KEKUATAN BAHAN
FOTO
3X4
Oleh
Nama : Yayang Sartika Nevianto Tanjung
NIM : 632002100064
Kelompok : E1
Tgl praktikum : Kamis, 25 Maret 2021
Asisten:
1. Amelia Puspita Mega Pratiwi
2. Lutvia Nurlatipah
3. Muhammad Nur Solehuddin Wahid
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum “Metode Integrasi Ganda Untuk Analisa Defleksi Balok”,
yaitu:
a. Mahasiswa mampu menganalisa defleksi balok dengan metode integrasi ganda.
b. Mengetahui dan memahami konsep defleksi pada pembebanan sederhana dan
cantilever.
c. Menerapkan free body diagram pada sketsa sistem pembebanan.
BAB 2 DASAR TEORI
2.1 Defleksi
Sebelum suatu alat digunakan oleh manusia, maka adapun pengujian yang dilakukan
pada bahan pembuatannya, yakni pengujian defleksi. Menurut Afrizal (2014), defleksi
adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan horizontal akibat adanya
pembebanan yang diberikan pada balok atau batang. Pembebanan yang diberikan akan
menyebabkan tegangan dan regangan yang terjadi pada material benda uji, sehingga hal
tersebut menyebabkan terjadinya defleksi pada bahan uji. Jika regangan yang terjadi
pada struktur semakin besar, maka tegangan struktur pun akan bertambah besar.
Tingkat defleksi sangat mempengaruhi terhadap kekuatan, terutama kemampuan untuk
menahan beban. Semakin besar angka defleksi maka perubahan bentuk rangka semakin
besar. (Akbar, 2018).
Hasil Perhitungan
3.2.2 Pembebanan Sederhana
Mencatat Hasil
3.3 Gambar Alat
BAB 4 PEMBAHASAN
Sudut Deflleksi
W L21
θ (1/3 L) = = 0.114
2 EI
W L21
θ (2/3 L) = = 0.458
2 EI
W L2
θ ( L) = = 1.030
2 EI
Defleksi
W L21
y (1/3 L) = = 0.008
2 EI
W L21
y (2/3 L) = = 0.061
2 EI
W L2
y ( L) = = 0.206
2 EI
Momen
M (1/3 L) = 0.212
M (2/3 L) = 0.424
M (L) = 0.636
Sudut Deflleksi
W L21
θ (1/3 L) = = 0.132
2 EI
W L21
θ (2/3 L) = = 0.530
2 EI
W L2
θ ( L) = = 1.192
2 EI
Defleksi
W L21
y (1/3 L) = = 0.009
2 EI
2
W L1
y (2/3 L) = = 0.071
2 EI
W L2
y ( L) = = 0.238
2 EI
Momen
M (1/3 L) = 0.245
M (2/3 L) = 0.491
M (L) = 0.736
Sudut Deflleksi
Wab(b+ L)
θ (1/4 L) = = 0.386
6 LEI
Wab(b+ L)
θ (1/2 L) = = 0.441
16 EI
Wab(b+ L)
θ (3/4 L) = = 0.276
6 LEI
Defleksi
W a2 b2
y (1/4 L) = = 0.049
3 EIL
W L2
y (1/2 L) = = 0.087
48 EI
W a2 b2
y (3/4 L) = = 0.049
3 EIL
Momen
Wab
MA (1/4 L) = = 0.234
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.313
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.234
L
Sudut Deflleksi
Wab(b+ L)
θ (1/4 L) = = 0.447
6 LEI
Wab(b+ L)
θ (1/2 L) = = 0.510
16 EI
Wab(b+ L)
θ (3/4 L) = = 0.319
6 LEI
Defleksi
W a2 b2
y (1/4 L) = = 0.056
3 EIL
W L2
y (1/2 L) = = 0.100
48 EI
W a2 b2
y (3/4 L) = = 0.056
3 EIL
Momen
Wab
MA (1/4 L) = = 0.271
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.362
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.271
L
4.3 Momen yang Dihasilkan dari Perhitungan Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana
Dari perhitungan sistem pembebanan yang telah dilakukan, maka didapat hasil
momen dari masing-masing beban sebagai berikut:
a. Pembebanan Cantilever
Dalam pembebanan cantilever, digunakan 2 beban pada 3 titik yang berbeda.
Momen yang dihasilkan yakni:
- Beban 1
M (1/3 L) = 0.212 Kg.m2/s2
M (2/3 L) = 0.424 Kg.m2/s2
M (L) = 0.636 Kg.m2/s2
- Beban 2
M (1/3 L) = 0.245 Kg.m2/s2
M (2/3 L) = 0.491 Kg.m2/s2
M (L) = 0.736 Kg.m2/s2
b. Pembebanan Sederhana
Dalam pembebanan cantilever, digunakan 2 beban pada 3 titik yang berbeda.
Momen yang dihasilkan yakni:
- Beban 1
Wab
MA (1/4 L) = = 0.234 Kg.m2/s2
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.313 Kg.m2/s2
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.234 Kg.m2/s2
L
- Beban 2
Wab
MA (1/4 L) = = 0.271 Kg.m2/s2
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.362 Kg.m2/s2
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.271 Kg.m2/s2
L
4.4 Perbandingan Defleksi yang Diperoleh dari Hasil Praktikum dengan Teoritis (Y
hitung) pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
Adapun perbandingan defleksi yang terjadi dari hasil praktikum yang telah dilakukan
dengan teoritis.
a. Pembebanan Cantilever
Beban 1 (W1 = 2.11896 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung (m)
1/3 L 0.008 0.008
2/3 L 0.050 0.061
L 0.129 0.206
Pada beban 1, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik
2/3 L sebesar 0,050 m dan di titik L sebesar 0,129 m. Sementara itu, untuk y hitung di
titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik 2/3 L sebesar 0,061 m, dan di titik L sebesar 0,206
m.
Beban 2 (W2 = 2.4525 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung
(m)
1/3 L 0.010 0.009
2/3 L 0.056 0.071
L 0.145 0.238
Pada beban 2, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/3 L sebesar 0,010 m, di
titik 2/3 L sebesar 0,056 m dan di titik L sebesar 0,145 m. Sementara itu, untuk y
hitung di titik 1/3 L sebesar 0,009 m, di titik 2/3 L sebesar 0,071 m, dan di titik L
sebesar 0,238 m.
Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang berbeda
dari y ukur dan y hitung. Untuk letak beban pada titik 1/3 L, hasil dari y ukur
dengan y hitung tidak jauh berbeda dari beban 1 dan 2. Sedangkan pada titik 2/3
L dan L mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Adanya perbedaan
menyimpulkan bahwa terjadinya error atau kesalahan saat pengukuran dilakukan.
Kesalahan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya seperti lingkungan,
kondisi perekat, dan sebagainya.
b. Pembebanan Sederhana
Beban 1 (W1 = 2.11896 N)
Letak Beban y ukur y hitung (m)
(m)
1/4 L 0.007 0.049
1/2 L 0.010 0.087
3/4 L 0.006 0.049
Pada beban 1, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/4 L sebesar 0,007 m, di
titik 1/2 L sebesar 0,010 m dan di titik ¾ L sebesar 0,006 m. Sementara itu, untuk
y hitung di titik 1/4 L sebesar 0,049 m, di titik ½ L sebesar 0,087 m, dan di titik ¾ L
sebesar 0,049 m.
Beban 2 (W2 = 2.4525 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung
(m)
1/4 L 0.007 0.056
1/2 L 0.012 0.100
3/4 L 0.007 0.056
Pada beban 2, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/4 L sebesar 0,007 m, di
titik 1/2 L sebesar 0,012 m dan di titik 3/4 L sebesar 0,007 m. Sementara itu,
untuk y hitung di titik 1/4 L sebesar 0,056 m, di titik 1/2 L sebesar 0,100 m, dan di
titik 3/4 L sebesar 0,056 m.
Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa hasil dari y ukur dan y
hitung sangat berbeda di ketiga titik pengujian. Perbedaan yang terjadi
menyimpulkan bahwa terjadinya error atau kesalahan saat pengukuran dilakukan.
