Anda di halaman 1dari 67

HIDROLOGI

MILA KUSUMA WARDANI ST.,MT


HUJAN
● Hujan merupakan salah satu hasil dari proses Presipitasi.

● Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir


di sungai dan di dalam tampungan baik di atas maupun
di bawah permukaan tanah.

● Jumlah dan variasi debit sungai bergantung jumlah,


intensitas dan distribusi hujan.
PARAMETER HUJAN
● Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan
dalam kedalaman air ( biasanya mm) yang terdistribusi
merata dalam seluruh daerah tangkapan air.

● Intensiatas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu


satuan waktu, dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari,
mm/minggu dan sebagainya.

● Durasi hujan adalah waktu yang dihitung saat hujan


mulai turun sampai berhenti.
DISTRIBUSI HUJAN
● Distribusi hujan sebagai fungsi waktu menggambarkan
variasi kedalaman hujan selama terjadinya hujan.
Digambarkan dalam bentuk diskret atau kontinyu.

● Diskret disebut hyetograph, histogram kedalaman hujan


atau intensitas hujan hubungan antara waktu dan
kedalam hujan.

● Kontinyu digambarkan hubungan antara laju hujan


kumulatif sebagai fungsi waktu.
Hyetograph Distribusi Hujan
Kumulatif
PENGUKURAN HUJAN
● Pengukuran hujan dapat dilakukan secara langsung
dengan menampung air hujan yang jatuh.

● Hujan yang dapat diukur adalah di beberapa titik yang


ditetapkan dengan menggunakan alat ukur hujan.

● Data intensitas hujan sangat penting untuk


memperkirakan debit banjir yang digunakan sebagai
perencanaan drainasi perkotaan, pengendalian banjir,
perencanaan jembatan, dan sebagainya.
Alat Pengukur Hujan
JARINGAN PENGUKURAN HUJAN
● Jaringan yang direncanakan akan memberikan besarnya
hujan yang jatuh di DAS.

● Kerapatan jaringan adalah jumlah stasiun tiap satuan


luas di dalam DAS.

● Penentuan jumlah optimum dari stasiun hujan yang perlu


dipasang dalam suatu DAS dapat dilakukan secara
statistik.
Penentuan Jumlah Optimum Stasiun Hujan
PENENTUAN HUJAN KAWASAN
Dalam analisa hidrologi diperlukan untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Tiga metode yang digunakan
yaitu :

1.Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)


2.Metode Thiessen
3.Metode Isohiet
Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
● Metode perhitungan paling sederhana untuk menghitung
hujan rerata.

● Menjumlahkan hujan dibeberapa stasiun dalam waktu


bersamaan dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang
dihitung adalah stasiun dalam DAS dan di luar DAS yang
masih berdekatan.

● Hasil baik diperoleh apabila stasiun hujan tersebar


secara merata di DAS dan distribusi hujan relatif merata
di seluruh DAS.
Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
Metode Thiessen
● Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan
di daerah yang ditinjau tidak merata.

● Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan


memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun.

● Metode perhitungan dilakukan dengan menggambar


pembentukan Poligon Thiessen.

● Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan


stasiun hujan tertentu. Apabila ada perubahan stasiun
maka dibuat lagi poligon baru.
Polygon Thiessen

Cara membuat polygon Thiessen


● Mengambil peta lokasi stasiun hujan di suatu DAS
● Menghubungkan garis antar stasiun 1 dan lainnya
hingga membentuk segi tiga
● Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang
membagi dua sama persis dan tegak lurus garis
● Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga
sehingga membuat titik berat yang akan membentuk
polygon.
Metode Thiessen
Metode Isohiet
● Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik – titik
dengan kedalaman hujan yang sama.

● Metode ini dianggap bahwa hujan pada suatu daerah


diantara kedua garis isohiet adalah merata dan sama.

● Metode isohiet merupakan cara paling teliti untuk


menghitung kedalaman hujan rerata di suatu daerah.
Tetapi cara ini lebih banyak perhatian dan pekerjaan
dibanding dua metode lainnya.
Metode Isohiet
Peta Isohyet digambarkan pada peta topografi berdasarkan
data curah hujan (interval 10 – 20 mm) pada titik
pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang dimaksud.
Luas bagian daerah antara dua garis isohyets yang
berdekatan diukur dengan planimeter. Harga rata – rata
dari garis – garis isohyets yang berdekatan yang termasuk
bagian – bagian daerah itu dapat dihitung.
Metode Isohiet
Hitung hujan rerata dengan metode aljabar

1. Hitung hujan rerata dalam suatu kawasan apabila


diketahui jumlah tinggi hujan di stasiun 1 = 25 mm,
stasiun 2 = 30 mm, stasiun 3 = 45 mm, stasiun 4 =
30 mm , stasiun 5 = 34 mm.

2. Apabila diketahui hujan reta disuatu kawasan 41.25


mm dengan 4 stasiun. Bila stasiun 1 = 45 mm,
stasiun 3 = 30 mm, dan stasiun 4 = 35 mm. Berapa
jumlah hujan yang turun di stasiun 2?
Hitung rerata hujan dengan metode
isohiet
Perbaikan Data

Pada proses pengukuran hujan seringkali dialami dua


masalah yaitu:
1.Rusaknya alat atau pengamat tidak pencatatan data.
2.Perubahan lokasi pencatatan, seperti pemindahan
atau perbaikan stasiun.

Sehingga diperlukan koreksi terhadap data yaitu


dengan melakukan
1.Pengisian data hilang
2.Pemeriksaan konsistensi data
PENGUAPAN

Dalam ilmu hidrologi, penguapan dapat dibedakan


menjadi evaporasi dan transpirasi.

Evaporasi (E0) penguapan yang terjadi di permukaan


air, permukaan tanah dan permukaan tanaman.

Transpirasi (Et) penguapan melalui tanaman di mana


air tanah diserap oleh akar tanaman kemudian
menguap menuju atmosfer.
Evapotranspirasi adalah proses cakupan dari
evaporasi dan transpirasi.

Laju evaporasi,transpirasi dan evapotranspirasi


dinyatakan dengan volume air yang hilang oleh proses
tersebut tiap satuan waktu. (mm/hari) atau
(mm/bulan).
Dua masalah utama dalam Hidrologi untuk
perhitungan DAS adalah :
1.Memperkirakan debit besar (banjir).
2.Memperkirakan debit tersedia (rerata bulanan atau
tahunan).

Perhitungan penguapan dilakukan pada poin kedua.


Hal ini dikarenakan di beberapa daerah di Indonesia,
penguapan yang terjadi lebih dari 60%.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Evapotranspirasi

1. Radiasi matahari
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Angin
1. Radiasi matahari
Radiasi matahari merupakan sumber utama
panas. Hal tersebut mempengaruhi jumlah
evapotranspirasi di atas permukaan bumi yang
tergantung pada garis lintang dan musim.
2. Temperatur
Semakin tinggi temperatur, semakin besar
kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain
itu, semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul
air meningkat, sehingga molekul air semakin banyak
yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam
bentuk uap air.
3. Kelembaban
● Perbedaan tekanan uap menyebabkan terjadinya penguapan. Apabila jumlah uap
air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uap airnya juga semakin
tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, sehingga menyebabkan
berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh
uap air, tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu
penguapan terhenti.
4. Kecepatan angin
● Apabila proses evaporasi terus berlangsung, udara akan menjadi
jenuh terhadap uap air dan evaporasi akan terhenti. Agar proses
penguapan dapat berjalan terus, lapisan udara yang telah jenuh
harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat
terjadi apabila ada angin. Di daerah terbuka dan banyak angin,
penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung
dan udara diam.
Parameter Fisika yang Mempengaruhi
Penguapan

● Panas Laten

● Proses penguapan

● Kelembaban udara

● Keseimbangan radiasi di permukaan bumi


Panas Laten

Panas laten disebut juga sebagai panas tersembunyi


(latent head). Selama proses penguapan air menyerap
energi yang disebut sebagai panas laten.

Tiga bentuk panas laten :


1.Peleburan dari es menjadi air.
2.Penguapan dari air menjadi uap air.
3.Penyubliman dari es menjadi uap air.
Panas Laten

Panas penguapan laten merupakan fungsi dari


temperatur, memiliki persamaan sebagai berikut:

Iv = 597,3 – 0,564 T
Dimana:
T : temperatur (° C)
Iv : panas penguapan dalam kalori per gram
(cal/gr)
Perkiraan Evaporasi

● Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan


pendekatan teoritis maupun dengan pengukuran
langsung.
● Cara pertama memerlukan banyak data
meteorologi dan data penunjang lain yang tidak
selalu mudah didapatkan.
● Oleh karena itu pengukuran langsung di lapangan
sering dilakukan untuk keperluan analisis secara
lebih praktis.
Proses Penguapan

Penguapan merupakan perbedaan antara laju


penguapan yang ditentukan oleh temperatur dan laju
kondensasi dipengaruhi oleh tekanan uap.

Selama tekanan uap masih rendah, penguapan terus


berlanjut. Semakin banyak molekul air bergabung
dengan udara, tekanan uap di permukaan air akan
meningkat.
Proses Penguapan

Kandungan uap air maksimum yang dapat dimuat


oleh udara, pada saat udara sudah jenuh dan pada
temperatur tertentu disebut sebagai tekanan uap
jenuh (es).
Kelembaban Udara

Kelembaban mutlak adalah berat uap air di dalam 1 m3


udara lembab dinyatakan dalam gram/m3.

Kelembaban spesifik adalah berat uap air dalam 1 kg


udara lembab dinyatakan gram/kg.

Kelembaban relatif adalah perbandingan tekanan uap


air dan tekanan uap air jenuh dalam suhu sama
dinyatakan dalam persen.
Kelembaban Relatif

Kelembaban relatif = tekanan uap air/ uap air jenuh udara X


100%

ed = tekanan uap air, yaitu tekanan yang disebabkan uap air


di udara. (mm Hg; mm bar; Pa
(N/m2)
es = tekanan uap air jenuh. (Pa)
= 611 exp (17,27 T/(273,3+T))
T = Temperatur (°C)

Cek Tabel 3.2 Hal. 56 Buku Hidrologi (Bambang Trihatmojo).


Radiasi
Suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap bentuk yang
mempunyai suhu diatas nol mutlak.

Pancaran radiasi dari suatu benda mengikuti hukum Stefan –


Boltzmann.
Re = eσT4
Re = Fluks radiasi (cal./cm2/menit)
e = keterpancaran (emisivitas)
T = suhu benda (°K = °C + 273)
σ = konstanta Stefan – Boltzmann (1,17 x 10 -7
cal./cm2/°K4/hari)
Nilai e (Tabel 3.3 Hal 57 Bambang Trihatmodjo)
Radiasi

Panjang gelombang dari radiasi yang dipancarkan benda


berbanding terbalik dengan temperatur permukaan benda,
diberikan oleh hukum Wien.

λ = 2,9 x 10 -3
T
T = Temperatur dalam Kelvin
λ = Panjang gelombang dalam meter
Radiasi

Radiasi yang mengenai suatu permukaan akan dipantulkan


atau diserap.

Cek buku hal. 58 Bambang Triatmodjo

Radiasi yang diserap permukaan adalah :


Ra = Ri (1- α)
Ra = radiasi yang diserap
Ri = radiasi yang mengenai permukaan
α = koefisien refleksi (albedo) Tabel 3.4 Hal 58.
Radiasi Gelombang Pendek

● Tetapan matahari adalah banyaknya energi matahari rerata


yang jatuh ke puncak atmosfer tiap satuan luas (cm2) tegak
lurus pada sinar matahari tiap menit.

● Besaran tetapan matahari 2,0 cal./cm2/men, atau 1 ly = 1


cl./cm2.

● Radiasi matahari langsung adalah radiasi matahari yang


langsung datang dari matahari.
● Radiasi langit adalah radiasi yang telah mengalami
hamburan atau pemantulan dalam perjalanan di atmosfer.
Radiasi Gelombang Panjang

● Radiasi bumi (daratan)) tergantung terutama pada suhu


permukaan.

● Besar intensitas radiasi atmosfer tergantung pada suhu


udara, kadar uap air dan tutupan awan dalam atmosfer,

● Persamaan dalam perhitungan radiasi gelombang panjang,


Buku diktat Hidrologi (Bambang T. )Hal 66.
Radiasi Netto

● Radiasi netto yang diserap permuakaan bumi adalah selisih


radiasi gelombang pendek dikurangi dengan radiasi
gelombang panjang.

● Persamaan perhitungan cek Hal 67 Buku Hidrologi


(Bambang T.)
1. Atmometer

● Alat pengukur evaporasi


ini cukup sederhana,
berupa bejana berpori
yang diisi air. Besarnya
penguapan dalam jangka
waktu tertentu, misalnya
harian didapatkan dari
nilai selisih pembacaan
sebelum dan sesudah
percobaan. Beberapa jenis
atmometer antara lain
Piche, Livingstone dan
Black Bellani.
Perkiraan Evaporasi
Evaporasi dengan Panci Evaporasi

● Panci evaporasi adalah cara paling banyak digunakan untuk


mengetahui volume evaporasi dari permukaan air bebas.

● Evaporasi yang terjadi di panci lebih cepat dibanding dari


permukaan air yang luas (waduk).

● Hasil pengukuran evaporasi harus dikalikan dengan suatu


koefisien. Nilai koefisien bervariasi sekitar antara 0,6 – 0,8,
biasanya nilai yang digunakan sebesar 0,7.
Panci Evaporasi Klas A

Bejana logam 1.21 m = 14’


Tidak dicat
(galvanize)

25.4cm = 10”
Rangka kayu

4”
Neraca air di Waduk

● Neraca air di danau atau waduk didasarkan pada


persamaan kontinuitas merupakan hubungan antara air
masuk, air keluar dan jumlah tampungan.
Evaporasi dengan metode transfer massa

● John Dalton (1802), mengusulkan persamaan difusi untuk


evaporasi dikenal dengan hukum Dalton. Evaporasi
sebanding dengan perbedaan antara tekanan uap jenuh dan
tekanan uap karena kelembaban udara.

● Persamaan nilai C dan f(u) diusulkan nilai dimasukkan


dalam persamaan oleh Seyhan (1990). Mempertimbangkan
nilai u2, kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas
permukaan air m/d.
Evaporasi dengan metode transfer massa

● Habeck (1962) memberikan persamaan baru untuk


menghitung evaporasi setelah melakukan studi terhadap 20
waduk.
Evaporasi dengan metode neraca energi

● Dua faktor utama dalam evaporasi adalah supplai energi


yang menimbulkan panas laten dan adanya transpor uap
air meninggalkan permukaan evaporasi.

● Kedalaman penguapan air adalah hasil dari hubungan


antara energi dan evaporasi, dinyatakan dalam persamaan
3.19 hal 74 (Buku Hidrologi, Bambang T)
Evapotranspirasi
Alat pengukur evapotranspirasi

1. Evapotranspirometer
alat yang digunakan untuk mengukur evapotranspirasi
potensial. Evaporasi dihitung dari selisih antara jumlah
air yang masuk tangki dan jumlah air terkumpul di tangki
pengumpul air.

2. Lisimeter
alat yang digunakan untuk mengukur evapotranspirasi
aktual. Lisimeter harus bisa menggambarkan lingkungan
sekitarnya seperti tanaman penutup, kondisi permukaan,
tekstur tanah, porositas, infiltrasi, permeabilitas dan
karaketeristik kapiler.
Rumus Thornthwaite

● Salah satu contoh rumus hitungan evapotranspirasi


potensial dengan menggunakan indeks panas bulanan
adalah rumus Thornthwaite sebagai berikut ini.
dengan:
ET = evapotranspirasi potensial bulanan,
I = indeks panas tahunan,
Tm = suhu rerata pada bulan ke m,
a = konstanta.
Contoh

● Di suatu daerah yang terletak pada garis


lintang 10° lintang selatan diperoleh data
temperatur rerata bulanan seperti disajikan
dalam tabel berikut ini.
● Hitung evapotranspirasi potensial bulanan!
● Kemudian dihitung nilai a berdasar nilai I
yang telah diperoleh:

a = 3,725
● Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan
untuk setiap nilai Tm, dihitung ET setiap
bulan:
ET setiap bulan

ET selama 1 tahun

Nilai ET yang telah diperoleh pada tabel di atas seharusnya masih harus
dikoreksi/dikalikan dengan faktor pengali sebagai penyesuaian terhadap
letak garis lintang dan bulan kalender sepanjang tahun.
Metode Blaney – Criddle

● Metode ini digunakan untuk menghitung evapotranspirasi


potensial berdasarkan data temperatur dan lama
penyinaran matahari.

● Metode ini banyak digunakan untuk memperkirakan


kebutuhan air tananaman.

● Persamaan 3.21, Persamaan 3.22 dan Persamaan 3.23 cek


di buku kuliah Hidrologi Hal 81 – 82 (Bambang T).
Rumus Penman

● Rumus lain untuk memperkirakan nilai evapotranspirasi


potensial berdasarkan gabungan pendekatan cara energy
balance method dan aerodynamic method juga banyak
dikembangkan. Salah satu rumus yang sering dipakai di
Indonesia dan beberapa negara Asia adalah rumus
Penman. Rumus Penman untuk hitungan
evapotranspirasi acuan (ETo) adalah sebagai berikut:
Dengan:
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari),
W = faktor bobot temperatur,
Rn = radiasi neto ekuivalen dengan nilai
evaporasi (mm/hari),
f(u) = fungsi faktor kecepatan angin,
ea-ed = selisih tekanan uap jenuh dan nyata pada
temperatur udara (mbar),
c = faktor koreksi efek perubahan kondisi siang
malam.

Anda mungkin juga menyukai