Anda di halaman 1dari 53

DAMPAK AIR TANAH PADA TAMBANG

TERBUKA BATUBARA DAN


METODOLOGI PENILAIANNYA
Magister
Magister Teknik
Teknik Pertambangan
Pertambangan
Oleh:
Nama : I Made Wirawan UPN
UPN “Veteran”
“Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta
No. Mhs: 212201009 Tahun
Tahun Ajaran
Ajaran 2020
2020 -- 2021
2021
SARI
Operasi penambangan batubara terbuka (open cut coal mining) skala besar
berdampak signifikan terhadap air tanah di sekitarnya baik yang merupakan
tambang aktif maupun pasca penambangan.

Aliran air permukaan yang masuk kedalam area penggalian adalah salah satu dari
beberapa komponen yang terlibat dalam tahap desain tambang. Air tanah juga akan
berpengaruh terhadap aktivitas penambangan mulai dari permasalahan operasional,
ekonomi, dan keselamatan.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan New South Wales sebagai bagian dari


penilaian resiko secara komperehensif bahwa penilaian dampak resiko air tanah
harus dilakukan pada proyek batubara untuk memprediksi dan mengurangi dampak
sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.
SARI
Dalam jurnal ini membahas mengenai pemodelan penilaian air tanah dalam
memprediksi aliran air tanah yang masuk pada lubang bukaan tambang
menggunakan pendekatan metode analitik dan numerik.

Metodologi penilaian dampak air tanah untuk tambang terbuka di NSW


menggunakan model aliran air tanah tiga dimensi (Modflow Surfact) dalam
mensimulasikan dampak proyek pada rezim air tanah.

Pembahasan dan rekomendasi tentang mitigasi dari jurnal ini adalah mengurangi
dampak pada air tanah dan pemenuhan terhadap persyaratan regulasi di NSW.
PENDAHULUAN
Penambangan batubara open cut dipraktikkan di banyak
bagian dunia termasuk Eropa, Afrika Selatan, Cina, AS, dan
Australia. Kegiatannya biasanya dalam skala besar dengan
lubang tambang individu terkadang melebihi kedalaman
200 m dan luas mencapai 10 km2.  
Kondisi ini sangat signifikan mengubah bentang alam dan
gangguan di bawah permukaan termasuk dampak terhadap
lingkungan. 
Sebagian besar operasi penambangan open cut akan
memotong air tanah alami dan juga mengakibatkan
besarnya tangkapan curah hujan dan air limpasan
permukaan. Penambangan open cut juga mengakibatkan
dampak debu dan kebisingan.
PENDAHULUAN
Penambangan batubara open cut di New South Wales telah menghasilkan
tambang dengan kedalaman 150 m atau lebih di bawah permukaan air tanah
alami, dan melakukan penimbunan dan pembentukan kembali 10 miliar
meter kubik material timbunan. 

Air tanah bisa menjadi masalah selama penambangan dan pemindahannya


terbukti mahal. Tidak hanya itu, air tanah membuat kondisi kerja menjadi
lebih sulit, tetapi perpipaan, tekanan ke atas dan aliran air ke dalam lubang
dapat menyebabkan erosi dan keruntuhan bagian sisi. Tanah dan batuan
tersementasi buruk dapat mengalami disintegrasi akibat gradien air tanah
bertekanan tinggi. Aliran air tanah yang deras dapat menyebabkan banjir
pada lubang-bukaan tambang.
PENDAHULUAN
Perkiraan aliran air ke operasi penambangan adalah persyaratan yang
diperlukan untuk desain drainase tambang. 

Makalah ini menjelaskan dampak air tanah akibat kemajuan aktivitas


penambangan dan memberikan pengantar metodologi penilaian dampak air
tanah dengan studi kasus di Gunnedah Basin NSW. 

Penilaian air tanah sudah dilakukan dan disertai dengan optimisasi untuk
mengurangi dampak terhadap lahan pertanian yang berdekatan dan
memenuhi persyaratan regulasi.
Undang-Undang
Undang-undang tentang air yang relevan di NSW adalah The Water Act
1912 yang mengatur kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan atau
dampak terhadap sumber air di NSW termasuk ketentuan untuk perizinan
pengambilan air dari sumber air.

Umumnya, pemrakarsa harus memiliki Izin Akses Air untuk mengambil


air, sehubungan dengan kegiatan penambangan yang dilakukan oleh
pemrakarsa.

Air dialihkan dari air sumber atau air dipindahkan dari satu bagian
akuifer ke bagian lakuifer lainnya, mematuhi dan tunduk pada Rencana
Berbagi Air.
Undang-Undang
Dari perspektif perencanaan, Persyaratan Penilaian Lingkungan Direktur
Jenderal untuk penilaian air untuk Proyek yang disediakan oleh
Departemen Perencanaan dan Lingkungan NSW berada di section 78A
(8A) dari Perencanaan dan Penilaian Lingkungan Act 1979. NSW Office of
Water mensyaratkan EIS mendemonstrasikan dampak pada air tanah.
Departemen Lingkungan Federal juga mewajibkan studi air berdasarkan
Undang-Undang EPBC di tahun terakhir.
TAMBANG BATUBARA OPEN CUT DAN
DAMPAKNYA PADA AIR TANAH
Aliran air tanah terutama ke area pertambangan merupakan urutan interaksi
sistem airtanah, karakteristik hidrogeologI massa batuan, dan geometri
tambang. 

Aliran air ditentukan oleh terpotongnya satu atau lebih akifer akibat
penggalian pertambangan dan karakteristik hidrogeologi berbagai
akuifer. Aliran air ke permukaan penggalian pertambangan dapat diprediksi
dengan investigasi keseimbangan hidrologi dari daerah tangkapan
pertambangan. 
TAMBANG BATUBARA OPEN CUT DAN
DAMPAKNYA PADA AIR TANAH
Kegiatan penambangan di bawah muka air tanah dapat menyebabkan
beberapa permasalahan operasional, ekonomi, dan keamanan. Fase
penambangan aktif untuk tambang terbuka dapat berlangsung selama 20
tahun hingga lebih dari 50 tahun sebelum penutupan. Selama masa aktif ada
dampak yang signifikan pada sistem air tanah yang terkandung dalam
batubara dan potensi dampak pada ssstem akuifer aluvial dangkal, dan
ekosistem yang bergantung pada air tanah.
TAMBANG BATUBARA OPEN CUT DAN
DAMPAKNYA PADA AIR TANAH
Dampak ini dapat dianggap sebagai kehilangan hidrofisika tekanan akuifer
dan kebocoran akuifer, atau pencampuran hidrokimia air tanah, salinitas dari
sisa material disposal.
Prediksi aliran air yang masuk ke dalam galian tambang permukaan adalah
salah satu dari banyak komponen yang terlibat dalam fase desain tambang.
Bekas dari penambangan terbuka, urutan penambangan, kedalaman lubang,
dan pengukuran fisik dari pemotongan dalam siklus penggalian memiliki
dampak dengan kategori sedang pada air tanah.
Area terbuka dari penambangan aktif harus dirancang dan dioptimalkan
selama fase perencanaan tambang untuk mengurangi dampak lingkungan
yang tidak perlu.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG

1. Prediksi Aliran Air Tanah Ke Permukaan Penggalian


2. Pendekatan analitis untuk prediksi aliran air tambang permukaan
3. Metode Numerik
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
1. Prediksi Aliran Air Tanah Ke Permukaan Penggalian

Kompleksitas hubungan antara tipe akuifer, karakteristik akuifer, rezim


aliran, dan penggalian tambang seringkali mempersulit prediksi aliran air
tambang. Rezim aliran tergantung pada jenis media konduksi. Dalam
sedimen yang tidak terkonsolidasi urutan dimana pergerakan aliran air
tanah melalui ruang pori antar butir pada dasarnya linier. Pada batuan yang
mengalami proses sekunder seperti rekahan dan sesar yang memiliki media
penghantar, aliran sebagian besar non-linier.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
Penggalian tambang permukaan berfungsi sebagai titik pembuangan
airtanah. Di dekat penggalian, selalu ada komponen aliran vertikal dan
gradien hidrolik tinggi yang sering menyebabkan aliran turbulen dan
mengabaikan analisis oleh Hukum Darcy.

Tingkat arus masuk umumnya dihitung dari persamaan yang


menghubungkan head loss hidrolik masuk dan aliran airtanah melalui
lapisan yang porus.

Pengetahuan sebelumnya tentang karakteristik hidrolik akuifer dan


geometri pit diperlukan. Parameter akuifer tersebut adalah diperoleh dari
penyelidikan hidrogeologi rinci dari tambang dan geometri lubang dari
rencana tambang.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
2. Pendekatan analitis untuk prediksi aliran air tambang permukaan

Pendekatan analitis untuk memperkirakan aliran air tanah ke penggalian


tambang permukaan didasarkan pada teori penurunan muka air dan
dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut:
a. Pendekatan sumur ekivalen (Equivalent well approach)
b. Aliran air tanah dua dimensi (Two-dimensional ground water inflows)
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
a. Pendekatan sumur ekivalen (Equivalent well approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pengeringan tambang permukaan
dilakukan dengan pemompaan pada lubang bor imajiner (sepenuhnya
menembus seluruh ketebalan akuifer jenuh) dari air yang dipompa keluar
dengan laju pembuangan yang seragam secara berurutan untuk
menurunkan level pisometrik akuifer di bawah batas horizon penambangan
di dalam boundary penambangan.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
Berbagai metode untuk mendekati model tambang ke sumur silinder
ekivalen dan memperkirakan parameter input untuk model sumur ekivalen
telah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Biasanya penggalian tambang
dianggap sebagai sumur berdiameter besar. Dimana tambang tersebut
memiliki bentuk persegi atau persegi panjang maka, radius yang setara
untuk sumur dihitung menggunakan persamaan yang diberikan oleh
Mansur dan Kaufman.

Dimana:
Y : Panjang lubang tambang
W: Lebar lubang tambang
r : Radius ekivalen
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
b. Aliran air tanah dua dimensi (Two-dimensional ground water inflows)
Penelitian terbaru telah menjadi bukti perkembangan besar pada
penerapan persamaan aliran dua dimensi untuk menentukan kondisi tunak
(steady state) dan penurunan transien (transient drawdown) pada
penggalian skala besar.

Ketika tambang permukaan bekerja di bawah permukaan air, air tanah


mengalir dari akuifer yang dipotong ke dalam area penggalian. Rezim aliran
pada dasarnya adalah dua dimensi. Jauh dari penggalian, mengalir linear
tetapi di dekat penggalian ada komponen vertikal aliran dan aliran non-
linier.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
b. Aliran air tanah dua dimensi (Two-dimensional ground water inflows)
Pendekatan ini sangat bermanfaat karena pendekatan ini sebagian besar
sesuai dengan kuantitas dan kualitas data hidrogeologi yang tersedia.
Namun, asumsi aliran yang disederhanakan menjadi tidak valid dalam
kondisi tertentu yang mencakup area dekat bidang rembesan pada wilayah
batas vertikal kedap air.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
c. Perbandingan Sumur Ekivalen dan Pendekatan Dua Dimensi

Perbandingan paling sederhana antara kedua pendekatan tersebut dibuat


dengan menggunakan persamaan untuk aliran linier dan steady state pada
akuifer bocor. Persamaan yang relevan menggunakan notasi standar yaitu
sebagai berikut:
Dimana:
B adalah Faktor kebocoran (m)
Q adalah total aliran dari kedua bidang muka penggalian (m3 /d)
Y: Panjang high wall yang dipotong,
T : Transmissivitas akifer (m2 /d)
Dw : Penurunan muka air pada bidang muka penggalian (m)
L : Ketebalan akifer yang dikeringkan
K : Hidrolik konduktivity akifer (m/d)
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
3. Metode Numerik
Penerapan beda hingga, elemen hingga, dan teknik boundary elemen
memprediksi kemungkinan jumlah aliran masuk, menjelaskan pola
pergerakan air, dan mengidentifikasi wilayah di mana hubungan arus yang
sangat besar.
Perhitungan aliran menggunakan paket komputer mainframe yang cepat
dan murah untuk dilakukan, memungkinkan untuk melakukan analisis
masalah air yang terkait dengan beberapa skenario.
PEMODELAN PENILAIAN AIR TANAH PADA
LUBANG TAMBANG
Proses aliran permukaan kopel dan aliran bawah permukaan adalah hal
yang sulit dilakukan dengan pendekatan matematis. Manajer operasi yang
bertanggung jawab untuk penambangan, sumber daya air, dan proyek
perbaikan lingkungan sedang mencari alat yang bisa membantu mereka
menemukan solusi untuk tantangan perencanaan yang komplek.

Upaya untuk memisahkan kedua proses, dengan cara memfokuskan pada


salah satu dari keduanya, dan menyederhanakan proses lainnya menjadi
seperangkat parameter fungsi empiris. Ada banyak alat komputasi dan
aplikasi yang tersedia misalnya dengan Modflow dan HECRAS (merupakan
perangkat lunak yang paling banyak digunakan).
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Penilaian dampak air tanah dilakukan oleh Watermark Coal Project yang
berlokasi di NSW, Gunnedah Basin, dengan membuat karakteristik sistem air
tanah yang ada di daerah tersebut:
• Memprediksi aliran masuk ke wilayah pertambangan selama masa proyek
• Memprediksi tingkat pemulihan air tanah dan kondisi pasca-
penambangan
• Menilai dampak proyek pada sumber air tanah
• Merekomendasikan langkah-langkah untuk mengurangi dan mengelola
dampak.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Modflow-Surfact digunakan untuk mensimulasikan dampak proyek pada
rezim air tanah yang merupakan perangkat lunak yang paling banyak
digunakan untuk pemodelan air tanah. Perangkat lunak Modflow-Surfact
Flow digunakan untuk simulasi air tanah yang dapat menampilkan banyak
metode dan kemampuan untuk membuat simulasi untuk menangani aliran
bawah permukaan jenuh atau tak jenuh yang kompleks dan proses
transportasinya. Model tersebut mencakup tentang interaksi antara akuifer
dalam batas proyek dan sistem airtanah regional.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Tahapan dalam melakukan studi kasus tersebut meliputi:
1. Review Data
2. Tujuan Pemodelan
3. Disain Model
4. Predisksi Model Air Tanah
5. Kalibrasi
6. Verifikasi
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
1. Review Data
Desktop review dilakukan untuk meninjau data yang dikumpulkan sebagai
bagian dari program investigasi lapangan dan investigasi hidrogeologi
sebelumnya, termasuk pengujian laboratorium untuk core, penanggalan
radiokarbon dan tritium, definisi tepi alluvium dan properti zona
penyangga.

Informasi yang diperoleh dari penilaian desktop dianggap sebagai masukan


dalam pengembangan dari model air tanah.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
2. Tujuan Pemodelan
Pemodelan airtanah ini bertujuan untuk:
a. Menghasilkan out put untuk pemahaman tentang interaksi antara akuifer di
batas proyek (boundary project) dan sistem air tanah regional. Desain,
konstruksi, dan kalibrasi model semuanya disesuaikan untuk memenuhi
tujuan ini serta menyediakan kerangka kerja untuk iterasi masa depan dari
model yang mengikuti adanya penambahan data baru.
b. Memperkirakan rembesan airtanah ke dalam area pertambangan terbuka
dengan umur proyek di atas 30 tahun, memprediksi perubahan penurunan
muka air tanah ke aliran permukaan dan pengguna air tanah lainnya akibat
operasional proyek dan untuk mengidentifikasi area potensi resiko dampak
air tanah di mana langkah-langkah mitigasi atau pengendalian dampak air
tanah yang mungkin diperlukan.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
3. Desain Model
Dua model terpisah dibangun untuk proyek tersebut, model kalibrasi dan
model prediktif.

Model air tanah sudah dikalibrasi melalui dua proses; kalibrasi kondisi tetap
(steady state) dan kalibrasi transien.

Tujuan dari proses kalibrasi adalah untuk menyesuaikan parameter dan


tegangan akuifer untuk menghasilkan kesesuaian yang terbaik antara
pengamatan dan yang disimulasikan dari muka air dan fluks.
Penampang melintang melalui model grid kaitannya dengan layer geologi
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Jangkauan model dan kondisi batas (boundary condition): lebar grid model 75
km (E-W) dan panjang 91 km (NS). Batasan ini dibuat untuk meminimalkan
efek batas pemodelan di dalam area proyek yang dibutuhkan.
Lapisan yang dimodelkan:
Tujuh unit hidro stratigrafi yang sudah diidentifikasi bahwa akifer tersebut
mengontrol aliran air tanah di batas proyek dan dalam skala regional.
Ukuran Grid sel: dua model terpisah dibangun untuk proyek ini.
Model kalibrasi memiliki ukuran sel yang lebih besar untuk mengurangi jumlah
sel (berkaitan dengan durasi waktu running model). Setelah kalibrasi tercapai,
ukuran grid dalam model diperkecil di sekitar batas proyek untuk membuat
simulasi lebih detail dalam bidang geologi dan tambang, disebut sebagai model
prediksi.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Properties akuifer: penentuan parameter hidrolik awal dari pengujian
hidrolik ekstensif di batas proyek, dikombinasikan dengan parameter yang
dikalibrasi dari pemodelan sebelumnya di daerah tangkapan yang sama. Jika
data tidak tersedia, bisa menggunakan data dari sumber buku (text book)
dan data regional yang dimasukkan ke dalam model.

Recharge: curah hujan rata-rata tahunan yang tercatat di stasiun lokal


diinterpolasi untuk membuat peta distribusi curah hujan.

Sesar: ada sejumlah struktur sesar yang memisahkan aliran air tanah
memotong boundary dan disimulasikan dalam model.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
4. Prediksi model air tanah
Model grid lebarnya kira-kira 75 km (timur ke barat) dan panjang 91 km
(utara ke selatan). Batasan ini dibuat untuk meminimalkan efek batas
pemodelan yang terlalu dekat dengan batas proyek. Batasan model
kalibrasi dibangun menggunakan ukuran grid 500 m X 500 m, yang
selanjutnya diperkecil menjadi 250 m X 250 m dalam batas proyek. Model
kalibrasi mencakup total 305.921 sel, terdiri dari 27.811 sel per lapisan (11
lapisan).
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
Model air tanah dikalibrasi melalui dua proses; kalibrasi kondisi tetap
(steady state) dan kalibrasi transien. Tujuan dari proses kalibrasi untuk
mengatur parameter akuifer dan tegangan untuk menghasilkan kesesuaian
terbaik antara pengamatan dan simulasi dari muka air dan fluks.
Kalibrasi model mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam Pedoman
Pemodelan Air Tanah Australia oleh Barnett et al.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
5. Kalibrasi
Model airtanah dikalibrasi dengan menyesuaikan parameter akuifer dan
tekanan untuk menghasilkan kesesuaian terbaik antara pengamatan dan
simulasi muka air dan fluks. Model regional yang dikalibrasi dengan baik
menunjukkan bahwa model tersebut sangat mirip dengan kondisi
hidrogeologi aslinya (tujuan utama pemodelan), karena hal itu memberikan
keyakinan dalam memprediksi perubahan rezim air tanah akibat
penambangan.
STUDI KASUS DI NSW MENGGUNAKAN
METODOLOGI PENILAIAN DAN PEMODELAN
6. Verifikasi
Untuk memverifikasi performa model air tanah regional, model air tanah
transien diperpanjang tiga perempat (3/4) untuk meniru permukaan air
tanah dari pertengahan 2011 hingga Maret 2012. Beberapa data dari
database proyek dinilai kembali terhadap level simulasinya.
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
Model airtanah mensimulasikan kondisi air tanah eksisting dan
memberikan prediksi tentang potensi perubahan rezim air tanah lokal dan
regional sebagai akibat dari kegiatan pertambangan di masa depan
termasuk lubang tambang (Pit) Timur, Selatan, dan Barat.

1. Rembesan area tambang


2. Perubahan pada permukaan potensiometrik/ Penurunan level muka air
tanah Formasi Permian
3. Perubahan aliran air permukaan
4. Perubahan Kualitas Air
5. Pemulihan permukaan air tanah pasca penambangan
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
1. Rembesan area tambang
Diperkirakan rembesan akan bervariasi sepanjang umur tambang yang
disebabkan oleh kedalaman tambang, stratigrafi yang sedang ditambang,
dan gradien hidrolik yang disebabkan oleh depresurisasi. Rembesan air
tanah ke dalam areal pertambangan diperkirakan sekitar:
a. Kurang dari 500 m3/hari di wilayah pertambangan Timur sampai Tahun
ke 17 (terutama berasal dari lapisan antar penutup yang lapuk)
b. 2200 m3/hari di area pertambangan Selatan dan 1250 m3/hari di
Wilayah Pertambangan Barat dari Tahun ke 17 - Tahun 24 sampai
penutupan (terutama berasal pelapukan yang jenuh air hingga
batupasir yang tidak lapuk/fresh).
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
Kontribusi rembesan dari lapisan batubara relatif rendah, ini terbukti dari
hasil investigasi di lapangan bahwa konduktivitas hidroliknya rendah dan
sudah diadopsi dalam model. Rembesan air tanah ke area pertambangan
rata-rata 500 m3/hari selama masa proyek. Rata-rata rembesan tahunan
puncak pada area penambangan diperkirakan mencapai 2200 m3/hari di
Tahun ke 23 sebagai akibat kemajuan penambangan melalui material
permeabilitas yang lebih tinggi seperti Satuan Batupasir Clare. Rembesan
air tanah akan berkurang karena lubang tambang telah diisi kembali (back
filling).
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
2. Perubahan pada permukaan potensiometrik/Penurunan level muka air
tanah Formasi Permian
Rembesan diperkirakan akan bervariasi sepanjang umur tambang yang
disebabkan oleh kedalaman tambang, stratigrafi yang sedang ditambang,
dan gradien hidrolik yang disebabkan oleh depresurisasi. Rembesan air
tanah ke dalam areal pertambangan diperkirakan sekitar:
a. Kurang dari 500 m3/hari di wilayah pertambangan Timur sampai Tahun
ke 17 (terutama berasal dari lapisan antar penutup yang lapuk)
b. 2200 m3/hari di area pertambangan Selatan dan 1250 m3/hari di
Wilayah Pertambangan Barat dari Tahun ke 17 - Tahun 24 sampai
penutupan (terutama berasal pelapukan yang jenuh air hingga
batupasir yang tidak lapuk/fresh).
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
Depresurisasi yang disebabkan oleh operasi di wilayah pertambangan timur
meluas hingga maksimum 1,8 km pada Tahun ke 21. Level air tanah
diperkirakan akan berkurang menjadi 3 m di Formasi Permian yang
mendasari Formasi Narrabri, memanjang ke samping hingga 0,7 km, dan 1
m atau kurang di Permian yang mendasari Formasi Gunnedah.

Model tersebut mengindikasikan level air tanah mulai pulih setelah


penimbunan wilayah pertambangan di bagian timur dan pertambangan
daerah selatan. Ini karena rembesan ke OEA dari dinding area
penambangan dan dari pengisian kembali oleh curah hujan. Di wilayah
pertambangan bagian selatan dan timur, hal ini mengakibatkan naiknya
level muka air tanah menjadi lebih tinggi dari level pra-penambangan.
Zona depresurisasi airtanah – lapisan batubara Melvilles.
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
3. Perubahan aliran air permukaan
Setelah penambangan dimulai, Permian menjadi depressurised, dan di
dalam zona pengaruh, aliran ke atas dari Permian untuk alluvium
diperkirakan akan berkurang.

Total aliran tambahan dari Sungai Mooki hingga akuifer di bawahnya


berjumlah 0,32 juta m3 di akhir umur tambang. Ketika kerugian pasca
penambangan dianggap sebagai tambahan total aliran melalui Sungai
Mooki ke akuifer yang mendasarinya sekitar ini 0,49 juta m3. Ini sama
dengan rata-rata 0,016 juta m3/tahun selama umur tambang atau kurang
dari 0,02% aliran rata-rata di sepanjang sungai Breeza.
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
4. Perubahan Kualitas Air
Penilaian dampak kualitas air rembesan menunjukkan akuifer air tanah
yang ada di dalam dan di sekitar batas tambang memiliki konsentrasi
salinitas yang sama atau signifikan lebih besar (hingga 10 kali lebih besar)
daripada perkiraan rembesan yang dihasilkan overburden dan interburden.
Beban garam rata-rata unntuk setiap area penambangan berkisar antara
kurang dari 0,1–0,34 g /zona rembesan per hari.
TEMUAN PENILAIAN DAMPAK
5. Pemulihan permukaan air tanah pasca penambangan
Model tersebut menunjukkan level air tanah mulai pulih setelah
penimbunan wilayah pertambangan bagian timur dan wilayah
pertambangan bagian selatan dan akhirnya melebihi level pra-
penambangan. Hal ini terjadi karena tingkat pengisian ulang lebih banyak
pada material lapisan penutup dibandingkan dengan kondisi sebelum
penambangan. Rata-rata tingkat imbuhan yang lebih tinggi dan bentuk
lahan yang direhabilitasi bahwa zona rembesan terjadi pada titik
tumpahan, yang merupakan topografi titik rendah di dasar OEA.
MITIGASI DAN MANAJEMEN
Selama proses penilaian air tanah, perencanaan tambang proyek ini juga
dioptimalkan dalam pengurutan lubang dan penimbunan kembali dan
lokasi lubang terakhir. Sebagai bagian dari Sistem Pengelolaan Lingkungan
untuk proyek tersebut, Rencana Pengelolaan Air akan disiapkan untuk
memasukkan langkah-langkah mitigasi dan pengelolaan yang diuraikan di
bawah.

1. Memantau jaringan/ memantau ketinggian air tanah


2. Kualitas air tanah
3. Rembesan air tanah
4. Pengelolaan pengguna air tanah yang ada
5. Izin air
MITIGASI DAN MANAJEMEN
1. Memantau jaringan/ memantau ketinggian air tanah
Jaringan pemantauan air tanah yang ada untuk proyek ini dianggap cukup
memadai dan akan terus dimanfaatkan. Namun, lubang pemantauan
tambahan akan dipasang dalam zona yang diprediksi depresurisasi untuk
menilai luas dan laju depresurisasi terhadap prediksi model.

Pengamatan secara manual memantau ketinggian air tanah pada setiap


bulan melalui jaringan pemantauan air tanah saat ini. Audit tahunan
kinerja jaringan pemantauan akan dimasukkan sebagai bagian dari tinjauan
tahunan dan pengoptimalan lokasi pemantauan dan frekuensi akan
dilakukan, di mana yang dibutuhkan.
MITIGASI DAN MANAJEMEN
2. Kualitas air tanah
Kegiatan saat ini mengumpulkan sampel air tanah dari jaringan
pemantauan air tanah setiap tiga bulan untuk analisis laboratorium pH, EC,
TDS, ion mayor dan minor, serta elemen jejak. Pemantauan ini akan terus
berlanjut selama proyek berlangsung.
MITIGASI DAN MANAJEMEN
3. Rembesan air tanah
Sampel rembesan air tanah yang dipompa ke area pertambangan akan
dikumpulkan sebagai bagian dari program pemantauan rembesan untuk
proyek dengan tujuan memberikan indikasi awal adanya pencampuran air
tanah aluvial dangkal dengan Formasi Permian. Program pemantauan
rembesan akan mencakup pencatatan waktu, lokasi dan peningkatan
volume tidak terduga dari air tanah yang keluar dari dinding tambang yang
tinggi dan dinding ujung dan pemantauan air yang dipompa dari area
pertambangan untuk rangkaian analitik yang sama yang diuraikan dalam
program pemantauan kualitas air tanah.
MITIGASI DAN MANAJEMEN
4. Pengelolaan pengguna airtanah yang ada
Jika diminta oleh pemilik lahan, semua bore di dalam zona tersebut
depresurisasi dengan perkiraan drawdown lebih besar dari 0.25 m sebagai
konsekuensi dari tambang akan dilakukan pemantauan untuk aliran,
ketinggian, dan kualitas air untuk memvalidasi prediksi model dan atau
memberikan peringatan dini tentang hasil yang tidak wajar.
MITIGASI DAN MANAJEMEN
5. Izin air
Izin air yang relevan akan diproses untuk air yang diambil sebagai akibat
dari kegiatan tambang.
KESIMPULAN
Operasi penambangan batubara open cut skala besar, secara signifikan
mengakibatkan perubahan bentang alam dan juga dampak pada air tanah
di daerah sekitarnya pada fase aktif dan pasca penambangan. Perubahan
ini terjadi karena pengaruh kedalaman lubang tambang, urutan
penambangan dan strategi pembuangannya material over burdennya. Air
tanah juga akan bereaksi dengan perubahan tersebut dan berpengaruh
terhadap operasional, ekonomi dan keselamatan.
KESIMPULAN
Model airtanah perlu dikembangkan secara kompeten dan sesuai untuk
tujuan mengatasi potensi dampak lingkungan dari area pertambangan
terbuka dan untuk memperkirakan tingkat pengurasan indikatif. Pada
jurnal ini menggunakan metodologi penilaian dan pemodelan air tanah
dengan Modflow Surfacts, solusi mitigasi untuk mengurangi dampak pada
air tanah, dan memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku di NSW.
SUMBER JURNAL

Anda mungkin juga menyukai