Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Termokimia dan Hukum Hess
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Ia adalah
asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa
ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani
dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif. Asam klorida memiliki sifat fisik cair,tanpa warna,dan tidak
berbau. Asam klorida memiliki massa jenis 1-1,1 g/cm3 dan memiliki massa
molekul 36,46 g/mol. Asam klorida larut dalam air,methanol,dan etanol.
Asam klorida dapat berbahaya jika tertelam, menyebabkan kerusakan kulit
dan kerusakan mata Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman
yaitu mencuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut dan
air sebelum makan, minum atau merokok dan ketika pulang kerja
,memberikan ventilasi yang baik di area proses untuk mencegah pembentukan
uap, dan jangan menghirup kabut, uap, semprotan. Rekomendasi pembuangan
limbah asam klorida yaitu membuang dengan cara yang aman sesuai dengan
peraturan lokal / nasional dan hindari pelepasan ke lingkungkungan. Asam
klorida memiliki sifat yang mudah terbakar,dapat dipadakan dengan media
busa,bubuk kering,karbon dioksida,semprotan air.,pasir,dan jangan gunakan
aliran air yang deras (LabChem,2020).
3.1.3 Aquadest
3.2.1 Termokimia
Cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan efek kalor yang menyertai
reaksi kimia disebut termokimia. Termokimia berkaitan erat dengan
penentuan kualitas kalor, baik melalui pengukuran maupun perhitungan.
Perhitungan ini memungkinkan untuk menemukan, secara tidak langsung,
kualitas kalor yang mugkin sulit atau mustahil untuk diukur secara langsung.
Semakin keras gerakanmolekul dalam suatu sistem, semakin panas sampel
dan besar energi termalnya. Energi termal sisem sangat bergantung pada
jumlah partikel yang ada sehingga sedikit sampel pada suhu yang tinggi,
dapat memiliki energi termal yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel
yang lebih besar pada suhu yang lebih rendah. Suhu dan energi termal harus
benar-benar dibedakan. Adanya perubahan perubahan energi yang dihasilkan
oleh aksi gaya melalui jarak, yaitu kerja, dan perubahan energi yang
melibatkan transfer energi termal yaitu kalor (Petrucci, 1992).
Reaksi kimia dapat melepaskan atau menyerap kalor. Reaksi kimia dengan
sistem melepaskan kalor ke lingkungan disebut reaksi eksoterm sedangkan
reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Pada
reaksi endoterm entalpi sistem bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih
besar daripaa entalpi pereaksi (HR) Oleh karena itu, perubahan entalpinya
bertanda positif. Sebaliknya pada reaksi eksoterm, entalpi sistem berkurang,
artinya entalpi produk (HP) lebih kecil daripada entalpi pereaksi (HR). Oleh
karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif (Parning dkk, 2006:50).
a. Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi
eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin
berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi reaksi
(Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta
mengeluarkan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
b. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi endoterm,
sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah,
artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr). Akibatnya,
perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu serta
memerlukan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
Contoh-contoh reaksi eksoterm dan endoterm:
1). Logam natrium dimasukkan dalam air
Reaksi tersebut berlangsung dengan cepat dan menimbulkan
ledakan. Setelah reaksi berlangsung, suhu larutan lebih tinggi dari suhu
lingkungan sehingga otomatis kalor mengalir dari sistem ke
lingkungan. Jadi reaksi ini adalah reaksi eksoterm.
2). Pembuatan etanol dari hasil peragian glukosa
Reaksi tersebut berlangsung lambat dengan hasil sampingan berupa
gas CO2. Setelah reaksi berlangsung, suhu sistem lebih tinggi dari suhu
lingkungan sehingga kalor akan mengalir dari sistem ke lingkungan.
Reaksi ini adalah reaksi eksoterm.
Gambar 3.1
(Sumber: Fitri,2013)
Pengukuran suatu jumlah dari kalor yang dilepaskan pada sebuah reaksi
kimia disebut kalorimetri, Sedangkan alat yang dipakai dalam mengukur
perubahan entalpi dari reaksi disebut dengan kalorimeter. Banyak kalor yang
dikeluarkan ataupun diserap yang diperoleh dengan meletakkan kuantitas
yang ditimbang dari banyak pereaksi di dalam wadah, dengan membiarkan
suatu reaksi berlangsung, dan mencatat sebuah perubahan temperatur air di
sekitar tersebut. Dari bobot bahan yang terlibat antara lain, (air, hasil reaksi,
dan kalorimeter), perubahan temperaturnya, dan kapasitas panas, maka
banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung (Keenan, 1984).
4.1.1 Alat
- Kalorimeter sederhana
- Termometer celcius
- Gelas Ukur 50 mL
- Botol Semprot
- Pipet Tetes
- Spatula
- Kaca Arloji
- Bunsen
- Kaki Tiga
- Korek Api
- Neraca Analitik
4.1.2 Bahan
- Aquades
- NaOH
Aquades
Hasil
NaOH
Hasil
4.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dan larutan NaOH
NaCl + H2O
5.1 Data
a. Menentukan kalor jenis kalorimeter
Suhu Rata - rata
T1 29 ° C 28,6
28 ° C
29 ° C
T2 65 ° C
T3 43 ° C 42,6
43 ° C
42 ° C
5.2 Perhitungan
Jumlah kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH adalah
q1 = (massa air panas x Δt x kalor jenis air) + (Cp x Δt)
= (0,1 g x 5 °C x 4,2 joule/g.°C) + (126 joule/°C x 5°C)
= (2,1) + (630)
= 632,1 joule
Kalor pelarutan ΔH1 adalah kalor yang menyertai pelarutan satu mol suatu
zat
q1
ΔH1 =
mol NaOH
632,1 joule
=
0,05 mol
= 12642 joule/mol
5.2.3 Perhitungan dalam menentukan kalor reaksi larutan HCl dengan larutan
NaOH
Maka, kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi adalah
ΔH2
q1
ΔH2 =
0,025 mol
1092 joule
=
0,025 mol
= 43680 joule/mol
5.2.4 Perhitungan dalam menentukan kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH
padat
Besarnya kalor yang menyertai reaksi 1 mol NaOH dengan HCl adalah
ΔH3
q3
ΔH3 =
mol NaOH
4204,2 joule
=
0,05 mol
= 84084 joule/mol
6.1.3 Tabel Hasil Kalor Reaksi Antara Larutan Hcl dengan Larutan NaOH
6.2 Pembahasan
Termokimia berkaitan erat dengan penentuan kualitas kalor, baik melalui
pengukuran maupun perhitungan. Perhitungan ini memungkinkan untuk
menemukan, secara tidak langsung, kualitas kalor yang mugkin sulit atau
mustahil untuk diukur secara langsung. Semakin keras gerakan molekul dalam
suatu sistem, semakin panas sampel dan besar energi termalnya. Energi termal
sisem sangat bergantung pada jumlah partikel yang ada sehingga sedikit sampel
pada suhu yang tinggi, dapat memiliki energi termal yang lebih kecil
dibandingkan dengan sampel yang lebih besar pada suhu yang lebih rendah.
Suhu dan energi termal harus benar-benar dibedakan.
Campuran air panas dan dingin yang berada dalam kalorimeter diaduk
dengan baik dan catat suhu tertingginya sebagai t3 (42,6°C). Pengadukan dari
kedua campuran dalam kalorimeter tersebut bertujuan untuk menentukan tetapan
kalorimeter. Setelah dilakukan percobaan, dilakukan beberapa perhitungan
sehingga menghasilkan ∆t4 = 14°C dan ∆t5 = 22,4°C. Didapatkan hasil
perhitungan kalor seperti berikut q1 = 4704 J, q2 = 2940 J dan q3 = 1764 J. Dari
data perhitungan yang diperoleh kita dapat menentukan tetapan kalorimeter
sebesar 126 J/°C.
Percobaan ketiga yaitu percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan HCl
dan larutan NaOH yang dilakukan dengan cara 50 ml larutan HCl 0,5 M
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Langkah selanjutnya larutan HCl 0,5 M
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1 (26,6°C). 50
ml larutan NaOH 0,5 M dipindahkan ke dalam gelas kimia dan didiamkan
beberapa saat, ukur dan catat suhunya dengan tepat.
Percobaan ketiga ini digunakaan bahan yaitu larutan HCl dan larutan
NaOH. Penggunaan HCl dan NaOH bertujuan untuk menentukan kalor
penetralan dari reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Penggunan NaOH pada
percobaan ini berbentuk cairan bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga
dapat menentukan kalor penetralan. Dari perhitungan di atas didapat q1 sebesar
1092 J. Dari q1 tersebut digunakan untuk mencari perubahan entalpi atau ∆H2
dan didapat hasil sebesar 43,680 kj/mol.
VI. Kesimpulan
6.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada
suatu perubahan atau reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter berlangsung
secara adiabatik, yaitu tidak ada kalor yang keluar atau masuk dari
kalorimeter. Kalorimetri adalah proses pengukuran jumlah kalor reaksi yang
diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dalam suatu eksperimen.
Praktikum ini menggunakan kalorimeter sederhana dan didapatkan hasil
tetapan kalorimeter sebesar 126 J/°C.
______________________________________________________ +
VII. Saran
Pada kegiatan praktikum kali ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan
dengan baik dan .Praktikan sebelumnya harus mempelajari materi dan tata
cara praktikum di modul dan mempersiapkan diri materi-materi yang akan
dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat dan sesuai
prosedur praktikum. Praktikan juga harus bekerja sesuai intruksi dari asisten
praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Jilid 2, Cet. Ke4. terj Suminar Achmadi
.Jakarta: Erlangga
Lampiran