Anda di halaman 1dari 4

“PEMURNIAN NAFTALENA DENGAN CARA SUBLIMASI”

Andang Wisnu Septian1, Angela Alfa Aprilia2, Anggi Zulaikah3, Eva Bonita4
Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri,
64114

Abstact
1. Pendahuluan pembentukan kelompok atom atau
molekuk yang lembab dalam volume udara
Proses Sublimasi didefinisikan
antara fase gas dan permukaan cairan atau
dalam terminologi Internasional Union of
padatan. (Yohanes, 2014)
Pure and Applied Cemistry (IUPAC)
sebagai transisi langsung padatan ke uap Sublimasi kapur barus berbahan
tanpa melewati fase cair. Sublimasi adalah dasar naftalena diudara merupakan contoh
proses kimia, bahwa naftalena bereaksi fenomena perpindahan massa padat dan
dengan udara dan sifat kimiawi zat itu gas yang dapat diamati dalam kehidupan
berubah ketika mengalami sublimasi. sehari-hari. Dalam peristiwa ini, naftalena
Proses sublimasi umumnya dijelaskan akan berpindah secara kontinu dari bola
dalam kelas kimia umum menggunakan kapue barus dengan konsentrasi naftalena
contoh-contoh dengan es kering, yodium, yang tinggi menuju udara dengan
dan naftalena (Haci dan Ahmed, 2005) konsentrasi naftalena yang rendah
sehingga pada suatu titik, kandungan
Sublimasi adalah salah satu
naftalena didalam kapur barus akan habis.
pemisahan zat-zat yang mudah menyublim
Koefisien massa perpindahan merupakan
yaitu perubahan zat padat ke gas. Bila
suatu parameter yang dapat digunkan
partikel penyusun suatu zat padat
sebagai basis untuk menggambarkan
diberikan kenaikan suhu melalui
fenomena perpindahan massa secara
pemanasan, maka partikel tersebut akan
matematis, termasuk febomena difusi
segera berubah wujudnya menjadi gas.
naftalena dari kapur barus ke uadara
Sebaliknya jika suhu gas tersebut
(Martin, 2018)
diturunkan maka gas akan segera berubah
wujudnya menjadi panas. Gas yang 2. Bahan dan Metode
dihasilkan akan ditampung lalu a. Bahan dan Alat yang digunakan
didinginkan kembali. (Riswayanto, dkk.
Bahan yang digunakan dalam
2013)
praktikum kali ini adalah kapur barus atau
Syarat sampel untuk sublimasi naftalena, es batu, dan pasir sebagai
adalah dengan sifat kimia mudah menguap karbon aktif.
agar mudah proses sublimasinya. Pada
Alat yang digunakan dalam praktikum
percobaan sublimasi, pemurnian naftalena
kali ini adalah kaca arloji sebagia tempat
dengan mnggunakan proses sublimasi
es batu, gelas beaker sebagai tempat pasir
dikarenakan karena sifat naftalena yang
dan naftalena, kassa asbes, kaki tiga, dan
mudah menyublim dan merupakan padatan
lampu spiritus (bunsen).
kristal tak berwarna. Reaksi dari naftalena
berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini b. Pemurnian senyawa dengan cara
disebabkan zat padat dalam proses sublimasi
sublimasi mengalami perubahan langsung
menjadi gas tanpa melalui fase cair. Pada praktikum kali ini dilakukan
Kemudian terkondensasi menjadi padatan dalam beberapa langkah, yaitu yang
atau kristal kembali. (Riswayanto, dkk. pertama adalah proses pencampuran
2013) Kondensasi adalah proses perubahan naftalena dengan pasir (sebagai
keadaan fisik uap dari fase gas menjadi pengotornya) kedalam beaker glass, yang
fase cair, terjadi ketika uap yang sebelumnya naftalena (kapur barus telah
didinginkan akan berubah menjadi cair. dihaluskan). Kemudian ditutup dengan
Kondensasi uap dimulai dengan kacar arloji yang berisi es batu lalu
dipanaskan dengan api kecil secara maka pada tekanan dan temperatur tertentu
perlahan-lahan hingga naftalena yang akan akan langsung berubah menjadi fase gas
dimurnikan berubah menjadi uap, tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat
sedangkan zat pengotornya tetap berbentuk padat sebagai hasil reaksi biasanya
padat. Hal yang harus dilakukan setelah bercampur dengan zat lain. Oleh karena
melakukan hal berikut adalah mengamati itu, untuk mendaapatkan zat-zat padat
uap yang terbentuk dalam dinding bawah yang diinginkan, perlu dimurnikan terlebih
kaca arloji dan dinding beaker glass dahulu. (Day dan Underwood, 2002)
berbentuk kristal jarum. Pemanasan
Massa naftalena sebelum sublimasi
dihentikan jika sudah tidak ada lagi zat
adalah sebanyak 15,101 g, sedangkan
yang menyublim dan dibiarkan dengan
massa hasil sublimasi adalah sebanyak 1,
proses pendinginan agar seluruh uap yang
1413 g. Berdasarkan hasil perhitungan
terbentuk dapat menyublim.
persen recovery didapatkan hasil 7,557 %,
3. Hasil dan Pengamatan nilai randemen ini tidak terlalu akurat, hal
ini disebabkan karena pada saat praktikum
Pada proses sublimasi akan terjadi
ada beberapa faktor hal, yang pertama
pemisahan senyawa dengan campuran
naftalena yang digerus, ditimbang, lalu
pengotornya. Pada saat sublimasi naftalena
dimasukkan kedalam beaker glass tidak
kali ini, diperlukan pemanasan untuk dapat
terpusat (tercecer), sehingga ketika proses
menguapkan naftalena karena naftalena
sublimasi dilakukan tidak semua naftalena
memiliki titik didih sebesar 2180C dan
menempel pada permukaan beaker glaas
sehingga pada suhu tersebut naftalenaakan
dan karena luasnya permukaan tempat
menguap, sehingga akan diperoleh kristal
naftalena diletakkan, sehingga sebagian
naftalena. Pemanasan naftalena berfungsi
menguap. Faktor kedua adalah pada saat
untuk merubah bentuk padat dari naftalena
pengambilan kristal, kristal yang terbentuk
ke bentuk gas atau uap kembali menjadi
tidak semua diambil karena sulitnya saat
padat jika didinginkan, serta untuk
pengambila tercecer dan tercampur dengan
memisahkan partikel yang dimurnikan
pengotornya (Nur Sadrina, 2015)
dengan zat pengotornya. (Wilantari, 2018)
Setelah melewati proses
4. Kesimpulan
pemanasan, maka zat yang dimurnikan
akan melewati tahap kondensasi atau Dari praktikum yang telah
pendinginan agar zat yang dimurnikan dilakukan dapat disimpulkan bahwa massa
dapat ditangkap dalam bentuk uap, lalu naftalena sebelum sublimasi adalah
dirubah menjadi bentuk kristal atau sebanyak 15,101 g, sedangkan massa hasil
padatan. sublimasi adalah sebanyak 1, 1413 g,
sehingga didapat persen recovery sebesar
Zat padat yang disublimasikan
7,557 %. Naftalena dari sublimasi yang
harus memiliki titik didih yang lebih besar
menempel pada bagian bawah kaca arloji
dari pengotornya, agar zat padat yang
dan bagian atas beaker glass berbentuk
dimurnikan mampu menghasilkan uap
kerak membentuk kristal-kristal putih dan
dengan tingkat kemurnian yang lebih
runcing seperti jarum. Pada akhirnya zat
tinggi. Pada tekanan dan terperatur tertentu
pengotor atau kotoran yang sebelumnya
(pada titik didihnya) Akan berubah
tercampur dengan naftalena tertinggal
menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada
didalam beaker glass karena tidak dapat
suhu kamarberada dalam keadaan padat, ,
menyublim.
5. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai