Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA

CAIRAN DAN PADATAN

NAMA : KATHERINE GUNADI


NIM : 2201732355
KELAS : BD46
SHIFT/KELOMPOK : 5/1
HARI/TANGGAL : Selasa/23 Oktober 2018
ASISTEN : Anastasia Stella Sentosa/Elizabeth Katarina Zefanya
DIPERIKSA OLEH :

LABORATORIUM KIMIA
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2018
CAIRAN DAN PADATAN
Katherine Gunadi (2201732355)
Bayu Meindrawan/Anastasia Stella Sentosa/Elizabeth Katarina Zefanya
Departemen Teknologi Pangan
Fakultas Teknik BINUS UNIVERSITY

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
 Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi wujud zat
 Menentukan titik cair dan titik didih air

II. METODOLOGI
2.1. Alat
 Gelas beaker 100 ml ● Labu soxhlet 250 ml
 Gelas beaker 250 ml ● Pembakar spiritus
 Gelas beaker 400 ml ● Statif dan penjepit
 Gelas ukur ● Sudip
 Hot plate ● Tabung reaksi besar
 Kaki tiga ● Termometer
 Kawat kasa ● Timbangan

2.2.Bahan
 Es batu
 Kristal iodine (I2)
 Larutan aquades
 NaCl 10 gram

1
2.3.Diagram Alir
A. Pengamatan Titik Leleh Air

Siapkan beaker glass

Masukkan butiran-
butiran es batu

Tuang akuades
sehingga es tertutup
akuades

Amati perubahan suhu


hingga konstan

B. Pengamatan Titik Didih Air

Siapkan 2 beaker glass

100 ml akuades
100 ml akuades
+
10 gr NaCl

Panaskan di atas hotplate

Amati perubahan suhu hingga suhu akhir konstan

2
C. Pengamatan Penyubliman Zat Padat

Siapkan beaker glass

Masukkan ½ sendok kristal I2

Tutup gelas beaker dengan labu soxhlet

Panaskan dengan pembakar Bunsen


hingga I2 menguap seluruhnya

Tuang air dingin ke dalam labu soxhlet

Amati perubahan yang terjadi

3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Titik Leleh Air
t (s) 30 60 90 120
T (oC) 9 6 4 4

Grafik Hubungan antara Waktu dan


Suhu
10
9
8
7
Suhu (oC)

6
5
4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (s)
G
Grafik 1. Pengamatan Titik Leleh Air

Tabel 2. Hasil Pengamatan Titik Didih Air dan Larutan NaCl

Suhu (oC)
Menit ke-
Akuades NaCl + Akuades
2 35 39
4 46 50
6 54 58
8 61 66
10 68 71
12 73 75
14 78 78

4
16 80 80
18 82 81
20 83 82
22 84 82
24 84 82
26 84 82
28 84

Grafik Perbandingan Titik Didih Air dan


Larutan NaCl
90

80

70

60 Titik
Didih
Suhu (oC)

50 Akuades

40
Titik
30 Didih
larutan
20 NaCl

10

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Grafik 2. Perbandingan Titik Didih Air dan Larutan NaCl

5
Tabel 3. Hasil Pengamatan Penyubliman Kristal I2

Peristiwa Foto Keterangan

- Padatan I2 mulai
menguap
Awal Pemanasan
menghasilkan uap
berwarna ungu,

Gambar 1. Kristal I2 awal


dipanaskan
(Data Praktikum)

- Uap I2 yang
bewarna ungu
pekat memenuhi
beaker glass.
I2 Menguap - Terbentuk kristal-
kristal I2 yang
menyebar dan
Gambar 2. I2 dipanaskan menempel pada
hingga menguap kaca beaker glass.
(Data Praktikum)

- Uap I2 memudar
- Kristal-kristal I2
Dituangkan Air Dingin mulai berpindah
ke dasar labu
soxhlet
Gambar 3. I2 yang
dituangkan air dingin
(Data Praktikum)

6
- Uap I2
menghilang
- Permukaan beaker
glass menjadi
Pemanasan Selesai
bening kembali
- Kristal-kristal I2
terbentuk di dasar
labu soxhlet.

Gambar 4 dan 5. I2
setelah selesai dipanaskan
(Data Praktikum)

3.2. Pembahasan
Zat atau materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan
juga memiliki massa. Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu gas, cair, dan padat (Oxtoby, 2001).
Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap.
Zat padat tersusun atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai
jarak antarpartikel yang sangat rapat. Gaya tarik-menarik antara
partikel zat padat sangat kuat. Hal ini menyebabkan partikel tidak
dapat bergerak secara bebas untuk berpindah tempat. Keadaan ini
menyebabkan zat padat dapat mempertahankan bentuk dan volumenya
sehingga zat padat selalu mempunyai bentuk dan volume yang tetap
(Soekardjo, 2004).
Cairan mempunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi
oleh tekanan, rapat dan viskositasnya lebih besar dari pada gas, dua zat
dapat bercampur sempurna, bercampur sebagia dan tidak bercampur
dari titik kinetic dapat dianggap bahwa cairan adalah kelanjutan dari
fase gas, molekul-molekulnya mempunyai daya tarik yang kuat, hingga
dapat menahan volume yang tetap (Soekardjo, 2004).

7
Gas ideal sebenarnya tidak ada, jadi hanya merupakan gas
hipotesis. Semua gas sebenarnya tidak nyata. Pada gas ideal dianggap
bahwa molekul tidak tarik menarik dan volume molekulnya dapat
diabaikan terhadap volume gas itu sendiri atau ruang yang di tempati.
Sifat ideal ini hanya didekati oleh gas berartom satu pada tekanan
rendah dan pada temperature yang relative tinggi. Bila digunaka harga
STP (1 atm 0oC atau 273 K) dan kita ambil 1 mol gas, maka volume
gasnya dapat diukur yang kita sebut volume molar pada STP, karna
merupakan volume dari 1 mol gas pada tekanan 1 atm dan 00C. bila
kita lakukan hal ini untuk berbagai gas terlihat harganya berbeda-beda
karena memang gas nyata bukan “gas ideal”. Dari berbagai
pengukuran volume rata-rata ditempat oleh satu mol gas pada STP =
24L. Maka harganya ini diambil untuk volume molar dari gas ideal
dengan menggunakan harga-harga tersebut, dapat dihitung dengan R
(Oxtoby, 2001).
Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase
benda ke keadaan wujud yang lain. Wujud zat merupakan bentuk-
bentuk berbeda yang didapatkan dari berbagai materi berlainan. Pada
dasarnya perbedaan fase ini didasari oleh perbedaan kualitatif dalam
sifat baik dengan keadaan padatan zat untuk mempertahankan bentuk
dan volumenya. Dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume
tetapi menyesuaikan dengan wadah tersebut. Sedangkan pada keadaan
gas zat mengembang untuk menempati volume yang tersedia
(Giancolli, 1999).
Perubahan wujud zat dapat terjadi karena adanya peristiwa dan
penyerapan kalor. Wujud zat berubah ketika titik tertentu tercapai oleh
asam atau senyawa zat tersebut yang biasnya zat tersebut dapat
dikuantitaskan dalam angka dan suhu, semisal air untuk menjadi padat
harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas dengan harus
mencapai titik didihnya (Aktins, 2001).
Sifat perubaan fasa atau suatu zat atau materi antara lain membeku
(pemadatan), mencair (pelelehan), menguap, mengembun, dan
menyublim. Membeku (pemadatan) yaitu perubahan wujud zat dari
suatu benda cair menjadi benda padat. Contohnya air menjadi es batu.
Mencair (pelehan) perubahan wujud zat dari suatu benda padat
menjadi benda cair. Contohnya lilin yang di bakar. Menguap yaitu
perubahan wujud zat dari suatu benda cair menjadi gas. Contohnya
jemuran yang basah menjadi kering. Mengembun yaitu perubahan
wujud zat dari suatu benda gas menjadi benda cair. Contohnya embun
dipagi hari Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda gas

8
menjadi benda cair. Contohnya kapur barus menjadi gas (Giancolli,
1999).

