Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

Percobaan 4

PENURUNAN TITIK BEKU

Nama : Yeni Adi Tiani

NIM : 20307141046

Kelas : Kimia E

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
LAPORAN
PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA
PENURUNAN TITIK BEKU
A. Tujuan Percobaan
Menentukan massa molekul suatu zat yang tidak mudah menguap (non volatil).
B. Dasar Teori
Tekanan uap larutan adalah salah satu sifat fisik yang dipengaruhi oleh adanya zat terlarut.
Apabila suatu zat terlarut tak atsiri yang tidak mudah menguap (non volatil) atau zat yang tidak
mempunyai kecenderungan untuk menguap dalam larutan, dilarutkan dalam pelarut cair maka
tekanan uap pelarutnya akan rendah. Apabila mengandung zat terlarut yang tidak mudah
menguap atau non-volatil, kecepatan penguapan pelarut akan menjadi kecil dan tekanan uapnya
rendah (Brady, 2010 : 627-628).
Penurunan tekanan uap juga dapat mempengaruhi sifat fisik lain dari larutan salah satunya
titik beku. Rendahnya ekanan uap yang rendah mengakibatkan menurunnya titik beku suatu
larutan. tekanan uap suatu larutan lebih kecil daripada pelarut murni disebabkan oleh adanya
peningkatan kekuatan aktivitas larutan secara kimia atau fisika. Semakin kuat aktivitas yang
terjadi, maka proses yang terjadi semakin cepat. Penguapan meningkatkan ketidakteraturan
sistem karena molekul dalam uap menjadi lebih sedikit daripada yang ada di dalam cairan. Zat
terlarut yang lebih tidak teratur daripada perlarut murni menyebabkan perbedaan
ketidakteraturan antara uap larutan dan uap pelarut murni. Jadi, molekul larutan memiliki
kecenderungan yang lebih kecil untuk menguap meninggalkan pelarut murni (Chang, 2008 :
528).
Penurunan titik beku suatu larutan dapat disebut sebagai sifat koligatif. Sifat koligatif
adalah sifat larutan yang hanya tergantung dari jumlah relatif zat terlarut dan pelarutnya seperti
tekanan uap, titik didih, dan titik beku (Brady, 2010 : 639).
Suatu zat terlarut yang non volatil akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Hal tersebut
terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap, maka pada suhu 0oC ternyata belum
membeku dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus dibekukan
pada tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu larutan. Penurunan titik beku larutan dari titik
beku pelarutnya disebut penurunan titik beku (Dogra, 1894).
Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis besarnya penurunan titik beku untuk larutan 1
molal. Pada umumnya efek penurunan titik beku akan lebih besar daripada efek kenaikan titik
didih atau penurunan tekanan uap. Penurunan titik beku relatif lebih banyak digunakan dalam
penentuan berat molekul (Jupamahu, 1980).
Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen dalam suatu larutan senilai
dengan tekanan uap suatu larutan dikali dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam
larutan. Menurut Roult untuk menentukan titik beku larutan yang sangat encer berlaku :
ΔTf = Kf x m
Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada kesetimbangan pelarut dalam
larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga bergantung pada kesetimbangan pelarut dengan
pelarut murni (air). Pada saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku atau titik
didihnya. Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan penurunan titik beku (Kf) tersendiri
(Wahyuni, 2013).
Untuk menentukan perubahan titik beku yang terjadi dapat digunakan rumus dari
persamaan Clausius Claypeyron :
[ 𝑅 𝑥 (𝑇)2 𝑥 𝑀𝑎 ]
Kf = ………………………………………………………….(1)
[ 1000 𝑥 𝛥𝐻 ]

[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb = ………………………………………………………..(2)
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]

Harga Kf dapat diperoleh dengan mengukur besarnya penurunan titik beku pada bagian
penambahan konsentasi zat yang larut. Penurunan titik beku tergantung pada konsentrasi dari
zat terlarut didalamnya. Semakin turun titik beku larutan banyak partikel dalam larutan maka
titik bekunya semakin rendah sehingga perubahannya sebanding dengan perubahan konsentrasi
dari larutan setelah mengalami penambahan zat terlarutnya. Zat terlarut juga dapat
mempengaruhi titik beku suatu larutan selain jumlah partikel (Harnanto, 2009).
Air murni pada tekanan 1 atm membeku pada temperatur 0°C. Besarnya penurunan titik
beku suatu larutan hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut. Semakin banyak partikel
yang terdapat dalam zat terlarut maka semakin besar pula titik beku suatu larutan
(Anshory,1994).
Kemurnian zat padat atau cairan yang digunakan dapat dipastikan dengan mengukur titik
beku. Jika larutan membeku pada titik di bawah nilai yang tercatat dalam literatur, maka
ketidakmurnian dapat terjadi. Namun, jika nilainya sama seperti yang tercatat dalam literatur,
maka larutan yang digunakan adalah murni. Penurunan titik beku tergantung pada jumlah mol
zat terlarut yang tidak mudah menguap dan bukan pada sifat atau jenis zat terlarutnya (besar,
kecil, tinggi, berat, dll) (Uba, 2008 : 53).
Ada beberapa metode yang tersedia untuk mendapatkan grafik titik beku. Pertama dan
terpenting, adalah plot suhu terhadap waktu. Kasus ini menggunakan plot kurva pendinginan,
yang mana ordinat menunjukkan variasi suhu saat cairan mendingin sampai benar-benar
mengeras (Uba, 2008 : 53).
C. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. 1 buah thermostat
1. Akuades
2. 1 buah pengaduk
2. Es batu
3. 1 buah tabung reaksi besar
3. Glukosa
4. 1 buah gelas beaker
4. Garam dapur kasar
5. 1 buah stopwatch
5. Zat X
6. 1 buah gelas ukur 50 mL
7. 1 buah thermometer

D. Cara Kerja
(1) Penetuan Titik Beku Air

25 mL akuades dimasukkan Tabung reaksi besar

ditempatkan

Es batu Termostat Garam dapur kasar

didinginkan
dicatat temperatur selama 30 detik
hingga membeku dan temperatur tetap

Dicatat temperatur saat air membeku (t1)


Akuades dicairkan kembali dalam tabung reaksi

(2) Penentuan Titik Beku Larutan

2 gram glukosa Tabung reaksi besar 25 mL akuades

Tabung reaksi disusun dalam termostat

Didinginkan hingga temperatur tetap


Tunggu hingga membeku
Larutan terus diaduk
Catat temperatur setiap 30 detik

Temperatur pembekuan glukosa dalam akuades dicatat

Percobaan dilakukan 2 kali

(3) Penentuan Titik Beku Zat X

2 gram zat X Tabung reaksi besar 25 mL akuades

Tabung reaksi disusun dalam termostat

Didinginkan hingga temperatur tetap


Tunggu hingga membeku
Larutan terus diaduk
Catat temperatur setiap 30 detik

Temperatur pembekuan zat X dalam akuades dicatat

Percobaan dilakukan 2 kali


E. Hasil Pengamatan
Volume akuades = 25 mL
Massa glukosa dan zat X = 2 gram
Tabel pencatatan waktu :
Temperatur (°C)
Detik Ke- (s)
Akuades Glukosa Zat X
0 27 26 20
2 22 22 15
4 20 20 13
6 18 18 10
8 15 15 8
10 13 13 6
12 11 12 4
14 10 10 2
16 9 9 2
18 8 7 -1
20 7 5 -1
22 5 3 -2
24 4 1 -2
26 2 0 -2
28 1 -1
30 0 -1
32 0
F. Perhitungan
Dari data pengamatan diatas diperoleh grafik waktu terhadap temperatur :
a. Akuades dengan titik beku 0°C = 273,15 K

Akuades
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6 y = -0,7868x + 22,706
4 R² = 0,9605
2
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
-4

Mencari Titik Beku Akuades


Diketahui : Tetapan gas ideal (R) = 8,314 x 10-3 kJ/mol.K
Suhu (T) = 0°C = 273,15 K
H2O(l) → H2O(s) ΔH = 6,01 kJ/mol

Massa molekul relatif (Mr) = 18 gr/mol

Maka, nilai Kf dapat dihitung dengan rumus :

[ 𝑅 𝑥 (𝑇)2 𝑥 𝑀𝑎 ]
Kf =
[ 1000 𝑥 𝛥𝐻 ]
𝑘𝐽
[ 8,314 𝑥 10¯3 .𝐾 𝑥 (273,15 𝐾)2 𝑥 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 ]
𝑚𝑜𝑙
Kf =
[ 1000 𝑥 6,01 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 ]
[ 11.165,67 ]
Kf =
[ 6010 ]

Kf = 1,86 gr.K/mol
Jadi, diperoleh tetapan penurunan titik beku sebesar 1,86 gr.K/mol. Nilai ini sama dengan
tetapan penurunan titik beku secara teoritis yang besarnya juga 1,86 gr.K/mol.
b. Glukosa dengan titik beku -1°C = 272,15 K

28
Glukosa
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8949x + 23,36
2 R² = 0,9821
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
-4
-6

Mencari Massa Molekul Glukosa Dengan Tetapan Penurunan Titik Beku Air
Diketahui : Tetapan penurunan titik beku molal (Kf ) = 1,86 gr.K/mol
Massa molekul relatif glukosa secara teoritis = 180 gr/mol
Massa zat terlarut (Gb) = 2 gram
Massa pelarut = p x V = 1 gr/mL x 25 mL = 25 gram
Selisih titik beku pelarut murni dan larutan (ΔT) = 273,15 K – 272,15 K = 1 K
Maka, massa molekul glukosa dapat dihitung dengan rumus :
[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb =
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]
𝐾
[ 1000 𝑥 1,89 𝑔𝑟. 𝑥 2 𝑔𝑟 ]
𝑚𝑜𝑙
Mb =
[ 1 K 𝑥 25 𝑔𝑟 ]
[ 3.720 ]
Mb =
[ 25 ]

Mb = 148,8 gr/mol
Jadi, diperoleh massa molekul relatif glukosa pada percobaan sebesar 148,8 gr/mol. Hal ini
berbeda dengan teori yang mempunyai massa molekul sebesar 180 gr/mol.
c. Zat X dengan titik beku -2°C = 271,15 K

Zat X
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8176x + 15,771
2 R² = 0,9193
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
-4
-6
-8

Massa Molekul Relatif Zat X


Diketahui : Tetapan penurunan titik beku molal (Kf ) = 1,86 gr.K/mol
Massa zat terlarut (Gb) = 2 gram
Massa pelarut = p x V = 1 gr/mL x 25 mL = 25 gram
Selisih titik beku pelarut murni dan larutan (ΔT) = 273,15 K – 271,15 K = 2 K
Maka, massa molekul zat X dapat dihitung dengan rumus :
[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb =
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]
𝐾
[ 1000 𝑥 1,86 𝑔𝑟. 𝑥 2 𝑔𝑟 ]
𝑚𝑜𝑙
Mb =
[ 2 𝐾 𝑥 25 𝑔𝑟 ]
[ 3.720 ]
Mb =
[ 50 ]

Mb = 74,4 gr/mol
Jadi, diperoleh massa molekul relatif zat X adalah 74,4 gr/mol.
G. Pembahasan
Percobaan “Penurunan Titik Beku Larutan” yang dilaksanakan hari Rabu, 14 April 2021
bertujuan untuk menentukan massa molekul suatu zat yang tidak mudah menguap (non volatil).
Percobaan dilakukan dengan menempatkan larutan ke dalam termostat berisi garam dapur kasar
dan es batu. Fungsi es batu adalah membuat suhu larutan menurun sehingga larutan dapat
membeku. Sedangkan, pada percobaan ini juga digunakan garam dapur kasar yang
ditambahkan pada termostat dengan tujuan agar es batu dalam termostat tidak mudah mencair
karena garam akan menghambat kestabilan ikatan partikel air yang berada dalam fase padat
yaitu berupa es.
Air sebagai pelarut murni dengan massa molekul sebesar 18 gr/mol secara teoritis memiliki
tetapan penurunan titik beku sebesar 1,86 gr.K/mol dengan titik beku berada di suhu 0°C atau
273,15 K. titik beku pelarut murni air dilihat dari hasil grafik waktu terhadap suhu yang
menunjukkan nilai yang konstan di suhu 0°C. berikut grafik dari titik beku pelarut murni air :

30
Akuades
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
Pada
8 percobaan, tetapan titik beku dihitung menggunakan rumus :
y = -0,7868x + 22,706
6
4 [ 𝑅 𝑥 (𝑇)2 𝑥 𝑀𝑎 ] R² = 0,9605
2 Kf =
0 [ 1000 𝑥 𝛥𝐻 ]
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
-4

Dari gambar grafik diatas diketahui bahwa titik beku pelarut air adalah 0°C = 273,15 K.
hasil ini dilihat dari suhu yang konstan pada 0°C saat detik ke 30 dan 32. Titik beku air inilah
yang akan dijadikan T°f (titik beku pelarut murni) yang digunakan untuk perhitungan yang lain.
.Nilai entalpi air pada percobaan diperoleh melalui perubahan yang digunakan untuk
membuat air dalam bentuk cairan menjadi membeku dengan ΔH = +6,01 kJ/mol. Entalpi yang
positif terjadi karena pada proses pembekuan reaksi yang terjadi adalah endotermis. Berikut
reaksi yang terjadi :
H2O(l) → H2O(s) ΔH = +6,01 kJ/mol
Jika angka-angka dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh tetapan penurunan titik beku
air sebagai pelarut murni sebesar 1,86 gr.K/mol. Nilai Kf dalam perhitungan perobaan ini sama
dengan nilai Kf secara teoritis. Berikut rumus Clausius Claypeyron yang digunakan dalam
perhitungan tetapan penurunan titik beku pelarut murni air :
[ 𝑅 𝑥 (𝑇)2 𝑥 𝑀𝑎 ]
Kf =
[ 1000 𝑥 𝛥𝐻 ]

Percobaan dilakukan dengan menguji penurunan titik beku pada zat nol volatil. Zat yang
bersifat non volatil digunakan karena zat ini menghasilkan penurunan titik beku yang dapat
digunakan dalam pengamatan. Penurunan titik beku ini terjadi karena tekanan uap pelarut murni
lebih rendah daripada zat terlarut. Kasus tersebut dapat disebabkan oleh distribusi uap zat
terlarut sangat sedikit karena sifatnya yang tidak mudah menguap. Antaraksi antara pelarut dan
zat terlarut juga berperan yang mana zat non volatil yang berbentuk bubuk cenderung kuat
berinteraksi dengan pelarut air sehingga energi yang digunakan untuk membekukan semakin
besar.
Pada percobaan tahap dua, dilakukan untuk menjawab massa molekul dari zat non volatil
yaitu glukosa. Glukosa dikatakan zat non volatil dikarenakan apabila glukosa dibiarkan dalam
ruang terbuka massanya tidak akan berkurang atau berubah. Hal ini membuat glukosa dapat
digunakan sebagai larutan yang dicari massa molekulnya, walaupun secara teoritis glukosa
sudah diketahui massa molekulnya.
Percobaan kedua menggunakan 2 gram glukosa yang diencerkan dalam 25 mL akuades.
Sama dengan langkah pertama, larutan glukosa di tempatkan dalam termostat dan dilihat titik
beku yang terjadi pada setiap detik hingga konstan.Berikut grafik suhu terhadap waktu dari titik
beku larutan glukosa :

28 Glukosa
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8949x + 23,36
2 R² = 0,9821
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
-4
-6
Dari grafik kedua diperoleh bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka suhu glukosa (zat
terlarut) dalam air (pelarut murni) akan semakin rendah. Titik beku larutan glukosa dalam air
ditentukan dari suhu yang konstan. Pada grafik kedua ditunjukkan pada detik 28 dan 30 suhu
larutan glukosa dalam air konstan sebesar -1°C = 272,15 K. Jadi, titik beku larutan gula dalam
air adalah -1°C.

Penurunan titik beku terjadi dari yang awalnya 0°C menjadi -1°C, walaupun penurunan
tidak terlalu besar tapi suhu ini juga berpengaruh pada proses pembekuan larutan. Peristiwa
penurunan titik beku dapat mengakibatkan kondisi lewat beku. Kondisi lewat beku adalah
keadaan cairan yang tidak membeku walaupun suhunya sudah melampaui titik beku yang ada.
Yang mana, awalnya pelarut murni.

Setelah titik beku larutan glukosa diketahui dapat dihitung massa molekul dari glukosa
menggunakan tetapan penurunan titik beku air sebesar 1,86 gr.K/mol. Perhitungan dilakukan
menggunakan rumus Clausius Claypeyron :

[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb =
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]

Jika angka-angka dimasukkan diperoleh massa molekul glukosa sebesar 148,8 gr/mol. Hal ini
berbeda dengan massa molekul glukosa secara teoritis yang nilainya sebesar 180 gr/mol.

Perbedaan dalam percobaan dan teori dapat disebabkan oleh pemilihan alat yang
digunakan. Dalam pengambilan akuades sebanyak 25 mL, akan lebih baik menggunakan
piknometer. Hal ini disebabkan volume air akan digunakan untuk perhitungan dan diubah
menjadi massa air (gram). Pengubahan menggunakan perhitungan massa jenis dengan rumus
𝑚
p = 𝑉 , massa dalam satuan gram dan volume dalam satuan mL. apabila volume air yang tidak

sesuai karena tingkat ketelitian gelas ukur yang berbeda dengan piknometer dapat
mengakibatkan perbedaan massa molekul glukosa. Perbedaan juga dapat dipicu oleh suhu
ruangan yang tidak stabil pada saat praktikum sehingga mengganggu hasil titik beku yang ada.

Selain itu, penggunaan massa garam dapur yang digunakan tidak boleh terlalu banyak dan
juga tidak terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil
yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yang digunakaan terlalu
sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat. Pada larutan gula yang di uji ,
pembentukkan kristal yang terjadi tidak begitu sempurna sehingga titik beku kurang akurat.

Pada percobaan ketiga menggunakan larutan non volatil berupa zat X yang juga
menghasilkan penururan titik beku menjadi -2°C = 271,15 K. Titik beku diperoleh dari suhu
konstan melalui grafik suhu terhadap waktu, berikut gambar grafiknya :

22 Zat X
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8176x + 15,771
2 R² = 0,9193
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
-4
-6
-8

Dari grafik ketiga dapat pula diketahui bahwa semakin bertambahnya waktu titik beku zat X
(zat terlarut) semakin menurun. Pada waktu 24 serta 26 detik diperoleh suhu konstan sebesar
-2°C = 271,15 K yang digunakan sebagai titik beku zat X.

Dari kedua percobaan dapat diketahui bahwa setiap larutan memiliki titik beku yang
berbeda-beda. Titik beku suatu larutan akan berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal
ini disebabkan oleh masuknya zat terlarut yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika
suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, titik beku larutan tersebut akan berubah.
Besarnya perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan
titik beku. Penurunan titik beku dapat dihitung dengan rumus :

ΔTf = T°f – Tf

Dari perhitungan ini diperoleh penurunan titik beku (ΔTf) dari glukosa sebesar 1°C dan dari
zat X sebesar 2°C.
Penurunan titik beku terjadi karena titik beku larutan selalu lebih rendah daripada pelarut
murni. Sehingga, apabila dicermati titik beku pelarut murni air akan lebih tinggi daripada titik
beku zat terlarut (glukosa dan zat X). Hal ini dikarenakan dalam suatu larutan terdapat banyak
partikel yang bekerja dibandingkan dengan pelarut murni. Ketika suatu pelarut murni
membeku, maka setelah itu zat-zat terlarutnya juga akan ikut membeku.

Perhitungan massa molekul zat X menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan
massa molekul glukosa, yaitu menggunakan rumus Clausius Claypeyron :

[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb =
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]

Apabila angka-angka dimasukkan, diperoleh massa molekul zat X sebesar 74,4 gr/mol.
Berbeda dengan glukosa yang dapat dianalisis kesalahannya, zat X sulit dianalisis karena tidak
diketahui nama larutan secara pasti.
H. Kesimpulan
Pada percobaan digunakan zat non volatil berupa glukosa dan zat X diperoleh masing-masing
massa molekul sebesar 148,8 gr/mol dan 74,4 gr/mol.
I. Jawaban Tugas
1. Gambarkan diagram antara waktu dan suhu untuk akuades, larutan glukosa, dan larutan zat
X, kemudian dari grafik tentukan titik beku masing-masing zat.
Jawab :
Dari data pengamatan dalam percobaan “Penurunan Titik Beku “ diperoleh 3 grafik suhu
terhadap waktu. Berikut grafik yang diperoleh :
a. Akuades dengan titik beku 0°C = 273,15 K

Akuades
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6 y = -0,7868x + 22,706
4 R² = 0,9605
2
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
-4

b. Glukosa dengan titik beku -1°C = 272,15 K

28
Glukosa
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8949x + 23,36
2 R² = 0,9821
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
-4
-6
c. Zat X dengan titik beku -2°C = 271,15 K

Zat X
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4 y = -0,8176x + 15,771
2 R² = 0,9193
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
-4
-6
-8

J. Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud zat non volatil?
Jawab :
Zat non volatil adalah zat yang mempunyai sifat tidak mudah menguap dan tekanannya tidak
dapat diukur.
2. Mengapa dalam percobaan ini digunakan zat non volatil?
Jawab :
Zat non volatil yang tidak mudah menguap dalam suatu pelarut akan menyebabkan
penurunan titik beku dibandingkan pelarut murninya. Penurunan titik beku inilah yang
digunakan untuk mencapai tujuan percobaan dalam mencari massa molekul zat. Suatu zat
terlarut yang non volatil akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Hal tersebut terjadi
karena zat terlarut bersifat sukar menguap, maka pada suhu 0oC ternyata belum membeku
dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus dibekukan pada
tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu larutan.
3. Apa yang dimaksud dengan kondisi lewat beku?
Jawab :
Kondisi lewat beku adalah kondisi suatu larutan yang tetap dalam bentuk cairan atau tidak
membeku walaupun suhunya telah melampaui titik beku secara teoritis.
4. Jelaskan secara singkat cara menentukan massa molekul zat non volatil dengan metode
penurunan titik beku!
Jawab :
Langkah pertama adalah menentukan tetapan penurunan titik beku air yang dijadikan
patokan untuk tetapan penurunan titik beku zat non volatil. Hal ini dapat dihitung dengan
rumus :
[ 𝑅 𝑥 (𝑇)2 𝑥 𝑀𝑎 ]
Kf =
[ 1000 𝑥 𝛥𝐻 ]

Setelah tetapan penurunan titik beku air diketahui, dapat dilakukan perhitungan massa
molekul zat non volatil menggunakan rumus :

[ 1000 𝑥 𝐾𝑓 𝑥 𝐺𝑏 ]
Mb =
[ ΔT 𝑥 𝐺𝑎 ]

5. Apa yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap pada penambahan zat terlarut?
Jawab :
Penurunan tekanan uap terjadi karena penambahan zat terlarut non volatil ke dalam pelarut
murni akan menyebabkan perbedaan komposisi uapnya. Zat terlarut yang tidak mudah
menguap mempunyai sedikit peran dalam uapnya sehingga tekanan uap larutan akan lebih
rendah daripada pelarut murni. Zat non volatil yang tidak mudah menguap tidak memberi
peran pada uapnya sehingga komposisi uap akan berbeda dengan komposisi larutannya.
Perbedaan menyebabkan tekanan uap larutan akan lebih rendah dibandingkan tekanan uap
pelarut murni.
K. Daftar Pustaka
Anshory, Irfan. 1994. Kimia. Jakarta: Erlangga.
Brady. 2010. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Dogra. 1894. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Harnanto, Ari. 2009. Kimia 3. Jakarta: Pusat perbukuan Pendidikan Nasional.
Jupamahu, M.S. 1980. Kimia Fisika 1. Bandung: Departemen Kimia ITB.
Uba. 2008. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences “Effect Of Non-Volatile Solute
On The Freezing Point Of Malonic Acid”. 1(1). 53-57.
Wahyuni S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Pacitan, 19 April 2021


Praktikan,

Yeni Adi Tiani

Anda mungkin juga menyukai