Anda di halaman 1dari 18

Rini Susanti

Pemetaan Persoalan Sistem Penyediaan Air Bersih untuk Meningkatkan Kualitas Sistem Penyediaan Air Bersih di Kota
Sawahlunto
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 2, Agustus 2010, hlm. 111 – 128

PEMETAAN PERSOALAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SISTEM PENYEDIAAN AIR
BERSIH DI KOTA SAWAHLUNTO

Rini Susanti

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung


Jalan Hanura Nomor 2 Gunung Sugih - Lampung Tengah
Email: rintoek202@yahoo.com

Abstrak

Kota Sawahlunto dalam mengemban fungsi sebagai kota wisata tambang membutuhkan
penyediaan air bersih yang semakin meningkat. Selama tiga periode perkembangan Kota
Sawahlunto, penyediaan air bersih masih belum mendapat perhatian serius dari Pemerintah
Kota Sawahlunto. Artikel ini bertujuan untuk memetakan persoalan sistem penyediaan air
bersih dalam rangka meningkatkan kualitas sistem penyediaan air bersih di Kota
Sawahlunto dengan pendekatan lingkungan fisik. Untuk dapat memetakan persoalan
tersebut, maka dilakukan analisis deskriptif-kualitatif terhadap data sekunder yang
diperoleh dan data primer dari hasil wawancara. Hasil artikel memberi gambaran bahwa
persoalan sistem penyediaan air bersih cenderung disebabkan oleh faktor lingkungan fisik
yaitu geografi dan topografi kota yang berbukit terjal. Kondisi ini mengakibatkan sistem
penyediaan air bersih tidak terintegrasi dengan baik. Persoalan lain yang dihadapi adalah
kecilnya anggaran bagi penyediaan air bersih, tingginya tingkat kehilangan air, dan
kelembagaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas sistem penyediaan air bersih di
Kota Sawahlunto adalah dengan memberikan porsi pendanaan yang cukup bagi program
penyediaan air bersih. Dengan kecukupan dana, maka dapat mengurangi tingkat kehilangan
air dan melakukan integrasi sistem penyediaan air bersih.

Kata Kunci: sistem air bersih, penyediaan, Sawahlunto

Abstract

Sawahlunto in carrying out its functions as a mining-based tourist city requires a goal
provision of clean water. For 3 (three) periods of Sawahlunto development, water supply
still has not received serious attention from the Government of Sawahlunto. This article aims
to map the problem of water supply systems in order to improve the quality of water supply
systems in Sawahlunto with the physical environment approach. To map these problems,
descriptive-qualitative analysis performed to secondary data and primary data obtained
from interviews. The results illustrate that the quality of water supply systems tend to be
influenced by environmental factors, namely in disintegrated geography and topography of
the hilly terrain. These conditions resulted in disintegrated water supply systems. Another
problem encountered is the small budget for the provision of clean water, high rates of water
loss and institution. To improve the quality of water supply systems in Sawahlunto, there is a
need to provide a sufficient portion of funding for clean water programs. With sufficient
funds, it can reduce the rate of water loss and improve the integration of water supply
systems.

Keywords: clean water system, providing, Sawahlunto

1. Pendahuluan transportasi, air bersih dan saluran


pembuangan. Ketiga jenis prasarana ini harus
Chapin (1995) mengungkapkan bahwa benar-benar ada agar pembangunan suatu kota
terdapat tiga prasarana kota yang sangat dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dari
berpengaruh bagi perkembangan kota yaitu pernyataan Chapin tersebut, dapat disimpulkan

111
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

bahwa permasalahan yang menyangkut mengalami kontraksi negatif sebesar 3,25%


penyediaan air bersih di perkotaan merupakan (BPS Kota Sawahlunto, 2001). Hal ini
salah satu hal yang penting untuk dikaji disebabkan berkurangnya kontribusi subsektor
mengingat air bersih merupakan kebutuhan pertambangan non migas (batubara), padahal
pokok yang selalu dikonsumsi oleh masyarakat subsektor ini memberikan kontribusi yang
dan juga berpengaruh besar terhadap terbesar dibandingkan subsektor lain dalam
kelancaran aktivitas kota. pembentukan PDRB Kota Sawahlunto.
Penurunan ekonomi Kota Sawahlunto ini juga
Di Indonesia, penyediaan air bersih untuk berdampak kepada pelayanan air bersih yang
umum atau perkotaan biasanya diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.
diselenggarakan oleh suatu instansi resmi yang Produksi air IPA (Instalasi Pengolahan Air)
ditunjuk oleh pemerintah seperti Perusahaan Talawi menurun sehingga hanya cukup untuk
Daerah Air Minum (PDAM) berdasarkan memenuhi sebagian kecil kebutuhan air bersih
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962. penduduk Kota Sawahlunto.
Namun pada beberapa daerah yang sangat
dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan dan Selama rentang waktu 3 tahun yaitu tahun
industri terdapat kecenderungan bahwa sistem 2000-2003, kondisi Kota Sawahlunto belum
penyediaan air bersih dimiliki dan menunjukkan perkembangan yang berarti.
dioperasikan oleh badan–badan non Program pembangunan masih diprioritaskan
pemerintah. Badan–badan non pemerintah ini untuk perbaikan sektor ekonomi. Oleh karena
sifatnya hanya melayani kelompok tertentu itu, untuk mengantisipasi semakin menurunnya
saja. perekonomian kota, Pemerintah Kota
Sawahlunto meningkatkan fungsi kota melalui
Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota visinya yang tertuang dalam RTRW Kota
yang terletak di Sumatera Barat dengan Sawahlunto tahun 2004-2014 yaitu menjadi
riwayat kehadirannya karena usaha tambang sebuah kota wisata tambang. Peningkatan
batubara. Kota tambang ini mengalami fungsi kota ke arah kota wisata tambang
perkembangan yang cukup pesat hingga tahun menimbulkan aktivitas ikutan lainnya seperti
1999 akibat adanya dominasi PT.Bukit Asam pembangunan objek wisata waterboom,
Unit Penambangan Ombilin (PT. BA-UPO) restoran dan penginapan. Aktivitas-aktivitas ini
selaku pemegang kuasa penambangan di Kota cenderung membutuhkan ketersediaan air yang
Sawahlunto. Perkembangan Kota Sawahlunto relatif besar sehingga dikhawatirkan akan
selain dapat dilihat dari tingkat ekonomi yang semakin mengurangi pelayanan air bersih
tinggi juga tercermin dari penataan kota yang kepada masyarakat.
bagus dan kelengkapan infrastruktur kota yang
baik terutama sistem penyediaan air bersih. Dari ketiga kondisi di atas yaitu masa kejayaan
Sementara peran Pemerintah Kota Sawahlunto sebelum tahun 2000, masa krisis tahun 2000
dalam pembangunan kota tidak begitu terlihat dan setelah adanya rencana Kota Sawahlunto
terutama dalam penyediaan air bersih sebagai kota wisata menunjukkan bahwa
penduduk. Pemerintah Kota Sawahlunto belum mampu
mengatasi persoalan kota terutama
Akan tetapi, sekitar tahun 2000-2001 terjadi ketersediaan air bersih bagi kebutuhan
penurunan produksi batubara sehingga penduduk. Pemerintah Kota Sawahlunto
pertumbuhan ekonomi Kota Sawahlunto sebagai pihak yang bertanggung jawab atas

112
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

penyediaan air bersih perkotaan lebih perumahan atau industri tertentu dan idealnya
memprioritaskan melaksanakan program bersifat menyeluruh berikut keperluan
pembangunan pariwisata dibanding domestik, perkotaan, dan industri.
menyediakan air bersih masyarakatnya yang
merupakan urusan wajib pemerintah. Sistem penyediaan air bersih komunitas ini
Ketidakmengertian Pemerintah Kota bersifat kompleks yang terdiri dari tiga
Sawahlunto dalam menghadapi persoalan komponen utama, yaitu sumber air, sistem
penyediaan air bersih karena selama ini belum transmisi, dan sistem distribusi seperti juga
ada pihak yang melakukan pemetaan persoalan yang dikemukakan oleh Noerbambang dan
sistem penyediaan air bersih di Kota Morimura (1985) mengenai sistem penyediaan
Sawahlunto. Dengan demikian, maka tujuan air bersih yang terbagi menjadi tiga sistem
artikel ini adalah memetakan persoalan sistem berikut.
penyediaan air bersih untuk meningkatkan  Sistem produksi atau pengolahan air bersih
kualitas sistem penyediaan air bersih di Kota merupakan instalasi pengolahan dari air
Sawahlunto. baku menjadi air bersih yang siap untuk
diberikan ke konsumen.
Pembahasan terdiri dari empat bagian. Bagian  Sistem transmisi adalah sistem yang
pertama adalah pendahuluan yang membahas dimulai dari sistem pengumpulan sampai
latar belakang artikel dan tujuan artikel bangunan pengolahan air bersih atau
berdasarkan latar belakang tersebut. Bagian dimulai dari sumber yang sudah memenuhi
kedua membahas tentang sistem penyediaan syarat kualitas atau bangunan pengolahan
air bersih di perkotaan. Bagian ketiga air bersih sampai reservoir (tempat
membahas tentang pemetaan persoalan penampungan).
penyediaan air bersih di Kota Sawahlunto yang  Sistem distribusi merupakan sistem
merupakan bagian utama dalam penulisan penyaluran air bersih dari reservoir sampai
artikel ini. Terakhir adalah kesimpulan dari ke daerah-daerah pelayanannya.
artikel ini.
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
2. Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem Penyediaan Air Bersih
Perkotaan
Di Indonesia, kebutuhan air bersih penduduk
Menurut Chatib (1996), bila dilihat dari bentuk dapat dipenuhi dengan berbagai cara antara
dan tekniknya, sistem penyediaan air bersih lain adalah dengan ikut berlangganan PDAM,
dapat dibedakan menjadi sistem penyediaan air menggali sumur, dan mengambil air langsung
bersih individual (individual water supply ke sumber air. Hal ini dapat disebabkan oleh
system) dan sistem penyediaan air bersih beberapa faktor yang menurut Pramono (2002)
komunitas atau perkotaan (municipality water terdapat enam faktor yang mempengaruhi
supply system). Sistem penyediaan air bersih pengelolaan air bersih yang diantaranya adalah
individual digunakan untuk penggunaan sebagai berikut.
individu dan pelayanan yang terbatas,
sementara sistem penyediaan air bersih (1) Keadaan Topografi
komunitas atau perkotaan merupakan sistem (2) Kondisi Geografis
penyediaan air bersih yang pelayanannya (3) Pencemaran Sumber Air
terbatas untuk suatu lingkungan atau kompleks

113
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

(4) Produktivitas biaya produksi. Meningkatnya biaya produksi


(5) Tarif dasar air bersih akan mempengaruhi tarif dasar air dan
(6) Kehilangan air kapasitas produksi yang dihasilkan oleh
Sementara Triweko (1992) menjelaskan bahwa instalasi pengolahan air.
pengelolaan air bersih dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti : Faktor geografi mempengaruhi lokasi dan
1. lingkungan fisik; jarak relatif sumber air serta distribusi
2. lingkungan sosia;l penduduk. Faktor ini akan sangat
3. teknologi; mempengaruhi dalam proses perencanaan dan
4. kelembagaan; perancangan sistem penyediaan air bersih,
5. keuangan; biaya pelayanan/sambungan dan cara
6. pelayanan; dan pengelolaan sistem tersebut. Hal ini ikut
7. efisiensi pengelolaan. mempengaruhi jumlah penduduk yang
terlayani.
Selain itu, Badan Pendukung Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) (2) Faktor Non Fisik
Departemen Pekerjaan Umum menguraikan Dari sisi non fisik, sistem penyediaan air
bahwa penyediaan air bersih dapat dipengaruhi bersih dapat dipengaruhi oleh tingkat
oleh beberapa faktor berikut. kehilangan air, pembiayaan, dan kelembagaan.
a. Semakin terbatasnya sumber air baku, Tingkat kehilangan air secara langsung akan
baik pada aspek kuantitas maupun mengganggu pelayanan air bersih kepada
kualitas. masyarakat secara keseluruhan seperti
b. Rendahnya kualitas sistem penyediaan air rendahnya tekanan air distribusi, terganggunya
minum oleh Perusahaan Daerah Air kontinuitas distribusi air dan pemborosan air
Minum (PDAM). mengakibatkan kerugian besar bagi
c. Kebijakan otonomi daerah. perusahaan. Faktor pembiayaan operasi dan
d. Tarif yang rendah. pemeliharaan sistem ikut mempengaruhi
kualitas sistem secara keseluruhan. Alokasi
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan anggaran pembiayaan sistem penyediaan air
sebelumnya mengenai faktor-faktor yang bersih dimaksudkan untuk mencapai kondisi
mempengaruhi pengelolaan dan penyediaan air yang memungkinkan tercapainya kesiapan
bersih, maka secara ringkas dapat disimpulkan operasional dan pemeliharaan. Sedangkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aspek kelembagaan akan mempengaruhi
sistem penyediaan air bersih dapat dilihat dari keberlangsungan sistem.
dua sisi yaitu faktor fisik dan faktor non fisik.
Pada artikel ini, akan dilihat bagaimana faktor-
(1) Faktor Fisik faktor fisik dan nonfisik dapat mempengaruhi
Faktor fisik seperti topografi akan berpengaruh kualitas sistem penyediaan air bersih di Kota
terhadap pengoperasian sistem tersebut. Sawahlunto. Faktor fisik yaitu topografi,
Dampaknya adalah biaya pemasangan instalasi geografi, sistem jaringan, dan self provision.
pengolahan air pada daerah yang tinggi akan Sedangkan faktor non fisik yaitu pembiayaan,
menjadi lebih mahal dibanding apabila kehilangan air, dan kelembagaan.
instalasi dipasang pada daerah relatif datar.
Selain itu juga, topografi akan mempengaruhi

114
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

2.2 Perencanaan Sistem Penyediaan Air domestik untuk setiap kategori kota
Bersih disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing kategori kota. Semakin padat suatu
Perencanaan sistem penyediaan air bersih pada kota dapat diperkirakan bahwa kota tersebut
sebuah kota akan sangat mempengaruhi akan memiliki aktivitas ekonomi yang lebih
bagaimana sistem dapat bekerja dengan baik tinggi. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan
(operasional sistem) sehingga dapat air bersih untuk kegiatan non-domestik
meningkatkan kualitas sistem penyediaan air (komersial, industri, rekreasi) akan semakin
bersih. Kualitas sistem penyediaan air bersih tinggi. Inilah yang mendasari ditetapkannya
dapat diketahui dari kriteria perencanaan yang standar pelayanan domestik yang semakin
telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta kecil presentasenya untuk kota yang semakin
Karya, Departemen Pekerjaan Umum Tahun tinggi kepadatan penduduknya.
2004 pada berbagai kategori kota seperti
terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. 3. Pemetaan Persoalan Sistem Penyediaan
Air Bersih Di Kota Sawahlunto
Tabel 1
Kriteria Perencanaan Sistem Penyediaan Untuk merumuskan permasalahan yang
Air Bersih
Kategori Kota dihadapi sistem penyediaan air bersih di Kota
Uraian Satuan
Kecil Sedang Besar Metro Sawahlunto perlu dilihat keterkaitan antara
Kepadatan Jiwa 100 200 300 400
Tingkat pelayanan % 80 80 80 80 distribusi penduduk dengan sumber air.
Kebocoran air % 25 25 25 25 Analisis keterkaitan ini dilihat dengan analisis
Pelayanan domestik % 90 85 80 70
Rasio pelayanan SR % 90 90 90 90 kondisi geografis dan toporafi terhadap
Rasio pelayanan HU % 10 10 10 10
Fmd - 1,1 1,1 1,1 1,1
persebaran penduduk di Kota Sawahlunto.
Fp - 1,5 1,5 1,5 1,5
Pelayanan per SR Jiwa/SR 5 5 6 6
Konsumsi SR L/jiwa/SR 100 125 150 200 Adapun metodologi studi yang digunakan
Pelayanan per Hu Jiwa/HU 50 50 50 50 dalam studi ini adalah analisis deskriptif
Konsumsi Hu L/jiwa/HU 30 30 30 30
Pelayanan non kualitatif. Tahapan yang dilakukan salah
% 10 10 10 10
domestik satunya adalah pengumpulan data yang terdiri
Konsumsi non
l/unit/hari 2000 2000 2000 2000
domestik dari data sekunder dan primer. Data sekunder
Jam operasi Jam 24 24 24 24
Volume reservoar % 20 20 20 20 diperoleh baik melalui studi literatur dengan
Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, mencari referensi dari pustaka-pustaka,
Departemen Pekerjaan Umum, 2004 kantor/instansi yang berhubungan dengan
materi penelitian seperti PDAM, Badan
Berdasarkan Tabel 1 di atas, klasifikasi
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
kriteria perencanaan sistem penyediaan air
Dinas Pekerjaan Umum. Sedangkan untuk data
bersih di Indonesia didasarkan pada kategori
primer diperoleh melalui wawancara kepada
kota yang ada di Indonesia, yaitu kota kecil,
PDAM Kota Sawahlunto, Unit Pengelolaan
kota sedang, kota besar dan kota metropolitan.
Lingkungan PT. Bukit Asam Unit
Perbedaan kriteria pelayanan untuk masing-
Penambangan Ombilin (PT.BA-UPO), Bidang
masing kategori kota hanya terletak pada
Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Seksi
kriteria presentase pelayanan domestik, jumlah
Fisik dan Prasarana Bappeda Kota
jiwa per sambungan rumah dan kriteria
Sawahlunto.
konsumsi air bersih perkapita per hari.
Perbedaan standar presentase pelayanan

115
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

3.1 Analisis Geografi dan Topografi pada topografi tinggi yaitu Desa Balai Batu
Sandaran dan Lumindai. Akan tetapi, ada
Kota Sawahlunto memiliki karakteristik alam indikasi bahwa topografi bukan merupakan
yang khas, yaitu geografi dan topografi yang satu-satunya faktor yang mempengaruhi
cukup tinggi dan terjal sehingga ada indikasi sebaran penduduk di Kota Sawahlunto.
bahwa kondisi ini menjadi penghambat bagi Adanya beberapa desa yang berada di daerah
sistem penyediaan air bersih terutama sistem landai seperti Desa Rantih, Desa Kolok Nantuo
jaringan di Kota Sawahlunto. Sebelum melihat dan Desa Batu Tanjung dengan jumlah
hubungan topografi dengan distribusi air penduduk yang lebih rendah menjadikan
bersih, perlu dikaji juga distribusi permukiman argumen bahwa topografi yang landai
penduduk. Distribusi penduduk dan aktivitas cenderung memiliki lebih banyak penduduk
ekonomi lebih banyak terjadi di bagian tengah menjadi lemah.
wilayah Kota Sawahlunto karena penduduk
memanfaatkan kemudahan akses dengan jalur Dari gambar juga terlihat bahwa sebaran
transportasi darat. Berikut ini tinjauan penduduk berada di sepanjang jalur
hubungan antara sebaran penduduk dengan transportasi darat. Hal ini disebabkan karena
topografi yang dapat dilihat pada Gambar 1. jalur transportasi akan memudahkan akses
kegiatan penduduk yang umumnya berada
Gambar 1 memperlihatkan korelasi antara pada sektor pertanian, perdagangan dan
sebaran penduduk dengan kondisi topografi. industri kecil. Selain itu, jalur transportasi
Terlihat pada Kelurahan Tanah Lapang, darat biasanya dibangun pada daerah yang
Saringan, Aurmulya, Kubang Sirakuk Utara relatif stabil sehingga permukiman penduduk
dan Kubang Sirakuk Selatan terjadi ikut berkembang di sepanjang jalur
konsentrasi penduduk. Kawasan ini berada transportasi. Hubungan antara kondisi
pada topografi sedang dan sebagian besar kependudukan dan sistem penyediaan air
merupakan permukiman pegawai PT. BA- bersih terlihat pada Tabel 2.
UPO. Hanya sedikit penduduk yang berada

Daerah landai
dengan
kepadatan
rendah

Daerah sedang
dengan
kepadatan
tinggi

Gambar 1
Peta Korelasi Persebaran Penduduk dan Kondisi T opografi
Sumber: Bappeda Kota Sawahlunto, 2006

116
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Tabel 2 pusat kegiatan utama atau CBD


Kondisi Kependudukan dan Sistem (perdagangan, pemerintahan dan pelayanan
Penyediaan Air Bersih sosial skala kota) di Sawahlunto yang perlu
Presentase Pelayanan (%)
Jmlh
Kecamatan Penduduk Jmlh
KK PDAM
Non- ditunjang dengan ketersediaan air bersih.
Penduduk PDAM
Talawi 16678 31,29 4264 39,94 2,30 Pada Kecamatan Barangin pula dibangun
Barangin 15251 28,62 3976 52,14 4,05 Instalasi Pengolahan Air (IPA) terbesar
Lembah
12087 22,68 756 24,37 9,77 yaitu IPA Kayu Gadang dengan kapasitas
Segar
Silungkang 9279 17,41 - - 15,06 60 L/detik. Jika merujuk pada sejarah
Total 53295 100,00 4532 33,36 6,62
Sumber: Hasil Analisis, 2010 perkembangan Kecamatan Barangin,
dulunya kecamatan ini merupakan
Dari Tabel 2 di atas dapat disimpulkan permukiman pekerja tambang batubara
beberapa hal seperti berikut. yang kemudian berkembang menjadi CBD.
 Sebaran penduduk tidak merata dengan Sementara Kecamatan Lembah Segar
proporsi jumlah penduduk berkisar antara dengan persentase penduduk rendah, namun
17-31%. Sebaran penduduk di tiap persentase pelayanan non PDAM cukup
kecamatan ini dipengaruhi oleh sejarah tinggi disebabkan karena penduduk di
terbentuknya Kota Sawahlunto. Penduduk kecamatan ini mendapatkan pelayanan air
di Kecamatan Talawi dan Silungkang bersih dari PT. BA-UPO sebagai bentuk
sebagian besar adalah penduduk asli tanggung jawab PT. BA-UPO terhadap
Minang yang telah lama bermukim di karyawannya. Selain itu, penduduk di
daerah tersebut. Sedangkan penduduk di Kecamatan Lembah Segar juga
Kecamatan Barangin dan Lembah Segar memanfaatkan mata air sebagai sumber air.
sebagian besar merupakan penduduk
Kecamatan dengan jumlah penduduk paling
pendatang yang berasal dari berbagai sedikit yaitu Kecamatan Silungkang tidak
daerah di Indonesia untuk bekerja di sektor memperoleh pelayanan PDAM sehingga
pertambangan. memanfaatkan air dari non PDAM dengan
persentase pemanfatan non PDAM terbesar
 Tingkat persebaran penduduk di setiap (15,06%). Hal ini disebabkan karena jaringan
kecamatan seharusnya diikuti dengan sistem air bersih PDAM belum mampu
tingkat persebaran pelayanan PDAM menjangkau Kecamatan Silungkang yang
sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah berada di luar/terpisah dari kecamatan lainnya
terhadap masyarakat pada bidang di Kota Sawahlunto. Kecamatan Silungkang
penyediaan air bersih. Kecamatan Talawi saat ini juga merupakan kawasan sub pusat
yang memiliki proporsi penduduk terbesar kota yang melayani berbagai kegiatan jasa
hanya mendapatkan pelayanan PDAM terutama perdagangan dan hasil produk
sebesar 39,94% lebih rendah dibandingkan industri kecil. Mengingat Kecamatan
Kecamatan Barangin yang memperoleh Silungkang cenderung padat, baik dilihat dari
pelayanan PDAM lebih besar yaitu 52,14% kepadatan penduduk maupun dari kepadatan
dengan persentase jumlah penduduk bangunannya, maka perlu adanya sistem
28,62%. Tingginya persentase layanan penyediaan air bersih yang menunjang
PDAM di Kecamatan Barangin terjadi perkembangan daerah.
karena Kecamatan Barangin merupakan

117
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Tabel 3
Hubungan Antara Luas Terbangun, Pelayanan PDAM dan Topografi
Presentase Presentase Luas KLASIFIKASI TOPOGRAFI
Jumlah Presentase Luas
KECAMATAN Penduduk Jumlah Pelayanan Terbangun Presentase Luas Area
KK Terbangun (Ha)
Penduduk PDAM (Ha) 100-500m 500-1000m >1000m
Talawi 16,678 31.29 4,264 39.94 286.14 2.88 92.34 7.66 -
Barangin 15,251 28.62 3,976 52.14 302.35 3.41 49.92 45.49 4.60
Lembah Segar 12,087 22.68 3,102 24.37 78.76 1.50 27.90 71.21 0.89
Silungkang 9,279 17.41 2,245 - 93.57 2.84 34.44 65.56 -
Total 53,295 100.00 13,587 760.82
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Tabel 4
Hubungan Antara Kondisi Kependudukan, Pelayanan PDAM dan Ketersediaan Sumberdaya Air
Presentase Presentase %Ketersediaan
Jumlah Debit Sungai
KECAMATAN Penduduk Jumlah Pelayanan Nama Sungai SD Air/
KK (L/dtk)
Penduduk PDAM Kecamatan
Talawi 16,678 31.29 4,264 39.94 Batang Ombilin 17,190 97.39
Barangin 15,251 28.62 3,976 52.14 Batang Malakutan 80 0.45
Batang Lunto 120 0.68
Lembah Segar 12,087 22.68 3,102 24.37
Batang Sumpahan 51 0.29
Silungkang 9,279 17.41 2,245 - Batang Lasi 210 1.19
Total 13,587 17,651 100
Sumber: Hasil Analisis, 2010

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui, banyak yang menggunakan sumur dan air
hubungan antara luas terbangun, pelayanan sungai daripada berlangganan PDAM. Air
PDAM dan topografi antara lain sebagai sumur akan mudah diperoleh karena
berikut. berada pada topografi yang rendah dan
 Penduduk cenderung terkonsentrasi pada dekat ke Batang Ombilin.
daerah yang memiliki topografi lebih
landai yaitu Kecamatan Talawi. Hal ini Persentase pelayanan PDAM tampaknya lebih
disebabkan karena pada topografi yang memiliki keterkaitan dengan luas daerah
lebih landai, daerahnya relatif lebih stabil terbangun di masing-masing kecamatan.
dan luas. Semakin besar luas daerah terbangun, semakin
 Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, tinggi pula persentase pelayanan PDAM di
daerah dengan topografi yang lebih landai, kecamatan tersebut.
persentase daerah terbangun akan lebih
tinggi, yaitu di Kecamatan Talawi dan Berdasarkan Tabel 4, hubungan antara kondisi
Barangin. kependudukan, pelayanan PDAM dan
 Namun, persentase pelayanan PDAM ketersediaan sumberdaya air antara lain
ternyata tidak selalu berkaitan dengan sebagai berikut.
topografi. Kecamatan Talawi yang  Penduduk paling terkonsentrasi pada
memiliki topografi lebih landai justru daerah yang memiliki sumber air sungai
memperoleh persentase pelayanan PDAM terbesar yaitu Kecamatan Talawi yang
lebih rendah dibandingkan dengan memiliki Sungai Batang Ombilin dengan
Kecamatan Barangin yang memiliki debit sebesar 17,190 l/detik. Tetapi
topografi lebih tinggi. Hal ini terjadi ketersediaan air ini tidak diikuti dengan
karena penduduk di Kecamatan Talawi ketersediaan pelayanan PDAM. PDAM
Kota Sawahlunto memiliki persentase

118
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

pelayanan terbesar di Kecamatan Barangin dijadikan sebagai air baku untuk PDAM
yang hanya memiliki sumber air sungai karena dipengaruhi pula oleh kualitas air
sebesar 0,45% dari seluruh sumber air sungai sebagai sumber air baku.
sungai yang tersedia untuk dimanfaatkan
sebagai air baku di Kota Sawahlunto.
 Besarnya debit sungai belum tentu
menunjukkan besarnya potensi untuk

Gambar 2
Peta Keterkaitan Sumber Air Permukaan dan Kontur
Sumber: Bappeda Kota Sawahlunto, 2006

Sumber air permukaan merupakan sumber daripada sumber air. Sesuai dengan kegiatan
utama air bersih penduduk Kota Sawahlunto ekonomi kota yang bergerak di bidang
terutama Batang Ombilin dengan kuantitas air perdagangan, pertanian dan industri kecil.
yang relatif besar terletak pada topografi Berbeda dengan penduduk di Kecamatan
rendah seperti terlihat pada Gambar 2. Silungkang yang berada pada topografi yang
Walaupun sungai berada pada topografi rendah dan berkembang sepanjang jalan raya
rendah, tidak berarti bahwa penduduk akan Lintas Sumatera serta sepanjang sungai Batang
bermukim di sekitar sungai tersebut. Hal ini Lasi. Batang Lasi ini yang menjadi sumber air
mengindikasikan bahwa penduduk lebih bersih penduduk di samping adanya Mata Air
mengutamakan akses ke jalur transportasi darat Dingin.
PDAM Kota Sawahlunto kurang
3.2 Sistem Jaringan Air Bersih menguntungkan dan kondisi topografi Kota
Sawahlunto yang berbukit-bukit dan lembah
Saat ini sumber air baku PDAM Kota dengan kemiringan yang curam sehingga harus
Sawahlunto sebagian besar adalah air menggunakan pompa untuk mengolah dan
permukaan/sungai. Berdasarkan Laporan Hasil mendistribusikan air. Dengan ketergantungan
Audit Kinerja PDAM Kota Sawahlunto Tahun PDAM Kota Sawahlunto pada sistem
2006 disebutkan bahwa ketersediaan sumber pemompaan, membuat PDAM tidak optimal
air baku pada PDAM cukup tinggi. Namun memanfaatkan air baku.
karena kondisi geografi daerah pelayanan

119
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Pengaruh letak geografi dan kondisi topografi operasi pompa. Sedangkan untuk TPA Talawi
terhadap sumber air sistem penyediaan air dengan kapasitas 30 L/det menggunakan
bersih PDAM Kota Sawahlunto dapat pompa pada sistem transmisi dan distribusinya.
diuraikan sebagai berikut. Instalasi Pengolahan Hal ini disebabkan karena daerahnya yang
Air (IPA) Kayu Gadang merupakan IPA induk relatif datar sehingga butuh perbedaan elevasi
berkapasitas 60 L/det yang memasok lebih dari untuk menaikkan air sebelum didistribusikan
50% kebutuhan air bersih masyarakat di Kota
Sawahlunto. IPA Kayu Gadang ini berada pada Dari gambar 3 di atas terlihat bahwa sistem
elevasi +506 m dpl yang mengolah air dari jaringan air bersih PDAM Kota Sawahlunto
Batang Ombilin berada pada elevasi +202 m memanjang serupa pita. Panjangnya lebih
dpl sehingga untuk menaikkan air dari Batang kurang 27 km mengikuti jalur transportasi
Ombilin ke instalasi pengolahan air darat. Penduduk yang akan dilayani tersebar
membutuhkan pompa yang mampu pada beberapa daerah dengan topografi yang
mengangkat air hingga ketinggian 440 m bervariasi. Kondisi ini menyebabkan sulitnya
(berdasarkan perhitungan teknik PDAM). pendistribusian air bersih karena sistem akan
Namun, pompa IPA Kayu Gadang saat ini membutuhkan pipa yang panjang dan
hanya mampu mengangkat air sebesar 415 m seringnya terjadi kehilangan tekanan selama
masih di bawah kebutuhan seharusnya. Hal ini distribusi air. Oleh karena itu, pendekatan yang
mengakibatkan PDAM tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto
memproduksi air lebih banyak sesuai dengan adalah dengan menggunakan sistem jaringan
kapasitas terpasangnya. air bersih terpisah (tidak terkoneksi satu sama
lain). Jaringan air bersih ini didukung oleh 4
TPA Lunto yang berkapasitas 20 L/det berada (empat) IPA yaitu IPA Kayu Gadang, IPA
pada elevasi +506 m dpl dengan sumber air Lunto, IPA Talawi dan IPA Lumindai, dengan
baku berasal dari Batang Lunto yang berada cakupan pelayanan sebagaimana dirinci dalam
pada elevasi +503 m dpl. Sistem pengaliran Tabel 5.
IPA Lunto ini secara keseluruhan
menggunakan gravitasi sehingga dapat
beroperasi dengan baik dan mengurangi biaya

2
IPA 2 35
Talawi 35
30 L/det 2
02
5 IPA Kayu
Gadang
06
5 60 L/det
I
IPA Lunto 503
PA Su
20 L/det 06
mber air
IPA
Lumindai
5 L/det

Gambar 3
Peta Sebaran Pelayanan PDAM
Sumber: PDAM Kota Sawahlunto, 2006

120
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Tabel 5 maka sistem penyediaan air bersih yang


Sistem Jaringan Air Bersih Pdam Kota diusahakan sendiri oleh masyarakat (self
Sawahlunto provision) ikut terkonsentrasi pada 2 (dua)
Unit Penduduk yang
Sumber Air Instalasi
Pelayanan dilayani daerah dengan jalur transportasi darat sebagai
Kecamatan
Batang Ombilin
IPA Kayu
Barangin pembatasnya seperti terlihat pada Gambar 4,
Sawahlunto Gadang
Batang Lunto Kecamatan yaitu.
IPA Lunto
Lembah Segar
Talawi Batang Ombilin IPA Talawi Kecamatan Talawi (1) Sebelah barat Kecamatan Lembah Segar
Mata air IPA
Lumindai
Lumindai Lumindai
Desa Lumindai terletak pada dataran tinggi antara elevasi
Sumber: Hasil Analisis, 2010 500–650 m dpl. Daerah yang berada pada
elevasi ini mengusahakan sendiri air
Sebagai ilustrasi, penduduk di Kelurahan bersihnya dari mata air pegunungan yang
Lubang Panjang (Kecamatan Lembah Segar) keluar dari celah-celah tebing. Di daerah
merupakan pelanggan PDAM Unit Kota ini terutama Kelurahan Aur Mulya, Tanah
Sawahlunto sedangkan penduduk di Desa Lapang dan Kubang Sirakuk banyak
Talawi Hilir (Kecamatan Talawi) merupakan terlihat selang-selang air plastik yang
pelanggan Unit Talawi. Apabila PDAM Unit berfungsi untuk mengalirkan air dari bak
Sawahlunto mengalami gangguan distribusi penampung air ke rumah-rumah.
air, maka penduduk tidak bisa mendapatkan air Permasalahan yang terjadi pada daerah ini
bersih dari unit lainnya karena sistem jaringan adalah bahwa kuantitas dan kontinuitas air
air bersih yang tidak terintegrasi. Oleh karena bersih terbatas. Pada musim hujan, air
itu perlu dipertimbangkan untuk menggunakan masih mencukupi kebutuhan, sedangkan
sistem jaringan yang terintegrasi. musim kemarau mata air akan mengalami
kekeringan.
3.3 Sistem Penyediaan Air Bersih oleh
Masyarakat (Self Provision) (2) Dataran rendah terletak antara elevasi 250-
300 m dpl dan merupakan kawasan
Akibat letak topografi Kota Sawahlunto yang perkotaan (sebelah timur Kecamatan
berbukit dan landai di tengah wilayah kota, Lembah Segar dan Kecamatan Barangin).

121
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Gambar 4
Sebaran Pelayanan Air Bersih Non PDAM
Sumber: PDAM Kota Sawahlunto, 2006

Daerah yang berada pada elevasi ini masyarakat dan akan mempengaruhi kualitas
mengusahakan air bersihnya dengan sistem penyediaan air bersih Kota Sawahlunto.
memanfaatkan air tanah dangkal/sumur gali. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Daerah ini berpenduduk lebih padat dan akibat topografi kota, sistem penyediaan air
kegiatan perkotaan lebih terlihat seperti bersih yang diusahakan sendiri (self provision)
pendidikan, jasa, dan perdagangan dimana ikut terkonsentrasi pada dua daerah, yaitu
kebutuhan akan air sangat besar. Permasalahan daerah tinggi berada di sebelah timur Kota
yang terjadi adalah kuantitas dan kontinuitas Sawahlunto dan daerah rendah di sebelah
sumur terbatas pada musim kemarau. selatan Kota Sawahlunto. Hal ini
mengindikasikan bahwa penyediaan air bersih
Sistem Penyediaan air bersih diusahakan belum merata bagi penduduk di Kota
sendiri (self provision) yang cukup siginfikan Sawahlunto, masih terkonsentrasi pada daerah-
terlihat pada penyediaan air untuk objek wisata daerah yang memiliki sumber air dan mudah
permainan air (waterboom) di Kecamatan dijangkau oleh sistem penyediaan air bersih
Silungkang. Sumber air untuk waterboom ini kota.
berasal dari Mata Air Dingin. Sumber air ini
juga digunakan oleh penduduk di Kecamatan 3.4 Persoalan Lain yang Mempengaruhi
Lembah Segar untuk keperluan sehari-hari. Sistem Penyediaan Air Bersih
Tentu saja, semakin banyak air yang
digunakan oleh waterboom dikuatirkan akan Selain permasalahan topografi dan geografi,
mengurangi persediaan air bersih untuk sistem jaringan dan self provision, sistem
penyediaan air bersih di Kota Sawahlunto juga

122
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

dapat dilihat dari segi pembiayaan, kehilangan maupun APBD Kota Sawahlunto. Anggaran
air dan kelembagaan. Pembiayaan akan sangat yang digunakan untuk mendukung kegiatan
menentukan terlaksananya operasi dan operasional dan investasi di bidang penyediaan
pemeliharaan sistem penyediaan air bersih. air bersih Kota Sawahlunto selama periode
Sedangkan kehilangan air akan mengakibatkan 2004-2006 baru mencapai Rp. 6 Milyar (Tabel
terganggunya distribusi air bersih ke pelanggan 6). Sementara dana APBD khususnya untuk
sehingga menjadi hambatan yang mendasar belanja publik selama periode tahun 2004–
dalam peningkatan kapasitas pelayanan air 2006 sebesar Rp. 206 Milyar. Apabila
bersih ke masyarakat. Selanjutnya, dilakukan analisis antara APBD Kota
kelembagaan akan berpengaruh terhadap Sawahlunto pada belanja publik terhadap
keberlangsungan sistem penyediaan air bersih. investasi bidang air bersih, maka akan terlihat
bahwa investasi di bidang air bersih
Sumber pembiayaan untuk sistem penyediaan mendapatkan porsi yang sangat kecil
air bersih Kota Sawahlunto berasal dari dana dibanding kegiatan pembangunan lainnya
APBN, APBD Propinsi Sumatera Barat seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6
Sumber – Sumber Pembiayaan Bidang Air Bersih Kota Sawahlunto

APBD Belanja Publik Total


Investasi Bidang Air Bersih % Investasi
Tahun
(1)
APBD Kota (2) APBD Propinsi (3) APBN (4) DAK (5) PDAM (6) (2)/(1)

2004 50,726,431,764 873,110,000 - - 150,000,000 1,023,110,000 1.72

2005 59,986,487,320 1,455,505,000 - - 750,000,000 2,205,505,000 2.43

2006 95,979,473,157 120,000,000 500,000,000 1,188,090,000 1,040,000,000 - 2,848,090,000 0.13

Total 206,692,392,241 2,448,615,000 500,000,000 1,188,090,000 1,040,000,000 900,000,000 6,076,705,000 1.18


Sumber: Bappeda Kota Sawahlunto, 2006 (diolah)

Jika dibandingkan antara APBD Kota PDAM Kota Sawahlunto juga melakukan
Sawahlunto untuk bidang air bersih terhadap investasi (sebagai PAD) yang cukup besar
APBD Kota Sawahlunto khususnya belanja yaitu sebesar 52% dari total investasi di bidang
publik (biaya pembangunan) tahun 2004–2006, air bersih Kota Sawahlunto. Hal ini disebabkan
maka terlihat bahwa periode 2004–2005 tahun 2005, tidak ada sumber pembiayaan lagi
memiliki rasio lebih dari 1. Hal ini selain dari APBD Kota Sawahlunto dan
menunjukkan bahwa pada periode tersebut, PDAM, sedangkan percepatan tujuan MDGs
anggaran yang disediakan mampu menjadi harus tetap dijalankan.
stimulus bagi peningkatan kualitas sistem Tahun 2006, walaupun belanja publik
penyediaan air bersih di Kota Sawahlunto. mengalami kenaikan hampir dua kali lipat
Tingginya angka rasio pada tahun 2005 daripada tahun 2005, rasio investasi bidang air
disebabkan pada tahun tersebut Pemerintah bersih terhadap APBD kota nilainya di bawah
Kota Sawahlunto ingin melakukan upaya 1. Penurunan yang tajam ini disebabkan karena
percepatan penyediaan air bersih bagi Pemerintah Kota Sawahlunto memperoleh
masyarakat dalam mencapai tujuan MDGs investasi yang lebih besar dari dana APBN dan
sesuai dengan Hasil Identifikasi Memorandum DAK untuk investasi di bidang air bersih
Program dan Proyek Air Minum. Selain itu, sehingga alokasi anggaran APBD Kota

123
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

digunakan untuk pembiayaan pembangunan Sementara biaya operasional dan pemeliharaan


bidang fisik lainnya. sistem penyediaan air bersih PT. BA-UPO
sepenuhnya ditanggung oleh PT. BA-UPO
Kunci utama untuk memperbaiki kualitas sehingga baik buruknya sistem penyediaan air
penyediaan air bersih Kota Sawahlunto dalam bersih tergantung kondisi keuangan PT. BA-
jangka pendek dan jangka menengah terletak UPO. Berbeda dengan sistem penyediaan air
pada kemampuan PDAM Kota Sawahlunto bersih oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang
untuk menutup kembali biaya menyediakan menggunakan sistem komunal, biaya
layanan yang semakin meningkat. Namun operasional dan pemeliharaan sistem komunal
secara umum biaya produksi untuk semua jenis ini dikumpulkan dari dana masyarakat
air baku ternyata lebih tinggi daripada tarif ditambah bantuan dari pemerintah yang
yang dikenakan oleh PDAM. PDAM yang diambil dari APBD atau lembaga swadaya
menggunakan mata air sebagai sumber air masyarakat. Untuk itu, pengaruh kedua sistem
baku, biaya produksi rata-ratanya mencapai penyediaan air bersih ini terhadap sistem
Rp.787/m3, sedangkan tarif rata-rata penyediaan air bersih Kota Sawahlunto akan
3
Rp.618/m . PDAM yang menggunakan mata meringankan beban anggaran Pemerintah Kota
air, sumur dalam dan sungai sekaligus, biaya Sawahlunto.
produksi rata-ratanya sebesar Rp.1.188/m3 dan
tarif rata-rata Rp.1.112/m3. PDAM yang Masalah yang kedua adalah masalah
mengandalkan sungai sebagai sumber air baku, kehilangan air. Masalah kehilangan air yang
biaya produksi rata-rata Rp.1.665/m3, cukup tinggi merupakan salah satu indikasi
sedangkan tarif rata-rata yang diberlakukan adanya ketidak-efisienan dalam penyediaan air
Rp.1.175/m3. Kondisi ini disebabkan PDAM bersih. Jumlah kehilangan air dari tahun 2004-
mengemban dua fungsi sekaligus yaitu sebagai 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.
operator penyedia air minum maupun sebagai
regulator kebijakan air minum di daerah. Hal Dari gambar terlihat bahwa selama kurun
ini kemudian menimbulkan ketidakjelasan waktu tiga tahun (2004-2006) tingkat
antara misi sosial dan misi komersial selaku kehilangan air terbesar terjadi pada tahun 2004
perusahaan. di Unit Sawahlunto sedangkan untuk
kehilangan air pada Unit Talawi dan Sub Unit
Kondisi dan kecenderungan saat ini Lumindai hampir sama, namun masih tetap di
menunjukkan bahwa pertambahan jumlah atas kriteria yang ditetapkan, yaitu sekitar 31-
pelanggan PDAM tidak diikuti dengan 35%. Tingkat kehilangan air ini jauh melebihi
peningkatan kemampuan pemerintah dalam batas toleransi kriteria kehilangan air yang
penyediaan air bersih. PDAM yang berperan dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan
sebagai instansi pelayanan publik dan Prasarana Wilayah tahun 2004 yaitu sebesar
penghasil pendapatan asli daerah selalu 25% (kehilangan teknis dan administrasi).
memperoleh tambahan biaya dari APBD,
namun selalu berada dalam kondisi merugi.
Akibat keterbatasan tersebut, biaya operasional
dan pemeliharaan menjadi terbatas sehingga
untuk mengurangi tingkat kebocoran dengan
mengganti pipa baru belum terlaksana.

124
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

Sawahlunto Th 2004 Sawahlunto Th 2005 Sawahlunto Th 2006 Pada tingkat propinsi, penyediaan air bersih
Talawi Th 2004 Talawi Th 2005 Talawi Th 2006
Lumindai Th 2004 Lumindai Th 2005 Lumindai Thn 2006 menjadi tanggung jawab Bappeda dan Dinas
100000
90000 Pekerjaan Umum Cipta Karya, Dinas
Jumlah Air (m3)

80000
70000
60000
Kesehatan, Pemerintah Kota/Daerah, dan
50000
40000 PDAM. Pada tingkat desa, pengelolaan sistem
30000
20000
10000
air bersih menjadi tanggung jawab desa tempat
0
Jumlah air yang Jumlah air yang Jumlah air yang terjual Jumlah kehilangan air sistem penyediaan air bersih tersebut
diproduksi didistribusi
dibangun.

Gambar 5
Jumlah Kehilangan Air PDAM Kota Pemerintah Kota Sawahlunto sebagai
Sawahlunto Tahun 2004 - 2006 penanggung jawab penyediaan air bersih di
Sumber: PDAM Kota Sawahlunto, 2006 daerah telah membuat arahan kebijakan air
bersih sesuai sasaran RPJM Tahun 2004-2009
Keterbatasan cakupan pelayanan sistem dan MDGs sampai Tahun 2015. Berdasarkan
penyediaan air bersih Kota Sawahlunto arahan tersebut, untuk memperkuat fungsi
diperparah dengan besarnya kehilangan air regulator dan operator penyelenggaraan sistem
selama proses distribusi yang mencapai 35%. penyedian air bersih berasal dari PDAM, Dinas
Kondisi ini secara langsung akan mengganggu Pekerjaan Umum, PT. BA-UPO dan kelompok
pelayanan air bersih kepada masyarakat seperti masyarakat. Tanggung jawab pelayanan air
rendahnya tekanan air distribusi sehingga bersih di Kota Sawahlunto dilakukan oleh
mengakibatkan terganggunya kontinuitas PDAM Kota Sawahlunto berkooordinasi
distribusi air bersih. Masih tingginya dengan Bappeda Kota Sawahlunto dan Dinas
kehilangan air merupakan hambatan yang Pekerjaan Umum. Bappeda sebagai instansi
mendasar dalam peningkatan kapasitas PDAM perencana bertugas merencanakan bagaimana
Kota Sawahlunto. Sedangkan di pihak PDAM sistem penyediaan air bersih yang tepat sesuai
Kota Sawahlunto, pemborosan air karakteristik Kota Sawahlunto dan Dinas
mengakibatkan kerugian yang cukup besar Pekerjaan Umum sebagai instansi pelaksanaan
bagi penerimaan perusahaan. pembangunan prasarana dan saran air bersih.
Sementara PDAM Kota Sawahlunto selain
Aspek terakhir yang penting bagi penyediaan sebagai instansi pelayanan air bersih juga
air di Kota Sawahlunto adalah kelembagaan. sebagai penghasil PAD Kota Sawahluto. Tugas
Menurut PP Nomor 16 Tahun 2005, dan tanggung jawab PDAM Kota Sawahlunto
penyelenggaraan sistem penyediaan air bersih sebagai Badan Usaha Milik Daerah sesuai PP
dapat dilakukan oleh badan usaha milik Nomor 16 Tahun 2005 antara lain adalah
negara/badan usaha milik daerah, koperasi, memberikan pelayanan penyediaan air bersih
badan usaha swasta, dan/atau kelompok dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan
masyarakat yang melakukan penyelenggaraan standar yang ditetapkan dan membuat laporan
sistem penyediaan air bersih. Tanggung jawab penyelenggaraan secara transparan, akuntabel
penyediaan air bersih di Indonesia dilakukan bertanggung-gugat sesuai dengan prinsip tata
oleh tiga tingkatan pemerintahan, yaitu tingkat pengusahaan yang baik.
nasional, tingkat propinsi dan tingkat desa.
Pada tingkat nasional, penyediaan air bersih Sedangkan peran swasta pada sistem
menjadi tanggung jawab Departemen penyediaan air bersih dalam hal ini adalah PT.
Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Kesehatan. BA-UPO berperan pada daerah, wilayah atau

125
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

kawasan yang tidak terjangkau pelayanan ditetapkan juga menjadi persoalan dalam
PDAM Kota Sawahlunto yaitu kawasan sistem penyediaan air bersih.
perumahan pegawai PT. BA-UPO. Namun,
setelah batas waktu perjanjian selesai, seluruh Persoalan yang terakhir adalah adanya
aset beserta perlengkapannya diserahkan lembaga selain Pemerintah Kota Sawahlunto
kepada pemerintah daerah dalam keadaan baik yang ikut menyediakan air bersih bagi
dan dapat beroperasi. Pengalihan aset ini penduduk. Hal ini memperkuat bahwa sistem
terjadi sejak tahun 2000 dimana PT. BA-UPO penyediaan air bersih perkotaan terutama
mengalami penurunan produksi yang penduduk di Kota Sawahlunto belum
mempengaruhi kualitas sistem penyediaan air sepenuhnya tertangani oleh Pemerintah Kota
bersih ke rumah pegawai. Sawahlunto.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dilihat Walaupun secara implisit disebutkan bahwa
dari segi kelembagaan, sistem penyediaan air kondisi topografi dan geografi Kota
bersih Kota Sawahlunto tidak hanya Sawahlunto yang berbukit terjal menyulitkan
diselenggarakan oleh PDAM Kota pada sistem penyediaan air bersih, namun
Sawahlunto, namun juga oleh PT. BA-UPO faktor fisik alam ini sulit untuk ditangani. Oleh
dan masyarakat. karena itu, untuk meningkatkan kualitas sistem
penyediaan air bersih, maka yang menjadi
4. Kesimpulan prioritas penanganan adalah memberikan porsi
pendanaan yang cukup bagi program-program
Berdasarkan pembahasan pada bagian peningkatan kualitas sistem penyediaan air
sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan bersih. Dengan kecukupan dana, dapat
dari artikel ini yang diantaranya adalah seperti mengurangi kehilangan air dengan cara
berikut. melakukan perbaikan jaringan air bersih yang
telah rusak atau mengalokasikan anggaran
Kondisi geografi dan topografi kota yang untuk operasi dan pemeliharaan sistem
tinggi serta berbukit terjal sehingga sistem penyediaan air bersih. Upaya selanjutnya
penyediaan air bersih bersifat menyebar, tidak adalah melakukan pengintegrasian dalam
terintegrasi antara satu sistem dengan sistem pengelolaan air bersih antara sistem yang
lainnya. Pada sistem penyediaan air bersih dilakukan oleh PDAM, masyarakat dan swasta.
yang dilakukan oleh PDAM Kota Sawahlunto,
jaringan air bersih hanya mampu melayani Saran yang diajukan untuk meningkatkan
masyarakat yang terkonsentrasi di sepanjang kualitas sistem penyediaan air bersih di Kota
jalur transportasi darat. Sementara sistem Sawahlunto dalam rangka menunjang
penyediaan air bersih yang dilakukan oleh pengembangan kota adalah sebagai berikut.
penduduk, lebih cenderung menyebar dan
mengikuti sumber air. 1. Melakukan integrasi sistem penyediaan air
Kedua, persoalan sistem penyediaan air bersih bersih agar mudah dilakukan pengontrolan
adalah kecilnya anggaran yang disediakan apabila salah satu sistem tidak berjalan
Pemerintah Kota Sawahlunto untuk mengatasi dengan baik. Pengintegrasian dapat
persoalan sistem penyediaan air bersih. Ketiga, dilakukan dengan melibatkan berbagai
tingkat kehilangan air PDAM Kota pihak baik PDAM maupun masyarakat.
Sawahlunto yang tinggi melebihi standar yang

126
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

2. Pemerintah Kota Sawahlunto membantu Chatib Benny, 2001. Penyediaan dan Teknologi
usaha masyarakat dalam pemenuhan Pengolahan Air Minum, Makalah yang
disajikan pada kursus penyegaran
kebutuhan air bersih dengan melakukan teknologi dan pengelolaan lingkungan.
pengujian kualitas air bersih penduduk Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen
agar layak minum, melakukan sosialisasi Pekerjaan Umum. 2004. Kriteria
Perencanaan Penyediaan Air Bersih.
dan membantu dana pembangunan sistem Noerbambang S.M dan Morimura, Takeo, 1985.
penyediaan air bersih skala kecil. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing, PT. Daimppon Gitakarya
Printing.
Ucapan Terima Kasih Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sistem Penyediaan Air Minum
Ir. Sugiyantoro, MIP. untuk arahan dan Pramono, Sigit S. 2002. Pendekatan Sistem (System
bimbingan sehingga artikel ini dapat ditulis. Approach) Pada Pengelolaan Air Bersih
Terima kasih juga kepada dua mitra bestari di Indonesia, Universitas Gunadharma,
yang telah memberikan komentar yang Jakarta.
berharga. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Sawahlunto tahun 2004 – 2014.
Triweko, R.W. 1992. Paradigma Baru dalam
Daftar Pustaka Pengelolaan Air Bersih Perkotaan,
Universitas Katolik Parahyangan,
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sawahlunto, Bandung.
2001. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Bappeda Sawahlunto, Laporan Hasil Diklat Penyediaan Air Bersih untuk Umum atau
Manajemen Pengelolaan Air Minum, Perkotaan.
2007, Pemkot Sawahlunto.
Chapin F Stuart, Jr And Edward J Kaiser, 1979.
Urban Land Use Planning, University of
Illimois Press, London.

127
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No.2 Agustus 2010

128

Anda mungkin juga menyukai