ANALISIS
95
memungkinkan mempengaruhi kualitas air (secara bakteriologis, kimiawi maupun
fisik).
Gambar 4.1
Grafik Persentase Resiko Cemaran Sarana Air Minum di Kabupaten Bandung
Tahun 2012 - 2016
62.64
62.64
61.26
61.26
55.94
55.94
54.59
54.59
46.77
46.77
36.85
36.3
33.46
31.85
21.4
14.41
6.62
6.26
4.26
4.08
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa dari hasil inspeksi sanitasi
menunjukan sarana dengan tingkat resiko pencemaran amat tinggi pada tahun 2016
terjadi peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki
dalam pembuatan sarana penyediaan air minum, terutama konstruksi sumur gali
dan perpipaan.
96
Tabel IV.2
Presentase Kualitas Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Memenuhi Syarat
Jml.
Jml. Sampel (Fisik, Baktereologi.
No. Kecamatan Puskesmas Penyelenggara
Diperiksa Dan Kimia)
Air Minum
Jumlah %
1 Ciwidey 5 6 2 33,33
Ciwidey
2 Rawabogo 3 - - -
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2016 – Bidang P2PL
97
Tabel IV.3
Jumlah Sarana Air Minum di Kabupaten Bandung Tahun 2012 - 2016
Tahun
N
Jenis Sarana 2012 2013 2014 2015 2016
o
jumlah % jumlah % jumlah % jumlah % jumlah %
1 Sumur gali 37,7
177.589 174.492 36,35 170.230 37,06 210.679 45,15 207.830 36,47
terlindungi 5
2 Sumur gali dengan
179.77 38,2 182.182 37,95 174.664 38,03 168.067 36,02 217.709 38,21
pompa
3 Ledeng/PDAM/K 22,1
104.382 114.938 23,94 97.058 21,43 69.906 14,98 101.945 17,89
U/TA/HU 9
4 Mata air 8.661 1,84 8.410 1,75 17.341 3,77 17.907 3,83 42.226 7,41
5 Lainnya - - - - - - - - - -
Jumlah 470.349 100 480.022 100 459.279 100 466.559 100 569.750 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung – Bidang PL2P
Gambar 4.2
Grafik Persentase Jumlah Prasarana Air Minum di Kabupaten Bandung
50%
37.75% 36.35% 37.06% 45.15% 36.47%
45%
40% 38.20% 37.95% 38.03% 38.21%
36.02%
35%
30%
25%
20%
15%
10% 7.41%
3.77% 3.83%
5% 1.84% 1.75%
0%
2012 2013 2014 2015 2016
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat Kabupaten Bandung menggunakan air minum dengan sumur gali
terlindung dan hanya sebagian kecil yang menggunakan air yang berasal dari mata
air. Akan tetapi pada tahun 2016 penggunaan mata air meningkat sebesar 7.41%
dibanding tahun sebelumnya.
98
Tabel IV.4
Jumlah Pengguna Prasarana Air Minum Menurut Jenis (KK) di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey
Sumur Sumur
No Desa Peripaan PDAM
Gali Pompa
1 Panundaan 2.386 140 - -
2 Ciwidey 1.170 721 - 1.895
3 Panyocokan 2.386 - -
4 Lebak Muncang 1.194 60 2.812 -
Jumlah 7.136 921 2.812 1895
Sumber : Profil Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncak
Gambar 4.3
Grafik Jumlah Pengguna Prasarana Air Minum Menurut Jenis (KK) Kawasan
Perkotaan di Kecamatan Ciwidey
3000 2812
1895
2000
1500 1194
1170
1000 721
500
140 60
0 0 0 0 0 0 0
0
Panundaan Ciwidey Panyocokan Lebak Muncang
Sumber : Profil Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncak
99
sehari hari untuk minum, mandi dan cuci diperoleh setiap hari dalam setahun dan
jumlah air yang diperoleh lebih dari cukup.
4.1.3 Kontinuitas
Menurut Tri Joko (2010), arti kontinuitatif disini adalah bahwa air baku untuk
air bersih tersebut dapat diambil secara terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tepat, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Berdasarkan hasil survey kebutuhan nyata di kawasan perotaan Kecamatan
Ciwidey, didapatkan bahwa masyarakat di Kawasan perkotaan Kecamatan Ciwidey
tersebut menggunakan air bersih yang berasal dari sumur. Karena cakupan
pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja Kab.
Bandung belum semua melayani masyarakat di Kecamatan Ciwidey. Hampir setiap
kepala keluarga (KK) memiliki sumur yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Banyak diantaranya yang letak sumber air bersih (sumur) berada di dalam rumah.
Mereka biasa menggunakan air sumur untuk penggunaan sehari hari seperti
mencuci, mandi, dan sedikit diantaranya yang menggunakan air sumur untuk
kebutuhan air minum. Karena rata – rata masyarakatnya membeli air kemasan/isi
ulang untuk kebutuhan air minum.
Gambar 4.4
Sumber Air Tanah di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
100
banyak memanfaatkan air tanah sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari. Gambar diatas menunjukan salah satu potensi air tanah yang digunakan
masyarakat di kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
Sehingga dapat dikatakan bahwa air minum atau air bersih yang tersedia di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey ini tersedia secara kontinyu selama 24 jam
sepanjang tahun.
Tabel IV.5
Kondisi Pengelolaan Air Bersih Pedesaan di Kawasan Perkotaan Kec. Ciwidey
Penduduk Cakupan Sumber Kap
No Desa Keterangan
(Jiwa) % Air (LT/DT)
- Penduduk terlayani : 200 jiwa
Sumur Bor 2
- Pengelola : BPABD
- Penduduk terlayani : 500 jiwa
MA. Legok
- Pengelola : KPPABD
Konyal dan Baru -
- Jml penduduk terlayani air
1 Ciwidey 14.638 5,12 Acih
bersih : 2.405 jiwa
- Penduduk terlayani : 50 Jiwa
- Pengelola : KPPABD
Mata Air -
- Jml. Penduduk terlayani air
bersih 2.405 jiwa
- Daerah pelayanana : 120 KK
- Penduduk terlayani : 200 jiwa
2 Panundaan 11.772 3,91 MA. Tanjakan 2
- Pengelola : BPABD Tirta
Guna Loa
- Sumber air : sumur dalam 1
unit
- Penduduk terlayani : 200
3 Panyocokan 10.023 7,48 Sumur Bor 2
Jiwa
- Pengelola : BPABD Tirta
Guna Loa
Sumber : Sistem Pengembangan Air Minum Kabupaten Bandung 2014
101
4.1.4 Keterjangkauan
Keterjangkauan adalah acuan harga air minum yang layak bagi masyarakat.
Tarif air minum memenuhi prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah
tangga untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok Air Minum tidak melampaui
4% dari pendapatan masyarakat/pelanggan (Rencana Pengamanan Air Minum –
Direktorat Jendral Cipta Karya)
Berdasarkan hasil observasi Real Demand Survey (RDS) didapatkan data
berupa penghasilan masyarakat per bulan dan biaya yang dikeluarkan untuk air
minum. Dimana dilihat dari rata – rata penghasilan masyarakat per bulan adalah
interval Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000, dan biaya yang dikeluarkan untuk air minum
tidak lebih dari Rp 100.000, artinya harga air minum tersebut layak bagi masyarakat
karena memenuhi prinsip keterjangkauan.
102
Tabel IV.6
Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2013 – 2013
(Jiwa)
No Kelurahan/Desa 2013 2017 2022 2027 2032
1 Panundaan 12278 12812 13480 14417 14815
2 Ciwidey 15184 15640 16210 16780 17350
3 Panyocokan 11090 11556 12161 12756 13351
4 Lebakmuncang 13373 13996 14776 15566 16336
Jumlah 51925 54004 56627 59519 61852
Sumber : Hasil analisis 2017
Gambar 4.5
Grafik Proyeksi Penduduk Kawasan Perkotaan Ciwidey Tahun 2013 – 2032
2013 2017 2022 2027 2032
18000
Ciwidey, 17350
17000
Lebakmuncang ,
16000 16336
103
4.2.2 Analisis Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotaan di Kecamatan
Ciwidey
Analisis jumlah kebutuhan air minum dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kebutuhan air minum yang dibutuhkan di kawasan perkotaan di Kecamatan
Ciwidey. Dalam menghitung jumlah kebutuhan air minum yaitu dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum yang dibutuhkan di dalam suatu
daerah.
Analisis kebutuhan air minum Kawasan perkotaan di Kecamatan Ciwidey
yaitu dengan persamaan atau dengan cara, dengan mencari jumlah kebutuhan air
minum yaitu :
- Data jumlah penduduk
- Cakupan pelayanan
- Koefisien kehilangan air
- Faktor puncak penggunaan air
Mengingat Kecamatan Ciwidey merupakan wilayah yang memiliki potensi
sumber daya air tanah yang cukup baik dan melimah guna melayani masyarakat di
wilayah sekitar. Dan Kecamatan Ciwidey sebagai daerah yang akan terus
mengalami perkembangan, kemudian Kecamatan Ciwidey apabila dilihat dari
sektor wisata merupakan sebagai tujuan pariwisata maka diperkirakan akan
menyebabkan dampak berupa bertambahnya kuantitas air dari kapasitas air bersih
yang tersedia.
104
Tabel IV.6
Jumlah Kebutuhan Air Minum Sambungan Rumah (SR) di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Tingkat Pemakaian Kebutuhan Kebutuhan
Jml Jml. Jiwa
Desa/Kel Pelayanan per orang Air SR Domestik
Penduduk terlayani
(%) (l/org/hari) (m3/det) (l/det)
Panundaan 12.812 70 8.969 100 897 10,38
Ciwidey 15.640 70 10.948 100 1.095 12,67
Panyocokan 11.566 70 8.096 100 810 9,37
Lebak Muncang 13.996 70 9.797 100 980 11,34
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018
Tabel IV.7
Jumlah Kebutuhan Air Minum Sambungan Hidran Umum (HU) di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Tingkat Pemakaian Kebutuhan Kebutuhan
Jml Jml. Jiwa
Desa/Kel Pelayanan per orang Air HU Domestik
Penduduk Terlayani
(%) (l/org/hari) (m3/det) (l/det)
Panundaan 12.812 30 3.844 30 115,3 1,3
Ciwidey 15.640 30 4.692 30 140,8 1,6
Panyocokan 11.566 30 3.470 30 104,1 1,2
Lebak Muncang 13.996 30 4.199 30 126 1,5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018
105
HU adalah 30%, maka pemakaian orang per HU adalah dari 30% dari 100
liter/detik. Sehingga didapatkan pemakaian per orang HU adalah 30
liter/orang/hari, dengan asumsi jumlah penduduk per HU adalah 50 orang.
Maka berdasarkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan air minum sambungan
HU didapatkan bahwa jumlah kebutuhan air minum paling tinggi terdapat di desa
Ciwidey yaitu sebesar 1,6 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 15.640 jiwa.
Sedangkan jumlah kebutuhan air minum per sambungan HU paling rendah terdapat
di desa Panyocokan yaitu sebesar 1,2 dari jumlah penduduk sebanyak 11.566 jiwa.
Tabel IV.8
Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
Kebutuhan Kebutuhan
Jml Non Domestik
Desa/Kelurahan Domestik Air Total
Penduduk (m3/det)
(m3/det) (l/o/det)
Panundaan 12812 16,9 2,5 19,4
Ciwidey 15640 20,6 3,1 23,7
Panyocokan 11566 15,3 2,3 17,6
Lebak Muncang 13996 18,5 2,8 21,2
Jumlah 54,014 71,5 10,7 82
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018
Gambar 4.6
Grafik Kebutuhan Air Minum Domestik dan Non Domestik di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey Tahun 2017
25 23.7
20.6 21.3
19.4
20 18.5
16.9 17.6
15.3
15
10
0
Panundaan Ciwidey Panyocokan Lebak Muncang
Domestik Non Domestik Total
106
desa Ciwidey. Yaitu kebutuhan domestik tersebut berasal dari penjumlahan dari
kebutuhan domestik Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) sehingga
didapatkan jumlahnya yaitu sebesar 20,06 liter/detik. Jumah kebutuhan non
Domestik diasumsikan 15% dari jumlah kebutuhan domestik (Peraturan Menteri no
18 Tahun 2007), sehingga total jumlah kebutuhan air minum domestik dan non
domestik di Desa Ciwidey tersebut adalah 23,7 liter/detik.
Tabel IV.9
Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey Tahun
2013 – 2032
Tahun
No Keterangan Satuan
2013 2017 2022 2027 2032
A Kependudukan
1 Jumlah penduduk Jiwa 54.254 56.344 58.957 61.569 64.182
2 Tingkat Pelayanan SR % 70 70 70 70 70
3 Penduduk Terlayani SR Jiwa 37.978 39.441 41.270 43.098 44.927
4 Jml penduduk per SR Jiwa 5 5 5 5 5
5 tingkat pelayanan HU % 30 30 30 30 30
5 Penduduk Terlayani HU Jiwa 10.385 16.903 11.791 18.471 19.255
6 Jml penduduk per HU Jiwa 50 50 50 50 50
B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR unit 7.596 7888 8.254 8.620 8.985
2 pemakaian per orang SR l/org/hari 100 100 100 100 100
3 kebutuhan air SR m3/hari 3.798 3944 4.127 4,310 4.493
kebutuhan domestik l/det 44 46 48 50 52
4 Jumlah HU unit 208 338 236 369 385
5 pemakaian per orang HU l/org/hari 30 30 30 30 30
6 kebutuhan air HU m3/hari 312 507 354 554 578
Kebutuhan domestik l/det 4 5.87 4,09 6,41 6,69
Total Kebutuhan Domestik l/det 47,6 51.5 51,9 56,3 58,7
C Kebutuhan non domestik
15% dari kebutuhan domestik % 15 15 15 15 15
Kebutuhan non domestik m3/hari 0,54 0.88 0,61 0,96 1,00
l/det 7,1 7.7 7,8 8,4 8,8
D Kebutuhan Air Total l/det 55 59 60 65 67
F Tingkat Kehilangan air
kehilangan air % 20 20 20 20 20
Jumlah kehilangan air l/det 10,9 11,8 11,9 12,9 13,5
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018
107
Berdasarkan tabel dari atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air minum
di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada tahun 2013 – 2032 dibedakan
antara kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diketahui terjadi peningkatan kebutuhan air dari tahun awal
perencanaan 2013 sampai tahun 2032 mengalami peningkatan yang dipengaruhi
oleh faktor salah satunya adalah peningkatan jumlah penduduk. Dimana pada tahun
2013 jumlah penduduk sebesar 54.254 jiwa, kemudian pada akhir periode
perencanaan pada tahun 2032 jumlah penduduknya sebesar 64.182 jiwa dimana
setiap 5 tahun periode mengalami peningkatan jumlah penduduk.
Dalam menghitung jumlah kebutuhan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey, digunakan standar kebutuhan air minum ebesar 100
liter/orang/hari berdasarkan standar dari “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM”. Tingkat
pelayanan Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) adalah 70 : 30, karena
menurut Permen PU No. 18 Tahun 2007 berdasarkan kategori jumlah penduduk
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey dengan jumlah penduduk sebanyak
54.254 jiwa pada awal tahun periode perencanaan, maka Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey tersebut termasuk kategori Kota Kecil. Sedangkan untuk
jumlah penduduk per SR diasumsikan adalah 5 orang, dan jumlah penduduk per
HU adalah diasumsikan 50 orang.
Hasil perhitungan total kebutuhan domestik didapat dari {jumlah kebutuhan
domestik Sambungan Rumah (SR) + jumlah kebutuhan domestik Hidran Umum
(HU)}. Sehingga didapatkan total kebutuhan air domestik pada periode awal
perencanaan tahun 2013 adalah 47,6 liter/detik. Untuk menghitung kebutuhan non
domestik, berdasarkan Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007 dimana Kebutuhan
non Domestik adalah 15% dari kebutuhan domestik liter/hari. Sehingga pada tahun
2013 didapatkan kebutuhan non Domestik di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Ciwidey adalah 7,1 liter/detik. Sehingga total kebutuhan air minum domestik dan
non domestik di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey yang harus disediakan
adalah 55 liter/detik pada tahun 2013 dengan jumlah penduduknya yaitu 54.254
jiwa. Sedangkan pada periode akhir perencanaan pada tahun 2032 yaitu jumlah
108
penduduk 64.182 jiwa dengan jumlah kebutuhan air minumnya adalah 67
liter/detik.
Dalam merencanakan kebutuhan air minum harus memperhatikan tingkat
kehilangan air/kebocoran pada sistem distribusi air minum. Kehilangan air adalah
selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan air yang dikonsumsi.
Pada kenyataannya, kehilangan air dalam suatu perencanaan sistem distribusi selalu
ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat teknis maupun non teknis. Penyebab
kehilangan air terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Fisik
Kehilangan air disebabkan oleh jaringan pipa yang sudah rusak, tua dan
bocor, kerusakan meter air dan pengaliran air tidak tercatat oleh meter air.
b. Administrasi
Kehilangan air disebabkan oleh keberadaan sambungan ilegal dan
ketidakakuratan dalam pencatatan administrasif.
Gambar 4.7
Grafik Tingkat Kehilangan Air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
16
14
12 13.5
12.9
11.8 11.9
10
10.9
8
0
2013 2017 2022 2027 2032
109
Kemudian pada akhri periode perencanaan tingkat kebocoran/kehilangan air di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey yang mengalami peningkatan sehingga
tingkat kehilangan air terebut sebanyak 13,5 liter/detik.
Gambar 4.8
Grafik Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kawasan Perkotan Kecamatan Ciwidey
Tahun 2013 – 2032
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2013 2017 2022 2027 2032
total kebutuhan 55 59 60 65 67
Column2
Column1
110
yang harus disediakan yaitu 70,8 liter/detik, pada tahun 2022 air yang harus
disediakan sebanyak 71,9 liter/detik, kemudian pada tahun 2027 sehingga jumlah
air yang disediakan yaitu 77,9 liter/detik, dan pada akhir periode perencanaan pada
tahun 2032 air yang harus di sediakan yaitu sebesar 81 liter/detik dari jumlah
kebutuhannya yaitu sebesar 67 liter/detik dari tingkat kehilangan air sebesar 13,5
liter/detik.
Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat 3 (tiga) sumber mata air potensial
yang belum dimanfaatkan secara optimal, diantaranya mata air Cigadog dengan
debit 43 liter/detik air yang baru dipakai sebesar 34 liter/detik, mata air Cijeruk
jumlah debit 26,5 liter/detik dengan jumlah debit yang dipakai baru 16 liter/detik,
dan mata air Cibadak dengan jumlah debit 31,5 liter/detik dimana mata air ini belum
dimanfaatkan. Sehingga jumlah debit yang berasal dari 3 mata air Cigadog,
Cijeruk, dan Cibadak adalah 101 liter/detik, maka dengan jumlah deit tersebut dapat
111
di distribusikan ke wilayah perencanaan dengan prosesnya melalui sistem
penyediaan air minum. Lokasi mata air tersebut tersebar di Desa Lebakmuncang.
112
Gambar 4.10
Peta Sumber Air Potensial Kawasan Perkotaan di Kecamatan Ciwidey
113
4.4 Analisis Arahan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan di
Kecamatan Ciwidey.
4.4.1 Arahan Pengembangan Pelayanan Air Minum
Berdasarkan rencana pola ruang dalam RDTR Kota Ciwidey, adalah wilayah
perkotaan yang memiliki fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat
pemerintahan dan perkantoran skala kecamatan dan pengembangan fasilitas umum
dengan skala kota Kecamatan.
Pemanfaatan Ruang Kota Ciwidey sampai tahun 2014 didominasi oleh
perkebunan seluas 2.624,43 Ha. Pemanfaatan untuk permukiman hanya sebesar
352, 39 Ha.
Kecenderungan arah perkembangan kawasan permukiman yaitu dilingkup
desa Panundaan dan desa Ciwidey. Secara umum perkembangan fisik di Desa
Ciwidey ini membentuk kawasan dengan konsentrasi kegiatan skala Kecamatan.
Desa Ciwidey sebagai konsentrasi kegiatan seperti perdagangan dan jasa skala
Kecamatan, selain itu pusat kegiatan pemerintahan dan perkantoran skala
Kecamatan.
Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan masalah perekonomian kota. Kegiatan perekonomian di Kawasan
Perkotaan Ciwidey pemasarannya ini umunya berupa hasil perkebunan dan
pendistribusian berbagai barang kebutuhan dari daerah sekitarnya. Terlepas dari
kegiatan perekonomian tersebut, kecamatan Ciwidey khususnya di Kawasan
Perkotaan Ciwidey merupakan salah satu tempat sebagai akses menuju destinasi
pariwisata.
Saat ini kabupaten Bandung memiliki cakupan pelayanan PDAM yaitu baru
mencapai 15% menurut data yang diperoleh BPPSPAM. Sesuai dengan arahan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana tahun 2019
semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia telah dilayani 100% untuk sistem
penyediaan air minum, maka hal ini juga perlu diperhatikan dan diterapkan juga di
Kabupaten Bandung. Dalam rangka mencapai angka yang sesuai dengan ketentuan
penyediaan air minum tersebut, maka penyediaan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey dibagi menjadi 2 (dua) sistem, yaitu :
114
97% dilayani dengan SPAM Non Perpipaan
3% dilayani dengan SPAM Perpipaan
115
perlindungan mata air (PMA), instalasi pengolahan air senderhana
(IPAS)
2) Pengadaan atau pembangunan sistem penyediaan air minum yang baru pada
daerah yang belum terlayani, yang memenuhi standar baik apabila dilihat dari
kualitas dan kuantitas serta kontinuitas air. Karena keberlangsungan hidup
masyarakat tidak terlepas dari persoalan air karena kebutuhannya yang akan
terus meningkat seiring dengan berkembangnya suatu daerah. Sehingga
cakupan pelayanan air minum dapat sesuai dengan ketentuan yaitu 100
liter/detik untuk perpipaan dan bukan jaringan perpipaan.
3) Mengoptimalkan penggunaan, pengolahan, dan menjaga mata air potensial
yang dapat dimanfaatkan, agar kebutuhan air minum dapat berlangsung secara
kontinyu.
4) Dapat merealisasikan pengembangkan sistem penyediaan air bersih regional
kelompok kecamatan di Kecamatan Ciwidey.
Gambar 4.9
Skema Pengembanga SPAM Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan
116
Gambar 4.10
Contoh Skema Pengolahan Air Bersih
117
Gambar 4.11
Skema Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
MA. Cigadog
43 l/det 101 l/det Desa Panundaan
Bangunan Jml. Kebutuhan
Reservoar pompa
Penangkap 17,53 l/det
MA. Cijeruk Air (Intake,
26,5 l/det bar screen)
Desa Ciwidey
Reservoar pompa Jml. Kebutuhan
MA. Cibadak Oksidasi
18,28 l/det
31,5 l/det
gravitasi Reservoar pompa
Flokulasi
Desa Panyocokan
Reservoar pompa
Jml. Kebutuhan
14,03 l/det
Sedimentasi
Desa Lebak
Reservoar pompa Muncang
Filtrasi
Jml. Kebutuhan
16,14 l/det
Desinfektan
118
Gambar 4.12
Peta Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
119
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa rencana Sistem
Penyediaan Air Minum menggunakan air yang berasal dari 3 mata air, mata air
tersebut memiliki debit total yaitu 101 liter/detik. Air tersebut masuk ke dalam
bangunan penangkap air (intake), di dalam bangunan tersebut terdapat penyaring
kasar untuk memisahkan benda atau kotoran yang ikut masuk ke dalam intake.
Setelah itu dilakukan proses oksidasi, oksidasi merupakan proses penghilangan Fe
dan Mn pada dasarnya adalah mengoksidasi Fe dan Mn sehingga dapat disisihkan
(merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion). Setelah
proses oksidasi biasanya akan dilakukan proses flokulasi, yaitu proses
penggumpalan partikel – partikel halus menjadi flok (partikel berukuran besar).
Setelah proses flokulasi dilakukan proses sedimentasi dan filtrasi, proses
sedimentasi tersebut berupa proses pengendapan partikel – partikel yang sudah
menjadi flok, kemudian disaring (filtrasi) dengan media butiran. Hal terakhir
sebelum air masuk ke bangunan selanjutnya yaitu reservoir dilakukan proses
desinfeksi. Dimana reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum dialirkan ke setiap desa yang di tampung oleh reservoar sebelum
distribusikan kepada pengguna.
120
Gambar 4.13
Peta Rencana Distribusi Penggunaan Air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
121
Distribusi air di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey relatif berbeda,
distribusi penggunaan air rata – rata menggunakan air yang berasal dari air tanah
berupa sumur gali atau pompa. Akan tetapi potensi sumber air tanah di Kawasan
perkotaan Ciwidey ini sangat melimpah, sehingga direncakan distribusi air yang
berasal dari air tanah dan mata air.
Di Desa Ciwidey distribusi air yang berasal dari air tanah dan dari mata air
legok konyal serta mata air baru acih. Di desa Panundaan, penggunaan air relatif
berasal dari mata air tanjakan. Di desa Lebak Muncang dan di desa Panyocokan
distribusi air berasal dari air tanah.
122
4.4.2 Keterkaitan Kebutuhan Air Minum Terhadap Sektor Kegiatan
Perkotaan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey
Perkembangan pada suatu wilayah/kota akan memberikan suatu dampak yang
besar bagi pemerintah daerah setempat dalam pemenuhan kebutuhan air minum
yang harus memenuhi standar kualitas dan kuantitas, kontinuitas serta
keterjangkauan agar ketersediaan air tersebut dapat memenuhi kebutuhan air
minum di kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey jumlah total kebutuhan air pada tahun 2017 yaitu sebesar 82
liter/detik dilihat dari jumlah penduduk sebesar 54.014 jiwa. Jika dilihat
berdasarkan hasil analisis terjadi peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan air
minum di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada akhir periode tahun 2032
yaitu sebesar 128 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 64.182 jiwa.
Maka untuk mengetahui keterkaitan antara kebutuhan air minum di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Ciwidey pada tahun 2032 dengan kegiatan yang ada maka
dilakukan analisis kebutuhan per-desa serta kegiatan apa saja yang ada pada tiap
desa/kelurahan, maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
123
Tabel IV.11
Kebutuhan Air Minum Per Desa/Kelurahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey Tahun 2032
Kebutuhan Domestik Jml.
Jml. Kebutuhan
No. Desa/Kelurahan Jml. Kebutuhan Keterangan
Penduduk Non Domestik
Domestik (l/det)
(Jiwa) (l/det)
Jumlah penduduk di desa Panundaan sebanyak 14.815 jiwa sehingga kebutuhan
domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,5 liter/detik sesuai dengan sebaran
permukiman paling tinggi menurut guna lahan eksisting.
1 Panundaan 14.815 15,5 2,03 Jumlah kebutuhan non domestik yang harus dipenuhi sebesar 2,03 liter/detik di
Desa Panundaan untuk memenuhi kebutuhan seluruh kegiatan seperti
perdagangan dan jasa, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas
pemerintahan skala desa.
Desa Ciwidey merupakan desa/kelurahan yang memiliki kebutuhan air minum
domestik maupun non domestik paling tinggi.
Jumlah kebutuhan domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,9 liter/detik dari
jumlah penduduknya sebesar 17.350 jiwa, yang sesuai dengan sebaran
permukiman tinggi menurut sebaran guna lahan eksisting dan menurut jumlah
penduduk paling besar.
2 Ciwidey 17.350 15,9 2,38
Jumlah kebutuhan air minum non domestik yang harus dipenuhi sebesar 2,38
liter/detik di desa Ciwidey, dimana menurut RDTR desa Ciwidey sebagai salah
satu desa/kelurahan dengan fungsi kegiatan penunjang kegiatan pariwisata
dimana di desa Ciwidey tersebar beberapa kegiatan jasa (hotel, atau penginapan
jenis lainnya, serta terminal), perdagangan (pasar), dan kegiatan pemerintahan
skala Desa.
Desa Panyocokan merupakan desa/kelurahan yang memiliki kebutuhan air minum
paling rendah diantara desa lainnya di Kawasan Perkotaan Kecamatan Ciwidey.
3 Panyocokan 13.351 12,2 1,83 Jumlah penduduk di Desa Panyocokan adalah sebesar 13.351 jiwa, yang memiliki
kebutuhan air domestik sebesar 12,2 liter/detik yang jika dilihat dari sebaran
permukiman yang rendah menurut guna lahan eksisting.
124
Kebutuhan Domestik Jml.
Jml. Kebutuhan
No. Desa/Kelurahan Jml. Kebutuhan Keterangan
Penduduk Non Domestik
Domestik (l/det)
(Jiwa) (l/det)
Jumlah kebutuhan air non domestik di desa Panocokan yang harus dipenuhi
sebesar 1,83 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan fasilitas umum dan fasilitas
sosial di Desa Panyocokan.
Jumlah penduduk di Desa Lebak Muncang yaitu sebesar 16.336 jiwa. Kebutuhan
air minum domestik yaitu sebesar 14,9 liter/detik sesuai dengan sebaran
permukiman yang sedang menurut penggunaan lahan eksisting dan dilihat dari
jumlah penduduk.
4 Lebak Muncang 16.336 14,9 2,24
Jumlah kebutuhan air non domestik di desa Lebak Muncang adalah sebesar 2,24
liter/detik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan domestik seperti,
sekolah, fasilitas peribadatan, perdagangan dan jasa, serta kegiatan pemerintahan
skala Desa dan Kecamatan.
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2018
125
Gambar 4.14
Peta Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik Per Desa Tahun 2032
126
Penjelasan pada tabel dan peta diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan air
minum yang harus dipenuhi per-desa/kelurahan di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Ciwidey pada tahun 2032 berdasarkan kebutuhan domesik dan non domestik.
Kebutuhan air tersebut digunakan untuk kegiatan seperti permukiman, pendidikan
(TK, SD, SMP, SMA, SMK, Raudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, MTS, MA,
Pondok Pesantren), peribadatan, kegiatan perdagangan (pasar tanpa bangunan, mini
market, dan pertokoan), penginapan dan atau perhotelan, fasilitas kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Polindes, dan Posyandu), serta untuk kegiatan wisata (situs
bersejarah Gunung Padang).
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum per-desa diketahui
bahwa kebutuhan air domestik dan non domestik paling tinggi terdapat di Desa
Ciwidey. Jumlah kebutuhan domestik yang harus dipenuhi sebesar 15,9 liter/detik
dari jumlah penduduknya sebesar 17.350 jiwa, yang sesuai dengan sebaran
permukiman tinggi menurut sebaran guna lahan eksisting dan menurut jumlah
penduduk paling besar. Jumlah kebutuhan air minum non domestik yang harus
dipenuhi sebesar 2,38 liter/detik di desa Ciwidey. Kebutuhan air tersebut digunakan
untuk kegiatan permukiman, serta untuk memenuhi kebutuhan air untuk fasilitas
umum dan fasilitas sosial.
Sedangkan Desa Panyocokan merupakan desa/kelurahan yang memiliki
kebutuhan air minum paling rendah diantara desa lainnya di Kawasan Perkotaan
Kecamatan Ciwidey. Jumlah penduduk di Desa Panyocokan adalah sebesar 13.351
jiwa, yang memiliki kebutuhan air domestik sebesar 12,2 liter/detik yang jika dilihat
dari sebaran permukiman rendah menurut guna lahan eksistitng. Jumlah kebutuhan
air non domestik di desa Panyocokan yang harus dipenuhi sebesar 1,83 liter/detik
untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pendidikan, fasilitas peribadatan, kegiatan
pemerintahan skala desa, perdagangan dan jasa, serta kegiatan sosial lainnya di
Desa Panyocokan.
127