KEKUATAN BAHAN
FOTO
METODE INTEGRASI GANDA
3X4
UNTUK ANALISA DEFLEKSI BALOK
Oleh
Nama : MOH. RAJIV ROHMAN ARITAGA
NIM : 195100207111008
Kelompok : B7
Tgl praktikum : 31 Maret 2021
Asisten:
1. Amelia Puspita Mega Pratiwi
2. Lutvia Nurlatipah
3. Muhammad Nur Solehuddin Wahid
Beban 1 dan 2
Ditimbang
Dimensi Plat
Diukur
Titik Pembebanan
Ditentukan titik pembebanan (⅓ L,
⅔ L, dan L)
Tinggi tiap titik
Diukur tinggi awal tiap titik
pembebanan sebagai H0
Beban 1 dan 2
Diletakkan beban 1 dan 2 pada
masing-masing titik secara
bergantian
H1 dan Sudut
Diukur perubahan tinggi sebagai H1
dan sudut, kemudian dicatat
sebagai hasil
Hasil
3.2.2 Pembebanan Sederhana
Disiapkan
Beban 1 dan 2
Ditimbang
Dimensi Plat
Diukur
Titik Pembebanan
Ditentukan titik pembebanan (¼ L,
½ L, dan ¾ L)
Beban 1 dan 2
Diletakkan beban 1 dan 2 pada
masing-masing titik secara
bergantian
H1 dan Sudut
Diukur perubahan tinggi sebagai H1
dan sudut, kemudian dicatat
sebagai hasil
Hasil
3.3 Gambar Alat
No Gambar Nama
1 Beban 1 dan 2
2 Pembebanan Sederhana
3 Penggaris
4 Busur
5 Jangka Sorong
6 Statif
7 Plat
8 Tali
9 Timbangan Analitik
10 Pembebanan Kantilever
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Free Body Diagram
4.1.1 Pembebanan Cantilever
4.1.2 Pembebanan Sederhana
SUDUT DEFLEKSI
DEFLEKSI
𝑊𝐿31 2,4525 × 0,13
𝑌 (1⁄3L) = = = 0,0088 m
3𝐸𝐼 3(7 x 1010 N/m2 )(1,3227 x 10−12 m)
MOMEN
M (⅓ L) = W.L1 = 2,4525 x 0,1 = 0,24525 N.m
M (⅔ L) = W.L1 = 2,4525 x 0,2 = 0,4905 N.m
M (L) = W.L = 2,4525 x 0,3 = 0,73575 N.m
DEFLEKSI
𝑊𝐿31 2,63889 × 0,13
𝑌 (1⁄3L) = = = 0,0095 m
3𝐸𝐼 3(7 x 1010 N/m2 )(1,3227 x 10−12 m)
MOMEN
M (⅓ L) = W.L1 = 2,63889 x 0,1 = 0,263889 N.m
M (⅔ L) = W.L1 = 2,63889 x 0,2 = 0,527778 N.m
M (L) = W.L = 2,63889 x 0,3 = 0,791667 N.m
Nb: L1 dan besar sudut diukur pada salah satu ujung pembebanan.
SUDUT DEFLEKSI
𝑊𝑎𝑏 (𝑏 + 𝐿) (2,4525(0,148)(0,442))(0,442 + 0,59)
𝜃 (1⁄4L) = = = 0,448°
6𝐿𝐸𝐼 6(0.59)(7 × 1010 )(1.49𝑥 10−12 )
𝑊𝐿² (2,4525)(0,59)²
𝜃 (1⁄2L) = = = 0,512°
16𝐸𝐼 (16)(7 × 1010 )(1.49𝑥 10−12 )
DEFLEKSI
Wa²b² 2,4525(0,148)²(0,442)²
𝑌 (1⁄4L) = = = 0,057 m
3EIL (3)(7𝑥1010 )(1,49 × 10−12 )(0,59)
WL³ 2,4525(0,59)³
𝑌 (1⁄2L) = = = 0,101 m
48EI (48)(7𝑥1010 )(1,49𝑥10−12 )
2,4525(0,147)²(0,443)²
𝑌 (3⁄4L) =
Wa²b²
= = 0,056 m
3EIL (3)(7𝑥1010 )(1,49 × 10−12 )(0,59)
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 (2,4525)(0,148)(0,442)
𝑀𝐴 (1⁄4L) = = = 0,272 Nm
𝐿 0,59
𝑊𝐿 (2,4525)(0,59)
𝑀𝐴 (1⁄2L) = = = 0,362 Nm
4 4
𝑊𝑎𝑏 (2,4525)(0,147)(0,443)
𝑀𝐴 (3⁄4L) = = = 0,271 Nm
𝐿 0,59
Nb: L1 dan besar sudut diukur pada salah satu ujung pembebanan.
SUDUT DEFLEKSI
𝑊𝑎𝑏 (𝑏 + 𝐿) (2,63889(0,148)(0,442))(0,442 + 0,59)
𝜃 (1⁄4L) = = = 0,4825°
6𝐿𝐸𝐼 (6)(0.59)(7 × 1010 )(1.49𝑥 10−12 )
𝑊𝐿² (2,63889)(0,59)²
𝜃 (1⁄2L) = = = 0,551°
16𝐸𝐼 (16)(7 × 1010 )(1.49𝑥 10−12 )
𝑊𝑎𝑏(𝑏 + 𝐿) (2,63889(0,443)(0,147))(0,147 + 0,59)
𝜃 (3⁄4L) = = = 0,343°
6𝐿𝐸𝐼 (6)(0.59)(7 × 1010 )(1.49𝑥 10−12 )
DEFLEKSI
Wa²b² (2,63889)(0,148)²(0,442)²
𝑌 (1⁄4L) = = = 0,061 m
3EIL (3)(7𝑥1010 )(1,49 × 10−12 )(0,59)
WL³ (2,63889)(0,59)³
𝑌 (1⁄2L) = = = 0,108 m
48EI (48)(7𝑥1010 )(1,49𝑥10−12 )
Wa²b² (2,63889)(0,147)²(0,443)²
𝑌 (3⁄4L) = = = 0,061 m
3EIL (3)(7𝑥1010 )(1,49 × 10−12 )(0,59)
MOMEN
𝑊𝑎𝑏 (2,63889)(0,148)(0,442)
𝑀𝐴 (1⁄4L) = = = 0,293 Nm
𝐿 0,59
𝑊𝐿 (2,63889)(0,59)
𝑀𝐴 (1⁄2L) = = = 0,389 Nm
4 4
𝑊𝑎𝑏 (2,63889)(0,147)(0,443)
𝑀𝐴 (3⁄4L) = = = 0,291 Nm
𝐿 0,59
4.3 Momen yang Dihasilkan dari Perhitungan Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana
Setelah praktikum didapatkan data, kemudian data tersebut dihutung momennya.
Rumus dari momen yaitu W dikali L. Setelah melakukan perhitungan didapatkan hasil
pada pembebanan cantilever beban 1 (W1= 2,4525 N) pada posisi ⅓L, ⅔L, dan L
diperoleh berturut-turut adalah 0,24525 Nm; 0,4905 Nm; dan 0,73575 Nm. Perhitungan
momen dari beban kedua (W2= 2,63889 N) pada posisi ⅓L, ⅔L, dan L diperoleh berturut-
turut adalah 0,263889 Nm; 0,527778 Nm; dan 0,791667 Nm.
Setelah praktikum didapatkan data, kemudian data tersebut dihutung momennya.
Rumus dari momen yaitu W dikali L. Setelah melakukan perhitungan didapatkan hasil
pada pembebanan sederhana beban 1 (W1= 2,4525 N) pada posisi ¼L, ½L, dan ¾L
diperoleh berturut-turut adalah 0,272 Nm; 0,362 Nm; dan 0,271 Nm. Perhitungan momen
dari beban kedua (W2= 2,63889 N) pada posisi ¼ L, ½ L, dan ¾ L diperoleh berturut-turut
adalah 0,293 Nm; 0,389 Nm; dan 0,291 Nm.
Pada cantilever memiliki arah yang sama yaitu semakin besar. Maka semakin
panjang jarak maka momennya semakin besar. Hubungannya yaitu berbanding lurus.
Sedangkan pada pembebanan sederhana diperoleh kesimpulan bahwa momen yang
dihasilkan pada beban 1 dan 2 memiliki nilai yang sama pada titik ¼ L dan ¾ L dan
memiliki nilai momen terbesar pada titik ½ L, hal tersebut didasari oleh momen bertambah
dari tumpuan kiri sampai ke titik tengah bentangan dan kemudian berkurang sampai ke
tumpuan kanan.
4.4 Perbandingan Defleksi yang Diperoleh dari Hasil Praktikum dengan Teoritis (Y
hitung) pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
Pada perbandingan antara defleksi yang diperoleh dan dihitung memiliki hasil yang
berbeda ketika di sistem pembebanan sederhana maupun cantilever.Pada Pembebanan
cantilever Hasil pengukuran defleksi untuk beban 1 pada posisi ⅓L, ⅔L, dan L diperoleh
berturut-turut adalah 0,01 m; 0,056 m; dan 0,145 m. Sedangkan, hasil pengukuran secara
teoritis untuk beban 1 pada posisi ⅓L, ⅔L, dan L diperoleh berturut-turut adalah 0,0088
m; 0,0706 m; dan 0,2384 m. Hasil pengukuran defleksi untuk beban 2 pada posisi ⅓L,
⅔L, dan L diperoleh berturut-turut adalah 0,01 m; 0,06 m; dan 0,148 m. Sedangkan, hasil
pengukuran secara teoritis untuk beban 2 pada posisi ⅓L, ⅔L, dan L diperoleh berturut-
turut adalah 0,0095 m; 0,076 m; dan 0,25651 m.
Pada pembebanan sederhana Hasil pengukuran defleksi untuk beban 1 pada posisi
¼L, ½L, dan ¾L diperoleh berturut-turut adalah 0,007 m; 0,012 m; dan 0,007 m.
Sedangkan, hasil pengukuran secara teoritis untuk beban 1 pada posisi ¼L, ½L, dan ¾L
diperoleh berturut-turut adalah 0,057 m; 0,101 m; dan 0,056 m. Hasil pengukuran defleksi
untuk beban 2 pada posisi ¼L, ½L, dan L diperoleh berturut-turut adalah 0,008 m; 0,011
m; dan 0,007 m. Sedangkan, hasil pengukuran secara teoritis untuk beban 2 pada posisi
¼L, ½L, dan ¾L diperoleh berturut-turut adalah 0,061 m; 0,108 m; dan 0,061 m.
Hasil yang berbeda ketika di sistem pembebanan sederhana maupun cantilever
mungkin karena rumus perhitungan yang cukup rumit dan juga terdapat kesalahan atau
kurang teliti ketika mengukur secara langsung. Semakin panjang jarak maka y ukurnya
semakin besar. Sedangkan untuk y hitung pada data kedua selalu turun kemudian
kembali naik pada data ketiga. Besarnya defleksi secara eksperimen lebih kecil jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis.
4.5 Perbandingan Defleksi yang Dihasilkan Antara Sistem Pembebanan Cantilever
dengan Pembebanan Sederhana (dibandingkan dengan literatur)
Peningkatan defleksi yang terjadi seiring dengan besarnya gaya yang diberikan
padanya. Adanya perbedaan posisi peletakan pembebanan dan besarnya beban yang
diberikan mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang diperoleh. Pada pembebanan
kantilever defleksi yang terjadi pada titik dekat perletakan beban akan lebih kecil
dibandingkan dengan defleksi yang terjadi pada titik yang lebih jauh dari perletakan
beban. Sedangkan untuk pembebanan sederhana perubahan defleksi hanya terjadi pada
titik ½ L, dimana besarnya defleksi pada titik ¼ L dan ¾ L memiliki nilai defleksi yang
sama.
Pada pembebanan kantilever defleksi yang dihasilkan lebih besar dibanding dengan
pembebanan sederhana. Hal ini disebabkan karena jumlah penyangga yang menyangga
statis. Pada pembebanan kantilever memiliki satu penyangga pada salah satu ujungnya
namun pada pembebanan sederhana terdapat dua titik tumpuan di kedua ujungnya. Hal
tesebut ketika di beri beban maka defleksi yang dihasikan berbeda. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa hasil defleksi lebih besar ketika pembebanan
kantilever (Syam, 2017).
4.6 Analisa Grafik pada Sistem Pembebanan Cantilever dan Pembebanan Sederhana
(dibandingkan dengan literatur)
4.6.1 Grafik Hubungan antara Jarak dengan Momen
Dari data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai momen tertinggi berada pada
jarak terjauh, terjadi peningkatan nilai momen akibat adanya penambahan jarak, sehingga
dari data hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan Hubungan jarak dengan momen yaitu
berbanding lurus. Semakin panjang jarak maka semakin besar momennya. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin jaraknya jauh maka semain
besar momennya (Armeyn, 2012).
4.6.2 Grafik Hubungan antara Jarak dengan Defleksi
Terjadi peningkatan nilai defleksi akibat adanya penambahan jarak sehingga dari
data hasil praktikum dapat disumpulkan bahwa Hubungan jarak dengan defleksi yaitu
berbanding lurus. Semakin panjang jarak maka semakin besar defleksinya. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin panjang jarak maka defleksinya
semakin besar (Sunardi, 2016).
4.6.3 Grafik Hubungan antara Momen dengan Defleksi
Terjadi peningkatan nilai defleksi akibat adanya penambahan momen, sehingga dari
data hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan momen dengan defleksi
yaitu berbanding lurus. Semakin besar momen maka semakin besar defleksinya. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin besar momen maka defleksinya
semakin besar (Rokhman, 2012).
4.7 Hubungan Antara Beban dengan Defleksi pada Sistem Pembebanan Cantilever dan
Pembebanan Sederhana (dibandingkan dengan literatur)
Peningkatan defleksi yang terjadi seiring dengan besarnya beban yang diberikan
padanya. Adanya perbedaan posisi peletakan pembebanan dan besarnya beban yang
diberikan mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang diperoleh. Defleksi dipengaruhi
oleh beberapa hal, salah satunya adalah beban.
Pada data yang diperoleh pada praktikum Hubungan antara beban dengan defleksi
pada sistem pembebanan cantilever maupun sistem pembebanan sederhana adalah
linier. Hal ini bergantung pada penyangga. Sehingga kejadian ini sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa hubungan beban dengan defleksi yaitu berbanding
lurus. Semakin berat beban maka semakin besar defleksinya sesuai dengan banyaknya
penyangga (Pala’biran, 2019).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum ini meiliki tujuan untuk menganalisa defleksi balok dengan metode
integrasi ganda, mengetahui dan memahami konsep defleksi pada pembebanan
sederhana dan cantilever, serta menerapkan free body diagram pada sketsa sistem
pembebanan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa
kesimpulan. Defleksi adalah perubahan bentuk pada plat yang terjadi akibat adanya
pembebanan baik itu secara vertikal maupun horizontal. Dalam mengetahui defleksi
dalam praktikum ini menggunakan metode pembebanan cantilever yaitu dimana beban
yang diterima oleh benda yang ditancapkan ke benda lain biasanya yaitu balok. Faktor-
faktor yang mempengaruhi defleksi yaitu jenis plat,massa, dimensi, jarak, penumpu dan
cara pemberian beban. Metode integrasi ganda adalah metode yang digunakan untuk
menurunkan persamaan defleksi untuk analisis secara teoritis untuk pembanding dengan
pengujian eksperimental. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka di peroleh
data yang dimana hasilnya hubungan antara jarak dengan momen yaitu berbanding lurus.
Lalu hubungan antara jarak dengan defleksi yaitu berbanding lurus. Dan yang terakhir
hubungan antara defleksi dengan momen berbanding lurus.
5.2 Kritik dan Saran
Harusnya praktikum ini dilakukan secara offline dengan menerapkan protokol
kesehatan. Karena dengan praktik secara langsung, praktikan bisa mengetahui dengan
jelas bagaimana cara melakukan uji metode integrasi ganda untuk analisa defleksi balok.
Dan praktikan juga bisa tahu secara langsung apa saja bahan-bahan dan alat yang
digunakan untuk praktikum ini beserta bagian-bagiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. dan Hajar I. 2018. Analisis Defleksi Engine Stand Suzuki Vitara Dengan Metode
Simulasi. Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur, 6(1): 13-16
Armeyn. 2012. Analisa Kajian Hubungan Momen Kurvatur Pada Balok Beton Bertulang.
Jurnal Momentum, 12(1): 15-27
Ba’ist A. J, Togani C. U, Henry A, Untoro N. 2020.Defleksi Lateral Tiang Tunggal Akibat
Beban Lateral Pada Tanah Lempung Berdasarkan Komparasi Tiga Metode. Jurnal
Teknik Sipil, 15(4): 225-234
Basori, Syafrizal, Suharwanto. 2015. Analisis Defleksi Batang Lentur Menggunakan
Tumpuan Jepit dan Rol Pada Material Alumunium 6063 Profil U dengan Beban
Terdistribusi. Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, 6(1): 50-58
Basselo, D., Stenly, T., Michael, R. 2010. Optimasi Diameter Poros Terhadap Variasi
Diameter Sproket Pada Roda Belakang Sepda Motor. Jurnal Online Poros Teknik
Mesin, 3(1): 37-51
Effendi, M. K., Agus, S. P., Ari, S.Y., Hanif, P. 2014. Aplikasi Penggunaan Metode Moire
Pattern untuk Mengetahui Karakteristik Sebaran Nilai Stress-Displacement pada
Material Baja AISI 304 Berbasis Image Processing. Jurnal Teknik Mesin, 15(1): 35-42
Fuad, M. A. 2015. Analisis Defleksi Rangka Mobil Listrik Berbasis Angkutan Massal
Menggunakan Metode Elemen Hingga. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Jasron, J. U. 2015. Analisis Pengaruh Letak Bahan Terhadap Defleksi Balok Segi Empat
Dengan Tumpuan Engsel – Roll – Roll. Jurnal Rekayasa Mesin, 6(2): 167-170
Kanira, W., Evi, N., Neva, S. 2015. Pemodelan Matematika Dari Perambatan Retak Di Dalam
Balok Kantilever. Jurnal Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster), 4(1): 77-
84
Mesic V, Sabaheta M, Elvedin H, Natala E. 2017. Free-Body Diagrams and Problem Solving
in Mechanics: An Example of The Effectiveness of Self-Constructed Representations.
European J of Physics Education, 7(3): 53-67
Nurhayani, Mansyur J., Darsikin., 2015. Kualitas Diagram Benda Bebas buatan Siswa dalam
Physhisc problem Solving. Jurnal Sains dan teknologi Tadulako, 4(3): 28-35
Rokhman A., 2012. Pengaruh Terjadinya First Crack terhadap laju Peningkatan Momen
Negatif Tumpuan Pada Balok Beton. Jurnal Konstruksia, 4(1): 1-7
Pala’biran, O. A., Reky, S. W., Ronny, P. 2019. Perhitungan Ledutan Balok Takper Kantilever
dengan Menggunakan SAP2000. Jurnal Sipil Statik, 7(8): 1039-1048
Selleng K. 2017. Analisis Defleksi Pada Material Baja Karbon Rendah dengan Menggunakan
Variasi Posisi Pembebanan. Jurnal Mekanikal, 8(2): 768-776
Sunardi., Erny, L., Muhamad, S. 2016. Pengaruh Jarak Sel Bukaan Balok Terhadap
Kekuatan Material dan Karateristik Getaran. Jurnal Teknik Mesin, 2(2): 6-10
Syam, M. S. 2017. Desain Bracket Pada Struktur Kantilever. [Skripsi]. Gowa: Fakultas
Teknik. Universitas Hasanuddin
Wijaya, P. K. 2014. Tekuk Torsi lateral Balok I Kantilever Non Prismatis. Jurnal Teknik Sipil.
21(2): 107–120
LAMPIRAN