Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

DAYA HANTAR LISTRIK

Disusun Oleh :
Nama : Leyla Novita Brigiyanti
NIM : 171810301037
Kelompok/Kelas : 5/B
Asisten : Suci Aulia Rahmawati

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konduktivitas merupakan ukuran besar kecilnya suatu larutan dapat menghantarkan
listrik. Faktor yang memperngaruhi konduktivitas suatu senyawa ialah kemampuan dai
senyawa tersebut dalam mengion dalam larutan. larutan yang dapat menghantarkan lstyrik
dalam larutan ialah larutan elektrolt, yang dibedakan menjadi elektrolt kuat dan elektrolit
lemah. Perbedaan dikedua jenis larutan ini ialah kekuatan dayahantar listriknya, dimana
larutan elektrolit kuat akan menghantarkan listrik lebih baik jika dibandingkan larutan
elektrolit lemah (Syukri, 1999).
Daya hantar listrik suatu larutan digunakan pada banyak bidang ilmu maupun
industri seperti pada bidang kesehatan digunakan sebagai salahh satu dasar proses
pembuatan cairan isotonik dalam tubuh. Bidang industri ialah pembuatan aki yang
mendasarkan pada enyimpanan energi listrik dalam bentuk energikimia berupa larutan
elektrolit. Percobaan pengukuran daya hantar listrik dilakukan dengan pengujian beberapa
jenis larutan seperti larutan asam, basa hingga larutan garam. Pengenceran setiap jenis
larutan dilakukan untuk mengetahui faktor konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan.
Pengukuran daya hantar listrik larutan tersebut dilakukan dengan alat konduktometer yang
telah dikalibrasi. Hasil daya hantar listrik setiap larutan yang diukur akan terbaca pada alat
konduktometer tersebut. Besar kecilnya daya hantar listrik suatu larutan dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting salah satunya ialah konsentrasi tiap larutan, sehingga penting
kiranya kita mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut. Mempelajari berbagai faktor yang
mempengaruhi daya hantar listrik suatu larutan tersebut yang menjadi dasar dilakukannya
percobaan ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan daya hantar listrik ini adalah untuk mengukur daya
hantar listrik berbagai senyawa dan mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya
hantar listrik larutan elektrolit.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimiaH2O dan lebih dikenal dengan nama air. Akuades
berfase cair, tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan tidak berbau. Berat molekul akuades
yaitu sebesar 18,02 g/mol dan memiliki pH netral yaitu 7. Titik didih akuades sebesar
100oC dan memiliki tekanan uap sebesar 0,62. Akuades tidak memiliki bahaya apapun
apabila terjadi kontak mata, kulit, inhalasi dan tertelan, maka dari itu tidak ada penanganan
pertama untuk akuades (Sciencelab, 2019).
2.1.2 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida memiliki rumus kimia yaitu NaOH. Natrium hidroksida
memiliki wujud cairan, tidak memiliki bau, tidak berwarna dan memiliki rasa pahit yang
kuat. Natrium hidroksida memiliki titik didih sebesar 1390°C, titik lebur sebesar 318°C
massa jenis sebesar 1,06 gram/cm3 dan mudah larut pada air dingin. Senyawa ini memiliki
berat molekul sebesar 40,0 g/mol dan termasuk dalam basa kuat yang memiliki pH 14.
Natrium hidroksida merupakan senyawa yang berbahaya apabila terjadi kontak dengan
mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap. Tindakan pertolongan pertama yang dapat
dilakukan apabila NaOH mengenai mata adalah membasuh mata dengan air mengalir
selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2019).
2.1.3 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat memiliki rumus molekul CH3COOH. Asam asetat memiliki wujud
cair, memiliki bau yang menyengat, memiliki rasa seperti cuka, dan tidak berwarna. Berat
molekul asam asetat sebesar 60,05 gram/mol. Asam asetat memiliki titik didih sebesar
118,1° C dan titik leleh sebesar 16,6° C. Asam asetat atau asam cuka juga memiliki
tekanan uap sebesar 1,5 kPa. Bahan ini sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan),
kontak mata (iritan), menelan dan inhalasi. Bahaya yang ditimbulkan adalah luka bakar
apabila terjadi kontak dengan kulit. Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kontak
kulit yaitu dilakukan dengan membasuh bagian kulit yang terkena bahan kimia dengan
menggunakan air yang mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2019).
2.1.4 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida merupakan senyawa dengan rumus kimia NaCl. Natrium klorida
berbentuk Kristal berwarna putih, tidak memiliki bau dan memiliki rasa asin. Bahan ini
memiliki pH sekitar 7,0, Titik didihnya sebesar 1465 °C dan titik lelehnya sebesar 801 °C.
Natrium klorida memiliki densitas sebesar 2,16 g/cm3, dan dapat larut dalam air dengan
kelarutan sebesar 35,9 g/100 mL. Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah dapat
menyebabkan iritasi pada kasus kontak mata. Tindakan pertama yang dapat dilakukan jika
terjadi kontak mata dengan senyawa ini yaitu segera dibasuh dengan air yang mengalir
selama minimal 15 menit, sesekali kelopak mata dikedip-kedipkan (Sciencelab, 2019).
2.1.5 Ammonium Hidroksida (NH4OH)
Ammonium hidroksida adalah senyawa dengan rumus molekul NH4OH.
Ammonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Senyawa ammonium hidroksida
digunakan dalam pembuatan sabun dan pupuk. Ammonium hidroksida berbentuk padatan
yang tidak berwarna, memiliki berat molekul sebesar 35.05 g/mol, memiliki titik didih
sebesar 36 °C (97 F), titik leleh sebesar -72 °C (-98 F). Ammonium hidroksida dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit serta menyebabkan sesak nafas jika terhirup.
Tindakan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi kasus terhirup yaitu segera bawa
korban ke tempat yang memiliki udara segar (Sciencelab, 2019).
2.1.6 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah senyawa yang memiliki rumus molekul HCl. Asam klorida
memiliki pH sekitar 2 (asam) dan memiliki bentuk cair. Senyawa ini tidak berwarna, tidak
memiliki aroma dan tidak memiliki rasa serta sangat larut dalam air. Berat molekul asam
klorida yaitu sebesar 36,46 g/mol. Titik bekunya sebesar -34 sampai -15 °C dan titik
didihnya sebesar 60-105 °C. Asam klorida memiliki tekanan uap sebesar 14,6-80 mmHg.
Asam klorida ini jika dipanaskan dapat mengeluarkan asap yang beracun. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan ketika senyawa ini terhirup dalam jumlah yang cukup
banyak adalah berpindah ke tempat yang udaranya lebih segar, jika tidak bisa bernafas,
napas buatan dapat diberikan dan segera meminta bantuan medis (Sciencelab, 2019).
2.1.7 Natrium Bromida (NaBr)
Natrium bromida adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia yaitu NaBr.
Senyawa ini memiliki berat molekul sebesar 102,894 g/mol dan berbentuk bubuk berwarna
putih. Titik didihnya sebesar 1396 °C dan titik lelehnya sebesar 747 oC (anhidrat) dan 36
o
C (dihidrat). Kelarutannya dalam air sebesar 16,7 g/100 mL. Senyawa ini dapat
menimbulkan bahaya apabila terjadi kontak mata atau kulit yaitu iritasi. Tindakan
pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak antara NaBr dengan mata
dan kulit yaitu kulit segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15 menit
(Sciencelab, 2019).
2.1.8 Amonium Klorida (NH4Cl)
Amonium klorida merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia yaitu NH4Cl
yang berbentuk kristal putih. Senyawa ini sangat larut dalam air dan bersifat sedikit asam.
NH4Cl biasanya dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan asam klorida. Amonium
klorida memiliki berat molekul sebesar 53,491 g/mol dan memiliki pKa sebesar 9,245.
Titik leleh senyawa ini berada pada suhu sekitar 338 oC dan memiliki densitas sebesar
1,5274 g/cm3. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi apabila terjadi kontak kulit.
Tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak kulit yaitu kulit
segera basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2019).
2.1.9 Natrium Iodida (NaI)
Natrium iodida merupakan senyawa dengan rumus kimia yaitu NaI yang berbentuk
padatan berwarna putih dan memiliki rasa pahit. Senyawa ini sangat larut dalam air dingin
dan air panas. Natrium iodida memiliki berat molekul sebesar 149,89 g/mol dan memiliki
pKa sebesar 9,245. Titik didih senyawa ini berada pada suhu sekitar 651oC dan memiliki
densitas sebesar 1,5274 g/cm3. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi apabila terjadi
kontak kulit. Tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kontak kulit
yaitu kulit segera basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2019).

2.2 Dasar Teori


2.1.2 Larutan
Larutan merupakan campuran dua atau lebih cairan yang mampu melarut dan
terlarut secara homogen. Istilah pelarut biasanya digunakan untuk cairan dan zat terlarut
biasanya digunakan untuk zat yang dapat larut dalam cairan. Larutan terdiri dari padatan
atau gas dalam cairan. Istilah jenis larutan lain biasa digunakan untuk menyatakan zat yang
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Komponen–komponen yang terdapat dalam
jumlah yang lebih sedikit biasanya dinamakan zat terlarut sedangkan yang memiliki
jumlah yang lebih banyak disebut pelarut (Bird,1993).
Larutan merupakan proses mencampur zat terlarut dan zat pelarut dengan
perbandingan tertentu menjadi suatu campuran atau yang lebih dikenal sebagai larutan.
Proses pelarutan mengenal istilah zat pelarut (solvent), zat terlarut (solute), dan kelarutan.
Solvent sendiri merupakan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat terlarut dan
biasanya dalam bentuk cairan. Solute ialah zat dengan jumlah yang lebih sedikit dari pada
zat pelarut. Setiap zat memiliki kelarutan yang berbeda-beda terhadap suatu pelarut. Zat
pelarut apabila melebihi batas ambang kemampuan melarutkan dari zat pelarut maka zat
terlarut tidak akan mampu dilarutkan lagi atau zat terlarut telah maksimum dan sering
disebut sebagai larutan jenuh atau kondisi pelarut yang telah maksimum dalam melarutkan
zat terlarut (Sukardjo, 1997).
2.2.2 Larutan Elektrolit
Teori Arrhenius menyatakan, larutan elektroit merupakan larutan yang terurai
menjadi partikel ion yang bermuatan listrik. Partikel-partikel ion tersebut dibedakan
menjadi partikel ion positif (kation) dan partikel ion negatif (anion). Proses penguraian
partikel-partikel ion tersebut sering disebut sebagai peristiwa ionisasi. Ikatan pada larutan
elektrolit terdiri dari dua ikatan, yakni ikatan ion dan ikatan kovalen polar. Larutan
elektrolit umumnya dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Perbedaan kedua jenis larutan ini ialah kekuatan daya hantar listriknya, dimana larutan
elektrolit kuat akan menghantarkan listrik lebih baik jika dibandingkan larutan elektrolit
lemah. Larutan elektrolit kuat mampu terionisasi sempurna dalam larutan sedangkan
elektrolit lemah hanya mampu terionisasi sebagian didalam larutan. Pergerakan bebas
partikel-partikel ion tersebut mengakibatkan pergerakan perpindahan elektron, semakin
besar dan berbanding lurus dengan daya hantar listriknya juga besar (Hendayana, 1994).
Larutan elektrolit umumnya diuji menggunakan elektroda. Teori Michael Faraday
menyatakan, elektroda ialah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian
atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Elektroda dibagi menjadi 2 yaitu elektroda inert
dan elektroda tidak inert. Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak dapat atau sulit
bereaksi saat proses pengujian kelistrikan suatu larutan. Medan listik akan timbul diantara
elktroda inert ketika dialirkan oleh tegangan listrik. Hal tersebut mengakibatkan ion negatif
akan bergerak menuju elektroda positif (katoda) dan melepaskan elektron pada elektroda
reduksi. Ion positif akan menuju ke elektroda negatif (anoda) dan menyerap elektron dari
elektroda oksidasi. Larutan elektrolit dalam peristiwa ini mengalami perpindahan muatan
dari elektroda yang satu menuju elektroda yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-
ionnya. Analisis kimia yang didasarkan pada pergerakan ion-ion penyusun dalam larutan
elektrolit akan menghasilkan daya hantar listrik atau konduktivitas (Sykuri, 1999).
2.2.3 Konduktivitas
Konduktivitas merupakan ukuran besar kecilnya suatu larutan dapat menghantarkan
listrik. Faktor yang mempengaruhi konduktivitas suatu senyawa ialah kemampuan dari
senyawa tersebut dalam mengion dalam larutan. Jumlah ion dari suatu larutan semakin
besar maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan
sebanding dengan nilai daya hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebanding
dengan konduktivitas larutan (Alberty, 1992).
Elektrolisis sering dihubungkan dengan fenomena daya hantar listrik suatu larutan.
Peristiwa ini dapat mengecilkan arus listrik ketika suatu elektroda dihubungkan degan arus
listrik searah. Hal tersebut disababkan peristiwa elektrolisis menyebabkan timbulnya
lapisan di permukaan elektroda. Lapisan elektroda menyebabkan daya hantar menjadi
berkurang, sehingga untuk mencegah hal tersebut pada larutan elektrolit digunakan arus
bolak-balik. Larutan elektrolit apabila dihubungkan tegangan melalui kedua elektroda,
maka akan timbul medan listrik antara kedua elektroda tersebut. Hal ini mengakibatkan ion
positif akan bergerak menuju elektroda negatif (anoda) untuk mengambil elektron dari
elektroda ini (oksidasi), sedangkan ion negatif akan bergerak menuju elektroda positif
(katoda) untuk menyerahkan elektron pada elektroda ini (reduksi) (Sukardjo, 1997).
Daya hantar lisrik berbanding terbalik dengan hambatan listrik (R), secara
matematis dirumuskan menjadi R = ρ l/A. Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm (Ω) , ρ
adalah tahanan spesifik atau resistivitas dalam ohm cm (satuan SI, ohm m), l adalah
panjang dalam cm, dan A luas penampang lintang dalam cm2. Daya hantar listrik oleh
karena itu dinyatakan menjadi :
1
L = 𝑅 ……………………………………………(2.1)

Dimana : L = daya hantar (Ohm-1)


R = tahanan (Ohm)
Perpindahan muatan negatif tersebut dapat terjadi jika arus listrik mengalir dari tempat
yang memiliki potensial tinggi ke tempat yang berpotensial rendah, seperti pada gambar:

Gambar 2.1 Jalur potensial


(Sumber : Alberty, 1992)
(Alberty, 1992).

Gambar tersebut menjelaskan tentang jalur potensial suatu elektroda, dimana


potensial di A dianggap lebih tinggi sedangkan potensial di B dianggap lebih rendah. Arus
listrik (I) akan dihasilkan saat diberi suatu penghantar dengan tahanan (R). Besar kesilnya
arus listrik yang dihasilkan bergantung pada tahanan (R) yang digunakan. tahanan (R)
yang semakinbesara kan memperkecil muatan listrinya (Tim Penyusun, 2019).
2.2.4 Konduktometer
Konduktometer merupakan suatau alat umum yang digunakan dalam pengukuran
daya hantar listrik atau konduktivitas. Konduktometer bekerja dengan mengukur derajat
ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom
cairan. Prinsip kerja konduktometer adalah penerimaan rangsangan pada bagian konduktor
suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu akan menghasilkan nilai daya
hantar listriknya (Bird, 1993).
2.2.5 Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran nilai suatu
alat ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur yang diperiksa
terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih tinggi nilai ukurnya. Proses
kalibrasi dapat menentukan nilai‐nilai yang berkaitan dengan kinerja alat ukur atau bahan
acuan. Tujuan kalibrasi alat ukur adalah untuk menentukan devisiasi dan kebenaran nilai
penunjukan alat ukur. Alasan mengapa alat ukur perlu dikalibrasi yaitu agar alat sesuai
dengan hasil pengukran lain dan menentukan akurasi alat (Supriyana, 2004).
2.2.6 Konduktor dan Isolator
Konnduktor merupakan benda-benda yang dapat dnegan mudah menghantarkan
energi berupa panas. Isolator merupakan sutau istilah untuk menyebutkan benda-benda
yang sukar ataupun tidak dapat menghantarkan suatu energi berupa panas.sifat konduktor
ataupun isolator juga ditemukan pada larutan. larutan yang bersifat konduktor, berarti
larutan tersebut memiliki kemampuan untuk menghantarkan energi yang umunya berupa
panas lstrik. Larutan jenis ini ialah larutan yang memiliki kemampuan ionisasi dalam air.
Larutan konduktor dibagi lagi menjadi larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat.
Larutan elektrolit kuat memiliki ciri-ciri mengionisasi sempurna dalam air dan memiliki
derajat ionisasi= 1 atau mendekati 1. Larutan jenis ini biasanya terdiri dari senyawa-
senyawa ionik dan senyawa kovalen polar. larutan elektrolit lemah merupakan laruta yang
mampu mengions sebagian dalam air. Contoh larutan pada jenis ini ialah asam asetat.
Larutan isolator atau larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik seperti halnya minyak
tanah (Alberty, 1992).
2.2.7 Pengaruh Besar Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran suatu larutan yang dapat
menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk larutan elektrolit. Jumlah ion yang
semakin besar dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah
muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya hantar molar larutan dimana hantaran
molar juga sebading dengan konduktivitas larutan. Larutan encer, ion-ion dalam larutan
tersebut mudah bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Larutan yang pekat,
pergerakan ion lebih sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah. Hal yang
mempengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah jenis larutan (Sukardjo, 1997).
Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion yang
terdapat didalam larutan tersebut. Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit
(kuat/lemah) dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah/kuat
memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran tak
berhingga. Jumlah ion yang semakin banyak dalam larutan maka semakin besar daya
hantar listriknya dan sebaliknya (Supriyana, 2004).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas beaker 50 ml
- Beaker gelas 100 ml
- Labu ukur 50 ml
- Labu ukur 100ml
- Labu ukur 25 ml
- Termometer
- Botol semprot
- Pipet tetes
- Gelas ukur 100 ml
- Gelas ukur 25 ml
- Konduktometer
- Pipet volume 10 dan 15 ml
- Pipet mohr 5 ml
- Batang pengaduk
- Ball pipet
3.1.2 Bahan
- NaOH 1M
- CH3COOH 1M
- Akuades
- NH4OH 1M
- HCl 1M
- NaBr 1M
- NH4Cl 1M
- NaCl 1M
- KCl
- NaI
3.2 Diagram Kerja
3.2.1 Mentukan daya hantar listrik berbagai senyawa

Akuades

- dimasukkan 25 ml pada gelas piala 100 ml


- diukur daya hantar listrik setiap larutan dengan konduktometer yang
telah dikalibrasi dengan 0,001 KCl (daya hantar KCL harus
12,88mS/cm
- ditentukan sifat zat terhadap arus listrik (konduktor atau isolator).
- diulangi prosedur yang sama dengan larutan NaCl, dan Kristal NaCl
pada 3 gelas piala yang berbeda

Hasil

3.2.2 Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit

Asam asetat

 dibuat larutan dengan konsentrasi 0,01 M; 0,05 M; 0,10 M; 0,50 M; 1,00 M


masing-masing 25 mL
 diukur daya hantar listriknya dengan konduktometer, dimulai dari larutan
yang paling encer dan masing masing konsentrasi
 diulangi sebanyak tiga kali
 digambar grafik daya hantar listrik terhadap konsentrasinya untuk kelompok
1 dan 2
 ditentukan senyawa yang merupakan elektrolit kuat dan lemah untuk
kelompok 1
 dibandingkan daya hantar listrik kation dan anion segolongan (antara Cl-, Br-
dan antara NH+, NH4) untuk kelompok2
 diulangi langkah di atas untuk NH4OH, HCl, dan NaOH untuk ( kelompok
1) dan NaCl, NaBr, dan NH4Cl (kelompok 2)
Hasil
3.2.3 Kalibrasi Konduktometer
KCl
 dimasukkan ke dalam gelas beaker sebanyak ujung konduktor bisa
masuk ke dalam larutan tersebut
 dicuci ujung konduktometer dengan akuades untuk menghilangkan
kotoran dalam konduktometer
 dicelupkan konduktometer ke dalam larutan
 diatur besar daya hantar listrik berdasarkan besar daya hantar KCl
 diangkat ujung konduktometer, diletakkan dalam tempat yang nyaman

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Menentukan Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa
No. Senyawa DHL (S) Keterangan

1 Asam cuka glasial 2,826 X 10 -8 Konduktor

2 Akuades 3,76 X 10-8 Konduktor

3 Larutan NaCl 1,2 x 10-5 Konduktor

4 Kristal NaCl 2,826 X 10 -8 Isolator

4.1.2 Daya Hantar Listrik Pada Berbagai Konsentrasi


a. Larutan Elektrolit Kelompok 1

Konsentrasi DHL (S)

(M) CH3COOH NH4OH HCl NaOH

0,01 3,67 X 10 -7 1,94 x 10 -7 2,65 x 10 -6 2,48 x 10 -6

0,05 6,37 X 10 -7 3,95 x 10 -7 3,20 x 10 -6 3,94 x 10 -6

0,1 1,12 x 10 -6 1,05 x 10 -6 3,46 x 10 -6 4,16 x 10 -6

0,5 2,24 x 10 -6 2,52 x 10 -6 3,52 x 10 -6 3,87 x 10 -6

1 2,88 x 10 -6 2,35 x 10 -6 3,58 x 10 -6 4,05 x 10 -6


b. Larutan Elektrolit Kelompok 2

Konsentrasi DHL (S)

(M) NaCl NaBr NH4Cl NaI

0,01 5,65 x 10 -6 3,51 x 10 -6 2,07 x 10 -6 3,72 x 10 -6

0,05 1 x 10-5 8,95 x 10 -6 2,65 x 10 -6 3,24 x 10 -6

0,1 1 x 10 -5 1 x 10 -5 2,82 x 10 -6 3,40 x 10 -6

0,5 1 x 10 -5 1,3 x 10 -5 3,09 x 10-6 4,25 x 10 -6

1 1 x 10 -5 1,3 x 10 -5 3,14 x 10-6 4,69 x 10 -6

4.2 Pembahasan
Praktikum terkait daya hantar listrik ini memiliki indeks capaian yakni untuk
mengukur mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa dan mempelajari pengaruh
konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit. Sampel uji yang digunakan pada
percobaan daya hantar kali ini mencakup senyawa garam. Senyawa asam basa maupun
senyawa netral seperti aquades. Variabel terikat pada percobaan ini ialah daya hantar listrik
berbagai senyawa dan daya hantar listrik berbagai konsentrasi. Percobaan kali ini
melakukan uji kualitatif dan kuantitatif berupa pengamatan dan pengukuran perbedaan
nilai konduktifitas dari senyawa yang berbeda ataupun dari konsentrasi yang berbeda pada
setiap senyawa yang sama. Konduktivitas merupakan ukuran besar kecilnya suatu larutan
dapat menghantarkan listrik. Faktor yang mempengaruhi konduktivitas suatu senyawa
ialah kemampuan dari senyawa tersebut dalam mengion dalam larutan. Jumlah ion dari
suatu larutan semakin besar maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah
muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya hantar molar larutan dimana hantaran
molar juga sebanding dengan konduktivitas larutan (Alberty, 1992).
Pengukuran nilai konduktivitas setiap senyawa menggunakan suatu alat ukur yakni
konduktometer. Konduktometer tersebut bekerja dengan mengukur derajat ionisasi dari
pergerakan ion-ion suatu senyawa yang terionisasi dalam fasa larutan. Alat konduktometer
digunakan dengan mencelupkan bagian konduktor ke dalam larutan yang akan diuji.
Elektroda tersebut akan bersentuhan langsung dengan ion-ion dalam larutan sehingga akan
menghasilkan nilai konduktivitas yang terbaca pada alat konduktometer. Alat
konduktometer sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan KCl sampai
diperoleh nilai koduktivitasnya sebesar 12,88 yang merupakan nilai standar dari
konduktivitas larutan KCl yang sudah diketahui. Konduktometer ini perlu dikalibarasi
dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian hasil yang diperoleh dan supaya alat ini
bekerja sesuai spesifikasinya. Pengukuran nilai konduktivitas dihentikan saat sudah
diperoleh nilai arus yang konstan.
Prosedur yang pertama yakni menentukan daya hantar berbagai senyawa, yakni
asam asetat glasial, aquades, kristal NaCl serta larutan NaCl. Hasil pengujian nilai
konduktivitas berdasarkan tabel 4.1.1. Data pengamatan menunjukkan terdapat senyawa
dengan nilai konduktivitas kecil. Hal tersebut menunjukkan senyawa yang dimaksud tidak
dapat menghantarkan listrik atau non elektrolit. Data pengamatan juga menunjukkan
terdapat senyawa dengan nilai konduktivitas terbesar, hal tersebut menunujukkan senyawa
yang dimaksud merupakan senyawa elektrolit kuat. Pengukuran pertama ialah senyawa
asam asetat glasial. Asam asetat glasial merupakan asam asetat pekat yang berbeda dengan
asam cuka dipasaran. Asam asetat glasial merupakan asam asetat yang bebas dengan air
atau anhidrat. Hasil pengujian menunjukkan besar konduktivitas dari asam asetat glasial
sebesar 3 X 10-5 S cm-1. Nilai yang tergolong kecil ini mengindikasikan asam asetat glasial
memiliki sejumlah kecil ion-ion bebas dalam pelarut sehingga daya hantar listrik yang
dihasilkan juga kecil. Asam cuka glasial memiliki ikatan kovalen polar karena perbedaan
keelektronegatifan antara atom H dan atom O yang besar. Asam cuka glasial termasuk
asam lemah sehingga dalam pelarut air akan mengalami ionisasi yang tidak sempurna.
Ionisasi yang tidak sempurna menjadi ion H+ dan CH3COO- ini menyebabkan jumlah ion-
ion yang dapat bergerak bebas untuk menghantarkan arus listrik jumlahnya sedikit dan
menyebabkan senyawa ini tergolong sebagai konduktor atau elektrolit lemah. Reaksi
penguraian ion-ion dari asam cuka glasial adalah:
CH3COOH (aq) ⇋ H+ (aq) + CH3COO- (aq)......................................(4.1)
Senyawa pengukuran nilai konduktivitas selanjutnya ialah air suling atau aquades.
Data pengamatan menunjukkan nilai konduktivitas sebesar 0,04 x 10-3 S/cm. Nilai yang
tergolong kecil tersebut menunjukkan senyawa aquades memiliki kemamuan mengion
yang rendah sehingga dapat dikelompokan kedalam senyawa elektrolit lemah. Akuades
merupakan senyawa kovalen polar, sehingga dalam larutannya hanya terdapat sebagian
kecil spesi ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ikatan kovalen polar pada H2O
disebabkan karena perbedaan keelektronegatifan yang cukup besar antara atom-atom
penyusunnya yaitu antara atom H dan atom O. Keelektronegatifan yang besar pada H2O
menyebabkan adanya gaya tarik menarik yang sangat kuat, sehingga sangat sedikit ion-ion
yang terbentuk pada reaksi ionisasinya. Akuades dapat menghantarkan arus listrik namun
sangat kecil disebabkan karena reaksi ionisasi akuades membentuk kesetimbangan. Reaksi
ionisasi dari senyawa aquades ialah:
H2O (aq) ⇋ H+ (aq) + OH- (aq)...............................................(4.2)
Pengukuran daya hantar listrik terakhir pada prosedur ini berupa senyawa NaCl
dalam bentuk larutan dan kristalnya. Pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui
perbedaan daya hantar listrik suatu senyawa yang sama namun pada fasa yang berbeda.
Hasil yang diperoleh pada pengukuran daya hantar listrik larutan NaCl dan kristal NaCl
terdapat pada tabel pengamatan 4.1.1 menunjukkan perbedaan yang besar dimana nilai
konduktivitas dari senyawa larutan NaCl lebih besar dari kristal NaCl. Hal tersebut
disebabkan karena NaCl dalam larutannya dapat mengalami proses ionisasi yang
sempurna, sehingga terdapat banyak ion-ion yang bergerak bebas yang dapat
menghantarkan arus listrik. Kristal NaCl dalam wujud padatannya memiliki ikatan ion-ion
antara Na+ dan Cl- terikat kuat pada kisi kristalnya sehingga tidak menghantarkan listrik.
Nilai konduktifitas yang didapatkan dari pengukuran larutan NaCl sebesar 13,7 x 10-3 S/cm
dan pada Kristal NaCl sebesar 0,03 x 10-3 S cm-1. Reaksi penguraian ion-ion NaCl dalam
larutannya adalah:
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)............................................(4.3)
Hasil pengukuran pada percobaan yang pertama menunjukkan urutan kekuatan
daya hantar listrik berdasarkan pengukuran nilai konduktivitas dari kecil-besar ialah asam
asetat glasial < kristal NaCl < aquades < asam asetat glasial < larutan NaCl.. Berdasarkan
hasil yang diperoleh juga dilakukan pengelompokan senyawa sebagai konduktor dan
sebagai isolator. Senyawa yang tergolong konduktor atau dapat menghantarkan arus listrik
teridiri dari larutan NaCl, asam cuka glasial dan akuades. Senyawa yang tergolong isolator
atau tidak dapat menghantarkan arus listrik yaitu kristal NaCl.
Prosedur selanjutnya ialah pengukuran daya hantar listrik elektrolit pada berbagai
konsentrasi senyawa yang sama. Percobaan pengukuran daya hantar listrik atau
konduktivitas kali ini terdapat 2 kelompok senyawa yakni kelompok senyawa asam basa
dan kelompok garam. Tujuan pengujan nilai konduktivitas pada percobaan kedua ini ialah
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap nilai konduktivitas. Konsentrasi yang
digunakan pada percobaan ini ialah 0,01M, 0,05M, 0,10M, 0,50M dan 1,00M.
Pengelompokan senyawa menjadi 2 kelompok ini juga bertujuan untuk mengetahui
perbedaan daya hantar listrik kelompok asam basa dan kelompok garam. Kelompok uji
pertama ialah kelompok asam basa. Berdasarkan data pengamatan menunjukkan bahwa
pada kelompok senyawa asam basa ini semua senyawa dapat menghantarkan listrik yang
ditunjukkan pada nilai konduktivitasnya. Hal tersebut menunjukkan senyawa dapat
mengalami ionisasi pada pelarutnya. Senyawa asam basa yang pertama ialah senyawa
asam asetat dan larutan NH4OH. Larutan CH3COOH termasuk asam lemah, sedangkan
larutan NH4OH termasuk basa lemah. Larutan asam dan basa lemah dalam larutannya
hanya terionisasi sebagian menghasilkan ion H + dan CH3COO- pada CH3COOH dan
menghasilkan ion NH4+ dan OH- pada NH4OH. Larutan asam lemah yang hanya terionisasi
sebagian ini menyebabkan ion-ion yang bergerak bebas untuk mengahasilkan arus listrik
hanya sedikit. Larutan dengan arus listrik yang kecil tergolong dalam larutan elektrolit
lemah. Kedua larutan ini termasuk dalam elektrolit lemah karena dalam penguraian ion-ion
nya membentuk suatu kesetimbangan, dimana CH3COOH asam lemah dan NH4OH adalah
basa lemah. Reaksi ionisasinya yaitu:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO-(aq) + H+(aq).......................................(4.4)
NH4OH(aq) ⇌ NH4+(aq) + OH-(aq)............................................(4.5)
Pengaruh konsentrasi terhadap nilai konduktivitas pada percobaan ini juga diperhatikan.
Berdasarkan data pengamatan, baik pada CH3COOH maupun pada NH4OH peningkatan
konsentrasi menyebabkan peningkatan nilai konduktivitas. Hal tersebut karena
peningkatan jumlah konsentrasi menyebabkann peningkatan jumlah partikel. Peningkatan
jumlah partikel akan menyebabkan peningakatan jumlah ion yang bergerak bebas pada
pelarut air, hal tersebut menyebabkan kemampuan larutan dalam menghantarkan listrik
juga meningkat. Daya hantar listrik yang meningkat sebanding dengan peningkatan
konsentrasi larutan dapat dilihat dari data kenaikan nilai konduktivitas. Penyimpangan
data terjadi pada senyawa CH3COOH dan NH4OH dengan konsentrasi 0,01M yang
mengalami penurunan dari konsentrasi yang sebelumnya. Hal tersebut diduga terjadi
kesalahan pada praktikan saat membaca data.
Senyawa selanjutnya ialah larutan asam klorida HCl dan NaOH. Larutan HCl
merupakan asam kuat, sedangkan larutan NaOH merupakan basa kuat. Larutan asam dan
basa kuat dalam penguraian ion-ionnya tidak mengalami kesetimbangan. Reaksi
ionisasinya tidak mengalami kesetimbangan disebabkan karena asam dan basa kuat terurai
sempurna menjadi ion-ionnya, sehingga semua reaksi langsung bergeser ke arah kanan
(produk). Kedua larutan ini merupakan elektrolit kuat sehingga dalam pelarut air dapat
terionisasi sempurna. Larutan yang terionisasi secara sempurna menghasilkan banyak ion-
ion yang dapat bergerak bebas, sehingga daya hantar listrik yang dihasilkan juga besar.
Larutan dengan arus listrik yang tinggi tergolong dalam larutan elektrolit kuat. Proses
ionisasi dari larutan HCl dan NaOH adalah sebagai berikut :
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)....................................................(4.6)
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)................................................(4.7)
Pengaruh kosentrasi pada pengukuran konduktivitas pada senyawa HCl dan NaOH
ialah peningkatan konsentrasi senyawa akan meningkatkan nilai konduktivitasnya. Data
pada percobaan ini telah sesuai dengan literatur dimana peningkatan konsentrasi akan
meningkatkan jumlah partikel pada senyawa. Senyawa HCl dan NaOH yang tergolong
dalam senyawa elektrolit menyebabkan semakin besarnya jumlah partikel dalam larutan
akan meningkatkan jumlah partikel yang dapat terion didalam pelarut air. Peningkatan
jumlah partikel yang terion juga akan meningkatkan tumbukan ion dengan konduktor
sehingga akan menghasilkan nilai daya hantar listrik yang besar. Peningkatan ionisasi ini
akan meningkatkan kemampuan menghantarkan listrik pada larutan yang ditunjukkan
dengan peningkatan nilai konduktivitasnya.
Data pada pengukuran daya hantar listrik kelompok 1 dapat dibuat grafik sebagai
berikut:

Konsentrasi vs DHL kelompok 1


0.0000045
0.000004
0.0000035
0.000003
0.0000025 NH4OH
DHL

0.000002 CH3COOH
0.0000015
HCl
0.000001
0.0000005 NaOH
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

Kelompok 1 berisikan senyawa asam basa spesi lemah dan spesi kuat. Asam lemah yaitu
CH3COOH dan basa lemah NH4OH dan asam kuat yang berisikan HCl dan basa kuat
NaOH. Berdasarkan grafik diatas nampak kekuatan daya hantar listrik dari kecil ke besar
ialah CH3COOH < NH4OH < HCl< NaOH. Hal tersebut sesuai dengan literatur, dimana
asam lemah merupakan larutan elektrolit lemah yang mampu mengion sebagian didalam
air. Hal tersebut menyebabkan larutan ini memiliki daya hantar lintrik yang rendah atau
sebagai penghantar listrik yang kurang baik. Asam kuat memiliki kemampuan mengion
sempurna dalam air sehingga memilki daya hantar listrik yang tinggi atau sebagai
konduktor yang baik (Hiskia, 1999).
Kelompok senyawa yang kedua ialah kelompok senyawa garam yang terdiri dari
NaCl, NaBr, NaI dan NH4Cl. Senyawa pada kelompok 2 ini juga dinecerkan dengan range
konsentrasi 0,01M, 0,05M, 0,10M, 0,50M dan 1,00M. Senyawa-senyawa pada kelompok 2
merupakan kelompok senyawa yang memiliki ikatan ionik. Senyawa dengan ikatan ionik
akan dapat terurai sempurna dalam larutannya sehingga akan memiliki ion-ion bebas
dalam jumlah besar yang akan mampu menghantarkan listrik dengan baik.
Senyawa NaCl, NaBr merupakan senyawa elektrolit dengan kation sama dan anion
dalam satu golongan halogen. Hal tersebut tidak menjadikan nilai daya hantar listrik sama
untuk kedua senyawa. Nilai daya hantar senyawa yang dihasilkan didasarkan pada
perbedaan keelektronegtifan unsur-unsur penyusunnya. Berdasarkan trend
keelektronegativan dari unsur penyusunya untuk golongan halogen akan semakin
meningkat dari bawah keatas dalam satu golongan halogen. Hal tersebut menunjukkan
anatar anion Cl dan Br, nilai keelektronegativan ialah Cl > Br. Berdasarkan data
konduktivitas yang telah diplotkan dalam grafik tersebut menunjukkan daya hantar listrik
NaBr > NaCl. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur dimana NaBr dengan nilai
konduktivitas Br yang lebih rendah dari Cl akan menyebabkan NaBr memiliki perbedaan
elektronetivitas yang rendah. Perbedaan keelektronegativitas yang rendah akan
menyebabkan larutan lebih mudah mengion didalam larutan. Hal tersebut mengakibatkan
kekauatan daya hantar listrik yang besar karena adanya sejumlah besar ion-ion yang
bergerak bebas. Persamaan reaksi pada proses pengionan masing-masing senyawa ialah:
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)................................................................(4.8)
NaBr(aq) → Na+(aq) + Br-(aq)...............................................................(4.9)
Larutan pada senyawa kelompok 2 selanjutnya ialah larutan NH4Cl dan larutan NaI.
Data nilai konduktivitas pada larutan ini meningkat seiring peningkatan konsentrasi. sama
hal nya pada percobaan-percobaan sebelumnya, peningkatan konsentrasi akan
meningkatkan jumlah partikel yang dapat terion kan dalam larutan sehingga akan
meningkatkan kekuatan daya hantar listrik yang ditunjukkan dengan nilai konduktivitas
saat pengujian kuantitatif. Nilai daya hantar listrik senyawa NH4Cl ini merupakan nilai
terendah diantara senyawa lain dalam kelompok 2 ini. Hal tersebut karena NH4Cl memiliki
perbedaan ikatan kation yaitu berupa ion NH4+ sedangkan larutan lainnya memiliki ikatan
kation berupa Na+. Kation NH4+ memiliki ukuran yang lebih besar dibanding Na+, selain
itu Na+ lebih bersifat elektronegatif dibandingkan NH4+. Nilai daya hantar listrik pada NaI
lebih besar jika dibandingkan dengan NH4Cl. Larutan NaI merupakan larutan dengan anion
yang memiliki nilai besar dalam menghantarkan arus listrik. Larutan NaI dalam satu
golongan terletak paling bawah jika dibandingkan dengan Cl dan Br dimana dalam satu
golongan dari atas ke bawah keelektronegatifannya semakin berkurang. Atom Na yang
berikatan membuat larutan menjadi tergolong elektropositif maka kekuatan ion NaI jauh
lebih jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan NaCl dan NaBr. Perbedaan
keelektronegatifan yang rendah menyebabkan NaI akan lebih mudah mengion maka arus
yang dihasilkan besar sehingga daya hantarnya juga akan semakin besar. Hasil ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Alberty (1992), yakni daya hantar suatu larutan dapat
dipengaruhi oleh ukuran kation dan anion penyusunnya. Kation dengan sifat lebih
elektroposistif dan memiliki ukuran yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan daya
hantar listriknya. Persamaan reaksi pada proses pengionan senyawa ini ialah:
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl-(aq)……………………….…….(4.10)
NaI(aq) → Na+(aq) + I-(aq)……………………….………..(4.11)
Data pada pengukuran daya hantar listrik kelompok 1 dapat dibuat grafik sebagai
berikut:

Konsentrasi vs DHL kelompok 2


0.000014
0.000012
0.00001
0.000008 NaCl
DHL

0.000006 NaBr
0.000004 NH4Cl
0.000002 NaI
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
konsentrasi

Kelompok 2 berisikan senyawa garam yang berisikan larutan NaCl, NaBr, NaI dan
NH4Cl.. Berdasarkan grafik diatas nampak kekuatan daya hantar listrik dari kecil ke besar
ialah CH3COOH < NH4OH < HCl< NaOH. Berdasarkan perbandingan antara kelompok 1
dan kelompok 2 tidak menunjukkan trend data yang signifikan. Hal tersebut karena
kemampuan daya hantar lsitrik bukan hanya dilihat dari jenis senyawa yang digunakan
tetap juga kemampuan larutan dalam mengion. Hal tersebut dapat dilihat pada kumpulan
asam dan basa lemah pada kelompok 1 akan memiliki nilai adaya hantar lsitrik yang lebih
rendah dari senyawa garam pada kelompok 2. Hal tersebut berbanding terbalik ketika
senyawa asam kuat dan basa kuat ketika dibandingkan dengan ketiga garam pada
kelompok 2. Kekuatan daya hantar listrik pada asam kuat lebih besar dibandingkan dengan
gara pada kelompok 2. Hal tersebut karena kemmapuan asam kuat dan basa kuat pada
percobaan untuk mengion sempurna dalam larutan.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan daya hantar listrik ini ialah
mengetahui pengukuran daya hantar listrik dan pengaruh konsentrasi terhadat kekuatan
daya hantar listrik. Pengukuran daya hantar listrik mennggunakan alat konduktometer yang
terhubung dengan sensor. Konduktometer tersebut bekerja dengan mengukur derajat
ionisasi dari pergerakan ion-ion suatu senyawa yang terionisasi dalam fasa larutan. nilai
konduktivitas tersebut kemudian diolah dengan rumus yang tersedia dan didapatlah nilai
daya hantar listrik. Peningakatan konsentrasi larutan akan meningkatkan daya hantar listrik
larutan tersebut karena terjadinya peningkatan jumlah ion bebas saat proses ionisasi.

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah proses pengenceran harus dilakukan dengan
berhati-hati, karena kesalahan pengenceran dapat mengakibatkan kesalahan pada nilai daya
hantar listrik. Konduktometer sebelum digunakan harus di lakukan proses kalibrasi terlebih
dahulu, agar nilai pengukurannya sesuai. Elektroda yang telah di gunakan harus selalu
dibilas dengan akuades sampai benar-benar bersih agar tidak mempengaruhi nilai daya
hantar listrik dari senyawa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alberty. 1992. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hiskia, A. 1999.Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Aquades. .[serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Acetate Acid.[serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld= 9536790. [diakses 31 Maret
2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Ammonium Chlroride. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9924521. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Ammonium Hidroxide. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9924473. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Hidrochloride Acid. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9223456. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Bromide. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9463520. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Chlroride. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9337896. [diakses 5 31 Maret
2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Hidroxyde. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9924120. [diakses 31 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Kerosne. [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php?msdsld=9567890. [diakses 31 Maret
2019].
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Supriyana. 2004. Kimia untuk Universitas jilid II. Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.
Tim Kimia Fisika. 2019. Penuntun Praktikum Kesetimbangan KIMIA. Jember: FMIPA
Universitas Jember.
LAMPIRAN

1. MENENTUKAN DAYA HANTAR LISTRIK BERBAGAI SENYAWA

Daya Hantar Listrik (DHL) k3 = 0,04 x 10-3 S/cm


k=

k = 0,04 x 10-3 S/cm


DHL = k x

= 0,04 X 10-3 Scm-1 x cm

= 3,76 X 10-8 S

Daya Hantar Listrik Larutan NaCl


Keterangan :
k1 = 13,67 x 10-3 S/cm
A = Luas penampang (cm2)
L = Panjang (cm) k2 = 14,05 x 10-3 S/cm
ρ = Konduktifitas (ohm.cm) k3 = 13,40 x 10-3 S/cm
K = Konduktifitas (Scm-1) atau (S/cm)
k=

Daya Hantar Listrik Asam Cuka Glasial K= 13,7 x 10-3 S/cm


DHL = k x
k1 = 3 x 10-5 S/cm

k2 = 3 x 10-5 S/cm = 13,7 x 10-3 S cm-1 x cm

k3 = 3 x 10-5 S/cm = 1,2 x 10-5 S


Daya Hantar Listrik Kristal NaCl
k=
k1 = 0,03 x 10-3 S/cm
k = 3 X 10-5 S cm-1 k2 = 0,03 x 10-3 S/cm
k3 = 0,03 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k=
= 3 X 10-5 S cm-1 x cm
k = 0,03 x 10-3 S cm-1

= 2,826 X 10 -8 S DHL = k x

Daya Hantar Listrik Akuades = 0,03 x 10-3 S cm-1 x cm

k1 = 0,04 x 10-3 S/cm = 2,826 X 10 -8 S


k2 = 0,04 x 10- S/cm
2. MEMPELAJARI PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP DAYA HANTAR
LISTRIK LARUTAN ELEKTROLIT
A. Pengenceran Larutan Kelompok 1
a. Pengenceran Larutan CH3COOH
 CH3COOH 0,5 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 1,0 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 CH3COOH 0,05 M
𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 CH3COOH 0, 1 M 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 CH3COOH 0,01 M
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 CH3COOH 1 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿

b. Pengenceran Larutan NH4OH


 NH4OH 0,5 M  NH4OH 1 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 25 𝑚𝐿

 NH4OH 0,1 M  NH4OH 0,05 M


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿

 NH4OH 0,01 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
c. Pengenceran Larutan HCl
 HCl 0,5 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 HCl 0,05 M
𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 HCl 0,1 M 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 HCl 0,01 M
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 HCl 1 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
d. Pengenceran Larutan NaOH
 NaOH 0,5 M  NaOH 1M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 25 𝑚𝐿

 NaOH 0,1 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
 NaOH 0,05 M
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿

 NaOH 0,01 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
Kelompok 2
a. Pengenceran Larutan NaCl
 NaCl 0,5 M 𝑉1 = 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 NaCl 0,05 M
𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 NaCl 0,1 M 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
 NaCl 0,01 M
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 NaCl 1 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 25 𝑚𝐿

b. Pengenceran Larutan NaBr


 NaBr 0,5 M  NaBr 1 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿 1 𝑀 × 𝑉1 = 01 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 25 𝑚𝐿

 NaBr 0,1 M  NaBr 0,05 M


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿

 NaBr 0,01 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
c. Pengenceran Larutan NaI
 NaI 0,5 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 15 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 15 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 15 𝑚𝐿
 NaI 0,05 M
𝑉1 = 7,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 NaI 0,1 M 0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 15 𝑚𝐿


𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,75 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 15 𝑚𝐿
 NaI 0,01 M
𝑉1 = 1,5 𝑚𝐿 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 NaI 1 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 15 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,15 𝑚𝐿

d. Pengenceran Larutan NaCl


 NH4Cl 0,5 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,5 𝑀 × 25 𝑚𝐿

𝑉1 = 12,5 𝑚𝐿
 NH4Cl 0,05 M
 NH4Cl 0,1 M 𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
0,1 𝑀 × 𝑉1 = 0,05 𝑀 × 25 𝑚𝐿
1 𝑀 × 𝑉1 = 0,1 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 1,25 𝑚𝐿
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿
 NH4Cl 0,01 M
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2

 NH4Cl 1 M 1 𝑀 × 𝑉1 = 0,01 𝑀 × 25 𝑚𝐿
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
𝑉1 = 0,25 𝑚𝐿
KELOMPOK 1

 Daya Hantar Listrik CH3COOH 0,01 Daya Hantar Listrik CH3COOH 0,10 M
M
k1 = 1,20 x 10-3 S/cm
k1 = 0,38 x 10-3 S/cm
k2 = 1,18 x 10- S/cm
k2 = 0,40 x 10-3 S/cm
k3 = 1,20 x 10-3 S/cm
k3 = 0,39 x 10-3 S/cm
k=
k=
k = 1,19 x 10-3 S/cm
k = 0,39 x 10-3 S cm-1
DHL = k x
DHL = k x
= 1,19 x 10-3 S cm-1 x cm
= 0,39 x 10-3 S cm-1 x cm
= 1,12 x 10 -6 S
= 3,67 X 10 -7 S
Daya Hantar Listrik CH3COOH 0,50 M
Daya Hantar Listrik CH3COOH 0,05 M
k1 = 2,39 x 10-3 S/cm
k1 = 0,67 x 10-3 S/cm
k2 = 2,38 ox 10-3 S/cm
k2 = 0,68 x 10-3 S/cm
k3 = 2,37 x 10-3 S/cm
k3 = 0,68 x 1 0-3 S/cm
k=
k=
k = 2,38 x 10-3 S/cm
k = 0,67 x 10-3 S/cm
DHL = k x
DHL = k x
= 2,38 x 10-3 S cm-1 x cm
= 0,67 x 10-3 S cm-1 x cm
= 2,24 x 10 -6 S
= 6,37 X 10 -7 S
Daya Hantar Listrik CH3COOH 1 M
k1 = 3,06 x 10-3 S/cm k=

k2 = 3,05 x 10- S/cm


k = 0,42 x 10-3 S/cm
k3 = 3,07 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k=
= 0,42 x 10-3 S/cm x cm
k = 3,06 x 10-3 S/cm
= 3,95 x 10 -7 S
DHL = k x
Daya Hantar Listrik NH4OH 0,1 M

= 3,06 x 10-3 S cm-1 x cm


k1 = 1.12 x 10-3 S/cm

= 2,88 x 10 -6 S k2 = 1,12 x 10-3 S/cm

 Daya Hantar Listrik NH4OH 0,01 M k3 = 1,12 x 10-3 S/cm

k1 = 0,20 x 10-3 S/cm k=

k2 = 0,21 x10-3 S/cm


k = 1,12 x 10-3 S/cm
k3 = 0,21 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k=
= 1,12 x 10-3 S/cm x cm
k = 0,21 x 10-3 S/cm
= 1,05 x 10 -6 S
DHL = k x
Daya Hantar Listrik NH4OH 0,5 M

= 0,21 x 10-3 S/cm x cm k1 = 2,65 x 10-3 S/cm

= 1,94 x 10 -7 S k2 = 2,63 x 10-3 S/cm

Daya Hantar Listrik NH4OH 0,05 M k3 = 2,75 x 10-3 S/cm

k1 = 0,43 x 10-3 S/cm k=

k2 = 0,42 x 10-3 S/cm


k = 2,67 x 10-3 S/cm
k3 = 0,41 x 10-3 S/cm
DHL = k x
= 2,67 x 10-3 S/cm x cm k1 = 3,40 x 10-3 S/cm

-6
k2 = 3,41 x 10-3 S/cm
= 2,52 x 10 S
k3 = 3,40 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NH4OH 1 M

k=
k1 = 2,43 x 10-3 S/cm

k2 = 2,53 x 10-3 S/cm k = 3,40 x 10-3 S/cm

k3 = 2,53 x 10-3 S/cm DHL = k x

k=
= 3,40 x 10-3 S/cm x cm

k = 2,49 x 10-3 S/cm


= 3,20 x 10 -6 S

DHL = k x
Daya Hantar Listrik HCl 0,1 M

= 2,49 x 10-3 S/cm x cm k1 = 3,68 x 10-3 S/cm

k2 = 3,68 x 10-3 S/cm


= 2,35 x 10 -6 S
k3 = 3,68 x 10-3 S/cm
 Daya Hantar Listrik HCl 0,01 M
k=
k1 = 2,83 x 10-3 S/cm

k2 = 2,82 x 10-3 S/cm k = 3,68 x 10-3 S/cm

k3 = 2,80 x 10-3 S/cm DHL = k x

k=
= 3,68 x 10-3 S/cm x cm

k = 2,81 x 10-3 S/cm


= 3,46 x 10 -6 S

DHL = k x Daya Hantar Listrik HCl 0,5 M

= 2,81 x 10-3 S/cm x cm k1 = 3,72 x 10-3 S/cm

k2 = 3,73 x 10-3 S/cm


= 2,65 x 10 -6 S
k3 = 3,78 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik HCl 0,05 M
k= = 2,64 x 10-3 S/cm x cm

k = 3,74 x 10-3 S/cm = 2,48 x 10 -6 S

DHL = k x Daya Hantar Listrik NaOH 0,05 M

k1 = 4,15 x 10-3 S/cm


-3
= 3,74 x 10 S/cm x cm
k2 = 4,20 x 10-3 S/cm
= 3,52 x 10 -6 S
k3 = 4,22 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik HCl 1 M
k=
-3
k1 = 3,80 x 10 S/cm
k = 4,19 x 10-3 S/cm
k2 = 3,81 x 10-3 S/cm

DHL = k x
k3 = 3,80 x 10-3 S/cm

k= = 4,19 x 10-3 S/cm x cm

k = 3,80 x 10-3 S/cm = 3,94 x 10 -6 S

DHL = k x Daya Hantar Listrik NaOH 0,1 M

k1 = 4,40 x 10-3 S/cm


-3
= 3,80 x 10 S/cm x cm
k2 = 4,42 x 10-3 S/cm
= 3,58 x 10 -6 S
k3 = 4,43 x 10-3 S/cm
 Daya Hantar Listrik NaOH 0,01 M
k=
-3
k1 = 2,60 x 10 S/cm

-3
k = 4,41 x 10-3 S/cm
k2 = 2,62 x 10 S/cm
DHL = k x
k3 = 2,70 x 10-3 S/cm

k= = 4,41 x 10-3 S/cm x cm

k = 2,64 x 10-3 S/cm = 4,16 x 10 -6 S

DHL = k x
Daya hantar Listrik NaOH 0,5 M Daya hantar Listrik NaOH 1 M
k1 = 4,10 x 10-3 S/cm k1 = 4,27 x 10-3 S/cm
k2 = 4,12 x 10-3 S/cm k2 = 4,3 x 10-3 S/cm
k3 = 4,13 x 10-3 S/cm k3 = 4,35 x 10-3 S/cm
k= k=

k = 4,11 x 10-3 S/cm k = 4,3 x 10-3 S/cm


DHL = k x DHL = k x

= 4,11 x 10-3 S/cm x cm = 4,3 x 10-3 S/cm x cm

= 3,87 x 10 -6 S = 4,05 x 10 -6 S
KELOMPOK 2 k3 = 14,30 x 10-3 S/cm
 Daya Hantar Listrik NaCl 0,01 M k=
-3
k1 = 6,05 x 10 S/cm
k = 14,23 x 10-3 S/cm
k2 = 5,98 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k3 = 5,97 x 10-3 S/cm
k= = 14,23 x 10-3 S/cm x cm

k = 6 x 10-3 S/cm = 1 x 10 -5 S

DHL = k x A/L Daya Hantar Listrik NaCl 1 M

= 6 x 10-3 S/cm x 0,1413 / 150 cm k1 = 13,53 x 10-3 S/cm

= 5,65 x 10 -6 S k2 = 13,52 x 10-3 S/cm

Daya Hantar Listrik NaCl 0,05 M k3 = 13,50 x 10-3 S/cm

k1 = 10,14 x 10-3 S/cm k=


k2 = 11,18 x 10-3 S/cm k = 13,51 x 10-3 S/cm
k3 = 11,07 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k=
= 13,51 x 10-3 S/cm x cm
-3
k = 10,79 x 10 S/cm
= 1 x 10 -5 S
DHL = k x
 Daya Hantar Listrik NaBr 0,01 M
-3 1
= 10,79 x 10 S/cm x cm k1 = 3,60 x 10-3 S/cm

= 1 x 10-5 S k2 = 3,80 x 10-3 S/cm

Daya Hantar Listrik NaCl 0,1 M k3 = 3,80 x 10-3 S/cm

k1 = 14,07 x 10-3 S/cm k=


k2 = 14,10 x 10-3 S/cm k = 3,73 x 10-3 S/cm
k3 = 14,22 x 10-3 S/cm
DHL = k x
k=
= 3,73 x 10-3Scm-1 x cm
-3
k = 14,13 x 10 S/cm
= 3,51 x 10 -6 S
DHL = k x

= 14,13 x 10-3Scm-1 x cm Daya Hantar Listrik NaBr 0,05 M

= 1 x 10 -5 S k1 = 9,48 x 10-3 S/cm

Daya Hantar Listrik NaCl 0,5 M k2 = 9,52 x 10-3 S/cm


k1 = 14,20 x 10-3 S/cm k3 = 9,53 x 10-3 S/cm
k2 = 14,20 x 10-3 S/cm
k= DHL = k x

k = 9,51 x 10-3 S/cm = 14,37 x 10-3Scm-1 x cm


DHL = k x
= 1,3 x 10 -5 S
= 9,51 x 10-3 S/cm x cm  Daya Hantar Listrik NH4Cl 0,01 M
k1 = 2,22 x 10-3 S/cm
= 8,95 x 10 -6 S
k2 = 2,20 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NaBr 0,1 M
-3 k3 = 2,18 x 10-3 S/cm
k1 = 13,77 x 10 S/cm
k2 = 13,78 x 10-3 S/cm k=

k3 = 13,76 x 10-3 S/cm k = 2,20 x 10-3 S/cm


k= DHL = k x

k = 13,77 x 10-3 S/cm = 2,20 x 10-3Scm-1 x cm


DHL = k x A/L
= 2,07 x 10 -6 S
-3
= 13,77 x 10 S/cm x cm
Daya Hantar Listrik NH4Cl 0,05 M
= 1 x 10 -5 S k1 = 2,82 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NaBr 0,5 M k2 = 2,81 x 10-3 S/cm
k1 = 14,10 x 10-3 S/cm k3 = 2,81 x 10-3 S/cm
k2 = 14,11 x 10-3 S/cm k=
k3 = 13,90 x 10-3 S/cm
k = 2,81 x 10-3 S/cm
k=
DHL = k x
-3
k = 14,04 x 10 S/cm
= 2,81 x 10-3Scm-1 x cm
DHL = k x
= 2,65 x 10 -6 S
-3 -1
= 14,04 x 10 Scm x cm
Daya Hantar Listrik NH4Cl 0,1 M
= 1,3 x 10 -5 S k1 = 3,00 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NaBr 1 M k2 = 3,00 x 10-3 S/cm
k1 = 14,40 x 10-3 S/cm k3 = 3,00 x 10-3 S/cm
k2 = 14,40 x 10-3 S/cm k=
-3
k3 = 14,30 x 10 S/cm
k = 3,00 x 10-3 S/cm
k=
DHL = k x
-3
k = 14,37 x 10 S/cm
= 3,00 x 10-3 S cm-1 x cm
= 2,82 x 10 -6 S k2 = 3,36 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NH4Cl 0,5 M k3 = 3,37 x 10-3 S/cm
k1 = 3,28 x 10-3 S/cm k=
-3
k2 = 3,29 x 10 S/cm
k = 3,43 x 10-3 S/cm
-3
k3 = 3,30 x 10 S/cm
DHL = k x
k=
= 3,43 x 10-3Scm-1 x cm
k = 3,29 x 10-3 S/cm
DHL = k x = 3,24 x 10 -6 S
Daya Hantar Listrik NaI 0,1 M
= 3,29 x 10-3 S/cm x cm
k1 = 3,60 x 10-3 S/cm
= 3,09 x 10-6 S k2 = 3,62 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NH4Cl 1 M k3 = 3,63 x 10-3 S/cm
k1 = 3,32 x 10-3 S/cm k=
-3
k2 = 3,33 x 10 S/cm
k = 3,62 x 10-3 S/cm
-3
k3 = 3,36 x 10 S/cm
DHL = k x
k=
= 3,62 x 10-3Scm-1 x cm
k = 3,34 x 10-3 S/cm
DHL = k x = 3,40 x 10 -6 S
Daya Hantar Listrik NaI 0,5 M
= 3,34 x 10-3 S/cm x cm
k1 = 4,50 x 10-3 S/cm
= 3,14 x 10-6 S k2 = 4,51 x 10-3 S/cm
 Daya Hantar Listrik NaI 0,01 M k3 = 4,52 x 10-3 S/cm
k1 = 3,90 x 10-3 S/cm k=
k2 = 3,97 x 10-3 S/cm
k = 4,51 x 10-3 S/cm
-3
k3 = 3,99 x 10 S/cm
DHL = k x
k=
= 4,51 x 10-3Scm-1 x cm
-3
k = 3,95 x 10 S/cm
= 4,25 x 10 -6 S
DHL = k x
Daya Hantar Listrik NaI 1 M
-3 -1
= 3,95 x 10 Scm x cm k1 = 4,97 x 10-3 S/cm
= 3,72 x 10 -6 S k2 = 4,98 x 10-3 S/cm
Daya Hantar Listrik NaI 0,05 M k3 = 4,98 x 10-3 S/cm
k1 = 3,58 x 10-3 S/cm
k=

k = 4,97 x 10-3 S/cm


DHL = k x

= 4,97 x 10-3Scm-1 x cm
LEMBAR GRAFIK

 Kelompok 1

Konsentrasi vs DHL kelopok 1


0.0000045
0.000004
0.0000035
0.000003
0.0000025 NH4OH
DHL

0.000002 CH3COOH
0.0000015
HCl
0.000001
0.0000005 NaOH
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

A. NH4OH

NH4OH
0.000003

0.0000025

0.000002
DHL

0.0000015

0.000001 NH4OH

0.0000005

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi
B. HCl

HCl
0.000004
0.0000035
0.000003
0.0000025
DHL

0.000002
0.0000015 HCl
0.000001
0.0000005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

C. NaOH

NaOH
0.0000045
0.000004
0.0000035
0.000003
0.0000025
DHL

0.000002
0.0000015 NaOH
0.000001
0.0000005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi
D. CH3COOH

CH3COOH
0.0000035
0.000003
0.0000025
0.000002
DHL

0.0000015
CH3COOH
0.000001
0.0000005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

 Kelompok 2

Konsentrasi vs DHL kelompok 2


0.000014
0.000012
0.00001
0.000008 NaCl
DHL

0.000006 NaBr

0.000004 NH4Cl
NaI
0.000002
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
konsentrasi
A. NaCl

NaCl
0.000012

0.00001

0.000008

0.000006
NaCl
0.000004

0.000002

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

B. NaBr

NaBr
0.000014
0.000012
0.00001
0.000008
DHL

0.000006
NaBr
0.000004
0.000002
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi
C. NH4Cl

NH4Cl
0.0000035
0.000003
0.0000025
0.000002
DHL

0.0000015
NH4Cl
0.000001
0.0000005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Kosentrasi

D. NaI

NaI
0.000005
0.0000045
0.000004
0.0000035
0.000003
DHL

0.0000025
0.000002 NaI
0.0000015
0.000001
0.0000005
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai