Anda di halaman 1dari 37

KUNING LAPORAN PRAKTIKUM

KEKUATAN BAHAN
FOTO
3X4

METODE INTEGRASI GANDA


UNTUK ANALISA DEFLEKSI BALOK

Oleh
Nama : Yayang Sartika Nevianto Tanjung
NIM : 632002100064
Kelompok : E1
Tgl praktikum : Kamis, 25 Maret 2021

Asisten:
1. Amelia Puspita Mega Pratiwi
2. Lutvia Nurlatipah
3. Muhammad Nur Solehuddin Wahid

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman, populasi manusia di dunia semakin meningkat. Hal
tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia dalam pemenuhan aspek
kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah alat. Sebelum alat yang diciptakan dapat
diperjualbelikan serta dikenalkan kepada konsumen, maka diperlukan pengujian pada
bahan dasar pembuatannya. Pengujian yang dilakukan salah satunya adalah pengujian
defleksi.
Menurut Afrizal (2014), defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah
vertical dan horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang. Pengujian defleksi penting untuk dilakukan karena berpengaruh terhadap
kekuatan suatu alat yang diciptakan. Dalam pengujiannya, dilakukan dengan beberapa
alat bantu yakni pembebanan sederhana dan pembebanan cantilever. Sehingga, nilai
dari defleksi suatu bahan dapat diketahui dan dapat menciptakan alat yang sesuai
dengan kebutuhan dan fungsinya.
Pembuatan laporan praktikum ini bertujuan untuk menyelesaikan penugasan
praktikum dari mata kuliah Kekuatan Bahan, Kelas E, Jurusan Keteknikan Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Adapun tujuan dilakukannya
praktikum ini, yakni melatih mahasiswa agar dapat mengetahui dan menganalisa nilai
defleksi dari benda uji, serta penggunaan dan penghitungan dari pembebanan sederhana
dan pembebanan cantilever. Selain itu, mahasiswa juga dilatih agar dapat membuat free
body diagram sesuai dengan permasalahan yang ada. Sehingga, nantinya mahasiswa
dapat menerapkan ilmu yang telah didapat baik di lingkungan perkuliahan ataupun di
lingkungan masyarakat kedepannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum “Metode Integrasi Ganda Untuk Analisa Defleksi Balok”,
yaitu:
a. Mahasiswa mampu menganalisa defleksi balok dengan metode integrasi ganda.
b. Mengetahui dan memahami konsep defleksi pada pembebanan sederhana dan
cantilever.
c. Menerapkan free body diagram pada sketsa sistem pembebanan.
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Defleksi
Sebelum suatu alat digunakan oleh manusia, maka adapun pengujian yang dilakukan
pada bahan pembuatannya, yakni pengujian defleksi. Menurut Afrizal (2014), defleksi
adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan horizontal akibat adanya
pembebanan yang diberikan pada balok atau batang. Pembebanan yang diberikan akan
menyebabkan tegangan dan regangan yang terjadi pada material benda uji, sehingga hal
tersebut menyebabkan terjadinya defleksi pada bahan uji. Jika regangan yang terjadi
pada struktur semakin besar, maka tegangan struktur pun akan bertambah besar.
Tingkat defleksi sangat mempengaruhi terhadap kekuatan, terutama kemampuan untuk
menahan beban. Semakin besar angka defleksi maka perubahan bentuk rangka semakin
besar. (Akbar, 2018).

2.2 Pembebanan Sederhana


Untuk menguji defleksi dari bahan uji, maka digunakan pembebanan sederhana.
Menurut Partama (2016), konstruksi balok sederhana adalah konstruksi yang terdiri dari
dua tumpuan atau perletakan, yaitu perletakan sendi dan rol. Sedangkan, menurut
Jasron (2015) menyatakan bahwa pembebanan sederhana adalah suatu sistem
pembebanan yang memiliki penyangga pada kedua ujungnya, dimana defleksi
maksimum terjadi jika beban diletakkan pada tengah bentang. Pembebanan pada suatu
batang atau balok yang ditumpu pada ujung-ujungnya menyebabkan sumbu batang atau
balok mengalami lenturan. Lenturan ini membentuk suatu kurva dan disebut kurva
defleksi (Jasron, 2015)

2.3 Pembebanan Cantilever


Selain menggunakan pembebanan sederhana, pengujian defleksi dapat
menggunakan pembebanan cantilever. Pembebanan cantilever adalah suatu sistem
pembebanan yang hanya memiliki penyangga pada salah satu ujungnya, dimana defleksi
maksimum terjadi saat sudut maksimum. Menurut Kanira, et al (2015) menyatakan
bahwa balok kantilever merupakan sebuah balok yang salah satu ujungnya disangga
atau dijepit sedangkan ujung lainnya menggantung (bebas). Sedangkan, menurut
Wicaksono (2019) menyatakan bahwa balok kantilever adalah balok yang satu ujungnya
terdapat tumpuan jepit dan ujung lain menggantung bebas. Balok kantilever dapat
menahan beban gravitasi dan menerima momen negatif pada keseluruhan panjang balok
tersebut.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Defleksi


Setiap material memiliki besar defleksi yang berbeda. Defleksi ini disebabkan oleh
adanya pembebanan yang diberikan pada material. Semakin besar defleksi yang dimiliki
oleh suatu bahan, maka semakin kuat pula material tersebut. Menurut Singarlaki (2015),
adapun hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :
a. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu bahan, maka lendutan bahan yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil. Kecilnya lendutan akan mempengaruhi nilai defleksi dari bahan
yang diuji.
b. Besar kecilnya gaya yang diberikan
Besar kecilnya gaya yang diberikan pada bahan berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain, semakin besar beban yang dialami
oleh bahan maka defleksi yang terjadi akan semakin kecil.
c. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda akan
menghasilkan defleksi yang berbeda beda pula.
d. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik keduanya memiliki kurva defleksi
yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata, slope yang terjadi pada bagian
batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Hal tersebut terjadi karena
sepanjang bahan mengalami beban, sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada
beban titik tertentu saja.
Sedangkan menurut Anggraeni (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi defleksi
adalah:
a. Besar pembebanan
b. Panjang batang
c. Dimensi penampang batang
d. Jenis material batang
Menurut Mustafa, et al yang dikutip dari Selleng (2017), menyatakan bahwa
adanya perbedaan posisi peletakan pembebanan dan besarnya beban yang
diberikan dapat mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang diperoleh. Peletakan
pembebanan yang jauh dari tumpuan pada posisi L/2 memberikan hasil defleksi lebih
besar jika dibandingkan dengan peletakan posisi pembebanan pada L/4, baik secara
metode elemen, dengan program matlab, ataupun secara eksperimental.

2.5 Metode Integrasi Ganda


Untuk mengetahui besarnya defleksi yang dimiliki oleh suatu material, maka dapat
diketahui dari hasil uji eksperimental dengan menggunakan metode integritas ganda.
Menurut Selleng (2018), integrasi ganda (double integrations) adalah salah satu metode
yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan defleksi pada balok.
Sedangkan, Selleng (2017) menyatakan bahwa metode integrasi ganda merupakan
metode penelitian yang dilakukan untuk pengujian defleksi dan menganalisis defleksi
secara eksperimental. Dapat disimpulkan bahwa metode integritas ganda adalah suatu
metode yang digunakan untuk pengujian defleksi dan menganalisis defleksi secara
eksperimental.

2.6 Jelaskan Definisi Free Body Diagram (1 sitasi+1sitasi internasional)


Menurut Rosengrant, van Heuvelen, and Etkina yang dikutip dari Mesic, et al.
(2017) menyatakan bahwa “free-body diagrams are diagrammatic representations in
which one focuses only on an object of interest and on the forces exerted on it by other
objects.” Free-body diagrams summarize the most important information about the
physical situation described in a mechanics problem, which potentially facilitates
conceptualization of the problem. Berdasarkan kutipan tersebut, dijelaskan bahwa, free
body diagrams adalah "representasi diagram di mana seseorang hanya berfokus pada
suatu objek yang menarik dan pada gaya yang diberikan padanya oleh objek lain." free
body diagrams meringkas informasi terpenting tentang situasi fisik yang dijelaskan
dalam masalah mekanika, yang berpotensi memfasilitasi konseptualisasi masalah.
Konsep free body diagrams diterapkan pada materi hukum Newton tentang gravitasi
pada proses interaksi dua massa atau lebih. Semakin banyak massa yang berinteraksi,
maka akan semakin kompleks gaya tarikan yang terjadi (Mardini,2018).
BAB 3 METODE

