Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
:
:
:
:
LAPORAN AKHIR
2-1
LAPORAN AKHIR
2-2
Kota Bontang memiliki luas wilayah sebesar 497,57 km2, dimana sebagian besar
merupakan wilayah perairan, dimana luas wilayah daratan adalahr 147,8 km2 atau 29,70 %
dari total wilayah keseluruhan. Sejak disahkannya Peraturan Daerah Kota Bontang No. 17
Tahun 2002, Kota Bontang terbagi menjadi 3 kecamatan dan 15 kelurahan.
2.1.2. Fisografi dan Topografi
Luas total Kota Bontang adalah 497,57 km2. Dari luas total wilayah Kota Bontang
tersebut, wilayah daratannya adalah seluas 147,80 km2 (29,71% dari luas total. Kota
Bontang diapit oleh hutan lindung di sebelah barat dan selatan, Taman Nasional Kutai di
sebelah utara, dan Selat Makasar di sebelah timur. Sedangkan wilayah laut seluas 3497, 7
km2 atau 70,29%. Berdasarkan hasil pemetaan tahun 2004 menunjukkan hampir seluruh
luas daratan telah dimanfaatkan baik untuk kegiatan budidaya, kawasan ruang terbuka
hijau maupun untuk kawasan lindung lainnya. Menurut data tahun 2004, luas daratan Kota
Bontang 14.780 ha. Dari penggunaan tanah yang ada di Kota Bontang terbesar masih
berupa belukar sebesar 3100,88 ha (20,98%). Kemudian berturut-turut adalah penggunaan
tanah yang berupa rumput/alang-alang seluas 2760 ha (18,67%), bakau seluas 2182,82 ha
(14,77%), tanah pertanian seluas 1982,81 ha (13,42%) dan permukiman seluas 1770,93 ha
(11,98%). Jenis penggunaan tanah pertanian berupa sawah, kebun, tambak, tegalan, kolam
dan ladang. Sedangkan permukiman berupa rumah/bangunan gedung termasuk
permukiman atas air, pekarangan, fasilitas sosial dan jasa. Secara rinci penggunaan tanah
di Kota Bontang dapat dicermati pada Tabel 2-1 dan Gambar 2-2.
LAPORAN AKHIR
2-3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Luas
Hektar
PERMUKIMAN
a. Rumah/Bangunan Gedung
b. Pekarangan
c. Fasilitas Sosial
d. Permukiman Atas Air
e. Jasa
KAWASAN INDUSTRI/PABRIK
a. PT. Pupuk Kaltim
b. PT. Badak NGL
TANAH PERTANIAN
a. Sawah
b. Kebun Sejenis
c. Kebun Campuran
d. Tambak
e. Tegalan
f. Kolam
g. Ladang
SEMAK
RUMPUT/ALANG-ALANG
RUMPUT RAWA/BENCAH
RAWA
DANAU/WADUK/SITU
BAKAU
HUTAN KOTA
HUTAN SEJENIS
BELUKAR
TAMBANG BAHAN GALIAN C
TANAH TERBUKA
Jumlah
364,09
693,81
642,98
37,46
32,59
2,46
4,69
4,35
0,25
0,22
179,12
334,38
1,21
2,26
16.08
24,15
611,81
188,83
769,53
28,85
343,56
523,03
2760,06
1049,21
55,00
125,76
2.182,82
304,16
14,73
3.100,88
14,46
382,65
14.780.00
0.11
0,16
4,14
1,28
5,21
0,20
2,32
3,54
18,67
7,10
0,37
0,86
14,77
2,06
0,10
20,98
0,10
2,59
100
2,59%
Budidaya (permukiman,
industri, tambang, pertanian)
28,96%
50,29%
16,93%
1,23%
Gambar 2-2 Proporsi Penggunaan Lahan Kota Bontang Tahun 2004
LAPORAN AKHIR
2-4
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai, berbukit
dan bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1-120 meter
dpl dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian
Barat.
Kemiringan Kota Bontang dengan kemiringan 0-2,5% (datar) mempunyai luasan 7.211
ha atau 48,79%. Sisanya (seluas 7.569 Ha atau meliputi 51,21% wilayah) mempunyai
kelerengan diatas 2,5% (lihat Gambar 2-3).
LAPORAN AKHIR
2-5
LAPORAN AKHIR
2-6
2.1.3. Geologi
2.1.3.1.
Geologi Regional
Geologi regional daerah Bontang telah diteliti oleh beberapa orang terdahulu, antara lain
oleh: Ubagha (1932), Bishop E.C. (1967), Bemmelen (1949), E. Marks (1982) dan
Sikumbang (1980). (GTL Bandung, 1990).
Berdasarkan geologi, baik litologi, lingkungan pengendapan maupun fasiesnya, unit
batuan di cekungan Bontang dapat dibedakan kedalam enam formasi batuan dan secara
stratigrafi urutan dari umur tua hingga yang muda pada (Gambar 2.6) adalah sebagai
berikut.:
1) Formasi Pamaluan
Formasi batuan ini adalah formasi tertua dengan umur Oligosen sampai Miosen
Awal, dengan batuan penyusunya adalah batulumpur, serpih dengan sisa-sisa
tumbuh-tumbuhan. Bagian bawah formasi ini terdiri atas batulanau yang pejal dan
batulumpur dengan sisipan tipis batupasir halus. bagian atas formasi ini disusun oleh
batulumpur dengan struktur pecahan konkoidal atau menyerpih yang sering
mengandung sisa-sisa daun, juga terapat sisipan batubara dan batupasir dan lapisan
batugamping yang tipis. Formasi ini telah mengalami pelipatan dan tersingkap di G.
Palakan membentuk antiklin Palakan dan antiklin Barung di luar daerah penelitian.
2) Formasi Bebulu
Formasi ini diendapkan selaras di atas batuan formasi Pamaluan dan Formasi
Bebulu, terdiri dari perselingan batupasir dan batulanau terkadang terdapat
batugamping dan batulempung. Batupasirnya tersusun dari batupasir kuarsa, bersifat
lepas dan sampai keras. Terkadang gampingan, berbutir halus sampai kasar. Bagian
bawah formasi ini mempunyai bagian tipis pasir dan batubara formasi Pulubalang,
yang tersingkap di sepanjang Jalan Bontang-Samarinda, dan pada daerah hutan
lindung membentuk antiklin Api-api. Formasi batuan ini berumur Miosen Awal
sampai Miosen Tengah
LAPORAN AKHIR
2-7
4) Formasi Balikpapan
LAPORAN AKHIR
2-8
Endapan termuda di daerah Bontang adalah kolovial dan aluvial. Kolovial terdiri dari
pasir kerikil dan lumpur. endapan ini merupakan hasil rombakan dan pelapukan dari
batuan terdahulu, lokasinya berada di bagian baratdaya Bontang. Aluvial terdiri dari pasir
lepas, lempung, pasir, kerikil dan sisa tumbuh-tumbuhan. Penyebaran endapan aluvial
diantaranya pada sepanjang tepi pantai dataran banjir atau di bagian tepi dari Sungai
Bontang, Sungai Guntung, Sungai Nyerakat, dan Sungai Santan. Endapan ini berkecenderungan membentuk rawarawa.
2.1.3.2.
Struktur geologi daerah Bontang adalah struktur perlipatan antiklin dan sinklin seperti
terlihat pada Gambar 2-4, serta sesar dan kekar. Struktur batuan tersebut terjadi pada umur
Tersier awal sampai Tersier akhir, yang terlihat oleh bentuk bentang alamnya pada
beberapa lokasi, tapi di tempat lain hanya dapat diketahui dari pola sebaran batuan atau
dari hasil penafsiran pengukuran bidang perlapisannya.
Sebagian struktur lipatan berarah baratdaya-timurlaut. Antiklin Api-api pada Formasi
Pulau Balang melandai kearah barat dan timur, dengan kemiringan lapisan berkisar dari 5200, mendekati puncak antiklin kemiringan lapisan mencapai 500. Struktur sesar berupa
patahan naik dan sesar geser jurus. Sesar naik terdapat di bagian barat berarah baratdaya
timurlaut melewati Gunung Lobang batik. Sesar naik ini diduga merupakan kelanjutan
proses dari pembentukan antiklin. Pada peta geologi (GTL Bandung, 1990), maka
pelurusan sesar naik masih diduga sebagai kelurusan sumbu antiklin.
Formasi batuan bagian barat relatif naik terhadap formasi batuan bagian timur sehingga
formasi batuan tua naik terhadap yang muda. Pada beberapa tempat, terdapat formasi
batuan tergeserkan oleh patahan geser (sesar mendatar), patahan ini memotong antiklin,
salah satu bukti dapat dilihat adanya pergerseran dari batugamping dengan bidang geser
LAPORAN AKHIR
2-9
yang nyata di dekat S.Santan (tepi Jalan Bontang-Samarinda). Zona kelurusan patahan
dapat menjadi idang lemah yang mengarahkan aliran air tanah. Strike (jurus) sesar geser
jurus umumnya berarah utara-selatan atau hampir berarah baratlaut-tengara, dengan posisi
memotong struktur antiklin dan sinklin dengan arah baratlaut-tenggara, utara-selatan dan
timurlaut-baratdaya.
Sesar geser diduga terjadi setelah perlipatan struktur kekar terutama dijumpai pada
batugamping dari formasi bebulu dengan arah tidak beraturan. Struktur geologi ini aktif
setelah semua formasi batuan diendapkan. kegiatan tektonik diperkirakan dimulai pada
Umur Pleistosen, dengan Wilayah Bontang mengalami perlipatan dengan arah gaya lipatan
dari barat dan timur, ditandai dengan adanya pungungan antiklin Api-api yang letaknya
memanjang dari utara ke selatan. Pada puncak antiklin tersingkap formasi batuan tertua,
yang berturut-turut ke arah yang lebih muda, dimulai dari formasi pamaluan (Tomp),
Formasi Bebulu (Tmb), Formasi Pulubalang (Tmpb), Formasi Balikpapan (Tmbp), dan
Formasi Kampungbaru adalah formasi batuan Tersier termuda, juga mengalami
pengangkatan pada saat terbentuk antiklin, lapisan relatif miring kearah timur. Dengan
adanya kemiringan yang pararel dari formasi diatas, secara hidrogeologi aliran air tanah
mengikuti arah kemiringan lapisan. Setelah terjadi pengangkatan, terjadi pengendapan
hasil proses geologi seperti pelapukan, erosi dan transportasi. Hal ini ditandai oleh adanya
endapan kolovium disebelah baratdaya Bontang dan Aluvium di daerah datarannya (lihat
Gambar 2-4).
LAPORAN AKHIR
2-10
LAPORAN AKHIR
2-11
2.1.3.3.
Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menempati wilayah Kota Bontang merupakan bagian
dari Sub DAS Santan Ilir. Sungai-sungai yang megalir di wilayah Kota Bontang adalah
Sungai Guntung, Sungai Bontang, Sungai Busuk, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai
Nyerakat Kiri yang semuanya bermuara di Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut berhulu
LAPORAN AKHIR
2-12
di bagian barat wilayah Kota Bontang atau di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sungaisungai tersebut juga mengalirkan air yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar
dari batuan pasir halus, pasir kasar dan lempung pasiran yang berasal dari formasi
Balikpapan (lihat Gambar 2-5 dan Tabel 2-2).
LAPORAN AKHIR
2-13
Nama Sungai
Lebar (m)
Panjang
(km)
Luas
(m2)
Permukaan
Dasar
Kedalaman Debit(m3/dtk)
(m)
Maks
Min
1.
Sungai Bontang
41.173
59.710
1 3,5
113.79
2.
Sungai Guntung
15.879
23.612
1-3
4.892
5.190
0.3-0.5
20.590
20.002
0.3-0.5
3.5
0.5 - 2
2,200
0,176
3.
Sungai Kanibungan
4.
Sungai Semputuk
5.
Sungai Nyerakat
22.295
29.388
6.
Sungai Belimbing
11.300
15.627
0.3-0.5
7.
3.480
1.478
0.3-0.5
0.3-0.5
2.5
0.3-0.5
8.
Sungai Busuk
11.010
25.798
9.
Sungai Budak
9.650
20.468
Ditinjau dari aspek geologi, Kota Bontang termasuk bagian cekungan Kutai dengan
batas fisik di sebelah Timur Selat Makassar, sebelah Selatan Sungai Santan, sebelah Barat
Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek litologi, formasi
batuan di Kota Bontang terdiri dari (lihat Gambar 2-6):
a. Endapan Alluvium, tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
b. Formasi Kampungbaru, tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung,
lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer
potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer
berupa kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan lempung.
c. Formasi Balikpapan, terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan
dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batubara. Formasi Balikpapan
merupakan forrmasi terbesar di Kawasan Pesisir Bontang dengan arah Utara Selatan.
LAPORAN AKHIR
2-14
d. Formasi Pulaubalang, merupakan persilangan batu pasir kuarsa, batu pasir dan
lempung dengan sisipa batubara.
e. Formasi Bebulu, merupakan formasi batuan kecil-kecil di Kawasan Pesisir Bontang
yang tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung, lanauan dan sedikit napal.
f. Formasi Pamaluan, tersusun atas batu lempung dengan sedikit napal, batu pasir dan
batu gamping.
Keadaan geologi di kabupaten Bontang ini termasuk berumur miosen tengah sampai
dengan miosen akhir dengan ditempati berbagai anggota formasi yang berbentuk inter
finger (pengendapan dari berjemari). Bagian tengah membujur dari sisi tengah ke arah
selatan ditempati formasi Balikpapan, membentuk siklin dari Sangatta dan berakhir di
Bontang. Sedangkan kurang lebih 15 km dari arah barat ke pantai Kota Bontang mengarah
ke bagian Timur dari mulau formasi Balikpapan, formasi pamaluan formasi kampong baru
formasi pulau baling disisipi formasi manumbar dan alluvium merupakan endapan pantai
dan sungai. Batuan yang akan ditemui terdiri dari batuan pasir, lempung, lanau dan kerikil.
Batu pasir dengan sisipan batu bara dan tuf setempat mengandung lapisasn tipis oxisida
besi dan limonit, pada perselingan batu gampping pasiran, batu pasir kwarsa formasi
perselingan endapan batuan berpengaruh dengan lokasi dan tempat dengan proses waktu
pengendapan yang berbeda, dalam tempat yang sama. Jenis tanah didominasi podsolid
merah kuning, alluvial dan komplek latosol. Jenis tanah ini memiliki lapisan kuning (top
soil) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara. Pemanfaatan lahan pertanian dan
perkebunan dibutuhkan pengolahan awal berupa perbaikan tanah (soil stabilization) dan
pengamanan hutan, agar kestabilan tanah dan ketersediaan air tanah tetap terjaga.
LAPORAN AKHIR
2-15
LAPORAN AKHIR
2-16
2.1.4.3.
Klimatologi
Secara klimatologi, Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah
lainnya di Indonesia pada umumnya. Wilayah Kota Bontang termasuk daerah khatulistiwa
dan dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang tahun
dengan suhu rata-rata 24-33C. Oleh karena itu, hampir tidak memiliki perbedaan
pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim Barat pada umumnya terjadi pada
bulan November-April dan musim angin timur terjadi pada bulan Mei-Oktober
Curah hujan dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson barat yang basah pada bulan
Desember-Februari yang menyebabkan hujan, sedangkan pada bulan Juni-September
bertiup angin muson timur yang menyebabkan terjadinya kemarau. Pada bulan Maret-Mei
dan September-Nopember merupakan bulan-bulan peralihan. Pada bulan-bulan peralihan
terjadi cuaca yang sama yaitu adanya arus angin konveksi yang memungkinkan hujan
walaupun pada saat musim kemarau. Curah hujan selama tahun 2013 (Tabel 2-3) sangat
beragam, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (curah hujan 306,0 mm
dan 16 hari hujan), terendah pada bulan Maret (curah hujan 89,3 mm dengan 19 hari
hujan). Sedangkan rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2013 lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2012.
Tabel 2-3 Curah Hujan
Bulan
2011
mm
2012
Hari
mm
2013
Hari
mm
Hari
Januari
283,1
17
157,2
18
306,0
16
Februari
148,1
17
205,5
14
257,8
Maret
338,9
22,5
218,6
13
89,3
19
April
115,3
16
221
15
300,5
12
Mei
234,3
18
299,2
17
298,6
13
Juni
200,6
14
140,7
16
266,0
18
Juli
105,5
10.5
208,4
12
157,2
17
Agustus
145
10.5
54,9
22
203,6
14
September
193,4
15
82,9
22
118,0
18
Oktober
123,4
13,5
57,5
19
198,6
21
Nopember
166,3
11
98,4
20
187,6
16
Desember
317,9
21
155,7
20
150,0
15
2.371,9
186
1.900,0
208
2.533,2
188
197,65
15,50
17,33
211,10
Jumlah
Rata-rata
158,33
15,67
LAPORAN AKHIR
2-17
Aktivitas di Kota Bontang didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana daerah.
Keberadaan sarana dan prasarana ini tentu juga memiliki implikasi terhadap perencanaan
pengelolaan air di Kota Bontang. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan di Kota
Bontang disajikan dalam beberapa uraian di bawah ini.
2.2.1. Pengelolaan Limbah
2.2.1.1.
Limbah Cair
Sistem pengolahan limbah rumah tangga dan domestik (black & grey water)
sudah dilakukan oleh PT Badak NGL untuk seputar wilayah perumahannya, dan
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang III - 35 dilakukan pula oleh PT. Pupuk Kalimantan
Timur, Tbk untuk wilayah perumahannya.
Tahun 2011 Pemerintah Kota Bontang membangun IPAL skala kawasan yang bisa
digunakan oleh masyarakat terutama untuk daerah kumuh dimana pelayanannya bisa
mencapai 200-500 SR (Sambungan Rumah). Pembangunan ini akan dibangun melalui
dana APBD tingkat I dan berada dilokasi Kelurahan Berbas Pantai Kecamatan
Bontang Selatan. Selain itu Pemerintah Kota Bontang membangun sarana sanitasi
masyarakat (sanimas) di kelurahan Berbas Pantai, Satimpo, dan Tanjung Laut Indah
dengan luasan kurang lebih 80 m2 di tiap unitnya. Sanimas tersebut mencakup
pembuatan MCK dan IPAL yang limbahnya akan menjadi
biogas
yang
bisa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga. Lokasi yang terpilih merupakan
hasil dari proses yang dilakukan oleh DEWATS (Konsultan untuk proyek ini)
berdasarkan seleksi dan minat dan partisipasi masyarakat.
Penggunaan sarana air limbah di Kota Bontang, melalui berbagai cara, yaitu:
1. IPAL (instalasi Pengolahan Air Limbah), yang berada di kawasan Bontang
Kuala.
IPAL ini melayani kawasan pemukiman di atas air Bontang Kuala, namun layanan
keseluruhan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama melayani 186 KK, dan akan
dilakukan pengembangan tahap berikutnya.
2. Sistem Pengolahan Limbah Komunal, merupakan pengolahan limbah secara
komunal untuk melayani komunitas masyarakat permukiman wilayah Satimpo
dengan jumlah layanan sambungan sebanyak 35 rumah.
LAPORAN AKHIR
2-18
Limbah Padat
TPA di Kota Bontang berlokasi di Bontang Lestari dengan luas area 15 H. TPA kota
Bontang merupakan TPA dengan jenis Sanitary landfill. Tabel 2-3 menampilkan profil
TPA di Kota Bontang.
Tabel 2-4 Profil TPA Kota Bontang
No Aktivitas
A
1
2
3
4
5
6
7
8
B
1
2
TPA
Nama
Sistem Pengelolaan
Luas Wilayah TPA
Luas Zona Aktif
Volume/Kapasitas (m3)
Mulai Operasional
Masa Pakai
Lokasi
Sampah
Timbunan
Terangkut
Keterangan
TPA Bontang Lestari
Sanitary Landfill
15 Ha
6 Ha
960.000 m3
2009
12 Tahun
Kelurahan Bontang Lestari
400,54 m3/hari
200,22 m3/hari
LAPORAN AKHIR
2-19
drainase di
ini
masih
LAPORAN AKHIR
2-20
No
Kecamatan
TK
Bontang Selatan
18
15
13
Bontang Utara
23
11
10
12
Bontang Barat
11
52
30
30
25
18
Total
No
Kecamatan
Bontang Selatan
68
Bontang Utara
96
14
114
Bontang Barat
31
23
55
195
49
250
Masjid
Total
Uraian
Daya
Terpasang
(KW)
Produksi
(Kwh)
Pelanggan
2009
31.302
2010
31.302
2011
30.390
2012
47.618.277
93.305.060
103.628.917
112.972.848 123.576.997
143.264.064
21.858
27.719
30.497
46.457
34.717
2013
31.590
LAPORAN AKHIR
2-21
No
1
2
3
4
Jenis Permukaan
Baik
Sedanga
Rusak
Rusak Berat
Jumlah
Jalan Negara
9.036,00
9.036,00
Jalan Provinsi
-
Jalan Kota
143.191,00
51.265,00
194.456,00
No
A
Trayek
Terminal
Induk-Kp.
Baru-Berbas
(PP)
Terminal
Induk-BerbasKp. Baru (PP)
Terminal
Induk-Komp.
PKT Loktuan
(PP)
Terminal
Induk-SantanPrangat (PP)
Terminal
Induk-Teluk
Pandan (PP)
Jumlah Kendaraan
92
Cara Pemberangkatan
Tidak Terjadwal
Keterangan
Angkutan Kota
77
Tidak Terjadwal
Angkutan Kota
16
Tidak Terjadwal
Angkutan Kota
Tidak Terjadwal
Angkutan Perbatasan
Tidak Terjadwal
Angkutan Perbatasan
2.2.7. Telepon
Tabel 2-10 Jumlah Sarana Telekomunikasi Kota Bontang
No
Kecamatan
Wartel
1
2
3
Bontang Selatan
Bontang Utara
Bontang Barat
Kota Bontang
34
62
10
102
Telepon
Umum Coin
0
0
0
0
Warnet
Jumlah
0
10
0
10
34
72
10
112
No.
1.
LAPORAN AKHIR
2-22
2.
3.
Teluk Sekangat
4.
Permukiman Nelayan
Bontang Kuala
5.
Pulau Gusung
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
-Wisata Alam
-Wisata Pendidikan
-Wisata Pantai : Berenang, Naik Perahu,
Pemandangan Pantai/Bakau dan Memancing
-Wisata Laut : Berenang, Naik Perahu, Wisata
Masyarakat Nelayan
-Wisata Alam
-Wisata laut : Berenang, Memancing dan Naik
Perahu
-Wisata Alam Hiking, Berkemah dll.
-Wisata Pendidikan
-Olahraga : Jogging, Jalan Santai dan Bersepeda
-Wisata Air : Berenang, Naik Perahu
-Olah Raga
-Wisata Pendidikan : Kunjungan ke Makam
Tradisional Rakyat Toraja
-Wisata Laut : Menyelam, Berperahu
-Wisata Laut : Pemandangan Bawah Laut Berupa
Padang Lamun, Hutan Mangrove dan Kehidupan
Sosial Masyarakat Nelayan
Makan Malam
Bermain Golf
Hingga saat ini sub sector migas masih merupakan andalan bagi pembentukan Produk
Domestic Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang, dengan kontribusi sebesar 84,80 % pada
tahun 2013. Pada tahun 2013 laju pertumbuhan PDRB (7,14%) (dengan migas)
sedangkan tanpa migas sebesar 6,43 %. Penurunan laju pertumbuhan PDRB (dengan
migas) seiring dengan penurunan produksi gas yang diolah oleh PT Badak NGL. Sektor
lain yang menjadi andalan dan mengalami kenaikan adalah sector jasa, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan. Lebih jelasnya pada Tabel 2-12.
LAPORAN AKHIR
2-23
No Lapangan Usaha
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan dan Konstruksi
Perdagangan, Restoran, dan Hotel
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangann, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
2012
2013
55.564,23
7.208,55
65.128.752,84
38.629,70
1.580.924,61
922.772,78
206.940,24
267.091,16
62.455,61
4.954,23
65.732.477,96
41.030,63
1.715.958,31
1.021.542,38
225.015.72
306.079,75
273.659,68
68.481.633,79
306.122,36
69.416.636,95
2.3.1.2.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Bontang dapat dilihat dari tingkat kesejahteran
masyarakat pada tahun 2007, yaitu jumlah Keluarga Pra-Sejahtera sebebesar 436 KK dan
Keluarga Sejahtera I sebanyak 7.643 KK. Selain itu kondisi sosial masyarakat dapat juga
dilihat dari aspek ketenagakerjaan yang merupakan aspek mendasar dalam kehidupan
manusia karena menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Jumlah angkatan kerja Kota
Bontang tahun 2007 adalah 54.241 jiwa atau sekitar 60,75 % dari seluruh penduduk yang
berusia 15 tahun ke atas yang aktif bekerja di berbagai jenis lapangan pekerjaan. Lebih
jelasnya kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Bontang dapat dilihat pada Tabel 2-13,
Tabel 2-14, Gambar 2-7, serta Tabel 2-15.
Tabel 2-13 Banyaknya Keluarga Sejahtera dan Sejahtera I Tahun 2013
No.
Kecamatan
Pra-Sejahtera
(KK)
Sejahtera I
(KK)
Bontang Selatan
567
1.283
Bontang Utara
502
1.164
Bontang Barat
143
320
1.212
2.767
Jumlah
LAPORAN AKHIR
2-24
Tabel 2-14 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Tahun 2012 2013
2012
Uraian
Jumlah
A. Angkatan Kerja
2013
%
Jumlah
76.422
73,28
72.218
66.06
1. Bekerja
65.480
62,79
64.138
58,67
2. Pengangguran
10.942
10,49
8.084
7,39
27.863
26,72
37.108
33,94
104.285
100,00
109.326
100,00
Gambar 2-7 Prosentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2013
2.3.1.1.Mata Pencaharian
Kota Bontang termasuk kota Industri sehingga banyak masyarakat bontang yang
bekerja di perusahaan, seperti industri Petrokimia dan pertambangan, ketertarikan
masyarakat Bontang untuk bekerja di sektor industri sangat tinggi, oleh karena itu
terbentuk opini di masyarakat Bontang bahwa bekerja di perusahaan/industri maka
memiliki kehidupan yang makmur dan sejahtera. Penduduk yang tidak mendapat
kesempatan bekerja di perusahaan sebagian bekerja di berbagai bidang terutama di bidang
jasa. Pada bidang pertanian setiap tahun semakin menurun akibat lahan yang semakin
tergusur oleh pembangunan baik untuk tempat tinggal, tempat usaha ataupun perusahaan.
Jenis lapangan pekerjaan penduduk Kota Bontang dapat dilihat pada Tabel 2-15 berikut
ini.
LAPORAN AKHIR
2-25
Tabel 2-15 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
No.
Jumlah Penduduk
Jiwa
7.529
11,74
5.574
8,69
Industri Pengolahan
2.500
3,90
302
0,47
Konstruksi
7.567
11,80
3.381
5,27
19.291
30,08
10
11
2.257
3,52
12
15.737
24,54
64138
100,00
Total
Sumber : Kota Bontang Dalam Angka, 2014
di bangun
LAPORAN AKHIR
2-26
No Lokasi
KSM
Tahun Kapasitas
Sarana
RT. 25
Tanjung Laut
Sanimas
Nusantara
2007
Melayani 50 KK
(200 Jiwa)
RT. 36
Satimpo
Sanimas Jati
Lestari
2008
Melayani 50 KK
(200 Jiwa)
RT. 18 Berbas
Pantai
Sanimas Melati
2008
Melayani 50 KK
(200 Jiwa)
RT. 28
Tanjung Laut
Indah
Sanimas Teratai
2009
Melayani 80 KK
No.
JenisPenyakit
ISPA
SistemOtot dan Jaringan
Pengikat
Tekanan Darah Tinggi
Diare
Gastritis
Pharingitis
ObservasiFebris
Pulpa dan Jaringan Periapikal
KulitAlergi
Influenza
JumlahPenderi %terhadapTot
ta
al Penderita
24.617
16,31
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber : BPS, 2011
Dalam
mewujudkan
masyarakat
sehat,
11.236
7,45
10.491
10.301
8.170
8.013
7.390
7.098
5.751
5.078
6,95
6,83
5,41
5,31
4,9
4,7
3,81
3,37
pemerintah
Kota
Bontang
melalui
peningkatan sarana dan prasarana serta mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
pemerintah telah mengupayakan pembangunan di bidang kesehatan, sampai saat ini
LAPORAN AKHIR
2-27
telah tersedia fasilitas kesehatan yang cukup memadai bagi kepentingan masyarakat,
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta (Tabel 2-18).
Tabel 2-18 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Bontang Tahun 2013
No
Kecamatan
Bontang Selatan
Bontang Utara
30
Bontang Barat
55
Total
Dokter
Praktek
17
Rencana struktur tata ruang Kota Bontang diarahkan pada terbentuknya suatu tata ruang
yang terintegrasi antara kawasan terbangun kota yang telah ada dengan pengembangan
kawasan baru, baik secara spasial maupun fungsional. Rencana struktur tata ruang wilayah
kota terdiri dari :
LAPORAN AKHIR
2-28
Hirarki atau tata jenjang dan jangkauan pusat-pusat pelayanan kegiatan kota
yang akan dikembangkan
2.5.1.2.
Berkaitan dengan konsep struktur tata ruang yang akan dikembangkan. Wilayah kota
Bontang dibagi dalam 3 bagian wilayah kota (BWK) sesuai dengan karakteristik dan
fungsi pengembangannya masing-masing. Pembagian wilayah kota ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagian Wilayah Kota I (BWK I); terdiri dari 8 kelurahan yang berada di dalam 2
kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan.
Termasuk di dalam BWK I ini adalah Kelurahan Bontang Kuala, Gunung Elai,
Bontang Baru dan Api-api yang termasuk Kecamatan Bontang Utara. Sedangkan yang
termasuk di dalam Kecamatan Bontang Selatan adalah Kelurahan Berbas Tengah,
Berbas Pantai, Tanjung Laut, dan Tanjung Laut Indah. BWK I dengan kegiatan utama
perdagangan dan jasa, dan kegiatan pendukung Permukiman, Pariwisata, Pelabuhan,
Kawasan Konservasi, Perikanan. Secara fungsional, kawasan BWK I merupakan
kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan yang ada.
2.
Bagian Wilayah Kota II (BWK II); terdiri dari beberapa kelurahan yang berada di
dalam 3 kecamatan di Kota Bontang. Terdiri dari Kelurahan Satimpo (Kecamatan
Bontang Selatan); Kelurahan Telihan, Kanaan, dan Belimbing (Kecamatan Bontang
Barat); Kelurahan Loktuan dan Guntung (Kecamatan Bontang Utara). BWK II dengan
kegiatan utama industri strategis kota, pelabuhan dan pergudangan. Kegiatan
Pendukung di BWK ini adalah Permukiman, Pariwisata,Perikanan, Kawasan Militer,
Kawasan Lindung/Konservasi, Alur Pelayaran. Dengan demikian, secara fungsional
kawasan BWK II merupakan kawasan integrasi daratan dan lautan sesuai dengan
batasan kecamatan yang ada.
3.
Bagian Wilayah Kota III (BWK III) adalah Kelurahan Bontang Lestari (Kecamatan
Bontang Selatan). BWK III dengan kegiatan utama adalah pusat pemerintahan kota,
industri polusi ringan, dan pusat kegiatan olahraga. Kegiatan pendukung di BWK III
ini adalah Permukiman, Perikanan, Pariwisata, Bandara, Kawasan Lindung, Alur
LAPORAN AKHIR
2-29
Pelayaran. Secara fungsional, kawasan BWK III merupakan kawasan integrasi daratan
dan lautan sesuai dengan batasan kecamatan yang ada
Pembagian wilayah kota dan fungsi pengembangannya dapat dilihat pada Tabel 2-20 dan
Gambar 2-8.
Tabel 2-19 Pembagian Wilayah Kota dan Fungsi Perwilayahan Kota Bontang
Bagian Wilayah Pusat BWK Skala Pelayanan
Kegiatan
Kota (BWK)
Utama
Bontang
Skala Regional
Perdagangan dan jasa
Baru
dan Kota
BWK I
Telihan
Skala
Industri strategis kota,
internasional,
pelabuhan dan
regional dan kota pergudangan
Bontang
Lestari
Skala kota
BWK II
pusat
pemerintahan
kota, industri polusi
ringan,
dan
pusat
kegiatan olahraga.
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang, 2012-2032
BWK III
Kegiatan
Penunjang
Permukiman, Pariwisata,
Pelabuhan, Kawasan
Konservasi,
Perikanan
Permukiman,
Pariwisata,Perikanan, Kawasan
Militer, Kawasan
Lindung/Konservasi, Alur
Pelayaran
perikanan, permukiman,
pariwisata, kawasan lindung,
alur pelayaran, perikanan dan
bandara
Melihat Pembagian Wilayah Kota dan Fungsi Pengembangannya seperti pada tabel
diatas serta perkiraan daya tampung maksimum per wilayah nampak bahwa intensitas
perkembangan yang tinggi adalah di BWK III yaitu Kelurahan Bontang Lestari dengan
arahan peruntukan sebagai pusat pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat
kegiatan olahraga dengan kegiatan penunjang perikanan, permukiman, pariwisata, kawasan
lindung, alur pelayaran, perikanan dan bandara.
LAPORAN AKHIR
2-30
LAPORAN AKHIR
2-1
2.5.1.3.
LAPORAN AKHIR
2-1
3. Pelayanan pendidikan berupa sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama;
4. Pelayanan persampahan berupa Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah;
2.5.1.4.
Rencana Pola Rung Wilayah Kota Bontang terdiri dari rencana kawasan lindung dan
rencana kawasan budidaya.
A.
Kawasan perumahan eksisting di wilayah Kota Bontang, dibedakan dalam dua kawasan:
a) Perumahan di wilayah darat
Kawasan ini terdiri atas perumahan Instansional, Industri, real estate serta permukiman
swadaya umumnya sudah terintegrasi baik dengan sistem kota bahkan yang terletak di
pusat kota mempunyai aksesibilitas yang tinggi.
masyarakat yang tidak sesuai dengan perencanaan dan aturan kota, akan menimbulkan
degradasi kualitas lingkungan dan cenderung menciptakan kekumuhan perkotaan.
Sementara itu, perumahan Industri, Instansional, Real Estate/ Developer cenderung
menjadi kawasan yang permukiman yang teratur dan tertata baik Perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan perumahan selama ini terkadang kurang memperhitungkan/
menghargai kondisi lingkungan alam sekitar sehingga dapat merusak lingkungan dan
menimbulkan bencana (tanah longsor, banjir, gersang/ kekeringan ,dll) Pada
permukiman di perkotaan dimana nilai tanah semakin tinggi menyebabkan kepadatan
permukiman menjadi sangat padat/ high density, sehingga menimbulkan banyak
permasalahan lingkungan, tata ruang , maupun sosial budaya. Perumahan di pusat kota
banyak mengalami perubahan fungsi menjadi kawasan perdagangan maupun mix uses,
mengingat letaknya yang strategis dan tingginya nilai lahan sehingga berdampak
berubahnya masterplan kota. Pada perumahan yang padat dan cenderung kumuh
kuallitas infrastruktur dan fasilitas mengalami penurunan nilai layanan karena sudah
tidak mencukupi untuk kepadatan bangunan yang ada.
b) Perumahan di atas air
Perumahan di atas air yang terletak di tepi pantai, cenderung tidak terintegrasi dengan
baik oleh sistem kota sehingga aksesibilitas kawasan relatif sulit kecuali melalui laut,
kecuali pada permukiman di atas air di kecamatan Bontang Kuala yang berada di
kawasan pariwisata. Umumnya tidak/kurang terlayani oleh sistem dan hirarki pelayan
Pusat Kota maupun Pusat Lingkungan, perumahan nelayan merupakan embrio dari
LAPORAN AKHIR
2-2
kawasan yang dapat berkembang menjadi kawasan yang lebih luas (sub pusat
kota/lingkungan). Perkembangan kawasan perumahan ini pertumbuhannya tidak terlalu
merusak habitat flora dan fauna maupun bentuk alam yang ada, karena sistem
pembangunannya yang masih tradisional/alami dan dalam jumlah yang tidak terlalu
besar. Namun pencemaran dari sampah dan limbah penduduk dapat merusak ekologi
pantai, karena belum dikelola secara terencana dan komprehensif. Penataan bangunan
dan lingkungan yang kurang / tidak terencana tumbuh tidak teratur dan cenderung
menjadi permukiman kumuh dan tidak sehat / higienis. Karena letaknya yang jauh dari
pusat kota, maka cenderung kurang terlayani oleh infrastruktur/ prasarana kota (jalan,
air bersih, persampahan, drainase, limbah/ sanitasi). Fasilitas umum dan sosial yang ada
pada umumnya berupa skala lingkungan dengan kualitas dan pelayanan yang kurang
mencukupi.
Pengembangan kawasan perumahan di wilayah Kota Bontang adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan kawasan perumahan baru didorong perkembangannya melalui penyiapan
lahan Kasiba atau Lisiba. Kecenderungan upaya pengembangan lahan rawa melalui
reklamasi rawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai cadangan lahan bagi
kepentingan pengembangan kegiatan perkotaan, salah satu diantaranya adalah
perumahan.
b. Pengembangan permukiman di atas rawa akan terkait dengan pengembangan badan
perairan, dapat dikembangkan model permukiman yang bernuansa perairan dengan
memanfaatkan kondisi dan karakteristik perairan sehingga memiliki nilai estetika
sebagai satu aspek potensi (konsep waterfront city). Kawasan yang potensial untuk
pengembangan kegiatan perumahan rawa/perairan ini adalah: Kelurahan Bontang Kuala,
Bontang Baru, Bontang Lestari, Tanjung Laut Indah dan Brebas Pantai.
c. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kawasan
perumahan adalah:
Kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan terbangun di sekitarnya dalam wujud
kegiatan perkotaan seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, dan industri serta
ketersediaan berbagai sarana dan fasilitas pendukungnya
Menghindari kawasan pusat kota, namun memiliki aksesibilitas yang baik dari dan
menuju kawasan ke pusat-pusat aktivitas perkotaan,
Harga lahan yang relatif rendah.
d. Dengan pertimbangan tersebut, maka kawasan yang terdapat di wilayah sebelah selatan
kota memiliki daya tarik bagi pengembang perumahan sejalan dengan pengembangan
LAPORAN AKHIR
2-3
Perumahan nelayan yang tumbuh cenderung tidak teratur dan menutup akses publik
ke arah laut atau tumbuh menginterverensi kawasan hutan bakau/mangrove
Perumahan swadaya di dalam kota yang sudah tertata bentuk kavling dan jaringan
infrastrukturnya hanya saja aturan KDB dan GSB perlu dikontrol pelaksanaannya
di lapangan.
LAPORAN AKHIR
2-4
Perumahan nelayan, dengan menata kawasan perumahan sehingga lebih teratur dan
terdapat keseimbangan antara area untuk permukiman dengan area untuk fasilitas
dan ruang terbuka.
kawasan
dengan
kapling
tipe-tipe
besar
dan
sebagai
rumah
LAPORAN AKHIR
2-5
perbelanjaan retail dalam berbagai tingkatan skala pelayanan, seperti Mall atau Plaza,
pertokoan, department store, rumah makan, pasar tradisional dan sebagainya. Kegiatan jasa
seperti perhotelan, perbankan, pom bensin, jasa travel dan lain-lain, yang pada umumnya
terdapat di kawasan pusat kota.
Rencana pola ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa diarahkan pada upaya penegasan,
reformulasi dan pengendalian berkaitan dengan upaya pemisahan antara kegiatan
perdagangan dan jasa yang memiliki skala pelayanan interregional, regional dan kegiatan
perdagangan yang memiliki jangkauan pelayanan internal Kota Bontang dan pelayanan
lokal.
Arahan pola ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:
1. Komersial Pertokoan, diantaranya: Pertokoan di sepanjang Jalan Bhayangkara, Jalan
MT. Haryono, Jalan Diponegoro, Jalan A. Yani, Jalan Slamet Riyadi, Jalan
Gajahmada, Jalan Hasanudin dan Jalan Soekarno-Hatta.
2. Komersial Sentra
a. Kelurahan Loktuan
b. Kelurahan Tanjung Laut Indah
c. Kelurahan Telihan
d. Rencana di Bontang Lestari
3. Sentra tradisional
Sentra tradisional terletak di Bontang Baru sarana perbelanjaan diperlukan sebagai
tempat pelayanan kebutuhan penduduk akan kebutuhan sehari-hari. Penyediaan sarana
perbelanjaan ini diperlukan dalam suatu skala tertentu, dan disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang dilayani. Dalam pengembangan sarana perdagangan ini, pengalokasian
sarana perdagangan di Kota Bontang dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a.
b.
Lokasi sebaiknya tidak dekat dengan sarana peribadatan dan fasilitas pendidikan.
c.
Lokasi sebaiknya dekat dengan lokasi permukiman dan terjangkau oleh transportasi
umum.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dimanfaatkan sarana perbelanjaan yang ada
sekarang, sehingga perlu dilakukan perbaikan kembali dengan dilengkapi sarana penunjang
antara lain seperti tempat parkir. Terkait dengan rencana pengembangan Kawasan Bontang
Lestari yang akan menjadi pusat pertumbuhan baru, dengan berbagai fungsi yang
LAPORAN AKHIR
2-6
diembannya, maka di kawasan BWK III perlu dibangun pusat pertokoan atau mall skala
kota atau regional.
C. Kawasan Perkantoran
Rencana Pengembangan Kawasan Perkantoran terdiri atas
1. perkantoran pemerintahan dipusatkan di Bontang Lestari.
2. perkantoran swasta meliputi sepanjang Jalan Bhayangkara, Jalan MT. Haryono,
Jalan Diponegoro, Jalan A. Yani, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Gajahmada, Jalan
Hasanudin dan Jalan Soekarno-Hatta
Alokasi ruang untuk kegiatan pemerintahan, dibedakan berdasarkan skala pelayanannya.
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi saat ini, maka pola ruang untuk pusat
pemerintahan dengan skala kota akan diarahkan di kawasan Bontang lestari. Dalam
kawasan pemerintahan tersebut. Dengan beralihnya beberapa kegiatan pemerintahan, maka
bangunan
pemerintahan
yang
ditinggalkannya
dapat
digunakan
untuk
kegiatan
pemerintahan Kota Bontang (zona bangunan pemerintahan) atau perkantoran jasa komersil
(sub zona bangunan perkantoran) (keduanya terdapat dalam zona dasar yang sama, yaitu
perdagangan dan jasa). Namun demikian, sekalipun kegiatan alih fungsi menjadi kegiatan
perkantoran jasa komersil ini masih berada dalam satu zona dasar yang sama, eksternalitas
terhadap pemanfaatan ruang kawasan sekitarnya perlu diantisipasi agar tidak terjadi
perubahan struktur ruang diluar yang telah direncanakan. Alokasi ruang untuk kawasan
pemerintahan adalah seluas: 64,8 ha.
D. Kawasan Industri
Dengan adanya 3 (tiga) aspek terkait dengan pengembangan kegiatan industri, yaitu:
Arahan kebijakan yang mendukung iklim yang kondusif bagi kegiatan industri (software &
hardware); Adanya demand (investor pelaku industri); dan adanya daya dukung lahan yang
sesuai (suplai). Maka pada bagian kawasan yang sebelumnya relatif kurang berkembang,
akan memiliki prospek yang sangat baik pada masa mendatang serta mendukung
pencapaian visi dan misi Kota Bontang.
Berdasarkan kategori dampak yang ditimbulkan berupa polusi dan dampak lingkungan
lainnya, maka arahan pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri dibedakan atas industri
polutif berat dan industri Menengah Kecil serta arahan pemanfaatan lahan untuk kegiatan
pergudangan yang erat kaitannya dengan kegiatan industri sebagai tempat penyimpanan
bahan baku, peralatan atau produk sebelum dipasarkan. Dalam konteks ini pula adanya
trend perkembangan yang mana kegiatan pergudangan sekaligus berfungsi sebagai salah
satu rantai produksi, baik untuk pengolahan awal maupun pengolahan akhir.
LAPORAN AKHIR
Bentuk
2-7
pengolahan awal ini antara lain yang menonjol adalah pemilahan (sortasi) sebelum
pemasaran produk. Bentuk pengolahan akhir yang menonjol seperti pengemasan,
pemasangan label dan lain-lain. Kegiatan pergudangan ini diasumsikan erat kaitannya
dengan perencanaan alokasi lahan industri Menengah Kecil. Adapun untuk industri polutif
berat, kegiatan pergudangan ini umumnya sudah terintegrasi pada kegiatan kawasan/zona
industri yang bersangkutan
E. Kawasan Pariwisata
1.
a)
b)
2.
3.
LAPORAN AKHIR
2-8
wisatawan lokal, regional dan nasional. Wisata alam bahari ini memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan apalagi Kota Bontang memiliki sumberdaya alam
pesisir yang potensial sebagai wisata bahari. Basis pengembangan tersebut
dipadukan dengan wisata budaya dimana di Kota Bontang mempunyai potensi
wisata budaya dan heritage budaya yang dapat dipadukan dalam satu kesatuan tema
wisata budaya.
F. Kawasan Terbuka Non Hijau
Ruang terbuka non hijau merupakan ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan
air.
1.
2.
Kawasan Pertanian
Sektor pertanian dalam perekonomian Kota Bontang belum merupakan sektor basis,
akan tetapi melihat dari kondisi eksisting berupa potensi-potensi yang akan
dikembangkan adalah pada Kelurahan Guntung dengan sektor unggulan adalah
LAPORAN AKHIR
2-9
perkebunan salak dan perkebunan lainnya, wilayah pertanian pada rencana akan
dialokasikan ruang sebesar 91 Ha. Potensi yang perlu mendapatkan perhatian adalah
produksi tanaman pisang yang cukup melimpah dan menjamin ketersediaan bahan baku
serta ketersediaan lahan relatif luas di wilayah hinterland. Berdasarkan penelitian, Kota
Bontang cocok untuk pengembangan industri tepung pisang. Untuk komoditas
pertanian di Kota Bontang seperti jagung, kedelai, padi, pisang dan lain-lain belum
memiliki kontribusi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
2.
Kawasan Peternakan
Sama seperti sektor pertanian di atas, sektor peternakan belum optimal dalam
menunjang sektor basis Kota Bontang. Melihat fungsi Kota Bontang sebagai kota jasa
maka perlu dipikirkan sebuah rencana pembuatan kawasan/Zona khusus untuk
pengembangan, pembibitan ternak dari berbagai macam varietas unggulan, serta
direncanakan RPH Kota Bontang. Kawasan ini direncanakan di Kelurahan Bontang
Lestari berdekatan dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah, berdekatan pula
dengan Hutan Kota sebagai Green belt kawasan ini. Di kelurahan Kanaan yang
mayoritas adalah masyarakat Tator ( Sulawesi Selatan ) banyak yang memelihara babi
dan ada juga lokasi untuk pengemukan sapi/ kerbau. Rencana alokasi ruang untuk RPH
seluas 14,9 Ha.
3.
4.
LAPORAN AKHIR
2-10
LAPORAN AKHIR
2-1
2.5.1.5.
Skenario petumbuhan suatu kota biasanya dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
pertumbuhan
ekonomi
dan
pertumbuhan
penduduk.
Perkembangan
ekonomi
memungkinkan tersedianya lapangan kerja yang akan mendorong penduduk untuk datang
ke wilayah tersebut. Selain menarik penduduk ke wilayah tersebut, hal ini akan
meningkatkan daya beli penduduk yang pada akhirnya akan menumbuhkan lagi kegiatan
ekonominya sehingga secara kualitatif akan meningkatkan permintaan akan fasilitasfasilitas kegiatan. Pertumbuhan penduduk secara kuantitatif dengan jelas akan
meningkatkan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas baik fasilitas perumahan maupun
fasilitas lainnya. Penambahan secara kualitatif maupun kuantitatif perumahan selalu terkait
langsung dengan peningkatan kebutuhan air bersih. Oleh karena itu dalam setiap
pengembangan wilayah harus selalu dikaitkan antara pengembangan suatu kawasan
dengan fasilitas pendukung antara lain rencana pemenuhan kebutuhan akan air bersih.
Adanya pengambangan kawasan tertentu akan meningkatkan penggunaan air bersih non
domestik oleh oleh kelompok pelanggan niaga dan industri yang terkena tarif air lebih
tinggi yang secara otomatis akan meningkatkan volume penjualan dan pendapatan PDAM
secara signifikan.
2.5.1.6.
Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
Kawasan
strategis
kota
Bontang
meliputi:
kawasan
yang
perlu
didorong
perkembangannya, kawasan pesisir dan laut. Kawasan baru di PPK III (Bontang Lestari)
merupakan kawasan fungsional yang dipersiapkan untuk mewadahi berbagai kegiatan yang
diperkirakan tidak dapat diakomodasikan lagi di kawasan terbangun yang telah ada (kota
lama, PPK I), terutama untuk pusat pemerintahan dan pelayanan berskala kota. Pada masa
yang akan datang kawasan ini diharapkan akan menjadi kawasan pusat Kota Bontang,
ekaligus sebagai pemacu perkembangan di bagian selatan kota. Kawasan pesisir dan laut
mempunyai nilai strategis terkait dengan potensi pengembangan kota Bontang pascamigas, yang mencakup budidaya perikanan, wisata bahari, pemantapan konservasi,
pengamanan alur pelayaran, dan pengendalian permukiman di atas air.
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan
2-1
analisis dan kriteria penetapan kawasan stretagis, maka kawasan Strategis kota Bontang
adalah sebagai berikut:
a) Kawasan strategis kota berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan
di Bontang Lestari (lihat Tabel 2-21).
Tabel 2-20 Rencana Penggunaan Lahan Kelurahan Bontang Lestari
No
Rencana Pemanfaatan
Ruang
Hutan Lindung
Zona
Barat
ZONA
Zona Selatan
Zona
Zona
Selatan
Selatan
Selatan
Utara
Zona
Tengah
Zona
Utara
Jumlah
4.145,55
4.145,55
52,75
Hutan Kota
22,94
182,90
205,84
2,62
6,76
6,76
0,09
493,37
66,09
158,00
717,46
9,13
Kawasan Wisata
Pendidikan
46,34
21,53
22,82
90,70
1,15
33,48
33,48
0,43
80,86
80,89
68,81
25,26
255,82
3,26
Tempat Pemakaman
Umum
18,64
2,39
21,03
0,27
4.225,38
99,50
603,97
339,33
208,47
5.476,64
69,69
Jumlah I
0,00
II
Lahan Terbangun
Permukiman/Perumahan
298,67
115,76
351,12
215,40
980,95
12,48
40,31
40,31
0,51
439,61
10,12
449,73
5,72
Kawasan Industri
Perikanan
4,63
4,63
0,06
11,02
11,02
0,14
15,20
15,20
0,19
Kawasan Pelabuhan
30,43
30,43
0,39
Kawasan Perkantoran
Pemerintah
0,34
10,21
2,07
20,61
0,26
Kawasan Bandara
163,00
163,00
2,07
10
115,04
115,04
1,46
11
Fasilitas Kesehatan
14,10
14,10
0,18
12
Fasilitas Pendidikan
62,50
13,10
75,60
0,96
13
4,98
4,98
0,06
14
20,98
1,39
6,09
7,01
33,30
0,42
15
17,62
17,62
0,22
16
IPLT
9,11
9,11
0,12
17
Bendungan
1,32
0,95
2,27
0,03
LAPORAN AKHIR
2-2
18
Jalan
23,92
36,04
149,63
120,42
58,10
388,10
4,94
19
Jembatan
0,19
0,81
4,22
0,51
5,73
0,07
Jumlah II
25,58
355,87
900,63
627,55
466,29
2381,74
30,31
Total I + II
4.250,96
455,37
1.504,60
966,88
674,76
7858.38
100,00
2.6. KEPENDUDUKAN
2.6.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Sebagai kota yang sedang berkembang terutama dengan keberadaan dua perusahaan
besar berskala nasional yakni PT Badak NGL dan PT Pupuk Kaltim Tbk, adalah wajar jika
jumlah penduduk Kota Bontang senantiasa bertambah seiring dengan berjalannya waktu.
Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk berupa
kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi.
Berdasarkan data Kota Bontang dalam angka 2014, jumlah penduduk total Kota
Bontang sampai dengan akhir tahun 2013 sebanyak 163.651 jiwa dengan jumlah Kepala
Keluarga KK 33.440 KK. Jika dirata-rata, jumlah jiwa per keluarga kurang lebih 4,8
jiwa/KK. Jumlah penduduk Kota Bontang masing-masing kecamatan tahun 2010 hingga
tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2-23, Gambar 2-9, dan Tabel 2-24.
Tabel 2-21 Jumlah Penduduk Kota Bontang Tahun 2010 2013
No
Kecamatan
01
Bontang Selatan
2010
2011
2012
2013
57.442
59.660
60.669
63.759
Bontang Lestari
3.445
3.578
3.901
4.207
Satimpo
7.018
7.289
6.977
7.159
Berbas Pantai
8.274
8.539
8.302
8.545
Berbas Tengah
13.545
14.068
13.732
14.192
Tanjung Laut
13.607
14.132
14.349
15.056
11.553
11.999
13.408
14.600
02
Bontang Utara
61.394
63.764
68.044
72.836
Bontang Kuala
3.783
3.929
4.478
4.911
Bontang Baru
9.355
9.716
10.308
11.004
Api-api
13.358
13.874
15.563
16.973
Gunung Elai
12.691
13.181
14.656
15.929
Lok Tuan
18.019
18.715
18.953
19.862
Guntung
4.188
4.350
4.086
4.157
03
Bontang Barat
24.847
25.806
25.891
27.056
Kanaan
3.140
3.261
3.373
3.586
LAPORAN AKHIR
2-3
Gunung Telihan
10.372
10.772
11.365
12.095
Belimbing
11.335
11.773
11.153
11.393
Total
143.683
149.230
154.604
163.651
Pada tahun 2013, Kota Bontang memiliki jumlah penduduk sebanyak 163.651 jiwa
dengan tingkat kepadatan sebesar 1.902 jiwa/km2. Akan tetapi, penyebaran jumlah
penduduk di tiga kecamatan tidak merata. Kecamatan Bontang Selatan memiliki jumlah
penduduk terbanyak, yaitu 54.866 jiwa. Namun demikian, kepadatan penduduk tertinggi
berada di Kecamatan Bontang Utara, yaitu sebesar 2.003 jiwa/km2. Hal ini terkait dengan
luas wilayah masing-masing kecamatan. Wilayah persebaran penduduk berdasarkan
tingkat kepadatan tiap wilayah dapat dilihat pada Tabel 2-24.
Tabel 2-22 Data Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Bontang Tahun 2013
LAPORAN AKHIR
2-4
No
Kecamatan
01
Bontang Selatan
Luas
Wilayah
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
(Km2)
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
104,40
63.759
611
Bontang Lestari
80,92
4.207
52
Satimpo
15,61
7.159
458
Berbas Pantai
0,70
8.545
12.207
Berbas Tengah
0,98
14.192
14.482
Tanjung Laut
1,35
15.056
11.153
Tanjung Laut
Indah
4,84
14.600
3.017
02
Bontang Utara
26,20
72.836
2.780
Bontang Kuala
5,67
4.911
866
Bontang Baru
2,08
11.004
5.290
Api-api
1,79
16.973
9.482
Gunung Elai
4,59
15.929
3.470
Lok Tuan
3,58
19.862
5.548
Guntung
8,49
4.157
490
03
Bontang Barat
19,20
27.056
1.409
Kanaan
6,50
3.586
549
Gunung Telihan
5,16
12.095
2.344
Belimbing
7,54
11.393
1.511
149,80
163.651
1.092
Total
No.
Kota
1.
Kelahiran
1.585
1.422
3.007
2.
Kematian
261
165
326
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
LAPORAN AKHIR
2-5
No.
Datang
Kota
Laki-Laki
Bontang
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
2.322
1.973
1.692
3.312
Jumlah
Pindah
5.634
3.665
Jenis Pendapatan
2012
2013
96,732
36,146
4,512
7,061
12,66
51,77
5,73
7,24
49,014
60,92
1.136,384
169,111
832,729
1.004,13
864,02
140,11
134,544
0,0
251,386
279,99
1.484,502
1.409,77
LAPORAN AKHIR
2-6
Belanja
Daerah
adalah
kewajiban
pemerintah
daerah
yang
diakui
sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah merupakan pos dalam APBD yang
antara lain memuat data dan informasi kuantitatif mengenai nilai atau besaran
pengeluaran pemerintah daerah dalam bentuk Belanja Langsung maupun Belanja Tidak
Langsung. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan di daerah, sedangkan Belanja
Langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan di daerah. Untuk lebih jelas berikut ditampilkan gambaran umum belanja daerah
Kota Bontang pada Tabel 2-28.
Tabel 2-26 Pengeluaran Daerah Kota Bontang
Uraian
2012
2013
404,595
388,71
Belanja Pegawai
264,218
289,17
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
3,141
Belanja Hibah
133,709
95,96
2,418
1,33
0,474
0,46
0,634
1,79
Belanja Langsung
857,565
1.099,55
Belanja Pegawai
106,082
94,12
341,336
451,58
Belanja Modal
410,147
553,85
1.262,160
1.488,26
Jumlah
Sumber: Bontang Dalam Angka, 2014
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota terhadap
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir cukup besar, terlebih dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2013 tentang tambahan penyertaan modal kepada PDAM Tirta Taman sebesar Rp
103.938.500.000,- dengan rincian:
LAPORAN AKHIR
2-7
a. Penyertaan modal pada tahun anggaran 2013 (APBD Perubahan tahun 2013) sebesar
Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah)
b. Penyertaan modal pada tahun anggaran 2014 (APBD 2014) sebesar Rp.
25.685.000.000,-(dua puluh lima milyar enam ratus delapan puluh lima juta rupiah)
c. Penyertaan modal pada tahun anggaran 2015 (APBD 2015) direncanakan sebesar Rp.
28.253.500.000,- (dua puluh delapan milyar dua ratus lima puluh tiga juta lima ratus
ribu rupiah).
LAPORAN AKHIR
2-8