Gambar 6. Perubahan Wujud Zat (Giancolli, 1999)

Titik leleh (titik beku) suatu zat adalah temperatur pada mana fase
padat dan cair ada dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam
itu diganggu dengan menambahkan atau menarik energi panas, sistem
akan berubah membentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat
padat. Namun temperatur akan tetap pada titik leleh selama kedua fase
itu masih ada (Petrucci, 2010).
Faktor yang mempengaruhi titik leleh suatu zat adalah kekuatan
relatif dari ikatan dan ketidakmurnian zat tersebut.. Semakin kuat
ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk
memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur
unsur tersebut. Perbedaan titik leleh antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan
elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut. Dalam
satu golongan unsur transisi dari atas ke bawah kekuatan ikatan
bartambah, jadi titik leleh bertambah. Unsur C dan Si yang mempunyai
struktur kovalen yang sangat besar mempunyai titik leleh tinggi. Titik
leleh dari gas mulia ditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin
besar nomor atom maka titik lelehnya makin tinggi. Itu berarti ikatan
Van der Waals sangat lemah. Sifat fisika dari karbon yaitu pada titik
lelehnya adalah titik leleh dari karbon sangat tinggi, sehingga karbon
berbeda dengan non logam lainnya (Petrucci, 2010).
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh
tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar. Dari defenisi

9
ini, maka diketahui titik didih cairan tergantung pada tekanan udara
pada permukaan cairan. Itulah titik air di gunung berbeda dengan di
pantai. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar maka
gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak ke permukaan dan
masuk fase gas (Aktins, 2001).
Faktor yang mempengaruhi titik didih suatu zat adalah besarnya
tekanan atmosfer dan gaya Tarik menarik antar ikatan. Titik didih pada
tekanan 1 atm (760 torr) dinamakan sebagai “titik didih normal”. Pada
tekanan yang lebih besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan
begitu juga sebaliknya. Suhu yang tetap konstan dari cairan yang
mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus makanan. Waktu air
mendidih, suhu akan tetap selama ada air di sekeliling makanan
tersebut berarti selama airnya belum habis makanan tak ada yang
hangus. Hal tersebut membuktikan bahwa titik didih berubah dengan
berubahnya tekanan. Titik didih dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara
molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik
didihnya rendah. Ketergantungan titik didih pada gaya tarik
membentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan, karena tekanan
uap dalam gelembung sama dengan tekanan cairan. Adanya ikatan
hidrogen antarmolekul juga menyebabkan titik didih suatu senyawa
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki
berat molekul sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol lebih
tinggi daripada senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air
lebih tinggi daripada aseton (Aktins, 2001).
Diagram fase merupakan diagram yang menjelaskan adanya
perubahan wujud zat akibat adanya perbedaan suhu dan tekanan. Pada
diagram fase, kita mengenal adanya titik kritis, titik tripel, dan
sempadan fase. Titik kritis adalah titik dimana fase cair dan gas sudah
maksimalnya dan tak dapat berubah lagi dan tidak dapat dibedakan.
Titik tripel adalah titik dimana kesetimbangan termodinamika antar
ketiga fase tersebut. Sedangkan sempadan fase adalah garis non
analitis yang memisahkan antar fase (Syukri, 1999).

10
Gambar 7. Diagram Fase Suatu Zat

Garis sublimation line (garis merah) memisahkan daerah uap


(vapor) dengan daerah beku (solid). Garis vaporization line (garis biru)
memisahkan daerah cair dari daerah uap. Garis melting line (garis
hijau) memisahkan daerah beku dari daerah cair. Pada gambar, terlihat
dua lokasi untuk garis melting line yang dibedakan dengan jenis garis.
Garis putus-putus melting line merupakan garis melting lineu ntuk zat
yang memuai saat beku, sementara untuk zat yang menyusut saat beku
garis melting line nya berupa garis biasa. Dari gambar juga terlihat
bahwa kondisi liquid (cair) hanya dapat terjadi pada tekanan diatas
tekanan triple point. Untuk zat yang menyusut saat beku, kondisi liquid
ini juga harus memenuhi syarat, bahwa suhunya haruslah berada diatas
suhu triple point. Bila suhunya dibawah suhu triple point, maka zat
tersebut sudah dapat dipastikan berada dalam keadaan beku. Untuk zat
yang memuai saat beku seperti air, kondisi liquid dapat terjadi pada
suhu dibawah suhu triple point apabila tekanannya jauh lebih tinggi
dari tekanan triple point. Sebagai contoh, air akan berada dalam bentuk
es pada tekanan 1 atm dan suhu dibawah 0 °C. Tetapi, bila tekanannya
jauh lebih tinggi dari 1 atm (0,1 Mpa) katakanlah misalnya pada
tekanan 200 MPa, maka pada suhu -20 °C air tidak berada dalam
bentuk es, melainkan dalam bentuk cair (Syukri, 1999).
Pada pengamatan penentuan titik leleh air, ditemukan bahwa suhu
awal di dalam beaker glass adalah 9oC, lalu menurun dan konstan
pada suhu 4oC sehingga dapat ditentukan bahwa titik leleh air adalah

11
4oC. .Es yang ada di dalam beaker glass menerima kalor ketika
bercampur dengan akuades yang suhunya lebih tinggi sehingga
akhirnya melebur pada suhu 4oC (Hadyana, 1998).

H2O(s) ⇌ H2O(l)

Berdasarkan data pengamatan, grafik peleburan es menunjukkan


garis yang menurun. Hal ini bertentangan dengan diagram fase di mana
proses pencairan/peleburan menghasilkan garis yang naik karena
proses peleburan membutuhkan kalor, sehingga suhu akhir akan lebih
tinggi dari suhu awal. Hal ini dapat terjadi karena suhu awal yang
diukur dalam pengamatan adalah suhu akuades yang sudah
dicampurkan dengan es, bukan suhu es murni, sehingga menghasilkan
suhu awal yang lebih tinggi daripada suhu akhir kesetimbangan
(Hadyana, 1998).
Pada pengamatan kedua, dilakukan pengamatan untuk
membandingkan titik didih akuades murni dengan akuades yang
dicampurkan NaCl (larutan NaCl). Didapatkan titik didih akuades
adalah 84oC dan titik didik larutan NaCl adalah 82oC. Hal ini
bertentangan dengan literatur yang menyatakan bahwa zat terlarut yang
tidak mudah menguap (dalam hal ini NaCl) di dalam suatu pelarut
akan menurunkan tekanan uap pelarutnya, akibatnya tekanan uap
larutan akan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan uap pelarut
murninya. Dengan demikian semakin banyak energi yang diperlukan
untuk mencapai tekanan uap sebesar 1 atm, sehingga larutan akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi (Elida, 2000).

H2O(l) ⇌ H2O(g)

NaCl(s) + H2O(l) →NaCl (aq) NaCl(aq) ⇌ NaCl(g)

Berdasarkan data pengamatan, grafik perbandingan titik didih air


dan larutan NaCl menunjukkan garis titik didih air yang lebih tinggi
dibandingkan larutan NaCl. Seharusnya, garis titik didih NaCl lebih
tinggi karena karena adanya usaha/energi lebih yang dibutuhkan untuk
melepaskan ikatan antara air dengan ion Na+ dan Cl- dalam larutan
NaCl sehingga titik didih NaCl seharusnya lebih tinggi dibandingkan
titik didih air (Elida, 2000).
Pada pengamatan ketiga, dilakukan pengamatan proses
penyubliman pada padatan Iodine (I2). Ditemukan adanya perubahan
fasa dari padat ke gas dan sebaliknya akibat suhu dan tekanan. Pada

12
percobaan awal, iodine berupa padatan berwarna gelap diletakkan
dalam gelas beaker. Lalu akibat pemanasan, tekanan udara dalam gelas
beaker berisi iodine padat mengecil sehingga padatan I2pun
menghasilkan uap iodine yang memenuhi gelas breaker. Lalu saat
adanya pemberian air dingin pada labu soxhlet, warna uap iodine
memudar hingga bening kembali. Hal ini terjadi karena air dingin
mengakibatkan perubahan suhu di bagian bawah labu soxhlet menjadi
dingin dan membuat gas tersebut menyublim menjadi kristal-kristal
yang menempel pada bagian bawah labu soxhlet (Chang, 2005).

I2(s) ⇌ I2(g)

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi wujud suatu zat adalah tekanan, suhu,
dan zat di sekitarnya. Penentuan titik didih dan titik leleh suat zat dapat
dilakukan dengan mengubah suhu dan tekanan suatu zat, mengamati
perubahan suhu yang terjadi hingga suhu tidak berubah lagi (konstan).

V. DAFTAR PUSTAKA
Aktins. (2001). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Baharuddin. (2013). Kimia Dasar 1. Makassar: UIN Alauddin.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Elida, T. (2000). Pengantar Kimia. Jakarta: Gunadarma.
Giancolli. (1999). Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hadyana, A. (1998). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Kedokteran EGC.
Oxtoby, G. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R., H. (2010). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Soekardjo. (2004). Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai