Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA SEPARASI

SUBLIMASI

Oleh:

Putri Prajna Paramitha (652014015)

Merlinda Hayulungit R (652014023)

Program Studi Kimia

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA SEPARASI

Judul Acara : Sublimasi


Nama/NIM : Putri Prajna Paramitha/652014015
Merlinda Hayulungit R/652014023
Tanggal Praktikum : 8 Februari 2017

Tujuan

1. Menentukan %yield hasil kristalisasi


2. Menentukan titik leleh naftalen hasil sublimasi
3. Menentukan kriteria zat yang dapat disublimasi
4. Mengidentifikasi senyawa hasil sublimasi.

Alat, Bahan, dan Metode

Alat dan Bahan

- Gelas beaker
- Cawan petri
- Kaki tiga
- Kasa
- Korek gas
- Pembakar bunsen
- Neraca analitik dengan ketelitian
empat angka di belakang koma
- Spatula
- Gelas arloji
- Kapiler
- Termometer
- Isolasi
- Statif dan klem
- Kapas
- Es batu
- Naftalen
- Parafin
Tabel 1. Data fisik bahan yang akan disublimasi

MW Bp Mp d
Senyawa Sifat khas
(g/mol) (C) (C) (g/cm3)

- Mudah menguap
- Tidak larut dalam air
Naftalen - Uapnya mudah
128,16 217,9 80,2 1,162
(C10H8) terbakar
- Padatan berwarna
putih

Metode

1. Dirangkai alat sublimasi seperti gambar di atas


2. Ditimbang 0,3 gram naftalen dan dimasukkan ke dalam gelas beaker
3. Gelas beaker ditutup menggunakan gelas arloji yang diisi es batu (digunakan kapas
untuk penyumbatan)
4. Gelas beaker dipanaskan dengan menggunakan pemanas bunsen
5. Naftalen dipastikan tidak meleleh
6. Diamati perubahan yang terjadi
7. Ditara cawan petri yang akan digunakan sebagai tempat kristal hasil sublimasi
8. Dimasukkan kristal yang diperoleh ke dalam cawan petri yang telah diketahui
massanya
9. Diulang proses sublimasi hingga tidak ada lagi bahan yang menyublim
10. Ditimbang kristal yang diperoleh
11. Diamati bentuk dan warna kristal yang diperoleh
12. Dihitung %yield yang diperoleh
13. Dicek titik leleh kristal yang diperoleh dengan memanaskan kristal hingga suhu
tertentu.

Hasil dan Pembahasan

Hasil :

Komponen yang diamati Hasil Pengamatan


Perubahan wujud sampel Padat cair gas padat (kristal)
Warna Kristal Putih
Bentuk Kristal Jarum
Kristal mulai meleleh (C) 65C
Titik leleh 70C
Massa sampel = 0,3 gram

Massa cawan petri = 79,8479 gram

Massa cawan + kristal= 80,0983 gram

Massa kristal = 80,0983 gram - 79,8479 gram = 0,2504 gram

% yield =

Pembahasan :

Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan
menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera
berubah wujudnya menjadi padat. Sublimasi terjadi jika pada sistem tersebut tekanan
diturunkan sampai mencapai di bawah triple point, maka zat dari keadaan uap dapat langsung
terkondensasi menjadi padatan atau sebaliknya.

Pada percobaan sublimasi ini digunakan sampel naftalen. Pada saat proses sublimasi,
mulut gelas beaker yang berisi sampel ditutup dengan gelas arloji dan digunakan kapas untuk
membantu penyumbatan. Hal ini bertujuan agar gas naftalen dan kristal yang terbentuk tidak
keluar ke lingkungan bebas. Es batu yang diletakkan diatas gelas arloji berfungsi untuk
mengkristalkan uap naftalen yang terbentuk karena pemanasan. Kristal yang terbentuk
tersebut disebabkan karena es batu pada gelas arloji yang memiliki suhu lebih rendah dari uap
sampel akan menurunkan suhu dari uap tersebut sehingga terbentuk kristal pada dasar gelas
arloji.

Pada saat dilakukan pemanasan, naftalen ternyata melewati fase cair terlebih dahulu
sebelum berubah ke fase gas. Hal ini tidak sesuai dengan teori sublimasi, dimana bila
senyawa padat dipanaskan akan menyublim, kemudian terjadi perubahan dari fase padat
menjadi gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.

Hal tersebut dapat digambarkan dengan grafik di bawah ini :


Gambar 1. Diagram fase perubahan wujud zat

Naftalen akan menyublim pada triple point 7 mmHg dan suhu 80C dalam keadaan
standar (Krisnadwi, 2013). Penyebab dari sampel yang melewati fase cair terlebih dahulu
sebelum berubah ke fase gas yaitu dikarenakan proses pemanasan dengan menggunakan api
langsung menyebabkan sampel mencapai triple point yang kemudian suhu dan tekanan
menjadi meningkat dengan cepat sehingga naftalen melebur (mencapai fase cair). Fase cair
kemudian berubah menjadi fase uap atau gas, hal ini tidak sesuai dengan teori sublimasi,
seharusnya dari fase padat langsung berubah menjadi fase gas. Setelah leburan naftalen
menguap selanjutnya terbentuk kristal dan kristal tersebut menempel pada bagian bawah
gelas arloji. Proses ini juga merupakan proses sublimasi, dimana terjadi perubahan wujud dari
fase gas menjadi padat yaitu uap naftalen yang berubah menjadi padatan (kristal).
Terbentuknya kristal naftalen disebabkan adanya perbedaan suhu dan tekanan pada bagian
bawah gelas beaker yang dipanaskan sehingga menyebabkan leburan naftalen menguap dan
dikarenakan bagian atas yang ditutup dengan kaca arloji dan diberikan es batu menurunkan
suhu dari uap yang terbentuk sehingga membentuk kristal (sublimasi).

Proses sublimasi dilakukan secara berulang hingga tidak ada lagi bahan yang
menyublim, hal ini dimaksudkan agar proses kristalisasi lebih maksimal. Saat proses
penyubliman terus dilanjutkan maka proses pemanasan juga terus berlangsung dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan es batu yang terdapat diatas kaca arloji
menjadi cepat mencair.

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh massa kristal dari naftalen yaitu 0,2504 gram
dari massa naftalen mula-mula 0,3 gram. Sehingga %yieldnya :

% yield =
%yield yang diperoleh sudah baik karena %yield yang baik adalah >80%.

Beberapa faktor yang menyebabkan %yield tidak 100% antara lain :

Kapas yang digunakan sebagai sumbat kurang rapat, sehingga terdapat uap dari
naftalen yang keluar ke lingkungan bebas

Kristal hasil sublimasi sangat ringan, sehingga menyebabkan kristal mudah terbang
saat akan dipindahkan ke cawan petri

Terdapat kristal hasil sublimasi yang tertinggal, baik pada spatula , dasar gelas arloji,
dinding gelas beaker, maupun kapas

Terdapat sampel naftalen yang belum teruapkan

Adanya pengotor pada sampel

Kristal naftalen yang terbentuk berwarna putih dan berbentuk seperti jarum. Kristal
naftalen yang diperoleh ditentukan titik lelehnya dengan cara memasukkan sedikit kristal
naftalen ke dalam kapiler dan dipanaskan di dalam waterbath yang berisi parafin. Titik leleh
literatur dari naftalen sebesar 80,2C , sedangkan berdasarkan percobaan titik leleh naftalen
sebesar 70C. Perbedaan ini disebabkan karena tekanan laboratorium yang lebih rendah dari
tekanan normal, sehingga menyebabkan titik lelehnya juga lebih rendah.

Jawab Pertanyaan

1. Sebutkan syarat yang harus dimiliki suatu senyawa atau padatan yang dapat dimurnikan
dengan proses sublimasi!
Jawab :
Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan di bawah T0 dan P0. T0 dan P0 adalah suhu
dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan setimbang antara fase padat, cair, dan
gas (titik triple)
Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Sampel untuk sublimasi mempunyai sifat kimia yang mudah menguap sehingga
memudahkan proses sublimasi
2. Berdasarkan hasil percobaan, apakah kristal yang diperoleh benar merupakan naftalen?
Jelaskan!
Jawab :
Kristal yang diperoleh benar merupakan naftalen. Karena berdasarkan percobaan, kristal
yang diperoleh berbentuk seperti jarum (monoklin) dengan bentuk kristal yang lebih tipis
dan jernih dari pada sebelum sublimasi.
Kesimpulan

1. %yield hasil kristalisasi sebesar 83,47%


2. Titik leleh naftalen hasil sublimasi sebesar 70C
3. Beberapa kriteria zat yang dapat disublimasi antara lain :
Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan di bawah T0 dan P0. T0 dan P0 adalah
suhu dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan setimbang antara fase padat,
cair, dan gas (titik triple)
Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Sampel untuk sublimasi mempunyai sifat kimia yang mudah menguap sehingga
memudahkan proses sublimasi
4. Senyawa hasil sublimasi berbentuk kristal seperti jarum dan berwarna putih

Daftar Pustaka

Adzani, Z. (2009, Oktober 14). Kimia Pemisahan. Retrieved Februari 22, 2017, from
adzanizune.blogspot.co.id: adzanizune.blogspot.co.id/2009/10/kimia-
pemisahan_14.html?m=1

Krisnadwi. (2013, February 05). Pemisahan Campuran : Sublimasi. Retrieved Februari 16,
2017, from https://bisakimia.com/2013/02/05/pemisahan-campuran-sublimasi/

Mutia, I. (2013). Sublimasi Kapur Barus.

Pujantara, D. (2014, September 14). ikip biologi. Retrieved Februari 11, 2017, from blogspot:
http://dimsologi.blogspot.co.id/2014/09/menyublim-atau-sublimasi.html

Siahaan, A. T. (n.d.). Laporan Naftalen. Scribd.

Anda mungkin juga menyukai