Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

HUKUM PERBANDINGAN TETAP

Oleh:

Nama : Permata Dian Pertiwi


NIM : 201910801055
Kelas/Kelompok: Teknik Perminyakan/5
Asisten : Ma’rifuddin Irzaq

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul
Hukum Perbandingan Tetap

II. Tujuan Penulisan


- Menyiapkan senyawa tembaga (II) oksida dari logam tembaga
-Mempelajari hukum perbandingan tetap

III. Pendahuluan

3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

3.1.1 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida memiliki sifat fisik cair,berwarna kebiruan,dan tidak


berbau. Natrium hidroksida berbentuk kristal padat,bubuk kristal ,dan serpihan.
Natrium hidroksida yang tersedia secara umum dikenal dengan sebutan
natrium soda api/soda kaustik. Natrium hidroksida memiliki pH 14 dan
memiliki kelarutan larut secara eksotermis dalam air,larut dalam etanol,larut
dala methanol,dan larut dalam gliserol. Natrium hidroksida memiliki berat 40
g/mol dan dengan titik didih 1388°C dan titik lebur 323°C. Natrium hidroksida
tidak memiliki sifat peledak dan sifat pengoksidasi. Penyimpanan untuk
natrium hidroksida adalah dengan menjauhkan dari bahan yang mudah
terbakar, logam, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Suhu penyimpanan harus
20°C dan disimpan di tempat yang kering dengan syarat kedap udara, kedap
air, tahan korosi. Natrium hidroksida bersifat korosif dan memiliki efek
samping dapat menyebabkan melepuh saat terkena kulit dan dapat
menyebabkan kerusakan mata yang serius. Penanganan pertama apabila
terkena natrium hiroksida pada kontak adalah lepaskan kontak dan segera bilas
dengan air selama 15 menit jangan menggunakan salep mata dan segera
hubungi dokter apabila terkena kulit segera cuci pada bagian yang terkena dan
pakaikan sabun non abrasif dengan tutupi kulit yang teriritasi dan segera cari
pertolongan medis apabila iritasi lebih. (Labcem,2020).
3.1.2 Natrium Karbonat (Na2CO3)

Natrium karbonat memiliki sifat fisik padat,berwarna putih,dan tidak


berbau. Natrium karbonat berbentuk bedak atau tonjolan putih. Natrium
karbonat memiliki pH 11,6 dan memiliki massa jenis 2,53 g / cm³ . Natrium
karbonat memiliki berat 105,99 g / mol dan dengan titik didih 1600°C. Natrium
karbonat digunakan untuk kebutuhan laboratorium tidak dianjurkan untuk
bahan makanan, obat,atau keperluan rumah tangga. Natrium karbonat tidak
mudah terbakar dapat terbakar apabila bereaksi dengan beberapa asam.
Natrium karbonat memiliki efek samping dapat menyebabkan iritasi saat
terkena kulit dan dapat menyebabkan gangguan mata berat. Penanganan
apabila terkena pada kontak mata yang pertama lepaskan kontak dan segera
bilas dengan air selama 15 menit jangan menggunakan salep mata dan segera
hubungi dokter apabila terkena segera cuci pada bagian yang terkena dan
pakaikan sabun non abrasif dengan tutupi kulit yang teriritasi dan segera cari
pertolongan medis apabila iritasi lebih. Natrium karbonat juga memiliki efek
samping yang dapat menyebabkan muntah dan mual apabila tidak sengaja
tertelan. Penanganan apabila tidak sengaja tertelan segera bilas mulut dan
jangan paksa untuk dimuntahkan lalu segera hubungi pihak medis untuk
pertolongan darurat (Labcem,2020).

3.1.3 Asam Nitrat (HNO3)

Asam nitrat memiliki sifat cairan. Asam nitrat berwarna putih hingga
kekuningan. Asam nitrat memiliki kelarutan berat jenis 1,2 g/ml dan memiliki
sifat yang larut dalam air. Asam nitrat digunakan untuk kebutuhan
laboratorium dan manufaktur, tidak dianjurkan untuk bahan makanan,
obat,atau keperluan rumah tangga. Asam nitrat memiliki efek samping dapat
menyebabkan iritasi saat terkena kulit dan dapat menyebabkan gangguan mata
berat. Penanganan apabila terkena pada kontak mata yang pertama lepaskan
kontak dan segera bilas dengan air lalu segera hubungi dokter dan apabila
terkena pada kulit segera cuci bagian yang terkena dan pakailah sabun non
abrasif dengan tutupi kulit yang teriritasi dan segera cari pertolongan medis
apabila iritasi lebih. Asam nitrat juga memiliki efek samping yang dapat
menyebabkan muntah dan mual apabila tidak sengaja tertelan. Jika tidak
sengaja tertelan segera bilas mulut dan jangan paksa untuk dimuntahkan lalu
segera hubungi pihak medis untuk pertolongan darurat (Labcem,2020).

3.1.4 Aquadest

Aquadest memiliki bentuk fisik yang cair,tidak mempunyai warna dan


bau, juga tidak memiliki ambang bau. Aquadest memiliki pH berkisar 6 – 7,5
pada 100 g/l. Aquadest juga memiliki titik lebur 0°C dan titik didih 100°C pada
1.013 hPa. Titik nyala pada aquadest tidak berlaku. Aquadest tidak memiliki
informasi mengenai laju penguapan dan flamabilitas. Aquadest tidak memiliki
batas ledakan terendah dan tertinggi. Aquadest memiliki tekanan uap 23 hPa
pada 20°C dengan densitas uap relatif tidak tersedia informasi pada akuades.
Akuades sendiri memiliki densitas 1.00 g/cm3 pada 20°Akuades tidak tersedia
kerapatan relatif dan informasi yang berkaitan. Penanganan dan pencegahan
jika terkena akuades adalah dengan cara dibilas dengan air hingga. Akuades
juga tidak boleh ditelan dan diminum karena bisa membahayakan tubuh
(Labchem, 2020)

3.2 Tinjauan Pustaka

3.2.1 Stoikiometri

Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari dan menghitung


hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia didasarkan
pada hukum hukum dasar dan persamaan reaksi. Sederhananya stoikiometri
merupakan pokok bahasan dalam ilmu kimia. Reaktan itu sendiri adalah zat
yang diperoleh sebagai hasil reaksi kimia (Chang, 2005).

Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa unsur unsur berperilaku


dengan cara yang dapat diprediksi, dan materi yang tidak dapat diciptakan atau
dihancurkan, karena itu ketika unsur digabungkan menghasilkan reaksi kimia.
Stoikiometri dikenal dan spesifik yang akan terjadi dan hasil reaksi dapat
diprediksi berdasarkan unsur unsur yang terlibat. Stoikiometri dapat
menemukan bagaimana unsur unsur dan komponen diencerkan dalam larutan
yang konsentrasinya diketahui, bereaksi dalam kondisi eksperimen
(Syukri,1999).

Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya


denganmetode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu
dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-
ubah, namun molartotalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume,
suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi,
akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titikstoikiometri
sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
(Muhrudin, 2011).

3.2.2 Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia

Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas mamteri sewaktu rekasi
kimia biasa. Fisika modern memnunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi
adalah konversi energi, dan bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu
konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun
ke suatu konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan
kinetika (Alfian, 2009).

Bahasa kimia mengatakan bahwa tiap zat murni yang diketahui, baik unsur
maupun senyawa, mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara
tersingkat untuk memberikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap
zat yang terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Persamaan kimia
meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat – zat yang terlibat dalam
reaksi. Persamaan ini tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan
zat – zat yang terlibat, tetapi juga pernyataan kuantitatif, yang menjelaskan
berapa banyak pereaksi dan hasil reaksi terlibat. Proses membuat perhitungan
yang didasarkan pada rumus – rumus dan persamaan – persamaan berimbang
dirujuk sebagai stoikiometri (Respati, 1992).

Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:

a) Hukum Boyle
Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat
berkembang bila dipanaskan. Akhirnya ia menemukan hukum yang
kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:” bila suhu tetap, volume gas
dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekananya”
P1.V1 = P2.V2 (Syabatini, 2008).

b) Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-


Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem
tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam
sistem tersebut (dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk
tetapi tidak dapatdiciptakan atau dimusnahkan. Proses kimiawi di dalam
suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalanmassa adalah pernyataan dari
kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistemekuivalen
dengan energi momentum pusatnya. Peristiwa radiasi dikatakan bahwa
terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu
benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya.
Massa dan energi berhubungan,dalam suatu sistem yang
mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangatsedikit
akan tercipta/hilang dari sistem. Peristiwa yang melibatkan perubahan
energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang
berubah sangatlah sedikit. “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu
sama.” (Syabatini, 2008).

c) Hukum Perbandingan Tetap (H.Proust)


Hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa
suatu senyawa kimiaterdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa
yang selalu tepat sama. Sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-
unsur yang tetap. Air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen.
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu
tetap.” (Syabatini, 2008).

d) Hukum Gay Lussac


Volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan volumeyang
ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan
jumlah molekul gas dalam ruang tersebut. Massa relatif yakni massa
molekul atau massa atom gas, dengan mudah didapat.“Dalam suatu reaksi
kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus
dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan
bulat dan sederhana.” (Syabatini, 2008).

e) Hukum Boyle Gay Lussac


"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut
beratnya) hasil kalidari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur
mutlaknya adalah konstan". Untuk n1 =n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
(Syabatini, 2008).

f) Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan


“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah
unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan
tetap.” (Syabatini, 2008).

g) Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan


“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah
unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan
tetap.” (Syabatini, 2008).

h) Hukum Avogadro
“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatu dan
tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.” Artinya,
jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung
kepadaukuran atau massa dari molekul gas (Syabatini, 2008).

3.2.3 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Hukum perbandingan tetap atau hukum proust (diambil dari nama


kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa
suatu senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang
selalu tepat sama. sampel suatu senyawa memiliki unsur-unsur yang tetap. Air
terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. Bersama dengan hukum
perbandingan berganda (hukum Dalton),hukum perbandingan tetap adalah
hukum dasar stoikiometri. Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh
Joseph Proust,setelah serangkaian eksperimen di tahun 1977 dan 1804. Hal ini
telah sering diamati sejak lama sebelum itu,namun Proust lah yang
mengumpulkan bukti-bukti ini dari hukum ini dan mengemukakanya. Pada saat
Proust mengemukakan hukum ini,konsep yang jelas mengenai senyawa kimia
belum ada. Hukum ini memberikan kontribusi pada konsep mengenai
bagaimana unsur-unsur dapat membentuk senyawa (Alfian,2009).

Proust mempelajari tentang tembaga karbonat, timah oksida, dan besi


oksida untuk membuktikan Hukum Proust. Ia membuat tembaga karbonat
buatan dan membandingkan dengan tembaga karbonat alami. Ia menunjukkan
bahwa masing masing mempunyai proporsi berat yang sama antara elemen
tembaga,karbon,dan oksigen. Hukum perbandingan tetap tidak berlaku untuk
semua senyawa. Senyawa yang tidak mematuhi hukum ini disebut senyawa
non-stoikiometris. Perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa non-
stoikiometris berbeda-beda pada bagian sampel. Hukum Proust juga tidak
berlaku untuk senyawa-senyawa yang mengandung komposisi isotop yang
berbeda. Komposisi isotop berbeda sesuai sumber dari unsur yang membentuk
senyawa tersebut. Hukum Proust juga tidak berlaku pada polimer, baik polimer
alami maupun buatan (Yulianto,2008)
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat
- Timbangan
- Kaca Arloji
- Gelas Kimia 150mL
- Gelas Ukur 50mL
- Corong
- Pemanas
- Batang Pengaduk
- Kertas Saring

4.1.2 Bahan
- Logam Cu (lembaran atau kawat)
- NaOH 2M
- Na2CO3 kristal
- HNO3 pekat
- Aquadest
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Dengan menggunakan Serbuk Cu dan NaOH

Serbuk Cu+Asam Nitrat


Pekat+Aquadest+NaOH

1. Ditimbang serbuk Cu sebanyak 0,01 gram


2. Dimasukkan serbuk Cu kedalam gelas kimia 150mL
3. Dimasukkan 9 mL asam nitrat pekat ke dalam gelas ukur
10mL
4. Ditambahkan asam nitrat pekat ke dalam serbuk Cu
5. Dimasukkan 40 mL akuades ke gelas ukur
6. Dituang akuades ke gelas kimia yang bersisi serbuk Cu
7. Dimasukkan 50 mL NaOH 2M ke dalam gelas ukur 50 mL
8. Ditambahkan 50 mL ke dalam larutan campuran serbuk Cu
9. Dipanaskan larutan campuran
10. Disaring menggunakan kertas saring
11. Dipanaskan endapan yang diperoleh pada cawan selama 30
menit
12. Didinginkan dan ditentukan massa endapan nya

Hasil

4.2.1 Dengan menggunakan Lempengan Cu dan


Na2CO3

Lempengan Cu+Asam Nitrat


Pekat+Aquadest+Natrium Karbonat

1. Dimasukkan serbuk Cu kedalam gelas kimia 150mL


2. Dimasukkan 9 mL asam nitrat pekat ke dalam gelas ukur 10mL
3. Ditambahkan asam nitrat pekat ke dalam serbuk Cu
4. Dianduk lempengan Cu dengan asam nitrat pekat menggunakan
batang pengaduk
5. Dimasukkan 40 mL akuades ke gelas ukur
6. Dituang akuades ke gelas kimia yang bersisi lempengan Cu
7. Ditimbang natrium karbonat sebanyak 7 gram
8. Dimasukkan natrium karbonat ke dalam campuran lempengan Cu
dengan asam nitrat pekat
9. Diaduk campuran sampai merata
10. Dipanaskan campuran menggunakan bunsen dan diamati
perubahan nya
11. Disaring endapan campuran yang telah didinginkan
12. Dikeringkan dan dipanaskan endapan menggunakan bunsen
Hasil

4.3 Prosedur Percobaan


4.3.1 Dengan menggunakan Serbuk Cu dan NaOH
Langkah pertama yaitu serbuk Cu ditimbang sebanyak 0,01. Langkah
kedua serbuk Cu dimasukkan ke dalam gelas kimia 150 ml dan HNO3 pekat 9
mL ditambahkan ke dalam sebuk Cu lalu biarkan sampai semua tembaga
bereaksi. Langkah selanjutnya, akuades 40mL ditambahkan setelah semua
tembaga bereaksi dan campuran sudah dingin dan NaOH 2M 50mL
dimasukkan ke dalam larutan serbuk Cu. Langkah selanjutnya larutan
campuran dipanaskan beberapa saat dan amati perubahan yang terjadi.
Campuran yang sudah dipanaskan disaring menggunakan kertas saring.
Campuran yang sudah disaring selanjutnya, endapan yang diperoleh
dipanaskan pada cawan selama 30 menit. Endapan didinginkan dan ditentukan
massa nya.

4.3.2 Dengan menggunakan Lempengan Cu dan Na2CO3


Langkah pertama yaitu serbuk Cu ditimbang sebanyak 0,01. Langkah
kedua serbuk Cu ke dalam gelas kimia 150 ml, HNO3 pekat 9 mL
ditambahkan ke dalam sebuk Cu dan biarkan sampai semua tembaga bereaksi.
Langkah selanjutnya, akuades 40mL ditambahkan setelah semua tembaga
bereaksi. Na2CO3 ditimbang sebanyak 7 gram lalu dimasukkan ke dalam
larutan yang berisi lempengan Cu dan diaduk campuran sampai merata.
Langkah selanjutnya larutan campuran dipanaskan beberapa saat dan amati
perubahan yang terjadi. Campuran yang sudah dipanaskan disaring
menggunakan kertas saring. Campuran yang sudah disaring selanjutnya
dikeringkan dan dipanaskan menggunakan bunsen.

V. Data dan Perhitungan


5.1 Data
- Massa awal lempengan Cu : 1,1 gram
- Massa awal serbuk Cu : 0,01 gram
- Massa akhir lempengan Cu : 1,25 gram
- Massa akhir serbuk Cu : 0,029 gram

5.2 Perhitungan

5.2.1 Menghitung m.CuO (teori) dari lempeng Cu + Na2CO3


massa Culempengan
Mol Cu =
Ar

1,1
=
63,5
= 0,017 mol
 Reaksi yang dihasilkan saat penambahan HNO3 / asam nitrat pekat
vol
mol HNO3 =
22,4
0,009
=
22,4
= 0,0004 mol
Cu(s) + 4HNO3(aq) → Cu(NO3)2 + 2NO + 2H2O
m 0,017 0,0004 - - -
r 0,0001 0,0004 0,0001 0,0002 0,0002
s 0,0169 - 0,0001 0,0002 0,0002
Jadi, mol Cu(NO3)2 adalah 0,0001 mol

 Reaksi saat penambahan Na2CO3


Cu(NO3)2 + Na2CO3 → CuCO3 + 2NaNO3
koefisienCuCO 3
Mol Cu(NO3)2 = × molCu(NO3)2
koefisienCu( NO 3) 2
1
= x 0,0001mol
1
= 0,0001 mol

CuCO3 → Cu + CO2
koefisien CuO
Mol CuO = x mol CuCO3
koefisien CuCO 3
1
= x 0,0001 mol
1
= 0,0001 mol
massa teori CuO = mol CuO x Mr CuO
= 0,0001 g x 79,5
= 0,00795 g
massa sebenarnya(h asil percobaan)
 % yield= × 100 %
massa teori zat CuO
1.1
= x 100%
0,00795
= 138,36%

5.2.1 Menghitung mCuO (teori) dari serbuk Cu + NaOH


massa Cu serbuk
 Mol Cu =
Ar
0,01
=
63,5
= 0,00015 mol

 Reaksi yang dihasilkan saat penambahan HNO3 / asam nitrat pekat


(sama seperti diatas)
Mol HNO3 = M x V
vol
=
22,4
0,009
=
22,4
= 0,0004 mol

Cu(s) + 4HNO3 → Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O


m 0,00015 0,0004 - - -
r 0,00015 0,0004 0,00015 0,0002 0,0002
s - - 0,00015 0,0002 0,0002
Jadi, Mol zat Cu(NO3)2 adalah 0,0001 mol

 Reaksi saat penambahan NaOH


Cu(NO3)2 + 2NaOH → Cu(OH)2 + 2NaNO3
koefisien Cu(OH ) 2
mol Cu(NO3)2 = × molCu(NO3)2
koefisienCu( NO 3) 2
1
= x 0,00015 mol
1
= 0,00015 mol
Cu(OH)2 → CuO + H2O
koefisienCuO
mol CuO = × molCu(NO3)2
koefisienCu(OH )2
1
= x 0,00015 mol
1
= 0,00015 mol
massa teori CuO = mol CuO x Mr CuO
= 0,00015 x 79,5
= 0,011925
massa sebenarnya ( h asil percobaan )
 % yield= × 100 %
massa teori zat CuO
0,01
= x 100%
0,011925
= 0,838574%

VI. Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil

m CuO
No. Bahan %Yield Warna
Teori Sebenarnya
Akhir
1,1
1. Lempeng Cu+Na2CO3 138,36 Biru
0,00795

0,01
2. Serbuk Cu+NaOH 0,838574 Hitam
0,11925
keruh

6.2 Pembahasan

Pratikum kali ini membahas mengenai Hukum Perbandingan Tetap.


Hukum perbandingan tetap merupakan dasar dari hukum Stoikiometri.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik reaktan maupun hasil reaksi. Hukum ini dapat
memberikan kontribusi pada konsep mengenai senyawa kimia dan dapat
memberikan konsep bagaimana unsur-unsur dapat membentuk senyawa.
Percobaan stoikiometri ini bertujuan untuk mempelajari stoikiometri beberapa
larutan (reaksi kimia).

Praktikum ini mempelajari perbandingan massa tembaga dan oksigen


dalam tembaga (II) oksida. Tembaga (II) oksida akan dibuat menggunakan du
acara yang berbeda dari jumlah tertentu tembaga dan reagen lain yang
digunakan sacara berlebih. cara pertama, setelah tembaga dengan berat tertentu
dioksidasi menjadi Cu2+ (aq) direaksikan dengan NaOH sehingga dihasilkan
endapan Cu(OH)2. Cu(OH)2 akan diuraikan menjadi CuO pada pemanasan.
Pada cara kedua, tembaga yang sudah dioksidasi direaksikan dengan Na 2CO3
sehingga dihasilkan CuCO3. CuCO3 dipanaskan untuk menghasilkan CuO.

Pratikum ini memerlukan dua sampel yang memiliki bentuk fisik berbeda.
Sampel pertama yaitu 0,01 gram serbuk tembaga (Cu) dan sempel kedua yaitu
1,1 gram logam Cu (lembaran atau kawat). Ditimbang kedua sampel dari 0,01
gram tembaga dan 1,1 gram tembaga (lembaran/kawat) dan mencatat massanya
dengan teliti sebelum memasukkan sampel tersebut kedalam gelas kimia 150
ml. Prosesnya yaitu dengan menekan “O/T” agar timbangan 0, lalu meletakkan
bahan yang akan ditimbang diatas kaca arloji. Jika timbangan dalam keadaan
tidak seimbang, timbangan tersebut perlu ditera sesuai prosedur/petunjuk.

Masing-masing sempel tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang


berbeda. Dimasukkan asam pekat (HNO3) sebanyak 9 ml pada masing-masing
gelas kimia. Serbuk tembaga (Cu) yang dilarutkan tidak mengalami perubahan,
sedangkan logam Cu (lembaran atau kawat) yang dilarutkan dalam HNO3
menghasilkan gelembung dan awalnya lembaran Cu berwarna kuning
keemasan mengalami perubahan menjadi warna biru. Pada percobaan ini
HNO3 berfungsi sebagai pelarut dan membuat lempeng Cu habis bereaksi.
Persamaan reaksi yang terjadi antara Cu dengan asam nitrat (HNO 3) adalah
sebagai berikut:
3Cu(s) + 8HNO3(aq) à 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 4H2O(l)

Ditambahkan akuades 40 mL pada gelas kimia yang berisi larutan Cu


lembaran dengan HNO3 atau asam nitrat. Timbang natrium karbonat sebanyak
7 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan lempengan
tembaga dan HNO3, aduk hingga merata dan dipanaskan. Pada percobaan ini
natrium karbonat berfungsi sebagai elektrolit. Tujuan dipanaskan yaitu untuk
mengoksidasi larutan dan dihasilkan berupa endapan, endapan hasil pemanasan
tersebut berwarna hijau kebiruan. Tunggu larutannya sampai dingin setelah itu
saring endapannya menggunakan kertas saring, tujuannya agar diperoleh
endapan dari larutannya. Endapan hasil penyaringan kemudian dipanaskan dan
mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman, lalu dikeringkan.
Diperoleh massa akhir sebesar 1,25 gram. Persamaan reaksi pada penambahan
natrium karbonat (Na2CO3) adalah sebagai berikut:
Cu(NO3)2(aq) + NaCO3(s) à CuCO3(s) + 2NaNO3(aq)

Sampel yang kedua terdiri dari serbuk Cu dan asam nitrat yang
ditambahkan akuades 40 mL dan dimasukkan 50 mL NaOH 2M. Penambahan
NaOH pada larutan menghasilkan perubahan warna pada serbuk Cu, yang
bermula bening menjadi warna biru pucat atau biru air. Pemanasan
menggunakan bunsen spiritus selama 30 menit. Tujuan dipanaskan yaitu untuk
mengoksidasi larutan dan dihasilkan berupa endapan, endapan hasil pemanasan
tersebut berwarna hijau kebiruan. Diamati perubahan yang terjadi kemudian
tunggu larutannya sampai dingin setelah itu saring endapannya menggunakan
kertas saring, tujuannya agar diperoleh endapan dari larutannya. Endapan
tersebut diletakkan pada cawan dan dipanaskan kembali selama beberapa menit
hingga menghasilkan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Proses
selanjutnya yaitu pendinginan dan ditimbang, yang memperoleh massa sebesar
0,029 gram. Persamaan reaksi dengan penambahan NaOH adalah sebagai
berikut:
Cu(NO3)2(aq) + 2NAOH(aq) à Cu(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stoikiometri diantaranya adalah


konsentrasi zat yang akan dicampurkan. Konsentrasi zat mempengaruhi
perhitungan jumlah mol. Pada saat mula-mula bereaksi, hingga mol sisa setelah
terjadinya reaksi. Selain itu juga, besar kecilnya konsentrasi juga
mempengaruhi suhu campuran yang dihasilkan. Volume zat yang akan
dicampurkan. sama halnya dengan konsentrasi, volume zat juga akan
mempengaruhi perhitungan jumlah mol dari sebelum hingga setelah terjadinya
reaksi.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum yang kita lakukan, dapat ditarik kesimpulan


dari praktikum kali ini tenatng hukum perbandingan tetap adalah sebagai
berikut:

1.Senyawa tembaga (II) oksida dapat disiapkan dengan dua cara yang berbeda,
menggunakan tembaga Cu serbuk dan NaOH atau tembaga Cu lempengan dan
Na2CO3 dengan mereaksikan menggunakan HNO3 dan NaCO3, serta dioksidasi
dengan cara dipanaskan.
2.Hukum perbandingan tetap atau hukum Proust adalah hukum yang
menyatakan bahwa suatu senyawa kimiaterdiri dari unsur-unsur dengan
perbandingan massa yang selalu tepat sama. Sampel suatu senyawa memiliki
komposisi unsur-unsur yang tetap.

VIII. Saran
Pada kegiatan praktikum kali ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan dengan
baik dan .Praktikan sebelumnya harus mempelajari materi dan tata cara
praktikum di modul dan mempersiapkan diri materi-materi yang akan
dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat dan sesuai
prosedur praktikum. Praktikan juga harus bekerja sesuai intruksi dari asisten
praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Hiskia. 1985. Kimia Dasar.Jakarta:UT

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti,Edisi ketiga, Jilid 1.


Terjemahan dari General Chemistry The Essential Concept third edition, oleh
Tim Departemen Kimia ITB,Erlangga, Jakarta.

Hiskia, A dan Tupamahu. 1991.Stoikiometri Energi Kimia. Bandung: ITB Press

Labchem, 2020. Matery Safety Data Sheet of Sodium Hidroxyde. [Serial Online]
(diakses pada 15 November 2020)

Labchem, 2020. Matery Safety Data Sheet of Nitric Acid. [Serial Online] (diakses
pada 15 November 2020)

Labchem, 2020. Matery Safety Data Sheet of Aquades. [Serial Online] (diakses
pada 15 November 2020)
Labchem, 2020. Matery Safety Data Sheet of Natrium Carbonat. [Serial Online]
(diakses pada 15 November 2020)

Muhrudin, Udin. 2011. Praktikum Stoikiometri Reaksi. Jakarta: Erlangga

Respati. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Rineka Cipta

Tri,Yulianto. Tokoh Dunia.Semarang : Penerbit ALPRIN

Syabatini, Annisa. 2008. Hukum-hukum Stoikiometri. Surakarta: Tiga Serangkai

Lampiran

(Menimbang serbuk Cu pada timbangan)

(Memasukkan setiap sampel ke dalam gelas kimia)


(Menambahkan asam nitrat ke dalam serbuk Cu)

(Mengaduk lempengan Cu dengan asam nitrat)

(Memasukkan akuades ke dalam gelas ukur)

(Menimbang natrium karbonat)


(Memasukkan natrium karbonat ke dalam lempengan Cu)

(Memanaskan campuran menggunakan bunsen)

(Memanaskan endapan yang telah disaring)

(Menyaring larutan menggunakan kertas saring)

(Menentukan massa endapan)

Anda mungkin juga menyukai