Anda di halaman 1dari 37

16014301

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


Mutiara Firdausi, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHITAMA SURABAYA
CONTENT

• Kebutuhan air irigasi


• Pengelolaan air irigasi
REFERENCES

• Direktorat Jenderal Pengairan, 1986, Standart Perencanaan Irigasi; Kriteria


Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01, Dept.Pekerjaan Umum, Jakarta
• Imam Subarkah, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air , IDEA
DARMA, Bandung.
• Ansori, Muhammad Bagus, Edijatno, Soekibat Roedy Soesanto, 2018,
Irigasi dan Bangunan Air, Surabaya.
TUJUAN
 Mahasiswa mampu memahami terkait kebutuhan air irigasi.
 Mahasiswa mampu memahami pengelolaan air irigasi.
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Asal air untuk irigasi
• Air yang mengalir pada alur dan air yang tertahan pada
cekungan tanah digolongkan dalam sumber permukaan
(surface source).
• Air yang keluar dari dalam tanah digolongkan dalam sumber
bawah tanah (Ground source).
• Di Indonesia air yang dipakai untuk irigasi banyak diambil dari
air yang mengalir pada alur yang berupa sungai. Asal air untuk
irigasi dapat ditinjau pada Gambar di bawah ini
Sketsa asal air untuk irigasi
Kualitas air irigasi
• Kualitas air irigasi tergantung pada campuran yang terbawa oleh air.
• Campuran yang terbawa bisa dalam bentuk larutan (solution) dan
suspension (suspension).
• Pada daerah tertentu suspensi mempunyai pengaruh penting terhadap
kualitas.
• Air irigasi dengan kualitas tertentu cocok untuk suatu daerah irigasi sangat
tergantung pada kondisi lokal dari iklim, tanah, jenis tanaman yang
tumbuh, jumlah/tinggi air yang dipakai.
• Suspensi akan tertahan di permukaan tanah daerah irigasi maka akan
merusak sifat phisis tanah dan menyulitkan pengolahan.
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air
untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah (Sudjarwadi,1992)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986), kebutuhan air sawah untuk


padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

1. Penyiapan lahan.
2. Penggunaan konsumtif (evapotranspirasi).
3. Perkolasi dan rembesan.
4. Pergantian lapisan air.
5. Curah hujan efektif.
FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN AIR TANAMAN
FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN AIR TANAMAN
KEBUTUHAN AIR TANAMAN
KEBUTUHAN AIR TANAMAN
CONTOH SOAL
POLA TATA TANAM & SISTEM GOLONGAN
POLA TATA TANAM & SISTEM
GOLONGAN
Menurut cara pembagian air dibagi 3 :
1. Pembagian terus menerus/Continuous
/ proporsional.
2. Kombinasi pengaliran terus menerus
dan rotasi.
3. Pembagian secara Rotasi / Giliran.
PERHITUNGAN DEBIT RENCANA ALIRAN
DAN WAKTU ROTASI
PERHITUNGAN DEBIT RENCANA
Rumus yang digunakan untuk perhitungan Debit
Rencana sbb. :
Bila debit air tersedia 100%
Qx  Lx xKebutuhanAir
Bila debit air tersedia < 100%

Lx
Qx  x(% xQ max Total )
Lt
Qx = debit rencana. Untuk Debit Rencana diambil nilai yang paling besar

Lx = Luas yang diairi.


Lt = Luas Total Petak yang diairi.
PERHITUNGAN WAKTU ROTASI
Rumus yang digunakan untuk pembagian air secara
rotasi di petak sub tersier, waktu yg diperlukan sbb. :

Lx 336
T x jam
Lt n
n = jumlah petak yang diairi.
Lx = Luas yang diairi.
Lt = Luas Total Petak.
Rumus tersebut berlaku bila :
a. Jika debit tersedia < 75 %  Petak tersier dengan 4 petak sub tersier.
b. Jika debit tersedia < 65 %  Petak tersier dengan 3 petak sub tersier.
CONTOH 1 :
Petak tersier dgn. 4 petak sub tersier A,B,C & D :

A  B  C 336
Periode I : D tidak diairi.
T x jam
Lama pemberian air A, B dan C : A B C  D 3
Periode II : C tidak diairi.
A  B  D 336
Lama pemberian air A, B dan D : T x jam
A B C  D 3
Periode III : B tidak diairi.
Lama pemberian air A, C dan D : A  C  D 336
T x jam
A B C  D 3
Periode IV : A tidak diairi.
Lama pemberian air B, C dan D : B  C  D 336
T x jam
A B C  D 3
CONTOH 2 :
Petak tersier dgn. 3 petak sub tersier A,B dan C :
Periode I : C tidak diairi. Lama pemberian air A dan B :

A B 336
T x jam
A B C 2
Periode II : B tidak diairi. Lama pemberian air A dan C :

AC 336
T x jam
A B C 2
Periode III : A tidak diairi. Lama pemberian air B dan C :

BC 336
T x jam
A B C 2
Jika debit air yang tersedia < 50 %,
rumus yang digunakan adalah sbb. :

Karena debit yang ada < 50 % maka


petak sawah yang dapat diairi
maksimal adalah setengahnya :
Lx 168
T x jam
Lt n
CONTOH 3 :
● Petak tersier dgn 4 sub tersier A,B,C & D.
A dan B tidak diairi :
CD 168
T x jam
A B C  D 2

● Petak tersier dgn 2 sub tersier A dan B.


A tidak diairi :
B 168
T x jam
A B 1
CONTOH :
DATA-DATA
LUAS PETAK TERSIER 135.65 HA, TERDIRI DARI 3 PETAK SUB TERSIER :
PETAK A : LUAS 53,10 HA ; KEB. AIR 2,84 L/DET/HA
PETAK B : LUAS 47,55 HA ; KEB. AIR 2,95 L/DET/HA
PETAK C : LUAS 35,00 HA ; KEB. AIR 3,26 L/DET/HA
HITUNG DEBIT RENCANA DAN PEMBAGIAN JAM ROTASI !.
a. Bila Debit air yang tersedia Q=100% Qmaks
b. Bila Debit air yang tersedia Q<65%
c. Bila Debit air yang tersedia Q<30%

I. PERHITUNGAN DEBIT RENCANA :


 JIKA Q > 65 % Q maks  PEMBERIAN AIR TERUS MENERUS
 JIKA Q < 65 % Q maks  PEMBERIAN AIR BERGILIR/ROTASI
I.a. PEMBERIAN AIR BILA Q = 100 % Q maks :
PETAK A DAPAT AIR = 53,10 X 2,84 = 150,80 L/dt
PETAK B DAPAT AIR = 47,55 X 2,95 = 140,27 L/dt
PETAK C DAPAT AIR = 35,00 X 3,26 = 114,10 L/dt

JUMLAH : Qmaks. = 405,17 l/det


I.b. BILA Q = 65 % Q maks
 = 0.65 x 405,17 l/det = 263,36 L/DET :
PERIODE I :
SUB TERSIER A DAN B DIAIRI  LUAS A+B = 100,65 HA
A = 53,10/100,65 X 263,36 = 138,94 L/DET
B = 47,55/100,65 X 263,36 = 124,42 L/DET

PERIODE II :
SUB TERSIER A DAN C DIAIRI  LUAS A+C = 88,10 HA
A = 53,10/88,10 X 263,36 = 158,73 L/DET
C = 35,00/88,10 X 263,36 = 104,63 L/DET
PERIODE III :
SUB TERSIER B DAN C DIAIRI
 LUAS B+C = 82,55 HA
B = 47,55/82.55 X 263,36 = 151,70 L/DET
C = 35,00/82.55 X 263,36 = 111,66 L/DET.
I.c. BILA Q = 30 % Q maks
 = 0,30 x 405,17 l/det = 121,55 L/DET 
AIR SEBANYAK 121,55 l/det TIDAK DAPAT
DIBERIKAN SECARA PROPORSIONAL DALAM
WAKTU BERSAMAAN &
HANYA DIPAKAI UNTUK MENGAIRI SATU
PETAK SAWAH SUB TERSIER SECARA
BERGILIRAN.
DISAJIKAN DALAM BENTUK TABEL SBB. :

Petak Luas Q (l/det) Q (l/det) Q (l/det) Q (l/det)


Sub (ha) 100 % 65 % 30 %
Tersier

A 53,10 150,80 158,73 121,55 158,73


B 47,55 140,27 151,70 121,55 151,70
C 35,00 114,10 111,66 121,55 121,55

Jumlah 135,65 405,17 263,36 121,55

KESIMPULAN :
DEBIT TERBESAR TIDAK SELALU TERDAPAT PADA Q = Q maks 
JADI DEBIT RENCANA TIDAK DITENTUKAN BEGITU SAJA
DARI PEMBAGIAN DEBIT PADA 100% Qmaks.
II. PERHITUNGAN JAM ROTASI:
● ROTASI I :
SEMUA PETAK MENDAPAT AIR SECARA TERUS MENERUS.

● ROTASI II : T  A B 336
x jam
A  B  C n 1
2 GOLONGAN DIBUKA, 1 GOLONGAN DITUTUP :
53,10  47,55 336
A B  x  125 jam  5hari5 jam
53,10  47,55  35 2
47,55  35 336
BC  x  102 jam  4hari6 jam
53,10  47,55  35 2
53,10  35 336
AC  x  109 jam  4hari13 jam
53,10  47,55  35 2
ROTASI III :
1 GOLONGAN DIBUKA, 2 GOLONGAN DITUTUP :
53,10 168
A x  66 jam  2hari18 jam
53,10  47,55  35 1

47,55 168
B x  59 jam  2hari11 jam
53,10  47,55  35 1

35 168
C x  43 jam  1hari19 jam
53,10  47,55  35 1
EFISIENSI IRIGASI
EFISIENSI IRIGASI
EFISIENSI IRIGASI
Tugas 2

Diketahui Petak Tersier :


Sub Tersier A 28,5 Ha dengan Kebutuhan air 2,2 lt/det/Ha
Sub Tersier B 29 Ha dengan Kebutuhan air 3,2 lt/det/Ha
Sub Tersier C 26,5 Ha dengan Kebutuhan air 4 lt/det/Ha

Hitung :
a. Debit Rencana, Bila :
Q = 100% Qmax
Q < 65%
Q < 35%
b. Perhitungan Jam Rotasi

Anda mungkin juga menyukai