BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
Gambar 17. Skema periode Tektonik regional di Pulau Jawa (Koesoemo, 1999 dalam Hendriyanto, 2005)
Periode Paleogen Extension Rifting dimulai oleh proses rifting pada Eosen
– Oligosen, yang mengawali pembentukan cekungan-cekungan Tersier di Pulau
Jawa. Pada umumnya proses rifting di setiap daerah membentuk orientasi struktur
graben dan half graben pada arah tertentu, yang menunjukkan adanya kontrol
tektonik terhadap pembentukan awal cekungan.
Gambar 19. Analisa struktur Jawa menggunakan Strain Stress Elipsoid (Satyana, 2005)
Foto 11. Kekar gerus pada batupasir karbonatan (kamera menghadap barat laut)
Dari hasil pengukuran kekar pada STA 6 dan STA 83 dan analisa kekar dengan
menggunakan metode diagram mawar (gambar 20) maka diperoleh gaya utama
pembentuk kekar dengan arah gaya utama (σ1) N50E dan N3550E. Pola penyebaran kekar
ini terutama memiliki arah-arah jurus relatif utara - selatan. Hasil analisa gaya (lampiran
analisis kekar dan data pengukuran kekar).
tiba – tiba serta adanya pola pembelokan sungai. Selanjutnya arah penarikan jurus sesar
ini didasarkan pada interpretasi pola kelurusan dari garis kontur maupun berdasarkan
jurus dan kemiringan batuan yang acak, hal ini disebabkan tidak dapatnya dilakukan
pengamatan secara langsung di lapangan karena kondisi singkapan batuan yang tertutup
soil maupun tidak ditemukannya bidang sesar dengan komponennya akibat keberadaan
utamanya yang berada pada batulanau karbonatan. Struktur sesar di daerah pemetaan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan morfologi dan pembentukan pola penyaluran
yang ada. Pola penyebaran struktur sesar ini didominasi oleh pola barat laut-tenggara dan
beberapa yang berarah timur laut-barat daya.
Pembentukan sesar-sesar di daerah pemetaan diperkirakan berkaitan dengan
adanya aktivitas penujaman di sebelah selatan Pulau Jawa sehingga menghasilkan suatu
mekanisme gaya yang berarah relatif utara-selatan. Mekanisme dan arah gaya inilah yang
menentukan arah-arah pergerakan sesar di daerah pemetaan. Beberapa sesar di daerah
penelitian, antara lain:
sesar berupa sesar geser kiri juga berdasarkan adanya offset litologi yang secara
jelas dapat terlihat pada peta lintasan.
Analisa sesar Wuluh dilakukan karena memiliki data yang lengkap
meliputi data bidang sesar dan pitch yang diperoleh pada STA 98. Setelah dilakukan
analisa sesar maka diperoleh arah gaya utama pembentuk sesar yaitu 300/N3400E
(Gambar 22).
Foto 12. Sesar geser sinistral pada batupasir karbonatan (kamera menghadap utara)
Foto 13. Pengukuran pitch 200 pada bidang sesar mengindikasikan sesar geser sinistral (kamera menghadap
timur)
sinistral Wadasalang ini menerus hingga sisi utara daerah penelitian, merujuk
pada data diluar daerah penelitian. Keberadaan sesar geser sinistral Wadasmalang
ini didukung dengan 2 bukit yang terpisah oleh lembah dengan pola relatif
berarah barat daya-timur laut. Dari pola kontur serta didukung dengan pola sesar
barat daya – timur laut pada pulau jawa maka dapat diketahui arah pergeseran
sesar geser ini adalah mengiri. Sesar ini masih diperkirakan karena sesar – sesar
yang mendukung adanya sesar ini terletak cukup jauh. Sesar minor tersebut
adalah sesar turun dan sesar geser kiri yang dapat dengan jelas diamati di
lapangan pada singkapan.
Pada peta geologi, sesar Wadasmalang digambarkan putus – putus
(gambar 21). Hal tersebut dikarenakan pola kontur yang mendukung untuk
terjadinya sesar geser kiri berada pada daerah yang sedikit singkapan sehingga
tidak dapat ditemukan bukti sesar pada daerah penarikan sesar tersebut namun
ditemukan beberapa sesar minor berupa sesar geser kiri, sesar geser kanan, dan
sesar turun yang terletak tidak jauh dari lokasi penarikan sesar.
Gambar 21. Pola kontur yang mendukung untuk penarikan sesar geser kiri Wadasmalang
Foto 14. Sesar minor berupa sesar geser sinistral pendukung sesar geser kiri Wadasmalang (kamera
menghadap utara)
sayap antiklin. Dari hasil analisa lipatan diperoleh arah gaya utama pembentuk
lipatan yaitu N 346oE dan N 166oE, yaitu berarah relatif utara – selatan. Selain itu
struktur lipatan jelas terlihat dengan adanya lipatan – lipatan mikro yang
tersingkap pada tebing – tebing sungai.
Foto 15. Sinklin mikro bagian dari antklinorium pada satuan batulanau karbonatan (Kamera menghadap
utara)
batupasir karbonatan, batupasir – batulanau dan tuf, sedangkan sesar geser kiri
Wadasmalang memotong satuan batulanau karbonatan dan batupasir karbonatan.
Pola struktur memberikan bentukan morfologi yang khas di daerah pemetaaan,
yakni morfologi perbukitan terjal sesar yang memanjang berarah timur laut – barat daya
dan deretan punggungan tersebut dipisahkan oleh suatu lembah – lembah sungai.
Keterangan lebih lanjut mengenai analisa struktur berkaitan dengan gaya utama yang
bekerja berdasarkan analisa kekar yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Analisis
gaya utama ini bertujuan untuk mengetahui arah gaya utama yang bekerja di daerah
pemetaan.