3.1 Alat Bahan dan Fungsi


Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum “Metode Integrasi Ganda
Untuk Analisa Defleksi Balok”, yakni:
1. Beban 1 dan beban 2, digunakan sebagai media uji.
2. Busur derajat, digunakan untuk mengukur sudut defleksi.
3. Penggaris, digunakan untuk mengukur panjang dan tebal dari plat.
4. Timbangan digital, digunakan untuk mengukur massa dari beban 1 dan 2.
5. Pembebanan cantilever, digunakan sebagai media uji
6. Pembebanan sederhana, digunakan sebagai media uji yang terdiri dari:
a. Statif, berfungsi untuk menyangga plat
b. Plat, berfungsi untuk meletakkan beban sebagai bahan perlakuan.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembebanan Cantilever

Menyiapkan Alat dan


Bahan

Menimbang Beban 1 dan Beban 2

Mengukur Dimensi Plat

Menentukan titik Pembebanan (1/3L,


2/3L, L)

Mengukur Tinggi Masing-masing


Pembebanan (H0)

Meletakkan Beban pada tiap titik

Mengukur Tinggi Pembebanan yang


Telah diberi Beban

Hasil Perhitungan
3.2.2 Pembebanan Sederhana

Menyiapkan Alat dan


Bahan

Menimbang Beban 1 dan Beban 2

Mengukur Dimensi Plat

Menentukan titik Pembebanan (1/4L,


1/2L, 3/4L)

Mengukur Tinggi Masing-masing


Pembebanan (H0)

Meletakkan Beban pada tiap titik

Mengukur Perubahan Tinggi (H1) dan


Sudut Pembebanan

Mencatat Hasil
3.3 Gambar Alat
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Free Body Diagram


4.1.1 Pembebanan Cantilever

Dalam menggambar free body diagram pembebanan cantilever, menggunakan


skala:
- h0 = 0,322 m; 0,317 m; 0,316 m = 3,5 cm
- Wbeban 1 = 2,1 N = 1,1 cm
- Wbeban 2 = 2,45 N = 1,45 cm
y 0,008 0,05 0,129
- y= −2 maka, = 0,1 cm; = 0,6 cm; = 1,62 cm (1:8 cm)
8 ×10 0,08 0,08 0,08
4.1.2 Pembebanan Sederhana

Dalam menggambar free body diagram pembebanan sederhana, menggunakan


skala:
- h0 = 0,322 m; 0,317 m; 0,316 m = 3,5 cm
- Wbeban 1 = 2,1 N = 1,1 cm
- Wbeban 2 = 2,45 N = 1,45 cm
y 0,007 m
- y= maka, = 0,35 cm (1:2 cm)
2 2
4.2 Data Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum praktikum “Metode Integrasi Ganda Untuk Analisa Defleksi
Balok” yang telah dilakukan, maka didapat perhitungan yakni:
- m1 =0.216 kg
- m2 = 0.25 kg
- g = 9,81 m/s2
- E = 7x1010 N/m2
- W1 = m1 × g =2.11896
- W2 = m2 × g =2.4525

1. Defleksi Pembebanan Cantilever


L (panjang) = 0.3 m
h (tebal) = 0.031 m
b (lebar) = 0.0008 m
1
I = b × h3 = 1.32 × 10-12
12

a. Beban 1 (W1 = 2.11896 N)


Letak L1 (m) h0 (m) h1 (m) θ ukur θ hitung y ukur (m) y hitung (m)
Beban
1/3 L 0.1 0.322 0.314 6 0.114 0.008 0.008
2/3 L 0.2 0.317 0.267 10 0.458 0.050 0.061
L 0.3 0.316 0.187 13 1.030 0.129 0.206

 Sudut Deflleksi
W L21
θ (1/3 L) = = 0.114
2 EI
W L21
θ (2/3 L) = = 0.458
2 EI
W L2
θ ( L) = = 1.030
2 EI

 Defleksi
W L21
y (1/3 L) = = 0.008
2 EI
W L21
y (2/3 L) = = 0.061
2 EI
W L2
y ( L) = = 0.206
2 EI