Kesalahan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya seperti lingkungan,
kondisi perekat, dan sebagainya.
4.5 Perbandingan Defleksi yang Dihasilkan Antara Sistem Pembebanan Cantilever
dengan Pembebanan Sederhana
Dari perhitungan defleksi yang dilakukan, adapun hasil yang didapat pada sistem
pembebanan cantilever dan sederhana. Pada pembebanan cantilever, ditemukan untuk
defleksi beban 1 yakni di titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik 2/3 L sebesar 0,061 m, dan di
titik L sebesar 0,206 m. Sedangkan untuk beban 2 yakni di titik 1/3 L sebesar 0,009 m, di
titik 2/3 L sebesar 0,071 m, dan di titik L sebesar 0,238 m. Lalu pada pembebanan
sederhana, ditemukan untuk defleksi beban 1 yakni di titik 1/4 L sebesar 0,049 m, di titik
½ L sebesar 0,087 m, dan di titik ¾ L sebesar 0,049 m. Sedangkan, untuk beban 2 yakni
di titik 1/4 L sebesar 0,056 m, di titik 1/2 L sebesar 0,100 m, dan di titik 3/4 L sebesar
0,056 m.
Perbedaan dari defleksi yang dihasilkan baik dari pembebanan cantilever atau
sederhana disebabkan karena adanya perbedaan titik. Menurut Mustafa, et al yang
dikutip dari Selleng (2017), menyatakan bahwa adanya perbedaan posisi peletakan
pembebanan dan besarnya beban yang diberikan dapat mempengaruhi perbedaan hasil
defleksi yang diperoleh. Peletakan pembebanan yang jauh dari tumpuan pada posisi L/2
memberikan hasil defleksi lebih besar jika dibandingkan dengan peletakan posisi
pembebanan pada L/4, baik secara metode elemen, dengan program matlab, ataupun
secara eksperimental. Sehingga, pernyataan yang dikatakan oleh Mustafa yang dikutip
dari Selleng (2017) dapat dibuktikan.
4.6 Analisa Grafik pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
4.6.1 Grafik Hubungan antara Jarak dengan Momen
BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Jarak dengan Momen Pembebanan Sederhana
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
BEBAN 1 BEBAN 2
Dari grafik dapat terlihat bahwa semakin besar jarak maka semakin meningkat pula
momen dari kedua pembebanan (cantilever dan sederhana). Hal ini dibuktikan dari
penelitian yang dilakukan Selleng (2017), dimana semakin besar nilai x(jarak) maka
semakin besar pula nilai defleksi dan momennya. Momen dan defleksi berkaitan
dengan jarak yang ditetapkan dan dapat dilihat dari persamaan dalam perhitungannya.
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Jarak dengan Defleksi Pembebanan Sederhana
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
BEBAN 1 BEBAN 2
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar jarak yang ditentukan maka
semakin meningkat pula nilai defleksi dari kedua pembebanan (pembebanan
sederhana dan cantilever). Hal tersebut didukung dari pernyataan Mustafa, et al yang
dikutip dari Selleng (2017), dimana perbedaan posisi peletakan pembebanan dan
besarnya beban yang diberikan dapat mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang
diperoleh. Peletakan pembebanan yang jauh dari tumpuan memberikan hasil defleksi
lebih besar baik secara metode elemen, dengan program matlab, ataupun secara
eksperimental.
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Momen dengan Defleksi Pembebanan Sederhana
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38
BEBAN 1 BEBAN 2
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa defleksi dan momen berbanding lurus dalam
kedua pembebanan (pembebanan sederhana dan cantilever). Hal tersebut didukung
dari pernyataan Selleng (2018), dimana defleksi dan momen berbanding lurus
dikarenakan jarak yang ditetapkan. Penetapan titik jarak berpengaruh kepada defleksi
dan momen yang dapat dilihat dari persamaan dalam perhitungan sehingga defleksi
dan momen dikatakan berbanding lurus dalam hubungannya di kedua pembebanan.
4.7 Hubungan Antara Beban dengan Defleksi pada Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana (dibandingkan dengan literatur)
Semakin besar nilai dari beban, maka akan semakin besar nilai defleksi yang
dihasilkan. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Selleng (2018) dimana peningkatan
defleksi dipengaruhi oleh pembebanan yang diberikan. Dengan begitu, semakin besar
nilai beban yang diberikan, maka semakin besar pula nilai defleksi yang dapat
dihasilkan. Adapun grafik yang dikutip dari Selleng (2018) mengenai hubungan antara
beban dengan defleksi.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan adanya perkembangan zaman, maka kebutuhan manusia semakin
meningkat. Salah satu kebutuhan yang meningkat adalah penggunaan alat. Namun,
sebelum alat dapat digunakan maka diperlukan pengujian pada bahan dasar yang
digunakan dalam pembuatan alat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian defleksi
dengan menggunakan pembebanan sederhana dan pembebanan cantilever. Hasil yang
didapat dari praktikum ini adalah nilai defleksi yang dipengaruhi dari titik penempatan
saat praktikum. Penempatan di titik yang berbeda menyebabkan nilai dari defleksi juga
berubah. Selain itu, nilai dari perhitungan defleksi juga berbeda dengan pengukuran yang
dilakukan saat praktikum. Hal tersebut menyebabkan error ataupun kesalahan yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti perekat, kondisi pembebanan, dan
sebagainya.
Afrizal, D. Z., Dewi, S. M., N, C, R. 2014. Defleksi Balok Melintang Dan Tegangan Batang
Diagonal Tepi Jembatan “Boomerang Brige” Akibat Variasi Posisi Pembebanan.
Jurnal Mahasiswa. 1(2): 1-8.
Akbar, A., Isworo, H., 2018. Analisis Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara Dengan Metode
Simulasi. Jurnal Sains Terapan Politeknik Hasnur. 6(1): 13-16.
Anggraeni, S. 2018. Analisa Aperhitungan Teori Rancangan Bangun Mesin Press Baglog
Jamur Sistem Pneumatik. JRM. 4(3): 109-113.
Jasron, J. U. 2015. Analisis Pengaruh Letak Bahan Terhadap Deflelsi Balok Segi Empat
Dengan Tumpuan Engsel - Roll – Roll. Jurnal Rekayasa Mesin. 6(3): 167-170.
Kanira, W., Noviani, E., Satyahadewi, N. 2015. Pemodelan Matematika daro Perambatan
Retak di Dalam Balok Kantilever. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya
(Bimaster). 4(1): 77-84.
Mardini, A., Djamas, D., Putra, A. 2018. Dampak Penerapan Free Body Diagram Terhadap
Kemampuan Peserta Didik Menyelesaikan Soal-Soal Hukum Newton Dalam
Pembelajaran Fisika SMA. Pillar of Phisics Education. 11(2): 65-72.
Mesic, V., Mahmutovic, S. Hasovic, E., Erceg, N. 2017. Free-Body Diagrams and Problem
Solving in Mechanics: An Example of The Effectiveness of Self-Contstructed
Representations. European J of Physics Educatuion.7(3): 53-67.
Partama, I. G. N. E. 2016. Energi Potensial Pegas dalam Konstruksi Balok Sederhana
Berbahan Beton Bertulang. Jurnal Teknik GRADIEN. 8(1): 1-13.
Selleng, K. 2017. Analisis Defleksi Pada Material Baja Karbon Rendah Dengan
Menggunakan Variasi Posisi Pembebanan. Jurnal Mekanikal. 8(2): 768-776.
Selleng, K. 2018. Analisis adaefleksi Pada Material Baja Ringan Dengan Menggunakan Plat
Penguat.Jurnal Mekanikal. 9(1): 830-838.
Sigarlaki, H. H., Tangkuman, S., Arungpadang, T. 2015. Aplikasi Metode Elemen Hingga
Pada Perancangan Poros Belakang Gokar Listrik. Jurnal Online Poros Teknik Mesin
Unsrat. 4(2): 104-115.
Wicaksono, H., Sartika, D., Rubiono, G. 2019. Studi Analisis Beban Kantilever Pada Baja
Ringan. Jurnal V-Mac. 4(2): 25-27.
LAMPIRAN