Skripsi
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Geologi
Diajukan oleh
Moch Hasmannoor R
11/319102/TK/38234
kepada
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
SKRIPSI
“POTENSI KUANTITAS AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH KENDAL,
KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH”
Dr. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng. I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D
NIP. 197511192002121002 NIP. 197405312002121002
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Geologi,
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
Moch Hasmannoor R
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Potensi Kuantitas Airtanah Pada
Cekungan Air Tanah Kendal”. Penulis berharap agar penelitian ini tidak hanya menjadi
bagian dari kewajiban penulis sebagai civitas akademik Teknik Geologi, Universitas
Gadjah Mada, namun juga memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat sebagai
bentuk pengabdian penulis.
Tak henti penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai, baik dukungan
secara masukan, saran, ilmu baru, dorongan hinga motivasi. Sebagai manusia biasa,
mungkin ada pihak-pihak yang luput penulis sebut dan apresiasi kontribusinya. Penulis
ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Allah Maha Tahu dan Maha Ingat. Pada
kesempatan di lembar ini, penulis ingin ucapkan terima kasih yang tidak putus, terutama
kepada:
1. Indra Surahman dan Raskiati, kedua orang tua penulis, yang hingga detik ini terus
mengucap nama penulis di setiap doa dan shalat beliau.
2. Dr. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng. selaku pembimbing satu yang telah memberikan
segala informasi dan dukungan untuk menyusun tugas akhir ini.
3. I Gde Budi Indrawan, S.T., M, Eng. selaku dosen pembimbing akademik penulis
yang juga tak henti memberi dorongan selama penulis menjadi mahasiswa didik
beliau.
4. Seluruh dosen pengajar di Departemen Teknik Geologi yang telah membagi ilmu
yang luar biasa selama ini.
5. Tim Pemetaan CAT Kendal yang selalu mendukung dan membantu dalam proses
pengambilan data di lapangan demi terselesainya tugas akhir ini.
6. Teman teman angkatan 2011 yang selalu memberi dukungan dalam penyusunan
tugas akhir ini
7. Raja Susatyo, S.T dan Thema Ariesaldi, S.T Sahabat Penulis yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
v
Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini penuh dengan kekurangan dan
belum pantas disebut sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun dan
relevan sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaikinya dan menyempurnakan
pengetahuan yang belum seluruhnya tersingkap di dalamnya.
Moch Hasmannoor R
NIM. 11/319102/TK/38234
vi
Daftar Isi
Halaman Judul...................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................................... ii
Lembar Peryataan .............................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................................... iv
Daftar Isi.............................................................................................................................. vi
Daftar Tabel ...................................................................................................................... viii
Daftar Gambar ................................................................................................................... ix
Sari ....................................................................................................................................... xi
Daftar Tabel
Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Cadangan Statis pada Akuifer Bebas .................................. 110
Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Cadangan Statis pada Akuifer Tertekan .............................. 110
Daftar Gambar
Gambar 5.18 Diagram Suhu Rata Rata tahunan Wilayah Penelitian ................................ 81
Gambar 5.19 Lokasi Pengukuran Geolistrik Pada Wilayah Penelitian ............................. 85
Gambar 5.20 Penampang Litostratigrafi Berarah Utara-Selatan ....................................... 88
Gambar 5.21 Penampang Litostratigrafi Berarah Timur- Barat ........................................ 90
Gambar 5.22 Fence Diagram Wilayah Penelitian ............................................................. 92
Gambar 5.23 Peta Pola Aliran Air Tanah Akuifer Bebas Wilayah Penelitian .................. 95
Gambar 5.24 Peta Pola Aliran Air Tanah Akuifer Tertekan Wilayah Penelitian .............. 96
Gambar 5.25 Peta Nilai TDS Cekungan Air Tanah Wilayah Penelitian .......................... 98
Gambar 5.26 Peta Daerah Imbuhan Dan Lepasan Air Tanah Wilayah Penelitian ............ 99
Gambar 5.27 Peta Lokasi Uji Pompa pada Wilayah Penelitian ...................................... 102
Gambar 5.28 Peta Persebaran Nilai K pada Wilayah Penelitian ..................................... 103
Gambar 5.29 Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Dinamis Akuifer Bebas ................... 107
Gambar 5.30 Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Dinamis Akuifer Tertekan ............... 108
Gambar 5.31 Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Statis Akuifer Bebas ........................ 111
Gambar 5.32 Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Statis Akuifer Bebas ........................ 112
Lampiran
Kata kunci: Kuantitas Air Tanah, Potensi Air Tanah, Akuifer, Cekungan Air
Tanah, Air Tanah.
xii
Abstract
The rapid development of Kendal Regency, accompanied by the growth of
population and the development of economics and industry in the region resulted
in the need for water in the region to increase. On the other hand, many of the
existing land in the area is converted to functioning into residential areas and
industrial areas. The diversion of land functions occurring primarily near
watersheds, has resulted in adverse impacts on hydrogeological systems in the
surrounding areas that provide the water supply for the people of Kendal District.
Therefore, this research is focused on the potential quantity of groundwater
reserves, which is very important for the fulfillment of community water demand
and economic development in Kendal Regency. The purpose of this research is to
know the potential distribution of groundwater quantity and to know the potency
of groundwater reserve in Groundwater Basin of Kendal. The research method is
to collect secondary and primary data in the form of field data consisting of
geological data (geomorphology, geological structure, and lithology) and
hydrogeology (pumping test, depth measurement, and physical properties of
groundwater) in addition to geofisic measurements to determine the condition of
subsurface, rainfall data, temperature, drilling data and others to support data
analysis in the field. The results showed the general distribution of the
groundwater quantity in research area is western regions have more debit than in
the eastern regions. From the calculation the amount of dynamic groundwater
reserves for unconfined aquifer is 1081,376 m³ / hari while for confined aquifer is
5579,271 m³/hari. The amount of static groundwater reserves in unconfined
aquifer is 809.621.481,43 m³ and for confined aquifer is 765.597.470,39 m³.
BAB I
PENDAHULUAN
berada pada jalur pantura yang sangat ramai sehingga memajukan potensi
Kabupaten Kendal, populasi penduduk pada daerah ini juga semakin meningkat
sehingga kebutuhan akan lahan untuk areal industri dan pemukiman menjadi
daerah Kendal tahun 2012 daerah irigasi DAS Buntu, DAS Waridin, DAS Aji dan
DAS Plumbon sudah dialih fungsikan menjadi wilayah pemukiman dan kawasan
industri. Pengalih fungsian lahan pada daerah DAS ini berdampak pada rawan
tercemarnya air permukaan di daerah tersebut sehingga pasakoan air yang layak
pada daerah tersebut akses air layak konsumsi sangat sulit didapat karena berada
pada daerah pesisir yang didominasi air payau. Berdasarkan permasalahan tersebut
pemerintah dan masyarakat dirasa perlu mencari solusi alternative untuk mengatasi
permasalahan kebutuhan akan air dimasyarakat tersebut, salah satu solusi yang ada
yaitu dengan pemanfaatan airtanah atau Groundwater yang ada pada Kabupaten
2
Kendal. Untuk memanfaatkan air tanah yang ada secara maksimal tentunya
diperlukan pemetaan potensi baik itu kuantitas maupun kualitas dari cekungan air
tanah yang ada didaerah tersebut. Pada daerah Kabupaten Kendal sendiri pengadaan
pemetaan potensi air tanah secara mendetail belum pernah dilakukan sebelumnya.
Hal inilah yang memotivasi penulis untuk menyusun skripsi bertemakan air tanah
khususnya mengenai kuantitas dari air tanah yang berada pada daerah tersebut.
Maksud pekerjaan pemetaan potensi air tanah pada cekungan air tanah
(CAT) Kendal ini adalah untuk mengevaluasi potensi air tanah pada CAT Kendal
Tujuan dari pekerjaan pemetaan potensi air tanah pada cekungan air tanah
1. Mengetahui persebaran potensi kuantitas air tanah pada cekungan air tanah
Kendal.
2. Mengetahui besar potensi cadangan air tanah pada cekungan air tanah
Kendal.
dari maksud dan tujuan di atas maka hasil kajian ini dapat dimanfaatkan sebagai
acuan dalam perencanaan pendayagunaan (pengelolaan, pemanfaatan dan
perlindungan) air tanah di Kabupaten Kendal.
3
Lokasi pemetaan potensi air tanah pada cekungan air tanah (CAT) Kendal
yaitu terletak pada Kabupaten Kendal. Lokasi kegiatan adalah di CAT Kendal yang
meliputi sebagian wilayah Kabupaten Kendal. CAT Kendal merupakan CAT dalam
kota/kabupaten yang terletak pada koordinat 110o 01’ 43,68” BT - 110o 16’ 16,97”
BT serta 6o 50’ 45,56” LS – 7o 02’ 37,74” LS dengan luas sekitar 393,4 km2 seperti
diperlihatkan pada Gambar I.1. Lokasi penelitian dapat ditempuh dari Yogyakarta
pemetaan potensi kuantitas air tanah di CAT Kendal dilakukan dalam beberapa
a. Recognize/survey awal
minatan hidrogeologi berupa sumur gali, sumur pasak, sumur bor, mata
air dan titik minatan lain yang serupa, serta aspek hidrologi seperti
diukur.
storativitas akuifer.
Evaluasi dan analisis data primer dan sekunder dilakukan dengan berurutan
e. Penentuan zonasi potensi air tanah berdasarkan aspek kuantitas air tanah.
4. Tahap Akhir
A. Batasan Data
geologi.
(slumberger).
B. Batasan Metodologi
menggunakan meteran.
lokasi.
evapotranspirasi.
pumping test.
Kabupaten Kendal,yaitu:
pembuatan peta geologi regional pada daerah Semarang, Kendal dan sekitarnya.
Pada peta geologi regional yang dihasilkan menunjukan bahwa pada CAT Kendal
lithologi penyusunnya berupa batuan batuan anggota Formasi Damar dan Endapan
Aluvial pada daerah bagian utara dari CAT. Proses sedimen Formasi Damar
oleh fosil sisa vertebrata. Formasi ini terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, dan
breksi vulkanik. batupasir mengandung mineral mafik, felspar, dan kuarsa. Formasi
ini tersebar di sebelah selatan daerah penelitian dengan pola penyebaran timur –
barat. Untuk Endapan Aluvium tersebar cukup luas dan menutupi hampir 90%
daerah penelitian. Endapan Aluvium ini menindih Formasi Damar secara tidak
selaras.
2. Tabrani (1985)
hasil dari penelitian berupa peta hidrogeologi indonesia lembar Pekalongan, yang
ruang antar butir pada daerah datarannya dan akuifer dengan aliran melalui celah
dan ruang antar butir pada daerah perbukitannya. Pada daerah dataran dengan aliran
8
melalui ruang antar butir terbagi atas tiga tipe akuifer: pertama adalah akuifer
dengan produktifitas tinggi dan persebaran luas, kedua adalah akuifer produktif dan
persebaran luas, ketiga adalah akuifer dengan produktifitas sedang dan persebaran
luas. Pada daerah perbukitan terbagi menjadi dua akuifer dengan tipe aliran melalui
celah dan ruang antar butir dan beberapa wilayah memiliki akuifer dengan tipe
daerah penelitian namum bersifat umum dengan skala 1: 250.000 sedangkan untuk
Kendal belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini
BAB II
TINJAU PUSTAKA
air tanah (CAT) Kendal hampir meliputi seluruh Kabupaten Kendal kecuali pada
bagian selatan. Kabupaten Kendal memiliki empat wilayah daerah aliran sungai
(DAS) yaitu DAS Kuto, DAS Bodri, DAS Blukar, dan DAS Garang. Wilayah CAT
menurut Van Bemmelen, 1949) termasuk ke dalam zona fisiografi Dataran Aluvial
Jawa Bagian Utara, Vulkanik Kuarter Zona Depresi Jawa Tengah dan Zona
berikut :
Daerah Kendal bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial
pantai yang tersebar dengan arah barat – timur dengan ketinggian antara 1 hingga
5 meter. Dataran aluvial tersebut dikontrol oleh endapan pantai dan sungai.
b. Vulkanik Kuarter
memanjang dari sisi barat hingga sisi barat bagian timur Pulau Jawa. Di Jawa
tengah Zona Gunung api kuarter ini terdiri dari Gunung Slamet, Gunung
Zona depresi Jawa Tengah ini menempati bagian tengah hingga bagian
selatan wilayah Jawa Tengah dengan memiliki morfologi yang relatif landai.
bagian utara dibatasi dataran aluvial utara jawa, bagian selatan dibatasi Zona
Depresi Jawa Tengah dan Pegunungan Serayu Selatan. Zona Bogor menerus
kearah timur menjadi Zona Serayu Utara. Zona Serayu Utara pada bagian utara
dibatasi oleh dataran aluvial utara jawa, bagian barat dibatasi oleh gunung api
sedangkan bagian timur dibatasi oleh gunung api kuarter, yakni Gunung Sindoro,
Gambar 2.1. Peta Geomorfologi Regional Kabupaten Kendal dan Sekitarnya (Van
Bemmelen, 1949)
11
Menurut Thaden, dkk, (1996) urutan stratigrafi CAT Kendal disusun oleh
formasi damar dan aluvium (Gambar 2.2). Hubungan antara formasi damar dengan
endapan aluvium adalah tidak selaras. Pemerian tiap-tiap formasi, mulai dari umur
rawa), yang diindikasikan oleh fosil sisa vertebrata. (Thaden, dkk, 1996).
Formasi ini terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik.
– barat.
Endapan aluvium tersebar cukup luas dan menutupi hampir 90% daerah
endapan dataran pantai, dataran sungai, dan danau. Endapan dataran pantai
umumnya terdiri atas lempung dan pasir, membentuk endapan delta, dan
Gambar 2.2. Peta Geologi Regional CAT Kendal (Thaden, dkk., 1996)
yang bertindak sebagai batas tektonik, yaitu antara Formasi Damar dan Formasi
Kerek, dan antiklin. Di dalam Peta Geologi Lembar Magelang – Semarang, skala 1
dengan arah timur – barat dan memotong Formasi Kerek, Formasi Damar, dan
Formasi Kali Getas. Berdasarkan fakta tersebut, sesar ini merupakan sesar kuarter
yang berumur lebih muda dari umur formasi yang dipotong oleh sesar tersebut,
Menurut Thaden dkk., (1996), kegiatan tektonik di daerah ini ditandai oleh
munculnya intrusi basal dan andesit pada tersier awal. Kegiatan ini kemudian
diikuti oleh pengangkatan dan proses erosi. Hasil erosi kemudian mengendap dan
lipatan-lipatan (antiklin dan sinklin) tak simetris (tak setangkup), dan diikuti oleh
sesar naik berarah relatif barat – timur, sesar geser berarah timur laut – barat daya
dan barat laut – tenggara, serta sesar normal. Berdasarkan fakta tersebut, terlihat
batuan.
II.3. Hidrogeologi
daerah air tanah langka (Gambar 2.3) dan penjelasan dalam (Tabel 2.1). Adapun
permeabilitas sedang sampai tinggi, tidak menerus, tipis, muka air tanah umumnya
dangkal, debit sumur kurang dari 5L/dt. Material penyusun terdiri dari batupasir
Kaliwungu.
sekitar lembah dengan jumlah terbatas. Material penyusunnya terdiri dari batupasir
tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik, lempung dan pasir. Penyebaran sistem
Kondisi hidrogeologi yang termasuk pada daerah air tanah langka terdapat
akuifer
pasir
pasir
breksi vulkanik,
lempung dan
pasir
16
II.4. Hidrologi
sungai (DAS), yaitu DAS Kuto, DAS Bodri, DAS Blukar, dan DAS Garang. Kali
Kuto, Kali Blukar, Kali Bodri, Kali Kendal, Kali Blorong dan Kali Jonggrang,
Kendal dapat dilihat pada (Tabel 2.2) berikut ini: sungai dengan debit air terbesar
di Kabupaten Kendal tahun 2014 yaitu sungai Kali Kuto. Debit air Kali Kuto pada
musim penghujan bisa mencapai 504,7 m3/dtk, merupakan debit air tertinggi
Tabel 2.2. Panjang sungai dan debit rerata sungai di Kabupaten Kendal
Panjang DebitAir (m3/det)
No. Nama Sungai
Musim kemarau Musim hujan
Sungai (km)
1 Kali Aji/Slembang 14,6 0 0–25,0
2 Kali Waridin 125,5 0 0–20,0
3 Kali Glodog 9,0 0 0–15,0
4 Kali Blorong 51,0 0,5–4,0 9,0–20,0
5 Kali Kendal 9,5 0–0,6 3,0–25,0
6 Kali Buntu 10,0 0 3,0–20,0
7 Kali Bodri 87,0 3,0–15,5 20,0–50,0
8 Kali Blukar 55,0 0,2–6,0 4,0–12,0
9 Kali Bulawan/ Pening 48,0 0–2,0 2,0–15,0
10 Kali Kuto 52,0 2,0–20,0 35,0–40,0
Sumber : Badan Pusat Statistika Kab. Kendal
Curah hujan rata-rata pada 2014 di CAT Kendal adalah 222 mm/bln yang
terekam dari 5 stasiun yaitu Kendal, Weleri, Kaliwungu, Boja, dan Sukorejo. Curah
17
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2014 dengan curah hujan 878 mm. Curah
hujan di Kabupaten Kendal selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Agustus 131 0 0 33 53
September 276 30 7 22 10
BAB III
LANDASAN TEORI
Airtanah adalah salah satu sumberdaya air yang sangat besar jumlahnya di
padahal di bumi ini 95% air tawar di luar tudung es kutub adalah berupa airtanah.
ini memberikan suplai air yang sangat berharga bagi sungai-sungai di permukaan.
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh
(zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak jenuh terdiri dari
ruang antara yang sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara, sementara
ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air (Gambar 3.1).
Air yang berada pada zona tak-jenuh disebut air gantung (vodose water), dan
yang tersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat
(capillary water). Airtanah adalah bagian dari air yang ada di bawah permukaan
tanah (sub-surface water), yaitu berada di zona jenuh air (zone of saturation).
Batuan itu sendiri, ditinjau dari sifatnya terhadap air dapat dibedakan atas:
• Akuifer
dan mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata
mengalirkan air. Pasir dan kerikil merupakan contoh suatu jenis akuifer.
• Akuiklud
Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat
melepaskan air dalam jumlah berarti. Lempung adalah salah satu jenis dari
Akuilud.
• Akuifug
Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun
• Akuitard
Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu
lapisan batuan yang sangat penting dalam usaha penyadapan airtanah. Litologi atau
• Endapan aluvial
Endapan ini terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. airtanah
pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di daerah
dataran.
bahan bahan lepas maupun padu. airtanah pada endapan ini menempati baik
• Batu gamping
pada rekahan, rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar
fisik, dan kimia, di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini membentuk
Hidrologi air tanah adalah cabang hidrologi yang berhubungan dengan air
sama dengan hidrogeologi dan hannya dibedakan oleh penekanannya yang lebih
besar pada aspek kegeologian (Todd, 1980, h,1).Uraian mengenai air tanah tidak
akan lepas dari ilmu hidrologi. Mulai kejadian air tanah, hingga pergerakan ait
III.2.1. Evapotranspirasi
berdasarkan metode Turc (1954) dengan menggunakan data curah hujan tahunan
𝑃
𝐸𝑡𝑟 = . . . . . . . . . . . . .(3.1)
𝑃2
√0.9+ 2
(300+25.𝑇𝑚+0.05.𝑇𝑚3 )
Dimana :
Limpasan air permukaan atau surface run off adalah bagian dari curah
hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau, dan
lautan. Pada saat terjadi presipitasi, sebagian air hujan masuk ke dalam tanah dan
dalam tanah, lalu mengalir di atas permukaan dan menuju elevasi yang lebih
rendah. Air yang mengalir di atas permukaan tanah tersebut disebut dengan aliran
estimasi besar run off di suatu daerah, dapat dilakukan pendekatan dengan
1.511 𝑥 𝑃1.44
𝑅𝑜 = . . . . . . . . . . . . .(3.2)
𝑇𝑚 1.34𝑥𝐴0.0613
Dimana:
Daerah imbuhan airtanah (recharge area) adalah daerah resapan air yang
mampu menambah airtanah secara alamiah pada cekungan airtanah. Daerah lepasan
airtanah (discharge area) adalah daerah keluaran airtanah yang berlangsung secara
berdasarkan metode analisis tekuk lereng, analisis pemunculan mata air, analisis
pada daerah tinggian dengan kontur elevasi permukaan tanah yang rapat.
Sedangkan daerah lepasan pada daerah dengan elevasi tanah rendah dan
b) Penentuan berdasarkan penyebaran mata air. Beberapa titik mata air terletak
berjajar pada ketinggian yang relatif sama, sehingga dapat ditarik garis yang
di sebelah atas atau arah hulu dari sabuk mataair pertama merupakan daerah
airtanah adalah dengan interpolasi data elevasi permukaan tanah hasil survei
Imbuhan pada umumnya akan mempunyai nilai DHL yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai DHL pada daerah transisi dan lepasan airtanah.
Nilai besaran dari imbuhan air tanah dapat dihitung menggunakan data curah
Dimana:
Potensi airtanah terdiri dai kuantitas dan kualitas airtanah. Kuantitas adalah
volume airtanah yang terkandung dalam suatu akuifer. Kuantitas airtanah pada
banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer,
selebar satu satuan panjang dengan landaian hidraulika 100%. Nilai transmissivitas
penggunaannya di sektor domestik dan irigasi dimana dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3. 1. Klasifikasi Nilai Transmisivitas untuk Irigasi (US Dept of Interior, 1977)
No Nilai Transmisivitas (m2/hari) Keterangan
1 < 300 Jelek
2 300 – 1000 Sedang
3 1000 – 10000 Baik
4 > 10.000 Sangat Baik
Tabel 3. 2. Klasifikasi Nilai Transmisivitas untuk Domestik (US Dept of Interior, 1977)
No Nilai Transmisivitas (m2/hari) Keterangan
1 10-1 – 1 Jelek
2 1–7 Sedang
3 7 – 300 Baik
4 > 300 Sangat Baik
untuk estimasi debit airtanah yang dapat diambil, yakni dengan menggunakan tabel
didapatkan nilai debitnya. Kelas yang digunakan adalah kelas pada SNI-13-7121-
2005 tentang penyelidikan potensi airtanah skala 1:100.000 atau lebih besar seperti
di bawah ini.
Kelas Debit
Konsep perhitungan sumber daya statis air tanah atau static groundwater
storage volume (SGSV) didasari oleh volume total air tanah yang terkandung dalam
pori pori batuan pada sistem akuifer dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Arlai
dkk, 2012):
𝑉 = 𝑆 𝑋 𝑉𝑎𝑘𝑢𝑖𝑓𝑒𝑟 (3.5)
Dimana:
S = Storativitas
Untuk mengetahui nilai strotivitas dapat diketahui dengan cara melihat jenis litologi
batuan yang mengandung ait tanah dan cocok dengan klasifikasi nilia storativitas
Tabel 3.5. Nilai storativitas batuan pada setiap jenis lithologi (Todd, 1980).
No Jenis Batuan Sy (%) NO Jenis Batuan Sy (%)
halus
sedang
perhitungan cadangan air tanah dinamis, yitu berdasarkan aliran air dengan
atas pasir dan mempunyai jarak piesometrik sejauh L. Hukum Darcy dapat
𝑑ℎ
𝑄 = −𝐾. 𝐴 (3.6)
𝑑𝑙
Dimana :
Q = Debit Pengaliran
K = Koefisien Kelulusan
A= Luas Penampang
𝑑ℎ
= i = Landaian hidrolik
𝑑𝑙
elektrik yang mengalir di tanah. Arus dapat dibuat mengalir dengan injeksi
Pada umunya mineral penyusun batuan merupakan konduktor yang buruk, dan
arus tanah banyak terbawa pada ion yang terkandung pada air di pori-pori batuan.
Air murni terionisasi dalam jumlah kecil dan konduktivitas elektrik rongga air
dipengaruhi oleh garam terlarut, utamanya sodium cloride. Mineral lempung secara
29
aktif telah terionisasi dan lempung merupakan konduktor yang baik meskipun
dalam keadaan tidak lembab. Gambar tersebut diatas merupakan diagram yang
V = I.R (3.8)
V = voltase (Volt)
I = arus (Ampere)
R = hambatan/resistivitas (Ohm)
didapatkan dari pengukuran di lapangan dan variasi kondisi alam seperti pengaruh
overburden menurut Archie’s law. Tabel 3.6 merupakan interpretasi terhadap nilai
yaitu elektroda potensial (P1, P2) dan elektroda arus (C1, C2) ke dalam tanah. Arus
listrik (dalam miliampere) dari power supply dialirkan kedalam bumi melalui
elektroda arus C1 dan C2. Hasil dari perbedaan tegangan/beda potensial antara dua
elektroda potensial (P1-P2) yang dihasilkan, dibaca pada alat resistivitas. Untuk
mendapatkan nilai resistivitas semu tiap lapisan, elektroda diatur sedemikian rupa
sehingga, elektroda arus dan potensial dapat terhubung satu sama lain. Pada
prinsipnya semakin jauh bentang antar elektroda, maka semakin dalam pula
a. Konfigurasi Wenner
diperoleh adalah 1/3 dari total bentangan yang dilakukan. Konfigurasi ini dipakai
jika elektroda potensial dan alat yang digunakan tidak memiliki kesensitifan yang
Pada konfigurasi ini terdiri dari empat elektroda dengan jarak antar
adalah berupa grafik, di mana sumbu ordinatnya (y) adalah nilai resistivitas
(d).
b. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini, dipakai jika alat memiliki sensitifitas yang tinggi. Jarak
elektroda arus cukup jauh dari elektroda potensial, sehingga data yang terekam
merupakan data yang asli dari injeksi arus yang dilakukan, bukan merupakan noise.
kedalaman yang diperoleh adalah 1/3 AB sama seperti pada pengukuran dengan
Dipole dengan Wenner adalah pada metode survei dan hasil yang diperoleh.
Gambar 3.2. Berbagai Konfigurasi Metode Geolistrik (A) Konfigurasi Wenner, (B) Konfigurasi
Schlumberger, dan (C) Konfigurasi Dipole-dipole (Fetter, 2001)
ordinatnya (y) adalah nilai resistivitas semu / apparent resistivity (ρ a) dan absisnya
(x) adalah kedalaman yang dicapai / depth (d). Tahap analisa dilakukan untuk
meliputi jenis, kedalaman dan ketebalan, penyebaran akuifer baik secara vertikal
maupun lateral.
Analisa data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu input data, filtering dan
smoothing data serta inversing dan forward modeling data. Pemrosesan data
selanjutnya dilakukan dengan mengeplotkan nilai resistivitas semu pada kertas log,
Nilai resistivitas bawah permukaan yang diperoleh pada tiap titik pengukuran
memiliki prospek adanya akuifer. Hasil yang diperoleh dari metode Dipole-Dipole
disurvei. Survei dengan menggunakan konfigurasi ini memakan waktu dan biaya
yang cukup tinggi. Survei ini biasanya hanya digunakan pada survei lokal dan
didapatkan indikasi adanya akuifer / target pada koordinat tertentu. Metode Dipole–
Menurut Bisri (2012) dalam Wijayanti dkk (2013), agar kelestarian alam
tetap terjaga, maka besaran debit pengambilan air tanah harus sesuai dengan debit
pompa dilakukan untuk analisa debit air tanah yang bertujuan untuk mengetahui
kelulusan lapisan akuifer dan kemampuan sumur bor untuk memproduksi air tanah.
Uji pompa dilakukan dengan cara memompa air dari suatu sumur dengan
debit tertentu, kemudian mengamati penurunan muka air tanah (drawdown) selama
pemompaan berlangsung dan mengamati kenaikan muka air tanah setelah pompa
dimatikan sesuai dengan jeda waktu tertentu. Uji pompa terbagi menjadi dua, yaitu
pengujian sumur dan pengujian akuifer (Bisri,2012 dalam Wijayanti dkk 2013).
debit (Q) dan penurunan muka air tanah (S), maka dapat diketahui kapasitas jenis
untuk menentukan kemampuan sumur yang ingin digunakan dalam produksi air
tanah.
Menurut Bisri (2012) dalam Wijayanti dkk (2013), metode Step Test atau
juga disebut Step Drawdown Test umumnya digunakan untuk pengujian sumur.
35
Metode ini dilakukan dengan cara memompa secara terus menerus dengan
perubahan debit yang bertahap. Penurunan muka air dapat dihitung dengan
𝑆𝑤 = 𝐵𝑄 + 𝐶𝑄 2 (3.9)
Dimana:
Sumur yang produktif akan mempuyai nilai koefisienkehilangan tinggi tekan pada
sumur (C) dan faktor pengembangan (Fd) yang kecil. Faktor pengembangan (Fd)
𝐶
𝐹𝑑 = 𝑥 100 (3.10)
𝐵
Menurut Bisri (2012) dalam Wijayanti dkk (2013), uji akuifer dilakukan
untuk mengetahui karakteristik atau sifat hidroli akuifer seperti koefisien keterusan
/transmisivitas (T). Uji ini dilakukan dengan cara menganalisis data pengamatan,
sehingga diproleh nilai T. Nilai koefisien kelulusan air (K) dengan metode uji slug
(1978):
𝑅𝑒
𝑟𝑐 2 𝑖𝑛 (𝑟𝑤 ) 1 𝑠𝑜
𝐾= 𝑥 𝑖𝑛 ( ) (3.11)
2𝑑 𝑡 𝑠𝑡
36
Dimana,
𝐷−𝑏
𝑅𝑒 1,1 𝐴 + 𝐵 [𝑖𝑛 𝑟𝑤 ]
𝑖𝑛 ( ) = [ + ]−1 (3.12)
𝑟𝑤 𝑏 𝑑
𝑖𝑛 (𝑟𝑤 ) (𝑟𝑤 )
Dengan :
T = K.b (3.13)
Dengan:
Pengujian akuifer tertekan untuk aliran tunak dapat digunakan metode Cooper
Jacop (Wijayanti dkk, 2013). Persamaan T pada metode Cooper Jacob adalah
sebagai berikut (Kruseman G.P. dkk, 1994 dalam Wijayanti dkk, 2013):
37
2,30𝑄
𝑇= (3.14)
4𝜋∆𝑠
Pengujian pada akuifer tertekan untuk aliran tunak dapat digunakan metode Thiem
dengan persamaan sebagai berikut (Bisri, 2012 dalam Wijayanti dkk, 2013);
2,3𝑄 𝑟𝑒
𝑇= 𝐿𝑜𝑔 ( ) (3.15)
2𝜋 (𝑆𝑤) 𝑟𝑤
Menurut Logan (1946) harga log (re/rw) = 3,33 (Bisri, 2012 dalam Wijayanti
dkk,2013), sehingga:
𝑄
𝑇 = 1,22. 𝑆𝑤 (3.16)
Dimana:
T : Transmissivitas
b : koefisien
Sc : Kapasitas spesifik
III.6. Hipotesis
1. Persebaran potensi kuantitas air tanah pada daerah CAT Kendal bila ditinjau
meliputi Kec. Ngampel, Kec. Ringinarum, Kota Kendal, dan Kec. Cepiring
pesisir memiliki kuantitas air tanah yang sedikit, sedangkan untuk daerah
2. Besarnya potensi cadangan air tanah pada CAT Kendal dilihat dari lithologi
penyusun akuifer serta data hidrogeologi yang ada diperkirakan debit yang
ada pada daerah penelitian tergolong memiliki debit sedang hingga besar.
39
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1) Penyiapan personil /mobilisasi tim pelaksana baik tenaga ahli, beserta tenaga-
tenaga pendukung (tenaga administrasi, tenaga lapangan dan operator
komputer);
2) Penjadwalan tim pelaksana;
3) Pengurusan perijinan survei;
4) Penyiapan Base Camp di lokasi pekerjaan;
5) Pengumpulan data sekunder dan kajian literatur/desk study.
6) Penyiapan peta-peta dasar, serta data-data pendukung lainnya.
7) Penyiapan peralatan.
8) Survei lokasi untuk meninjau keadaan lokasi, serta dimungkinkan untuk
mendapatkan data awal lokasi
sekunder yang juga merupakan data dasar terkait pekerjaan ini baik berupa hasil
penelitian terdahulu, peraturan perundang-undangan, paper/tulisan ilmiah,
prosiding, dan data-data instansional seperti BPS, Dinas ESDM maupun instansi
lain yang terkait dengan pekerjaan ini. Data ini kemudian dievaluasi dan diolah
menjadi bahan dalam penyusunan kuisioner dan penentuan wilayah survei. Data
sekunder yang bisa didapatkan antara lain:
3) Pengamatan Lapangan
Survei lapangan yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana surveior dan
peneliti datang langsung ke lapangan (lokasi sampel), melakukan pengamatan
dan wawancara langsung serta melakukan pencatatan terhadap berbagai situasi
dan kondisi yang eksis atau ada saat ini, terkait dengan kondisi airtanah seperti
potensi, pemanfaatan hingga upaya konservasi yang telah dilaksanakan.
Pemilihan lokasi sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, dimana lokasi sampel ditentukan terlebih dahulu pada lokasi yang
memiliki kondisi hidrogeologi yang berbeda sehingga diharapkan setiap satuan
hidrogeologi di CAT Kendal dapat teridentifikasi karakteristiknya. Lokasi
yang dapat dijadikan tempat survei antara lain adalah mata air, sungai, sumur
gali dan sumur bor yang dijadikan sebagai sampel survei lapangan serta lokasi-
lokasi yang dapat dilakukan pengukuran geolistrik. Dalam survei lapangan
dilakukan hal berikut:
Dalam survei ini dilakukan pengamatan kondisi airtanah dan air permukaan
(sungai) yang meliputi pengambilan data kedalaman muka airtanah.
Pengambilan data lapangan di CAT Kendal akan dilakukan berdasar
keterdapatan/jumlah sumur gali, sumur bor, jumlah mata air serta sungai
permukaan.
45
Item-item yang diukur meliputi tinggi bibir sumur, tebal bibir sumur, jarak
muka air ke bibir sumur (ke permukaan tanah), dan kedalaman sumur
hingga ke dasar. Dalam survei ini dilakukan juga wawancara dengan
penduduk lokal untuk mengetahui jenis material dasar sumur dan fluktuasi
air saat musim hujan dan musim kering. Dari pengumpulan data tersebut
dihasilkan gambaran mengenai Pola dan arah aliran airtanah, perubahan
ketinggian muka airtanah atau bidang piezometrik, perubahan voulme
airtanah pada akuifer, dan dampak pengambilan airtanah terhadap
lingkungan.
d. Uji Geolistrik
Survei geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk menduga
kondisi geologi bawah permukaan, khususnya macam dan sifat batuan
berdasarkan sifat-sifat kelistrikan batuan. Kegiatan survey utama berupa
46
Untuk pembuatan peta kontur muka airtanah pada akuifer bebas, data yang
digunakan adalah data elevasi muka airtanah sumur gali, sedangkan pada
muka airtanah akuifer semi tertekan, data yang digunakan adalah data
elevasi mataair. Berdasarkan kontur muka airtanah dapat diketahui arah
aliran airtanah yakni dari kontur muka airtanah tinggi ke rendah dengan arah
tegak lurus dengan kontur elevasi muka airtanah.
Dalam tahap ini juga dilakukan kompilasi data transmissivitas hasil uji
pemompaan dengan data potensi airtanah pada peta hidrogeologi skala 1:
250.000 sehingga diharapkan hasil pengolahan data potensi airtanah lebih
mendekati kondisi sebenarnya di lapangan.
Aktivitas pengolahan dan analisis data yang dijelaskan diatas diperuntukkan untuk
mendapatkan penentuan parameter kuantitas airtanah sebagai berikut;
Keterangan
1. Instansi Penerbit
2. Judul Peta lengkap dengan nama Cekungan air tanah
3. Arah Utara (Orientasi) dan Skala Peta
4. Uraian Potensi Airtanah
5. Penjelasan Lambang Khusus
6. Penampang Potensi Airtanah
7. Indeks Lokasi Peta
8. Nama Penyusun
9. Tahun Penerbitan/Pencetakan
10. Sumber Peta
Kajian Pustaka
(Tahap Pra-Lapangan)
Pembuatan Proposal
(Tahap Pra-Lapangan)
Pengumpulan Data
(Tahap Lapangan)
Kerja Laboratorium
(Analisa dan
Interpretasi)
Penulisan Laporan
(Tahap Akhir)
53
BAB V
PEMBAHASAN DATA
adalah klasifikasi lereng Van Zuidam (Tabel 5.1). Analisis kualitatif meliputi
permukaan air laut dengan kelerengan antara 0 – 55%. Gambar 5.1. menunjukkan
oleh relief datar pada bagian tengah hingga ke utara wilayah penelitian yang
54
berupa lereng miring landai hingga lereng curam dengan dominansi lereng landai.
Pada bagian barat daya wilayah penelitian, reliefnya berupa lereng miring sedang
hingga lereng curam dengan dominansi lereng curam. Satuan geomorfologi daerah
penelitian dibagi menjadi 4 satuan, yaitu satuan dataran pesisir, satuan dataran
Gambar 5.1. Peta Kelerengan Wilayah Penelitian (sumber: Tim Pemetaan CAT Kendal)
56
Satuan ini berada pada bagian barat laut wilayah penelitian (pantai pada
bagian barat) dengan pelamparan sebanyak 2,39% (9,39 km2). Satuan ini
dengan laut dan memiliki litologi berupa endapan pasir lepas. Satuan ini
memiliki kemiringan lereng kurang dari 2% dan tersebar pada daerah pesisir
Ketinggian satuan ini berada pada 0 hingga 3 meter dari permukaan laut.
Satuan ini juga terkena dampak langsung pasang surut air laut (Gambar 5.2).
dimana pengaruh abrasi dapat dirasakan, mengingat arus laut pada daerah ini
cukup kuat.
Gambar 5.2. Kenampakan Satuan Dataran Pesisir. Desa Sendangsikucing, Kec. Rowosari,
Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 395997 9236903 (sumber: MHR Collection)
57
Satuan ini merupakan satuan yang paling dominan pada wilayah dengan
pelamparan mencapai 72,62% (285.74 km2) . Satuan ini disebut satuan aluvial
karena diperkirakan memiliki sumber litologi lebih dari satu. Satuan ini
memiliki kemiringan lereng kurang dari 2%. Ketinggian satuan ini antara 0
hingga 25 meter dari permukaan air laut (Gambar V.2). satuan ini terbentuk
akibat proses degradasi dari satuan tinggian yang berada di bagian selatan dari
bentang alam ini, dimana material penyusun bentang alam ini tertransportasi
dari hasil pelapukan dan erosi yang bekerja pada daerah tinggian di bagian
selatan baik itu melalui proses gerakan masa maupun transportasi melalui
Tipe lembah sungai pada satuan adalah tipe lembah U yang menunjukkan
erosi dengan sifat lateral. Pola penyalurannya adalah dendritik. Belokan sungai
yang menyiku tidak dapat digunakan untuk penentuan struktur geologi karena
merupakan dinding beton yang dibangun warga. Pada bagian selatan dari
satuan ini berbatasan dengan satuan bentang alam pesisir. Pada bagian timur
laut yang mengalami kontak dengan laut, satuan ini tidak membentuk pesisir
lanau. Perbedaan ini disebabkan oleh arah ombak pada Laut Jawa. Dari
endapan pada bagian utara wilayah penelitian, dapat diperkirakan arah ombak
Gambar 5.3.Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Desa Cepiring, Kec. Cepiring, Koordinat UTM
WGS 1984 Zona 49S 406998 9235197 (sumber: MHR Collection)
Satuan ini berada pada bagian barat daya wilayah penelitian dengan
pelamparan mencapai 5,46% (21.49 km2). Satuan ini disebut perbukitan karena
tingginya masih kurang dari 500 meter. Satuan ini memiliki kemiringan lereng
antara 21% – 55%. Ketinggian satuan ini antara 25 hingga 250 meter dari
permukaan air laut (Gambar V.3). Tipe lembah sungai pada satuan adalah tipe
penentuan struktur geologi. Struktur geologi pada daerah ini juga dapat terlihat
dari pola kelurusan yang terbentuk pada batasan antara bentang alam
elevasi yang terbentuk sangat kontras dan bila diamati di peta dapat terlihat
Gambar 5.4. Kenampakan Satuan Perbukitan Struktural Berlereng Landai. Desa Pageruyung, Kec.
Pageruyung, Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 395777 9226842 (sumber: MHR
Collection)
Satuan ini berada pada bagian tenggara wilayah penelitian dengan pelamparan
mencapai 19.53% (76.85 km2). Satuan ini disebut perbukitan karena tingginya
masih kurang dari 500 meter. Satuan ini memiliki kemiringan lereng antara 8% –
21%. Ketinggian satuan ini antara 25 hingga 125 meter dari permukaan air laut.Tipe
lembah sungai pada satuan adalah tipe lembah V yang menunjukkan erosi dengan
sifat vertikal. Pola penyalurannya adalah subdendritik. Pada bentang alam ini
ditemukan aktifitas tektonik yang cukup aktif dimana ditermukan banyak sekali
kenampakan struktur geologi berupa lipatan dan patahan, yang dapat diamati pada
singkapan batuan yang ada dan juga pada satuan ini ditemukan kenampakan
pembelokan sungai yang terjadi akibat bidang lemah yang terbentuk dari patahan
tersebut. Kelerengan yang ada pada satuan ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik tersebut sehingga lithologi yang ada banyak menbentuk bidang lemah dan
lapangan, ditarik garis batas satuan untuk mendapatkan peta geomorfologi wilayah
penelitin (Gambar 5.6) yang mana persebaran dari masing masing satuan
Dari peta tersebut, dapat dibuat sayatan AB dan sayatan CD yang meringkas
penelitian tersusun dari dua satuan, yaitu endapan aluvium dan formasi damar
(Gambar 5.8.).
A. Endapan Aluvium
Endapan Aluvium tersebar cukup luas dan menutupi hampir 80% daerah
penelitian. Endapan Aluvium ini menindih Formasi Damar secara tidak selaras.
Litologinya tersusun atas lempung, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal. Yang
merupakan hasil dari proses proses eksogenik yang terjadi pada daerah
pegunungan dan perbukitan tersebut tersusun atas lithologi dari Formasi Damar
B. Formasi Damar
mafik, felspar, dan kuarsa. Formasi ini tersebar di sebelah selatan daerah
penelitian dengan pola penyebaran timur – barat. Formasi ini pula yang
menjadi suplai sedimen pada endapan aluvium yang berada di bagian utara
daerah pemetaan.
64
Gambar 5.8. Peta Geologi Regional Wilayah Penelirian (Thanden dkk, 1975)
65
litologi yang berbeda pada wilayah penelitian, yaitu satuan endapan pasir, satuan
endapan lempung-lanau, satuan breksi, dan satuan perulangan breksi dan batupasir.
Satuan ini terletak pada bagian barat laut wilayah penelitian. Pada satuan
satuan ini memiliki usia pengendapan yang lebih muda dibandingkan endapan
lempung-lanau, Hal ini karena satuan ini mengalami kontak langsung dengan
laut. Ukuran litologi pada satuan ini terususn oleh endapan berukuran pasir
Gambar 5.9. Litologi Pasir pada Satuan Endapan pasir. Desa Sendangsikucing, Kec. Rowosari,
Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 395997 9236903 (sumber: RS Collection)
70%. Pada satuan geomorfologi, satuan ini terletak pada satuan dataran aluvial.
dibandingkan satuan breksi dan satuan perulangan breksi dan batupasir namun
masih lebih tua dari endapan pasir. Ukuran litologi pada satuan ini didominasi
Gambar 5.10. Litologi Endapan Lempung Lanau pada Satuan Endapan Lempung Lanau. Desa
Turunrejo, Kec. Brangsong, Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 415881
9235414 (sumber: MHR Collection)
Satuan ini terletak pada bagian Barat Daya wilayah penelitian. Pada
curam. Diperkirakan satuan ini memiliki usia pengendapan yang lebih tua
perulangan breksi dan batupasir tidak dapat diketahui karena kedua satuan ini
tidak mengalami kontak. Litologi pada satuan ini adalah breksi dengan
ketebalan lebih dari 80 meter dan sisipan batupasir dengan ketebalan kurang
Gambar 5.11. Litologi Breksi (a) sisipan batupasir (b). Desa Pageruyung, Kec. Pageruyung,
Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 395715 9226624 (sumber: NFK Collection)
Satuan ini terletak pada bagian tenggara wilayah penelitian. Pada satuan
breksi sisipan batupasir tidak dapat diketahui karena kedua satuan ini tidak
mengalami kontak. Litologi pada satuan ini adalah breksi dan batupasir dengan
Gambar 5.12. Litologi perulangan breksi (a) dan batupasir (b). Desa Protomulyo, Kec. Kaliwungu
Selatan, Koordinat UTM WGS 1984 Zona 49S 416268 9229279 (sumber:
MHRCollection)
68
ditarik garis batas satuan untuk mendapatkan peta geologi wilayah penelitian
(Gambar 5.13).
dimana satuan endapan pasir dan satuan endapan lempung-lanau diendapkan secara
batupasir dan satuan perulangan breksi dan batupasir. Satuan breksi sisipan
secara bersamaan dan memiliki sumber yang berbeda. Gambar 5.14. menunjukkan
hubungan antar satuan yang disajikan dalam kolom stratigrafi wilayah penelitian.
69
Peta tataguna lahan didapatkan dari peta rencana tata ruang dan wilayah
Kabupaten Kendal. Dari peta rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Kendal,
didapatkan sebanyak sebelas macam tata guna lahan pada wilayah penelitian, yaitu
cagar alam, hutan produksi tetap, kawasan holtikultura dan perkebunan, kawasan
pemukiman, sempadan pantai, sempadan rel kereta api, dan sempadan sungai
(Gambar 5.15.). Detail luas dan prosentasi penggunaan lahan pada wilayah
Gambar 5.15. Peta tata guna lahan wilayah penelitian (sumber: Tim Pemetaan CAT Kendal)
72
daya air spasial. Untuk menentukan jumlah kebutuhan airnya, dibutuhkan data
9 Pageruyung 33.782
10 Patebon 57.323
11 Pegandon 37.193
12 Ringinarum 35.342
13 Rowosari 48.515
14 Weleri* 57.466
Sumber : Badan Pusat statistika, 2016
*Daerah perkotaan
*Daerah perkotaan
74
dengan persentase luas pemukiman, maka dapat diperkirakan jumlah kebutuhan air
baku penduduk.
pada wilayah penelitian, yaitu Kaliwungu, Kendal Kota, Cepiring, dan Weleri
pada SNI 19-6728.1-2002, daerah perkotaan menggunakan standar 120 liter per
jiwa per hari dan daerah pedesaan menggunakan standar 60 liter per jiwa per hari.
penduduk pada masing-masing kecamatan pada tabel 5.5. dan total kebutuhan air
*Daerah Perkotaan
indsutri pada SNI adalah sebesar 0,7 liter/ha/detik. Dengan menggunakan data
luasan wilayah industri seluas 574,18 hektar dan standar jam kerja 8 jam, maka
dihasilkan kebutuhan air sebesar 8.878.464 liter per hari (Tabel 5.6).
V.5. Hidrogeologi
wilayah penelitian didominasi oleh akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir
pada daerah datarannya dan akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar
Pada daerah dataran dengan aliran melalui ruang antar butir terbagi atas tiga
tipe akuifer yaitu : pertama adalah akuifer dengan produktifitas tinggi dan
persebaran luas, kedua adalah akuifer produktif dan persebaran luas, ketiga adalah
akuifer dengan produktifitas sedang dan persebaran luas. Pada daerah perbukitan
terbagi menjadi dua akuifer dengan tipe aliran melalui celah dan ruang antar butir
dan beberapa wilayah memiliki akuifer dengan tipe aliran melalui ruang antar butir.
Akuifer dengan tipe aliran melalui celah dan ruang antar butir ditemukan pada
wilayah dengan litologi perulangan batupasir dan breksi dan breksi dengan sisipan
76
batupasir. Aliran pada litologi ini lebih bergantung pada struktur geologi yang
memberikan celah untuk dilalui oleh air. Akuifer dengan tipe aliran melalui ruang
6. Kecamatan Pageruyung
A. Curah Hujan
Data sekunder curah hujan yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kendal
digunakan untuk evaluasi fluktuasi curah hujan bulanan dan tahunan diperoleh data
selama 5 tahun (2010 hingga 2014) (Gambar 5.17). Dari data tersebut, curah hujan
tertinggi di wilayah ini terjadi di tahun 2010, dengan jumlah curah hujan sebesar
3251 mm/tahun. Sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi di tahun 2011, dengan
jumlah curah hujan sebesar 2024 mm/tahun. Rata-rata jumlah hujan bulanan selama
Tabel 5.8. Data curah hujan Kabupaten Kendal Tahun 2010 - 2014
Tahun
Bulan Rata-Rata
2010 (mm) 2011 (mm) 2012 (mm) 2013 (mm) 2014 (mm)
B. Klimatologi
Data klimatologi pada daerah penelitian didapatkan dari PSDA dari stasiun
pengamatan yang terdekat, yaitu stasiun pengamatan Juwero. Dari hasil tersebut
diperoleh informasi bahwa daerah penelitian dipengaruhi oleh iklim tropis dengan
C. Evapotranspirasi
praktis berdasarkan metode Turc (1954) dengan menggunakan data curah hujan
=28,650C) tersebut, maka dapat diketahui bahwa besar evapotranspirasi nyata (Etr)
2600
𝐸𝑡𝑟 =
26002
√0.9 +
(300 + 25.28,65 + 0,05. 28,653 )2
2600
𝐸𝑡𝑟 =
26002
√0.9 +
(300 + 716,3 + 1175,8)2
2600
𝐸𝑡𝑟 =
26002
√0.9 +
(2192,1)2
2600
𝐸𝑡𝑟 =
√0.9 + 1,4
2600
𝐸𝑡𝑟 =
√2,3
=1733,33 mm/tahun.
Sarma (1969). Dengan mengaplikasikan persamaan (3.2) dapat diketahui besar run
off di DAS daerah penelitian untuk rata–rata hujan tahunan sekitar 35,093 cm/tahun
(350, 93 mm/tahun).
E. Imbuhan
= 515.70 mm/tahun.
83
Cekungan Air Tanah Kendal membentang pada koordinat 110o 01’ 43, 68”
BT - 110o 16’ 16, 97” BT serta 6o 50’ 45, 56” LS – 7o 02’ 37, 74” LS dengan luas
sekitar 393, 4 km2. Secara geografis, cekungan air tanah Kendal dibatasi oleh Laut
Jawa pada bagian utara. Batas bagian utara merupakan batas constant head yang
Pada bagian selatan, cekungan air tanah dibatasi oleh perbedaan formasi
geologi yang termasuk ke dalam Formasi Kerek. Batas pada bagian selatan adalah
batas tidak ada aliran karena litologi pada Formasi Kerek tidak memungkinkan
Pada bagian barat, cekungan air tanah Kendal dibatasi oleh Kali Kuto. Batas
ini merupakan batas Kali kuto ini juga menjadi batas administrasi antara Kabupaten
Kendal dan Kabupaten Batang. Pada bagian timur, batas cekungan air tanah Kendal
dibatasi oleh Muara Sidempel pada bagian utara yang mengikuti sungai di Desa
pangeran Djuminah) dan menerus hingga menyambung pada hulu Kali Blorong
pada Desa Darupono. Batas pada timur wilayah penelitian merupakan batas
morfologi.
konfigurasi permukaan dan bawah permukaan penyusun sistem akuifer yang ada di
penelitian.
85
Gambar 5.19. Lokasi Pengukuran Geolistrik pada Wilayah Penelitian (sumber: Tim Pemetaan CAT Kedal)
86
mendapatkan data ketebalan, kedalaman dan nilai tahanan jenis. Selanjutnya untuk
meminimalkan nilai penyimpangan kurva yang dibuat pada metode matching curve
terhadap nilai titik data observasi, maka dilakukan koreksi menggunakan software
progress 3.0.
Sebanyak 9 sayatan dibuat dengan arah utara selatan dan timur barat untuk
dapat diketahui hingga kedalaman antara 80 meter hingga 100 meter. Kedalaman
yang melebihi angka 80 atau 100 meter adalah perkiraan dari kecenderungan data
vertikal sebesar 10 kali skala horizontal, yaitu 1 kilometer pada jarak horizontal
memiliki ketinggian sebesar 100 meter. Dengan kata lain, meskipun pada sayatan
terlihat lapisan dan endapan yang miring, sebenarnya perlapisan pada pada lokasi
ukuran butir yang menghalus semakin ke utara (Gambar 5.20). Hal ini cukup
Diperkirakan hal ini karena adanya struktur geologi pada bagian bawahnya
signifikan.
Selain pada sayatan AB dan AC, pada sayatan DE, sayatan DF, dan
endapan relatif seragam dengan arah pengendapan dari selatan ke arah utara.
88
Gambar 5.20. Penampang Litostratigrafi Berarah Utara-Selatan (sumber: Tim Pemetaan CAT Kedal)
89
ukuran butir yang lebih kasar di arah barat (Gambar 5.21.). Hal ini sesuai
dengan morfologi dan geologinya dimana pada bagian barat laut memiliki
ukuran butir yang lebih kasar dan sama seperti morfologi dan geologinya,
diperkirakan hal ini diperkirakan karena tenaga ombak pada Laut Jawa yang
timur laut-barat daya. Sama halnya seperti sayatan yang berarah utara
semakin tebal, namun ada anomali pada sayatan IKL dimana pada bagian
sekitarnya. Dari data ini dapat diperkirakan ada suatu struktur geologi yang
tidak langsung, hal ini membuat kuantitas air yang dapat disimpan pada
antaranya, hal ini disebabkan oleh adanya struktur geologi berupa sesar
turun pada wilayah penelitian yang secara tidak langsung berhadapan. Sesar
Gambar 5.21. Penampang Litostratigrafi Berarah Timur Barat (sumber: Tim Pemetaan CAT Kedal)
91
Dari sayatan utara-selatan dan sayatan timur barat, dibuat fence diagramnya
diketahui ketebalan akuifer bebas dan akuifer tertekannya. Jika dilihat pada masing-
masing hasil pengukuran geolistrik, dapat dilihat pada kedalaman sekitar 10 meter
litologi yang sama. Perbedaan lapisan ini menunjukkan batas akhir akuifer bebeas
pada lokasi penelitian. Berdasarkan data ini, dapat diketahui tebal rata-rata akuifer
bebas pada lokasi penelitian adalah 10 meter dan di bawahnya adalah akuifer
tertekan.
bebas pada lokasi hanya setebal 10 meter dan di bagian bawahnya adalah non
akuifer. Hal ini disebabkan oleh batuan penyusun pada bagian bawah yang
menyimpan air.
Hal serupa terjadi pada bukit sebelah tenggara dimana pada bagian
bagian bawahnya juga adalah batuan padat. Namun pada bukit sebelah tenggara
memiliki ketebalan akuifer bebas yang lebih bervariasi dan lebih tebal antara 16 –
20 meter.
92
Gambar 5.22. Fence Diagram Wilayah Penelitian (sumber: Tim Pemetaan CAT Kedal)
93
A. Akuifer Bebas
Gunung Sindoro dan pada bagian utara adalah Laut Jawa. Dari data geolistrik
diketahui ketebalan rata rata akuifer bebas pada dataran adalah 20- 30 meter,
pada daerah perbukitan sebelah tenggara antara 20 meter, dan pada daerah bukit
akuifernya, maka bisa diketahui sumur yang kedalamannya kurang dari tebal
akuifer adalah akuifer bebas dan sumur yang kedalamannya lebih dari ketebalan
Secara garis besar, aliran air tanah dangkal (akuifer bebas) pada wilayah
aliran air tanah dari selatan ke utara. Pada bagian tengah wilayah penelitian,
secara umum aliran air tersebar ke arah timur laut, utara, dan barat laut. Pada
wilayah penelitian, arah aliran air dipengaruhi oleh morfologinya dimana bagian
selatan dan bagian tengah lebih tinggi dari bagian utara, barat laut, dan timur
laut.
B. Akuifer Tertekan
dengan nilai TDS nya. Umumnya aliran air tanah mengalir dari lokasi dengan
nilai TDS kecil mengarah ke nilai TDS tinggi. Dari nilai TDS dapat diketahui
94
pola alirannya. Setelah diketahui pola alirannya, nilai ketinggian dapat diketahui
dengan menggunakan data kedalaman air pada sumur bor pada beberapa lokasi.
Secara garis besar, aliran air tanah dalam (akuifer tertekan) pada wilayah
penelitian sama seperti pada akuifer bebas, mengalir dari selatan menuju ke
dimana pada bagian ini bukan merupakan akuifer tertekan. Selain itu, pada
bagian barat wilayah penelitian, aliran air tanahnya memiliki depresi. Gambar
5.24. menunjukkan aliran air tanah akuifer tertekan pada wilayah penelitian.
Diperkirakan ada faktor lain seperti struktur geologi atau litologi yang berbeda
Gambar 5.23. Peta Pola Aliran Air Tanah Akuifer Bebas Wilayah Penelitian
96
Gambar.5.24. Peta Pola Aliran Air Tanah Akuifer Tertekan pada Wilayah Penelitian
97
Daerah imbuhan dan lepasan air tanah di daerah penelitian dapat ditentukan
berdasarkan pola aliran air tanah, kemunculan air tanah (mata air atau rembesan),
dan informasi hidrokimia air tanah serta kondisi hidrogeologi secara umum.
Berdasarkan pola aliran air tanah dangkal, aliran air tanah di daerah penelitian
mengalir relatif ke arah utara dari arah selatan. Hal ini menunjukkan bahwa daerah
imbuhan secara regional berasal dari wilayah kompleks Gunung Ungaran dan
Gunung Sindoro.
Kemunculan air tanah berupa mata air tipe rembesan (seepage) didapatkan
pada bagian kaki gunung di bagian barat daya wilayah penelitian. Mata air ini
menujukkan bahwa di sekitar mata air tersebut adalah batas antara daerah imbuhan
dan lepasan air tanah. Selain kemunculan air tanah, persebaran kadar TDS juga
penelitian yang memiliki kadar TDS yang lebih rendah menunjukkan daerah
tersebut adalah sumber air pada wilayah penelitian. Persebaran nilai TDS pada
daerah pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.25. Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, maka daerah imbuhan dan lepasan air tanah di daerah penelitian
Gambar 5.25. Peta Nilai TDS cekungan air tanah wilayah penelitian
99
Gambar 5.26. Peta daerah imbuhan dan lepasan air tanah wilayah penelitian
100
Dari peta daerah imbuhan dan lepasan air tanah wilayah penelitian dapat dilihat
lokasi daerah imbuhan air tanah berada pada daerah dataran yang berada pada
bagian utara wilayah penelitian. Daerah lepasan air tanah wilayah penelitian
cenderung berada pada bagian selatan wilayah penelitian yang merupakan wilayah
dengan kontur tinggian. Dari sebaran daerah imbuhan dan lepasan air tanah ini
dapat dilihat aliran dominan air tanah mengarah dari selatan ke utara dari wilayah
penelitian.
Suatu akuifer mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai penyimpan atau
penampung aliran air tanah yang ada di bawah permukaan dan sebagai penyalur
aliran air tanah seperti jaringan pipa di bawah permukaan tanah. Kedua fungsi itu
dapat dilakukan karena pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer yang bersifat
adalah konduktifitas air tanah yang secara tidak langsung memberikan nilai
dilakukan uji pompa pada wilayah penelitian di lima titik yang berbeda. Dimana
letak uji pompa yang dilakukan dapat diliahat pada gambar 5.27. dari hasil uji
pompa berupa Uji slug test didapatkan nilai konduktifitas yang dapat dilihat pada
tabel 5.10.
101
dimana nilai konduktifitas dengan nilai < 1 m/hari tersebar pada area Kecamatan
Kaliwungu pada bagian timur CAT dimana berdasarkan data geolistrik yang ada
wilayah tersebut memiliki lithologi dominan lempung dan pada bagian bawah
terdapat lithologi pasir breksi. Selain pada daerah Kaliwungu daerah lain yang
memiliki nilai konduktifitas < 1 m/hari yaitu pada bagian barat daya daerah
penelitian yaitu pada Kecamatan Weleri dimana lithologi yang ada berupa batupasir
sedangkan untuk daerah tengah dan daerah barat laut memiliki kisaran nilai
parameter akuifer yang berupa konduktifitas (K). Dari data uji geolistrik didapatkan
tebal rata rata akuifer pada daerah pengamatan. Dari data konduktifitas dan
(3.12) T = K x b, dimana hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.11 dan tabel
5.12.
Debit adalah besarnya volume air yang mengalir pada suatu penampang luas
tertentu persatuan waktu. Dalam penelitian yang dilakukan hasil akhir yang
diinginkan yaitu berupa jumlah debit atau cadangan di akuifer bebas dan akuifer
tertekan pada daerah penelitian baik itu cadangan dinamis maupun statis.
105
persamaan (3.4) dimana nilai yang dibutuhkan yaitu nilai transmisivitas, landaian
hidrolik, dan lebar penampang akuifer. Nilai landaian hidrolikan pada perhitungan
didapat dari rumus dh/dl sedangkan untuk lebar penampang akuifer didapatkan
Hasil perhitungan cadangan dinamis pada akuifer bebas dan tertekan dapat
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat diketahui bahwa debit air rata
rata yang terjadi pada CAT kendal pada akuifer bebas sebesar 1081,376 m³ / hari
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat diketahui bahwa debit air rata
rata yang terjadi pada CAT kendal pada akuifer tertekan sebesar 5579,271 m³/hari
cadangan dinamas air tanah pada daerah penelitian baik itu penyebaran pada akuifer
tertekan maupun pada akuifer bebas. Pembagian daerah akuifer ini didasari pada
klassifikasi debit airtanah (SNI 13-7121-2005) dimana debit yang < 2 liter / detik
merupakan debit rendah, kemudian debit 2- 10 liter/ detik merupakan debit sedang
dan > 10 liter / detik merupakan debit besar, penyebaran akuifer tersebut dapat
diamati pada Gambar 5.29 dan Gambar 5.30. Dari gambar peta penyebaran daerah
penelelitian untuk akuifer bebas daerah persebaran dibagi menjadi 4 bagian yaitu
daerah dengan debit akuifer rendah, daerah debit akuifer sedang, daerah debit
akuifer besar (> 10 liter/detik), dan daerah debit akuifer besar (>30 liter/detik).
untuk akuifer tertekan pembagian daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu daerah debit
akuifer rendah, daerah debit akuifer besar (> 50 liter / detik) dan daerah dengan
Daerah dengan debit air rendah umumnya berada pada bagian timur dari
daerah penelitian yang makin ke barat debit air tanah makin besar, hal ini
disebabkan oleh lithologi lempung yang dominan pada bagian timur yang
mengakibatkan aliran air sulit teralirkan pada daerah ini, untuk bagian barat
lithologi yang menyusun daerah tersebut tidak didominasi oleh lempung tetapi juga
dijumpai perlapisan batupasir dan lanau sehingga aliran air tanah cendrung
Gambar 5.29. Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Dinamis Akuifer Bebas
108
Gambar 5.30. Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Dinamis Akuifer Tertekan
109
wadah yang dapat menyimpan airtanah dalam volume tertentu, dan dianggap air tidak
(Todd, 1980) yaitu dengan persamaan (3.5) dimana storativitas pada akuifer dikalikan
dengan volume akuifer. storativitas yang digunakan yaitu nilai storativitas batuan pada setiap
jenis lithologi berdasarkan Todd, 1980. Untuk perhitungan volume akuifer menggunakan
data ketebalan akuifer yang didapatkan melalui pengukuran uji geolistrik dan nilai luas
dengan GIS. Perhitungan volume untuk akuifer bebas dapat dilihat pada tabel 5.15.
sedangkan untuk akuifer tertekan pada tabel 5.16. Perhitungan volume akuifer bebas
menggunakan persamaan volume = luas akuifer x tebal akuifer dimana akuifer digambarkan
Untuk perhitungan volume akuifer tertekan digunakan rumus volume prisma hal ini
dikarenakan bentukan akuifer yang didapat dari hasil konfigurasi akuifer menunjukan
bentukan persebaran akuifer yang makin menipis kearah timur, dimana persamaan yang
Dari perhitungan volume akuifer yang didapatkan dapat diketahui cadangan statis air
tanah pada daerah penelitian dengan mengalikan nilai volume akuifer dengan nilai strotivitas
batuan penyusun akuifer. Nilai strotivitas yang digunakan merupakan nilai strotivitas
lithologi dominan yang didapat dari analisa geolistrik dengan mengacu pada klasifikasi
Tood, 1980. Hasil perhitungan dari cadangan statis dapat dilihat pada tabel 5.17 untuk
Dari hasil perhitungan didapatkan cadangan statis total untuk akuifer bebas pada
765.597.470.390 liter. Untuk persebaran nilai cadangan statis dapat dilihat pada gambar 5.31
Gambar 5.31. Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Statis Akuifer Bebas
112
Gambar 5.32. Peta Kuantitas Air Tanah Cadangan Statis Akuifer Tertekan
113
BAB VI
VII. I. Kesimpulan
1. Didapatkan hasil persebaran kuantitas air tanah pada daerah CAT Kendal
dengan 2 parameter berbeda yaitu pada lapisan akuifer bebas dan akuifer
Pageruyung dan Waleri bagian selatan, selain juga pada bagian timus dari
tengah daerah penelitian hingga bagian barat meliputi Kota Kendal hingga
bergradasi dari bagian timur yang memiliki cadangan kecil dan semakin ke
2. Nilai rata rata cadangan dinamis yang didapatkan dari hasil perhitungan
yaitu pada akuifer bebas sebesar 1081 m³ /hari atau setara dengan 394.702
cadangan statis total untuk akuifer bebas pada daerah penelitian sebesar
765.597.470 m³
114
VII.2. Saran
kedalaman lebih dari 100 meter untuk mengetahui ketebalan dan potensi
C. Perlu dibangun sumur pantau pada wilayah konservasi air tanah untuk
bagian utara karena kualitas air yang sudah tidak layak dikonsumsi.
115
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, 2015, Kabupaten Kendal Dalam Angka 2014,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Kendal.
Bower, H., 1978, Groundwater Hydrology, Hogkusha Ltd., Tokoyo
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011, Peta Cekungan Air Tanah di Provinsi Jawa
Tengah, Dinas Provinsi Jawa Tengah, Semarang
Healy, R.W., 2010, Estimating Groundwater Recharge, United Kingdom, Cambridge
University Press.
Fetter, C.W., 2001, Applied Hydrogeology, Fourth Edition, Prantice-Hall, Inc., New Jersey.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan
Cekungan Air Tanah, 2011, Jakarta.
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta
Masselink, G. and Hughes, M.G., 2003, Introduction to Coastal Processes and
Geomorphology, Great Britain, Hodder Arnold.
Mace, Robert E., 2001, Estimating Transmissivity Using Specific-Capacity Data, University
of Texas, Texas
Milsom, J., 1989, Field Geophysics Geological Society of London Handbook, Open
University and Halsted, London.
Pandit, N.S. dan Miner, F., 1986, Interpretaion of Slug Test Data, National Ground Water
Association Vol. 24 No.6, United Kingdom
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, Kementerian Kesehatan, Jakarta
Putra, D.P.E. 2007. The Impact of Urbanization in Groundwater Quality: A. Case. Study in
Yogyakarta City- Indonesia; Aachen.
Republik Indonesia, 2011, Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan
Cekungan Airtanah, Sekretariat Kabinet, Jakarta.
Suharyadi, 1984, Diktat Kuliah Geohidrologi, Yogyakarta ; Jurusan Teknik Geologi FT-
UGM.
Standar Nasional Indonesia, 2005, Penyelidikan Potensi Air Tanah Skala 1:100.000 atau
Lebih Besar, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
116
Sarma, P.B.S and Roa, N.H , 1969, Groundwater Recharge from Rectangular Area:
Groudwater research Latter.
Thanden, R.E., Sumadirdja, H., dan Richards, P.W., 1975, Peta Geologi lembar Magelang
dan Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.
Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. 2nd. John Willey and Sons, Inc. New York.
Turc, 1954, Water Balance of Soil, Relationship Between Precipitation, Evapotranspiration
and Run off (in French). Ann Agron
US Department of Interior, 1977, Groundwater Manual, US Department of Interior,
Washington
Van Bemmelen, 1949, Geology of Indonesia, Hague Printing Office, Batavia.
Wijayanti, P. R., M. Sholichin, dan D. Sisinggih. 2013. Analisa Kuantitas dan Kualitas
Airtanah di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Malang:
Jurnal Pengairan Universitas Brawijaya Vol. 4, No.2 (2013).
Zuidam, R.A., dan Zuidam-Cancelado F.I., 1979, Terrain Analysis and Classification Using
Aerial Photographs Chapter 6, International Institute for Aerial Survey and Earth
Science, Netherlands.
Sumber Internet:
Peta Administrasi Daerah Kendal: http://baperlitbang.kendalkab.go.id/ (accessed in April
2018)
Map citra satelit Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah,- Indonesia:
https://www.google.com/maps/place/Kabupaten+Kendal,+Jawa+Tengah (accessed
in April 2018)
Peta Hidrogeologi Indonesia: http://siat.geologi.esdm.go.id/?q=content/peta-hidrogeologi-
indonesia (accessed in April 2018)
117
LAMPIRAN 1 DAN 2
TABEL TITIK MINATAN SUMUR GALI DAN
SUMUR BOR
Dikerjakan Oleh: Tim Pemetaan CAT Kendal
Moch Hasmannoor R
Raja Susatyo, S.T
Nusa Fadhilah Febriana Khusumaningtyas
Dhia Octa Dessandhya Anggaputra, S.T
118
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
5 412742 9232459 Trompo Kota Kendal 31.3 730 1490 7.1 3 2.45
120
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
6 413218 9234740 Banyutowo Kota Kendal 29.9 240 500 6.9 2 1.53
8 410653 9233322 Tunggulrejo Kota Kendal 30.6 1540 3080 7.3 3 2.42
9 410785 9234755 Biganging Kota Kendal 29.5 2640 5350 7.3 2 1.39
10 411155 9237168 Balok Kota Kendal 29.6 1030 2080 6.9 2 1.28
121
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Korowelang
19 407533 9239442 Cepiring 29.3 790 1610 7.1 2 1.44
Anyar
20 409011 9238921 Pidodo Wetan Patebon 29.7 590 1210 7.2 2 0.96
123
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Sendang
25 400004 9237364 Rowosari 30.3 270 560 8.1 3 2.72
sikucing
124
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Sendang
28 396333 9236527 Rowosari 31.2 540 1110 7.5 1 0.31
sikucing
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
32 399387 9235377 Sendang Kulon Kangkung 30.1 430 880 7.7 4 2.86
Sendang
33 400708 9234665 Kangkung 31.6 550 1130 7.5 5 2.81
Dawung
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Kaliwungu
38 412109 9222492 Kedungsuren 31.2 180 380 7.6 76 75.17
Selatan
Kaliwungu
39 414259 9223107 Kedungsuren 31.3 130 220 6.5 62 53.98
Selatan
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Kaliwungu
63 414999 9228929 Sukomulyo 29.3 560 1140 7.5 24 16.85
Selatan
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
elevasi
Suhu TDS DHL Elevasi
STA x y Desa Kecamatan pH mat Foto
(0C) (mg/L) (µS) (mdpl)
(mdpl)
Kaliwungu
71 415096 9224917 Kedungsuren 31.6 310 630 6.8 56 47
Selatan
Kaliwungu
72 418388 9225062 Darupono 27.5 150 310 5.9 76 69.63
Selatan
Kaliwungu
73 418088 9227634 Protomulyo 29.3 280 590 7 51 39.09
Selatan
134
5 410759 9233417 Sijeruk Kota Kendal 34.5 240 500 7.5 138 ‐ 3 ‐
136
Korowelang
10 407533 9239442 Cepiring 30 310 640 8.8 70 12 2 ‐10
Anyar
137
Pidodo
12 408846 9238099 Patebon 30.9 370 750 8.8 70 ‐ 3 ‐
Wetan
Sendang
16 400004 9237364 Rowosari 32.5 430 880 9.4 40 ‐ 3 ‐
sikucing
Sendang
20 397061 9233387 Rowosari 33.2 320 650 8.5 100 15 5 ‐10
dawuhan
139
Sendang
22 399401 9235377 Kangkung 33.9 540 1090 8.4 80 ‐ 4 ‐
Kulon
29 410325 9234776 Biganging Kota Kendal 33.5 180 380 8.2 136 ‐ 3 ‐
Kaliwungu
30 411759 9222989 Kedungsuren 34.1 140 290 7 90 20 97 77
Selatan
141
Ngampel
31 410692 9228877 Ngampel 28.3 490 960 7.4 40 ‐ 7 ‐
Wetan
Kaliwungu
32 415006 9229033 Sukomulyo 28 150 320 8.6 75 ‐ 25 ‐
Selatan
Kaliwungu
41 418088 9227634 Protomulyo 28.8 250 510 7.7 100 ‐ 51 ‐
Selatan
LAMPIRAN 3
DATA DAN LOG GEOLISTRIK
Dikerjakan Oleht: Tim Pemetaan CAT Kendal
Moch Hasmannoor R
Raja Susatyo, S.T
Nusa Fadhilah Febriana Khusumaningtyas
Dhia Octa Dessandhya Anggaputra, S.T
Joko Riyanto
Lokasi : Darupono,Kaliwungu Selatan No Titik : GL 1
X : 418825 Elevasi : 121 m
Y : 9225921 Tanggal : 12-8-2016
10 2,17 Batupasir
2,78
20
9,3 68,74 Batupasir-Breksi
30
40
50
70
80
Lokasi : Kedungsuren, Kaliwungu Selatan No Titik : GL 2
X : 414583 Elevasi : 58 m
Y : 9224809 Tanggal : 12-8-2016
20
30
40
60
70
80
Lokasi : Jatirejo Selatan, Pegandon No Titik : GL 3
X : 411009 Elevasi : 123 m
Y : 9223846 Tanggal : 12-8-2016
10
0,98 51,80 Soil
20
18,06 25,56 Batupasir
30
23,36 60,16 Batupasir-Breksi
40
50
60
>45,11 5,35 Breksi
70
80
Lokasi : Dawungsari, Ngampel No Titik : GL 4
X : 408315 Elevasi :1 m
Y : 9226612 Tanggal : 13-8-2016
30
5,31 5,69 Lempung
40
50
60
>75,01 13,79 Lanau
70
80
Lokasi : Triharjo, Gemuh No Titik : GL 5
X : 403172 Elevasi : 15m
Y : 9225855 Tanggal : 13-8-2016
10
5,27 5,70 Lempung
20
30
32,77 11,10 Lanau
40
50
60
80
Lokasi : Tanjungsari, Rowosari No Titik : GL 6
X : 395987 Elevasi :7m
Y : 9231851 Tanggal : 13-8-2016
20
30
55,44 12,76 Lanau
40
50
60
70
>31,84 35,19 Pasir
80
Lokasi : Sendang Sikucing, Rowosari No Titik : GL 7
X : 395600 Elevasi :1m
Y : 9236042 Tanggal : 14-8-2016
30
40
60
70
10
4,3 6,08 Lempung
20
15,58 9,18 Lempung
30
40
50
70
80
20
12,32 0,24 Lempung
30
40
50
60
>72,39 8,30 Lempung
70
80
Lokasi : Balok, Kota Kendal No Titik : GL 10
X : 411655 Elevasi :2m
Y : 9236871 Tanggal : 15-8-2016
30
50
60
80
Lokasi : Karangtengah, Kaliwungu No Titik : GL 1
X : 417507 Elevasi :2m
Y : 9232037 Tanggal : 15-8-2016
30
50
60
80
Lokasi : Surokonto Wetan, Pegerruyung No Titik : GL 12
X : 395254 Elevasi : 354 m
Y : 9224980 Tanggal : 15-8-2016
30
50
60
80
Lokasi : Pegandon, Pegandon No Titik : GL 13
X : 406785 Elevasi : 13 m
Y : 9229306 Tanggal : 16-8-2016
30
50
60
80
Lokasi : Donosari, Patebon No Titik : GL 14
X : 410667 Elevasi :4m
Y : 9238677 Tanggal : 16-8-2016
10
4,07 6,04 Lempung
20
30
40
60
70
80
>11,42 10,45 Lanau
Lokasi : Bumiayu, Weleri No Titik : GL 15
X : 398678 Elevasi : 13 m
Y : 9227430 Tanggal : 16-8-2016
10
40
50
60
>76,36 14,51 Lanau
70
80
LAMPIRAN 4
DATA ANALISIS SLUG TEST
Dikerjakan Oleht: Tim Pemetaan CAT Kendal
Moch Hasmannoor R
Raja Susatyo, S.T
Data Hasil Uji Slug Test 1
L = 5,42 m
r = 0,735 m
R =1m
To = 90 menit
K = 1.347648726 m/hari
Grafik Hasil Uji Slug Test 1
Data Hasil Uji Slug Test 2
L = 4,76 m
r = 0,45 m
R = 0,75 m
To = 262,5 menit
K = 0.215628776 m/hari
Grafik Hasil Uji Slug Test 2
Data Hasil Uji Slug Test 3
L = 0,75 m
r = 0,33 m
R = 0,43 m
To = 4,4 menit
K = 13.21740283 m/hari
L = 2,14 m
r = 0,33 m
R = 0,37 m
To = 7,6 menit
K = 8.461054826 m/hari
L = 3,50 m
r = 0,31 m
R = 0,86 m
To = 56 menit
K = 0.495494453 m/hari