Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA

PENGUKURAN DENSITAS DAN VISKOSITAS CAIRAN (P2)

Nama Asadina Kusma Cahyaninggalih

NRP 1014040029

Kelas TPL - 2A

Kelompok 1

Tanggal percobaan 9 April 2015

Tanggal penyerahan 23 April 2015


laporan

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

TAHUN 2014-2015
I. Tujuan:
1. Mampu menggunakan piknometer untuk mengukur densitas cairan.
2. Memahami hubungan antara viskositas dengan waktu alir.
3. Membandingkan viskositas beberapa cairan yang berbeda.
4. Mampu menghitung bilangan Reynold suatu cairan dengan densitas tertentu
dan viskositas tertentu yang mengalir dengan kecepatan tertentu melalui pipa
dengan diameter tertentu.
5. Mampu mengelompokkan jenis aliran (laminer, transisi, turbulen)
berdasarkan nilai bilangan Reynold.
6. Mampu menghubungkan sifat fisik densitas dan viskositas dengan
aplikasinya dalam bidang pengolahan limbah.
7. Mampu menghubungkan antara diameter pipa dengan jenis aliran yang
terbentuk (pada kecepatan dan jenis cairan yang sama).
8. Mampu menghubungkan antara kecepatan dengan jenis aliran yang terbentuk
(pada diameter dan jenis cairan yang sama)

II. Teori:
2.1 Densitas ()
Densitas atau massa jenis merupakan karakteristik mendasar yang
dimiliki zat dan juga merupakan sifat fisik dari suatu materi. Densitas atau
massa jenis adalah perbandingan massa pada setiap satuan volume benda.
Nilai densitas dapat dihitung melalui persamaan berikut :

= ...............................................................................................(1)

dengan : = massa jenis (kg/m3 atau gr/cm3)
m = massa (kg atau gr)
v = volume (m3 atau cm3)
Densitas setiap jenis zat berbeda-beda. Zat yang memiliki densitas kecil
akan berada di permukaan atau di atas zat lainnya yang memiliki densitas
lebih besar.
Untuk cairan, massa jenis sangat sedikit berubah pada jangkauan tekanan
dan temperatur yang lebar, dan dengan aman massa jenis tersebut dapat
diperlakukan sebagai sebagai suatu konstanta. Sebaliknya, gas mengalami
perubahan densitas yang cukup besar bila diberi tekanan. Tidak seperti zat
cair, kerapatan sebuah gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan
temperaturnya (Bruce, 2003: 14). Cairan (liquid) dan gas adalah termasuk
fluida. Fluida memiliki dua jenis sifat berdasarkan kekonstanan densitasnya.
Fluida incompressible adalah fluida yang densitasnya konstan atau hampir
konstan, seperti liquid. Sedangkan fluida compressible adalah fluida yang
mengalami perubahan densitas, seperti gas. Fluida bisa dikatakan
compressible jika densitasnya beribah lebih dari 5-10%. Densitas cairan
merupakan fungsi temperatur.

2.2 Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986).
Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi
viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat
dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida (Budianto,
2008). Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh
gesekan antara molekul-molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida
sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya.
Terdapat tiga macam viskositas menurut Lewis (1987) :
1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate.
Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas.
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Viskositas ini dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m/s pada
SI.
3. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi
atau suspensi biasanya dilakukan dengan membandingkannya dengan
larutan murni.
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas berkaitan dengan gerak
relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai
ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu
fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas )
fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut
berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser
(s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut
dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu
bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu
ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya,
maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F
dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang
atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk
suatu lapisan lapisan yang saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan
memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan
lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling
bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di
suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan
fluida menjadi :

= = .........................................................................................(2)

Gambar 1
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Laminar_shear.svg)

Viskositas adalah perbandingan antara tegangan geser dengan kecepatan


geser atau ditulis damal persamaan sebagai berikut :

= ....................................................................................................(3)

dimana parameter ini didefinisikan sebagai viskositas absolut (dinamis) dari


suatu fluida. Dengan menggunakan satuan internasional besaran viskositas
dapat dinyatakan dengan kg/(ms) atau Pas (pascal second). Satuan unit
untuk viskositas adalah poise; 1 Pas equals 10 poise atau 1000 centipoise
(cP) atau 0.672 lbm/(ft s). Terminologi absolute viscosity dan shear
viscosity merupakan sinonim dari viskositas di sini. Satuan Pa.s terlalu besar
dalam prakteknya, maka digunakan satuan mPa.s, yang lebih dikenal sebagai
cP atau centiPoise (catatan: 1 Pa.s = 1000mPa.s = 1000cP, 1P=100cP).
Seperti halnya kerapatan, besaran viskositas berbanding terbalik dengan
perubahan temperatur. Kenaikan temperatur akan melemahkan ikatan antar
molekul suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan nilai viskositasnya.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang
melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang
paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird,
1993). Dalam praktikum ini, alat yang digunakan untuk mengukur viskositas
adalah buret.

2.3 Aliran Laminer dan Turbulen : Bilangan Reynolds


Terdapat dua tipe aliran, yaitu aliran laminer dan aliran turbulen.
a. Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran yang mana komponen kecepatan berubah
sedikit demi sedikit sesuai dengan posisinya. Aliran ini bergerak dengan
kondisi berlapis-lapis (lamina) membentuk garis-garis alir yang tidak
berpotongan satu sama lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh percobaan
Osborne Reynold. Pada laju aliran rendah, aliran laminer tergambar
sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran ini
mempunyai Bilangan Reynold, Re < 2100.

Gambar 2
(sumber : http://arandityonarutomo.blogspot.com/2012/04/aliran-laminar-
dan-aliran-turbulen-pada.html)
b. Aliran Turbulen
Pada aliran turbulen, kecepatan sangat fluktuatif dan acak. Akibat dari
hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling berpotongan. Oleh
Osborne Reynold digambarkan sebagai bentuk yang tidak stabil yang
bercampur dalam waktu yang cepat yang selanjutnya memecah dan
menjadi tak terlihat. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynold, Re >
4000.

Gambar 3
(sumber : http://arandityonarutomo.blogspot.com/2012/04/aliran-laminar-
dan-aliran-turbulen-pada.html)
Selain aliran laminer dan turbulen sebenarnya ada satu aliran lagi, yaitu
aliran bersifat transisi. Aliran transisi merupakan peralihan dari aliran laminer
dan turbulen. Aliran ini memiliki bilangan Reynold, 2100>Re>5000.
Untuk geometri aliran tertentu, bilangan Reynolds didefinisikan untuk
fluida Newtonian sebagai:

= ............................................................................................(4)

dengan : L = panjang (m)


v = kecepatan aliran (m/s)
= massa jenis (kg/m3)
= viskositas (kg/m.s)

III. Tinjauan dalam Pengolahan Limbah : Dispersi Gas dalam Bioreaktor


Di dalam perancangan bioreactor dengan proses aerasi factor yang sangat
berpengaruh adalah hidrodinamika reactor, transfer massa gas-cair, rheologi
proses dan morfologi produktivitas organism. Hidrodinamika reactor
mempelajari kelakuan dinamik cairan dalam reactor sebagai akibat laju alir
gas masuk reactor dan karakteristik cairannya. Hidrodinamika reactor
meliputi hold up gas fraksi gas saat penghamburan dan laju sirkulasi cairan.
Perpindahan massa mempelajari perpindahan massa dari gas ke cair.
Kecepatan sirkulasi cairan dikontrol oleh hold up gas, turbulensi, dan
koefisien transfer massa dari gas ke cair. Dengan meningkatnya viskositas
dan densitas dari cairan maka dapat menurunkan kelarutan gas di dalam
cairan akibat penurunan koefisien transfer massa sehingga dapat
mempengaruhi kinerja bioreactor.

IV. Alat
1. Piknometer 25 ml : 1 buah
2. Buret : 1 buah
3. Statif : 1 buah
4. Stopwatch : 1 buah
5. Gelas ukur 25 ml : 1 buah
6. Gelas beker 100 mL : 3 buah
7. Gelas reaksi : 1 buah
8. Erlenmeyer 100 mL : 3 buah

V. Bahan
1. Sirop warna merah
2. Larutan pencuci piring warna biru
3. Minyak goreng
4. Aquadest

VI. Cara Kerja

6.1 Mengukur Densitas Cairan


1. Diukur temperatur aquadest.
2. Ditimbang piknometer kosong beserta tutupnya.
3. Piknometer diisi dengan aquadest sampai penuh, kemudian ditutup.
Dibersihkan sisa air dengan tisu hingga betul-betul kering.
4. Ditimbang kembali piknometer yang sudah terisi aquadest.
5. Dihitung densitas air sesuai persamaan = m/v
6. Dilakukan langkah 2 sampai 4 untuk cairan yang lain.
7. Dihitung densitas cairan pencuci piring dan sirop dengan dua cara; cara
pertama dengan menggunakan persamaan = m/v; cara kedua dengan
membandingkan massanya dengan massa air serta nilai densitas air yang
sudah dihitung pada langkah 5.
8. Dimasukkan 10 ml sirop, 10 ml minyak, dan 10 ml cairan pencuci piring
dalam satu gelas ukur 25 ml. Diamati, apakah tercampur atau tidak. Bila
tidak, diamati urutan lapisan yang terjadi dan dilakukan analisis urutan
lapisan dan nilai densitasnya.

6.2 Mengukur Viskositas Cairan


1. Diisi buret dengan aquadest hingga 25 ml.
2. Dibuka keran buret hingga terbuka penuh dibarengi dengan
dihidupkannya stopwatch.
3. Stopwatch dimatikan ketika air habis.
4. Diulangi hingga tiga kali. Selisih antar pengukuran tidak boleh lebih dari
0,5 detik. Bila melebihi 0,5 detik, dilakukan pengulangan lagi.
5. Dilakukan untuk cairan yang lain. Khusus untuk cairan pencuci piring,
dicampur terlebih dahulu dengan air menggunakan perbandingan 1:1
6. Dengan asumsi bahwa viskositas berbanding lurus dengan perkalian
antara waktu tempuh dan densitas, serta nilai viskositas air sebesar
1.0x10-3 kg/ms, maka dikonversikan hasil pengukuran waktu ke dalam
satuan viskositas dengan satuan kg/ms dan cP (centipoise).
(2/1)=(2. t2)/(1. t1) .... (5)
1 = viskositas air
2 = viskositas zat cair yang dicari
1 = densitas air
2 = densitas zat yang dicari viskositasnya
t1 = waktu yang diperlukan agar semua air mengalir dari buret
t2 = waktu yang diperlukan agar semua cairan yang dicari viskositasnya
mengalir dari buret
Dihitung bilangan Reynold bila cairan tersebut mengalir melalui pipa dengan
diameter: 2 inch, 4 inch, dan 6 inch, masing masing dengan kecepatan 3m/s,
4m/s dan 10 m/s. Kelompokkan apakah termasuk aliran laminer atau
turbulen.

VII. Data Percobaan


Tabel 1. Data Hasil Percobaan Densitas
Massa
Massa
piknometer Volume
piknometer m = (m2-
No. Bahan + larutan (V)
(m1) m1)
(m2) (mL)
(gram)
(gram)

1. Aquadest 22,41 47,47 25,06 25

Sirup,warna
2 22,41 56,11 33,7 25
merah
Larutan
pencuci
3 22,86 48,65 25,79 25
piring, warna
biru
Minyak
4. 22,86 45,50 22,64 25
goreng

Tabel 2. Data Hasil Percobaan Viskositas


Waktu (sec)
No. Bahan Percobaan Percobaan Percobaan Rata-
1 2 3 rata

1. Aquadest 51,86 51,52 51,39 51,59

Sirup warna
2. 761,52 761,43 761,26 761,40
merah
Larutan
3. pencuci piring, 79,52 79,31 79,41 79,41
warna biru
Minyak
4. 472,49 472,12 472,20 472,27
goreng
VIII. Perhitungan dan Analisis Data

8.1 Menghitung densitas cairan

a. Menggunakan cara I
Cara I ini adalah cara mencari densitas dengan meggunakan volume
cairan berdasarkan nilai yang tertera pada alat ukurnya, yaitu
piknometer.

1. Densitas aquadest
25,06
= = = 1,0024 3 = 1002,4 /3
25

2. Densitas sirup
33,7
=
= 25
= 1,348 3 = 1348 /3

3. Densitas cairan pencuci piring (cpp)


25,79
= = = 1,0316 3 = 1031,6 /3
25

4. Densitas minyak goreng


22,64
= = = 0,9056 = 905,6 /3
25 3

b. Mengunakan cara II
Perbedaan antara cara I dan cara II yaitu terletak pada volume yang
digunakan. Pada cara I digunakan volume yang tertera pada
piknometer, sedangkan cara II adalah dengan mencari volume aktual
piknometer tersebut. Untuk mencari volume aktual piknometer yaitu
dengan membagi massa aquadest dalam piknometer dengan densitas air
pada suhu 27 C sesuai ketetapan. Densitas dalam suhu 27 C = 0,996
gr/cm3.
25,06
= = = 25,161 3
0,996

1. Densitas sirup
33,7
= = = 1,339 = 1339 /3
25,161 3

2. Densitas cairan pencuci piring (cpp)


25,79
= = = 1,025 3 = 1025 /3
25,161

3. Densitas minyak goreng


22,69
= = = 0,899 = 899 /3
25,161 3

8.2 Menganalisis densitas cairan


Dari perhitungan secara matematis telah didapatkan nilai densitas dari
masing-masing cairan. Perhitungan I dan perhitungan II memiliki selisih
yang tidak begitu jauh. Namun demikian untuk perhitungan selanjutnya
yang digunakan adalan nilai densitas yang disapat dari percobaan II karena
memiliki ketelitian yang lebih dari pada nilai densitas dari percobaan II.
Nilai densitas cairan dapat kita urutkan dari yang terbesar menuju
yang terkecil, yaitu sirup ( = 1339 kg/m3), kemudian cairan pencuci
piring ( = 1025 kg/m3), aquadest ( = 996 kg/m3), dan yang terkecil
adalah minyak goreng ( = 899 kg/m3). Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dipastikan bahwa bila keempat cairan tersebut dituangkan dalam
suatu wadah akan membentuk empat fase cairan. Fase yang paling bawah
tentunya adalah cairan dengan densitas paling besar, yaitu sirup yang
kemudian fase diatasnya adalah cairan pencuci piring, aquadest, dan yang
paling atas adalah minyak goreng.
Untuk membuktikan kesesuaian antara teori dengan kenyatann, maka
dalam gelas ukur 25 ml dimasukkan ketiga cairan, yaitu minyak goreng,
sirup, dan cairan pencuci piring yang masig-masing 10 ml. Dan benar saja
sesuai dengan teori, cairan dengan densitas paling besar berada di bagian
paling bawah, dapat diilustrasikan seperti gambar berikut :

= minyak goreng
= cairan pencuci piring
= sirup

Gambar 4.
8.3 Menghitung viskositas cairan
Berdasarkan perhitungan densitas, maka kemudian dapat dicari nilai
viskositas dari masing-masing cairan. Densitas yang digunakan adalah
densitas yang didapat dari cara II, yaitu yang memiliki ketelitian lebih
baik.

1. Viskositas sirup
2 2
2 = 1
1 1

1339 3 761,40
=
103 /
996 3 51,59

1019514,6 /3
= 103 /
51383,64 /3

= 19,84 103 /

2. Viskositas cairan pencuci piring (cpp)


2 2
2 = 1
1 1

1025 3 79,41
=
103 /
996 3 51,59

81395,25 /3
= 103 /
51383,64 /3

= 1,58 103 /

3. Viskositas minyak
2 2
2 = 1
1 1

899 472,27
3
= 103 /
996 3 51,59

424570,73 /3
= 103 /
51383,64 /3

= 8,26 103 /

8.4 Menganalisis viskositas cairan


Berdasarkan perhitungan viskositas di atas, didapatkan nilai viskositas
yang kemudian dapat diurutkan. Urutan dimulai dari viskositas yang
terbesar, yaitu sirup ( = 0,01984 kg/ms), kemudian minyak goreng ( =
0,00826 kg/ms), cairan pencuci piring ( = 0,00158 kg/ms), dan yang
terakhir adalah aquadest ( = 0,001 kg/ms). Viskositas keempat cairan
tersebut dapat dimasukkan ke dalam sebuah diagram seperti berikut :
0.025

0.02 = aquadest
= sirup
0.015 = cairan pencuci piring
= minyak goreng
0.01

0.005

0
Viskositas (kg/ms)

Diagram 1. Diagram viskositas cairan

8.5 Menentukan tipe aliran dengan menghitung bilangan Reynold


Tipe aliran suatu fluida yang dalam percobaan ini berupa zat cair
dapat ditentukan dengan bilangan Reynold. Bilangan Reynold dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (8). Setelah bilangan Reynold
didapat, maka dapat ditentukan tipe aliran cairannya apakah itu turbulen,
lamuner, atau transisi.
Di dalam percobaan ini akan dihitung bilangan Reynold tiap cairan
yang mengalir dalam pipa berdiameter 2 inch, 4 inch, 6 inch dan
berkecepatan 3 m/s, 4 m/s, 10 m/s. Bila dilakukan perhitungan secara
keseluruhan akan ada terlalu banyak perhitungan. Maka dari itu hanya
akan dituliskan beberapa hitungan saja. Untuk hasil perhitungan yang
lainnya akan dimasukkan ke dalam sebuah tabel.

1. Bilangan Reynold sirup


Dalam perhitungan ini diambil satu contoh saja dari perhitungan
bilangan Reynold sirup, yaitu yang mengalir pada pipa berdiameter 2
inch dengan kecepatan 3 m/s.

=


1339 3 0,0508
= 3
19,84 103 /

204,06
=
19,84 103 /
= 10,285 103
= 10285

2. Bilangan Reynold cairan pencuci piring


Dalam perhitungan ini diambil satu contoh saja dari perhitungan
bilangan Reynold cairan pencuci piring, yaitu yang mengalir pada
pipa berdiameter 4 inch dengan kecepatan 4 m/s.

=


1025 4 0,1016
= 3
1,58 103 /

416,56
=
1,58 103 /
= 263,645 103
= 263645

3. Bilangan Reynold minyak


Dalam perhitungan ini diambil satu contoh saja dari perhitungan
bilangan Reynold cairan pencuci piring, yaitu yang mengalir pada
pipa berdiameter 6 inch dengan kecepatan 10 m/s.

=


901,8 3 10 0,1524
=
8,29 103 /

1374,343
=
8,29 103 /
= 165,783 103
= 165783
Tabel 3. Daftar nilai bilangan Reynold dan tipe aliran
D
Jenis zat Kecepatan Bilangan Tipe
No. pipa
cair (v) (m/s) Reynold aliran
(inch)
1. 3 151790,4 Turbulen
2. 2 4 303580,8 Turbulen
3. 10 455371,2 Turbulen
4. 3 202387,2 Turbulen
5. Aquadest 4 4 404774,4 Turbulen
6. 10 607161,6 Turbulen
7. 3 505968 Turbulen
8. 6 4 1011936 Turbulen
9. 10 1517904 Turbulen
10. 3 10285,5 Turbulen
11. 2 4 20571 Turbulen
12. 10 30856,4 Turbulen
13. 3 13714 Turbulen
14. Sirup 4 4 27428 Turbulen
15. 10 41142 Turbulen
16. 3 34285 Turbulen
17. 6 4 68569,8 Turbulen
18. 10 102855 Turbulen
19. 3 98867,1 Turbulen
20. 2 4 197734,2 Turbulen
21. 10 296601,3 Turbulen
22. Cairan 3 131823 Turbulen
23. pencuci 4 4 263646 Turbulen
24. piring 10 395468,4 Turbulen
25. 3 329557 Turbulen
26. 6 4 659114 Turbulen
27. 10 988671 Turbulen
28. 3 16587 Turbulen
29. 2 4 33174 Turbulen
30. 10 49761 Turbulen
31. 3 22116 Turbulen
32. Minyak 4 4 44232 Turbulen
33. 10 66348 Turbulen
34. 3 55289,6 Turbulen
35. 6 4 110579 Turbulen
36. 10 165869 Turbulen
IX. Kesimpulan
Dari percobaan pengukuran densitas dan viskositas yang telah dilakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan.
1. Densitas merupakan kerapatan massa suatu zat yang berbeda-beda antara satu
zat dengan zat lain yang dipengaruhi massa dan volume zat.
2. Zat cair yang memiliki densitas berbeda-beda bila dimasukkan ke dalam
suatu wadah yang sama akan membentuk fase-fase cairan sesuai dengan nilai
densitasnya.
3. Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu zat yang dipengaruhi oleh
densitasnya.
4. Setiap fluida yang dalam percobaan ini berupa zat cair memiliki tipe aliran
yang dapat ditentukan melalui nilai dari bilangan Reynold.
Daftar Pustaka

Modul Praktikum KIMIA

Choirunnisa, A. A. (2011, Januari). choalialmu89.blogspot.com. Retrieved from


http://choalialmu89.blogspot.com/2011/01/percobaan-1-penentuan-rapat-massa.html

Nadia, A. (2014). Viskositas Cairan.

Naruthomo, A. (2012, April 17). Retrieved from


http://arandityonarutomo.blogspot.com/2012/04/aliran-laminar-dan-aliran-turbulen-
pada.html

Septiyaningsih, P. M. (2014, November 13). sputumutia.blogspot.com. Retrieved


from SPUTUMUTIA: http://sputumutia.blogspot.com/2012/11/massa-jenis-atau-
densitas.html

Wikipedia. (n.d.). Retrieved from id.wikipedia.org:


http://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan_Reynolds

Wikipedia. (n.d.). Retrieved from id.wikipedia.org:


http://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis

Anda mungkin juga menyukai