K=¿ ¿
( 4 ×10−5 ) ( 4 ×10−5 )
¿
( 9,9 ×10−3 ) ( 9,9 × 10−3 )
1,6× 10−9
¿
9,8 ×10−5
¿ 1,6 ×10−5

3. mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol


mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
−6 −5

mmol Fe ( SCN )2+¿=1,6×10 M ∙10 ml=1,6×10 mmol ¿

+¿ ¿
2+ ¿+ K ¿

Fe3 +¿+ KSCN ⇌ Fe ( SCN ) ¿

M 0,01 0,01
B1,6 ×10−5 1,6 ×10−5 1,6 × 10−5 1,6× 10−5
S9,9 ×10−3 9,9× 10−3 1,6× 10−5 1,6 ×10−5
K=¿ ¿
( 1,6 ×10−5 ) ( 1,6 ×10−5 )
¿
( 9,9 ×10−3 ) ( 9,9 × 10−3 )
2,56× 10−10
¿
9,8 ×10−5
¿ 2,6 ×10−6
4. mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
−7 −6

mmol Fe ( SCN )2+¿=6,4 ×10 M ∙10 ml=6,4 ×10 mmol¿

+¿ ¿
2+ ¿+ K ¿

Fe3 +¿+ KSCN ⇌ Fe ( SCN ) ¿

M 0,01 0,01
B6,4 × 10−6 6,4 ×10−6 6,4 × 10−6 6,4 ×10−6
S9,9 ×10−3 9,9× 10−3 6,4 ×10−6 6,4 × 10−6
K=¿ ¿
( 6,4 ×10−6 )( 6,4 ×10−6 )
¿
( 9,9 ×10−3 )( 9,9 ×10−3 )
4,09 ×10−11
¿
9,8 ×10−5
¿ 4,1 ×10−7

5. mmol Fe ( NO3 )3 =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol


mmol KSCN =0,002 M ∙5 ml=0,01 mmol
−7 −6

mmol Fe ( SCN )2+¿=2,56 ×10 M ∙ 10ml =2,56 × 10 mmol¿

+¿ ¿
2+ ¿+ K ¿

Fe3 +¿+ KSCN ⇌ Fe ( SCN ) ¿

M 0,01 0,01
B2,56 ×10−6 2,56 × 10−6 2,56 ×10−6 2,56 ×10−6
S9,9 ×10−3 9,9× 10−3 2,56× 10−6 2,56 ×10−6
K=¿ ¿
( 2,56 ×10−6 ) ( 2,56 × 10−6 )
¿
( 9,9 ×10−3) ( 9,9× 10−3 )
6,5× 10−12
¿
9,8 ×10−5
¿ 6,6 ×10−8
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan mempelajari tentang kesetimbangan
kimia. Dimana kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan yang dinamis
antara jumlah molekul reaktan dengan jumlah produk yang terbentuk sama
banyaknya. Dalam kesetimbangan, reaksi yang terbentuk adalah reaksi
reversibel atau reaksi bolak balik, dimana zat yang terbentuk akan
menghasilkan kembali zat semula.
Percobaan pertama, kita masukkan 5 ml FeNO3 0.002 M kedalam
sebuah tabung reaksi lalu ditambahkan 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml KSCN 0.002 M
kemudian diaduk. Setelah itu kita siapkan 1 tabung reaksi blanko, kita isi
dengan 10 ml KHNO3. Tabung 5 kita jadikan sebagai pembanding, pada
tabung 1 kita tambahkan larutan HNO3 0.05 M sebanyak 4 ml, pada tabung 2
kita tambahkan larutan HNO3 0.05 M sebanyak 3 ml, pada tabung 3 kita
tambahkan larutan KNO3 0.05 M sebanyak 2 ml dan pada tabung reaksi 4 kita
tambahkan larutan KNO3 0,05 M sebanyak 1 ml.
Pada awalnya semua larutan yang berada di semua tabung berwarna
kuning pias sebelum ditambahkan larutan lain. Tabung  1 menjadi kuning pias,
tabung 2 warnanya menjadi kuning pias, dan tabung 3 tetap kuning kecoklatan
dan tabung 4 kuning kecoklatan. Perubahan warna larutan tersebut
menandakan bahwa sistem telah mencapai kondisi setimbang.
Tabung pertama yang ditambahkan Fe(NO 3)3 memiliki warna kuning
orange yang sedikit pekat sebagai larutan standar. Sedangkan tabung kedua
yang telah mengalami pengenceran mempunyai warna kuning orange yang
kurang pekat. Pada tabung ketiga yang telah mengalami pengenceran lagi
memiliki warna kuning yang mulai menjadi bening, tabung keempat yang juga
mengalami pengenceran menunjukkan warna kuning yang mulai menjadi
bening, dan tabung kelima yang telah mengalami pengenceran untuk kesekian
kalinya berubah menjadi larutan yang bening. Inilah yang memperlihatkan
konsentrasi yang semakin encer.
Hal-hal yang dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan yaitu
perubahan konsentrasi, perubahan tekanan dan volume, perubahan suhu, dan
katalis. Asaz yang mengemukakan Hukum Pergeseran Kesetimbangan disebut
asaz Li Chatelier yang isinya: “jika terhadap kesetimbangan dilakukan suatu
aksi, sistem kesetimbangan tersebut akan mengalami pergeseran yang
cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut membentuk kesetimbangan
baru”. Berdasarkan asaz Li Chatelier, suatu reaksi kesetimbangan akan selalu
berusaha mempertahankan kesetimbangannya.
Dalam percobaan kali ini, larutan besi(III) klorida dicampur dengan larutan
kalium tiosianat. Terjadilah reaksi antara ion besi(III) dengan ion tiosianat yang
menghasilkan warna larutan menjadi kuning orange. Reaksi ini dapat balik
karena pencampuran antara Fe 3+ dengan SCN- akan membebtuk senyawa
Fe(SCN)2+ dan tercapai kesetimbangan kimia.
Fe3( aq+¿) + SCN −¿ 2 +¿
(aq) ⇌ Fe ( SCN ) (aq) ¿¿ ¿

