Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Oleh:

Nama : Permata Dian Pertiwi


NIM : 201910801055
Kelas/Kelompok: Teknik Perminyakan/5
Asisten : Febiola Silvia Ningsih

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Termokimia dan Hukum Hess

II. Tujuan Penulisan

- Menentukan kalor jenis kalorimeter

- Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆H1 , ∆H2 dan ∆H3

- Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlangsung bertahap

III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida memiliki sifat fisik cair,berwarna kebiruan,dan tidak


berbau. Natrium hidroksida berbentuk kristal padat,bubuk kristal ,dan
serpihan. Natrium hidroksida yang tersedia secara umum dikenal dengan
sebutan natrium soda api/soda kaustik. Natrium hidroksida memiliki pH 14
dan memiliki kelarutan larut secara eksotermis dalam air,larut dalam
etanol,larut dala methanol,dan larut dalam gliserol. Natrium hidroksida
memiliki berat 40 g/mol dan dengan titik didih 1388°C dan titik lebur 323°C.
Natrium hidroksida tidak memiliki sifat peledak dan sifat pengoksidasi.
Penyimpanan untuk natrium hidroksida adalah dengan menjauhkan dari
bahan yang mudah terbakar, logam, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Suhu
penyimpanan harus 20°C dan disimpan di tempat yang kering dengan syarat
kedap udara, kedap air, tahan korosi. Natrium hidroksida bersifat korosif dan
memiliki efek samping dapat menyebabkan melepuh saat terkena kulit dan
dapat menyebabkan kerusakan mata yang serius. Penanganan pertama apabila
terkena natrium hiroksida pada kontak adalah lepaskan kontak dan segera
bilas dengan air selama 15 menit jangan menggunakan salep mata dan segera
hubungi dokter apabila terkena kulit segera cuci pada bagian yang terkena
dan pakaikan sabun non abrasif dengan tutupi kulit yang teriritasi dan segera
cari pertolongan medis apabila iritasi lebih (Labcem,2020).

3.1.2 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Ia adalah
asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa
ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani
dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif. Asam klorida memiliki sifat fisik cair,tanpa warna,dan tidak
berbau. Asam klorida memiliki massa jenis 1-1,1 g/cm3 dan memiliki massa
molekul 36,46 g/mol. Asam klorida larut dalam air,methanol,dan etanol.
Asam klorida dapat berbahaya jika tertelam, menyebabkan kerusakan kulit
dan kerusakan mata Tindakan pencegahan untuk penanganan yang aman
yaitu mencuci tangan dan area lain yang terbuka dengan sabun lembut dan
air sebelum makan, minum atau merokok dan ketika pulang kerja
,memberikan ventilasi yang baik di area proses untuk mencegah pembentukan
uap, dan jangan menghirup kabut, uap, semprotan. Rekomendasi pembuangan
limbah asam klorida yaitu membuang dengan cara yang aman sesuai dengan
peraturan lokal / nasional dan hindari pelepasan ke lingkungkungan. Asam
klorida memiliki sifat yang mudah terbakar,dapat dipadakan dengan media
busa,bubuk kering,karbon dioksida,semprotan air.,pasir,dan jangan gunakan
aliran air yang deras (LabChem,2020).

3.1.3 Aquadest

Aquadest memiliki bentuk fisik yang cair,tidak mempunyai warna dan


bau, juga tidak memiliki ambang bau. Aquadest memiliki pH berkisar 6 – 7,5
pada 100 g/l. Aquadest juga memiliki titik lebur 0°C dan titik didih 100°C
pada 1.013 hPa. Titik nyala pada aquadest tidak berlaku. Aquadest tidak
memiliki informasi mengenai laju penguapan dan flamabilitas. Aquadest
tidak memiliki batas ledakan terendah dan tertinggi. Aquadest memiliki
tekanan uap 23 hPa pada 20°C dengan densitas uap relatif tidak tersedia
informasi pada akuades. Akuades sendiri memiliki densitas 1.00 g/cm3 pada
20°Akuades tidak tersedia kerapatan relatif dan informasi yang berkaitan.
Penanganan dan pencegahan jika terkena akuades adalah dengan cara dibilas
dengan air hingga. Akuades juga tidak boleh ditelan dan diminum karena
bisa membahayakan tubuh (Labchem, 2020)
3.2 Tinjauan Pustaka

3.2.1 Termokimia

Cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan efek kalor yang menyertai
reaksi kimia disebut termokimia. Termokimia berkaitan erat dengan
penentuan kualitas kalor, baik melalui pengukuran maupun perhitungan.
Perhitungan ini memungkinkan untuk menemukan, secara tidak langsung,
kualitas kalor yang mugkin sulit atau mustahil untuk diukur secara langsung.
Semakin keras gerakanmolekul dalam suatu sistem, semakin panas sampel
dan besar energi termalnya. Energi termal sisem sangat bergantung pada
jumlah partikel yang ada sehingga sedikit sampel pada suhu yang tinggi,
dapat memiliki energi termal yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel
yang lebih besar pada suhu yang lebih rendah. Suhu dan energi termal harus
benar-benar dibedakan. Adanya perubahan perubahan energi yang dihasilkan
oleh aksi gaya melalui jarak, yaitu kerja, dan perubahan energi yang
melibatkan transfer energi termal yaitu kalor (Petrucci, 1992).

Kalor adalah salah satu bentuk energi. Energi diartikan kemampuan


untuk melakukan kerja. Beberapa sebutan dalam termokimia yang harus
diketahui adalah sistem dan lingkungan. Sistem yaitu sekumpulan elemen
atau unsur yang saling mempengaruhi anara satu dengan yang lain.
Lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem (Foliatini, 2008).
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia disebut termokimia. Menganalisis perubahan energi pada suatu reaksi
kimia pertama-tama kita harus mendefinisikan sistem, atau bagian tertentu
dari alam yang menjadi perhatian kita. Sistem biasanya mencakup zat-zat
yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sisa alam yang berada diluar
sistem disebut lingkungan. Setiap proses yang melepaskan kalor yaitu
perpindahan energi termal kelingkungan disebut proses eksotermik. Proses
endotermik dimana kalor disalurkan kesistem oleh lingkungan (Chang, 2003 :
161).
Kajian tentang kalor dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termodinamika merupakan cabang dari termokimia karena
tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Saat mengukur (secara tak
langsung,dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang
dihasilkan oleh reaksi dengan kalor dan dikenal sebagai q, bergantung pada
kondisinya,apakah dengn perubahan energi dalam atau perubahan entalpi.
(Altkins, 1999).

Kebanyakan reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan


tetap (tekanan atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan
tetap (dimana volume dapat berubah) dapat berbeda dari perubahan energi
dalam (∆E). Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan
tetap para ahli mendefinisikan suatu besaran termodinamika, yaitu entalpi
(H). Entalpi menyatakkan kandungan kalor zat atau sistem. Perubahan entalpi
(∆H) dari suatu reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau
dibebaskan oleh reaksi itu (Chang, 2004).

3.2.2 Hukum Hess

Perubahan entalpi dan reaksi-reaksi kimia dapat ditentuka secara


laboratorium menggunakan alat calorimeter.Namun demikian, banyak reaksi
kimia yang ukar, bahkan tidak mungkin diukur secara
laboratorium.Contohnya reaksi pembentukan etanol dari unsure-unsurnya.
Persamaan kimianya:
C(s) + 2H2(g) + 1/2 O2(g) CH3OH(l)……(3.1)
Berdasarkan sejumlah percobaan yang dilakukan dan sifat-sifat entalpi, Hess
mengajukan temuannya yaitu, oleh karena entalpi adalah suatu fungsi
keadaan, maka perubahan entalpi yang berlangsung dari keadaan awal ke
keadaan akhir tidak bergantung pada jalannya reaksi. Dengan kata lain,
perubahan kalor dalam suatu reaksi hanya bergantung pada keadaan awal
(pereaksi) dan keadaan akhir (hasil reaksi). Besarnya perubahan kalor selalu
tetap walaupun reaksi itu dilangsungkan dalam satu tahap atau sederet
tahap.Prinsip ini dikenal sebagai Hukum Hess. Kalorimetri menjadi dasar
pada kenaikan suhu dalam tingkatan medium. Kalor yang ada pada zat,
banyak dibutuhkan untuk proses kenaikan suhu dalam 1 gram zat dalam 1°C.
banyaknya sebuah kalor yang bisa masuk dan keluar dari sebuah zat, dapat
dirumuskan sebagai berikut.
q = c. ΔT…………….(3.2)
ΔT merupakan suhu yang berubah dari tf – ti. Dalam tf diwujudkan sebagai
temperature final. Kemudian ti berupa temperature initial.
q = C.( tf – ti)…………..(3.3)
Persamaan kalor spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut.
q = m.c. ΔT………..(3.4)
m adalah massa gram yang berasal dari sebuah zat, lalu diserap oleh kalor.
Untuk penulisan rumusnya adalah C = m.c (Chang, 2004).

Penggunaan lambang Σ artinya penjumlahan dari atau jumlah


keseluruhan. Perubahan entalpi atau ΔH dapat diketahui dengan
menggunakan rumus. Rumus tersebut sudah ditetapkan oleh para ahli kimia.
ΔH = Σ produk – Σ pereaksi
Endotermik adalah kondisi entalpi produk lebih kecil dari pereaksi.
Kemudian untuk endotermik adalah kondisi entalpi pereaksi lebih kecil dari
produk. Pada reaksi ini, terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem
sehingga suhu lingkungan turun dan menjadi lebih dingin (Keenan 1980).

Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi


berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif
karena kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi
endotermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian ∆H
akan bernilai positif. (Bird, 1993).

Reaksi kimia dapat melepaskan atau menyerap kalor. Reaksi kimia dengan
sistem melepaskan kalor ke lingkungan disebut reaksi eksoterm sedangkan
reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Pada
reaksi endoterm entalpi sistem bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih
besar daripaa entalpi pereaksi (HR) Oleh karena itu, perubahan entalpinya
bertanda positif. Sebaliknya pada reaksi eksoterm, entalpi sistem berkurang,
artinya entalpi produk (HP) lebih kecil daripada entalpi pereaksi (HR). Oleh
karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif (Parning dkk, 2006:50).

3.2.3 Reaksi Eksoterm dan Endoterm

a. Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi
eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin
berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi reaksi
(Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta
mengeluarkan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
b. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi endoterm,
sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah,
artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr). Akibatnya,
perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu serta
memerlukan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
Contoh-contoh reaksi eksoterm dan endoterm:
1). Logam natrium dimasukkan dalam air
Reaksi tersebut berlangsung dengan cepat dan menimbulkan
ledakan. Setelah reaksi berlangsung, suhu larutan lebih tinggi dari suhu
lingkungan sehingga otomatis kalor mengalir dari sistem ke
lingkungan. Jadi reaksi ini adalah reaksi eksoterm.
2). Pembuatan etanol dari hasil peragian glukosa
Reaksi tersebut berlangsung lambat dengan hasil sampingan berupa
gas CO2. Setelah reaksi berlangsung, suhu sistem lebih tinggi dari suhu
lingkungan sehingga kalor akan mengalir dari sistem ke lingkungan.
Reaksi ini adalah reaksi eksoterm.

3). Urea dilarutkan dalam air


Reaksi ini berlangsung cepat. Setelah urea melarut, suhu sistem
lebih rendah dari suhu lingkungan sehingga kalor mengalir dari
lingkungan ke sistem. Reaksi ini adalah reaksi endoterm.
4). Reaksi antara gas N2 dengan gas O2
Reaksi ini berlangsung pada suhu tinggi. Setelah reaksi berlangsung,
suhu sistem mengalami penurunan sehingga kalor mengalir dari
lingkungan ke sistem. Reaksi ini adalah reaksi endoterm.
(Parning dkk, 2006:50)
3.2.4 Kalorimeter

Gambar 3.1

(Sumber: Fitri,2013)

Kalorimeter merupakan sebuah alat yang dipergunakan untuk mengukur


perubahan suatu kalor. Salah satu contoh dari kalorimeter yaitu, kalorimeter
bom. Sistem termodinamika merupakan suatu isi dari kalorimeter, diantara
macamnya : reaktan, produk bom, air dari tempat bom thermometer, dan
sebuah pengaduk yang menjadi lingkungan tersebut (Petrucci, 1987).

Pengukuran suatu jumlah dari kalor yang dilepaskan pada sebuah reaksi
kimia disebut kalorimetri, Sedangkan alat yang dipakai dalam mengukur
perubahan entalpi dari reaksi disebut dengan kalorimeter. Banyak kalor yang
dikeluarkan ataupun diserap yang diperoleh dengan meletakkan kuantitas
yang ditimbang dari banyak pereaksi di dalam wadah, dengan membiarkan
suatu reaksi berlangsung, dan mencatat sebuah perubahan temperatur air di
sekitar tersebut. Dari bobot bahan yang terlibat antara lain, (air, hasil reaksi,
dan kalorimeter), perubahan temperaturnya, dan kapasitas panas, maka
banyaknya perubahan kalor selama reaksi dapat dihitung (Keenan, 1984).

Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikan suhunya sebesar


1° C disebut tetapan kalorimeter. Salah satu cara yang digunakan untuk
menentukan tetapan kalorimeter ialah dengan mencantumkan sejumlah “air
dingin” dengan Massa mol, dan suhunya T dengan sejumlah “air panas”
dengan massa mol, dan suhunya T di dalam kalorimeter yang ditentukan
tetapannya pada temperatur air yang dicampurkan tidak lebih dari 30. Jika
kalorimeter tidak menyerap kalor dari campuran ini. Kalor yang diberikan air
panas harus sama dengan kalor yang diserap air dingin. Harga tetapan
kalorimeter degan temperaturnya tidak langsung dapat diukur, yang dapat
diukur adalah perubahan temperaturnya (Tim Penyusun,2011).
IV. Metode Penelitian

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

- Kalorimeter sederhana

- Termometer celcius

- Gelas kimia 200 mL

- Gelas Ukur 50 mL

- Botol Semprot

- Pipet Tetes

- Spatula

- Kaca Arloji

- Bunsen

- Kaki Tiga

- Korek Api

- Neraca Analitik

4.1.2 Bahan

- Aquades

- NaOH

- Larutan HCl 0,5 M

- Larutan NaOH 0,5 M


4.2 Skema Kerja

4.2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter

Aquades

- Disiapkan aquades sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur


- Dimasukkan aquades sebanyak 50 mL yang telah diukur ke
dalam kalorimeter
- Dimasukkan thermometer kemudian diukur suhunya sebanyak
3 kali dan dicatat sebagai t1
- Dipanaskan 50 mL aquades dalam gelas kimia 200 mL sampai
suhu sekitar 65° C dan dicatat suhu tepatnya sebagai t2
- Dituangkan aquades yang telah dipanaskan ke dalam
kalorimeter kemudian segera ditutup.
- Diaduk kalorimeter dengan baik
- Diukur suhunya dan dicatat suhu tertingginya sebagai t3
terakhir dihitung kalor jenis kalorimeternya

Hasil

4.2.2 Kalor pelarutan NaOH

NaOH

- Disiapkan aquades sebanyak 100 mL menggunakan


gelas ukur 50 mL
- Dimasukkan 100 mL aquades yang telah diukur ke
dalam kalorimeter
- Dimasukkan thermometer kemudian diukur suhunya
dengan tepat dan dicatat suhu nya sebagai t1
- Ditimbang NaOH padat sekitar 2 gram dan dicatat berat
tepatnya
- Ditutp kalorimeter kemudian diaduk dengan cepat
sehingga NaOH larut
- Dimasukkan thermometer kemudian diukur suhu
tertinggi sebagai t2

Hasil
4.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dan larutan NaOH

HCl + NaOH (l)

- Disiapkan sebanyak 50 mL HCl 0,5 M menggunakan gelas


ukur
- Didiamkan beberapa saat
- Dimasukkan thermometer kemudian didiamkan beberapa saat,
lalu diukur dan dicatat suhu nya dengan tepat sebagai t1
- Dikeluarkan thermometer dan ditutup kembali dengan sumbu
- Dilakukan kalibrasi terhadap kalorimeter
- Disiapkan NaOH 0,5 M sebanyak 50 mL menggunakan gelas
ukur
- Dipindahkan 50 mL NaOH 0,5 M ke dalam gelas kimia
- Diukur suhu nya menggunakan thermometer dan dicatat
suhunya sebagai t2
- Dituangkan 50 mL NaOH 0,5 M ke dalam kalorimeter yang
berisi 50 mL HCl
- Ditutup dan diaduk kalorimeter dengan cepat
- Dimasukkan thermometer dan dicatat suhu nya

NaCl + H2O

4.2. 2 Kalor reaksi antara larutan HCl dan NaOH


padatan

HCl + NaOH (s)

- Disiapkan sebanyak 100 mL HCl 0,5 M menggunakan gelas ukur


50 mL
- Dituangkan 50 mL HCl 0,5 M yang sudah diukur ke dalam
kalorimeter
- Dituangkan kembali 50 mL HCl 0,5 M ke dalam kalorimeter
sehingga volume HCl 0,5 M pada calorimeter adalah 100 mL
- Didiamkan beberapa saat hingga suhu konstan kemudian diukur
dan dicatat suhu nya sebagai t1
- Ditimbang sekitar 2 gram NaOH padat menggunakan neraca
analitik
- Dimasukkan padatan NaOH ke dalam kalorimeter yang berisi 100
mL HCL 0,5 M
- Dibuka sumbu penutup dan dimasukkan thermometer
- Didiamkan beberapa saat hingga suhu konstan kemudian diukur
dan dicatat suhu tertingginya sebagai t3
NaCl + H2O

4.3 Prosedur Percobaan

4.3.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter

Langkah pertama kalorimeter diisi dengan 50 mL aquades kemudian


diamkan aquades selama 5 menit dan catat suhu dari aquades tersebut. Aquades
50 mL dipanaskan dalam gelas kimia 200 mL sampai suhu 65°C dan segera
tuangkan segera ke dalam kalorimeter apabila telah mencapai suhu yang
ditentukan dan kemudian aduk dengan baik.

4.3.2 Kalor pelarutan NaOH

Kalorimeter diisi dengan 100 mL aquades kemudian diamkan selama


beberapa saat dan catat suhu yang terbentuk dari aquades tersebut. NaOH
padatan ditimbang sekitar 2 gram dan catat berat tepatnya. NaOH dimasukkan
ke dalam kalorimeter kemudian diaduk hingga seluruh NaOH padatan terlarut
bersama aquades.

4.3.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dan larutan NaOH

Larutan HCl 0,5 M sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam kalorimeter


kemudian didiamkan untuk beberapa saat dan dicatat suhu yang terbentuk.
Larutan NaOH 0,5 M sebanyak 50 mL diukur dan dipindahkan ke dalam gelas
kimia kemudian didiamkan dan di catat suhu yang terbentuk. NaOH 50 mL
dituangkan ke dalam kalorimeter. NaOH 50 mL diaduk dengan cepat hingga
terlarut.

4.3.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padatan

Larutan HCl 0,5 M sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam kalorimeter


kemudian didiamkan untuk beberapa saat dan dicatat suhu yang terbentuk.
NaOH padat sebesar 2 gram ditimbang dan di catat berat tepatnya. NaOH
dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diaduk hingga terlarut semuanya.
V. Data dan Perhitungan

5.1 Data
a. Menentukan kalor jenis kalorimeter
Suhu Rata - rata
T1 29 ° C 28,6
28 ° C
29 ° C
T2 65 ° C
T3 43 ° C 42,6
43 ° C
42 ° C

b. Kalor pelarut NaOH


Suhu Rata -rata Massa NaOH
T1 28 ° C 27,6 2,05 gram
28 ° C
27 ° C
T2 33 ° C 32,6
33 ° C
32 ° C

c. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH


Senyawa T Suhu Rata - rata
HCl T1 27 ° C 26,6
27 ° C
26 ° C
NaOH T2 27 ° C 26,6
27 ° C
26 ° C
HCl + NaOH T3 29 ° C 28,6
29 ° C
28 ° C

d. Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat


Senyawa T Suhu Rata -rata Massa NaOH
HCl T1 27 ° C 26,6 2 gram
27 ° C
26 ° C
Hcl + NaOH T3 35 ° C 34,3
34 ° C
34 ° C

5.2 Perhitungan

5.2.1 Perhitungan dalam menentukan kapasitas kalor kalorimeter (cp)

 Kalor yang dilepas air panas


q1 = panas jenis air x Δt5 x massa air
= 4,2 joule/g.°C x 22,4°C x 50 g
= 4704 joule

 Kalor yang diterima air dingin


q2 = panas jenis air x Δt4 x massa air
= 4,2 joule/g.°C x 14°C x 50 g
= 2940 joule

 Kalor yang diterima kalorimeter


q3 = q1 – q2
= 4704 – 2940
= 1764 joule

 Kapasitas kalor kalorimeter


q3
Cp =
Δt 4
1764
=
14
= 126 joule/°C

5.2.2 Perhitungan dalam menentukan kalor pelarutan NaOH

Suhu air dingin, t1 : 27,6°C


Massa NaOH = 2,05 g : Jumlah mol NaOH= 0,05 mol
Suhu larutan, t2 : 32,6°C
Δt=t2-t1 : 5 °C
Volume air= 100 mL : massa air = 0,1 gram
Kapasitas kalor kalorimeter, Cp : 126 joule/°C
Kalor yang diserap kalorimeter, q3 : 1764 joule

 Jumlah kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH adalah
q1 = (massa air panas x Δt x kalor jenis air) + (Cp x Δt)
= (0,1 g x 5 °C x 4,2 joule/g.°C) + (126 joule/°C x 5°C)
= (2,1) + (630)
= 632,1 joule

 Kalor pelarutan ΔH1 adalah kalor yang menyertai pelarutan satu mol suatu
zat
q1
ΔH1 =
mol NaOH
632,1 joule
=
0,05 mol
= 12642 joule/mol

5.2.3 Perhitungan dalam menentukan kalor reaksi larutan HCl dengan larutan
NaOH

Suhu larutan HCl, t1 : 26,6°C


Suhu larutan NaOH, t2 : 26,6°C
(t 1+ t 2) (26,6+26,6)
Suhu awal rata-rata, t : = 26,6 ̊C
2 2
Suhu campuran, t3 : 28,6°C
Perubahan suhu, Δt = t3 - t : (28,6-26,6)°C = 2°C
Massa larutan : 100 gram

 Kalor yang menyertai reaksi antara HCl dan NaOH adalah q1


q1 = (massa larutan x Δt x kalor jenis larutan) + (Cp x Δt)
= (100 gram x 2°C x 4,2 joule/g.°C) + (126 joule/°C x 2°C)
= (840) + (252)
= 1092 joule

Jumlah mol NaOH yang bereaksi adalah :


0,5 mol /l
Mol NaOH = 50 ml x
1000 mol /l
= 0,025 mol
Kalor sebesar q1 dihasilkan oleh reaksi antara 0,025 mol NaOH dengan
HCl
Kalor netralisasi, ΔH2 adalah kalor yang menyertai reaksi netralisasi 1 mol
basa dengan asam.

 Maka, kalor yang dihasilkan oleh setiap mol NaOH yang bereaksi adalah
ΔH2
q1
ΔH2 =
0,025 mol
1092 joule
=
0,025 mol
= 43680 joule/mol

5.2.4 Perhitungan dalam menentukan kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH
padat

Suhu larutan HCl= suhu awal kalorimeter, t1 : 26,6°C


Massa NaOH= 2 gram : mol NaOH = 0,05 mol
Suhu campuran, t3 : 34,4°C
Δt = t3 - t1 : (34,3-26,6)°C = 7,7°C
Massa larutan HCl : 100 gram

 Besarnya kalor yang dihasilkan oleh 0,05 mol NaOH adalah q3


q3 = (massa larutan x Δt x kalor jenis larutan) + (Cp x Δt)
= (100 gram x 7,7°C x 4,2 joule/g.°C) + (126 joule/°C x 7,7°C)
= (3234) + (970,2)
= 4204,2 joule

 Besarnya kalor yang menyertai reaksi 1 mol NaOH dengan HCl adalah
ΔH3
q3
ΔH3 =
mol NaOH
4204,2 joule
=
0,05 mol

= 84084 joule/mol

IV. Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil
6.1.1 Tabel Hasil Menetukan Kalor Jenis Kalorimeter
t1 = 29 °C, 28 °C, 29 °C 28,67 °C
t2 = 65 °C 65 °C
t3 = 43 °C, 43°C, 42°C 42,67 °C
∆t4 = t3 – t2 = 14°C
∆t5 = t3 – t1 = 22,4°C
q1 = 4704 joule
q2 = 2940 joule
q3 = 1764 joule
Cp =126 joule/°C

6.1.2 Tabel Hasil Kalor Pelarutan NaOH.

t1 = 28°C, 28°C, 27°C 27,67 °C


t2 = 33°C , 33°C, 32°C 32,67 °C
∆t = t2 – t1 = 5 °C
m NaOH = 2,05 gram ,n NaOH = 0,05 mol
Vair = 100 mL ,mair = 100 gram
q1 = 632,1 joule
Cp =126 joule/°C
∆H1 = 12642 joule/mol

6.1.3 Tabel Hasil Kalor Reaksi Antara Larutan Hcl dengan Larutan NaOH

t1 = 27°C , 27 °C, 26 °C 26,67 0 C


t2 = 27 °C, 27 °C, 26 °C 26,67 0 C
t3 = 29 °C, 29 °C, 28 °C 28,67 0 C
t +t
t = 1 2 = 26,67°C
2
∆t = t3 – t = 2
m larutan = 100 g
n NaOH = 0,025 mol
q1 = 1092 joule
∆H2 = 43680 joule/mol

t1 = 27 °C, 27 °C, 26 °C 26,67 °C


t2 = 35 °C, 34 °C, 34 °C 34,33 °C
∆t = t3 – t1 = 7,7°C
m NaOH = 2 gram ,n NaOH = 0,05 mol
m HCl = 100 g
q3 = 4204,2 joule
∆H3 = 84084 joule/mol
6.1.4 Tabel Hasil Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

6.2 Pembahasan
Termokimia berkaitan erat dengan penentuan kualitas kalor, baik melalui
pengukuran maupun perhitungan. Perhitungan ini memungkinkan untuk
menemukan, secara tidak langsung, kualitas kalor yang mugkin sulit atau
mustahil untuk diukur secara langsung. Semakin keras gerakan molekul dalam
suatu sistem, semakin panas sampel dan besar energi termalnya. Energi termal
sisem sangat bergantung pada jumlah partikel yang ada sehingga sedikit sampel
pada suhu yang tinggi, dapat memiliki energi termal yang lebih kecil
dibandingkan dengan sampel yang lebih besar pada suhu yang lebih rendah.
Suhu dan energi termal harus benar-benar dibedakan.

Praktikum kimia kali ini membahas mengenai penerapan termokimia dan


hukum hess dalam mencari perubahan ∆H pada suatu reaksi yang menggunakan
kalorimeter sederhana. Praktikum dilakukan dengan 4 percobaan yang berbeda-
beda. Pada percobaan pertama dilakukan dengan percobaan mengenai
menentukan kalor jenis kalorimeter. Percobaan kedua dilakukan percobaan kalor
pelarutan NaOH. Percobaan ketiga dilakukan dengan percobaan mengenai kalor
reaksi antara larutan HCl dan larutan NaOH. Percobaan keempat dilakukan
dengan percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH
padat. Percobaan pertama dilakukan untuk menentukan kapasitas kalor
kalorimeter. Percobaan kedua,ketiga,dan keempat dilakukan untuk mendapatkan
nilai ∆H1, ∆H2, ∆H3.

Percobaan pertama yaitu percobaan mengenai menentukan kalor jenis


kalorimeter yang dilakukan dengan cara kalorimeter diisi dengan 50 ml akuades,
diamkan selama 5 detik dan catat suhunya sebagai t1 (28,6°C). Didiamkan selama
5 detik bertujuan agar mengetahui perubahan kalor dari aquades. Langkah
selanjutnya yaitu 50 ml aquades dipanaskan dalam gelas kimia 200 ml sampai
suhu sekitar 65 °C. Suhu tepatnya dicatat untuk menentukan tetapan
kalorimeternya sebagai t2 (65°C). Setelah dipanaskan segera tuangkan ke dalam
kalorimeter. Tujuan penggunaan air panas dan air dingin biasa adalh untuk
menentukan harga penurunan air panas dan kenaikan temperatur air dingin.

Campuran air panas dan dingin yang berada dalam kalorimeter diaduk
dengan baik dan catat suhu tertingginya sebagai t3 (42,6°C). Pengadukan dari
kedua campuran dalam kalorimeter tersebut bertujuan untuk menentukan tetapan
kalorimeter. Setelah dilakukan percobaan, dilakukan beberapa perhitungan
sehingga menghasilkan ∆t4 = 14°C dan ∆t5 = 22,4°C. Didapatkan hasil
perhitungan kalor seperti berikut q1 = 4704 J, q2 = 2940 J dan q3 = 1764 J. Dari
data perhitungan yang diperoleh kita dapat menentukan tetapan kalorimeter
sebesar 126 J/°C.

Percobaan kedua yaitu percobaan mengenai menentukan kalor pelarutan


NaOH yang dilakukan dengan cara alat dan bahan yang dibutuhkan pada
percobaan kedua ini disapkan terlebih dahulu. Bahan-bahan yang digunakan
dalam percobaan kedua ini yaitu NaOH padat dan akuades untuk alat yang
diperlukan yaitu kalorimeter, gelas ukur, timbangan dan termometer.
Kalorimeter diisi dengan 100 ml akuades, selanjutnya diamkan beberapa saat
dan catat suhu dengan tepat sebagai t1 (27,6°C). Langkah selanjutnya yaitu 2 g
NaOH padat ditimbang dan dicatat massanya. NaOH dimasukkan ke dalam
kalorimeter dan diaduk dengan cepat sampai NaOH semua terlarut. Amati
perubahan suhu yang terjadi dan catat suhunya sebagai t 3 (32,6°C). Dari
percobaan ini didapat q1 sebesar 632,1 joule. Dari q1 tersebut digunakan untuk
mencari perubahan entalpi atau ∆H1 dan didapat hasil sebesar 12642 joule/mol.

Percobaan ketiga yaitu percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan HCl
dan larutan NaOH yang dilakukan dengan cara 50 ml larutan HCl 0,5 M
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Langkah selanjutnya larutan HCl 0,5 M
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1 (26,6°C). 50
ml larutan NaOH 0,5 M dipindahkan ke dalam gelas kimia dan didiamkan
beberapa saat, ukur dan catat suhunya dengan tepat.

50 ml NaOH tersebut dituangkan ke dalam kalorimeter dan diaduk dengan


cepat, amati perubahan suhu yang terjadi dan catat suhunya sebagai t2 (26,6°C).
Pengadukan dengan cepat bertujuan agar larutan tercampur rata. Persamaan
reaksi dari HCl dan NaOH sebagai berikut :

HCl + NaOH NaCl + H2O

Percobaan ketiga ini digunakaan bahan yaitu larutan HCl dan larutan
NaOH. Penggunaan HCl dan NaOH bertujuan untuk menentukan kalor
penetralan dari reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Penggunan NaOH pada
percobaan ini berbentuk cairan bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga
dapat menentukan kalor penetralan. Dari perhitungan di atas didapat q1 sebesar
1092 J. Dari q1 tersebut digunakan untuk mencari perubahan entalpi atau ∆H2
dan didapat hasil sebesar 43,680 kj/mol.

Percobaan keempat yaitu percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan


HCl dengan NaOH padat yang dilakukan dengan cara 100 ml larutan HCl 0,5 M
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Langkah selanjutnya larutan HCl 0,5 M
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1 (26,6°C). 2
g NaOH padat ditimbang dengan cepat. Massanya dicatat sebagai t2 (26,6°C) dan
segera tutup botol tempat NaOH. NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter dan
diaduk dengan cepat NaOH sampai semua terlarut. Amati perubahan suhu yang
terjadi dan catat suhunya sebagai t3 (34,6°C).
Pencampuran NaOH yang merupakan basa kuat dengan HCl yang
merupakan asam kuat akan menghasilkan garam (NaCl) dan air (H 2O) sebagai
produk reaksi. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
NaOH(s) + HCl(aq)                  NaCl(aq) + H2O(l)
Dari perhitungan di atas didapat q1 sebesar 4204,2 J. Dari q1 tersebut digunakan
untuk mencari perubahan entalpi atau ∆H3 dan didapat hasil sebesar 84,084
kj/mol.

VI. Kesimpulan
6.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada
suatu perubahan atau reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter berlangsung
secara adiabatik, yaitu tidak ada kalor yang keluar atau masuk dari
kalorimeter. Kalorimetri adalah proses pengukuran jumlah kalor reaksi yang
diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dalam suatu eksperimen.
Praktikum ini menggunakan kalorimeter sederhana dan didapatkan hasil
tetapan kalorimeter sebesar 126 J/°C.

6.2 Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆H1 , ∆H2 dan ∆H3


Perubahan entalpi reaksi adalah perubahan energi dari awal hingga akhir
suatu reaksi kimia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
perubahan entalpi reaksi adalah dengan kalorimetri, yaitu proses pengukuran
jumlah panas dari sistem reaksi menggunakan kalorimeter seperti pada
praktikum. Dari percobaan kedua, ketiga dan keempat diperoleh ∆H1, ∆H2
dan ∆H3 dengan hasil 12,642 kg/mol, 43,680 kg/mol dan 84,084 kg/mol
secara berturut-turut. Jika perubahan entalpi lebih besar dari nol atau
bertanda positif maka reaksi tersebut melakukan penyerapan kalor dari
lingkungan ke sistem atau disebut dengan rekasi endoterm. Percobaan
kedua,ketiga,dan keempat merupakan rekasi endoterm karena memiliki nilai
perubahan entalpi yang positif.

6.3 Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlangsung bertahap


Penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlangsung bertahap,sebagai
berikut:
NaOH NaOH ∆H1 = 12,642

NaOH+HCl NaCl + H2O ∆H2 = 43,680

______________________________________________________ +

NaOH + HCl                   NaCl  + H2O ∆H3 = 56,322

VII. Saran
Pada kegiatan praktikum kali ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan
dengan baik dan .Praktikan sebelumnya harus mempelajari materi dan tata
cara praktikum di modul dan mempersiapkan diri materi-materi yang akan
dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat dan sesuai
prosedur praktikum. Praktikan juga harus bekerja sesuai intruksi dari asisten
praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Altkins, P.W.1999.Kimia Fisika 4 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Bird,T.1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama


Chang,R. 2003. Kimia Dasar Prinsip-prinsip inti. Jakarta : Erlangga.

Chang. R. 2004.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi 3 jilid 2. Jakarta:Erlangga

Foliatini.2008. Buku Pintar Kimia. Jakarta: Wahyu Media Jakarta

Keenan,Charles W. 1980. Kimia Universitas Edisi 6. Jakarta: Erlangga

Kusuma, S, 1983. Bahan-Bahan Kimia. Edisi 7. Erlangga. Jakarta

LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online]


(diakses pada tanggal 22 Desember 2020)
LabChem, 2020. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid. [Serial
Online] (diakses pada tanggal 22 Desember 2020)
LabChem. 2020. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide. [Serial Online]
(diakses pada tanggal 22 Desember 2020)
Parning.2006. Kimia, Penerbit Yudhistira, Jakarta

Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Jilid 2, Cet. Ke4. terj Suminar Achmadi
.Jakarta: Erlangga

Petruci,Ralph H.1992. Kimia Dasar Edisi 4 Jilid I. Jakarta: Erlangga

Purwanti.2012. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Tim Kimia Dasar.2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Surabaya: UNESA


FMIPA

Keenan, Charles W.1984.Kimia untuk Universitas .Jakarta : Erlangga.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai