Buku ini memuat tentang petunjuk dan ketentuan tentang konsep serta tata cara
pengelolaan ecodrain. Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi acuan bagi para
pemangku kepentingan bidang drainase perkotaan di seluruh Indonesia.
Penyusunan buku ini melibatkan para akademisi, pakar dan praktisi bidang drainase melalui
tahapan beberapa kali workshop dan konsinyasi. Namun demikian, disadari bahwa panduan
ini bersifat dinamis dan apa yang pernah disusun masih dapat berubah dan berkembang.
Oleh karena itu, kami akan senantiasa terbuka untuk berbagai masukan guna
penyempurnaan lebih lanjut.
KATA PENGANTARooooooooooooooooooooooo ............ o.. o.... o.... o...... o...... o.... o.. ooooooooooooooooooo ................ o.. oo i
DAFTAR ISI.. .... o.................... o.... o.. o.... o.... o.... o.... o................ o.. oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo ii
DAFTAR TABEL. ........ o.... ooooooooOOOOoooooooooooo ...... o.... o.......... oo ........ o.. ooooooooOOooOOoooooooooooooooooooooooooooooo vii
DAFTAR GAMBARoooooooOooooooooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOoOOo viii
20202 Nilai Lebih Konsep Ecodrain .... oo ........ oo .... oo ...................... oo .. ooooooooooooooooooooooooooo 32
ii
2.2.4 Strategi Pelaksanaan Konsep Ecodrain ......................................................... 34
3.1.1 Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Tinggi dari Elevasi Muka Air Badan Air
3.1.2 Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Rendah dari Elevasi Muka Air Badan Air
3.1.3 Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi MAN dan MAB Badan Air
3.2.3 Saluran Drainase pada Tipe Lahan dengan Kemiringan Landai. ...................... 93
iii
3.3.5 Bioremediasi .................................................................................................. 108
3.3.7 Pengolahan Kualitas Air dengan Rawa Buatan (Wetland Constructed) ......... 115
4.3.3.3 Anal isis dan Penyusunan Usulan Sistem Ecodrain ............................... 129
4.3.4.2 Acuan Tata Ruang, Tata Guna La han, dan Pola/Rencana Pengelolaan
iv
dan Air Limbah Kota ............................................................................ 133
4.4.6 Tahap Uji Coba Prasarana dan Sarana Sistem Drainase Perkotaan ................. 146
v
BAB 5 MONITORING DAN EVALUASI ECODRAIN ............................................................... 151
5.1.1 Kondisi dan Fungsi Sarana dan Prasarana Sistem Drainase Perkotaan, Jaringan
vi
DAFTAR TABEL
Lingkungan ......................................................................................................... 24
Tabel 2.2 - Kegiatan Dalam Siklus Ecodrain dalam Penanganan Bencana ............................ .46
Tabel 2.4 - Jenis-Jenis Tindakan Struktural Dan Non Struktural ecodrain Skala
Tabel 2.5 - Jenis-Jenis Tindakan Struktural dan Non Struktural Ecodrain Skala
Lingkungan/komunal ......................................................................................... 59
Tabel 2.6 - Jenis-Jenis Tindakan Struktural dan Non Struktural Ecodrain Skala
Kawasan/Wilayah ...............................................................................................69
Tabel3.1 - Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan Terhadap Bangunan ......................... 100
Tabel 4.1 - Usulan Pengaturan Keterlibatan Antar lnstitusi Terkait dalam Pengelolaan
Tabel 5.2- Baku Mutu Air Limbah Domestik (KepMen LH No.112/2003) ......................... 155
vii
DAFTAR GAMBAR
m Editedwi1hthetrialvnion
Fo~it Adv:.l'lted PDf Ed;tof
Gambar 2.3 - llustrasi Hidrograf Runoff Akibat Pengembangan Sebuah Wilayah ...............25
Gambar 2.5 - Skema Panen Air Hujan (Rain Harvesting) Skala Persil. ................................... 28
Gam bar 2.6 - Modifikasi lansekap pada lahan tegalan (dengan pola ambang rendah) . ..... 31
Gam bar 2.7 - llustrasi Perbandingan Biaya Pengelolaan Hujan sejak di Sumber Sampai
Di Pembuangan ............................................................................................ 38
Gam bar 2.8 - Pengelolaan Terpadu Sistem Drainase (Ecodrain) dengan Ruang Terbuka
Gambar 2.14- Sistem Panen Air Hujan (Rain Harvesting) Skala Kawasan/Wilayah
lndustri ........................................................................................................... 65
Gam bar 3.1 - Tipologi La han Terhadap Badan Air Penerima ................................................. 80
Gambar 3.2 - Kondisi Lahan Perkotaan Tipe Adan Ecodrain Diterapkan di Kawasan
Gam bar 3.3 - Kondisi Lahan Perkotaan Tipe B dengan Penerapan Ecodrain Penampungan
viii
Ell••d-l>o:r..i,._,ol
F • t Adw....ad 'Of E~
To ~htnocit.t'M
www1pl!tloftwn cqaW!tgpm
Gam bar 3.9 - Sistem Tera sering dengan Drainase Sejajar ........................................·........ 90
Gambar 3.12- Hubungan Kemiringan Saluran dan Bangunan Terjunan Cascade ............... 92
Gam bar 3.14(a)- Jenis-Jenis Penampungan Air Hujan Skala Persil ..................................... 98
Gam bar 3.15- Konsep Pendekatan Kolam Detensi (OSD) ................................................ 101
Gam bar 3.19- Trash Rake Dengan Rei Pengarah ............................................................. 107
Gam bar 3.20 - Trash Rake Tipe Elbow Arm dan Sliding Arm ............................................. 107
Gam bar 3.21 - Alternatif Penempatan Saringan Sampah Pola Bertahap (zigzag) ............. 108
Gambar 3.24 - Contoh Rawa Buatan Aliran Vertikal (Constructed Wetlands) ................... 116
Gambar 3.25- Tampak Atas Rawa Buatan untuk Mengolah Air Limbah .......................... 117
Gam bar 4.1 - Konsep Pengelolaan 3R di Kawasan Daerah Ali ran Sungai ....................... 124
ix
BABl
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Drainase perkotaan adalah sistem jaringan pembuangan di wilayah kota yang berfungsi
Secara prinsip sistem drainase berfungsi untuk mengelola air kelebihan dengan cara
air ke badan air penerima, seperti sungai atau laut, tanpa melampaui kapasitas badan
air sebelumnya.
jaringan pembuangan air permukaan akibat hujan dan air limbah, sehingga dengan
sangat komplek serta memerlukan pola pengelolaan terpadu, baik dari aspek air
kelebihan maupun pencemaran air akibat limbah dan sampah. Namun demikian, di
kemudian hari perlu diatur pemisahan antara pembuangan air permukaan akibat hujan
yang relatif lebih bersih dan air limbah yang relatif tercemar. Air limbah diperbolehkan
terlebih dahulu, agar tidak mencemari badan air penerima, sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
permukaan di salah satu bagian atau seluruh wilayah perkotaan, yang direncanakan
untuk menangani beban kelebihan air permukaan akibat hujan atau debit banjir skala
Curah hujan rencana atau debit banjir rencana yang dinyatakan menurut kala ulang (5,
10, 25, 50, 100 tahun), perlu dipahami oleh semua pihak sebagai pendekatan dalam
besarannya selalu berubah dan tidak tetap setiap tahun. Dengan demikian semua pihak
mempunyai pemahaman yang sama bahwa curah hujan rencana atau debit banjir
sehingga tetap perlu ada kewaspadaan setiap saat, karena selalu ada kemungkinan
bahwa kapasitas sarana dan prasarana pengendali genangan atau banjir yang ada akan
terlampaui oleh curah hujan maupun debit banjir yang lebih besar dan menimbulkan
pengelolaan air kelebihan serta pencemaran air, dan dewasa ini lebih difokuskan pada
penanganan kelebihan air dan debit banjir dengan konsep konservasi berwawasan
lingkungan yang dikenal dengan sistem TRAP, yaitu menampung (Tampung dan
Tampung ditempuh melalui pembuatan Penampung Air Hujan (PAH), Subreservoir Air
Hujan (tampungan air dalam tanah), atau tampungan retensi (permukaan tanah), untuk
dimanfaatkan sebagai konsumsi air hujan (kebutuhan air untuk rumah tangga dan
kantor), air minum (lnstalasi Pengolahan Air Minum Air Hujan-IPAM AH), penggelontor
(flushing), cadangan air pemadam kebakaran (DAMKAR), siram tanaman, dan lain
sebagainya. Resapan diterapkan dengan pembuatan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH)
dangkal, Sumur Resapan Air Hujan dalam atau lainnya, dan Alirkan merupakan upaya
untuk mengarahkan air kelebihan (seminimal mungkin) ke saluran drainase terdekat.
diterapkan di beberapa negara berkembang dan negara maju, sehingga dapat dijadikan
sebagai kasus unggulan (best practice) untuk dikembangkan di Indonesia. Panduan ini
akan memuat dan mengadaptasi beberapa jenis sarana prasarana ecodrain yang sudah
permasalahan genangan dan banjir. Secara prinsip terdapat 3 (tiga) kondisi sarana
prasarana ecodrain yang disajikan pada panduan, yaitu : (a) sarana prasarana yang
masyarakat; (c) sarana dan prasarana yang belum diterapkan di Indonesia, dan belum
sarana dan prasarana ecodrain tersebut, baik yang sudah maupun belum
diterapkan/dikembangkan di Indonesia, diharapkan dapat menjadi modal awal dan
berwawasan lingkungan.
disusun sebagai pemberi petunjuk dan acuan pemahaman tentang konsep serta tata
sinergi dan langkah koordinasi dari semua aspek yang terkait di dalamnya. Lebih lanjut
10rem ·~~~"' *
'Kil'l¥1Q.xitsoft'JIIarewm'ii'1QRilla
sesuai standar dan ketentuan yang berlaku . Adapun materi yang tidak dibahas pada
buku ini, sudah maupun akan dibahas pada panduan lain, dirumuskan dalam norma
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tindakan struktural (structural action) dan
(saluran dan bangunan air). kualitas air dan ekologi lingkungan sekitar. Tindakan
struktural tersebut antara lain dituangkan dalam pembuatan tampungan air (PAH,
bioremediasi, saringan sampah, pembuatan kolam retensi dan detensi, dan lain
bangunan air, antara lain dilakukan melalui upaya pembuatan peratu ran perundangan,
operasi dan pemeliharaan (O&P) sarana dan prasarana drainase, Penghargaan antar
wilayah, kampanye, pembentukan satuan tugas O&P saluran drainase dan sebagainya.
kerentanan pihak yang teracam, evaluasi fungsi, penyiapan sarana dan prasarana
genangan/banjir yang terjadi dalam salah satu bagian atau seluruh wilayah perkotaan,
dampak dan daya rusak air. Pemulihan merupakan serangkaian kegiatan untuk
rinci terkait lingkup tindakan dalam penerapan ecodrain dapat dilihat pada Tabell-1.
"'
~· bangunan dan
"'3 Water air sistem saluran
kawasan
0
OJ
:;· Persamp I Penyediaan 3R Rehabilitasi
e: ahan Tempat Sampah Bangunan,
"' penyediaan
~ Peralatan
i)
~
"
g'
..~ ., Jawab I Masyarakat, Masyarakat, Masyarakat,
I Pengembang , Pengembang ,
.. .."
(sesuai dengan Pengembang Pengemban Pengembang Pengembang. Pemerintah I g, I Pemerintah Pemenntah Pemenntah
:; peraturan dan tugas g Pemerintah Pemerintah
~ a.
.. c:
.--" "
~· ~
.. pokok dan fungsi
(tupoksi)
,.-::l
c:""
_"" "'..
~ [
"'"
8 ;t
Q.~
Cl '0
5 ~
-c:
-· .,
"' ""
~ ::>
.. c.
3 c .,
..-·..,....-
0::>
iil ""
::> ::>
~
~
. .,.,
"" 2.
ij=>
.,CLr~
.,
~
""
CDc_
.. c
Menumbuh
kembangkan
Visitasi
tapangan
Membersihka
n rumah dan
Cek sistem jaringan
drainase dan kolam
Ceksistem
jaringan
Membersihk
an rumah
Pem buatan
Peraturan sistem jaringan rumah dan halaman
~
kelestarian saat musim halaman tampungan di drainase dan dan h alaman Perundangan, drainase dan sek•tar dan sedimen
tingkungan dan hujan {cek sekitardari kawasan perumahan kolam sekitardari Penegakan kolam tampungan ak1bat genancan,
.,~::> kesehatan
masyarakatmetalui
fungsi
bangunan,
sedimen
akibat
sebetum musim hujan,
sosialisasi sistem
tampungan di
kawasan
sedimen
a ki bat
Hukum, Satgas
O&P Orainase,
di kawasan, saat
mus1m hujan dan
evaluas• regulas•
dan penegakan
....
:;·
penyuluhan,
sosialisasi dan
penyumbata
ndan lain-
genangan drainase (OP}, perumahan genangan Pengharsaan penanganan hukum
peyuluhan dan saat musim antar wilayah, penyumbatan
~ penyuluhan lain) pelatihan hujan Kampanye
c
::>
ere 1
::> Air I Menumbuh Membersihk Cek sist em air lim bah Mem bersihk Pembuat
-...J
1.3 Maksud dan Tujuan
m l:;l''C!'dwi1'1tl1e~r':tlve.r!mxl~f
;:-,J:r' f4, 1'l'"n PQF Edrtt)f
1.3.1 Maksud
Panduan ini disusun dengan maksud memberikan petunjuk dan ketentuan tentang
konsep serta tata cara pengelolaan ecodrain kepada seluruh pihak terkait di tingkat
1.3.2 Tujuan
koordinasi dari semua pihak terkait dalam pelaksanaan ecodrain pada kondisi
2. kualitas aliran saluran drainase yang masuk dalam wilayah perkotaan, terhadap
pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dan air limbah rumah tangga, perdagangan
dan industri.
1.4 Sasaran
Sasaran dari panduan ini adalah seluruh pemangku kepentingan yang terkait langsung
dengan pengelolaan drainase dan sanitasi perkotaan, antara lain pemerintah pusat,
lim bah padat (sampah), maupun yang tidak atau belum terce mar.
Kepentingan Umum;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengeloaan Kualitas Air dan
10) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Tata Ruang;
13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
16) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang Pedoman Umum
17) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata
18) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1995 tentang Program
Kali Bersih;
19) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang
ecodrain secara operasional mengacu pada Norma Standar Pedoman dan Kriteria
(NSPK) yang sudah ada, antara lain :
1) SK SNI T-09-1989-F, Petunjuk Teknis Pembuatan Saluran Pembuang Air Lim bah (SPAL);
4) NAP Bidang Air Lim bah dan Persampahan, yang terdiri dari:
a. SNI 03-3981-1995, Tata Cara Perencanaan, Operasi dan lnstalasi Pengolahan Air
Limbah;
b. SNI 19-6410-2000, Tata Cara Penimbunan Tanah Untuk Bidang Resapan Pada
g. CTI AL-OI Re-TCI006I9 8, Tata Cara Survei Perencanaan dan Pembangunan Sarana
Sanitasi Umum;
h. CTI ALI Ba-TCI002I98, Tata Cara Pembangunan IPLT Sistem Kol am;
j. CTI AL-OIBa-TCI005I98, Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuatan Air Limbah (SPAL);
2003;
5) SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan;
Permukiman dan Prasarana Wilayah, Oirektorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata
Perdesaan, 2003;
Alhn Subkrttls Aliran dengan kecepatan lebih kecil dari kecepatan kritis, atau
mempunyai bilangan Froude (Fr) < 1.
(Kriterio Perencanaan Bagian Soluran, Standar Perencanaan lrigasi, Direktarot Jenderol
Sumber Doyo Air, 1986)
Allran 5uperkritis Ali ran dengan kecepatan lebih besar dari kecepatan kritis, atau
mempunyai bilangan Froude (Fr) > 1.
(Kriterio Perencanaan Bagian Soluran, Standor Perencanaan lrigasi, Direktarat Jenderal
Sumber Doyo Air, 1986)
Bangunan Terjun Bangunan air dalam jaringan saluran yang berfungsi untuk
menurunkan kecepatan aliran dan tinggi energi dari hulu, yang
direncanakan pada jalur saluran dengan kemiringan eksisting
yang kritis dan curam, sehingga kriteria batas kecepatan
maksimum yang diijinkan dapat terpenuhi.
Daerah Allran Suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
SUnpi (DAS) sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan ai r yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan bata s di Iaut sampai
dengan daerah perai ran yang masih terpengaruh aktivitas
daratan .
Dlerah Penpllran Daerah yang mengalirkan air hujan ke dalam saluran dan/a tau
Saluran (~I) bada n air penerima lainnya.
Daya tarnpuna Kemampuan air pada suatu su mber air, untuk menerima
Daur Ulan1 Grey Kegiatan penggunaan kembali air hasil aktivitas rumah tangga
Water seperti mandi dan mencuci (Ludwig, 1994), setelah melalui
proses penyaringan dan pengolahan.
Umbahcair Air bekas yang tidak dapat digunakan lagi untuk tujuan
domestik semula, baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau
dari aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci, dimana
1
Buku Jllid I Sistem Drainase Perkotaan, Direktorat PPLP , Kementenan PU, 2012. hal. IS
2
lb1d , hal. 15
Umbahpadat Lim bah pad at (sampah )bersifat pad at terdiri dari bah an
organik dan bahan anorganik yang harus dikelola agar tidak
3
membahayakan lingkungan •
Mean High Water Eleva si muka air tinggi rata -rata pada badan air penerima yang
Level (MHWL) dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Muka Air Banjlr El eva si muka air pada badan air penerima pada kondisi debit
(MAB) banjir dengan kala ulang tertentu .
Muka Air Normal Elevasi muka air maksimum pada badan air penerima pada
(MAN) kondi si operasi normal.
Pemangku Segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang
kepentingan sedang diangkat.
(stakeholder)
1
SNI 19-2454-2002, Tata Cara Tekmk Operastonal Pengek>laan Sampah Perkotaan
Plntu Air Bangunan yang digunakan untuk mencegah suatu ali ran
masuk ke sistem aliran atau kawasan lain.
(Komus lsrilah Bidang Pekerjoan Umum, Oepartemen Pekerjaon Umum, M aret 2009). Pintu air
merupakan bangunan pelengkap yang digunakan di saluran, bangunan persilangan, kolam
detensi/retensi, serta bangunan bagi.
. Pompa banjlr Pompa yang berfungsi memindahkan air dari sebu ah kawa san
yang tergenang atau saluran drainase ke sa luran
lainnya/badan air penerima.
Pompa lumpur Pompa yang berfungsi menyedot air dan lumpur untuk
dipindahkan ke tempat lain, dalam upaya membantu
. optimalisasi fungsi pampa banjir .
Rehabllltasl Kegiatan untuk memperbaiki sarana dan prasarana
(rehabilitation) drainase/ecodrain, termasuk bangunan pelengkap yang
mengalami penurunan kondisi dan fungsi agar kinerjanya
sesuai dengan perencanaan.
Saluran Terbuka Tipikal sa luran dengan sisi bagian atas terbuka, yang dapat
(primer, sekunder, menerima aliran air permukaan akibat hujan dari wilayah
tersler) sekitar, maupun kumpulan dari sa luran-saluran di sebelah
hulu untuk dialirkan ke badan air penerima.
Sarana dan Sistem dan fasi litas penunjang, yang berfungsi untuk
Prasarana penyelenggaraa n dan pengembangan drainase di suatu
Drainase wilayah.
Slstem Panen Air Sistem pengumpulan dan penampungan air hujan dari atap
Hujan bangunan maupun areal di sekitarnya, dalam upaya
(Rain Harvesting) memanfaatkan kembali air tampungan secara langsung untuk
keperluan menyiram, membilas toilet, resapan air ke dalam
tanah, serta tidak langsung yaitu melalui proses pengolahan
untuk kebutuhan rumah tangga (mandi dan cuci), air baku,
dan kolam ikan.
Sistem Polder Suatu sistem yang secara hidrologis terpisah dari sekelilingnya
baik secara alamiah maupun buatan yang dilengkapi dengan
tanggul, sistem drainase internal, pampa dan/atau waduk,
serta pintu air 4 .
Subreservolr (Sr) Suatu sistem penampungan air hujan yang diletakkan dalam
AirHujan tanah, dan dapat diterapkan pad a skala rumah tangga
(menampung air hujan talang atap), lapangan parkir, taman.
Sumur Resapan Air Prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke
Hujan (SRAH) dalam tanah .
(Komus lstiloh Bidong Pekerjoon Umum, Deportemen PekerJOOn Umum, Moret 2009}
Tangki Septlk Tangki pengolah yang terbuat dari bahan yang rapat/kedap
(septic tank) air, dan berfungsi sebagai bak pengendap lim bah yang
ditujukan untuk menampung kotoran padat untuk melakukan
pengolahan secara biologis oleh bakteri dalam waktu tertentu .
(Komus lstiloh Bidong Peker}oon Umum, Deportemen Pekerjoan Umum, Mare! 2009)
KONSEPTUAL ECODRAIN
Konsep drainase paradigma lama yang dulu dipakai di Indonesia adalah drainase
pematusan, yaitu mematuskan air kelebihan (terutama air hujan) ke badan air
dan akhirnya ke laut, sehingga tidak menimbulkan genangan atau banjir bagi daerah
sekarang, dan pada setiap proyek drainase dilakukan upaya pembuatan alur-alur
saluran pembuangan dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup
semacam ini lahir sebelum pola pikir komprehensif berkembang, dengan masih
masalah lokal dan sektoral yang bisa diselesaikan secara lokal dan sektoral, tanpa
melihat kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara
komprehensif.
antisipasi terhadap perubahan iklim yang terjadi dewasa ini, maka diperlukan
berwawa san lingkungan (ecodrain), disaj ikan pada diagram ecodrain pada Gambar 2.2.
1) Memungkinkan kelebihan air hujan dapat ditampung dan disimpan dengan berbagai
macam cara di beberapa lokasi dalam wilayah yang bersangkutan (zero runoff),
sehingga dapat mengurangi terjadinya genangan dan banjir. Selanjutnya air yang
ditampung dapat langsung dimanfaatkan kembali pada saat yang sama atau pada
tangga, resapan air ke dalam tanah untuk mengisi/konservasi air tanah, meningkatkan
kualitas ekosistem dan lingkungan, serta keperluan air baku setelah melalui tahapan
pengolahan.
.......... ,.,._-...,_
.......,IOI J
... ~~-
--
_.,.
!>I
2) Mereduksi kemungkinan terjadinya banjir di bagian hilir dan kekeringan di bagian hulu,
mengingat sebagian besar kelebihan air hujan dapat ditahan di bagian hulu, tengah
maupun hilir, sehingga proses resapan air ke dalam tanah dapat dioptimalkan.
3) Erosi tanah di bagian hulu akan berkurang karena fluktuasi lengas tanah tidak terlalu
tinggi, dan perubahan iklim tidak akan terjadi di daerah tengah, hulu dan beberapa
daerah hilir. Kondisi ini muncul karena dengan ketersediaan air yang cukup akan
4) Penanganan sampah yang masuk dan terbawa oleh ali ran permukaan ke saluran dapat
dilakukan secara terpadu dengan penempatan saringan sampah dan pembersihan atau
pengerukan saluran drainase, sehingga sarana dan prasarana drainase seperti gorong-
gorong, pintu air, dan pompa air, dapat berfungsi secara optimal.
upaya pemisahan antara pembuangan air permukaan akibat hujan dan air limbah.
Lingkungan (Ecodrain)
Permasalahan banjir dan genangan di kawasan perkotaan Indonesia tidak terlepas dari
aspek kuantitas dan kualitas air, serta keberlangsungan habitat air. Kondisi. saluran
drainase di kota-kota besar masih banyak yang tidak mampu untuk menampung debit
Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi kualitas air yang berwarna hitam dan
berbau menyengat, akibat pencemaran air yang berasal dari lim bah cair rumah tangga,
masalah sampah dan limbah yang dibuang ke dalam saluran, juga menjadi salah satu
faktor penurunan kapasitas dan kualitas air saluran, dan menjadi salah satu penyebab
terjadinya banjir yang signifikan di daerah perkotaan. Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka dalam upaya pengelolaan drainase perkotaan, dibutuhkan konsep yang dapat
mengintegrasikan antara upaya pengelolaan kuantitas air, kualitas air dengan tetap
mempertahankan keberlangsungan flora dan fauna air. Hal lain yang menjadi
permasalahan saat ini adalah terkait dengan pengelolaan drainase lintas wilayah
administrasi, mengingat dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terbagi dalam
antar wilayah.
Pengendalian banjir dan pengelolaan drainase lebih dipengaruhi oleh batas alam
(batas hidrologi) dan tidak bergantung pada batas administrasi, serta dilakukan melalui
konvensional yang hanya berbasis pada rekayasa teknik (hidrolik), menjadi pendekatan
Zero delta Q policy adalah zero excess runoff, sebagai bentuk sinergi antara panduan ini
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan tata
ruang. Zero excess runoff diartikan sebagai konsep pembangunan dan pengembangan
yang dilakukan dengan upaya untuk tidak menambah runoff akibat meningkatnya nilai
koefisien pengaliran (C) dari koefisien natural di DAS tersebut. Kondisi hidrograf runoff
yang terjadi pada pengembangan sebuah wilayah, diilustrasikan pada Gam bar 2.3.
Tabel2.1- Pendekatan Pengelolaan Drainase Konvensional
dan Terpadu Berwawasan lingkungan
/-·,
1 \ Keterangan:
I
: \ Sebelum PengerrbanHiiln
I
I
I Setelah Pengembangan SEBElUM
I \ Penerapan frodram
I \
Gam bar 2.3 • llustrasl Hldrograf Runoff Aklbat Pengembangan Sebuah Wllayah
Berdasarkan gambar tersebut di atas terlihat bahwa terjadi excess runoff akibat
hidrograf runoff yang mendekati pola alami (natural) seperti kondisi saat sebelum
kondisi normal perlu dilakukan upaya pengosongan volume kolam tampung sampai
dengan elevasi tertentu (Muka Air Normal-MAN), sehingga pada saat terjadi kenaikan
excess runoff, kolam tampung dapat berfungsi untuk menampung beban air lebih yang
ada. Disamping itu agar tidak terjadi luapan yang melintas di atas tanggul kolam
(side spillway) untuk dialirkan ke saluran pembuang, dengan elevasi mercu pelimpah
berada di bawah elevasi tanggul (tinggi jagaan), yang berfungsi untuk melimpahkan
Ambang
(Penanggulan)
Sehubungan dengan kondisi eksisting sistem drainase di Indonesia yang sebagian besar
masih bercampur antara air permukaan akibat hujan dan air limbah, maka model
drainase dapat direncanakan dengan :
kondisi kualitas air yang tidak melampaui batas ambang pencemaran sesuai peraturan
yang berlaku, sebelum masuk ke sebuah wilayah/kawasan;
b. Model terpisah, antara saluran drainase air hujan dan air limbah (sanitasi), yang
direkomendasikan untuk diterapkan pada lokasi pengembangan baru, dengan
Selanjutnya dalam upaya untuk mencapai kondisi kualitas air yang tidak melampaui
batas ambang kekeruhan dan pencemaran sesuai peraturan yang berlaku, dapat
penangkap sedimen, untuk menangani kekeruhan akibat sedimen dasar dan layang,
b. Pembuatan pengolahan (water treatment) pada sistem sanitasi air limbah di kawasan
2) Memanfaatkan air hujan yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menampung dari
atap bangunan maupun areal di sekitarnya, untuk digunakan secara langsung bagi
kebutuhan menyiram tanaman, membilas toilet, resapan air tanah, maupun tidak
langsung setelah melalui proses pengolahan bagi kebutuhan rumah tangga (mandi dan
cuci), air baku, dan kolam ikan. Prinsip pemanfaatan kembali air hujan tersebut dikenal
dengan istilah sistem panen air hujan (rain harvesting), yang dalam penerapannya
dapat dilakukan dengan pembuatan penampungan air hujan (PAH), jaringan penadah
air hujan, kolam penadah air hujan, kolam ikan penandah air hujan, sumur resapan air
dan makro, secara umum akan mengurangi besaran runoff pada suatu wilayah.
Pendekatan skema sistem panen air hujan (rain harvesting) skala persil yang
diterapkan dengan pola penampungan air hujan (PAH), dapat diilustrasikan seperti
C 1n stalasi pengolllhanair hujlln H Slll1itasi llmbehrumahtangge c. allran dati lnstalasl pengotahanli:e pera..tanrumah~.
mesin cuci, toilet, krantr~tuk men)'tram danmembersitltanlantai
D menyiram tana man
d . : a.r bullngan has I bilas toilet, cuci. dankegiltanlaindilllkan
E memberslhkanlartai keinstalasi sarita3illmbllhrurnahtangge
e. aJiran airhasil li""*'han datibe.ktampung
Gambar 2.5- Skema Panen Air Hujan (Rain Harvesting) Skala Persll
Proses yang terjadi pada skema tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sumber utama yang ditampung di bak tampung adalah air hujan dari atap rumah,
memenuhi syarat baku standar dan layak dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan air
hujan secara langsung tanpa pengolahan, hanya layak dilakukan untuk menyiram
c. Aliran dari instasi pengolahan air hujan di alirkan ke peralatan rumah tangga,
seperti mesin cuci, toilet, kran penyiram tanaman dan pembersih lantai.Air hasil
buangan hasil kegiatan rumah tangga yang dilakukan, akan dialirkan ke instalasi
tanah.
d. Air buangan hasil bilas toilet, cuci, dan kegiatan lain dialirkan ke instalasi sanitasi
pengolahan air limbah (water treatment), dalam upaya terpenuhinya kondisi yang
tidak melampaui batas ambang kekeruhan dan pencemaran sesuai peraturan yang
berlaku, sebelum dialirkan ke sistem drainase air hujan yang ada maupun untuk
Air yang dialirkan ke dalam sistem sanitasi yang ada maupun langsung diresapkan
ke dalam tanah, merupakan limpahan dari bak tampung pada saat air mencapai
3) Menahan kelebihan air akibat hujan selama mungkin di lahan, kecuali apabila terjadi
banjir.
Hujan merupakan bagian dari siklus hidrologis yang dapat mengubah air laut menjadi
air tawar, meskipun dengan kandungan mineral yang kurang memenuhi syarat jika
langsung dikonsumsi sebagai air minum. Upaya penahanan air hujan seoptimal
mungkin di daratan, merupakan cara efektif guna menampung air bersih hasil proses
alamiah. Kelebihan air permukaan akibat hujan yang tidak meresap ke dalam tanah,
dapat ditahan selama mungkin pada wilayah jatuhnya, sehingga air tersebut dapat
meresap di tempat jatuhnya secara optimal. Hal ini secara langsung akan mengurangi
penurunan muka air tanah dan dapat berakibat pad a penurunan base flow di sungai.
Secara umum kemampuan resapan tanah sangat bergantung pada kontur, tekstur dan
lanskap tanah yang ada, dengan demikian pada lanskap cembung relatif lebih sulit
untuk menahan air hujan, bila dibandingkan dengan lanskap tanah cekung. Guna
mengatasi permasalahan tersebut, maka pada lanskap cembung dapat dibuat sejenis
penahan aliran air hujan berupa bangunan ambang rendah atau sumuran injeksi,
sehingga air dapat terserap secara optimal. Lebih lanjut perlu diupayakan, agar
Gambar 2.6- Modifikasi lansekap pada lahcm tegalan (dengan pola ambang rendah)
4) Mengendalikan beban kelebihan air permukaan akibat hujan atau banj ir skala mikro
sebagai dampak limpasan badan air, dengan tujuan untuk meminimalisasi dampak
negatif yang ditimbulkan.
Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
mengalirkan air kelebihan ke kolam tampung atau memompa air dalam saluran
5) Mengendalikan kualitas air dan kualitas habitat lingkungan, dan apabila haru s
kualitas air dan kualitas habitat lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengoperasikan sistem aerasi pada kolam tampung atau pengelolaan air melalui
6) Mengendalikan DAS yang mudah tererosi, melalui upaya penanaman dengan jenis
tumbuhan yang mampu menyerap air, serta membangun sistem ambang rendah
dan bangunan pelengkap), kualitas air (sampah dan air limbah), dan lingkungan
sekitarnya, dengan semaksimal mungkin memberi ruang bagi keterlibatan dan peran
masyarakat.
melalui pengendalian struktural dan non struktural, dengan indikator kinerja meliputi :
a. Struktural : kondisi dan fungsi sarana dan prasarana drainase perkotaan, serta
bangunan pelengkap;
kelembagaan terkait.
2) Mengurangi resiko genangan melalui sistem pengaturan aliran yang lebih baik;
sumur resapan air hujan (SRAH), sumur resapan, biopori, dan kolam retensi;
12) Meningkatkan nilai estetika untuk perumahan lokal (local residence), kawasan
komersial industri;
13) Meningkatkan nilai NJOP tanah dan bangunan untuk wilayah yang tidak terdampak
kebutuhan lahan yang cukup luas untuk pembangunan sarana dan prasarana yang
publik di Indonesia.
tersebut di tanah milik pemerintah, dengan cara memanfaatkan tanah desa (bekas
tanah kas desa/BTKD). fasilitas umum dan pembelian tanah oleh pemerintah, maupun
ecodrain.
4) uji coba solusi dan penghematan biaya dengan manajemen pengelolaan adaptif dan
berkelanjutan.
Konsep penanganan yang paling efektif dengan biaya yang jauh lebih murah dalam
meminimalisir pencemaran air oleh limbah cair domestik dan non domestik serta
Konsep strategi dimulai dari sumber dapat diadopsi dari kasus unggulan (best practice)
yang sesuai untuk kondisi di Indonesia, seperti Design Guidance Manual for
Stormwater Quality Protection yang disusun oleh Bay Area Stormwater Management
Agencies Association (BASMAA), suatu asosiasi badan pengelola kualitas air hujan di
seluruh delta dan teluk San Francisco. 5 Panduan ecodrain ini ditujukan untuk
dengan pengelolaan drainase, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup,
kualitas air yang tidak melampaui batas ambang kekeruhan dan pencemaran sesuai
~Start at the Source Design Guidance Manual for Stormwater Quality Protection, Bay Area Stormwater
Aplikasi konsep strategi ini secara konsisten dilakukan pada skala kawasan melalui
daerah kedap air dengan sistem pengaliran drainase, dan perencanaan diupayakan
diperoleh kondisi sistem drainase yang lebih baik dari segi ekonomi, estetika dan
teknik. Adapun beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam aplikasi konsep strategi
Terkait dengan penyelenggaraan ecodrain, penanganan kuantitas air, kualitas air dan
kelangsungan hidup habitat air, paling efektif dimulai pada skala persil dan kawasan,
sebagai bagian dari suatu DAS. Kegiatan pengelolaan pada skala tersebut merupakan
bagian dari pendekatan pencegahan. Adapun yang dimaksud dengan kawasan dalam
pengertian ini adalah kawasan permukiman, kawasan perumahan real estate, kawasan
Ketika hujan turun ke suatu lahan, secara gravitasi dan fisika akan meresap ke dalam
tanah. Jika lahan ditutupi oleh lapisan material kedap air seperti atap, beton, aspal,
aliran hujan akan mencari permukaan yang lebih rendah dan berkumpul dengan aliran
bersifat lebih kompleks dan membutuhkan biaya lebih besar bila dibandingkan dengan
strategi yang dimulai dari sumber. Strategi dengan lokasi pengumpulan mikro, dengan
kelengkapan treatment sederhana pada tempat pertemuan limpasan sejak skala persil,
yang diterapkan secara konsisten pada seluruh wilayah, akan menjaga kuantitas air,
kualitas air dan kelangsungan hidup habitat air dengan biaya yang lebih rendah. Jika
limpasan ditahan atau diresapkan pada sumber, baik di tingkat lahan maupun
(1) Biaya pemeliharaan akan cenderung minimal dan lebih murah, jika limpasan dialirkan
(2) Biaya pemeliharaan akan meningkat, jika limpasan dialirkan langsung ke lokasi
pembuangan untuk kemudian dikelola pada skala yang lebih besar (wilayah);
(3) Biaya untuk pengolahan akan sangat tinggi dan lebih membutuhkan pemeliharaan
yang intensif, jika limpasan dialirkan ke lokasi pembuangan untuk kemudian dikelola
(4) Nilai ekonomis lebih tinggi apabila pengelolaan kualitas air hujan dilakukan sejak dari
(5) Hujan dengan intensitas rendahakan diresapkan ke dalam tanah melalui sumur
resapan air hujan (SRAH), atau ditampung ke dalam bak tampung atau kolam tampung
dengan frekuensi tinggi, perlu mendapat perhatian khusus, karena volume hujan akan
terakumulasi dan menghasilkan runoff yang besar. Pada keadaan ini, aliran permukaan
akan ditampung terlebih dahulu di kolam tampung, untuk diresapkan ke dalam tanah,
mengingat frekuensi dan kumulatif dampaknya akan memberi pengaruh yang sama
dengan kondisi hujan intensitas tinggi dengan frekuensi rendah, atau tidak sering
terjadi.
(6) Hujan dengan intensitas tinggi akan ditampung terlebih dahulu di bak tampung atau
kolam tampung untuk diresapkan atau dimanfaatkan lebih lanjut. Pada kondisi badan
air penerima tidak banjir atau berada pada elevasi muka air normal (MAN) dan mampu
untuk menerima beban drainase, lebih lanjut air di kolam tampung (detensi/retensi)
akan dibuang dan dialirkan ke badan air penerima. Aktivitas membuang dan
mengalirkan sejumlah volume air dari kolam tampung ke badan air penerima tersebut
akan menjadi hal penting untuk dilakukan, dalam upaya untuk mengembalikan fungsi
menuju badan air penerima. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan
Air dalam kolam tampung akan dibuang dan dialirkan ke badan air penerima melalui
pengoperasian pintu atau pampa, hingga mencapai elevasi muka air normal (MAN)
6
Gambar 2.7 -llustrasi Perbandingan Biaya Pengelolaan Hujan sejak Oi Sumber Sampai Di Pembuangan
Pada kondisi muka air normal (MAN) kolam tandon dapat berfungsi kembali untuk
menerima dan menampung beban drainase atau aliran permukaan, hingga mencapai
Kolam tandon direncanakan dengan ketentuan menghindari terjadinya luapan air yang
melewati tanggul (over topping), untuk mendukung kekuatan struktur tanggul yang
direncanakan;
Dalam upaya mendukung operasional kolam tandon dan untuk menghindari terjadinya
over topping, perlu direncanakan tinggi jagaan dari muka air maksimum yang diijinkan
Untuk kelengkapan kolam tandon, perlu direncanakan pelimpah samping (side weir)
dengan elevasi mercu sama dengan elevasi muka air maksimum yang diijinkan, dan
akan bekerja otomatis dengan naiknya muka air sebelum mencapai elevasi tanggul;
t start at the Source Design Guidance Manual for Stormwater Quality Protection, Bay Area Stormwater
Secara umum pengelolaan hujan atau sistem drainase difokuskan pada masalah yang
lebih kompleks dengan sistem yang lebih besar. Solusi sederhana untuk sistem yang
lebih kecil, akan bisa efektif melalui analisis rekayasa (hidraulik) yang lebih teliti dari
sistem yang sederhana akan menggunakan teknologi dan material sederhana, yaitu
material alamiah yang menyatu dengan lanskap kawasan, dan secara prinsip akan lebih
baik dari proses mekanis atau buatan man usia lainnya dalam pengelolaan hujan.
Pengelolaan hujan atau sistem drainase dapat direncanakan secara terpadu dengan
unsur-unsur lain yang saling terkait, dalam rangka menciptakan Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan RTH yang terdiri dari : (1) menjaga
ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air; (2) menciptakan aspek planologis
perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar,
Fungsi daerah resapan, saluran porous, dan daerah retensi dapat diintegrasikan dalam
contoh adalah pengelolaan terpadu sistem drainase (ecodrain) dengan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) (Gambar 2.8), serta pemanfaatan parit alamiah sebagai kolam detensi yang
Gambar 2.8 - PengelolaanTe rpadu Slstem Drainase (Ecodrain) dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dengan penambahan sarana dan prasarana pendukung, serta fasilitas rekreasi yang
memadai, seperti jalan setapak yang dapat berfungsi sebagai jalur jogging Uogging
track), air mancur untuk fungsi estetika serta aerasi kolam tandon, fasilitas bermain
untuk anak-anak, maupun tanaman mulai dari perdu dan pohon kecil hingga besar,
taman kota .
Keberadaan taman lingkungan atau taman kota dalam suatu wilayah, secara tidak
langsung akan memberi nilai tambah dalam meningkatkan daya saing bagi bisn is
Perencanaan sistem drainase terpadu yang dimulai dari hulu hingga hilir, akan
menghasilkan rangkaian pengelolaan serta sarana dan prasarana yang lebih efisien,
bila dibandingkan dengan penanganan di bagian hilir, seperti pola yang dikembangkan
di bagian hilir.Pada kondisi khusus, terutama daerah rendah yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, perencanaan ecodrain waduk di hilir tetap menjadi prioritas,
sebagai bagian dari pengembangan sistem polder di daerah tersebut, dengan tetap
Pendekatan terpadu hulu hilir tidak hanya mengurangi biaya dalam pencapaian tujuan
pengelolaan lingkungan, tetapi juga dapat menjaga ketersediaan kawasan resapan air,
lingkungan yang berpengaruh pada kenaikan nilai lahan serta kenaikan pasar.
sungai, saluran drainase dan/atau badan air lain, yang rawan terhadap terjadinya
sumber daya ekologi tinggi, yang mengalami tekanan perubahan tata guna lahan
kategori indeks pencemaran air (IP) dalam klasifikasi tercemar berat dan sedang, perlu
segera dilakukan tindakan yang bersifat responsif dan intervensi, yang dirumuskan
Kondisi banjir dan pencemaran air akibat sampah dan limbah cair perkotaan yang
masuk ke saluran drainase, dapat digolongkan sebagai kondisi bencana, seperti diatur
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka strategi pendekatan yang dapat dilakukan dalam
setelah terjadi bencana (recovery). Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus
siklus pengelolaan bencana (Gambar 2.10) dan Tabel 2.2 tentang kegiatan dalam siklus
ecodrain.
- \
A. Jauh
Sebelum
Bencana
1
Sumber . (Corter, 1991; Pemerintah Provinsi Jawo Tengah, 2005) .
Kegiatan ecodrain mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai jauh sebelum terjadi
bencana melalui kegiatan perencanaan dan pengembangan, action plan dan kegiatan
pencegahan. Langkah selanjutnya adalah kegiatan pra bencana dan saat menjelang
terjadinya bencana yaitu mitigasi dan kesiapan bencana. Saat terjadi bencana para
melalui respon tindakan, dan pada saat pasca bencana dapat dilakukan tindakan
'Carter, W.N., 1992. Disaster Management (A Disaster Managers Handbook) dan Pengelolaan Bencana Jawa Tengah, Pemprov Jawa
Tengah dalam Kodoatie Robert J. & Roestam Syarief, ..Penge lolaan Somber Daya Air Terpadu", Edisi ke- 1. ANOI OFFSET. ha1aman
246 .
Siklus pencegahan terdiri dari upaya struktural di dalam maupun di luar badan
sungai/saluran serta waduk, dan upaya non struktural yang meliputi upaya
pencegahan dan pengelolaan banjir/genangan serta pencemaran air dan sampah
perairan. Siklus selanjutnya adalah penanganan yang meliputi reaksi cepat dan
penanganan darurat bencana banjir/genangan, pencemaran air dan sampah perairan
maupun waterborne deseases. Siklus yang terakhir adalah pemulihan melalui bantuan
kesehatan masyarakat, pemulihan pasca bencana banjir/genangan, kualitas air dan
Apabila terjadi kondisi darurat bencana pencemaran air, sedimen dan sampah sungai,
maka strategi penanganan (intervensi dan responsif) akan dimulai dari skala wilayah
yang secara bertahap bersamaan dengan adanya pemulihan kualitas air menuju skala
persil.
4} Uji coba solusi dan menghemat biaya dengan manajemen pengelolaan adaptif dan
berkelanjutan.
dapat dilakukan secara efektif dan efisien, baik secara waktu maupun pembiayaan,
dalan suatu konsep pengelolaan yang fleksibel dan adaptif dengan kondisi dan
Siklus Kegiatan I
;
Penanggung
Jawab
Upaya-upaya Non-Struktura l :
"'~- a. Upaya pencegahan genangan, pencemaran air, sampah perairan, sedimen dalam Jangka
3 Panjang, berupa pembuatan peraturan perundangan, dan penegakan hukum;
0 b. Upaya pengelolaan genangan, pencemaran air, sampah perairan, sedimen dalam Jangka
iil
:;· Pendek, berupa menumbuh kembangkan kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat
e: melalu i penyuluhan, sosialisasi, pelatihan; pembentukan Satgas Operasi dan Pemeliharaan
"' drainase, IPAL/IPLT, TPA/TPST, penghargaan antar wilayah, serta kampanye kesehatan
~ masyarakat;
...
~
Reaksi cepat da n penanganan darurat genangan, pencemaran air dan sampah perairan
"~ dengan pelaksanaan :
Masyarakat,
Pengembang,
..~ .,
.. ."
Pemerintah
~ Upaya-upaya Strukt ural :
• Visitasi lapangan saat hujan/bencana banjir, dengan cek fungsi bangunan, sumbatan, dan
"' a.
..
"
c
..-"
~· ~
. Penanganan (Saat
bencana) •
lain sebagainya;
Pengoperasian pintu pengendali dan pampa, termasuk pampa mobile;
• Operasional saringan sampah meka nis atau manual, serta pengelolaan sampah;
"'""
c""
_.
" ["'
~
" ..
•
•
Pembuatan tanggul persil darurat;
Operasional sistem pengolahan kualitas air dengan teknik bioremediasi, dan atau teknik
fisika-biologi-kimia lainnya dan sedimen dengan mekanis maupun manual;
"'8 ";;}
a .,
Q. ~
s· ~
- c
~~
~"Q.
..
....
iil .,
..
" "-
V> .. Upaya-upaya Non-Struktu ral :
.. ..
-,2.
~
Reaksi cepat dan penanganan masyarakat terkena dampak bencana banjir;
Reaksi cepat dan penanganan kesehatan masyarakat akibat waterborne diseases;
~"
..
S;;}
""'g
~
Koordinasi antar instansi, kelembagaan, dan masyarakat (kelompok masyarakat);
CDo.
Upaya-upaya Struktural :
~" • Rehabilitasi dan pemeliharaan sistem talang persil, PAH, SRAH, biopori, dan saluran drainase
persil;
"
i
• Rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan dan sistem sal uran drainase;
• Rehabilitasi dan pemeliharaan sistem pompa dan pintu air;
Pengerukan sedimen di sa luran dan waduk/kolam retensi/detensi dengan menggunakan
2.. ponton keruk;
• Bantuan kesehatan masyarakat, pemulihan pasca genangan, kualitas air dan penanganan
sampah perairan;
Pemulihan • Bantuan pemulihan kesehatan masyarakat;
(Pasca Bencana) Rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan dan sistem sal uran air lim bah
persil/komunal/kawasan;
Rehabilitasi dan pemeliharaan sistem IPAL/IPLT, bioremediasi, fitoremediasi;
• Penutupan outlet buangan pabrik/komersial area yang potensial terhadap pencemar
perairan;
• Rehabilitasi atau penyediaan tern pat sampah baru, serta peralatan pendukung;
Upaya-upaya Non-Struktural :
"""
-...1
.j>.
00
~
3
0
iil
:;·
e:
111
~
s-o;
..
::>
g>
..:e .,..
~
.. ::>
IC o.
::> ~
r- ::>
:;· ~
00 ..
~~
::> ..
~ [
::> ..
n:; ~
§. ~
...2 "..
-"
" Q.
2.3 Skala Penerapan Ecodraln
Kondisi ideal dari suatu sistem drainase adalah memisahkan antara sistem
pembuangan air limbah dengan sistem pembuangan air hujan . Dalam
terjadi pencemaran pada badan air penerima. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perlu diupayakan sistem penanganan air limbah berupa pengolahan (water
Ditinjau dari pemahaman, tujuan, dan cara-cara yang digunakan dalam konsep
ecodrain, telah dikenal beberapa upaya yang telah diterapkan sesuai dengan
untuk mewujudkan sistem pengelolaan air kelebihan, pencemaran air dan sampah
kondisi yang ,memenuhi standar baku dan t idak mencemari lingkungan. Pada
saling bersinergi dalam cakupan wilayah layanan, yang dikatagorikan dalam skala
dibedakan menjadi tindakan strutural dan non struktural, dan masing-masing dapat
berikut.
pengelolaan air kelebihan permukaan (excess runoff), pencemaran air dan sampah
perairan, yang dilakukan dalam lingkup rumah, gedung, bangunan tunggal dan
wilayah sekitarnya.
bentuk perpaduan antara sistem panen air hujan dan pengolahan air limbah serta
1) Sistem Panen Air Hujan, melalui penampungan air hujan (PAH), sumur resapan air
hujan (SRAH);
4) Sistem Drainase, melalui saluran pembuangan air hujan, dan saluran drainase
Secara lengkap, jenis bangunan ecodrain skala persil ditunjukkan pada Tabel 2.4.
~ .....
S..,....nbaglan . . 4
==4/ A•
.." ..,.."
0"
- · ""
iil
~ ~
.. ..
""2.
~
Sektor
Skala Rumah/Bangunan/Gedung Tunccal
Funpl
Contoh Gam bar/
Penjelasan
Ponanuunt
Jawab
.."""
s"' ..
"'a.
.. c
..
::11::1
~
..
~
~
Greenmg Jatuh ke permukaan tanah. Pengembang
..e:
"c:
~
""
c Penampungan M engumpulan dan Masvarakat
"
':l
Air Hujan
(PAH)
memanfaatkan air hujan.
"
i
2: n;
~
:;:
Sumur
Resapan Air
Meresapkan atr permukaan
akibat huJan (inflltrasi) ke dalam
tanah.
~
Hujan (SRAH)
V1
w
V1
""'"
Skala Rumah/Bansunan/Geduns Tunssal Contoh Gambar/ Penanssung
Funpl Jawab
Penjelasan
.
[
::l
mencuci, setelah melalui proses
penyaringan dan pengolahan .
g> Persampa
.."' .....,
~
.. ::l
han Tempat
Sampah
Mengumpulkan limbah persil/
bangunan/gedung tunggal agar
tidak mengotori sa luran dan
Masyarakat,
Pengembang
"' a.
.. c: (individu) lingkungan.
::l ..
..... ::l
5" "'0
. . lb
.,..::>
c: ..
_.
::l lb
~ [
::l ..
,., "~
8
~ -a
0 ..
:s·
-C:
Q.
!=!!~
~ ::J
..
3 c
.. ..,..
0::>
iil ...,
-· ::J
::J
~ ~
..
Q.
~I
Sektor
I
Skalo Rumah/Banaunan/Geduna Tungal
I Funpl
I
Contoh G¥nbM/
Ptn~n I
,._
Jowab
.. ..
"02. ~
....
~
!)=>
~
~
........t...-..
Orainase 1 Pelatihan,
Penyuluhan,
I I I
Menmgkatkan kesadaran
masyarakat terka1t fungsi dan
Mawarak,u
tX~tJ
::J , Penarmbina
dan Sosialisasi pentmgnya O&P sarana dan
~8. prasarana dra1nase, serta
, LSM.
~ c Perauru.m
membudayakan kelestanan I
T•nu•.Pemrr
~
I
hngkungan dan kesehatan tntah
lC asyarakat
::J
c:
ers•hkan sarana dan ~ Masvarak•t
::J ma skala
~ /bangunan/gedung
c tunggal dan halaman sek1tar dari
::J
em sed1men ak1bat karaktenst1k
::J
al1ran maupun genangan/banw
~ --
~
~
Q. Air Pelatihan, Menmgkatkan kesadaran Masvarakat,
Cl
~l
Limbah Penyuluhan,
0=-r-
masyarakat terka1t fungsi dan Pengrmbane
2:
~c
dan Sosialisasi pentmgnya O&P sarana dan
prasarana a1r hmbah, sena
, LSM,
Perguruan
0
z membudayakan kelestanan
-...- - -....- Tinea•.
Gerakan
Kebers1han
l•ngkungan
hngkungan dan kesehatan
masyarakat
Members1hkan sarana dan
prasarana skala
rumah/bangunan/gedung
~
Pemenntah
- r-Masvarakat l
(Rumah/Ban tunggal dan halaman sek1tar dan
gunan/ limbah/air hmbah ak1bat
Gedung akt1vitas masyarakat maupun
-~varakat.
al) genangan/banJif.
Persampa I Pelatihan, Menmgkatkan kesadaran
II
han Penyuluhan, masyarakat terkalt fungsi dan Pengemban,
dan Sosialisasi I I pentmgnya O&P sarana dan
prasarana persampahan, sena
LSM,
Perguruan
membudayakan kelestanan T1ngg1,
hngkungan dan kesehatan Lemenntah
VI
VI
V'l
"'
Skala Rumah/Banaunan/Geduna Tunuar Contoh Gam bar/ Penanccuna
~ Sektor Funssl
..
.:
~
Pen)elosan Jawab
I=
Pemullhan
Gerakan Membersihkan sarana dan Masyarakat
Kebersihan prasarana skala
Lingkungan rumah/bangunan/gedung
(Rumah/Ban tunggal dan halaman sek•tar dari
gunan/ sampah akibat akt1vitas
Gedung masyarakat maupun
Tunual) genangan/banjir.
~
3
~
~·
:;
~
s-o;
..
:>
..a:f ...,
.. :>
!::
:>
g.
..
c: :>
<i..,.,:
coo
:> ..
_..
~ [
:> ..
,., :>
§_ ~
~
~- ~
"
- c
2.3.2 Skala Ungkungan/Komunal
dilakukan dalam lingkup daerah yang terdiri dari beberapa rumah (lingkup Rukun
sistem panen air hujan dengan sistem penampungan air hujan (PAH) dan sumur
resapan air hujan (SRAH), beberapa rumah juga dapat bekerjasama melakukan daur
ulang terhadap limbah rumah tangga (grey water) dan sampah, dan lebih lanjut dapat
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti menyiram tanaman. Selain itu kelompok
pengelolaan kompos mandiri, yang dapat mereduksi sampah hasil komunitas tersebut.
-=~11!1 =
'I •
-
Gambar 2.12- Konsep Ecodrain Skala lingkungan/Komunal
salah satu kasus unggulan (best practice) adalah bentuk swadaya oleh masyarakat di
yang diterapkan adalah pengelolaan air limbah dari satu Rukun Tetangga (RT), yang
terdiri dari air limbah rumah tangga non-black water dialirkan dan ditampung di bak
di bawah jalan kampung. Lebih lanjut air hasil olahan akan di pompa ke bak
penampung air, untuk digunakan untuk keperluan menyiram tanaman dalam pot.
Disamping itu di lokasi Gundih juga dilakukan pengelolaan sampah terpadu, untuk
digunakan sebagai pupuk kompos, yang bermanfaat untuk kelestarian lingkungan serta
I
~ ~
~
.,g_
~
~
.,., Sektor Fun&sl
Contoh
Gambar/Penjelasan
Penanquna
Jawab
g-::> I= Pencesahan Penancanan Pemullhan
.,:::>"0
liT~ ~
.,~
Saluran d iuapkan ke udara
Permeabel (evaporasi) .
:::>
.....
:;·
"":::>~ Pompa dan Pintu
Air
Mengendalikan aliran air
dari lahan dan saluran.
Pengembang,
Pemenntah
~
:::>
i
2:
Ambang Rendah Menahan dan menampung Pengembang,
~ air hujan untuk diresapkan Pemerintah
~ ke dalam tanah (infiltrasi) ~j . . .:: ··
~
dan diuapkan ke udara
(evaporasi).
~~
V1
1.0
01
0
Sl<ala Rumah/Banaunan/Gedung Tunual
~
'"0 Sektor Funasl
Contoh ,.,..,.......
......,/Penjelosan Jow eb
~ Penc:eaahan Penanganan Pemulihan
II
tangga sebelum masuk ke Pemerintah
"'
~-
badan air penerima, agar
"'3 tidak mencemari badan air
0 tersebut.
iil
..
:;·
)>
'"0 Bioremediosi Mendegradasi bahan Pengembang,
"'s- pencemar (kontaminan) Pemerintah
..or
:>
lingkungan yang merugikan
ketingkat atau bentuk yang
lebih aman, dengan
g'
.. .....,
~
~
.. :>
menggunakan
mikroorganisme
~- ~
-C:
.,.,
~- ~
..
3 c .. Q.
c:
Skala Rumah/Bangunan/Gedung Tunggal
- · ..
0"
iil ,
..
.:: Sektor Contoh
I Penanauna
""
~~
'0
c:
;:: Penceaahan Pemullhan I Fungsl
I Gambar/Penjelasan Jawab
.. ..
,2_
~
!j:>
..
liT~
., ..
~
:::J'C
Persamp
a han
Penyediaan
Tempat
Sampah
Mengumpulkan limbah
rumah tangga dalam skala
lingkungan/komunal, agar
I %Pi 4"'W§
Masyarakat,
Pengembang
.. Q.
..
~ c
~
(komunal) tidak mengotori saluran dan
lingkungan.
.."e:
!:':
"""...c
Gerobak
Sampah
Mengum p u lkan dan
mengangkut limbah rumah
tangga dalam skala
I
----- I Masyarakat
"".."
lingkungan/komunal ke
tempat pembuangan
"
~ ~ sampah (wilayah)
~
0
a- Bangunan
Penangkap
Mengumpu lkan suspended
sedimen yang sudah masuk I JSJ IEB
Pengembang,
Pemerintah
2: Sedimen ke saluran drainase
0'1
.....
CTI
N
Skala Rumah/Bancunan/Gedunc Tunual
i Sektor
Pencesahan Penancanan Pemullhan
Funpl
Contoh
Gambar/Penjelasan
Penanpun1
Jawab
~
..
5
.!<
Gerakan
Kebersihan
kesehatan masyarakat
Members1hkan sarana dan
prasarana skala
Masyarakat
..~
::>
Sosialisasi dan pentingnya O&P sarana
dan prasarana
persampahan, serta
LSM, Perguruan
Tinggi,Pemenntah
~
..:e .,..
~
.. ::>
membudayakan kelestarian
lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
1:: Q.
::> :i:i Reduce, Re·use,
.."'"..
Mengoptimalkan Masyarakat,
,-::> Recycle (3R)
:r, pemanfaatan sampah. Pemenntah
coo
_..
::> ..
~ ~
::> ..
"'& ~"
~- lc
-
~~
~"
"'
Q.
3 c
0"
Ql .,
.. ..
c:
Skala Rumah/Bangunan/Gedung Tunual
-· "'
i Sektor Contoh Penanuunc
fungsi
""'oo" Gambar/Penjelasan Jawab
"'~ "'-
Pencegahan Penansanan Pemullhan
.,Q.
"'
~
ir=>
..
..
lir~
:>'t>
~
Persamp
ahan
Komposting
Sampah
g'~
~ c
~
:!:
.."
~
c: Tempat Mengurangi
~
c
Pengelolaan ketergantungan terhadap
Sampah Terpadu TPA/TPS.
"
em (TPST)
"
~ ~
~ ~c:
0
~ z Penghargaan Meningkatkan partisipasi Pemerintah
antar Kampung dan kepedulian masyarakat.
0)
w
2.3.3 Skala Kawasan/Wilayah
dilakukan dalam lingkup daerah yang lebih besar dari skala lingkungan/komunal,
dan menjadi bagian dari sebuah sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Skala kawasan
kompleks perumahan modern, kawasan komersial, kota satelit dan kota mandiri,
Skala wilayah berhubungan dengan sistem administrasi daerah, dan dalam lingkup
wilayah ada kemungkingan tercakup sinergi dari beberapa kawasan lebih kecil, dengan
karakteritik dan penekanan penanganan yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh
adalah pengelolaan kawasan industri dengan karakteristik atap Iebar dengan buangan
limbah cukup besar, yang dapat dilakukan sistem panen air hujan dan pengolahan
Gambar 2 .14 - Sistem Pan en Air Hujan {Rain Harvesting} Skala Kawasan/Wilayah lndustri
Proses yang terjadi pada skema tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :
(2) Sumber utama yang ditampung di bak tampung adalah air hujan dari atap bangunan
bak tampung.
(3) Air dari bak tampung di pampa ke instalasi pengolahan air hujan.
(4) Pada dasarnya sebagian wilayah di Indonesia, air hujan dapat dimanfaatkan secara
langsung untuk pemenuhan kebutuhan air tanpa pengolahan, tetapi untuk air hujan
yang bersifat asam harus dilakukan pengolahan agar memenuhi syarat baku standar
dan layak dimanfaatkan kembali karena jika tidak dilakukan pengolahan, hanya layak
(6) Air hasil pengolahan akan dialirkan untuk pemanfaatan cuci dan bilas, serta menunjang
kebutuhan industri.
(7) Air buangan hasil cuci, bilas dan industri dialirkan ke instalasi pengolahan limbah
industri.
(8) Air limbah hasil cuci, bilas dan industri, akan dialirkan dan diolah dalam sistem
pengolahan air limbah (waste water treatment), dalam upaya terpenuhinya kondisi
yang tidak melampaui batas ambang kekeruhan dan pencemaran sesuai peraturan
yang berlaku, sebelum dialirkan ke sistem drainase air hujan yang ada maupun untuk
(9) Pemanfaatan air limbah hasil olahan untuk siram tanaman atau diresapkan ke dalam
tanah.
akibat hujan dengan sistem pembuangan air limbah, dan sebaliknya untuk kawasan
kondisi tertentu, kawasan komersial, kota satelit maupun kota mandiri, membutuhkan
instalasi pengolahan air lim bah (I PAL) tersendiri, sehingga dalam satu kesatuan wilayah
yang tersusun dari beberapa kawasan yang lebih kecil, penekanan penanganan yang
1) Sistem Panen Air Hujan, melalui penampungan air hujan (PAH), sumur resapan air
2) Pengelolaan lim bah/air lim bah, melalui IPAL komunal, bioremediasi, fitoremediasi;
pengangkut sampah dan kapal keruk sampah, Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
(TPST);
dipahami bahwa penanganan sampah dan limbah diupayakan mulai dari hulu (skala
SANIMAS, TPST, IPAL Komunal, dan lain sebagainya. Pembahasan tentang jenis
---
ii) ..,
..-· ..,"'
::> ::>
Skala Kowasaon/WHayah
X)~
"' ..
..,g_
~
1j:o
j 5ektor
Penoocahon Penqanan Pemullhan
Funpl Contoh G"'""-/
Penjelas.n
.. ..
or~
::>"0
~
Drainase Kolam
""a. Masyarakat.
"' c: Retensi
~
Pengembang,
Pemenntah
:e
..
e:
::>
r
:;·
""::>c:
7<"
Saluran Pengembang.
..
""::>
Primer/
Sekunder I I diresapkan ke dalam tanah
Pemer1ntah
~2 Tampungan
(Long
memanfaatkan saluran
sebagai parit tampungan
Pemenntah
O'l
\D
......,
0
Sbla Kawuan/Wllayloh
.............
·i s.lclor
............... ....,__n Pemullhan
Funpl
Contoh Gambar/
Penjelasan -b
."~ Kolam
Tampungan
(Detensi/Reten
di kolam
tampungan/detensi/retensi
&'
. .,.
~
si)
.. "g-
~ Bioredemiasi Mendegradasi bahan
" .
lG pencemar (kontaminan)
lingkungan yang merugikan
...:;·r- .,.."
7<'::>
ketingkat a tau bentuk yang
lebih a man, dengan
_" ....
c: ...
"
~ [
menggunakan mikroorganisme
(mikrofauna).
., "
a~
c; "
-
~
5 c:
"'""
~~
"'
3 a. I I
., Skala "-wosan/Wllayah
-
c:
0"
....
iil .,
- · "'
" " jI Sektor l .............. ! .........nan ............... I Funpl
Contoll ,._,,..,
Pen........
...........
~ ~ J
-,2_
"' .,
~
,.,. Pemenntah
..
""c:
.,"
"
I I I badan air penerima, atar tidak
mencemari badan air tersebut .
~
c
a-
I Bioremediasi I Mendegradasi bahan
pencemar (kontaminan)
Pengembang,
-...!
......
-...1
N
5I<.- K-8NII/WIIayah
..............
I Selltor
............" ,.,_n•n PemuHhan
Funpl
Contoh GMob<or/
Penjelasan .......
Persampa Saringan Membersihkan dan Pemerintah
han Sampah mengumpulkan sampah yang
dengan sudah masuk ke saluran
trashrock/ drainase skala kawasan/
trash boom wilayah, untuk diangkut ke
dan borscreen tempat pembuangan akhir
(TPA).
..~
kolam retensi untuk
c
0 penerbitan 1MB
z
::>
Penegakan
g> Memberi sanksi bagi lnstansi
Hukum pelanggaran yang dilakukan
.. ..""
~
~
.. ::>
~ c.
(Low
Enforcement)
oleh masyarakat dan pelaku
pembangunan, terkait dengan
Terkait,
Pemerintah
dan Kepolisian
.. c: pengelolaan drainase serta Kejaksaan
::> ..
...:;· ..-o
.-- ::>
..,-::>
c: ...
_..2:
::> ..
~
::> ..
..., ::>
&~
~~
-c:
"'""'
-·
~
..
:J
"'
3 c. ..
I-I -I -I
c --/WI8yoh
-
...___
0
I
:J
Ol ..,
..-· ..,"'
:J
~ ~
:J
Pemullhan I Funpl
I Contoh G.mbar/
Penjelasan
"' ..
-oQ.
~
"=>
.. .."'
~.,..
~
Satuan Tugas
(Satgas)
I I Melaksanakan kegtatan
operas1onal dan pemeliharaan,
:J"O
Operasi dan dalam rangka men1aga fungs1
"'c. Pemeliharaan I
..
"' c
~
~
(O&P)
Drainase
sarana dan prasarana dramase
..e:
:J
c::
:J
"""c
Drainase I Penghargaan
I "'"'"""'"'"""
•• • ·• ~ ··· uo"
•c"cuu""" Pemennt•1 ·
:J
~
:J
an tar
Wilayah I I
partisipasi masyarakat serta
pemangku kepentingan
(stakeholders) dalam
LSM,
Perguruan
Ttnggt,
pengelolaan hngkungan
i
2. Kampanye
serta Operasi
berkelanjutan.
-...I
w
-..J
~
-
Sklla Kllwason/Wllayah
Air Pembuatan Memberi ketentuan dan Contoh regu lasi tentang : Pemerintah
lim bah Peraturan aturan dalam upaya • PERDA tentang
Perundangan pemberian insentif dan Pengelolaan limbah
{Regulasi) disinsentif untuk masyarakat lndustri
dan pelaku pembangunan, • Peraturan Menteri
terkait penanganan dan Ungkungan Hidup tentang
pengelolaan lim bah. Penentuan Status Mutu
Air
Penegakan Memberi sanki bagi lnstansi
Hukum pelanggaran yang dilakukan Terkait,
(Low oleh masyarakat dan pelaku Pemerintah
Enforcement) pembangunan, terkait dengan dan Kepolisian
penanganan dan pengelolaan serta Kejaksaan
limbah
~
Wilayah Perguruan
Tinggi,
"':::> pengelolaan lingkungan Organisasi
g' berkelanjutan. Masyarakat
~
~ "'
"' "C
"' :::>
"' c.
"' c:
:::> "'
.- :::>
~· ~
,-:::>
c: ..
_..
:::> Ill
~ [
:::> "'
..., :::>
8Q. ~
a .., ~
5 ~
-c:
~~
:!1 :::J
11> a.
3 .,c: Sllalll Kaw...n/WIIayah
0::>
.. ..,
-· ""
iil
:::J
~
11>
11>
""!2.
11>
~
.,
"""=>
~-<
.,::>1:1
.,
.,
:::J
11>
-
.,
11>
~
I 5el<tor
Peneaphan
Kampanye
serta Operasi
'-nanpnan Pemullhan
Funpl
Masyarakat.
Pengembang,
CD a.
dan pemangku kepentingan - Pemenntah
~
Pemeliharaan (stakeholders) tentang
c: Sarana dan pengelolaan limbah serta
Prasarana operasi dan pemeliharaan
.. &3 a.'tg;,
.,"'e: Pengelolaan sarana dan prasarana :.l.l~.' ,
:::J Airlimbah pengelolaan air lim bah
c:
:::J (IPAL/IPLT) berikut pendukung
"""""c: Gerakan
lainnya.
Membersihkan sarana dan Masyarakat,
:::J
'1:::J:: Kebersihan prasarana skala Pemenntah
lingkungan kawasan/wilayah dan kawasan
i
~
Persampa I Pembuatan
(kawasan/
wilayah)
sekitar dari limbah akibat
aktivitas masyarakat maupun
genangan/ banjir.
-...1
VI
.....,
0)
Skala Kowosan/WIIaylll
I SebDr
............... ............" Pemullhan
Funpl
Contoh GamUt/
Penjetasan .....
-.......
Penghargaan Meningkatkan kepedulian dan Pemerintah,
antar partisipasi masyarakat serta LSM,
Wilayah pemangku kepentingan Perguruan
(stakeholders) dalam Tinggi,
pengelolaan lingkungan Organisasi
berkelanjutan. Masyarakat
!F (kawasan/
wilayah)
sekitar dari sampah akibat
aktivitas masyarakat maupun
..S"ar
::>
genangan/ banjir.
"'
ro
~ "'0
..
:E ..
.. ::>
~ a.
.. c:
::> ..
..- ::>
3" ,
"" ro
,..::>
c:CIO
::> ro
_..
~ [
::> ..
..., ::>
g
o..~
~
a"
5 ~
-c:
2.4 Pendekatan Penanganan Ecodrain
Pendekatan struktural ecodrain dikenal dengan konsep Tampung Resap Alir Pelihara
(TRAP), dengan rincian sebagai berikut :
2. Meresapkan air menggunakan sumur resapan, kolam resapan, dan area resapan;
3. Mengalirkan air melalui saluran buatan berupa saluran terbuka atau saluran tertutup,
Pendekatan non struktural meliputi berbagai upaya non fisik dengan lingkup kegiatan
pemerintah, dan pada kasus tertentu dapat melibatkan swasta, seperti pengembang
Pelaku utama upaya nonfisik adalah masyarakat dengan difasilitasi oleh pemerintah
undangan, sebagai bentuk komitmen yang harus ditaati dan dilaksanakan bersama;
Wilayah (RTRW);
4. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi ecodrain dengan pengelolaan sumber daya air;
Pengelolaan ecodrain sangat dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik wilayah, yang
drainase.
lahan terhadap elevasi muka air badan air penerima, seperti disajikan pada Gambar
1) Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Tinggi dari Elevasi Muka Air Badan Air Penerima (Tipe
A);
2) Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Rendah dari Elevasi Muka Air Badan Air Penerima
(Tipe B);
3) Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi MAN dan MAB Badan Air Penerima
(Tipe C).
3.1.1 lahan Kawa san Perkotaan l ebih Tinggi dari Elevasi Muka Air Badan Air Penerima
(TipeA)
Pengelolaan drainase pada kawasan dengan kondisi elevasi lahan lebih tinggi daripada
elevasi muka air badan air penerima (Eievasi Lahan > Elevasi Muka Air Badan
Penerima). dilakukan dengan sistem gravitasi . Pematusan dapat dilakukan setiap saat,
baik pada kondisi elevasi muka air banjir (MAB)/maksimun/pasang maupun muka air
normal (MAN) badan air penerima. M eskipun demikian sistem pengelolaan air
kelebihan dengan ecodrain tetap dipakai dengan menampung air hujan, meresapkan
dan mengalirkan dan memelihara baik ditingkat persil, lingkungan dan wilayah.
3.2.
Gambar 3.2 · Kondisi La han Perkotaan Tlpe Ad an Ecodroin Diterapkan di Kawasan Perkotaan
(Tipe B)
Kawasan perkotan dengan karakteristik lahan lebih rendah dari elevasi muka air badan
air penerima, secara fisik akan menyeba bkan sebagian atau seluruh wilayah menjadi
rawan akan genanga n dan banjir, sehingga pengelolaan drainase diarahkan pada
penggunaan sistem polder. Sist em po lder adalah suatu sist em yang secara hidrolis
terpisah dari sekel ilingnya, baik secara alamiah maupun buatan, yang dilengkapi
dengan tanggul , sistem drainase internal, pampa dan/atau waduk, serta pintu air.
Sementara air hujan yang jatuh di daerah pemukiman polder ditampung dengan
Penampungan air hujan (PAH) dan dipakai sebagai air baku, sehingga air hujan dapat
llustrasi kondisi hidrotopografi untuk lahan perkotaan Tipe B, disajika n pada Gam bar
3.3.
llol_o.t.w,
.......
Gambar 3.3 · Kondisi Lahan Perkotaan Tipe 8 dengan Penerapan Ecodrain Penampungan Air Hujan
Pada daerah polder, air buangan yang t erdiri dari air kotor dan air hujan, dikumpulkan
di suatu badan air, baik berupa parit tampungan (long storage), kolam detensi/retensi,
maupun waduk, lalu dipompa ke badan air yang lebih tinggi elevasinya. Tanggu l yang
mengelilingi polder akan berfungsi sebagai pelindung agar tidak t erjad i luapan air dari
tanah dengan lapisan kedap air, dinding pasangan batu, atau kon struksi beton.
Dengan demikian pemahaman rinci tentang sistem polder adalah suatu sistem
penanganan banjir dan genangan sert a pengelolaan drainase kawasan secara tertutup,
yang dikelilingi oleh t anggul serta dilengkapi dengan pintu air, sistem drainase internal,
dan menggunakan sistem pampa untuk membuang air dari sa luran/kolam penampung
pengendalian banjir ke badan air penerima (kanal/ sungai/laut) dengan kondisi elevasi
pena mpung air hujan (PAH ) dan pengolahan sampah dan lim bah domestik.
Gambaran tentang pola pengelolaan drainase pada sistem polder, dapat dilihat pada
Gambar 3.4.
3.1.3 Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi MAN dan MAB Badan Air
Penerima (Tipe C)
Tipologi ka wa san perkotaan terletak pada posisi antara elevasi muka air normal (MAN)
dan muka air banjir (MAB) dari badan air penerima, sehingga dampak limpasan dari
badan ai r penerima bersifat flu ktuatif. Dalam penera pannya, tipologi ini juga
8
Sumber : Amm BudiBfJO, Mtmsnggulang/Banjlr dengan S/stsm Polder. 9 April 2001'. www.bentaiptek.com
/lw ..... . . . . . , _ .
.. ._/lw,_....
~*_ ,..,.,......,.....
memungkinkan untuk dilakukan pengeluran air dari lahan dan kolam tampungan
1) gravitasi, yaitu dengan menggunakan pintu air pada saat elevasi muka air (MA) badan
air penerima lebih rendah dari elevasi muka air (MA) di lahan atau kolam tampungan;
2) pompa banjir, yaitu pada saat elevasi muka air (MA) badan air penerima mencapai
maksimum/banjir/pasang, dengan kondisi lebih tinggi dari elevasi muka air (MA) di
Penggunaan pintu air pada sistem drainase yang umum digunakan di Indonesia, dapat
dikelompokkan menjadi :
3) pintu otomatis, beroperasi secara otomatis berdasarkan perbedaan tinggi muka air di
sebelah hulu dan hilir pintu, dan di Indonesia dikenal 4 (empat) tipe pintu otomatis
Oalam hal pemanfaatan pompa pada sistem drainase, perlu dilengkapi dengan trash
rake yang ditempatkan sebelum bangunan intake pompa, dan berfungsi untuk
melindungi intake pompa dari material sampah.
Drainase dengan sistem polder didesain untuk menanggulangi dampak fluktuasi muka
air di badan air penerima, termasuk pengaruh aliran balik (back water) pada saat
terjadi pasang air laut (rob). Pasang atau naiknya muka air di badan air penerima, akan
menyebabkan terjadinya pembendungan terhadap aliran air menuju ke muara sungai,
yang dapat menyebabkan terjadinya banjir dan penutupan muara oleh sampah
maupun sedimen yang terbawa oleh aliran balik. Kondisi ini akan menjadi semakin
komplek, apabila terjadi pada saat yang bersamaan dengan banjir di lahan akibat
hujan.
Konsep ecodrain dilaksanakan dengan mengelola air hujan yang jatuh di daerah polder,
dan dikelola untuk kebutuhan dan cadangan air bersih, sehingga tidak menambah
pasokan air di daerah polder tersebut.
agar tidak masuk ke perairan. Mengingat zona ini juga memiliki salinita s cukup tinggi
dibandingkan air tawar di lahan, pada kondisi yang tetap mengharuskan penggunaan
bahan dan material logam, diperlukan upaya dengan teknik catodic protection untuk
melindungi peralatan dari proses perkaratan . Pada Gambar 3.6 disajikan beberapa
contoh bangunan tangga ikan (fishway). sebagai upaya mengakomodir kebutuhan zona
termasuk jenis bangunan air yang diperlukan untuk penanganan genangan atau banjir.
Secara umum jenis kemiringan lahan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe yang
terdiri dari : 1) curam, 2) transisi dan 3) landai, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8.
--
A B D E
translsl landal
Dalam penerapan sistem ecodrain pada lahan dengan kemiringan tertentu, dapat
dipilih beberapa sarana dan prasarana drainase yang sesuai, diantaranya yaitu dengan
bangunan pendukung lain. Pada kondisi tertentu, dapat dibuat dasar saluran atau
bangunan yang permeable (porous), dalam upaya meresapkan kembali air ke dalam
tanah.
Penerapan metode ecodrain dapat diterapkan pada semua tipe kemiringan, termasuk
yang ada. Penampungan air hujan (PAH) dengan kolam tampung dapat dilakukan baik
dalam tanah menggunakan sumur resapan (syarat dan ketentuan sesuai dengan SNI
03-2453-2002), biopori, dan lain-lain dapat dilakukan berdasarkan hasil survei kondisi
geologi dan resapan air secara lengkap. Khusus untuk sumur resapan didaerah dengan
Untuk pembuatan saluran sebagai komponen pengaliran perlu penjelasan yang lebih
Pada kondisi kemiringan lahan/medan yang curam, kecepatan dasar rencana (vbd)
ditetapkan sesuai dengan kemiringan yang ada, dan mungkin melampaui batas
kecepatan dasar yang diijinkan (vvb). Dalam upaya mengurangi kecepatan rencana,
kemiringan saluran dapat dibuat lebih landai daripada kemiringan tanah, dengan cara
membuat bangunan terjun yang sekaligus dapat meredam energi, dan besarnya
besarnya kecepatan ali ran yang mempunyai implikasi terhadap terjadinya gerusan atau
maupun kecepatan, sangat dipengaruhi oleh material dasar penyusun saluran, dalam
hal saluran alam (mudah tergerus) seperti saluran tanah dengan karakteristik tanah,
pasangan batu kali ferrocement, beton bertulang, dan lain sebagainya, ditentukan oleh
Jenis aliran pada saluran drainase diupayakan sedemikian sehingga membentuk aliran
subkritis, yaitu suatu kondisi aliran dengan kecepatan lebih kecil daripada kecepatan
kritis, atau mempunyai nilai Fr<l. Kondisi subkritis perlu dipertahankan, terutama pada
(1) Struktural
Penanganan secara struktural dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a) Perencanaan sistem terasering lahan yang dilengkapi sistem drainase dengan dasar
permeabel dan dibuat sejajar, dan dialirkan langsung ke sistem drainase utama dengan
trase menyesuaikan kontur lahan (Gambar 3.9). Untuk mencegah terjadinya erosi
lahan, digunakan tanaman penghijauan jenis rumput atau perdu di sekitar kemiringan
lereng dan lahan datar.
b) Perencanaan drainase utama sesuai kontur, dengan kemiringan saluran diambil lebih
landai daripada kemiringan tanah, dalam upaya menghindari terjadinya gerusan
(kecepatan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan).
Kehilangan energi diperhitungkan dengan membuat bangunan terjun atau got miring
dan kolam olak. Bangunan terjun,got miring dan kolam olak, mempunyai 4 (empat)
(a) bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis;
energi diredam;
Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya ditambah, dan
lantai kolan jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun dianjurkan tidak digunakan,
Menurut Perencanaan Teknis Direktorat lrigasi (1980), tinggi terjun tegak dibatasi
az
(b) 1/ustrasi perisrilohon J10119 bt!rllubungon dengon II!bar l!{l!ktif don ruong olok
di Bongunon terjun lurus/tl!gok
Sumber. Kriterio Perenconoan Bongunan (KP·04), Stondar Perenconoon lrigosi, Direktorot Jenderol Sumber Daya Air, 1986
Permukaan miring yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah praktek
perencanaan yang umum, dan perencanaan khusus jika tinggi energi jatuh melebihi
1,50 meter. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam
mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan
Sumber : Krit~no Perenconoon Bangunon (KP-04}, Stondor Perenconoon lngosi, Direktorot Jenderal Sumber Doyo Air, 1986
Untuk memenuhi batas tinggi energi tidak lebih dari 1,50 meter, maka bangunan
terjun dapat dibuat seca ra bertangga (cascade), dan hubungan kemiringan saluran (i
%) dengan jarak antar bangunan terjun/pematah arus (L), ditunjukkan pada (Gambar
3.12).
(a) (b)
Pada kondisi saluran mengikuti kemiringan lapangan yang panjang dan curam, maka
sebaiknya dibuat bangunan got miring. Aliran pada got miring adalah superkritis, dan
bagian peralihan harus licin dan berangsur agar tidak terjadi gelombang. Gelombang
ini dapat menimbulkan masalah di dalam potongan got miring dan kolam olah kerena
sulit diredam.
c) Perencanaan kolam tampungan, baik kolam detensi maupun retensi, yang akan
menampung air permukaan akibat hujan pada lahan dengan kemiringan curam, yang
dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk keperluan lain, seperti meresapkan air ke dalam
Lahan transisi adalah lahan dengan kemiringan antara 2 - 4%, dan diupayakan tetap
pada bentuk aliran subkritis yang dapat ditempuh melalui perencanaan bangunan
terjun, got miring dan kolam olak, sesuai dengan standar yang ada.
Salah satu permasalahan untuk lahan dengan kemiringan landai adalah sedimentasi.
Agar tidak terjadi sedimentasi, maka gaya seret/gaya geser aliran harus melebihi gaya
geser kritis butiran sedimen, dan gaya seret/geser pada tiap penggal saluran harus
sedimen, yang dimaksudkan untuk melokalisir sedimen yang mungkin terjadi pada
saluran yang bersangkutan. Jika diperlukan, gaya geser aliran sengaja dikecilkan dari
gaya geser aliran pada penggal sebelumnya, dengan cara memperlebar saluran atau
Sedimen yang terjebak dalam bangunan ini pada periode waktu tertentu harus selalu
(sediment trap) yang optimal, biasanya ditetapkan ukuran butir yang diendapkan
Salah satu jenis kolam penangkap sedimen yang sering dipakai adalah sedimen trap
yang dibersihkan secara periodik dengan alat berat atau manual seperti terlihat pada
Gambar 3.13.
Hal-hal yang mempengaruhi penggunaan kolam detensi dan retensi antara lain tekstur
dan porositas tanah, elevasi muka air tanah serta tingkat kekeringan wilayah. Kolam
retensi digunakan pada daerah dengan jenis tanah yang porositasnya tinggi, elevasi
muka air tanahnya rendah dan tingkat kekeringan wilayahnya tinggi agar bisa
meresapkan air ke dalam tanah yang bisa dipakai untuk pemenuhan kebutuhan air.
Sedangkan kolam detensi dipakai pada daerah dengan jenis tanah yang porositasnya
rendah, elevasi muka air tanahnya tinggi dan tingkat kekeringan wilayahnya rendah.
Hal-hal yang mempengaruhi penggunaan kolam detensi dan retensi antara lain tekstur
dan porositas tanah, elevasi muka air tanah serta tingkat kekeringan wilayah. Kolam
retensi digunakan pada daerah dengan jenis tanah yang porositasnya tinggi, elevasi
muka air tanahnya rendah dan tingkat kekeringan wilayahnya tinggi agar bisa
meresapkan air ke dalam tanah yang bisa dipakai untuk pemenuhan kebutuhan air.
Sedangkan kolam detensi dipakai pada daerah dengan jenis tanah yang porositasnya
rendah, elevasi muka air tanahnya tinggi dan tingkat kekeringan wilayahnya rendah .
Seperti telah dijelaskan dalam Bab 2, sarana ecodrain dibedakan menjadi skala persil,
distandarisasi dalam Norma Standar Pedoman dan Kriteria (NSPK) yang diterbitkan
dengan saluran drainase (Buku Jilid I Sistem Drainase Perkotaan), sumur resapan (SK
SNI T-06-1990-F), sistem polder (Buku 6 Sistem Drainase Perkotaan), dan lain
sebagainya.
(Ecodrain) akan membahas beberapa elemen ecodrain yang belum distandarisasi dan
tetap bersinergi dengan NSPK terkait yang ada. Beberapa elemen ecodrain yang
disajikan mengadaptasi dari kasus unggulan (best practice) yang telah dilakukan oleh
konsep dan kebutuhan sarana dan prasarana ecodrain, diharapkan dapat terjadi
lingkungan.
Sebagai kelengkapan panduan, pada bagian lampiran akan disajikan bentuk tata cara
perhitungan dan desain, serta beberapa catatan penting yang lebih rind.
Beberapa elemen ecodrain yang dijelaskan pada bab berikut, terdiri dari :
2) Sumur Resapan;
6) Biofilter;
7) Pengolahan Kualitas Air dengan Rawa Buatan (Wetland Constructed);
8) Fitoremediasi.
Penampungan air hujan merupakan salah satu alternatif solusi struktural dalam rangka
menampung air hujan dari tingkatan persil, lingkungan/komunal hingga kawasan
sehingga tidak langsung masuk ke saluran drainase dan akhirnya dibuang ke laut.
Teknologi ini sangat sederhana, yaitu dengan cara menampung air hujan yang jatuh
keatap rumah/bangunan dengan wadah tertentu. Air dalam tampungan dapat
dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mengisi kolam ikan, mencuci kendaraan, dan
lain-lain. Dengan cara ini debit puncak runoff di sekitar lokasi tersebut akan berkurang.
Cara perhitungan dan perencanaan penampungan air hujan (PAH), disajikan dalam
PPny.UIOfl
Oaun/'S~mCNh At~P
< -1tatan
~ud~h dft(!'f ~pk~n dt K~bu~teo Gununs Kldul
d~nUGM
Sumur resapan merupakan prasarana drainase berdinding rembes air yang berfungsi
untuk meresapkan air hujan dan air limbah ke dalam lapisan tanah dalam. Sesuai
fungsinya dan sumber air, maka sumur resapan dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Sumur Resapan Air Hujan (SRAH), yaitu prasarana untuk menampung dan meresapkan
2) Sumur Resapan, yaitu prasarana untuk menampung dan meresapkan air limbah
(rumah tangga atau lingkungan), termasuk air hujan dalam lingkup lingkungan, ke
dalam tanah.
Perencanaan sumur resapan air hujan mengacu pada SNI: 03-2453-2002 tentang Tata
Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan, sebagai bentuk
revisi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2453-1991 tentang Tata Cara
Dalam perencanaan, persyaratan umum yang harus dipernuhi antara lain terdiri dari :
1) Sumur resapan air hujan ditempatkan pada Ia han yang relatif datar;
2) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;
sekitarnya;
5) Hal-hal khusus yang tidak memenuhi ketentuan dalam SNI : 03-2453-2002 tentang Tata
Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan, harus disetujui
2) 5truktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permeabilitas tanah ~ 2,0
em/jam;
3) Jarak penempatan sum ur resapan air hujan sesuai dengan ket entuan yang disajikan
pad a Tabel 3.1 ten tang jarak minimum sumur resapa n air hujan terhadap bangunan.
Tabel 3.1 - Jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan
··~of-~~~·
~f;~~ ~
.. -;~·- ,•':'· ,. ' {
··.~.:~¥'~~~~~/~· .~ .. ,
..
~t~J'~..t .. ' . ,,.,, ·~ " .•. '' ..
1. Sumur resapan air hujan/sumur air bersih 3
2. Pondasi bangunan 1
050 merupakan salah satu alternatif teknologi dalam rangka konservasi air guna
mendukung delta zero runoff. Sistemnya berbentuk penampungan air pada bagian hilir
kawasan dengan tujuan untuk menjamin pengembangan baru yang tidak menambah
puncak banjir di daerah bagian hilir kawasan tersebut dan sekitarnya pada saat hujan
pada penambahan angka koefisien limpasan, yang secara langsung berdampak pada
debit puncak ke posisi semula, karena akan berfungsi untuk menampung limpasan di
area pengembang untuk sementa ra waktu sampai kapasitas saluran drainase dapat
menampung beban drainase normal, sehingga jaringan drainase yang ada tidak
3} Kolam detensi (050) dapat dibangun dan diterapkan pada beberapa kawasan, seperti
kawasa n property, kawasan olah raga, kawasan rekreasi, kawasan parkir dan bangunan
publik;
4) Secara teknis penerapan kolam detensi (050) dapat direncanakan dengan biaya
5) Secara umum terdapat beberapa tipe tampungan, yaitu : (a) tampungan tidak segaris
dan segaris (off-line and on-line storage); (2) tampungan permukaan terbuka
(tampungan landscape serta genangan di jalan masuk dan parkir kendaraan); (3)
atau alat kendali debit (AKD) berupa bangunan pintu dan pelimpah, yang digunakan
7) Gambaran tentang jenis-jenis sistem kolam detensi (050) yang terdiri dari : (a)
Tampungan tidak segaris (oft-line), (b) Tampungan segaris (on-line), disajikan pada
diagram pada Gambar 3.16.
(a)
Tampungan
Utama
(b)
Saringan sampah merupakan salah satu bangunan penting dalam ecodrain, mengingat
ada yang dalam kondisi terapung, melayang dan berada di dasar saluran/badan air.
Upaya yang dilakukan dalam penanganan sampah sal uran/sungai, salah satunya
dengan trash rake atau Alat Penangkap/Penyaring Sampah. Jenis Trash rake yang
Jenis Trash rake dengan mesin otomatis, dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori,
yaitu:
Prinsip kerja trash rake kabel pengangkat (hoist) ini menggunakan kabel/wire rope
untuk menggerakan trash rake, dan pergerakan naik dan turunnya rake dilakukan oleh
a) Trash rake tanpa rei pengarah (Unguided cable hoist trash rake)
Prinsip kerja trash rake jenis ini, rake/penggaruk menggantung bebas, pergerakan naik
dan turunnya rake digerakan oleh pengangkat (hoist) melalui kabel pengangkat/wire
rope (seperti terlihat pada Gambar 3.18).
b) Trash rake dengan rei pengarah (Guided cable hoist trash rake)
Prinsip kerja trash rake jenis ini, rake/penggaruk dilengkapi dengan rei pengarah yang
letaknya di kedua belah sisi, sehingga Iebar rake bisa lebih besar dan rake lebih stabil.
Sedangkan pergerakan naik dan turunnya rake digerakan oleh pengangkat (hoist)
Trash rake sistem mekanikal ini menggunakan rantai, lengan, hydraulic cylinder dan
gerigi untuk menggerakan trash rake (untuk pergerakan naik dan turun).
Pergerakan Climber trash rake diperoleh dari motor penggerak disambung dengan
soket dan rantai, pergerakan naik dan turunnya rake digerakan oleh soket melalui
rantai.
b) ElbowArm
Trash rake jenis Elbow Arm dilengkapi dengan dua lengan, sedangkan bagian ujungnya
dilengkapi dengan backhoe untuk pengambilan sampah. Pergerakan naik dan turun
Pergerakan naik dan turun bagian sliding arm digerakan oleh rantai sedangkan posisi
kemiringan trash rake digerakan dengan sistem hidraulis. Dudukan unit sliding arm
Lampu
Kabel Power
Stasiun
Kontrol
Kotak/K.,eta
Sampah
Lantai Kerja/
0P"''Siona I
Ret Horisootal
Elevasi
-
Mul<aA1r
Kisi-kisi
Percgaruk(Rake)
Gambar 3.20- Trash Rake Tipe Elbow Arm dan Sliding Arm
kebutuhan ekosistem zona estuari dan proses alamiah lainnya, serta kebutuhan lalu -
lintas perahu nelayan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dapat ditempuh dengan cara
pada salah satu sisi saringan sampah. Pada kondisi tertentu, dapat juga direncanakan
penempatan saringan sampah dengan pola bertahap (zigzag), seperti disajikan pada
3.3.5 Bioremediasi
Proses bioremediasi adalah salah satu teknik pengurangan atau penghilangan tingkat
toksisitas, mobilitas dan kuantitas bahan pencemar (kontaminan) pada sumber air dan
Kontaminan yang biasa ditemui pada sumber air dan tanah terkontaminasi adalah
Kontaminan organik lainnya seperti PCBs (Poly Chlorinated Biphenyls) dan PAHs
pembakaran bensin atau dari lumpur limbah domestik dan lainnya. Hidrokarbon akan
penggunaan bahan peledak atau komponen peledak didalam tanah pada aktivitas
mil iter, menimbulkan kontaminan berupa perchlorate yang merupakan konstituen dari
propellan, bahan peledak, dan bateray militer. Perchlorate adalah kontaminan yang
larut didalam air dan dapat mencemari sumber air atau diserap oleh tumbuhan serta
Kontaminan anorganik seperti beberapa ion logam berat yaitu arsenik (As), timbal (Pb),
kadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada kenyataannya berbahaya bagi kesehatan
pada konsentrasi yang sedemikian rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh
organik yang telah dijelaskan sebelumnya, logam berat dapat ditransfer dalam
walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber polusi utamanya. Suatu
limbah industri komoditi seperti industri tekstil, pestisida, kulit, plastik, pengumpulan
Kontaminan organik berbahaya dan residu logam atau produk-produk samping lainnya
diatas dapat masuk kedalam tumbuh-tumbuhan, tanah, dan sedimen dari proses-
proses terkait dengan kegiatan domestik, perkotaan, pertanian, industri dan militer.
-
".::..:"
Teknik bioremediasi banyak digunakan dalam upaya pemulihan kondisi sumber air dan
tan ah terkontaminasi karena terbukti lebih murah biayanya dan efektif dibandingkan
(senyawa) organik menjadi stabil melalui proses penguapan dan reduksi konsentrasi
biologis, menjadi senyawa lain yang lebih sederhana seperti karbondioksida, metan,
9
Bioremediation by Tina Yu, bahan Ekspose
(Citroreksoko, 1996). Sedangkan logam-logam berat dalam sumber air atau tanah
terkontaminasi yang berasal dari limbah berbagai pabrik dapat didegradasi
keberadaannya dengan teknik bioremediasi ini melalui proses absorbansi biologis oleh
mikroorganisme (mikroalga).
sumber-sumber air dan tanah terkontaminasi secara in-situ. In-situ disini dimaksudkan
sebagai pengolahan sumber air dan atau tanah terkontaminasi yang dilakukan
mikroorganisme endigenous atau dikenal dengan nama bioremediasi eksintrik. Hal ini
Laboratorium, sehingga lebih unggul dan tidak membutuhkan waktu lama bila
diaplikasikan di lapangan.
sungai atau bozem atau waduk adalah secara : (1) in-situ, dimana pengolahan
dilakukan ditempat tanah terkontaminasi berada dan (2) ex-situ, dimana pengolahan
• Gangguan terhadap lokasi tanah terkontaminasi sangat sedikit (tidak ada penggalian
• Karena tidak dipindahkan maka masyarakat atau lingkungan yang beresiko terkena
paparan bahan berbahaya beracun yang ada didalam sedimen (endapan) tersebut
sangat mahal;
Keputusan Menteri lingkungan Hidup Nomor 128 tahun 2003 tentang Tata Cara dan
Namun demikian, aplikasi teknik in-situ memerlukan eksplorasi detail dan menyeluruh
terkait lokasi pencemaran dan karakteristik kontaminannya. lni sangat penting guna
Teknik ex-situ membutuhkan biaya yang lebih mahal karena dibutuhkan biaya untuk
pekerjaan penggalian, pengumpulan dan pengangkutan ke lokasi pengolahan. Akan
tetapi kelebihan dari teknik ex-situ adalah dapat diolah dengan beragam cara seperti :
(1) land farming; (2) composting; (3) menggunakan reaktor lumpur.
bioremediasi adalah :
• susceptibility dari kontaminan, artinya tidak semua kontaminan dapat didegradasi oleh
mikroorganisme;
bioremediasi dapat dilakukan bila sifat fisik dan kimia lingkungannya dapat dikontrol
pengolahan; sifat fisik & kimia lokasi dan karakteristik kontaminannya. Sehingga dapat
diketahui dengan pasti apakah kontaminan tersebut dapat didegradasi atau tidak;
berapa kecepatan degradasi yang dibutuhkan; bagaimana hasil akhir yang diinginkan
3.3.6 Biofilter
Biofilters efektif jika arus lambat dan dangkal pada saluran parit alamiah. Dalam
dalam tanah, lebih lanjut mengurangi pencemaran air dan mengurangi debit limpasan
dan mengolah limpasan hujan dari permukaan lapangan parkir. Kemiringan batas
pavement lapangan parkir agar diatur sedemikian rupa lebih tinggi dari pada batas
dengan biofilter. Jika air masuk dari beberapa titik pengumpulan, seperti aliran halus,
kontrol erosi agar dapat juga ditempatkan pada beberapa titik termasuk di inlet dan
outlet saluran.
Dalam ekosistem rawa, terdapat aneka ragam organisme. Hampir semua mahluk hid up
dibumi terwakili di dalam rawa, mulai dari organisme mikro hingga organisme makro
seperti tumbuhan atau hewan besar. Bakteri, virus, alga, jamur, protozoa, ikan, katak,
burung, binatang melata, binatang menyusui, semuanya ada di sana. Semua mahluk
hidup tersebut membentuk rantai dan jaring makanan, mulai dari pengurai, produsen,
konsumen, berbentuk sangat kompleks yang meliputi berbagai organisme yang berada
lnteraksi antar semua komponen ekosistem yang berada dalam rawa tersebut
memungkinkan terjadinya proses daur ulang secara alami bahan pencemar yang tidak
bernilai bagi manusia menjadi bahan bernilai yang terkandung dalam biomassa
tumbuhan dan hewan. Proses alam diatas mengilhami pengembangan model rawa
Rawa buatan didesain sedemikian rupa diatas sebidang tanah dengan cara membuat
pematang, tanggul dan kolam, sehingga air limbah akan melewati sebagian besar
permukaan substrat yang ditanami tumbuhan akuatik dan semi-akuatik yang bernilai
ekonomis seperti sayuran dan buah. Sehingga dapat disebut pengolahan air dengan
metoda rawa buatan (wetland constructed) adalah alternatif lain pengolahan air yang
meniru proses alamiah yang terjadi di Ia han basah (rawa) ala mi.
M enurut jenis aliran air, rawa buatan secara umum digolongkan dalam dua bentuk :
aliran horisontal dan aliran vertikal. Dalam sistem aliran horisontal, air memasuki rawa
dari satu t it ik, menga lir dalam rawa buatan, kemudian keluar dari titik di ujung rawa.
Sedangkan dalam rawa buatan aliran vertikal, air merembes/mengalir secara vertikal
baik dari atas ke arah bawah atau dari bawah ke arah atas. Rawa buatan aliran
hor isontal dapat digolongkan lebih lanjut dalam empat bentuk, yaitu :
b. Rawa buatan yang proses pengaliran airnya lewat substrat tempat tumbuhnya
t anaman air.
d. Rawa buatan hidroponik aliran tipis yang tidak menggunakan substrat tanah atau pasir.
lOSumber : Brown and Caldwell . Aqua Trealment Technologies. dalam hnp:/ / en.wikipedia.ora/ wiki/ Constructed wetland
1) Aliran vertikal menurun dimana air dialirkan di permukaan sistem kemudian merembes
melalui substrat yang dipenuhi oleh akar tanaman hingga mencapai dasar rawa buatan
2} Aliran vertikal menanjak dimana air disalurkan melalui pipa ke dasar sistem untuk naik
pelan-pelan melalui lapisan substrat sebelum keluar melalui saluran yang letaknya di
permukaan substrat.
11
Gambar 3.25- Tampak Atas Rawa Buatan untuk Mengolah Air limbah
11
Khiatuddin Maulida . ~Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan-, Gadjah Mada
Salah satu komponen rawa buatan adalah tumbuhan/tanaman yang yang bekerjasama
dengan microorganisme dalam media (tanah, koral, dan air). Penggunaan tanaman
baku mutu lingkungan yang tercemar melalui teknik pengurangan atau penghilangan
tingkat toksisitas, mobilitas dan kuantitas bahan pencemar (kontaminan) pada sumber
11
Gambar 3.26 ·Proses dalam Fitoremedlasi
Selain pemanfaatan bagi pemulihan kualitas air, teknik fitoremediasi dapat pula
dimanfaatkan bagi menjaga dan menjamin kualitas kompos dengan fitoteknologi dan
ekotoksikologi. 13
Beberapa catatan terkait proses dan tipe fitoremediasi, disajikan pada Lampi ran G.
12
Bioremediation by Tina Yu, bahan Ekspose.
Mangkoedihardjo Sarwoko, Fitoteknologi dan Ekotoksikologi dalam Desain Operasi Pengom~san Sampah.
3
'
Proses pengelolaan ecodrain membahas urutan tahapan serta rincian kegiatan yang
menjadi beberapa tahapan yang terdiri dari : (1) Perencanaan Kegiatan Ecodrain; (2)
Untuk setiap tahapan dalam proses pengelolaan ecodrain akan dilakukan kegiatan
dilakukan pada awal pembahasan bab ini, sebelum dilakukan pembahasan pada
4.2. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan terhadap konsep ecodrain baik dari aspek pemahaman, tujuan
1. Menjelaskan konsep ecodrain, dari segi pemahaman dasar dan pengembangan dalam
penerapan ecodrain, baik yang dilakukan di Indonesia maupun kasus unggulan {best
pihak terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam pelaksanaan ecodrain di
3. Menampung aspirasi masyarakat, sehingga terjadi diskusi dan umpan balik dalam
Sesuai dengan sasaran penyusunan panduan, maka lingkup dan target sosialisasi terdiri
dari:
Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan dan
mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka hadapi. Tetapi jika
masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga lain adalah menyiapkan
sampah secara baik antara lain dengan pengomposan. Tugas fasilitator adalah
memberikan pelatihan begitu juga jika masyarakat lemah dalam hal pendanaan, maka
tugas fasilitator adalah membantu mencari jalan keluar agar masyarakat mampu
mendapat pendanaan yang dibutuhkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati jangan
Sumber sampah yang berasal dari masyarakat, sebaiknya dikelola oleh masyarakat
karen a jika dikelola oleh pihak lain biasanya mereka kurang bertanggung jawab bahkan
cenderung destruktif.
Secara kuantitas dan kualitasnya, sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan
dan tarat hid up masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain;
• Jumlah Penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk
semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju
pertumbuhan penduduk.
• Keadaan Sosial Ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin
banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya semakin banyak
yang bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada
bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan
persoalan sampah.
sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan
mulai dari sumbernya, dalam hal ini adalah kawasan yang potensial sebagai sumber
sampah sungai. Konsep pengelolaan 3R yang diusulkan dapat dilihat pada Gam bar 4.1.
menyusun rencana detail dan usulan program investasi yang komprehensif dalam
Mooodc
I TAKAXt.1aA
'ca.A.
:Z.ltRT (EGmpoow
Sblo iliwDIIl T..,...
l.T... T -
14
Gam bar 4.1 - Konsep Pengelolaan 3R di kawasan Daerah Aliran Sungai
14
Mochfika5l dan Anontm , Bantek 3 R Bozem Morokembangan. Dtnas PU Kota Surabaya Tahun 2007.
maupun Daerah Pengaliran Sa luran (OPSal) yang ada di Indonesia memiliki karakteristik
masing·masing karakteristik yang berbeda sesuai potensi dan daya dukung wilayah.
Konsep dan kriteria perencanaan ecodrain, perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Apabila sistem drainase baru berada pada bagian hilir dari DAS/DPSal, perencanaan
b) Syarat proteksi yang mencukupi untuk daerah /ow-lying didalam floodplain pada
wilayah baru;
c) Pengaruh pasang surut air laut maupun limpasan dari badan air penerima lainnya
f) Keakuratan data dan ketelitian dalam perhitungan akan memberi efek positif,
aspek kemudahan dan efisiensi dalam operasi pemeliharaan (O&P), sehingga dapat
meminimalisir biaya;
i) Lokasi penempatan sistem ecodrain diarahkan sesuai dengan peruntukan yang telah
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, baik nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota.
Secara garis besar tahapan perencanaan kegiatan ecodrain, diklasifikasikan dalam dua
c) Peninjauan Studi Pemberdayaan dan Pengelolaan Sampah Terpadu (3R) dan Studi
d) Penyusunan Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) sesuai dengan NSPK yang
6) Proses penanganan perencanaan drainase baru untuk kota metropolitan, kota besar
dan kota yang mempunyai nilai strategis harus melalui penyusunan : i) Rencana lnduk
Sistem Drainase (Drainage Master Plan), ii) Studi Kelayakan (Feasibility Study), iii)
7) Proses penanganan perencanaan drainase baru untuk kota sedang dan kota kecil harus
melalui penyusunan : i) outline plan, ii) Detailed Engineering Design (DED) dan iii)
8) Untuk kota yang telah mempunyai master plan atau outline plan, karena
perkembangan kota yang demikian cepat akibat urbanisasi atau sebab lain, maka
sebelum menyusun master plan baru atau outlineplan baru, perlu mengevaluasi
dengan seksama master plan atau outline plan yang ada sebelum memutuskan
Secara umum penyusunan Rencana lnduk Drainase, terdiri dari kegiatan : (1) Sosialisasi
Sistem Jaringan Drainase, Kualitas Air, Sampah dan Sedimen; (3) Analisis dan
Ecodrain.
pemangku kepentingan lainnya, serta menjaring informasi serta usulan umum dalam
2) PKM-2 dilaksanakan sebagai bentuk konsultasi terhadap produk basic design sebagai
hasil dari pelaksanaan Rencana lnduk Drainase, termasuk substansi ecodrain, kepada
para pemangku kepentingan yang terkena dampak baik langsung maupun tidak
langsung.
4.3.3.2 ldentifikasi Pengelolaan Drainase Perkotaan, Sistem Jaringan Drainase, Kualitas Air,
Tahap awal dalam proses perencanaan ecodrain adalah kegiatan identifikasi dan
c) Mengumpulkan data dan informasi kondisi kualitas air permukaan (sungai, waduk, situ
dan air limbah kota (sistem, teknis operasional, institusi, peraturan, pembiayaan serta
Analisis yang dilakukan meliputi analisis kondisi eksisting dan permasalahan, analisis
masalah pengelolaan drainase. Dimana pada tahapan ini diharapkan dapat ditetapkan
dengan kriteria penilaian (terhadap variabel kondisi sarana dan prasarana drainase,
kualitas air di badan air, sampah dan sedimen perairan, dan komitmen pemerintah
Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai usulan kawasan/lokasi dalam OPSal
yang akan ditangani berdasarkan tingkat gangguan terhadap lingkungan dan aktivitas
masyarakat.
• Biaya pembangunan untuk seluruh konstruksi dan perbaikan sistem ecodrain sesuai
tahapan;
• Besaran biaya Operasi dan Pemeliharaan seluruh sistem ecodrain per tahun;
Penyusunan Studi Kelayakan (FS) terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang setiap
terkait.
Sosialisasi Penyusunan Studi Kelayakan (FS); (2) Acuan Tata Ruang, Tata Guna Lahan,
dan Pola/Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air; (3) Tinjauan Masterplan/Outline Plan
Pengelolaan Drainase, Persampahan dan Air Limbah Kota; {4) Aspek Teknis; {5) Aspek
Hukum dan Peraturan; {6) Aspek Kelembagaan; (7) Aspek Keuangan dan Pembiayaan;
{8) Aspek Peran Masyarakat dan Swasta; {9) Penetapan Model Pengelolaan yang Akan
pemangku kepentingan lainnya, serta menjaring informasi serta usulan umum dalam
(preliminary design) sebagai hasil dari pelaksanaan studi kelayakan drainase, termasuk
substansi ecodrain, kepada para pemangku kepentingan yang terkena dampak baik
4.3.4.2 Acuan Tata Ruang, Tata Guna Lahan, dan Pola/Rencana Pengelolaan Sumber Daya
Air
2} Sinkronisasi dengan kawasan/lokasi (tinjauan tata guna lahan daerah aliran sungai,
tinjauan kepadatan penduduk daerah ali ran sungai, tinjauan prasarana dan sarana kota
di daerah aliran sungai, tinjauan tutu pan Ia han di daerah ali ran sungai, tinjauan kondisi
fisik daerah ali ran sungai, sosial ekonomi di daerah ali ran sungai, klimatologi di daerah
aliran sungai).
Limbah Kota
4) Pengolahan dan analisa data (analisa kebutuhan, sistem pengelolaan drainase, sampah
dan air limbah di DAS/DPS, dan alternatif pemecahan, pemilihan serta penetapan
teknologi),
pengelolaan drainase, sampah sungai dan air limbah di suatu DAS/DPS pada setiap
dan drainase),
dan persampahan,
2) Permasalahan yang dihadapi,
Aspek keuangan dan pembiayaan akan mengkaji beberapa hal, terutama terkait
dengan:
rekomendasinya,
Beberapa hal terkait aspek peran masyarakat dan swasta yang akan ditinjau pada
1) Kondisi eksisting : penanganan drainase, pengelolaan air limbah dan sampah oleh
sampah oleh swasta (dunia usaha dan industri) di daerah aliran sungai (DAS)/daerah
pengaliran saluran (OPSal) dan kesadaran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
berdasarkan kondisi tipologi kota dan segmen/wilayah yang akan ditangani. Pada
tahapan ini harus sudah mulai dikonsultansikan dengan berbagai pihak terkait baik
Adapun kondisi pertemuan antara lahan dengan badan air sebagai outlet drainase,
Penetapan prioritas lokasi/kawasan dalam suatu daerah aliran sungai atau daerah
masyarakat.
yang akan ditangani, kemampuan pembiayaan pusat, daerah, swasta dan masyarakat,
Persiapan; (3) Tahap Penyusunan Rencana Detail; (4) Tahap Penyusunan Dokumen
Pelelangan; (5) Tahap Penyusunan Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan (OP).
pemangku kepentingan lainnya, serta menjaring informasi serta usulan umum dalam
(preliminary design) sebagai hasil dari pelaksanaan studi kelayakan drainase, termasuk
substansi ecodrain, kepada para pemangku kepentingan yang terkena dampak baik
1) Program kerja penyusunan OED yang berkaitan dengan metode, kegiatan, jadwal
2) Hasil survei, pengumpulan data dan informasi lapangan (termasuk hasil penyelidikan
tanah, pengukuran topografi) dan membuat interpretasi secara garis besar terhadap
1) Rencana teknis dan struktur prasarana dan sarana, beserta uraian konsep, studi
mekanikal dan elektrikal, lanskap) dan struktur bangunan sipil (bila ada);
4) Dokumen lelang yang terdiri dari gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
5) Rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang meliputi jenis pekerjaan, volume, harga
pelelangan dan melaksanakan tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
Merupakan tahap penyusunan buku petunjuk operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana drainase, termasuk aspek teknik operasi dan pemeliharaan, kelembagaan, dan
pembiayaan.
4.4.1 Kelembagaan
akan ditangani. Dimana diharapkan sejak tahap awal perlu segera dilaksanakan
pengorganisasian agar jalannya kegiatan dapat berlangsung secara efisien dan efektif
Tabel4.1.
PUSAT
GUIERNUR
WAUkOTA/BUPATl
ICEPALA DINAS PU
KOTA/ICABUPATEN
ICOTA/KABUPATEN/
INSTANSI TUNIS LAIN YANG
---------,
DITUNJUK
''
'
.. :~ ~;,:: .;';.J :
'' -.
Aspelc Prrrnurvn don Pengaturvn
Penyusunan Pedoman Utama Partisipasi,
dan Permen/Kepmen lnformasi
lentang Ecodroin
Aspelc , n
Perencanaan APBN APBD APBD
LOAN
Berwawasan lingkungan
Cotot an :
Oolam ospek peron serto masyarakat dan/atau swasto, masyarakat memiliki kewojiban sekaligus tonggung jowab untuk
memberikon masukan serta berperon serto secaro oktif do/om pengeloloan ecodrain.
Secara garis besar tahapan pelaksanaan kegiatan ecodrain, diklasifikasikan dalam dua
Kegiatan fisik yang berupa pembangunan prasarana dan sarana, pengadaan barang
pelaksanaan diklasifikasikan menjadi : (1) Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa; (2)
Kegiatan non fisik dapat berupa kegiatan sosialisasi 3R, pengelolaan air limbah
drainase.
a. Penyusunan Kelembagaan
kelembagaan yang sesuai dengan kondisi dan kultur para pemangku kepentingan,
pemeliharaan (O&P).
b. Pelaksanaan Konstruksi
kepentingan lainnya, serta menjaring informasi serta usulan umum dalam rangka
melalui mekanisme yang berlaku, dan secara administrasi diwakili oleh pengguna jasa;
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa merupakan rencana pengadaan barang dan
jasa yang terdapat dalam studi kelayakan dan detail rencana teknis pelaksanaan
elektrikal dan perangkat dalam sistem informasi seperti perangkat lunak (software)
dan perangkat keras (hardware). Pengadaaan barang dalam hal ini seperti pengadaan
saringan sampah otomatis, pampa banjir, unit-unit pengolahan otomatis dalam IPAL
Pengadaan jasa adalah adalah jasa konsultansi dalam pekerjaan pengawasan dan
sosialisasi.
Pelaksanaan konstruksi fisik merupakan perwujudan fisik dari rencana yang terdapat
dalam studi kelayakan dan detail rencana teknis ecodrain. Pelaksanaan konstruksi
antara lain seperti pembangunan pintu air, bendung spillway, saringan sampah manual
maupun otomatis, tempat pembuangan sampah (TPS) di lokasi saringan sampah dan
bantaran sungai, IPAL Sanimas, MCK komunal, kawasan bioretensi, pavement berpori,
yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Pembangunan konstruksi fisik ini
dieliminir, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup, kesehatan
2) Kegiatan fisik sebagaimana disepakati dalam Daftar lsian Proyek (DIP) yang
yang bersangkutan.
3) Khusus pada kegiatan fisik dari Pemerintah Pusat (Direktorat PLP- Ditjen Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum) pada beberapa kota sebagai pilot project. Diharapkan
rencana yang ada dalam studi perencanaan ecodroin. Kontribusi tersebut dapat
berbentuk penyiapan lahan, tenaga, dan pendanaan fisik, serta komitmen untuk
4) Kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan
5) Sebelum serah terima hasil pelaksanaan konstruksi fisik, akan dilakukan Tahap Uji Coba
Pengaliran dan Peralatan terbangun, yang terdiri dari operasional saluran, pampa
4.4.6 Tahap Uji Coba Prasarana dan Sarana Sistem Drainase Perkotaan
Uji coba prasarana dan sarana yang telah terbangun bertujuan untuk menguji
bangunan apakah berfungsi sesuai dengan perencanaan atau tidak. Uji coba saluran
drainase bisa dilakukan dengan cara mengamati pola ali ran yang terjadi, pola endapan
Selain uji coba saluran, perlu dikontrol dan dilakukan pengamatan terhadap bangunan
kolam retensi, kolam detensi dan semua prasarana penunjang saluran agar sarana dan
selanjutnya agar prasarana dan sarana drainase berfungsi sesuai rencana semula,
1) Pemeliharaan Rutin;
2) Pemeliharaan Berkala;
3) Pemeliharaan Khusus;
4) Rehabilitasi.
• Untuk pekerjaan saluran perlu dilakukan : (1). Pengukuran profil memanjang dan
rutin berkala yang hanya mengangkat sampah dan benda terapung; (2). Menghitung
volume kerusakan talud saluran, untuk talud dari pasangan atau tanah; (3).
tender
kerusakan bangunan pelengkap dari gambar desain detail; (2}. Menghitung rencana
biaya volume kerusakan bangunan dari gambar desain detail; (3}. Pekerjaan dilakukan
untuk pekerjaan rutin berkala yang hanya mengangkat sampah dan benda terapung;
(2}. Menghitung volume kerusakan talud kolam, untuk talud dari pasangan atau tanah;
(3}. Menghitung rencana biaya volume sedimentasi termasuk angkutan dan atau
tender
• Harus ada pengawas lapangan dari direksi pekerjaan untuk mengawasi pekerjaan
• Pekerjaan dianggap selesai apabila telah disetujui oleh pihak direksi dan
drainase/sungai perkotaan dari pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dan air
limbah rumah tangga dan memandu pengelolaan drainase secara terpadu agar
terjadi), atau direktif (untuk menimbulkan atau mendorong terjadinya sesuatu yang
diinginkan).
Studi kelayakan dan Bantuan Teknis (Bantek) merupakan alat kendali pelaksanaan
ecodrain.
provinsi dan atau dinas teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan
kepentingan.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dalam
sistem ecodrain ini harus dimasukkan aspek pendataan (database jaringan drainase)
provinsi.
Pemerintah secara teratur mempublikasikan peta dan rencana kota yang berisi
tata guna lahan dan topografi. Publikasi terhadap substansi sistem drainase dan
ecodrain sebagai bagian di dalamnya, dapat dilakukan melalui situs web resmi milik
agar tetap berjalan dalam prosedur yang telah ditetapkan, sedangkan evaluasi yang
jauh sebuah proyek atau program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tahap persiapan dan
terutama dalam hal penyediaan bahan masukan serta informasi kasus unggulan (best
pengelolaan ecodrain.
ecodrain.
e. Memberikan informasi yang lengkap yang terkait langsung maupun tidak langsung
Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan
(hardware).
aspek : (1) monitoring ukuran teknis/infrastruktur; (2) monitoring ukuran kinerja non
Pemantauan aspek struktural meliputi : (1) kondisi dan fungsi sarana prasarana sistem
bangunan pelengkap.
Pada monitoring kondisi saluran pemantauan dilakukan mengacu pada peta jaringan
drainase dan skema sistem yang dilengkapi data : elevasi dasar saluran, dimensi
pemeliharaan rumah pompa dan pompa banjir, pintu air, kolam retensi, gorong-
gorong, dll. Pemantauan dimensi pompa, elevasi inlet dan outlet pompa, kapasitas
pompa dan jenis pompa serta instalasi mekanikal elektrikal pompa banjir. Pemantauan
dimensi dan jumlah pintu air, elevasi dasar, bukaan normal dan maksimal pintu air,
kapasitas, jenis, kedalaman air dan bahan pintu air serta instalasi mekanikan elektrikal
pintu air.
Berupa pemantauan lokasi genangan, luas, tinggi, lama genangan dan intensitas
genangan dilengkapi koordinat lokasi genangan, peta genangan, serta korban jiwa dan
kerugian material.
buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia, dan perlindungan fungsi ruang dan
1) Limbah Domestik, berupa : (i). Lim bah Non Point Source terdiri black water (tinja) dan
Limbah grey water (bekas mandi,cuci dan dapur); (ii). Limbah Point Source rumah
tangga aliran limbah dalam sistem salurkan pembuangan limbah domestik terpadu; 3).
Sampah organik (sisa masakan dan sisa makanan dari dapur), kertas, plastik, logam,
gelas;
2) Limbah Non Domestik, berupa : (i). Limbah Point Source dari kegiatan industri dan
pertambangan; (ii). Aliran Limbah Non Point Source dari limbah pertanian, peternakan
dan kegiatan usaha kecil dan menengah;
3) Kegiatan Pemanfaatan Lahan, yaitu : (i). Pertanian; (ii). Aliran lrigasi; (iii). Peternakan;
(iv). Urban Runoff; (v). Jalan Raya; (vi).Konstruksi; (vii).Pertambangan.
Parameter sumber pencemar setiap jenis limbah berlainan, terbagi menurut limbah
Sementara itu jenis parameter t ingkat konsentrasi limbah domest ik, pemanfaatan
Ia han dan industri dapat dilihat pada bagian lampiran H pedoman ini.
Baku Mutu Air Limbah Domestik mengacu pada Kep. Men LH 112/2003, yaitu :
'-:':~.•
~~ .;~·~~··~· .. ·-
0 0
-· :~
pH --' 6- 9
BOD mg/L 100
TSS mg/L 100
Minyak dan mg/L 10
Lemak
5.1.4 Sedimentasi/Polutan
Dalam PP 82/ 2001 t entang " Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
pengelolaan air dan sumber air; penataan ruang; pemberian ijin pembuangan air
limbah; penetapan mutu air sasaran dan program kerja pengendalian pencemaran
lebih terarah dengan target yang terukur. Dimana untuk menghitung daya
tampung beban pencemaran dapat menggunakan software yang telah teruji dan
umum digunakan, dengan hasil akhir berupa prediksi jumlah beban pencemaran
dari setiap sa luran drainase atau aliran sumber pencemar yang masuk mengalir ke
dalam sungai sesuai dengan target baku mutu air sungai yang ditentukan.
Maksud dari monitoring non teknis, adalah untuk mengendalikan agar kinerja
• Monitoring data manajemen dan kelembagaan : (a). Bentuk organisasi pengelola; (b).
Struktur organisasi dan uraian kerja; (c). Data pegawai (SDM) yang diuraikan menurut
jabatan, pengalaman kerja dan umur; (d). Pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti;
• Monitoring peran masyarakat dan swasta: (a). Keberadaan forum masyarakat yang
melakukan pemantauan pengelolaan sistemecodroin; (b). Monitoring kewajiban
masyarakat dan swasta
• Monitoring aspek hukum dan pengaturan : (a). Monitoring terhadap produk peraturan
perundang-undangan yang ada (misalnya tentang pengaturan pembuangan sampah
dan larangan membuang limbah cair ke saluran drainase; (b). Upaya penegakan
hokum; (c). Penghargaan terhadap upaya dan prestasi yang dilakukan masyarakat.
5.3 Evaluasi
Evaluasi pengelolaan system ecodroin adalah upaya yang bertujuan untuk mengetahui
adalah identifikasi (mempelajari semua hasil monitoring sejak dari perencanaan hingga
tahap pengelolaan sistem), mencari sebab-sebab terjadinya gap dan mencari jalan
keluarnya. Tolok ukur perencanaan meliputi : ketentuan yang berlaku; Norma, Standar,
Evaluasi system ecodroin diarahkan pada perencanaan yang dituangkan sebagai tolok
ukur yang harus dicapai dan ditaati oleh pengelola sistem. Evaluasi dilakukan terhadap:
Terhadap aspek non teknis : (a). Bidang administrasi keuangan berupa audit setiap
6 -12 bulan sekali; (b). Bidang Kelembagaan dan institusi setiap 12 bulan sekali
yaitu:
Pemerintah pusat dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan evaluasi laporan kinerja pengelolaan
system ecodrain perkotaan yang dibiayai oleh APBN dan laporan evaluasi kinerja
pengelolaan system ecodrain perkotaan dan provinsi.
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dalam panduan ecodrain ini akan ditetapkan lebih lanjut
teknis yang diperlukan, menggunakan Pedoman dan Standar Teknis yang dikeluarkan
Apabila dalam pelaksanaan ada hal-hal yang belum tercantum dalam panduan
ecodrain ini akan dilengkapi dan ditambahkan, kemudian disesuaikan dengan hasil
kesepakatan (konsensus).
C.l. Pendekatan Analisa Jumlah Sampah Yang Masuk ke Badan Air (Sistem DAS) 19
C.2. Perhitungan Laju Tim bulan Sampah Badan Air ............................................ 20
C.3. Produksi Sampah Saluran/Sungai ................................................................... 21
D. Bioremediasi ...................................................................................................... 22
E. Biofilter .............................................................................................................. 28
G. Fitoremediasi .................................................................................................... 31
H. Kualitas Air ...... .... .... ... .... .... ... ...... .............. ... ...... .... ........ ... .... .... ... ........ ... ... ... ... . 33
ii
DAFTAR TABEL
Tabel L.1 - Aplikasi Metoda Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk
Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan .............. 9
Tabel L.2 - Debit Ali ran Sebelum Dan Sesudah Pembangunan ............................ 12
Tabel L.3 - Kebutuhan Tampungan Setempat (SSR) .......................................... 14
Tabel L.4 - Perhitungan Kehilangan Outflow Q ................................................. 16
Tabel L.5 - Perhitungan SSR Revisi .................................................................... 16
Tabel L.6 - Perhitungan Sistem Aliran Mayor ................................................... 17
Tabel L.7 - Komposisi Limbah Domestik ........................................................... 33
Tabel L.8 - Karakteristik Limbah Domestik ....................................................... 34
Tabel L.9 - Jenis Parameter Pencemar Kegiatan Pemanfaatan Lahan ............. 35
Tabel L.lO - Baku Mutu Air Limbah Domestik .................................................... 35
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
LAMP IRAN
Penjelasan terkait penampungan air hujan (PAH) dilakukan untuk skala persil dan
Tinjauan terhadap sarana ecodrain Penampung Air Hujan (PAH), akan dilakukan terhadap
pendekatan contoh perhitungan kapasitas dan pemanfaatan PAH, yang diharapkan dapat
memberi gambaran tentang kuantitas potensi pemanfaatan air hujan untuk mendukung
Disamping tinjauan kuantitas penampungan air hujan, pada bagian ini akan
menjelaskan beberapa hal terkait kualitas air hujan di Indonesia serta aplikasi pemanfaatan
air hujan, berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, seperti yang telah dituangkan ke dalam buku Metoda Memanen dan Memanfaatkan
Air Hujan Untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan, tahun 2006.
Penjelasan sarana ecodrain Penampung Air Hujan (PAH) untuk skala persil, akan
EEEE
Gam bar Ll· Sistem Ta mpungan Air Hujan SicaIa Persli
Diketahui:
2
• Luas atap persil : A= 100 m ;
• Rentang waktu terjadinya hujan {lama hujan) : T = 1,5 jam/1 kali hujan.
Penyelesaian :
Volume air hujan yang jatuh di atap persil akan dialirkan ke Bak Penampung Air Hujan
sebesar :
V = a. J3. I . A. T
Dengan asumsi dalam 1 minggu terjadi 3 kali hujan, maka dapat diperhitungkan volume air
3
V = 3,375 X 3 hari = 10,25 m {3 kali hujan)
a Koefisien limpasan
Pemanfaatan air hujan diasumsikan untuk keluarga dengan 4 orang anggota keluarga,
dan dengan kebutuhan air per hari ditetapkan antara 60 - 120 liter/orang, maka dapat
diperhitungkan :
• Kebutuhan per hari 4 orang x 120 liter/orang = 480 liter (untuk setiap KK)
• Kebutuhan per minggu 480 liter x 7 hari = 3.360 liter = 3,36 m3 (untuk setiap KK)
Dengan ketersediaan air dalam 1 minggu sebesar V =10,25 m 3, maka sisa air yang ada dalam
1 minggu penampungan :
Sisa air tampungan dapat digunakan untuk keperluan lain dalam menunjang
kebutuhan rumah tangga maupun lingkungan. Pendekatan tata cara perhitungan kapasitas
volume penampungan air hujan skala persil tersebut di atas, dapat digunakan sebagai dasar
dalam perhitungan sejenis untuk skala lingkungan/komunal, dengan pola dan pendekatan
perhitungan yang sama untuk beberapa persil yang digabungkan pada satu bak penampung.
Pada skala kawasan, contoh perhitungan ketersediaan Bak Penampung Air Hujan, akan
• Dua bangunan industri dengan menggunakan atap berukuran panjang 100 meter dan
Iebar 50 meter;
• Rentang waktu terjadinya hujan (lama hujan) : T = 1,5 jam/1 kali hujan.
Penyelesaian :
A = 2 x 100 m x 50 m
2
= 10.000 m
Volume air hujan yang jatuh di atap persil akan dialirkan ke Bak Penampung Air Hujan
sebesar :
V =a . ~- I . A. T
V = 0,9 X 1 X 0,025 X 10.000 X 1,5
3
V =337,5 m (dalam 1 hari hujan).
Dengan asumsi dalam 1 minggu terjadi 3 kali hujan, maka dapat diperhitungkan volume air
dan kawasan, terlihat potensi pemanfaatan air hujan cukup signifikan dalam mendukung
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memiliki stasiun pemantauan kualitas air hujan
sebanyak 27 unit, yang tersebar di seluruh Indonesia. Parameter yang dipantau meliputi
komponen tingkat keasaman (pH), daya hantar listrik (conductivity), konsentrasi kation
meliputi Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Amonium (NH 4 ), Natrium (Na), dan Kalium (K), serta
konsentrasi Anion meliputi Sulphat (50 4 ), Nitrat (N0 3 ) dan Klorida (CI).
penekanan, dalam kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai air minum langsung atau
untuk keperluan tertentu yang berhubungan dengan material yang mudah terkorosi. Batas
nilai pH air hujan adalah 5,6, dan nilai itu telah ditetapkan secara internasional sebagai nilai
pH normal atau alami. Nilai pH lebih rendah dari 5,6 akan bersifat asam dan pada kondisi
sebaliknya yaitu lebih tinggi dari 5,6 akan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam
(hujan asam) dapat mengikis bangunan/gedung karena bersifat korosif terhadap bahan
bangunan dan juga dapat merusak ekologi tumbuhan, hutan, danau dan sungai.
kualitas air hujan. Hal ini dapat dilihat pada menurunnya nilai pH rata-rata pada tahun 1996
1 Metoda Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan
Kekeringan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup,2006,Cetakan IV Tahun 2012, ISBN : 978-602-8358-42-
2, halaman 36
(Gambar L.3), menunjukkan bahwa hampir semua daerah di Indonesia mempunyai air hujan
dengan pH kurang dari 5,6. Hal tersebut juga ditunjukkan pada hasil pemantauan BMG
tentang tingkat keasaman air hujan di Indonesia pada bulan Mei 2011 (Gambar L.4).
I.
Dengan mengacu pada hasil pemantauan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas
air hujan di Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan standar internasional sebagai air hujan
yang dapat dikonsumsi secara langsung, atau untuk dipakai membersihkan peralatan yang
bersifat korosif.
Lebih lanjut untuk pemakaian air hujan secara langsung bagi keperluan air minum,
khu susnya pada daerah-daerah dengan pH air hujan jauh di bawah ambang batas, perlu
dilakukan metoda perbaikan kualitas airnya. Cara sederhana yang dapat ditempuh adalah
dengan menggunakan saringan-saringan pasir cepat, karena persinggungan antara air hujan
Pihak-pihak yang berwenang dan terkait dengan kualitas air dan kesehatan masyarakat
diharapkan dapat melakukan pemeriksanaan kualitas air hujan secara lebih detail dan
merata, serta mengembangkan metoda tepat guna untuk memperbaiki kualitas air hujan di
daerahnya masing-masing.
-
1 .00
600 r-
TINGKAT kEASAMAN (pH) AIR HUJAN 01 INDONESIA
·-- - -
soo - -
~
:>
400
"c"' soo
I.
200 r- r- -
100
000
MEI2011
- N~ e.ku Mutu = 5,6
----------------
(sumber : website BMG, 2005)
Gambar L4 • Grafik nilai pH dl berbasal daerah dllndonesla (Mel 2011)
memanfaatkan air hujan untuk penyediaan air bersih, mencegah banjir dan kekeringan.
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi, geografis, morfologi, geologi
permukaan, karakteristik iklim dan hujan wilayah, serta kearifan lokal yang ada di masing-
masing daerah. Pada Tabell.l disajikan rangkuman metode dan sasaran aplikasi yang dapat
diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.
2 Metoda Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk Penyedlaan Air Berslh, Mencegah Banjlr dan
Kekerlngan. Kementerian Negara Lingkungan Hidup,2006,Cetakan IV Tahun 2012, ISBN : 978-602-8358-42-
2, halaman 38
label Ll- Aplllcasl Metoda Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan Untuk Penyedlaan Air Berslh, Mencesah Banjlr dan Kekerlnpn
~· ~
~'[ Masyarakat Masyarakat Subu...,_n dan
.,-o!2...
lnstansl Pemerlntah/Swasta lndustrl
Perkotaan Pedesaan
Komplek Hutan kota, Komplek
s-~ lnstltusl Areal Kawasan Ruang Kawasan Ruang Areal
..
&r;rj
~
Metode yang dlsarankan perkantoran,
saran a
taman,
kebun
pabrik,
perkantoran,
pertanian,
perkebunan,
permukiman publik permukiman publik perttmian
dan
"'"
~[ pendidikan percobaan peru mahan agro-industri tegalan
i c:
~
1) Kolam pengumpul air hujan
v v v v v v
~ 2) Sumur resapan
v v v v v
.::l
c
::l
,..
c:
3) Parit resapan
v v v v
.m::l 4) Areal peresapan air hujan
v v v v v v v v
I
~
5) Tan11ul pekarangan
6) Pagar pekarangan
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
7) lubang pada tanah
Oogangan) v v v v v v v v v
8) Modifikasi lansekap
v v v v v v v v v
9) Daerah konservasi air tanah
v v v
10) Kolam konservasi air hujan
(kolam tampungan) v v v v v v v v v
11) Revitalisasi telaga, situ,
danau v v v
\D
B. Perencanaan Kolam Detensi (On-Site Stormwater Detention-OSD)
---
e.g,.,._~ llr'IIIIIW9JI' ~
~~..,.,~orOII*'fli~
c,e.~t.w.nc.n.rount..~t.--d.WI
~............. ""......,..
p..._ ... ....,.......~.,.,...IIIIC*III"&A
p~--~-
~~~~~~-.y8hy..-.g
~"*-*~ ~· ~
.. AAI ....,..deoee~
0....., .erukt\6cMn~-..,.._png
---
Pet~apUI!Ieft'oOW ~
~,_,... ~.... . ,
-..........
untult. """"'9-n'l..ll''og
-o.ngenywog
~~leonopng...,.,dlpet. . . . . . ~
~~~~
-u&en ~ceo er-
.....
c... ~o...-..un.n.......,_.,png~
oenpn LU'I k ono:Qo ~ywog ~up
---
---
-- Gambar LS • Prosedur Detail Oesaln 050
Penyelesaian :
Sebuah tampungan OSD dilokasikan pada kawasan halaman rumput (lawn) di depan
site. Tampungan akan mengeruk halaman rumput dan dinding penahan tanah akan
dibangun sepanjang bagian depan dan samping batas site untuk memaksimalkan
volume tampungan dengan luasan yang tersedia. Outlet primer akan menjadi lubang
utama pada DCP dimana akan melepaskan aliran ke jalanan. Outlet sekunder (aliran
Rumah dan garasi, bagian dari perkerasan jalan, dan halaman belakang akan didrain ke
DCP pada tampungan OSD melewati sistem drainase pipa. Saluran porous akan
disediakan sepanjang tepi perkerasan jalan untuk melindungi limpasan dari aliran yang
c) Hitung jumlah luasan kedap air dan tidak kedap air yang didrain oleh sistem OSD
Garasi 30,2 m 2
Jalan/Carport 40,6 m 2
Total 236,0 m 2
Lapisan Porous
Untuk menentukan waktu konsentrasi, anal isis sistem drainase DAS dibutuhkan.
tcs : 20 men it
tc : 30 menit.
d) Hitung ali ran sebelum dan sesudah pembangunan untuk kawasan yang didrain ke OSD
Sistem drainase minor yang akan dialirkan ke OSD didesain untuk kapasitas periode
In( 2
/ 30 ) = 4,775 + 0,598ln(30) + (-0.231)(ln(30)) 2 + 0.012(ln(30)) 3 = 4,601
2
130 =100 mm/jam
--..,...., ...,_,POIOUS
~
I
(INit/JIIN '* A....,.
,. ECA
Q
(it/4114.·.
c c ' A(m.,
5ebelum 100 - - 0,43 574 235,2 6,5(Qp)
Gunakan persamaan :
a-~
PSD =
2
Dimana :
tc waktu konsentrasi puncak dari bagian hulu DAS ke outlet yang didesain
tcs waktu konsentrasi puncak aliran dari hulu DAS ke site yang
dibangun (menit)
Qa Ali ran puncak setelah pembangunan dari kawasan yang didesain banj ir
*
Gam bar L6 - Hubungan Antara tc dan tcs
PSD =
43,86 - J43,862 - 4x249,60
= 6,7 ltfdet
2
Berdasarkan Tabel L - 3, nilai maksimum SSR adalah 15,4 m3 dan membutuhkan durasi
akurat dan kehilangan tampungan akibat pembangunan di halaman rumput. Maka SSR
--
Tabell.3 - Kebutuhan Tampun1an Setempat (SSR)
1...,.....,..._
t,(ml15} /(rnrTVk} 101 Q~(Vs}
c A(m') c A(m')
5 347 0.9 236 0.75 Jll 445.7 4).0
10 252 0.9 23& 0.70 )II 430.1 Jll.l
15 199 0.9 23& 0.63 Jll ~ 22.6
20 165 0.9 23& 0.58 ~ Jll 392.8 18.0
0.9 23& -- ~-~- - - 3&4.8 12.8
-·
Jll - 126 -- )11
J5 114 11.9 23& 11.46 Jll )55.5 11.3
Mulut outlet utama disesuaikan dengan debit PSD yang diasumsikan kondisi outlet
bebas ketika tampungan penuh. Dengan menggunakan kedalaman DCP 600 mm dan
kedalaman maksimal tampungan adalah 300 mm, diambil elevasi head maksimum ke titik
pusat mulut orifice 0,8 m. ukuran mulut orifice yang dibutuhkan dibawah kondisi outlet
D0 -
14.4: _J4
_~--;- -
X 0,0043 _
rr - 0,0589 m
tenggelam selama periode ulang 10 tahun kejadian ketika tampungan penuh. Karena mulut
orifice telah disesuaikan ukurannya untuk kondisi outlet bebas, kondisi terendam ini akan
mengurangi debit dan tampungan akan melebihi debit tampungan banjir. Apabila kejadian
ini terjadi, volume tampungan harus diperbesar sebagai kompensasi pengurangan debit tadi.
tenggelamnya outlet, pengurangan head pada mulut orifice butuh dihitung untuk
maksimal level air pada tampungan dan elevasi HGW di hulu ujung pipa outlet. Elevasi HGL
dihitung dengan menambahkan head loss di outlet dan friksi heod loss pada pipa kepada
•·-r.""· ················-···-·············HY.c:l.@~!lf.~.\.!~..
Rl1.20
Open
drain
Dihitung bahwa open drain akan beroperasi penuh ketika tampungan penuh. Misalnya
elevasi tampungan dan open drain adalah 1.55 m dan 1.2 m dihitung dari dasar open drain,
sebuah faktor loss Ko = 0.5, kehilangan outflow Q dapat dihitung dengan cara coba-coba.
Dimana:
V =kecepatan aliran
V =0/A
Sf = friksi kemiringan pipa
Tr1al Q
(Vs)
Pipe
(m{s)
v v•
K. 2{1
s,.L H: Estlmall!d Q
(m x10.') (m) (Vs)
(mx10.')
3.0 0.170 0.73 2.60 0.347 4.27
-········-
4.3 0.243 1.51 4.70 0.344 4.25
Ulangi perhitungan SSR (poin 7 langkah 1) untuk mendapatkan SSR yang direvisi :
label LS - Perhltunaan SSR Revlsl
Asumsikan kedalaman rata-rata tampungan adalah 260 mm, dimensi yang diambil dari
volume tampungan yang direvisi adalah :
ARI dari site untuk waktu tcs (20 menit). Sistem drainase mayor pada DAS didesain untuk
adalah:
50
P20 = 77.4- 0.47x(99.4- 77.4) = 67.1 mm
so 50p20 67.1
= -d- = m) = 201 mmfJam
0
/20
Asumsikan tinggi bendung dibatasi hingga SO mm dan Cscw = 1.70, nilai B adalah:
l
II Goo.
.
l ;t.·-- f
I!
ll
--050-
........ ............
I
o------- ----------- ---------!
l
I
i
I
! --..,
§
1I
I II
I
II
I II
I
I
II
I
ri A
I
I
''
,•'
,-
.... -----
' -~...a/
1II
''
I!
I I . t~ I I I
,•
_,.,. --· ososw..-
DCP- Fl / II
~
~
l A I
_j
\_Bnd<......,;ngw.l
-
Gambar L.S - OSD 01 atas Permukaan Tanah
C.l Pendekatan Analisa Jumlah Sampah Yang Masuk ke Badan Air (Sistem DAS) 3
Sampah yang diproduksi oleh permukiman, daerah perkantoran dan perdagangan, dan
fasilitas umum (fasum) dan fasilitasi sosial (fasos) di perkotaan dan perdesaan, tidak semua
dapat terangkut ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) atau tereduksi dengan kegiatan 3R dan
sebagian dari prosentase sampah tersebut yang dibuang ke perairan, baik saluran, sungai,
danau dan pantai/laut. Dari hasil penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti
Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya didapatkan jumlah prosentase sampah yang
cukup besar yang dibuang ke sungai dan saluran-saluran drainase, yang secara signifikan juga
menyebabkan kegagalan fungsi sarana prasarana drainase dan pengendalian banjir karena
dapat mengurangi kapasitas saluran serta mengganggu operasional fungsi pintu air dan
instalasi pampa banjir. Sudah diusahakan berbagai hal untuk mencegah sampah masuk ke
saluran tetapi masih saja ada sampah yang masuk, oleh karena itu dibutuhkan trash rack
agar sampah tidak mengganggu operasional sarana dan prasarana yang ada.
Jenis sampah yang sering dibuang ke sungai dan saluran-saluran drainase tersebut
diantaranya adalah sampah basah seperti sampah sisa-sisa makanan dan sayur-mayur, buah-
buahan; sampah kering seperti kayu, plastik, pakaian, kasur dan bantal, logam, kaca,
keramik; sampah balokan seperti batang pohon tumbang, balok kayu; sampah binatang
seperti bangkai kucing, bangkai ayam, bangkai anjing dan bangkai tikus; dan sampah industri
1) Pasar, tempat komersil di sepanjang aliran sungai (termasuk dalam DAS Sungai).
3 Penyusunan Sistem Pengelolaan Sampah Sungai di DKI Jakarta, Proyek Peningkatan Prasarana
Permukiman DKI Jakarta, Ditjen Cipta Karya 1998/1999, Laporan Akhir. Halaman 4-1 s.d. 4-3.
sungai.
Sampah-sampah tersebut ada yang kondisi terapung, melayang dan berada di dasar
saluran/sungai/waduk. Hal ini terjadi tergantung pada sifat-sifat fisik sampah (berat jenis,
permukaan, dsb), yang akan menentukan konsep penanganan pemeliharaan dan operasional
screen, juga menyebabkan peningkatan biaya pemeliharaan prasarana dan sarana drainase
dan pengendalian banjir.
Produksi sampah sungai dalam layanan pembersihan ini adalah sampah sungai yang
timbul di daerah perkotaan yang mempunyai jumlah yang lebih sedikit dari jumlah sampah
yang ada secara keseluruhan. Hanya sebagian kecil dari produksi sampah kota yang masuk ke
• Masih terdapatnya daerah sempadan sungai yang terbuka dan belum dipagar sehingga
sungai.
Tempat-tempat yang menjadi sumber sampah di sepanjang sistem aliran sungai adalah :
Jalan-jalan lingkungan, jalan setapak, lapangan, taman serta pohon-pohon yang berada
Dimana:
D. Bioremediasi
dari sedimen/endapan yang terkontaminasi yang akan diaplikasi bioremediasi. Hasil dari
survai ini pun menentukan strategi investigasi yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya.
Pada tahap survei ini, semua informasi terkait sedimen/endapan terkontaminasi yang
akan diolah harus didata dengan lengkap. lnformasi tersebut diantaranya adalah peta lokasi
dan alur aliran air yang existing di lapangan. Daerah tangkapan (catchment area) terkait
jenis-jenis kegiatan yang ada, penggunaan lokasi (dulunya), saluran drainase apa saja yang
ada dan lain sebagainya sangat menentukan prediksi cemaran (kontaminan) dan hipotesis
selanjutnya.
data yang mewakili (representative) kondisi sedimen/endapan untuk penilaian faktor resiko
kemungkinan ada atau tidaknya ledakan; kemungkinan ada atau tidaknya intrusi cemaran
Pada phase ini, dilakukan empat {4) jenis pekerjaan yaitu : investigasi; penilaian resiko;
pelaporan dan penentuan garis besar (outline) dari proses bioremediasi. Pada tahap ini
diperlukan pula sampling dan uji laboratorium terhadap beberapa parameter dan atau
Objektif dari tahap bioremediasi ini adalah membuat perencanaan detil disain
bioremediasi yang sesuai baik in-situ maupun ex-situ dan mengaplikasikannya dilapangan.
Pada saat perancangan detail desain tidak jarang diperlukan pekerjaan investigasi lahan
tambahan guna mengetahui dengan tepat proses bioremediasi yang sesuai dengan kondisi
Objektif dari tahap ini adalah dilakukannya pengecekan terhadap efektifitas proses
Sebelum tahap operasi dan evaluasi ini dimulai, perlu disusun prosedur dan
parameter-parameter yang akan diukur dan diuji (dipantau) sebagai bahan evaluasi,
termasuk rencana tanggap darurat (emergency response) dan sistem peringatan pada satu
dimana memuat apakah operasi dan evaluasi tersebut dapat dilanjutkan atau harus
dihentikan.
Objektif dari tahap ini adalah digunakannya kembali sedimen/endapan yang telah
dilakukan bila digunakan proses bioremediasi ex-situ. Untuk itu diperlukan pekerjaan
lanjutan yaitu penggalian, pemuatan dan pemindahan sedimen/endapan yang telah pulih
Namun, bila digunakan proses bioremediasi in-situ dimana tujuan aplikasi proses
bioremediasi adalah menurunkan kadar sedimen terlarut maka objektif dari tahap ini adalah
terse but.
sedimen/endapan pada saluran drainase perkotaan (sungai, bozem, waduk, dll) sebagai
upaya pembersihan cepat (kuratif). Teknik ini masih dianggap paling efisien (cepat) walau
Hal penting yang perlu disiapkan sebelum aplikasi bioremediasi dengan tipe land
• Persia pan tempat penampungan sementara sebagai tempat pengolahan land farming
KepKaBapedal No. 1 tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Hal ini penting
disiapkan sistem drainase di dalam area yang bersifat tertutup (closed circle). Larian air
kayu, plastik, potongan logam dll) secara mekanik dan atau manual. Sampah-sampah
tersebut akan menghambat proses bioremediasi yang akan diaplikasi, sehingga harus
dengan beberapa tahapan cara tergantung pada jenis kontaminan apa yang akan didegradasi
terlebih dahulu. Tentunya, kandungan kontaminan yang terbanyak perlu didegradasi terlebih
• Dilakukan penambahan nutrient (berupa kotoran ayam, kotoran sapi atau pupuk)
• Selain nutrisi, perlu juga penambahan bulk agen seperti limbah serutan kayu, sekam
padi atau limbah bottom ash dari pembakaran batu bara. Bulk agen ini dimaksudkan
penyiraman air secara rutin. Air yang digunakan untuk penyiraman ini haruslah air
bersih dengan pH normal (pH 6 - 8) dan tidak tercemar oleh minyak, bahan anorganik
maupun bakteri lain. Dalam kondisi iklim kering (panas) diperkirakan konsumsi air
mencapai 40.000 liter per hari per lokasi penampungan sementara. Sedangkan
dimusim hujan, kelebihan kandungan air didalam tanah akibat curah hujan harus bisa
Bahkan sebaiknya tersedia terpal untuk menutup sementara permukaan tanah yang
terus berlanjut hingga mencapai tanah lapisan dalam yang telah dib'alikkan
kepermukaan. Bila kondisi tanah terlihat kompak (liat) maka proses pembalikkan tanah
dilakukan lebih sering guna meningkatkan proses aerasi. Sebaliknya bila kondisi tanah
terlihat .berpasir (granular) maka proses pembalikkan dilakukan dengan frekuensi yang
lebih sedikit dibandingkan tanah kompak.
dilakukan sampling dimulai pada hari ke-10 sejak pemaparan dilakukan. Evaluasi terhadap
hasil analisis sampling tersebut menjadi bahan pertimbangan pengolahan bioremediasi yang
,,._,,
t.IOdlore Coferction
SUmur M onitor
... .......
~,
E. Biofilter
Konsep utama biofilter adalah menggerakan aliran air dengan lambat melalui tumbuh-
tumbuhan. Dengan aliran lambat, aliran limpasan halus dapat dijaga dengan biofilter yang
yang lebih euram), dan suatu flow path panjangnya sedikitnya 10 feet (minimal 3 meter).
Lapisan utama tanah penutup adalah tanah berumput, yang harus tetap dialiri pada
musim kemarau. Agar lapisan tanah berumput yang berfungsi sebagai biofilter dapat bekerja
efektif harus sering dipotong seeara rutin dan dirapikan. Dimana kemiringan kurang dari 1%
atau dimana air tanah tinggi, tanaman rawa buatan dapat digunakan dalam biofilter.
Kondisi puneak hidrograf pada biofilter harus diatur kurang dari 8 em dan pereepatan
puneak kurang dari 0,3 m/detik. Limpasan hujan lebat dapat mem-by pass biofilter, atau
biofilter dapat didesain untuk dapat mengakomodasi debit banjir yang lebih besar tentunya
dengan kualitas air yang terjaga. Lebar alas dari parit adalah seeara umum 60 em sampai 2,5
Agar pembersihan air limbah efektif, rawa buatan (sebagaimana juga rawa alami)
membutuhkan lima komponen (Hammer, 1989 dalam Khiatuddin Maulida, 2003), yakni :
1) Substrat (tanah, pasir, kerikil, dll) dengan berbagai t ingkat konduktivitas hidrologis.
2) Tumbuhan yang dapat hidup dalam kondisi anaerob di media yang jenuh dengan air
3) Genangan air (baik yang mengalir di atas atau di bawah permukaan tanah).
1) Unit Wetland didahului dengan bak pengendap untuk menghindari cloging pada media
2) Konstruksi berupa bak/kolam dari pasangan batu kedap air dengan kedalaman ±1
meter.
4) Kolam diisi dengan media koral (batu peeah atau kerikil) diameter 5 mm s.d. 10 mm,
setinggi/setebal 80 em.
5) Ditanami tumbuhan air dieampur beberapa jenis yang berjarak eukup rapat, dengan
6) Dialirkan air limbah setebal 70 em dengan mengatur level (ketinggian) outlet yang
7) Desain luas kolam berdasarkan beban BOD yang masuk per hari dibagi dengan Loading
maksimum 2000 jiwa dan perkantoran atau gedung-gedung sekolah karena kebutuhan
lahannya eukup tinggi antara 1,25 m 2/jiwa s/d 2,5 m 2/jiwa dibandingkan fakultatif
pond hanya 0,2 m2/jiwa s.d. 0,5 m2/jiwa atau hanya 1/5 dari kebutuhan lahan rawa
buatan. 4
4 Fitoremediasi, Upaya Pengolahan Air Limbah Dengan Media Tanaman, Direktoral Perkotaan dan
Perdesaan Wilayah Barat, Diljen Tala Perkolaan dan Tala Perdesaan, 27 Oktober 2003.
Proses dalam sistem fitoremediasi berlangsung secara alami dengan enam tahap
proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/pencemar yang
berada disekitarnya.
1) Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan
dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga
Hyperacumulation
2) Rhizofiltration (rhizo = akar) adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan
oleh akar untuk menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan percobaan
Ukraina.
3) Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pad a akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat zat tersebut menempel erat (stabil)
pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh ali ran air dalam media.
aktivitas mikroba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan
bakteri.
menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih
sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini
dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan
6) Phytovolatlzatlon yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan
dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya
air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
Merah/Putih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili,
dll.
INF LUfHT
FROM HEAD
WOilKS-
SOU OS EFFLUENT
lEMOVAI. - T O HEAD
WOOIG
5
Gambar l.12 - Flow Diagram Proses Fltorediasl Oalam Pengolahan Alr
5
Matthew Dempsey, Phytoremed latlon, December, 1997. http://www.rpi.edu/dept/chem-eng/Biotech-
Environ/MISC/webpage1.html
• Limbah Domestik, berupa : (i). Limbah Non Point Source terdiri black water (tinja) dan
Limbah grey water (bekas mandi, cuci dan dapur); (ii). Limbah Point Source rumah
tangga aliran lim bah dalam sistem salurkan pembuangan lim bah domestik terpadu; 3}.
Sampah organik (sisa masakan dan sisa makanan dari dapur}, kertas, plastik, logam,
gelas.
• Limbah Non Domestik, berupa : (i). Limbah Point Source dari kegiatan industri dan
pertambangan; (ii). Aliran Limbah Non Point Source dari limbah pertanian, peternakan
dan kegiatan usaha kecil dan menengah.
• Kegiatan Pemanfaatan Lahan, yaitu : (i). Pertanian; (ii). Aliran lrigasi; (iii). Peternakan;
(iv). Urban Runoff; (v). Jalan Raya; (vi). Konstruksi; (vii). Pertambangan.
Parameter sumber pencemar setiap jenis limbah berlainan, terbagi menurut limbah
domestik, kegiatan pemanfaatan lahan dan limbah industri. Komposisi parameter limbah
jenis yaitu konsetrasi rendah, sedang dan tinggi diuraikan pad a tabel berikut :
Tabell.S - Karakterlstlk llmbah Domestlk
- Organik mg/L 8 1S 3S
- Nitrat mg/L 0 0 0
- Organik mg/L 1 3 s
- Anorganik mg/L 3 s 10
Sulfat mg/L 20 30 so
Alkalinitas sebagai CaC03 mg/L so 100 200
Logam Berat
Koliform
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 0112010, tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
Baku Mutu Air Limbah Domestik mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
pH -- 6-9
BOD mg/L 100
Sub-Reservoir Air Hujan (S-RAH) sudah dikembangkan di Indonesia, dan telah dilakukan
penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan
Pada tahun 2011 telah dilaksanakan "Penyusunan Kriteria Teknis Desain sub-Reservoir
Air Pada RTH Perkotaan Untuk Drainase Berwawasan Lingkungan", dan telah dihasilkan
rumusan kriteria teknis desain sub-Reservoir, dengan desain model atau teknologi sub-
Reservoir (S-R), Modul S-RS, S-RlO, S-R25, S-RSO dan S-R65, untuk menampung air hujan
talang atap. Secara prinsip air hujan yang keluar dari sistem outlet (effluen) sub-Reservoir,
akan dialirkan ke dalam tangki eksplorasi (pemanfaatan), lalu ke dalam Sumur Resapan Air
Hujan (SRAH) sebagai konservasi air tanah. Dengan pola ini, air hujan dari atap rumah/persil,
lingkungan, dan kawasan dapat tertahan hingga mencapai 100% (zero run off}, sehingga
Pada tahun 2012/2013 telah diterapkan S-R65 pada "Prototipe Drainase Ramah
6 Disarikan
dari paparan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian Pengembagan,
Kementerian Pekerjaan Umum, dengan Judul "Penerapan Dralnase Permuklman Perkotaan Ramah
Llngkungan Zero Runoff'', Pengembangan Sistem Drainase Permukiman Perkotaan Ramah lingkungan,
Jakarta 19 April2013
Penerapan Sub-Reservoir Air Hujan (s-RAH) pada areal permukiman, didasarkan dan
mengacu pada konsep neraca air dalam bidang tadah (catchment area), yang secara
Dimana :
P Presipitasi yang jatuh ke dalam, pada bidang tadah, seperti DAS, kawasan,
Q0 Aliran air yang keluar dari bidang tadah di outletnya (aliran kelebihan air hujan);
Curah hujan pada atap dan halaman bangunan (persil), diperhitungkan dengan
Dalam pemanfaat air hujan yang jatuh di atap serta halaman, terdapat arahan dan
kelebihan (TRMA);
Reservoir Air Hujan digunakan acuan Zero Runoff dan TRMA, atau dalam Panduan Ecodrain
dikenal dengan sistem TRAP (Tampung Resapkan Alirkan dan Pelihara), dengan lingkup
2) Manfaat : konsumsi air hujan (analisis kebutuhan air untuk aktivitas kantor), air
3) Resapan : Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) dangkal, SRAH dalam, atau bentuk
yang lain;
seminimal mungkin.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penggunaan sub-Reservoir Air Hujan
dapat menahan air larian (run-off) hingga mencapai angka 100%, dan kondi si ini apabila
Pemanfaatan lain dari penggunaan sub-Reservoir Air Hujan ini adalah untuk
mendukung konservasi air tanah, penyediaan air baku, cadangan air pemadam kebakaran,
menyiram tanaman, flushing, hingga dikonsumsi langsung sebagai air minum, yang
memerlukan penanganan lanjut, salah satunya dengan lnstalasi Pengolahan Air Minum Air
Pada Gambar l.14 disajikan Tren reduksi genangan banjir pada penerapan sub-
Reservoir Air Hujan pada RTH Perkotaan, sebagai gambaran terjadinya penurunan genangan
I*"'
I~
~ 1-
1 ~
I
!
-
50!l
0%
-~ f-----------
~ • r
j lmilOihlWl Rll11KLWK
1
RTHI,R LWK
-cr......,._· sa ' 1~
+
""
1ft
Gam bar L14 - Trend Reduksl genangan banj ir pad a penera pan
dengan standar pelaksanaan yang ada, dan secara diagram dapat dijelaskan pada Gambar
L.lS.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, metoda sub-Reservoir Air Hujan tipe S-R65
24 buah Sumur Resapan Air Hujan (SRAH), pemasangan 2.167 m2 paving block dan 1.452 m 2
rum put gajah, 1 unit IPAM AH, dan 3 unit water tapping.
( Mt1t.AI )
[(
I!
Pre c.onstrucbon meetma
J
- I
Pem .u:M.Ian Inlet, <»atln,
manhole, pe~
Pemmbu.J:utl wbr'e•
dea.a.n t anab Uf\1&.-l
dJb
r--
Uji ~l'j~ ,t'OUICipe: (Konfisi
(;ePIC~ Air d;Jn IP~itx Air
Huja..)
Pek.ttJUO P~dabul\la.a
Ptbt"JUD Pt:m auoam
Wna.npn Air
...,.
s~ Hupn
I Pompa Eluplonta
-
dan La~:~.! a b«oa 1\ambuk.
OpenSI cl hmehh. . _ ~
[ Peaa.Makal.n Subre•
dena• C rane 25 ton l [ PE:I))'U. .UU'I
I
l PemaUD.JAD Sub«&
O.t.n Lubm Golun
( SELISA.I )
:.:.. ~. ~a~"-~·_,-c;;r--,.-lJ
c
Q§J :.... ......0. Tlii(:MI~
...
... ~-
Gambar L.17- Diagram Pemanfaat Air Hujan di Green Building, Puslitbang Permukiman
I
!~"erMamer
~a2 - 3on)
Gambar l.18 - Diagram Alir lnstalasi Pengolahan Air Minum- Air Hujan {IPAM-AH)
di Green Building, Puslitbang Permukiman, Ban dung
E '
'
~ ..._ .. ~
_.,.
.... r. I
'1 ~
-
~~AlAS B
S..rtnpn !CaSar
~ ~H --
02 - 2,Scm
I -
PERW PETA GEOHIDROLOGI (AKUIFER)
Gambar l.20 ~ Tipikal Sumur Resapan Air Hujan {SRAH}, Tipe Sumur Dalam
Gambar L21 - Tampungan Air Hujan pada Kolam Resapan (Retensi ) dan Saluran
berikut:
1) Kinerja Prototipe Drainase Ramah Lingkungan yang diterapkan, memberi hasil sebagai
berikut:
b. Tampungan air atau persediaan air yang diperoleh, disajikan pada grafik (Gambar L.22);
c. Terjadi genangan air mulai dari menit ke - 1 dengan kedalaman ± 1 - 5 em, dan akan
hi lang setelah 30 sampai 60 men it setelah hujan red a (lama hujan < 2 jam);
d. Kawasan green building dapat mereduksi genangan air hingga mencapai 100% (zero
run off);
2) Berdasarkan pengamatan dan penelitian terhadap kejadian air hujan di kawasan green
air kawasan, sesuai yang disajikan pada Gambar L.23. Hasil yang diperoleh dari
a. Pada kawasan green building telah terjadi reduksi run off sebesar 92%, dan dapat
b. Sedangkan untuk seluruh kawasan dapat direduksi run off sebesar 58%, yaitu pada
kondisi konvensional.
1 15000 00
5000.00
-~
""E
~ '100000
-'! 300000
:!l 2000.00
1000.00
000
...,.§' ._.:> $ .! ~<(; ...,.,~ ,.§' .Ji:· <# ~ +0.. .:;/7
Hujan Rata·rata Tahun 2000.2012
40
30
:§: 20
&
t 10
I
0
IllGill
] · 10
· 20
Ill
Periode Routing (menit)
Elr.fosJ muko o, dalom sumur (m} • E~sl gtnongan s8Jtar sumur (m}
50
0
:§: · SO
· 1 00
~ · 1 50
~ · 200
.,.& · 2!:.0
~
.. ~
· 300
·3 50
~00
Per/ode Routing (m enit}
£11:\!osl mukD olr dolom ' '""'" (m} • , EWwlsl QMOttgan J8ltor sumur (m}
Gam bar L.22 - Grafik Hasil Penelitian terhadap Pembangungan Sub-Reservoir Air Hujan (S- RAH}
3) Terkait aspek pembiayaan dan keuntungan la in yang diperoleh dari pembangunan Sub-
a. Biaya konstru ksi/invest asi yang dikeluarkan sekitar Rp. 1.615.715.000,00 (satu milyar
enam ratu s lima belas juta tujuh ratus lima belas ribu rupiah), dengan air genangan
3
yang dapat direduksi sebesar = 92% x 6.870,41 m /tahun. Dengan demikian untuk
3
mereduksi set iap m genangan air hujan, diperlukan pembiayaan atau investasi
b. Sistem ini dapat digunakan untuk penyediaan konsumsi air minum dan dapat
c. Hasil uji kualitas air hujan, setelah melalui pengolahan, dapat disimpulkan bahwa air
dalam sistem drainase memenuhi syarat baku mutu air baku untuk air minum (pada
a. Prototipe drainase ramah lingkungan (Metoda Sub-Reservoir TMRA) pada lokasi green
building Puslitbang Permukiman, Bandung, dapat mereduksi air hujan (run off) hingga
92%, dan dapat ditingkatkan hingga 100% (zero run off) dengan mengoptimalkan fungsi
c. Secara keseluruhan prototipe drainase ramah lingkungan dapat mereduksi run off air
hujan hingga 58%, dan menghasilkan genangan 1 - 5 em, dengan lama genangan
d. Biaya konstruksi sekitar RP. 1.615.715.000,00, dengan air genangan yang dapat
a. Konstruksi Sub-Reservoir konstruksi FRP modul S-R65, dengan ukuran diameter 3,0 m
dan panjang 10,0 m, perlu dimodifikasi agar lebih praktis dan mendukung kemudahan
aplikasi di lapangan;
kapasitas tampungan;
TIM PERUMUS
lr. Anggrahini S, MSc
Prof. lr. lwan Kridasantausa H, Ph.D
lr. Sukrasno S, Dipl. HE
Dr. lng. lr. Agus Maryono
lr. Yosef Bernardus Danang Tri H
TIM PENVUSUN
lr. Dodi Krispratmadi, M.Env.E
lr. R.G. Hari Susanto, CES
R. Nuzulina llmiaty Ismail, ST, MT
Albert Reinaldo, ST, MSi, MSc
Hotman Frian, ST, MSi, MSc
Alvan Fuaddy Putra, ST
Yulia Kusumastuty, ST
Friska Nur Afianti, ST
Roy Marthen, ST
Riris Grace K Simarmata, ST