 Momen
M (1/3 L) = 0.212
M (2/3 L) = 0.424
M (L) = 0.636

b. Beban 2 (W2 = 2.4525 N)


Letak L1 (m) h0 (m) h1 (m) θ ukur θ hitung y ukur (m) y hitung (m)
Beban
1/3 L 0.1 0.322 0.312 6 0.132 0.010 0.009
2/3 L 0.2 0.317 0.261 11.5 0.530 0.056 0.071
L 0.3 0.316 0.171 14 1.192 0.145 0.238

 Sudut Deflleksi
W L21
θ (1/3 L) = = 0.132
2 EI
W L21
θ (2/3 L) = = 0.530
2 EI
W L2
θ ( L) = = 1.192
2 EI

 Defleksi
W L21
y (1/3 L) = = 0.009
2 EI
2
W L1
y (2/3 L) = = 0.071
2 EI
W L2
y ( L) = = 0.238
2 EI

 Momen
M (1/3 L) = 0.245
M (2/3 L) = 0.491
M (L) = 0.736

2. Defleksi Pembebanan Sederhana


L (panjang) = 56 cm = 0.59 m
h (tebal) = 0.08 m = 0.00008 m
b (lebar) = 0.0008 m
1
I = b × h3 = 7 × 1010 N/m2
12

a. Beban 1 (W1 = 2.11896 N)


Letak a = L1 b = L-L1 h0 (m) h1 (m) θ θ y ukur y hitung
Beban (m) (m) ukur hitung (m) (m)
1/4 L 0.1475 0.4425 0.327 0.32 1.5 0.386 0.007 0.049
1/2 L 0.295 0.295 0.326 0.316 2 0.441 0.010 0.087
3/4 L 0.4425 0.1475 0.327 0.321 1 0.276 0.006 0.049
NB: L1 dan besar sudut diukur pada salah satu ujung pembebanan

 Sudut Deflleksi
Wab(b+ L)
θ (1/4 L) = = 0.386
6 LEI
Wab(b+ L)
θ (1/2 L) = = 0.441
16 EI
Wab(b+ L)
θ (3/4 L) = = 0.276
6 LEI

 Defleksi
W a2 b2
y (1/4 L) = = 0.049
3 EIL
W L2
y (1/2 L) = = 0.087
48 EI
W a2 b2
y (3/4 L) = = 0.049
3 EIL

 Momen
Wab
MA (1/4 L) = = 0.234
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.313
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.234
L

b. Beban 2 (W2 = 2.4525 N)


Letak a = L1 b = L-L1 h0 (m) h1 (m) θ ukur θ hitung y ukur y hitung
Beban (m) (m) (m) (m)
1/4 L 0.1475 0.4425 0.327 0.32 1.7 0.447 0.007 0.056
1/2 L 0.295 0.295 0.326 0.314 2 0.510 0.012 0.100
3/4 L 0.4425 0.1475 0.327 0.32 1 0.319 0.007 0.056

 Sudut Deflleksi
Wab(b+ L)
θ (1/4 L) = = 0.447
6 LEI
Wab(b+ L)
θ (1/2 L) = = 0.510
16 EI
Wab(b+ L)
θ (3/4 L) = = 0.319
6 LEI

 Defleksi
W a2 b2
y (1/4 L) = = 0.056
3 EIL
W L2
y (1/2 L) = = 0.100
48 EI
W a2 b2
y (3/4 L) = = 0.056
3 EIL

 Momen
Wab
MA (1/4 L) = = 0.271
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.362
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.271
L

4.3 Momen yang Dihasilkan dari Perhitungan Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana
Dari perhitungan sistem pembebanan yang telah dilakukan, maka didapat hasil
momen dari masing-masing beban sebagai berikut:
a. Pembebanan Cantilever
Dalam pembebanan cantilever, digunakan 2 beban pada 3 titik yang berbeda.
Momen yang dihasilkan yakni:
- Beban 1
M (1/3 L) = 0.212 Kg.m2/s2
M (2/3 L) = 0.424 Kg.m2/s2
M (L) = 0.636 Kg.m2/s2
- Beban 2
M (1/3 L) = 0.245 Kg.m2/s2
M (2/3 L) = 0.491 Kg.m2/s2
M (L) = 0.736 Kg.m2/s2

b. Pembebanan Sederhana
Dalam pembebanan cantilever, digunakan 2 beban pada 3 titik yang berbeda.
Momen yang dihasilkan yakni:
- Beban 1
Wab
MA (1/4 L) = = 0.234 Kg.m2/s2
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.313 Kg.m2/s2
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.234 Kg.m2/s2
L
- Beban 2
Wab
MA (1/4 L) = = 0.271 Kg.m2/s2
L
WL
MA (1/2 L) = = 0.362 Kg.m2/s2
4
Wab
MA (3/4 L) = = 0.271 Kg.m2/s2
L

4.4 Perbandingan Defleksi yang Diperoleh dari Hasil Praktikum dengan Teoritis (Y
hitung) pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
Adapun perbandingan defleksi yang terjadi dari hasil praktikum yang telah dilakukan
dengan teoritis.
a. Pembebanan Cantilever
 Beban 1 (W1 = 2.11896 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung (m)
1/3 L 0.008 0.008
2/3 L 0.050 0.061
L 0.129 0.206

Pada beban 1, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik
2/3 L sebesar 0,050 m dan di titik L sebesar 0,129 m. Sementara itu, untuk y hitung di
titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik 2/3 L sebesar 0,061 m, dan di titik L sebesar 0,206
m.
 Beban 2 (W2 = 2.4525 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung
(m)
1/3 L 0.010 0.009
2/3 L 0.056 0.071
L 0.145 0.238

Pada beban 2, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/3 L sebesar 0,010 m, di
titik 2/3 L sebesar 0,056 m dan di titik L sebesar 0,145 m. Sementara itu, untuk y
hitung di titik 1/3 L sebesar 0,009 m, di titik 2/3 L sebesar 0,071 m, dan di titik L
sebesar 0,238 m.
Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang berbeda
dari y ukur dan y hitung. Untuk letak beban pada titik 1/3 L, hasil dari y ukur
dengan y hitung tidak jauh berbeda dari beban 1 dan 2. Sedangkan pada titik 2/3
L dan L mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Adanya perbedaan
menyimpulkan bahwa terjadinya error atau kesalahan saat pengukuran dilakukan.
Kesalahan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya seperti lingkungan,
kondisi perekat, dan sebagainya.

b. Pembebanan Sederhana
 Beban 1 (W1 = 2.11896 N)
Letak Beban y ukur y hitung (m)
(m)
1/4 L 0.007 0.049
1/2 L 0.010 0.087
3/4 L 0.006 0.049

Pada beban 1, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/4 L sebesar 0,007 m, di
titik 1/2 L sebesar 0,010 m dan di titik ¾ L sebesar 0,006 m. Sementara itu, untuk
y hitung di titik 1/4 L sebesar 0,049 m, di titik ½ L sebesar 0,087 m, dan di titik ¾ L
sebesar 0,049 m.
 Beban 2 (W2 = 2.4525 N)
Letak Beban y ukur (m) y hitung
(m)
1/4 L 0.007 0.056
1/2 L 0.012 0.100
3/4 L 0.007 0.056

Pada beban 2, didapat bahwa untuk y ukur di titik 1/4 L sebesar 0,007 m, di
titik 1/2 L sebesar 0,012 m dan di titik 3/4 L sebesar 0,007 m. Sementara itu,
untuk y hitung di titik 1/4 L sebesar 0,056 m, di titik 1/2 L sebesar 0,100 m, dan di
titik 3/4 L sebesar 0,056 m.
Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa hasil dari y ukur dan y
hitung sangat berbeda di ketiga titik pengujian. Perbedaan yang terjadi
menyimpulkan bahwa terjadinya error atau kesalahan saat pengukuran dilakukan.
Kesalahan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya seperti lingkungan,
kondisi perekat, dan sebagainya.
4.5 Perbandingan Defleksi yang Dihasilkan Antara Sistem Pembebanan Cantilever
dengan Pembebanan Sederhana
Dari perhitungan defleksi yang dilakukan, adapun hasil yang didapat pada sistem
pembebanan cantilever dan sederhana. Pada pembebanan cantilever, ditemukan untuk
defleksi beban 1 yakni di titik 1/3 L sebesar 0,008 m, di titik 2/3 L sebesar 0,061 m, dan di
titik L sebesar 0,206 m. Sedangkan untuk beban 2 yakni di titik 1/3 L sebesar 0,009 m, di
titik 2/3 L sebesar 0,071 m, dan di titik L sebesar 0,238 m. Lalu pada pembebanan
sederhana, ditemukan untuk defleksi beban 1 yakni di titik 1/4 L sebesar 0,049 m, di titik
½ L sebesar 0,087 m, dan di titik ¾ L sebesar 0,049 m. Sedangkan, untuk beban 2 yakni
di titik 1/4 L sebesar 0,056 m, di titik 1/2 L sebesar 0,100 m, dan di titik 3/4 L sebesar
0,056 m.
Perbedaan dari defleksi yang dihasilkan baik dari pembebanan cantilever atau
sederhana disebabkan karena adanya perbedaan titik. Menurut Mustafa, et al yang
dikutip dari Selleng (2017), menyatakan bahwa adanya perbedaan posisi peletakan
pembebanan dan besarnya beban yang diberikan dapat mempengaruhi perbedaan hasil
defleksi yang diperoleh. Peletakan pembebanan yang jauh dari tumpuan pada posisi L/2
memberikan hasil defleksi lebih besar jika dibandingkan dengan peletakan posisi
pembebanan pada L/4, baik secara metode elemen, dengan program matlab, ataupun
secara eksperimental. Sehingga, pernyataan yang dikatakan oleh Mustafa yang dikutip
dari Selleng (2017) dapat dibuktikan.

4.6 Analisa Grafik pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
4.6.1 Grafik Hubungan antara Jarak dengan Momen

Hubungan Jarak dengan Momen Pembebanan Cantilever


0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Jarak dengan Momen Pembebanan Sederhana
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

BEBAN 1 BEBAN 2

Dari grafik dapat terlihat bahwa semakin besar jarak maka semakin meningkat pula
momen dari kedua pembebanan (cantilever dan sederhana). Hal ini dibuktikan dari
penelitian yang dilakukan Selleng (2017), dimana semakin besar nilai x(jarak) maka
semakin besar pula nilai defleksi dan momennya. Momen dan defleksi berkaitan
dengan jarak yang ditetapkan dan dapat dilihat dari persamaan dalam perhitungannya.

4.6.2 Grafik Hubungan antara Jarak dengan Defleksi

Hubungan Jarak dengan Defleksi Pembebanan Cantilever


0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Jarak dengan Defleksi Pembebanan Sederhana
0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

BEBAN 1 BEBAN 2

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar jarak yang ditentukan maka
semakin meningkat pula nilai defleksi dari kedua pembebanan (pembebanan
sederhana dan cantilever). Hal tersebut didukung dari pernyataan Mustafa, et al yang
dikutip dari Selleng (2017), dimana perbedaan posisi peletakan pembebanan dan
besarnya beban yang diberikan dapat mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang
diperoleh. Peletakan pembebanan yang jauh dari tumpuan memberikan hasil defleksi
lebih besar baik secara metode elemen, dengan program matlab, ataupun secara
eksperimental.

4.6.3 Grafik Hubungan antara Momen dengan Defleksi

Hubungan Momen dengan Defleksi Pembebanan Cantilever


0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

BEBAN 1 BEBAN 2
Hubungan Momen dengan Defleksi Pembebanan Sederhana
0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0.22 0.24 0.26 0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38

BEBAN 1 BEBAN 2

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa defleksi dan momen berbanding lurus dalam
kedua pembebanan (pembebanan sederhana dan cantilever). Hal tersebut didukung
dari pernyataan Selleng (2018), dimana defleksi dan momen berbanding lurus
dikarenakan jarak yang ditetapkan. Penetapan titik jarak berpengaruh kepada defleksi
dan momen yang dapat dilihat dari persamaan dalam perhitungan sehingga defleksi
dan momen dikatakan berbanding lurus dalam hubungannya di kedua pembebanan.

4.7 Hubungan Antara Beban dengan Defleksi pada Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana (dibandingkan dengan literatur)
Semakin besar nilai dari beban, maka akan semakin besar nilai defleksi yang
dihasilkan. Hal ini dibuktikan dari pernyataan Selleng (2018) dimana peningkatan
defleksi dipengaruhi oleh pembebanan yang diberikan. Dengan begitu, semakin besar
nilai beban yang diberikan, maka semakin besar pula nilai defleksi yang dapat
dihasilkan. Adapun grafik yang dikutip dari Selleng (2018) mengenai hubungan antara
beban dengan defleksi.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan adanya perkembangan zaman, maka kebutuhan manusia semakin
meningkat. Salah satu kebutuhan yang meningkat adalah penggunaan alat. Namun,
sebelum alat dapat digunakan maka diperlukan pengujian pada bahan dasar yang
digunakan dalam pembuatan alat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian defleksi
dengan menggunakan pembebanan sederhana dan pembebanan cantilever. Hasil yang
didapat dari praktikum ini adalah nilai defleksi yang dipengaruhi dari titik penempatan
saat praktikum. Penempatan di titik yang berbeda menyebabkan nilai dari defleksi juga
berubah. Selain itu, nilai dari perhitungan defleksi juga berbeda dengan pengukuran yang
dilakukan saat praktikum. Hal tersebut menyebabkan error ataupun kesalahan yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti perekat, kondisi pembebanan, dan
sebagainya.

5.2 Kritik dan Saran


Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah penggunaan perekat pada
pengujian defleksi. Disarankan perekat yang digunakan lebih kuat sehingga momen dan
defleksi yang terukur menjadi maksimal dan mendapatkan nilai yang sesuai dengan
defleksi perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, D. Z., Dewi, S. M., N, C, R. 2014. Defleksi Balok Melintang Dan Tegangan Batang
Diagonal Tepi Jembatan “Boomerang Brige” Akibat Variasi Posisi Pembebanan.
Jurnal Mahasiswa. 1(2): 1-8.
Akbar, A., Isworo, H., 2018. Analisis Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara Dengan Metode
Simulasi. Jurnal Sains Terapan Politeknik Hasnur. 6(1): 13-16.
Anggraeni, S. 2018. Analisa Aperhitungan Teori Rancangan Bangun Mesin Press Baglog
Jamur Sistem Pneumatik. JRM. 4(3): 109-113.
Jasron, J. U. 2015. Analisis Pengaruh Letak Bahan Terhadap Deflelsi Balok Segi Empat
Dengan Tumpuan Engsel - Roll – Roll. Jurnal Rekayasa Mesin. 6(3): 167-170.
Kanira, W., Noviani, E., Satyahadewi, N. 2015. Pemodelan Matematika daro Perambatan
Retak di Dalam Balok Kantilever. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya
(Bimaster). 4(1): 77-84.
Mardini, A., Djamas, D., Putra, A. 2018. Dampak Penerapan Free Body Diagram Terhadap
Kemampuan Peserta Didik Menyelesaikan Soal-Soal Hukum Newton Dalam
Pembelajaran Fisika SMA. Pillar of Phisics Education. 11(2): 65-72.
Mesic, V., Mahmutovic, S. Hasovic, E., Erceg, N. 2017. Free-Body Diagrams and Problem
Solving in Mechanics: An Example of The Effectiveness of Self-Contstructed
Representations. European J of Physics Educatuion.7(3): 53-67.
Partama, I. G. N. E. 2016. Energi Potensial Pegas dalam Konstruksi Balok Sederhana
Berbahan Beton Bertulang. Jurnal Teknik GRADIEN. 8(1): 1-13.
Selleng, K. 2017. Analisis Defleksi Pada Material Baja Karbon Rendah Dengan
Menggunakan Variasi Posisi Pembebanan. Jurnal Mekanikal. 8(2): 768-776.
Selleng, K. 2018. Analisis adaefleksi Pada Material Baja Ringan Dengan Menggunakan Plat
Penguat.Jurnal Mekanikal. 9(1): 830-838.
Sigarlaki, H. H., Tangkuman, S., Arungpadang, T. 2015. Aplikasi Metode Elemen Hingga
Pada Perancangan Poros Belakang Gokar Listrik. Jurnal Online Poros Teknik Mesin
Unsrat. 4(2): 104-115.
Wicaksono, H., Sartika, D., Rubiono, G. 2019. Studi Analisis Beban Kantilever Pada Baja
Ringan. Jurnal V-Mac. 4(2): 25-27.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai