Anda di halaman 1dari 14

Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya

Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI

II.1 Struktur Geologi Regional


Struktur geologi merupakan bentuk arsitektur kulit bumi yang merupakan
hasil rangkaian proses tektonik yang bekerja pada suatu daerah. Proses tektonik
yang berbeda akan menghasilkan pola struktur geologi yang berbeda pada suatu
daerah. Dalam kerangka tektonik regional (de Genevraye & Samuel, 1972) maka
proses pembentukan struktur Tersier di Pulau Jawa dapat dibagi menjadi 3
periode sebagai berikut :
Paleogen Extension Rifting
Neogen Compressional Wrenching
Plio – Pleistocene Compressing Thrust – Folding

Gambar 17. Skema periode Tektonik regional di Pulau Jawa (Koesoemo, 1999 dalam Hendriyanto, 2005)

Periode Paleogen Extension Rifting dimulai oleh proses rifting pada Eosen
– Oligosen, yang mengawali pembentukan cekungan-cekungan Tersier di Pulau
Jawa. Pada umumnya proses rifting di setiap daerah membentuk orientasi struktur
graben dan half graben pada arah tertentu, yang menunjukkan adanya kontrol
tektonik terhadap pembentukan awal cekungan.

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 43
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Gambar 18. Periode Paleogene Extension Rifting (Hendriyanto, 2005)

Periode Neogen Compressional Wrenching ditandai oleh pembentukan


sesar-sesar geser, yang terutama terjadi akibat gaya kompresif dari tumbukan
lempeng Hindia. Sesar geser yang terjadi membentuk orientasi tertentu, yang
berhubungan dengan kompresi utama. Sebagian besar pergeseran sesar
merupakan reaktivasi dari sesar-sesar normal yang terbentuk pada periode
Paleogen. Periode Plio – Pleistocene Compressional Thrust – Folding ditandai
oleh pembentukan lipatan yang berlanjut pada pembentukan sesar-sesar naik.
Antiklinorium dan thrust belt yang terjadi memiliki orientasi tertentu yang
berhubungan dengan arah kompresi dan kinematika pembentukannya.
Pada dasarnya pola struktur geologi yang terdapat di Zona Pegunungan
Serayu Utara adalah pola struktur antiklinorium. Antiklinorium ini membentuk
pengungan lipatan dengan arah sumbu lipatan secara umum timur – barat.
Demikian juga dengan pola sesar yang dijumpai di zona ini juga berarah timur –
barat (Van Bemmelen, 1949).
Pulau Jawa secara tektonik dipengaruhi oleh dua lempeng besar, yaitu
lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Indo-Australia di bagian selatan.
Pergerakan dinamis dari lempeng – lempeng ini menghasilkan perubahan tatanan
tektonik Jawa dari waktu ke waktu. Secara berurutan, rezim tektonik Jawa
mengalami perubahan yang dimulai dengan kompresi, kemudian mengalami
regangan dan kembali mengalami kompresi.

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 44
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Pulunggono dan Martodjojo (1994) menjelaskan bahwa tektonik kompresi


terjadi pada Kala Kapur – Akhir Eosen (80 – 52 juta tahun yang lalu), yang
diakibatkan oleh penunjaman berarah timurlaut – baratdaya dari lempeng Indo –
Australia. Tektonik kompresi kembali terjadi pada kala Oligosen – Miosen awal
(32 juta tahun yang lalu), akibat terbentuknya jalur penunjaman baru di selatan
Jawa. Ketiga fase tektonik ini berkaitan secara langsung dengan pembentukan
pola struktur yang berkembang di pulau Jawa yang dikenal dengan pola Meratus,
Pola Sunda dan Pola Jawa.
Asikin dan Katili (1974) menjelaskan bahwa posisi tektonik daerah
penelitian mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini dipengaruhi
oleh dinamika pergerakan lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia
tersebut. Pola sedimentasi di cekungan Jawa Tengah Utara juga berkaitan erat
dengan pergerakan lempeng ini.
Pada Kapur Akhir – Awal Tersier, Cekungan Serayu Utara merupakan
bagian dari fore arc basin, dengan jalur tumbukan di Luk Ulo dan jalur magma di
Laut jawa (Asikin, 1974; Katili, 1875, dalam Kartanegara, dkk., 1987). Pada Kala
Oligosen – Miosen awal, terjadi pengurangan kecepatan gerak lempeng Indo –
Australia. Hal ini memicu terbentuknya sesar – sesar bongkah hingga membentuk
tinggian dan depresi setempat. Adanya depresi dan tinggian setempat ini
memungkinkan terjadinya endapan kipas – kipas alluvial dan turbidit.
Miosen Tengah merupakan periode percepatan gerak lempeng Indo –
Australia yang diikuti dengan bergesernya jalur tumbukan ke selatan Jawa. Letak
busur magma pada kala itu hampir berimpit dengan pantai selatan Pulau Jawa
(Soejono, 1984, dalam Kartanegara,dkk., 1987). Pada kala Pliosen Awal, posisi
tektonik Cekungan Jawa Tengah Utara telah sepenuhnya menjadi back arc basin
(Kartanegara, dkk., 1987).

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 45
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Gambar 19. Analisa struktur Jawa menggunakan Strain Stress Elipsoid (Satyana, 2005)

Strain Stress Elipsoid (Harding, 1990) merupakan suatu model yang


menunjukkan hubungan antara struktur-struktur geologi (sesar, lipatan, maupun kekar)
dengan gaya-gaya pembentuknya (baik gaya kompresi maupun ekstensinya).
Gaya-gaya kompresi yang bekerja pada model ellipsoid tersebut akan
menghasilkan suatu perlipatan yang sumbu lipatannya tegak lurus dengan arah gaya
tersebut. Apadila sifat ke-ductile-an batuan lebih rendah dari gaya tersebut maka batuan
akan berubah menjadi brittle dan akan menghasilkan sesar-sesar naik yang arah
bidangnya juga tegak lurus dengan arah gaya kompresinya. Selain itu gaya kompresi
akan menghasilkan sesar geser dekstral (yang utama terbentuk), dan sesar geser sinistral
(sesar yang tidak utama terbentuk), dikarenakan gaya kompresi utamanya (conjugate
force) diperoleh dari gaya dekstral (gaya searah jarum jam). Gaya kompresi juga akan
menghasilkan struktur kekar yang berupa kekar gerus berpasangan dengan arah sudut
lancip berhadapan dengan arah gaya kompresi.

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 46
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Gaya-gaya kompresi tersebut akan juga mempengaruhi terbentuknya gaya


ekstensional yang arahnya tegak lurus dengan arah gay kompresi. Gaya ekstensional akan
menyebabkan terbentuknya struktur sesar-sesar turun yang arah bidangnya tegak lurus
dengan gaya pembentuk sesar. Selain itu gaya ekstensional yang bersifat divergen akan
menghasilkan struktur kekar-kekar tarik yang arah bidangnya juga tegak lurus terhadap
arah gaya pembentuk kekar.

II.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian


Secara umum struktur geologi di daerah penelitian sangat dipengaruhi
oleh proses yang terjadi selama Miosen Akhir. Pola-pola struktur yang
berkembang di daerah penelitian adalah lipatan berarah barat – timur dan sesar
geser sinistral dengan pola barat daya - timur laut.
Struktur geologi di daerah penelitian berkembang sangat intensif, ini
menghasilkan kedudukan lapisan yang acak dengan pola yang tidak teratur. Jika
kita tinjau lewat peta geologi regional, peta kontur, dan pola penyaluran yang ada
di daerah penelitian maupun daerah di sekitar daerah penelitian, maka terlihat
bahwa daerah penelitian memiliki pola yang relatif barat daya - timur laut, hal ini
sangat berbeda dengan daerah lain yang berada di sekitar daerah penelitian yang
memiliki pola relatif barat-timur.
Kenampakan-kenampakan struktur geologi yang ditemukan di lapangan
tidak hanya dipengaruhi oleh gaya tektonik yang bekerja pada Kala Miosen
Akhir, tapi juga dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Slamet yang terletak di sisi
barat daya dari daerah penelitian. Gunung Slamet memberikan dorongan pada
daerah sekitarnya saat proses magmatismenya aktif dan menghasilkan kompresi
yang mempengaruhi daerah sekitarnya.

II.2.1 Struktur Geologi Kekar


Secara umum, kekar bekerja cukup intensif pada daerah pemetaan. Hal ini
tercermin dalam intensifnya pola kekar yang ada sehingga menghasilkan kekar–
kekar yang tidak beraturan. Struktur kekar di lapangan sangat berpengaruh
terhadap keadaan batuan. Munculnya kekar pada batuan berfungsi sebagai zona

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 47
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

lemah sehingga fluida dapat mengalir dan menghasilkan pelapukan. Tingginya


intensitas proses eksogenik mengakibatkan batuan di daerah ini relatif lapuk
sehingga sebagian besar bidang–bidang kekar menjadi kurang tampak jelas.
Kenampakan lapangan struktur kekar ini adalah bukaan retakan yang agak lebar
hingga tidak membuka dan memotong batuan lunak maupun batuan yang keras.
Struktur geologi berupa kekar dapat diamati dan diukur pada batupasir
karbonatan namun tidak terlihat cukup baik pada batulanau karbonatan. Kekar
tidak terlalu terlihat disebabkan oleh litologi penyusun berupa batulempung dan
batuserpih yang cenderung lebih mudah hancur jika terkena kekar yang intensif.
Secara umum jenis kekar yang dijumpai pada daerah pemetaan adalah jenis
struktur kekar gerus maupun kekar tarik. Jenis kekar tarik dijumpai pada tebing
sungai dimana pada rekahan relatif lebar. Sedangkan jenis kekar gerus yang
dijumpai disekitar tebing sungai, dicirikan oleh sudut yang dibentuk oleh dua
kekar yang berpasangan membentuk sudut lancip (Foto 11). Di lapangan
dilakukan pengukuran pada litologi yang masih cukup segar dan tidak rapuh.
Kenampakan kekar di lapangan terdapat pada dinding tebing singkapan,
singkapan batuan dan bed rock sungai dengan ciri adanya retakan yang
berpasangan maupun tidak berpasangan. Retakan yang berpasangan terbentuk
oleh gaya kompresi, sedangkan retakan tidak berpasangan dapat terbentuk oleh
gaya tarik. Bidang rekahan kekar pada batugamping umumnya telah terisi oleh
kalsit dan membentuk urat kalsit, tetapi belum terisi mineral-mineral sekunder.

Foto 11. Kekar gerus pada batupasir karbonatan (kamera menghadap barat laut)

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 48
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Gambar 20. Analisa kekar pada daerah penelitian

Dari hasil pengukuran kekar pada STA 6 dan STA 83 dan analisa kekar dengan
menggunakan metode diagram mawar (gambar 20) maka diperoleh gaya utama
pembentuk kekar dengan arah gaya utama (σ1) N50E dan N3550E. Pola penyebaran kekar
ini terutama memiliki arah-arah jurus relatif utara - selatan. Hasil analisa gaya (lampiran
analisis kekar dan data pengukuran kekar).

II.2.2 Struktur Geologi Sesar


Sesar yang berkembang di daerah pemetaan berupa sesar geser sinistral. Sesar
geser sinistral memiliki pola relatif barat daya-timur laut. Umur batuan yang tersesarkan
adalah Miosen Tengah – Miosen Akhir. Sesar-sesar ini mempengaruhi bentukan
morfologi yang ada di daerah penelitian. Data sesar tersebut di peroleh dari adanya offset
litologi, rekonstruksi sumbu lipatan yang membentuk offset, dari keterjalan dip secara
Rani Evelyn Sianipar
05/187748/TK/31016 49
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

tiba – tiba serta adanya pola pembelokan sungai. Selanjutnya arah penarikan jurus sesar
ini didasarkan pada interpretasi pola kelurusan dari garis kontur maupun berdasarkan
jurus dan kemiringan batuan yang acak, hal ini disebabkan tidak dapatnya dilakukan
pengamatan secara langsung di lapangan karena kondisi singkapan batuan yang tertutup
soil maupun tidak ditemukannya bidang sesar dengan komponennya akibat keberadaan
utamanya yang berada pada batulanau karbonatan. Struktur sesar di daerah pemetaan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan morfologi dan pembentukan pola penyaluran
yang ada. Pola penyebaran struktur sesar ini didominasi oleh pola barat laut-tenggara dan
beberapa yang berarah timur laut-barat daya.
Pembentukan sesar-sesar di daerah pemetaan diperkirakan berkaitan dengan
adanya aktivitas penujaman di sebelah selatan Pulau Jawa sehingga menghasilkan suatu
mekanisme gaya yang berarah relatif utara-selatan. Mekanisme dan arah gaya inilah yang
menentukan arah-arah pergerakan sesar di daerah pemetaan. Beberapa sesar di daerah
penelitian, antara lain:

II.2.2.1 Sesar Geser Sinistral Wuluh


Sesar geser kiri ini melewati Sungai Wuluh, berarah memisahkan bukit
di bagian tengah daerah penelitian dan melewati di daerah Telagajaya. Sesar ini
memiliki pola relatif barat daya-timur laut. Sesar ini memotong litologi berupa
batulanau karbonatan, batupasir karbonatan dan tuf. Sesar geser sinistral
Wanalaba ini ditandai dengan morfologi bukit yang terpisah, selain itu didukung
dengan ditemukannya sesar-sesar turun dengan kedudukan N 100˚E/76˚ dengan
offset 20 cm ; N 90˚E/67˚ dengan offset 10 cm.
Sesar geser sinistral Wuluh ini juga mengakibatkan kedudukan lapisan
yang acak pada perselingan batulanau karbonatan di sisi selatan Sungai Wuluh
dan di sekitar Desa Bantarbolang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bagian
yang memisahkan bukit-bukit di daerah penelitian ini merupakan zona sesar
sinistral. Pada bidang sesar dilakukan pengukuran pitch dan diperoleh besrnya
200, oleh karena itu sesar ini lebih tepat dikatakan sebagai sesar geser
dibandingkan sesar naik seperti yang bisa dilihat pada singkapan. Penentuan jenis

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 50
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

sesar berupa sesar geser kiri juga berdasarkan adanya offset litologi yang secara
jelas dapat terlihat pada peta lintasan.
Analisa sesar Wuluh dilakukan karena memiliki data yang lengkap
meliputi data bidang sesar dan pitch yang diperoleh pada STA 98. Setelah dilakukan
analisa sesar maka diperoleh arah gaya utama pembentuk sesar yaitu 300/N3400E
(Gambar 22).

Foto 12. Sesar geser sinistral pada batupasir karbonatan (kamera menghadap utara)

Foto 13. Pengukuran pitch 200 pada bidang sesar mengindikasikan sesar geser sinistral (kamera menghadap
timur)

II.2.2.2 Sesar Geser Sinistral Wadasmalang


Sesar naik ini melewati daerah Wadasmalang. Sesar ini memiliki pola
barat daya-timur laut. Sesar geser sinistral Wadasmalang ini memotong batulanau
karbonat, dan tuf. Bukti sesar geser ini ditemukan pada daerah penelitian berupa
sesar turun minor, sesar geser dekstral, dan sesar geser sinistral, sesar geser
Rani Evelyn Sianipar
05/187748/TK/31016 51
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

sinistral Wadasalang ini menerus hingga sisi utara daerah penelitian, merujuk
pada data diluar daerah penelitian. Keberadaan sesar geser sinistral Wadasmalang
ini didukung dengan 2 bukit yang terpisah oleh lembah dengan pola relatif
berarah barat daya-timur laut. Dari pola kontur serta didukung dengan pola sesar
barat daya – timur laut pada pulau jawa maka dapat diketahui arah pergeseran
sesar geser ini adalah mengiri. Sesar ini masih diperkirakan karena sesar – sesar
yang mendukung adanya sesar ini terletak cukup jauh. Sesar minor tersebut
adalah sesar turun dan sesar geser kiri yang dapat dengan jelas diamati di
lapangan pada singkapan.
Pada peta geologi, sesar Wadasmalang digambarkan putus – putus
(gambar 21). Hal tersebut dikarenakan pola kontur yang mendukung untuk
terjadinya sesar geser kiri berada pada daerah yang sedikit singkapan sehingga
tidak dapat ditemukan bukti sesar pada daerah penarikan sesar tersebut namun
ditemukan beberapa sesar minor berupa sesar geser kiri, sesar geser kanan, dan
sesar turun yang terletak tidak jauh dari lokasi penarikan sesar.

Gambar 21. Pola kontur yang mendukung untuk penarikan sesar geser kiri Wadasmalang

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 52
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

Foto 14. Sesar minor berupa sesar geser sinistral pendukung sesar geser kiri Wadasmalang (kamera
menghadap utara)

II.2.3 Struktur Geologi Lipatan


Struktur geologi berupa lipatan pada daerah penelitian merupakan struktur
geologi utama yang mengontrol daerah pemetaan ini. Lipatan pada daerah
penelitian berupa antiklin dan sinklin yang relatif berarah barat – timur yang
terbentuk sebagai akibat gaya tektonik yang berarah utara – selatan. Lipatan ini
membentuk antiklinorium sehingga dapat ditemukan lipatan – lipatan minor.
Kenampakan seperti ini terlihat pada Kali Pontak berupa bentukan antiklin dan
sinklin.
Lipatan dengan jenis antiklin ataupun sinklin dapat diketahui
keberadaannya pada daerah penelitian melalui data pengukuran lapisan batuan
yang berlawanan serta adanya perulangan jenis batuan yang sama di lokasi yang
berbeda. Contohnya pada satuan batulanau karbonatan, dengan litologi yang sama
ditemukan pada lokasi yang berbeda dengan arah kemiringan pada bat=gian
selatan ke arah selatan sedangkan bagian utara miring ke utara. Analisa lipatan
dilakukan dengan menggunakan data pengukuran jurus dan kemiringan lapisan
pada batas satuan batulanau karbonatan dan batupasir karbonatan pada sayap –
Rani Evelyn Sianipar
05/187748/TK/31016 53
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

sayap antiklin. Dari hasil analisa lipatan diperoleh arah gaya utama pembentuk
lipatan yaitu N 346oE dan N 166oE, yaitu berarah relatif utara – selatan. Selain itu
struktur lipatan jelas terlihat dengan adanya lipatan – lipatan mikro yang
tersingkap pada tebing – tebing sungai.

Foto 15. Sinklin mikro bagian dari antklinorium pada satuan batulanau karbonatan (Kamera menghadap
utara)

Gambar 22. Analisa sesar dan lipatan pada daerah penelitian

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 54
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

IV.3. Analisis dan Interpretasi Pola Struktur Geologi


Hasil pemetaan geologi di lapangan menunjukkan bahwa pada daerah penelitian
terdapat beberapa macam struktur geologi berupa sesar. Dilihat dari pola dan jenis sesar
geser yang ada maka dapat diketahui bahwa struktur geologi tersebut terbentuk akibat
adanya suatu proses tektonik yang cukup kuat yang menghasilkan gaya kompresi berarah
relatif utara - selatan.
Pembentukan pola-pola struktur geologi di daerah pemetaan secara regional
disebabkan oleh adanya aktivitas penujaman lempeng di selatan Pulau Jawa dimana
lempeng Hindia Australia menujam di bawah lempeng benua Asia. Arah gaya utama
berdasarkan struktur geologi regional terbagi menjadi 3 yaitu barat laut-tenggara yang
menghasilkan struktur berarah timur laut – barat daya dari pola Meratus dan utara-selatan
yang menghasilkan pola Sunda dan Jawa. Adapun umur masing-masing pola struktur tadi
adalah zaman Kapur, Miosen dan Plio-Pleistosen.
Secara kronologis, pembentukan struktur di daerah pemetaan dimulai dengan
adanya sedimentasi batuan dari satuan batulanau karbonatan, batupasir karbonatan,
batupasir – batulanau yang menjari dengan tuf pada Miosen Tengah – Pliosen yang
selanjutnya berlangsung proses tektonik I dan menghasilkan perlipatan yang disertai
pengangkatan dan pensesaran oleh gaya kompresi. Rekonstruksi perlipatan dilakukan
dengan mengacu pada perngukuran perlapisan batuan antara satuan batulanau karbonatan
dan batupasir karbonatan. Bukti proses pengangkatan pada tektonik I dijumpai pada
lembah sungai Wuluh (STA 107) dan menjadi bukti adanya ketidakselarasan menyudut
antara satuan batulanau karbonatan dengan satuan konglomerat andesit.
Kekar – kekar yang terbentuk umumnya berasosiasi dengan pembentukan
lipatan oleh gaya kompresi maupun ekstensi. Produk rejim tektonik I pada kala Miosen
tengah - Pliosen banyak ditemukan di daerah pemetaan yang menunjukkan struktur
berarah barat laut - tenggara. Sedimentasi berlangsung kembali setelah Pleistosen awal,
selanjutnya pada fase rejim tektonik Plio-Pleistosen terjadi reaktivasi sesar basement
yang berarah barat laut-tenggara menghasilkan pergerakan sesar geser kiri Bantarbolang
yang berlangsung oleh pengaruh dari proses pengangkatan, serta Sesar geser kiri
Wadasmalang. Sesar geser kiri Bantarbolang memotong satuan batulanau karbonatan,

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 55
Geologi Daerah Bantarbolang dan Sekitarnya
Kecamatan Bantarbolang, Kaupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah

batupasir karbonatan, batupasir – batulanau dan tuf, sedangkan sesar geser kiri
Wadasmalang memotong satuan batulanau karbonatan dan batupasir karbonatan.
Pola struktur memberikan bentukan morfologi yang khas di daerah pemetaaan,
yakni morfologi perbukitan terjal sesar yang memanjang berarah timur laut – barat daya
dan deretan punggungan tersebut dipisahkan oleh suatu lembah – lembah sungai.
Keterangan lebih lanjut mengenai analisa struktur berkaitan dengan gaya utama yang
bekerja berdasarkan analisa kekar yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Analisis
gaya utama ini bertujuan untuk mengetahui arah gaya utama yang bekerja di daerah
pemetaan.

Gambar 23. Profil geologi daerah penelitian

Rani Evelyn Sianipar


05/187748/TK/31016 56

Anda mungkin juga menyukai