Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Kondisi Pelayanan Air Minum Kawasan Perkotaan di


Kecamatan Ciwidey
4.1.1 Kualitas Air Minum
Kualitas air minum yang sebagian besar bersangkutan dengan perlindungan
kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kualitas air tergantung pada fisik, kimia,
dan biologi. Air alami tidak mengandung kotoran (Pedoman WHO dalam buku
Chemistry of Water Treatment oleh Samuel dan Osman tahun 1998)
Kualitas air minum dan sarananya yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat berpotesi terhadap terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan bersumber
air (water born desease) terutama yang disebabkan oleh rendahnya kualitas air
seperti terjadinya diare dan penyakit kulit. Upaya yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung dalam rangka mencegah terjadinya penyakit
bersumber air yaitu dengan melaksanakan pengawasan sarana air minum di
masyarakat serta melakukan uji petik pemeriksaan kualitas air minum yang
digunakan oleh masyarakat.
Tabel IV.1
Persentase Resiko Cemaran Sarana Air Minum di Kabupaten Bandung Tahun 2012
– 2016
Jumlah Sarana Tingkat Resiko Pencemaran (%)
Tahun
yang di IS Rendah Sedang Tinggi Amat Tinggi
2012 54.691 46,77 36,85 14,41 1,96
2013 41.668 62,64 31,85 4,26 1,25
2014 42.764 61,26 33,46 4,08 1,18
2015 23.015 55,94 36,30 6,62 1,15
2016 28.617 54,59 21,40 6,26 1,43
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung – Bidang PL2P
*IS : Inspeksi Sanitasi

Berdasarkan hasil kegiatan inspeksi sanitasi yang dilakukan oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten Bandung diketahui tingkat resiko pencemaran pada sarana
air minum. Inspeksi sarana sanitasi dasar bertujuan untuk menilai keadaan sarana
sanitasi dasar yang meliputi (prasarana air minum, jamban sehat, sarana
pengelolaan air limbah dan pengelolaan sampah), dan kelengkapan lainnya yang

95
memungkinkan mempengaruhi kualitas air (secara bakteriologis, kimiawi maupun
fisik).
Gambar 4.1
Grafik Persentase Resiko Cemaran Sarana Air Minum di Kabupaten Bandung
Tahun 2012 - 2016

62.64

62.64

61.26

61.26

55.94

55.94

54.59
54.59
46.77

46.77

36.85

36.3
33.46
31.85

21.4
14.41

6.62

6.26
4.26

4.08

2012 2013 2014 2015 2016

Rendah Rendah Sedang Tinggi


Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung – Bidang PL2P

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa dari hasil inspeksi sanitasi
menunjukan sarana dengan tingkat resiko pencemaran amat tinggi pada tahun 2016
terjadi peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki
dalam pembuatan sarana penyediaan air minum, terutama konstruksi sumur gali
dan perpipaan.

Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten Bandung, akses pemakaian air minum pada masyarakat terus
mengalami peningkatan. Pada 2015 mencapai 73,99%, kemudian pada tahun 2016
meningkat lagi menjadi 74,91%. Angka tersebut sudah melebihi angka MDGs 2011
– 2015 dimana persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum
berkualitas yaitu 68% dan target RPJMN 2010 – 2014 67%.

96
Tabel IV.2
Presentase Kualitas Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Memenuhi Syarat
Jml.
Jml. Sampel (Fisik, Baktereologi.
No. Kecamatan Puskesmas Penyelenggara
Diperiksa Dan Kimia)
Air Minum
Jumlah %
1 Ciwidey 5 6 2 33,33
Ciwidey
2 Rawabogo 3 - - -
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2016 – Bidang P2PL

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung presentase


kualitas air minum yang memenuhi syarat fisik, bakeriologi, dan kimia berdasarkan
data tersebut diketahui bahwa Kecamatan Ciwidey hanya 33% yang memenuhi
syarat kualitas air minum tersebut. Data tersebut berdasarkan jumlah penyelenggara
air minum yang dilakukan oleh puskesmas di Kecamatan Ciwidey dengan jumlah
sampel yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 2 dari jumlah sampel yang
diperiksanya adalah 6.

4.1.2 Kuantitas Air Minum


Kuantitas air artinya air harus memenuhi standar kapasitas air yang
dibutuhkan secara berkala oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari
– hari. Sumber air bervariasi dalam ketersediaan pola regional dan lokal. Yang
bergantung pada kondisi ketersediaan topografi dan meteorologi karena hal tersebut
mempengaruhi curah hujan dan penguapan. Kuantitas air yang disimpan adalah
bergantung kepada sebagian besar pada segi fisik bumi dan struktur geologi bumi.
Berdasarkan laporan hasil pendataan sarana sanitasi di kabupaten Bandung
sampai dengan tahun 2016 jenis sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk di
Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut :

97
Tabel IV.3
Jumlah Sarana Air Minum di Kabupaten Bandung Tahun 2012 - 2016
Tahun
N
Jenis Sarana 2012 2013 2014 2015 2016
o
jumlah % jumlah % jumlah % jumlah % jumlah %
1 Sumur gali 37,7
177.589 174.492 36,35 170.230 37,06 210.679 45,15 207.830 36,47
terlindungi 5
2 Sumur gali dengan
179.77 38,2 182.182 37,95 174.664 38,03 168.067 36,02 217.709 38,21
pompa
3 Ledeng/PDAM/K 22,1
104.382 114.938 23,94 97.058 21,43 69.906 14,98 101.945 17,89
U/TA/HU 9
4 Mata air 8.661 1,84 8.410 1,75 17.341 3,77 17.907 3,83 42.226 7,41
5 Lainnya - - - - - - - - - -
Jumlah 470.349 100 480.022 100 459.279 100 466.559 100 569.750 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung – Bidang PL2P

Gambar 4.2
Grafik Persentase Jumlah Prasarana Air Minum di Kabupaten Bandung

50%
37.75% 36.35% 37.06% 45.15% 36.47%
45%
40% 38.20% 37.95% 38.03% 38.21%
36.02%
35%
30%
25%
20%
15%
10% 7.41%
3.77% 3.83%
5% 1.84% 1.75%
0%
2012 2013 2014 2015 2016

Sumur gali dengan pompa Ledeng/PDAM/KU/TA/HU


Mata air Sumur gali terlindungi

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung – Bidang PL2P

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat Kabupaten Bandung menggunakan air minum dengan sumur gali
terlindung dan hanya sebagian kecil yang menggunakan air yang berasal dari mata
air. Akan tetapi pada tahun 2016 penggunaan mata air meningkat sebesar 7.41%
dibanding tahun sebelumnya.

98
Tabel IV.4
Jumlah Pengguna Prasarana Air Minum Menurut Jenis (KK) di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey
Sumur Sumur
No Desa Peripaan PDAM
Gali Pompa
1 Panundaan 2.386 140 - -
2 Ciwidey 1.170 721 - 1.895
3 Panyocokan 2.386 - -
4 Lebak Muncang 1.194 60 2.812 -
Jumlah 7.136 921 2.812 1895
Sumber : Profil Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncak

Gambar 4.3
Grafik Jumlah Pengguna Prasarana Air Minum Menurut Jenis (KK) Kawasan
Perkotaan di Kecamatan Ciwidey
3000 2812

2500 2386 2386

1895
2000

1500 1194
1170
1000 721

500
140 60
0 0 0 0 0 0 0
0
Panundaan Ciwidey Panyocokan Lebak Muncang

Sumur Gali Sumur Pompa Perpipaan PDAM

Sumber : Profil Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncak

Menurut tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa masyarakat di


Kawasan Perkotaan Ciwidey rata – rata menggunakan air bersih yang berasal dari
sumur gali. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa setiap desa yang
tercatat masyarakat biasa menggunakan air bersih yang berasal dari sumur gali,
sumur pompa, perpipaan dan PDAM.
Berdasarkan hasil analisis kuantitas diatas, maka dapat disimpulkan jumlah
air yang diperoleh masyarakat berasal dari sumur gali. Dimana jika dilihat
berdasarkan kondisi fisik dasar dan topografi kecamatan Ciwidey berupa
lereng/punggung bukit dengan ketinggian daerahnya kurang ebih 1.100 mdpl, yang
artinya air akan tersedia lebih banyak dan cukup. Berdasarkan hasil observasi
lapangan dan berdasarkan hasil Real Demand Survey dimana air yang digunakan

99
sehari hari untuk minum, mandi dan cuci diperoleh setiap hari dalam setahun dan
jumlah air yang diperoleh lebih dari cukup.

4.1.3 Kontinuitas
Menurut Tri Joko (2010), arti kontinuitatif disini adalah bahwa air baku untuk
air bersih tersebut dapat diambil secara terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tepat, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Berdasarkan hasil survey kebutuhan nyata di kawasan perotaan Kecamatan
Ciwidey, didapatkan bahwa masyarakat di Kawasan perkotaan Kecamatan Ciwidey
tersebut menggunakan air bersih yang berasal dari sumur. Karena cakupan
pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja Kab.
Bandung belum semua melayani masyarakat di Kecamatan Ciwidey. Hampir setiap
kepala keluarga (KK) memiliki sumur yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Banyak diantaranya yang letak sumber air bersih (sumur) berada di dalam rumah.
Mereka biasa menggunakan air sumur untuk penggunaan sehari hari seperti
mencuci, mandi, dan sedikit diantaranya yang menggunakan air sumur untuk
kebutuhan air minum. Karena rata – rata masyarakatnya membeli air kemasan/isi
ulang untuk kebutuhan air minum.

Gambar 4.4
Sumber Air Tanah di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey

Sumur Pompa yang Biasa Dipergunakan Masyarakat


Sumber : Hasil Observasi Tahun 2018

Banyak diantaranya masyarakat yang tidak menggunakan pelayanan


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja tentunya masyarakat lebih

100
banyak memanfaatkan air tanah sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari. Gambar diatas menunjukan salah satu potensi air tanah yang digunakan
masyarakat di kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
Sehingga dapat dikatakan bahwa air minum atau air bersih yang tersedia di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey ini tersedia secara kontinyu selama 24 jam
sepanjang tahun.

Tabel IV.5
Kondisi Pengelolaan Air Bersih Pedesaan di Kawasan Perkotaan Kec. Ciwidey
Penduduk Cakupan Sumber Kap
No Desa Keterangan
(Jiwa) % Air (LT/DT)
- Penduduk terlayani : 200 jiwa
Sumur Bor 2
- Pengelola : BPABD
- Penduduk terlayani : 500 jiwa
MA. Legok
- Pengelola : KPPABD
Konyal dan Baru -
- Jml penduduk terlayani air
1 Ciwidey 14.638 5,12 Acih
bersih : 2.405 jiwa
- Penduduk terlayani : 50 Jiwa
- Pengelola : KPPABD
Mata Air -
- Jml. Penduduk terlayani air
bersih 2.405 jiwa
- Daerah pelayanana : 120 KK
- Penduduk terlayani : 200 jiwa
2 Panundaan 11.772 3,91 MA. Tanjakan 2
- Pengelola : BPABD Tirta
Guna Loa
- Sumber air : sumur dalam 1
unit
- Penduduk terlayani : 200
3 Panyocokan 10.023 7,48 Sumur Bor 2
Jiwa
- Pengelola : BPABD Tirta
Guna Loa
Sumber : Sistem Pengembangan Air Minum Kabupaten Bandung 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Kawasan Perkotaan Kecamatan


Ciwidey menggunakan sumber air dari beberapa mata air dan sumur bor. Mata air
tersebut diantaranya Mata Air Tanjakan, Mata Air Legok, dan Mata Air Tanjakan.
Dimana mata air Legok Konyal dan Baru Acih terdapat di Desa Ciwidey.
Sedangkan Mata Air Tanjakan terdapat di desa Panundaan.

101
4.1.4 Keterjangkauan
Keterjangkauan adalah acuan harga air minum yang layak bagi masyarakat.
Tarif air minum memenuhi prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah
tangga untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok Air Minum tidak melampaui
4% dari pendapatan masyarakat/pelanggan (Rencana Pengamanan Air Minum –
Direktorat Jendral Cipta Karya)
Berdasarkan hasil observasi Real Demand Survey (RDS) didapatkan data
berupa penghasilan masyarakat per bulan dan biaya yang dikeluarkan untuk air
minum. Dimana dilihat dari rata – rata penghasilan masyarakat per bulan adalah
interval Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000, dan biaya yang dikeluarkan untuk air minum
tidak lebih dari Rp 100.000, artinya harga air minum tersebut layak bagi masyarakat
karena memenuhi prinsip keterjangkauan.

4.2 Analisis Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotaan di Kecamatan


Ciwidey
4.2.1 Proyeksi Penduduk Tahun 2013 – 2032
Proyeksi penduduk dilakukan pada tahap pertama saat akan menghitung
proyeksi jumlah kebutuhan air minum. Setiap sistem penyediaan air harus
direncanakan untuk melayani dan juga hadir sebagai kebutuhan masa depan
masyarakat. Oleh karena itu penduduk di masa depan harus dinilai saat merancang
penyediaan air minum. Menurut data Kecamatan Ciwidey dalam Angka, laju
pertumbuhan penduduk kecamatan Ciwidey sebesar 3,01 %.
Dalam menghitung prediksi jumlah penduduk Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey menggunakan metode Regresi Linear. Dimana metode Regresi
Linear tersebut menganggap akan memberikan penyimpangan minimum atas data
masa lampau. Karena berdasarkan pertimbangan pemilihan metode, Regresi Linear
memiliki nilai korelasi yang mendekati 1 dengan standar deviasi yang memiliki
nilai kecil. Proyeksi penduduk kawasan perkotaan di Kecamatan Ciwidey tahun
2013 sampai tahun 2032 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

102
Tabel IV.6
Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2013 – 2013
(Jiwa)
No Kelurahan/Desa 2013 2017 2022 2027 2032
1 Panundaan 12278 12812 13480 14417 14815
2 Ciwidey 15184 15640 16210 16780 17350
3 Panyocokan 11090 11556 12161 12756 13351
4 Lebakmuncang 13373 13996 14776 15566 16336
Jumlah 51925 54004 56627 59519 61852
Sumber : Hasil analisis 2017

Gambar 4.5
Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Ciwidey Tahun 2013 – 2032
2013 2017 2022 2027 2032

18000
Ciwidey, 17350
17000
Lebakmuncang ,
16000 16336

15000 Ciwidey, 15184


Panundaan, 14815
14000
Panyocokan, Lebakmuncang ,
13000 13351 13373
Panundaan, 12278
12000
Panyocokan,
11000 11090
10000
PANUNDAAN C IWIDE Y PANYOCOKAN LEBAKM UNCANG

Sumber : Hasil analisis 2017

Berdasarkan hasil analisis proyeksi penduduk Kawasan Perkotaan


Kecamatan Ciwidey tahun 2013 – 2032, diketahui bahwa jumlah penduduk pada
tahun 2013 yaitu 51.925 jiwa. Dimana proyeksi ini dilakukan dalam kurun waktu
20 tahun. Pada tahun 2017 jumlah penduduk menurun menjadi 54.004 jiwa,
sehingga pada tahun 2032 periode terakhir perencanaan jumlah penduduknya
sebesar 61.852 jiwa

103
4.2.2 Analisis Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotaan di Kecamatan
Ciwidey
Analisis jumlah kebutuhan air minum dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kebutuhan air minum yang dibutuhkan di kawasan perkotaan di Kecamatan
Ciwidey. Dalam menghitung jumlah kebutuhan air minum yaitu dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum yang dibutuhkan di dalam suatu
daerah.
Analisis kebutuhan air minum Kawasan perkotaan di Kecamatan Ciwidey
yaitu dengan persamaan atau dengan cara, dengan mencari jumlah kebutuhan air
minum yaitu :
- Data jumlah penduduk
- Cakupan pelayanan
- Koefisien kehilangan air
- Faktor puncak penggunaan air
Mengingat Kecamatan Ciwidey merupakan wilayah yang memiliki potensi
sumber daya air tanah yang cukup baik dan melimah guna melayani masyarakat di
wilayah sekitar. Dan Kecamatan Ciwidey sebagai daerah yang akan terus
mengalami perkembangan, kemudian Kecamatan Ciwidey apabila dilihat dari
sektor wisata merupakan sebagai tujuan pariwisata maka diperkirakan akan
menyebabkan dampak berupa bertambahnya kuantitas air dari kapasitas air bersih
yang tersedia.

A. Analisis Kebutuhan Domestik dan Non Domestik


Kriteria perencanaan air minum pada setiap kategori dapat dilihat pada
kriteria perencanaan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, maka dasar
analisis yang digunakan dalam analisis kebutuhan air domestik dan non domestik
Kawasan Perkotaan di Kecamatan Ciwidey adalah :
 Konsumsi sambungan rumah : 100 liter/orang/hari
 Perbandingan antara sambungan rumah tangga dengan hidran umum adalah 70
: 30.

104
Tabel IV.6
Jumlah Kebutuhan Air Minum Sambungan Rumah (SR) di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Tingkat Pemakaian Kebutuhan Kebutuhan
Jml Jml. Jiwa
Desa/Kel Pelayanan per orang Air SR Domestik
Penduduk terlayani
(%) (l/org/hari) (m3/det) (l/det)
Panundaan 12.812 70 8.969 100 897 10,38
Ciwidey 15.640 70 10.948 100 1.095 12,67
Panyocokan 11.566 70 8.096 100 810 9,37
Lebak Muncang 13.996 70 9.797 100 980 11,34
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan air sambungan rumah (SR)


di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey, dapat diketahui bahwa menurut
Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007 jumlah penduduk per Sambungan Rumah
(SR) diasumsikan sebanyak 5 orang, dengan tingkat pelayanan 70 : 30 antara SR :
HU. Dimana tingkat pelayanan SR yaitu 70%, diasumsikan pemakaian per
orang/hari yaitu 100 liter/hari.
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan domestik Sambungan
Rumah (SR) per-desa didapat bahwa kebutuhan air minum paling tinggi terdapat di
desa Ciwidey yaitu sebesar 12,67 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 15.640
jiwa. Sedangkan jumah kebutuhan air minum paling rendah terdapat di desa
Panyocokan yaitu sebesar 9,37 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 11.566
jiwa.

Tabel IV.7
Jumlah Kebutuhan Air Minum Sambungan Hidran Umum (HU) di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Tingkat Pemakaian Kebutuhan Kebutuhan
Jml Jml. Jiwa
Desa/Kel Pelayanan per orang Air HU Domestik
Penduduk Terlayani
(%) (l/org/hari) (m3/det) (l/det)
Panundaan 12.812 30 3.844 30 115,3 1,3
Ciwidey 15.640 30 4.692 30 140,8 1,6
Panyocokan 11.566 30 3.470 30 104,1 1,2
Lebak Muncang 13.996 30 4.199 30 126 1,5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Berdasarkan perhitungan jumlah kebutuhan air sambungan Hidran Umum


(HU) di kawasan perkotaan Kecamatan Ciwidey mengacu pada perhitungan
Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007, diasumsikan bahwa tingkat pelayanan untuk

105
HU adalah 30%, maka pemakaian orang per HU adalah dari 30% dari 100
liter/detik. Sehingga didapatkan pemakaian per orang HU adalah 30
liter/orang/hari, dengan asumsi jumlah penduduk per HU adalah 50 orang.
Maka berdasarkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan air minum sambungan
HU didapatkan bahwa jumlah kebutuhan air minum paling tinggi terdapat di desa
Ciwidey yaitu sebesar 1,6 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 15.640 jiwa.
Sedangkan jumlah kebutuhan air minum per sambungan HU paling rendah terdapat
di desa Panyocokan yaitu sebesar 1,2 dari jumlah penduduk sebanyak 11.566 jiwa.

Tabel IV.8
Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Kebutuhan Kebutuhan
Jml Non Domestik
Desa/Kelurahan Domestik Air Total
Penduduk (m3/det)
(m3/det) (l/o/det)
Panundaan 12812 16,9 2,5 19,4
Ciwidey 15640 20,6 3,1 23,7
Panyocokan 11566 15,3 2,3 17,6
Lebak Muncang 13996 18,5 2,8 21,2
Jumlah 54,014 71,5 10,7 82
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Gambar 4.6
Grafik Kebutuhan Air Minum Domestik dan Non Domestik di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
25 23.7
20.6 21.3
19.4
20 18.5
16.9 17.6
15.3
15

10

5 2.5 3.1 2.8


2.3

0
Panundaan Ciwidey Panyocokan Lebak Muncang
Domestik Non Domestik Total

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui berdasarkan hasil


perhitungan, bahwa kebutuhan domestik dan non domestik paling tinggi terdapat di

106
desa Ciwidey. Yaitu kebutuhan domestik tersebut berasal dari penjumlahan dari
kebutuhan domestik Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) sehingga
didapatkan jumlahnya yaitu sebesar 20,06 liter/detik. Jumah kebutuhan non
Domestik diasumsikan 15% dari jumlah kebutuhan domestik (Peraturan Menteri no
18 Tahun 2007), sehingga total jumlah kebutuhan air minum domestik dan non
domestik di Desa Ciwidey tersebut adalah 23,7 liter/detik.

Tabel IV.9
Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey Tahun
2013 – 2032
Tahun
No Keterangan Satuan
2013 2017 2022 2027 2032
A Kependudukan
1 Jumlah penduduk Jiwa 54.254 56.344 58.957 61.569 64.182
2 Tingkat Pelayanan SR % 70 70 70 70 70
3 Penduduk Terlayani SR Jiwa 37.978 39.441 41.270 43.098 44.927
4 Jml penduduk per SR Jiwa 5 5 5 5 5
5 tingkat pelayanan HU % 30 30 30 30 30
5 Penduduk Terlayani HU Jiwa 10.385 16.903 11.791 18.471 19.255
6 Jml penduduk per HU Jiwa 50 50 50 50 50
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR unit 7.596 7888 8.254 8.620 8.985
2 pemakaian per orang SR l/org/hari 100 100 100 100 100
3 kebutuhan air SR m3/hari 3.798 3944 4.127 4,310 4.493
kebutuhan domestik l/det 44 46 48 50 52
4 Jumlah HU unit 208 338 236 369 385
5 pemakaian per orang HU l/org/hari 30 30 30 30 30
6 kebutuhan air HU m3/hari 312 507 354 554 578
Kebutuhan domestik l/det 4 5.87 4,09 6,41 6,69
Total Kebutuhan Domestik l/det 47,6 51.5 51,9 56,3 58,7
C Kebutuhan non domestik
15% dari kebutuhan domestik % 15 15 15 15 15
Kebutuhan non domestik m3/hari 0,54 0.88 0,61 0,96 1,00
l/det 7,1 7.7 7,8 8,4 8,8
D Kebutuhan Air Total l/det 55 59 60 65 67
F Tingkat Kehilangan air
kehilangan air % 20 20 20 20 20
Jumlah kehilangan air l/det 10,9 11,8 11,9 12,9 13,5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

107
Berdasarkan tabel dari atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air minum
di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada tahun 2013 – 2032 dibedakan
antara kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diketahui terjadi peningkatan kebutuhan air dari tahun awal
perencanaan 2013 sampai tahun 2032 mengalami peningkatan yang dipengaruhi
oleh faktor salah satunya adalah peningkatan jumlah penduduk. Dimana pada tahun
2013 jumlah penduduk sebesar 54.254 jiwa, kemudian pada akhir periode
perencanaan pada tahun 2032 jumlah penduduknya sebesar 64.182 jiwa dimana
setiap 5 tahun periode mengalami peningkatan jumlah penduduk.
Dalam menghitung jumlah kebutuhan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey, digunakan standar kebutuhan air minum ebesar 100
liter/orang/hari berdasarkan standar dari “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM”. Tingkat
pelayanan Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) adalah 70 : 30, karena
menurut Permen PU No. 18 Tahun 2007 berdasarkan kategori jumlah penduduk
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey dengan jumlah penduduk sebanyak
54.254 jiwa pada awal tahun periode perencanaan, maka Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey tersebut termasuk kategori Kota Kecil. Sedangkan untuk
jumlah penduduk per SR diasumsikan adalah 5 orang, dan jumlah penduduk per
HU adalah diasumsikan 50 orang.
Hasil perhitungan total kebutuhan domestik didapat dari {jumlah kebutuhan
domestik Sambungan Rumah (SR) + jumlah kebutuhan domestik Hidran Umum
(HU)}. Sehingga didapatkan total kebutuhan air domestik pada periode awal
perencanaan tahun 2013 adalah 47,6 liter/detik. Untuk menghitung kebutuhan non
domestik, berdasarkan Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007 dimana Kebutuhan
non Domestik adalah 15% dari kebutuhan domestik liter/hari. Sehingga pada tahun
2013 didapatkan kebutuhan non Domestik di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Ciwidey adalah 7,1 liter/detik. Sehingga total kebutuhan air minum domestik dan
non domestik di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey yang harus disediakan
adalah 55 liter/detik pada tahun 2013 dengan jumlah penduduknya yaitu 54.254
jiwa. Sedangkan pada periode akhir perencanaan pada tahun 2032 yaitu jumlah

108
penduduk 64.182 jiwa dengan jumlah kebutuhan air minumnya adalah 67
liter/detik.
Dalam merencanakan kebutuhan air minum harus memperhatikan tingkat
kehilangan air/kebocoran pada sistem distribusi air minum. Kehilangan air adalah
selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan air yang dikonsumsi.
Pada kenyataannya, kehilangan air dalam suatu perencanaan sistem distribusi selalu
ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat teknis maupun non teknis. Penyebab
kehilangan air terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Fisik
Kehilangan air disebabkan oleh jaringan pipa yang sudah rusak, tua dan
bocor, kerusakan meter air dan pengaliran air tidak tercatat oleh meter air.
b. Administrasi
Kehilangan air disebabkan oleh keberadaan sambungan ilegal dan
ketidakakuratan dalam pencatatan administrasif.

Gambar 4.7
Grafik Tingkat Kehilangan Air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
16

14

12 13.5
12.9
11.8 11.9
10
10.9
8

0
2013 2017 2022 2027 2032

Tingkat Kehilangan Air

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007, kehilangan


air fisik/teknis maksimal 20%. Sehingga didapatkan tingkat kehilangan air minum
di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada tahun 2013 adalah 10,9 liter/detik.

109
Kemudian pada akhri periode perencanaan tingkat kebocoran/kehilangan air di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey yang mengalami peningkatan sehingga
tingkat kehilangan air terebut sebanyak 13,5 liter/detik.

Gambar 4.8
Grafik Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey
Tahun 2013 – 2032
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2013 2017 2022 2027 2032
total kebutuhan 55 59 60 65 67
Column2
Column1

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi kebutuhan air minum


pada awal periode perencanaan pada tahun 2013 adalah 55 liter/detik, kemudian
pada 5 tahun periode berikutnya total kebutuhan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey mengalami pengingkatan hingga periode berikutnya yaitu
pada tahun 2017 adalah sebanyak 59 liter/detik, pada tahun 2022 sebanyak 60
liter/detik. Pada periode perencanaan tahun 2027 total kebutuhan air minum adalah
65 liter/detik, dan pada periode akhir perencanaan kebutuhan air meningkat menjadi
67 liter/detik.
Berdasarkan uraian diatas maka kebutuhan air minum terbagi menjadi
Ketersediaan air (Supply) dan Kebutuhan air (Demand). Dimana air yang harus
disediakan (Supply) harus melebihi dari jumlah kebutuhan, maka air yang harus
disediakan tersebut harus ditambah dengan jumlah dari tingkat kehilangan air.
Sehingga didapatkan air yang harus di sediakan pada periode perencanaan pada
tahun 2013 yaitu sebesar 65,9 liter/detik. Pada periode perencanaan tahun 2017 air

110
yang harus disediakan yaitu 70,8 liter/detik, pada tahun 2022 air yang harus
disediakan sebanyak 71,9 liter/detik, kemudian pada tahun 2027 sehingga jumlah
air yang disediakan yaitu 77,9 liter/detik, dan pada akhir periode perencanaan pada
tahun 2032 air yang harus di sediakan yaitu sebesar 81 liter/detik dari jumlah
kebutuhannya yaitu sebesar 67 liter/detik dari tingkat kehilangan air sebesar 13,5
liter/detik.

4.3 Analisis Sumber Air Potensial Kawasan Perkotaan di Kecamatan Ciwidey


Sumber air bervariasi dalam ketersediaan dalam suatu daerah. Ketersediaan
air bervariasi dalam suatu daerah tergantung pada kondisi keberadaan topografi dan
meteorologi karena mereka mempengaruhi curah hujan dan penguapan.
Kuantitas air yang disimpan adalah bergantung kepada sebagian besar pada segi
fisik bumi dan struktur geologi bumi.
Mata air adalah sumber air baku yang keluar dari permukaan tanah
tanpa menggunakan mesin, tetapi mata air ini biasanya terdapat di tepi – tepi bukit.
Debit yang dikeluarkan oleh mata air relatif sama tiap waktunya karena debit mata
air tidak terpengaruh langsung oleh air hujan yang turun di permukaan tanah.
Sehingga diketahui bahwa terdapat 3 sumber mata air potensial di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey diantaranya :
Tabel IV.10
Data Sumber Mata Air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
No Nama Mata Air Desa Kecamatan Debit Terpakai
1 Cigadog Lebak Muncang Ciwidey 43 34
2 Cijeruk Lebak Muncang Ciwidey 26,5 16
3 Cibadak Lebak Muncang Ciwidey 31,5 0
Sumber : Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum Kabupaten Bandung 2011

Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat 3 (tiga) sumber mata air potensial
yang belum dimanfaatkan secara optimal, diantaranya mata air Cigadog dengan
debit 43 liter/detik air yang baru dipakai sebesar 34 liter/detik, mata air Cijeruk
jumlah debit 26,5 liter/detik dengan jumlah debit yang dipakai baru 16 liter/detik,
dan mata air Cibadak dengan jumlah debit 31,5 liter/detik dimana mata air ini belum
dimanfaatkan. Sehingga jumlah debit yang berasal dari 3 mata air Cigadog,
Cijeruk, dan Cibadak adalah 101 liter/detik, maka dengan jumlah deit tersebut dapat

111
di distribusikan ke wilayah perencanaan dengan prosesnya melalui sistem
penyediaan air minum. Lokasi mata air tersebut tersebar di Desa Lebakmuncang.

112
Gambar 4.10
Peta Sumber Air Potensial Kawasan Perkotaan di Kecamatan Ciwidey

113
4.4 Analisis Arahan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan di
Kecamatan Ciwidey.
4.4.1 Arahan Pengembangan Pelayanan Air Minum
Berdasarkan rencana pola ruang dalam RDTR Kota Ciwidey, adalah wilayah
perkotaan yang memiliki fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat
pemerintahan dan perkantoran skala kecamatan dan pengembangan fasilitas umum
dengan skala kota Kecamatan.
Pemanfaatan Ruang Kota Ciwidey sampai tahun 2014 didominasi oleh
perkebunan seluas 2.624,43 Ha. Pemanfaatan untuk permukiman hanya sebesar
352, 39 Ha.
Kecenderungan arah perkembangan kawasan permukiman yaitu dilingkup
desa Panundaan dan desa Ciwidey. Secara umum perkembangan fisik di Desa
Ciwidey ini membentuk kawasan dengan konsentrasi kegiatan skala Kecamatan.
Desa Ciwidey sebagai konsentrasi kegiatan seperti perdagangan dan jasa skala
Kecamatan, selain itu pusat kegiatan pemerintahan dan perkantoran skala
Kecamatan.
Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan masalah perekonomian kota. Kegiatan perekonomian di Kawasan
Perkotaan Ciwidey pemasarannya ini umunya berupa hasil perkebunan dan
pendistribusian berbagai barang kebutuhan dari daerah sekitarnya. Terlepas dari
kegiatan perekonomian tersebut, kecamatan Ciwidey khususnya di Kawasan
Perkotaan Ciwidey merupakan salah satu tempat sebagai akses menuju destinasi
pariwisata.
Saat ini kabupaten Bandung memiliki cakupan pelayanan PDAM yaitu baru
mencapai 15% menurut data yang diperoleh BPPSPAM. Sesuai dengan arahan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana tahun 2019
semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia telah dilayani 100% untuk sistem
penyediaan air minum, maka hal ini juga perlu diperhatikan dan diterapkan juga di
Kabupaten Bandung. Dalam rangka mencapai angka yang sesuai dengan ketentuan
penyediaan air minum tersebut, maka penyediaan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey dibagi menjadi 2 (dua) sistem, yaitu :

114
 97% dilayani dengan SPAM Non Perpipaan
 3% dilayani dengan SPAM Perpipaan

Maka arahan terhadap pengembangan pelayanan air minum untuk wilayah


kajian Kawasan Perkotaan di Kecamatan Ciwidey yaitu :
1) Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan secara umum belum terlayani
100% oleh PDAM. Berdasarkan hasil observasi baru sebagian kecil di satu
desa yaitu di Desa Ciwidey sebanyak 11 RT yang baru terlayani air perpipaan
PDAM. Sehingga masyarakat memanfaatkan air yang berasal dari air tanah
(sumur).
a. Target pelayanan air bersih yang direncanakan pemerintah sebesar 80%
sampai akhir tahun perencanaan.
b. Maka perlu adanya Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan
Perpipaan yang terlindungi, dimana SPAM BJP ini mengacu pada ketentuan
teknis yang berlaku, dimana sumber air dapat diperoleh dari air tanah.
Keberlangsungan debit air tanah akan terjaga dan kontinu apabila di
kawasan lindung dan kawasan resapan air tidak ada pembangunan dalam
bentuk apa pun. Hal ini bertujuan guna mempertahankan debit. Hal tersebut
juga harus diperhatikan mengenai kualitas air yang di peroleh.
c. Dengan alternatif lain, tersedianya sistem penyediaan air minum jaringan
perpipaan dengan hidram/kran umum. Dimana air yang digunakan atau
dimanfaatkan air yang berasal dari 3 mata air yang tersebar di desa Lebak
Muncang dengan jumlah total debitnya 101 liter/detik.
d. Pelayanan kebutuhan air minum yang dibutuhkan terdiri dari :
- Perencanaan Pengembangan Skala Individu
SPAM BJP skala individu dapat berupa sumur dangkal (sumur gali
terlindungi, sumur pompa tangan, kaki atau listrik)
- Perencanaan Pengembangan Skala Komunal
Perencanaan teknis Skala komunal ini diselenggarakan sendiri oleh
kelompok masyarakat sesuai dengan ketentuan teknis untuk SPAM BJP
yang terlindungi. Skala komunal ini berupa sumur dangkal, sumur dalam,

115
perlindungan mata air (PMA), instalasi pengolahan air senderhana
(IPAS)
2) Pengadaan atau pembangunan sistem penyediaan air minum yang baru pada
daerah yang belum terlayani, yang memenuhi standar baik apabila dilihat dari
kualitas dan kuantitas serta kontinuitas air. Karena keberlangsungan hidup
masyarakat tidak terlepas dari persoalan air karena kebutuhannya yang akan
terus meningkat seiring dengan berkembangnya suatu daerah. Sehingga
cakupan pelayanan air minum dapat sesuai dengan ketentuan yaitu 100
liter/detik untuk perpipaan dan bukan jaringan perpipaan.
3) Mengoptimalkan penggunaan, pengolahan, dan menjaga mata air potensial
yang dapat dimanfaatkan, agar kebutuhan air minum dapat berlangsung secara
kontinyu.
4) Dapat merealisasikan pengembangkan sistem penyediaan air bersih regional
kelompok kecamatan di Kecamatan Ciwidey.

Gambar 4.9
Skema Pengembanga SPAM Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan

Sumber : Kementerian PUPR Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

116
Gambar 4.10
Contoh Skema Pengolahan Air Bersih

Sumber : Ipur Sari “Mempelajari-Cara-Pengolahan-Air-Bersih 2013/03”

Gambar tersebut menjelaskan bahwa Intake berfungsi sebagai bangunan


pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari
sungai atau mata air. Pada bangunan tersebut terdapat bar screen (penyaring kasar)
yang berfungsi menyaring benda yang ikut tergenang dalam air. Bak pra
sedimentasi yang fungsinya untuk pengendapan partikel – partikel seperti pasir.
Koagulasi dan flokulasi, dimana koagulasi merupakan proses pemisah air dengan
pengotor yang terlarut didalamnya pada unit koagulasi ini terjadi rapid mixing
(pengadukan cepat), selanjutnya air tersebut masuk ke unit flokulasi. Tujuannya
adalah untuk membentuk dan memperbesar pengotor yang terendapkan. Setelah itu
dilakukan proses sedimentasi, filtrasi (menyaring dengan media butiran),
desinfeksi, proses ini dilakukan sebelum air masuk ke bangunan selanjutnya yaitu
reservoir. Dimana reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih.

117
Gambar 4.11
Skema Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Sumber Air Proses Pengolahan Air Proses Distribusi Air User

MA. Cigadog
43 l/det 101 l/det Desa Panundaan
Bangunan Jml. Kebutuhan
Reservoar pompa
Penangkap 17,53 l/det
MA. Cijeruk Air (Intake,
26,5 l/det bar screen)

Desa Ciwidey
Reservoar pompa Jml. Kebutuhan
MA. Cibadak Oksidasi
18,28 l/det
31,5 l/det
gravitasi Reservoar pompa
Flokulasi
Desa Panyocokan
Reservoar pompa
Jml. Kebutuhan
14,03 l/det
Sedimentasi

Desa Lebak
Reservoar pompa Muncang
Filtrasi
Jml. Kebutuhan
16,14 l/det
Desinfektan

Sumber : Hasil Analisis 2018

118
Gambar 4.12
Peta Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

119
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa rencana Sistem
Penyediaan Air Minum menggunakan air yang berasal dari 3 mata air, mata air
tersebut memiliki debit total yaitu 101 liter/detik. Air tersebut masuk ke dalam
bangunan penangkap air (intake), di dalam bangunan tersebut terdapat penyaring
kasar untuk memisahkan benda atau kotoran yang ikut masuk ke dalam intake.
Setelah itu dilakukan proses oksidasi, oksidasi merupakan proses penghilangan Fe
dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat disisihkan
(merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion). Setelah
proses oksidasi biasanya akan dilakukan proses flokulasi, yaitu proses
penggumpalan partikel – partikel halus menjadi flok (partikel berukuran besar).
Setelah proses flokulasi dilakukan proses sedimentasi dan filtrasi, proses
sedimentasi tersebut berupa proses pengendapan partikel – partikel yang sudah
menjadi flok, kemudian disaring (filtrasi) dengan media butiran. Hal terakhir
sebelum air masuk ke bangunan selanjutnya yaitu reservoir dilakukan proses
desinfeksi. Dimana reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum dialirkan ke setiap desa yang di tampung oleh reservoar sebelum
distribusikan kepada pengguna.

120
Gambar 4.13
Peta Rencana Distribusi Penggunaan Air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey

121
Distribusi air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey relatif berbeda,
distribusi penggunaan air rata – rata menggunakan air yang berasal dari air tanah
berupa sumur gali atau pompa. Akan tetapi potensi sumber air tanah di Kawasan
perkotaan Ciwidey ini sangat melimpah, sehingga direncakan distribusi air yang
berasal dari air tanah dan mata air.
Di Desa Ciwidey distribusi air yang berasal dari air tanah dan dari mata air
legok konyal serta mata air baru acih. Di desa Panundaan, penggunaan air relatif
berasal dari mata air tanjakan. Di desa Lebak Muncang dan di desa Panyocokan
distribusi air berasal dari air tanah.

122
4.4.2 Keterkaitan Kebutuhan Air Minum Terhadap Sektor Kegiatan
Perkotaan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
Perkembangan pada suatu wilayah/kota akan memberikan suatu dampak yang
besar bagi pemerintah daerah setempat dalam pemenuhan kebutuhan air minum
yang harus memenuhi standar kualitas dan kuantitas, kontinuitas serta
keterjangkauan agar ketersediaan air tersebut dapat memenuhi kebutuhan air
minum di kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey jumlah total kebutuhan air pada tahun 2017 yaitu sebesar 82
liter/detik dilihat dari jumlah penduduk sebesar 54.014 jiwa. Jika dilihat
berdasarkan hasil analisis terjadi peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan air
minum di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada akhir periode tahun 2032
yaitu sebesar 128 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 64.182 jiwa.
Maka untuk mengetahui keterkaitan antara kebutuhan air minum di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada tahun 2032 dengan kegiatan yang ada maka
dilakukan analisis kebutuhan per-desa serta kegiatan apa saja yang ada pada tiap
desa/kelurahan, maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

123
Tabel IV.11
Kebutuhan Air Minum Per Desa/Kelurahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2032
Kebutuhan Domestik Jml.
Jml. Kebutuhan
No. Desa/Kelurahan Jml. Kebutuhan Keterangan
Penduduk Non Domestik
Domestik (l/det)
(Jiwa) (l/det)
 Jumlah penduduk di desa Panundaan sebanyak 14.815 jiwa sehingga kebutuhan
domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,5 liter/detik sesuai dengan sebaran
permukiman paling tinggi menurut guna lahan eksisting.
1 Panundaan 14.815 15,5 2,03  Jumlah kebutuhan non domestik yang harus dipenuhi sebesar 2,03 liter/detik di
Desa Panundaan untuk memenuhi kebutuhan seluruh kegiatan seperti
perdagangan dan jasa, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas
pemerintahan skala desa.
Desa Ciwidey merupakan desa/kelurahan yang memiliki kebutuhan air minum
domestik maupun non domestik paling tinggi.
 Jumlah kebutuhan domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,9 liter/detik dari
jumlah penduduknya sebesar 17.350 jiwa, yang sesuai dengan sebaran
permukiman tinggi menurut sebaran guna lahan eksisting dan menurut jumlah
penduduk paling besar.
2 Ciwidey 17.350 15,9 2,38
 Jumlah kebutuhan air minum non domestik yang harus dipenuhi sebesar 2,38
liter/detik di desa Ciwidey, dimana menurut RDTR desa Ciwidey sebagai salah
satu desa/kelurahan dengan fungsi kegiatan penunjang kegiatan pariwisata
dimana di desa Ciwidey tersebar beberapa kegiatan jasa (hotel, atau penginapan
jenis lainnya, serta terminal), perdagangan (pasar), dan kegiatan pemerintahan
skala Desa.
Desa Panyocokan merupakan desa/kelurahan yang memiliki kebutuhan air minum
paling rendah diantara desa lainnya di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
3 Panyocokan 13.351 12,2 1,83  Jumlah penduduk di Desa Panyocokan adalah sebesar 13.351 jiwa, yang memiliki
kebutuhan air domestik sebesar 12,2 liter/detik yang jika dilihat dari sebaran
permukiman yang rendah menurut guna lahan eksisting.

124
Kebutuhan Domestik Jml.
Jml. Kebutuhan
No. Desa/Kelurahan Jml. Kebutuhan Keterangan
Penduduk Non Domestik
Domestik (l/det)
(Jiwa) (l/det)
 Jumlah kebutuhan air non domestik di desa Panocokan yang harus dipenuhi
sebesar 1,83 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan fasilitas umum dan fasilitas
sosial di Desa Panyocokan.
 Jumlah penduduk di Desa Lebak Muncang yaitu sebesar 16.336 jiwa. Kebutuhan
air minum domestik yaitu sebesar 14,9 liter/detik sesuai dengan sebaran
permukiman yang sedang menurut penggunaan lahan eksisting dan dilihat dari
jumlah penduduk.
4 Lebak Muncang 16.336 14,9 2,24
 Jumlah kebutuhan air non domestik di desa Lebak Muncang adalah sebesar 2,24
liter/detik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan domestik seperti,
sekolah, fasilitas peribadatan, perdagangan dan jasa, serta kegiatan pemerintahan
skala Desa dan Kecamatan.
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018

125
Gambar 4.14
Peta Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik Per Desa Tahun 2032

126
Penjelasan pada tabel dan peta diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan air
minum yang harus dipenuhi per-desa/kelurahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Ciwidey pada tahun 2032 berdasarkan kebutuhan domesik dan non domestik.
Kebutuhan air tersebut digunakan untuk kegiatan seperti permukiman, pendidikan
(TK, SD, SMP, SMA, SMK, Raudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, MTS, MA,
Pondok Pesantren), peribadatan, kegiatan perdagangan (pasar tanpa bangunan, mini
market, dan pertokoan), penginapan dan atau perhotelan, fasilitas kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Polindes, dan Posyandu), serta untuk kegiatan wisata (situs
bersejarah Gunung Padang).
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum per-desa diketahui
bahwa kebutuhan air domestik dan non domestik paling tinggi terdapat di Desa
Ciwidey. Jumlah kebutuhan domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,9 liter/detik
dari jumlah penduduknya sebesar 17.350 jiwa, yang sesuai dengan sebaran
permukiman tinggi menurut sebaran guna lahan eksisting dan menurut jumlah
penduduk paling besar. Jumlah kebutuhan air minum non domestik yang harus
dipenuhi sebesar 2,38 liter/detik di desa Ciwidey. Kebutuhan air tersebut digunakan
untuk kegiatan permukiman, serta untuk memenuhi kebutuhan air untuk fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
Sedangkan Desa Panyocokan merupakan desa/kelurahan yang memiliki
kebutuhan air minum paling rendah diantara desa lainnya di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey. Jumlah penduduk di Desa Panyocokan adalah sebesar 13.351
jiwa, yang memiliki kebutuhan air domestik sebesar 12,2 liter/detik yang jika dilihat
dari sebaran permukiman rendah menurut guna lahan eksistitng. Jumlah kebutuhan
air non domestik di desa Panyocokan yang harus dipenuhi sebesar 1,83 liter/detik
untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pendidikan, fasilitas peribadatan, kegiatan
pemerintahan skala desa, perdagangan dan jasa, serta kegiatan sosial lainnya di
Desa Panyocokan.

127

Anda mungkin juga menyukai