Irigasi Dan
Bangunan
Air
Modul VIII :
8.
Fakultas
Teknik Sipil dan
Perencanaan
Program
Studi
Program
Studi Teknik
Sipil
Tatap
Muka
08
Kode MK
Disusun Oleh
A61111EL
Ir.Hadi SSilo.MM
Abstract
Kompetensi
Mahasiswa
diharapkan
memahami
tahapan dan dapat merencanakan
dimensi hidrolis kolam olak bendung
dan memperhitungkan
keamanan
rembesan bendung.
8.
Debit rencana
Untuk menemukan debit yang akan memberikan keadaan terbaik untuk
peredaman energi, semua debit harus dicek dengan muka air hilirnya. Jika
degradasi mungkin terjadi, maka harus dibuat perhitungan dengan muka air hilir
terendah yang mungkin terjadi untuk mencek apakah degradasi mungkin terjadi.
Degradasi harus dicek jika :
1
3
v1 =
Dimana :
..
v1 =
H1 =
tinggi jatuh, m
(8.1)
Dengan q = v1y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah :
y2
1/ 2
yu
1
3
dimana :
Fr =
dimana :
y2 =
v1
gy u
1 8Fr 2 1
..
(8.2)
..
(8.3)
yu =
Fr =
bilangan Froude
v1 =
Kedalaman konjugasi untuk setiap q dapat ditemukan dan diplot. Untuk menjaga agar
loncatan tetap dekat dengan muka miring bendung dan di atas lantai, maka lantai
harus diturunkan hingga kedalaman air hilir sekurang-kurangnya sama dengan
kedalaman konjugasi.
Untuk aliran tenggelam, yakni jika muka air hilir lebih tinggi dari 2/3 H 1 di atas mercu,
tidak diperlukan peredam energi.
Dalam menghitung gejala loncat air, Tabel 6.3 dapat pula digunakan (lihat Lampiran 2)
beserta Gambar 8.3.
[1]
Panjang kolam
Panjang kolam loncat air di belakang Potongan U (Gambar 8.3) biasanya kurang
dari panjang bebas loncatan tersebut karena adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan
pada jarak :
Lj =
5 (n + y2)
Lj =
panjang kolam, m
(8.4)
Dimana :
=
y2 =
di belakang Potongan U. Tinggi yang diperlukan ambang ujung ini sebagai fungsi
bilangan Froude (Fru), kedalaman air yang masuk yu, dan tinggi muka air hilir,
dapat ditentukan dari gambar 8.4
1
3
Gambar 8.4 Hubungan percobaan antara Fru, y2/yu, dan n/yu untuk ambang
ujung pendek (menurut Forster dan Skrinde, 1950)
Panjang kolam olak dapat sangat diperpendek dengan menggunakan blok-blok halang
dan blok-blok muka. Gambar 8.4 menyajikan dimensi kolam USBR tipe III yang dapat
dipakai jika bilangan : Froude tidak lebih dari 4.5.
1
3
Gambar 8.4 Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude di
atas 4,5 ; kolom USBR Tipe III (Bradley dan Peterka, 1957)
Jika kolam itu dibuat dari pasangan batu, blok halang dan blok muka dapat dibuat
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.4.
Tipe kolam
Terlepas dari kondisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan Froude dan
kedalaman air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sedimen yang diangkut
memainkan peranan penting dalam pemilihan tipe kolam olak :
1
3
a)
b)
c)
Untuk tipe kolam olak yang terakhir, daya gerus sedimen yang terangkut harus
dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang harus dipakai untuk membuat
blok.
Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam
Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman air
normal hilir, atau kalau diperkirakan akan terjadi kerusakan pada lantai kolam yang
panjang akibat batu-batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka dapat
dipakai peredam energi yang relatif pendek tetapi dalam. Perilaku hidrolis peredam
energi tipe ini terutama bergantung kepada terjadinya kedua pusaran; satu pusaran
permukaan bergerak ke arah berlawanan dengan arah jarum jam diatas bak, dan
sebuah pusaran permukaan bergerak ke arah putaran jarum jam dan terletak di
belakang ambang ujung. Dimensi-dimensi umum sebuah bak yang berjari-jari besar
diperlihatkan pada Gambar 8.6.
Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama dengan sangat berhasil
pada bendung-bendung rendah dan untuk bilangan-bilangan Froude rendah. Kriteria
yang dipakai untuk perencanaannya diambil dari bahan-bahan oleh Peterka dan hasilhasil penyelidikan dengan dengan model. Bahan ini telah diolah oleh Institut Teknik
1
3
Dimana :
q2
g
he =
..
he =
(8.5)
Jari-jari minimum bak yang diizinkan (Rmin) diberikan pada Gambar 8.7, dimana garis
menerus adalah garis asli dari kriteria USBR. Di bawah H/he = 2,5 USBR tidak
memberikan hasil-hasil percobaan. Sejauh ini penyelidikan dengan model yang
dilakukan oleh IHE menunjukkan bahwa garis putus-putus Gambar ini menghasilkan
kriteria yang bagus untuk jari-jari minimum bak yang diizinkan bagi bangunanbangunan dengan tinggi energi rendah ini.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa banyak bendung rusak akibat gerusan lokal
yang terjadi tepat di sebelah hilirnya dan kadang-kadang kerusakan ini diperparah lagi
oleh degradasi dasar sungai. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan
kedalaman air hilir berdasarkan perkiraan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di
masa datang.
1
3
bulat
Material pelimpah
pasangan batu
1 : 0.33
1:1
Dengan :
Q
Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100), diperoleh dari
analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd
1
3
10
Be
H1
Jumlah pilar
Kp
Ka
pelimpah 62.8 m
71.4 m
pilar
pembilas
1.5 m
7.1 m
Sketsa
denah
Bendung
1
3
11
71.4 m
Lebar pilar
1.5 m
Lebar pembilas
7.1 m
Lebar pelimpah B
Be
Tinggi pelimpah p
1.5 m
Harga Cd
Maka :
Q Cd .2 / 3 ( 2 / 3 g ) .Be.H 11.5
800 1.3 x 2 / 3 ( 2 / 3 x9.8) .62.4 x.H 11.5
Didapat H1 = 3.22 m
Untuk H1/r = 3.22 / 1.75 = 1.84 dari gambar 7.16, didapat Co 1.3
Untuk p/H1 = 1.5 /
1
3
12
Didapat H1 = 3.4 m
Untuk H1/r = 3.4 / 1.75 = 1.94 dari gambar 7.16, didapat Co 1.305
Untuk p/H1 = 1.5 /
1
3
13
Kedalaman kritis hc 3
q2
g
= 3
12.8 2
= 2.55 m
9.81
1
3
14
benar-benar berada di zona batuan yang kedap air (impervious layer). Untuk itu
penyelidikan tanah yang berupa core drilling (pemboran inti) sangat diperlukan.
Untuk mengetahui rembesan di bawah pondasi bendung, digunakan Rumus Lane yaitu :
Lv (1 / 3Hv )
Hw
Dengan :
C
Lv
Hv
Hw
Sebagai contoh :
Lantai depan (apron) direncanakan untuk memperpanjang jalur rembesan (creep) sehingga
angka rembesan menurut lane yang terjadi berada di daerah yang aman.
Data :
-
+13.40
+16.70
+11.60
15
Total Lv
Lv (1 / 3Hv )
Hw
24.4 8.8
= 6.53, ini adalah harga C pada kondisi seperti perencanaan.
5.10
Dari tabel harga C, untuk kondisi tanah dasar sungai yang berupa campuran antara
pasir, kerikil dan batu , harga yang aman adalah 6.
Karena harga C yang terjadi (6.53 ) lebih dari batas aman (dari tabel C = 6), maka
lantai hulu (apron) sudah mencukupi panjangnya.
Untuk perhitungan tekanan air ke atas (uplift pressure) tabel di ats tetap diperlukan.
Perhitungan tekanan air ke atas digunakan untuk mengecek kestabilan tubuh
bendung terhadap guling maupun geser.
Maka harga :
1
3
16
Cw = Lw / Hw
= 39.08 / 5.10
= 7.66
Tekanan air ke atas (uplift pressure) Px dihitung dengan rumus
Px = Hx - H
Dengan
Px
Hx
= selisih antara elevasi muka air di puncak pelimpah (16.70) dengan elevasi
Muka air di titik x dikalikan air (10 kN/m3).
1
3
17
Lw/Cw
6.4.
Istilah Istilah :
6.5.
1.
Aliran terbuka
6.
Perimetri basah
2.
Aliran bertekanan
7.
Koefisien kekasaran
3.
8.
Dimensi hidrolis
4.
9.
Dimensi ekonomis
5.
10.
Daftar Pustaka :
Modul Irigasi dan Bangunan Air untuk bahan kuliah diambil dari referensi dibawah
ini:
1
3
18
1.
2.
1
3
5.
6.
7.
8.
9.
Hydrologi for Engineers, Ray K. Linsley Ir. Max. A. Kohler, Joseph 1.11. Apaulhus.
Mc.grawhill, 1986.
10.
Mengenal dasar dasar hidrologi, Ir. Joice martha, h. Wanny Adidarma Dipl.It
Nova, Bandung.
11.
Hidrologi & Pemakaiannya, jilid 1, Prof Ir. Soemadyo, diktat kuliah ITS. 1976.
12.
13.
14.
15.
19