Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERBANDINGAN JUMLAH MOL ZAT-ZAT YANG


TERLIBAT DALAM REAKSI

Oleh :
Nama : Heni Febriyanti
NIM : 211810201002
Kelas/Kelompok : E/01
Asisten : Erna Rosnawati

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul
Perbandingan jumlah mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi
II. Tujuan
 Menggunakan konsep mol untuk menyatakan hubungan jumlah
mol antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
 Menentukan perbandingan jumlah mol zat-zat yang terlibat dalam
reaksi penguraian soda kue berdasarkan beratnya
III. Pendahuluan
3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1 Barium klorida (BaCL2)
Barium klorida atau yang dikenal dengan BaCL2 adalah padatan yang
berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa yang pahit
dan asin. Sifat fisika barium klorida adalah memiliki titik leleh sebesar 963℃,
tidik didih sebesar 1560℃, tekanan uap <0,1 mmmhg pada 20℃ dengan berat
jenis 3,917 (air=1). Vollalitas barium klorida memiliki kelarutan air sebesar
59% pada 100℃. Larut dalam methanol dan sedikit larut dalam asam
hidroklorat, asam nitrat. Serta tidak dapat larut dalam etanol, aseton, dan etil
asetat. Bahaya barium klorida jika terjadi kontak. Pernyataan bahaya dari
barium klorida adalah toksik jika tertelan, menyebabkan iritasi kulit, iritasi
pada mata, dapat merusak fertilitas atau janin, serta dapat ,menyebabkan
reaksi alergi pada kulit. Tindakan pertolongan pertama yaitu jika terhirup
jauhkankorban dari paparan serta segera bawa kedokter. Jika tertelan jangan
dirangsang untuk muntah atau memberikan minum pada korban yang tidak
sadar serta jika terjadi muntah, jaga posisi kepala agar lebih rendah dari
pinggul untuk mencegah aspirasi. Jika terkena mata, basuh mata segera
dengan air yang banyak aau menggunakan larutan garam fisiologis sambil
membuka kelopak mata dan baawah kemudian segera bawa kedokter. Jika
terkena kulit, cuci segera bagian yang terkena dengan sabun atau deterjen dan
segera bawa kedokter (Ariyani, 2015).
3.1.2 Natrium sulfat (Na2SO4)

Natrium sulfat atau yang dikenal dengan Na2SO4 berguna untuk


reagen analisis yang berbentuk padat, tidak berbau, dan memiliki warna yang
putih. Sifat fisika dari natrium sulfat antara lain adalah memiliki masa molar
sebesar 142.04 g/mol (anhidrat) 322.220 g/mol (dekahidrat), densitas sebesar
2.664 g/cm3 (anhidrat) 1.464 g/cm3 (dekahidrat), dengan titik lebur sebesar
884℃ (anhidrat) 32.38℃ dekahidrat), dan titik didih sebsar 1429℃ (anhidrat).
Natrrium sulfat ini larut dalam air dan tidak tercampur dietanol tetapi
tercampur pada gliserol dan hydrogen iodida. Bahan ini telah terverifikasi
menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan tanda warna hijau atau aman
untuk digunakan. Namun senyawa ini juga dapat sedikit menyebabkan iritasi
pada mata, kulit, dan sistem pernapasan. Sehingga untuk penanganan bila
mengenai mata segera bilas dengan air sekitar 20 hingga 30 menit, bila
mengenai kulit segera bilas dengan sabun dan air. Bila terhirup segera
mencari udara segera untuk dihirup (Pubchem, 2021).

3.1.3 Soda kue (NaHCO3)

Natrium Bikarbonat adalah garam monosodium asam karbonat


dengan sifat alkalinisasi dan penggantian elektrolit. Natrium bikarbonat atau
bisa disebut dengan soda kue berbentuk serbuk yang sangat haus memiliki
kilau kristal yang berwarna putih dan mudah larut dalam air. Senyawa ini
memiliki massa molar sebesar 84,007 g/mol, kepadatan 2,2g/cm3, dan entropi
molar 102 J/mol.K. Bahan ini telah terverifikasi menjadi bahan yang tidak
berbahaya dengan tanda warna hijau atau aman untuk digunakan. Namun
senyawa ini juga dapat sedikit menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan
sistem pernapasan. Sehingga untuk penanganan bila mengenai mata segera
bilas dengan air sekitar 20 hingga 30 menit, bila mengenai kulit segera bilas
dengan sabun dan air. Bila terhirup segera mencari udara segera untuk dihirup
(Pubchem, 2021).
3.2 Tinjauan Pustaka

Menurut perhitungan dalam 1 gram besi terkandung 1,075 × 10²² atom


besi. Dalam 1 mili air terkandung 3,345×10²² molekul air. Angka-angka
sebesar itu tidak efektif jika diterapkan dalam pengukuran zat-zat berskala
besar agar lebih aplikatif, para kimiawan menetapkan suatu satuan jumlah zat
yang menyatakan banyaknya partikel saat itu, satuan ini dinamakan
mol.Gagasa para pakar dalam menggunakan mol sebagai satuan untuk
meyatakan suatu jumlah partikel dalam suatu zat merupakan sebuah gagasan
yang sangat bijaksana. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, dalam
menyatakan 12 buah benda diapakai satuan lusin, untuk menyatkan
banyaknya kertas yang dipakai adalah satuan rim (500 lembar). Berdasarkan
kesepakatan dari para ahli kimia, partikel yang jumlahnya sebanyak 6,022 ×
1023 tau sebesar tetapan Avogadro yang dinyatakan sama dengan satu mol.
Sehingga 1 mol setiap zat mengandung 6,022 × 1023 partikel penyusun zat
itu, baik aom, molekul maupun ion (Sunarya, 2010).

Pada konsep mol, untuk mengetahui hubungan antara massa zat dalam
satuan gram dengan Ar atau Mr, zat ini memerlukan besaran lain yang
dianamkan dengan mol. Mol merupakan suatu satuan zat yang dapat
menghubungka antara massa (dalam satuan gram), jumlah partikel dan Ar
atau Mr zat tersebut. Reaksi kimia merupakan reaksi antara prtikel-partikel
peraksi menjadi partikel hasil reaksi. Dan jumlah partikel tersebut memiliki
perbandingan tertentu dan tetap (Syukri,1999).

Rumus senyawa digunakan untuk menentukan persen komposisi unsur


secara experimen. Rumus tersebut ditemukan dengan rumus empiris dan
rumus molekul tersebut. Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana
yang menyatakan perbandingan atom – atom dari berbagai unsur senyawa.
Rumus empiris digunakan untuk zat – zat yang tidak terdiri dari molekul –
molekul distif, misalnya NaCl untuk natrium klorida MgO untuk magnesium
oksida dan CaCO3 untuk kalsium karbonat. Rumus empiris dapat ditentukan
dari :
 Macam unsur dalam senyawa (analisa kualitatif)
 Persen komposisi unsur analisa
 Masa relatif unsur – unsur yang bersangkutan
(Sunarya, 2010).
Rumus molekul merupakan jumlah molekul atau mol. Data yang
diperlukan untuk menetukan rumsu molekul yaitu dengan menggunakan
rumus empiris dan massa molekul relatif. Rumus kimia menetukan
perbandingan atom unsur – unsur yang menyusun suatu zat. Mengetahui
reaksi kimia zat tersebut, kita dapat mereaksikan pereaksi – pereaksi
sedemikian rupa. Zat yang terbentuk memiliki perbandingan atom unsru –
unsur penyusun yang sesuai dengan rumus kimianya. Rumus molekul
merupakan kelipatan luat dari rumus empiris. Rumus molekul suatu senyawa
dapat dituliskan sebagai (RE)x dengan RE sebagai rumus empiris dan x
sebagai bilangan bulat. Suatu mol unsur mempunyai massa yang besarnya
sama dengan massa atom unsur tersebut dalam gram. Massa 1 atom disebut
dengan massa molar. Massa molekul relatif dan rumus molekul relatif suatu
senyawa dapat diketahui dari penjumlahan massa atommmmmmmm relatif
unsur – unsur penyusun senyawanya (Sastrohamidjojo, 2001).
Hidrogen adalah unsur – unsur yang mempunyai atom paling ringan
dan massanya ditentukan sebesar satu – satuan. Valensinya adalah
kemampuan bersebyawa suatau unsur dan hidrogen digunakan sebagai dasar
skala. Massa atom terhadap massa rata – rata satu atom karbon 12 sehingga
massa atom yang diperoleh adalah massa atom relative (Kenaan, 1990).
Persamaan reaksi kimia harus dilakukan agar reaksi setara. Langkah –
langkah penyetaraan reaksi adalah:
a. Harus diketahui rumus zat pereaksi dengan rumus produk reaksinya
b. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk relatif
c. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat terkecil, koefisien reaksi
mempunyai perbandingan jumlah pereaksi dari zat yang terlihat dalam
pereaksi
(Petruci, 1985).
Pereaksi pembatas disebut pereaksi yang habis bereaksi karena membatasi
kemungkinan pereaksi itu bereaksi kembali. Aproduk reaksi ditentukan oleh
pereaksi pembatas, contoh 2Zn + O2 →2ZnO. Reaksi pembatas adalah reaksi
yang terdapat dalam jumlah stokipmetri terkecil. Reaktan berlebih adalah
reaktatn yang terdapat lebih dari pada reaktan pembatas. Persen berlebih dari
sebuah reaktan didasarkan pada jumlah kelebihan reaktan pembatas sesuai
dengan persamaan kimia (Sunarya, 2010).
Reaksi kimia ialah suatu peristiwa perubahana kimia dari zat – zat
yang bereaksi (reaktan) menjadi zat – zat hasil reaksi (produk). Reaksi kimia
ini selalu dihasilkan zat – zat yang baru dengan sifat – sifat yang baru. Reaksi
kimia ini dituliskan dengan menggunakan lambang unsur. Barium sulfat
adalah senyawa anorganik dengan reaksi kimia Ba2SO4. Garam sulfat ini
adalah zat padat kristal putih yang tidak berbau dan tidak larut dalam air.
Garam ini terjadi sebagai mineral barite yang merupakan sumber komersial
utama dari barium dan bahan – bahan yang dibuat darinya. Penampilannya
putih buram dan densitasnya tinggi yang dieksploitasi dalam aplikasi
utamanya (Rosen, B, 1996).
Semua barium yang dikonsumsi secara komersial diperoleh dari mineral
barita, yang sering sangat tidak murni. Barite diolah melalui reduksi
karboternal (pemanasan dengan kokasi) yang menghasilkan barium sulfida.
BaSO4 + 4C → BaS + 4CO berbeda dengan barium sulfat, barium sulfida
larut dalam air dan mudah dikonversi menjadi oksida, karbonat, dan halide
(Sunarya, 2010).
Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus Na2COO3 atau
sering disebut biknat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah
digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (Soda kue),
sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain – lain. Senyawa ini
merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Namun
bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena
bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon dioksida yang
menyebabkan roti mengembang (Petruci, 1987).
NaHCO2 yang pertama disiapkan oleh proses solvay, merupakan reaksi
kalsium karbonat, amonia dan karbo dioksida dalam air. NaHCO3 dapat
diperoleh dengan reaksi antar karbon dioksida dengan larutan natrium
hidroksida. Reaksi awal menghasilkan natrium bikarbonat. CO2 + 2NaOH →
Na2CO3 + H2O penambahan karbon dioksida menghasilkan natrium
bikarbonat pada konsentrasi cukup (Sunarya, 2010).

IV. Metodologi Percobaan


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Cawan porselin
- Pemanas (Spiritus atau Bunsen)
- Gelas kimia 50 ml
- Spatula
- Corong
4.1.2 Bahan
- Barium klorida 2M (BaCL2 2M)
- Natrium sulfat 2M (Na2SO4 2M)
- Soda kue (Kristal NaHCO3)
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Reaksi Pembentukan Barium Sulfat (BaSO4)

BaCl2
Na2SO4

 Dimasukkan larutan 50 ml BaCl2 2


M dan 5 ml Natrium Sulfat
(Na2SO4) 2 M.
 Diaduk sampai terbentuk endapan.
 Dikeringkan kertas saring selama 5
menit dan didiamkan sebentar
kemudian ditimbang.
 Disaring padatan dan dikeringkan
selama 15 menit kemudian
ditimbang.
 Ditentukan massa padatan.
 Diulangi perlakuan dengan
merubah volume Natrium Sulfat
(Na2SO4), masingmasing yaitu 10
mL dan 15 mL.

Hasil
4.2.2 Reaksi Penguraian Soda Kue

NaHCO3

 Ditimbang cawan porselin dan


cawan yang sudah ditentukan
massanya.
 Ditimbang 3 gram NaHCO3 dan
dicatat massa tepatnya dalam tabel
pengamatan.
 Dipanaskan dalam cawan selama
kurang lebih 12 menit.
 Setelah dingin ditimbang cawan
porselin beserta isinya dan
ditentukan massa Na2CO3.
 Dipanaskan sekali lagi didalam
cawan yang diisi analit selama 10
menit.
 Diangkat dan didinginkan.
 Ditentukan massanya.

Hasil
4.3 Prosedur kerja
4.3.1 Reaksi Pembentukan Barium Sulfat (BaSO4)
Dimasukkan 10 mL larutan BaCl2 2 M kedalam gelas kimia
50 mL, ditambahan 5 mL Natrium Sulfat (Na2SO4) 2 M, kemudian
diaduk perlahan dengan spatula sampai terbentuk endapan.
Dikeringkan kertas saring didalam oven 5 menit, didiamkan
sebentar dan ditimbang kertas saring tersebut. Digunakan kertas
saring untuk menyaring padatan, dikeringkan dalam oven selama
15 menit lalu ditimbang. Ditentukan massa padatan yang diperoleh.
Diulangi perlakuan dengan merubah volume Natrium Sulfat
(Na2SO4), masingmasing yaitu 10 mL dan 15 mL.

4.3.2 Reaksi Penguraian Soda Kue

Ditimbang cawan porselin untuk menentukan massanya.


Dengan cawan yang sudah ditentukan massanya, digunakan cawan
tersebut untuk menimbang 2,5 sampai 3 gram NaHCO3 dan dicatat
massa tepatnya dalam tabel pengamatan. ditanyakan pada asisten
bagaimana cara memanaskan. Dipanaskan dalam cawan tersebut
selama kurang lebih 12 menit, diangkat cawan dan didiamkan
sampai dingin. Setelah dingin ditimbang cawan porselin beserta
isinya dan ditentukan massa Na2CO3 yang dihasilkan. Dipanaskan
sekali lagi didalam cawan yang diisi analit selama 10 menit, diangkat
cawan dan didiamkan sampai dingin, kemudian dtimbang massanya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, D. W., & Hardianti, M. F. (2015). Pabrik pemurnian garam dari


garam rakyat menjadi garam industri dengan metode vacuum pan (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Keenan, C. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid I Edisi 6. Jakarta :


Erlangga.

Petrucci, H. R. 1985. Kimia Dasar Edisi 4 Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet Sodium Bicarbonate [serial


online]. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
bicarbonate . diakses pada 5 Oktober 2021
Pubchem. 2021. Material Safety Data Sheet Sodium Sulfate [serial online].
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-sulfate . diakses
pada 7 Oktober 2021
Rosen, B. J. 1996. Kimia Dasar Edisi 6. Jakarta : Erlangga.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gajah Mada


University Pers.

Sunarya,Yayan.2010.Kimia Dasar1.Bandung. Penerbit: Yrama Widya

Syukri.1999. Kimia Dasar1.Bandung. Penerbit: ITB

Anda mungkin juga menyukai