Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KELOMPOK 4

ANGGOTA :

Hilda Hidayah Oktaviani (4301419024)


Vivi Dwi Antika (4301419028)
Anissa’ Oktavianatun (4301419056)
Nuril Azmi (4301419060)

PENDIDIKAN KIMIA 19C


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Spektrofotometri Serapan
Atom ini. Kami bermaksud membuat makalah ini agar dapat membantu para pembaca untuk
mengetahui pengertian,tujuan,fungsi Spektrofotometri Serapan Atom.
Kami tahu bahwa makalah ini masih ada kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis
meminta kritikan dan saran yang membangun agar makalah selanjutnya lebih baik lagi. Terima
kasih

Semarang, 01 September 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian AAS 3
2.2 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom 3
2.3 Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
2.4 Bagian-bagian Spektrofotometri Serapan Atom 4
2.5 Jenis-jenis Spektrofotometri Serapan Atom 8
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Spektrofotometri Serapan Atom 9
2.7 Gangguan-gangguan dalam Metode Spektrofotometri Serapan Atom 9
2.8 Penggunaan Spektrofotmetri dalam Proses Analisis Kimia 10
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan
Atom adalah salah satu jenis analisa spektrofometri dimana dasar pengukurannya
adalah pengukuran serapan suatusinar oleh suatu atom, sinar yang tidak diserap,
diteruskan dan diubah menjadi sinyal listrik yang terukur. AAS pertama kali
diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955. AAS merupakan suatu
metode yang populer untuk analisa logam, karena disamping sederhana, ia juga
sensitif dan selektif.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom pertama kali dikembangkan oleh Walsh
Alkamede, dan Metals (1995). Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) didasarkan
pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas. Sinar yang
diserap adalah sinar nampak atau sinar ultra lembayung. Prinsip SSA dalam garis
besarnya sama dengan spektrofotometri serapan ultra lembayung dan sinar nampak
oleh larutan molekul-molekul senyawa yang telah dibicarakan sebelumnya. Alat ini
umumnya digunakan untuk analisis logam, dalam metode SSA ini larutan sampel
diubah menjadi bentuk aerosol kemudian didalam bagian pengkabutan (nebulizer)
pada alat AAS selanjutnya akan diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis
didalam nyala.
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) sebenarnya adalah metode yang berprinsip
adsorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang
ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi
elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh
lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke
tingkat eksitasi. Tingkat-tingkateksitasinya pun bermacam-macam. Dalam AAS dapat
dapat dilakukan pemilihan panjang gelombang yang menghasilkan garis spektrum
yang tajam dan dengan intensitas maksimum yang dikenal dengan garis resonansi.

1.2 Rumusah Masalah


- Bagaimana pengertian dan latar belakang dari SSA?
- Bagaimanakah prinsip dasar dari spektrofotmetri serapan atom?
- Bagaimanakah hukum SSA?
- Apa saja bagian-bagian dari spektrofotometri serapan atom?
- Apa saja jenis-jenis spektrofotometri serapan atom?
- Apa sajakah keunggulan dan kelemahan metode SSA?
- Apa sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada metode SSA?
- Bagaimanakah penggunaan spektrofotometri dalam proses analisis kimia?

1
0
1.3 Tujuan
- Mengetahui apa yang dimaksud spektrofotometri serapan atom
- Mengetahui prinsip dasar spektrofotometri serapan atom
- Mengetahui hukum spektrofotometri serapan atom
- Mengetahui bagian-bagian spektrofotometri serapan atom dan fungsinya
- Mengetahui jenis-jenis yang ada dalam spektrofotometri serapan atom
- Mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan dari metode spektrofotometri
serapan atom
- Mengetahui gangguan-gangguan apa saja yang biasa terjadi dalam metode
spektrofotometri serapan atom
- Mengetahui penggunaan spektrofotometri serapan atom dalam proses analisis
kimia

2
0
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap
oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom (SSA). [ CITATION Sko00 \l 1033 ]
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (grown state). Penyerapan tersebut mengakibatkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
[ CITATION Nas20 \l 1033 ]

2.2 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom


Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) berprinsip pada absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung
pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperature. Dalam AAS, atom
bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi, seperti energi panas, energi
elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi tersebut menimbulkan
proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi
(pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas, karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas.
Adanya absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu
perpindahan elektron dalam atom dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi
yang lain.

2.3 Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom


Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan
banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi diturunkan dari:
1) Hukum Lambert: Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan
bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi. Menurut Hukum
Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel (b) yang disinari,
dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah.
A = k.b

3
0
2) Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang
sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
A = k.c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan
dalam Hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan persamaan :
A= k.c.b
Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang menyerap) yang
berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum
Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c
dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol
per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi dalam sistem
dikombinasikan, hukum Lambert Beer dapat dinyatakan dalam rumus berikut:
A = ε.b.c
keterangan:
A = serapan
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = ketebalan sel (cm)
c = konsentrasi (M)
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
intensitas radiasi yang mengenai larutan 6 sampel. Absorptivitas tergantung pada
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi [ CITATION
Und02 \l 1033 ]

2.4 Bagian-bagian Spektrofotometri Serapan Atom


a. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube
(EDT).Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan
katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni
yang dikehendaki. Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika
atau kuarsa, diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses
ionisasi. Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi
tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi.Ion-
ion gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada

4
0
katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom
yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar
dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang
dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner
(sistem pembakar)
- Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas
bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-
partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
dialirkan melalui saluran pembuangan.
- Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen
antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh
sebelum memasuki burner.
- Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan.Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi
lainnya.Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh
monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya.Radiasi lainnya
berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau
logam pengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas
sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel
dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Recorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang
dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda
pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan

5
0
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur
Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
- Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
- Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan
energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali.Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
g. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K,
dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas
asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan
bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa
dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada,
maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran,
jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan
saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di
dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas
akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau
sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap

6
0
bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS,
dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh
AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur
tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF,
spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan
dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang
kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara
yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor
digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih. Posisi
ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada
saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar
lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api.
k. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah
pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat
melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke
atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian
nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang
juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala,
menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala,
dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu,

7
0
papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki.Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat
kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

2.5 Jenis-jenis Spektrofotometri Serapan Atom


Ada tiga metode atomisasi (pembentukan atom pada spektrofotometri
serapan atom:
a). Atomisasi menggunakan nyala.
Pada atomisasi menggunakan nyala, digunakan gas pembakar untuk
memperoleh energi kalor sehingga didapatkan atom bebas dalam keadaan gas.
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi
dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar.
Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure Page 8
berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang
berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan
memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala.Suhu nyala
tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :
1) Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah
korosi.
2) Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan
unsur yang dianalisa.
3) Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
a. Tidak mudah meledak bila kena panas
b. Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
c. Mempunyai titik didih > 100 ºC
d. Mempunyai titik nyala yang tinggi
e. Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

b). Atomisasi tanpa nyala (flameless atomization).


Sedangkan pada atomisasi tanpa nyala digunakan energi listrik seperti pada
atomisasi tungku grafit (grafit furnace atomization). Sampel dimasukan ke dalam
CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas
(suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat
diatur hingga 3000ºC. Pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
1) Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut

8
0
2) Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi
dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel
sehingga diperoleh garam atau oksida logam
3) Pengatoman (atomization)

c). Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur
As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC
sehingga atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa hidrida berbentuk
gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh
SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg)

2.6 Keunggulan dan Kelemahan Metode SSA


1) Keunggulan metode SSA dibandingkan dengan spektrofotometri biasa yaitu
spesifik, dapat menganalisis logam berat dalam sampel secara akurat karena
konsentrasi yang terbaca pada alat SSA berdasarkan banyaknya sinar yang
diserap yang berbanding lurus dengan kadar zat, batas deteksi yang rendah
dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output langsung dapat dibaca,
dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari
ppm sampai %)
2) Kelemahan metode SSA yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,
pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh
matriks misalnya pelarut, hanya dapat menganalisis logam berat dalam bentuk
atom-atom, biaya operasional lebih tinggi dan harga peralatan yang mahal.

2.7 Gangguan-gangguan dalam Metode SSA


a. Gangguan Spektrum (spectral interference)
Gangguan sinar emisi. Di dalam bagian atomizer selain terbentuk atom
yang stabil terjadi juga atom yang tereksitasi dan dapat menghasilkan sinar
emisi dengan panjang gelombang yang sama dengan sinar katoda, sehingga
tidak dapat dipisahkan oleh monokromator. Hal ini dapat menambah sinar
yang ditransmisikan dan akan memperkecil kadar. Gangguan ini dapat diatasi
dengan modulator. Ada 2 sistem modulasi yaitu : Chopper (mechanically
modulation) dan Voltage (electric modulation).
b. Gangguan Kimiawi (Pengaruh Matrik)
Gangguan-gangguan kimiawi dapat mempengaruhi jumlah atom bebas
yang mencapai sinar (optical path) untuk diserap. Faktor-faktor seperti adanya
cuplikan yang mengendap akan mempengaruhi proses masuknya cuplikan

9
0
kedalam nebulizer, dan juga sifat fisik larutan seperti kekentalan, tegangan
permukaan, pH, tekanan uap pelarut dan berat jenis.
c. Pembentukan Senyawa yang Stabil
Pembentukan senyawa yang stabil mengakibatkan banyak gangguan
dalam SSA. Hal tersebut terjadi karena unsur membentuk senyawa yang stabil
dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam matriksnya, misalnya : posfat,
aluminat, silikat, atau dengan unsur lain yang terdapat dalam nyala seperti :
Alumunium, Vanadium, Boron yng membentuk oksida-oksida refaraktori
yang tidak pecah pada nyala udara N2O-asetilen. Oksida-oksida refraktori ini
akan pecah jika menggunakan nyala N2O-asetilen, dengan menambahkan
Lanthanum atau Stronsium yang dapat mencegah terbentuknya senyawa
refraktori, dimana Lanthanum tersebut bertindak sebagai Releasing Agent.
d. Terjadinya Ionisasi
Nyala udara-asetilen atau N2O-asetilen dapat menyebabkan analit
terionisasi, untuk mencegah hal ini dapat ditambahkan unsur-unsur yang
mudah terionisasi seperti K, Na, dan Ce sekitar 4000 ppm yang akan
menghasilkan elektron berlebih pada nyala, sehingga mencegah terjadinya
ionisasi analit.
e. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi
oleh nyala api, absorpsi molekular, dan penghamburan cahaya.

2.8 Penggunaan Spektrofotometri Serapan Atom dalam Analisis Kimia


● Menguji keberadaan logam besi dalam air
Logam Fe2+ diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada
panjang gelombang 248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan
organik dapat menurunkan keakuratan analisis logam
● Analisis kuantitatif metalloenzim terimobilisasi
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar enzim hidrogen
peroksidase dengan mengintepretasi jumlah logam besi yang dikandung dari
enzim tersebut. Imobilisasi enzim menggunakan kain karena teknik yang
dilakukan yaitu adsorpsi, kovalen dan kovalen dengan tambahan ikatan
seberang silang. Kain tersebut direndam dalam larutan asam sulfat, lalu
cairan tersebut dioksidasi dengan tambahan enzim hidrogen peroksidase.
Cairan tersebut lalu diukur menggunakan spektroskopi yang menggunakan
pijaran api pada panjang gelombang 248,3 nm.
● Menguji logam vanadium di dalam tanah

1
00
Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit. Tanah
yang ingin diuji direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang
merupakan proses digesti. Ketika didapatkan konsentratnya dalam asam
klorida baru diencerkan dengan air dan dideteksi dengan spektroskopi.
● Menganalisis elemen kelumit (trace element) pada jaringan kelinci
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa elemen kelumit
(besi, tembaga, dan seng) pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan
tinggi kadar lemak. Hasil dari penelitian ini adalah logam besi ternyata
mampu mempercepat proses aterosklerosis.

1
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) adalah salah satu jenis analisa spektrofometri dimana dasar
pengukurannya adalah pengukuran serapan suatusinar oleh suatu atom, sinar yang
tidak diserap, diteruskan dan diubah menjadi sinyal listrik yang terukur. Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.
Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung
pada temperature.
Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi,
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari Hukum Lambert
dan Hukum Beer. Untuk metode atomisasi atau pembentukan atom pada
spektrofotometri serapan atom meliputi : atomisasi menggunakan nyala, atomisasi
tanpa nyala (flameless atomization) dan atomisasi dengan pembentukan senyawa
hidrida.

1
20
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, J. A., n.d. Spektrometri Serapan Atom. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA
UNPAD.
Nasir, M., 2020. Spektrometri Serapan Atom. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Skoog. D. A., D. M. W. F. J. H. S. R. C., 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry.
s.l.:Brooks Cole.
Sumar Hendayana, A. K. A. S. A. S., 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi IKIP
Semarang Press. Semarang..
Underwood A.L dan R.A Day, J., 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai