SUBLIMASI
Oleh:
SALATIGA
2017
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA SEPARASI
Tujuan
- Gelas beaker
- Cawan petri
- Kaki tiga
- Kasa
- Korek gas
- Pembakar bunsen
- Neraca analitik dengan ketelitian
empat angka di belakang koma
- Spatula
- Gelas arloji
- Kapiler
- Termometer
- Isolasi
- Statif dan klem
- Kapas
- Es batu
- Naftalen
- Parafin
Tabel 1. Data fisik bahan yang akan disublimasi
MW Bp Mp d
Senyawa Sifat khas
(g/mol) (C) (C) (g/cm3)
- Mudah menguap
- Tidak larut dalam air
Naftalen - Uapnya mudah
128,16 217,9 80,2 1,162
(C10H8) terbakar
- Padatan berwarna
putih
Metode
Hasil :
% yield =
Pembahasan :
Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan
menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera
berubah wujudnya menjadi padat. Sublimasi terjadi jika pada sistem tersebut tekanan
diturunkan sampai mencapai di bawah triple point, maka zat dari keadaan uap dapat langsung
terkondensasi menjadi padatan atau sebaliknya.
Pada percobaan sublimasi ini digunakan sampel naftalen. Pada saat proses sublimasi,
mulut gelas beaker yang berisi sampel ditutup dengan gelas arloji dan digunakan kapas untuk
membantu penyumbatan. Hal ini bertujuan agar gas naftalen dan kristal yang terbentuk tidak
keluar ke lingkungan bebas. Es batu yang diletakkan diatas gelas arloji berfungsi untuk
mengkristalkan uap naftalen yang terbentuk karena pemanasan. Kristal yang terbentuk
tersebut disebabkan karena es batu pada gelas arloji yang memiliki suhu lebih rendah dari uap
sampel akan menurunkan suhu dari uap tersebut sehingga terbentuk kristal pada dasar gelas
arloji.
Pada saat dilakukan pemanasan, naftalen ternyata melewati fase cair terlebih dahulu
sebelum berubah ke fase gas. Hal ini tidak sesuai dengan teori sublimasi, dimana bila
senyawa padat dipanaskan akan menyublim, kemudian terjadi perubahan dari fase padat
menjadi gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.
Naftalen akan menyublim pada triple point 7 mmHg dan suhu 80C dalam keadaan
standar (Krisnadwi, 2013). Penyebab dari sampel yang melewati fase cair terlebih dahulu
sebelum berubah ke fase gas yaitu dikarenakan proses pemanasan dengan menggunakan api
langsung menyebabkan sampel mencapai triple point yang kemudian suhu dan tekanan
menjadi meningkat dengan cepat sehingga naftalen melebur (mencapai fase cair). Fase cair
kemudian berubah menjadi fase uap atau gas, hal ini tidak sesuai dengan teori sublimasi,
seharusnya dari fase padat langsung berubah menjadi fase gas. Setelah leburan naftalen
menguap selanjutnya terbentuk kristal dan kristal tersebut menempel pada bagian bawah
gelas arloji. Proses ini juga merupakan proses sublimasi, dimana terjadi perubahan wujud dari
fase gas menjadi padat yaitu uap naftalen yang berubah menjadi padatan (kristal).
Terbentuknya kristal naftalen disebabkan adanya perbedaan suhu dan tekanan pada bagian
bawah gelas beaker yang dipanaskan sehingga menyebabkan leburan naftalen menguap dan
dikarenakan bagian atas yang ditutup dengan kaca arloji dan diberikan es batu menurunkan
suhu dari uap yang terbentuk sehingga membentuk kristal (sublimasi).
Proses sublimasi dilakukan secara berulang hingga tidak ada lagi bahan yang
menyublim, hal ini dimaksudkan agar proses kristalisasi lebih maksimal. Saat proses
penyubliman terus dilanjutkan maka proses pemanasan juga terus berlangsung dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan es batu yang terdapat diatas kaca arloji
menjadi cepat mencair.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh massa kristal dari naftalen yaitu 0,2504 gram
dari massa naftalen mula-mula 0,3 gram. Sehingga %yieldnya :
% yield =
%yield yang diperoleh sudah baik karena %yield yang baik adalah >80%.
Kapas yang digunakan sebagai sumbat kurang rapat, sehingga terdapat uap dari
naftalen yang keluar ke lingkungan bebas
Kristal hasil sublimasi sangat ringan, sehingga menyebabkan kristal mudah terbang
saat akan dipindahkan ke cawan petri
Terdapat kristal hasil sublimasi yang tertinggal, baik pada spatula , dasar gelas arloji,
dinding gelas beaker, maupun kapas
Kristal naftalen yang terbentuk berwarna putih dan berbentuk seperti jarum. Kristal
naftalen yang diperoleh ditentukan titik lelehnya dengan cara memasukkan sedikit kristal
naftalen ke dalam kapiler dan dipanaskan di dalam waterbath yang berisi parafin. Titik leleh
literatur dari naftalen sebesar 80,2C , sedangkan berdasarkan percobaan titik leleh naftalen
sebesar 70C. Perbedaan ini disebabkan karena tekanan laboratorium yang lebih rendah dari
tekanan normal, sehingga menyebabkan titik lelehnya juga lebih rendah.
Jawab Pertanyaan
1. Sebutkan syarat yang harus dimiliki suatu senyawa atau padatan yang dapat dimurnikan
dengan proses sublimasi!
Jawab :
Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan di bawah T0 dan P0. T0 dan P0 adalah suhu
dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan setimbang antara fase padat, cair, dan
gas (titik triple)
Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Sampel untuk sublimasi mempunyai sifat kimia yang mudah menguap sehingga
memudahkan proses sublimasi
2. Berdasarkan hasil percobaan, apakah kristal yang diperoleh benar merupakan naftalen?
Jelaskan!
Jawab :
Kristal yang diperoleh benar merupakan naftalen. Karena berdasarkan percobaan, kristal
yang diperoleh berbentuk seperti jarum (monoklin) dengan bentuk kristal yang lebih tipis
dan jernih dari pada sebelum sublimasi.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Adzani, Z. (2009, Oktober 14). Kimia Pemisahan. Retrieved Februari 22, 2017, from
adzanizune.blogspot.co.id: adzanizune.blogspot.co.id/2009/10/kimia-
pemisahan_14.html?m=1
Krisnadwi. (2013, February 05). Pemisahan Campuran : Sublimasi. Retrieved Februari 16,
2017, from https://bisakimia.com/2013/02/05/pemisahan-campuran-sublimasi/
Pujantara, D. (2014, September 14). ikip biologi. Retrieved Februari 11, 2017, from blogspot:
http://dimsologi.blogspot.co.id/2014/09/menyublim-atau-sublimasi.html