Pada percobaan ini intensitas warna antara larutan yang satu dengan
yang lainnya menunjukkan warna yang berbeda-beda dan menunjukkan
konsentrasi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena pengenceran yang
dilakukan pada setiap volume larutan. Senyawa Fe(SCN) 2+ yang semula
berwarna kuning orange konsentrasinya akan berkurang ketika ditambakan ion
Fe3+ dengan konsentrasi yang rendah. Jika konsentrasi dalam suatu larutan
ditambah maka kesetimbangan kimia bergeser dari arah yang konsentrasinya
ditambah. Sebaliknya jika konsentrasi suatu larutan dikurangi maka
kesetimbangan kimia bergeser dari arah yang konsentrasinya dikurangi.

BAB V
KESIMPULAN
Kesetimbangan  kimia adalah keadaan dimana dua reaksi yang tepat
berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk terbentuk, produk
ini akan kembali bereaksi membentuk reaktan awalnya. Jika kondisi pada
sistem kesetimbangan diubah, akan terjadi beberapa reaksi berikutnya.
Meskipun demikian, sistem tersebut akan segera mencapai kesetimbangan
baru pada sejumlah kondisi yang baru. Reaksi kesetimbangan ditandai dengan
panah bolak-balik yang menunjukkan reaksi reversible. Kesetimbangan kimia
merupakan proses yang dinamis dalam level molekuler dan tidak dapat diamati
perubahannya karena laju ke kanan sama dengan laju ke kiri.
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem
kesetimbangan homogen dan heterogen. Kesetimbangan homogen merupakan
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase.
Sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang
anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang
terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan kimia ini
adalah larutan FeNO3 0,002 M, KSCN 0,002 M, KNO3 0,5 M, dan aquadest.
DAFTAR PUSTAKA
Chang. (2010). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.
Fadiawati. (2011). Skripsi Materi Pokok Kesetimbangan Kimia.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Magfiroh. (2016). Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Stoikiometri Pada
Pereaksi Pembatas Dalam Jenis-Jenis Reaksi Kimia Siswa Kelas X MIA
Negeri 4 Malang. Pembelajaran Kimia (J-PEK), 01(2), 32–37.
MSDS. (2013a). Lembaran Data Keselamatan Bahan Glukosa. Lembar Data
Keselamatan Bahan, 1907, 1–7.
MSDS. (2013b). Lembaran Data Keselamatan Bahan Glukosa. Lembar Data
Keselamatan Bahan, 1907, 1–7.
MSDS. (2013c). Lembaran Data Keselamatan Bahan Glukosa. Lembar Data
Keselamatan Bahan, 1253(1907), 1–7.
Mukhoyaroh, R. (2015). Efektivitas penerapan pendekatan pembelajaran brain-
based teaching terhadap prestasi belajar siswa kelas xi semester i sma
mta surakarta tahun ajaran 2008/2009 pada materi pokok kesetimbangan
kimia.
Ratulani, J. (2017). Kimia Dasar: Teori dan Latihan.
LAMPIRAN
Lampiran I :
A. Alat
N Nama Alat Gambar Fungsi
o
1 Pipet Tetes Membantu memudahkan
cairan dari wadah yang satu
ke wadah yang lain dalam
jumlah yang sangat kecil
tetes demi tetes.

2 Tabung reaksi Sebagai sebuah wadah untuk


menampung reaksi kimia
dalam skala medium.

3 Kuvet Digunakan sebagai tempat


untuk menaruh sampel,
sementara kuvet lain
digunakan untuk menaruh
blanko.

4 Spektrofotometer Digunakan untuk


mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek
kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet.

5 Label Menentukan kelas produk.


B. Bahan

KSCN
FeNO3

KNO3

Aquadest
Lampiran II :
Diagram Alir
1 a). Pembuatan Larutan

Kesetimbangan Kimia

Dimasukkan FeNO 3 0,002 M kedalam empat tabung


reaksi sebanyak 5 ml menggunakan pipet tetes.
Dimasukkan larutan KSCN 0,002 M sebanyak 1 ml, 2
ml, 3 ml, dan 4 ml ke masing-masing tabung reaksi.
Diisi tabung yang diberi label blangko dengan 10 ml
HNO3 0,5 M.
Ditambahkan larutan HNO3 0,5 M kedalam empat tabung
reaksi tadi hingga total volume di didalam tabung reaksi
berjumlah 10 ml.
Dilakukan pembagian larutan dengan menggunakan
pipet tetes.

Hasil
b). Pengukuran Larutan menggunakan spektrofotometer

Kesetimbangan Kimia

Disiapkan kuvet yang digunakan.


Dibilas kuvet menggunakan aquadest sebanyak dua kali
dan blangko sebanyak dua kali.
Dibersihkan sisi kuvet menggunakan tisu, setelah itu
kuvet diisi kedalam spektrofotometer.
Dilanjutkan dengan memasukkan larutan 1, 2, 3, dan
juga 4 kedalam kuvet dengan melakukan perlakuan yang
sama pada blangko.
Dimasukkan kuvet kedalam spektrofotometer, sesuai
dengan nomornya.
Dilakukan pengukuran blangko dengan menekan tombol
mesh a blank di bawah kiri layar.
Dilakukan pengukuran sampel nomor 1 dengan menekan
tombol-tombol angka yang berada diinstrumen
spektrofotometer kemudian dicatat absarbansinya
sebesar 0,129.
Dilanjutkan pengukuran kuvet nomor 2, dihasilkan
absarbansi 0,285.
Dilakukan pengukuran untuk kuvet nomor 3, didapat
absaransi 0,463
Dilanjutkan pengukuran kuvet nomor 4, dihasilkan
absarbansi 0,681.

Hasil

Lampiran III :
Skema Kerja
a). Pembuatan Larutan

Menyiapkan Memasukkan Memasukkan


alat dan bahan FeNO3 0,002 M larutan KSCN
kedalam empat 0,002 M
tabung reaksi sebanyak 1 ml,
sebanyak 5 ml 2 ml, 3 ml, dan
menggunakan 4 ml ke masing-
pipet tetes. masing tabung
reaks.i

Melakukan Ditambahkan Mengisi tabung


pembagian larutan HNO3 yang diberi
larutan dengan 0,5 M kedalam label blangko
menggunakan empat tabung dengan 10 ml
pipet tetes. reaksi tadi HNO3 0,5 M.
hingga total
volume di
didalam tabung
reaksi
berjumlah 10
b). Pengukuran Larutan menggunakan spektrofotometer

Dibilas kuvet . Dibersihkan


Disiapkan kuvet sisi kuvet
menggunakan
yang menggunakan
digunakan. aquadest
sebanyak dua tisu, setelah itu
kali dan blangko kuvet diisi
sebanyak dua kedalam
kali. spektrofotomet
er.

Melakukan Memasukkan Memasukkan


pengukuran kuvet kedalam larutan 1, 2, 3,
blangko spektrofotomet dan juga 4
dengan er, sesuai kedalam kuvet
menekan dengan dengan
tombol mesh a nomornya. melakukan
blank di bawah perlakuan yang
kiri layar. sama pada
blangko.
Melakukan Dilakukan
pengukuran Dilanjutkan
pengukuran kuvet pengukuran untuk
sampel nomor 1 kuvet nomor 3,
dengan menekan nomor 2,
dihasilkan didapat absaransi
tombol-tombol 0,463.
angka yang absarbansi 0,285.
berada
diinstrumen
spektrofotometer
kemudian dicatat
absarbansinya
sebesar 0,129.

Dilanjutkan
pengukuran kuvet
nomor 4,
dihasilkan
absarbansi 0,681

Anda mungkin juga menyukai