Anda di halaman 1dari 48

T. MUDI HAFLI., ST.

, MT
Hidrologi Terapan
Hidrologi
Air yang terdapat di permukaan bumi dapat berbentuk padat (seperti es, gletser), berbentuk cair (seperti
air sungai, air danau, air laut), dan berbentuk gas (seperti awan dan uap di udara/atmosfer). Perlu diketahui
bahwa jumlah air di bumi ini tetap (tidak bertambah dan tidak berkurang) dan akibat adanya sinar matahari
dapat terjadi daur hidrologi/siklus air.
Hidrologi

Hidrologi banyak dipelajari oleh para ahli di bidang Teknik sipil dan pertanian, ilmu
tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan, antaranya :
• Memperkirakan besarnya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras, sehingga dapat
direncanakan bangunan – bangunan untuk mengendalikannya seperti pembuatan
tanggul banjir, saluran drainase, gorong – gorong,dsb
• Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu jenis tanaman, sehingga
dapat direncanakan bangunan untuk melayani kebutuhan tsb
• Memperkirakan jumlah air yang tersedia di suatu sumber (mata air, sungai, danau,
dsb) untuk dapat di manfaatkan guna berbagai keperluan seperti air baku, irigasi,
pembangkit listrik tenaga air, perikanan, peternakan, dsb
Hidrologi
Cabang-cabang ilmu hidrologi, antara lain:

• Potamologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah.
• Limnologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang air yang menggenang di permukaan tanah.
• Geohidrologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari air yang terdapat di bawah permukaan tanah.
• Kriologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang salju dan es.
• Hidrometeorologi, yaitu cabang hidrologi yang mempelajari tentang pengaruh aspek meteorology terhadap aspek
hidrologi.

Cabang-cabang ilmu di atas tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Mempelajari hidrologi
berarti juga mempelajari bagian-bagian Potamologi, Limnologi, Geohidrologi, Kriologi, dan Hidrometeorologi.

Sebaran Air di Bumi

Di bumi terdapat air berkisar antara 1,3 – 1,4 milyard km3. Persebarannya meliputi:
1. Air laut (97,5%)

2. Es dan salju (1,75%)

3. Air tawar (0,73%)


Siklus Hidrologi
ProseS

Penguapan (evaporasi) air laut & air permukaan ke atm ;


Tumbuhan juga menguapkan air (transpirasi)
Hasil penguapan mjd awan jenuh / awan penyebab hujan
Terjadi hujan (presipitasi)
Sebag kecil air hujan diuapkan kembali
Air hujan yg sampai permukaan tanah sebag akan meresap ke dlm tanah (infiltrasi).
Sebag lagi mengisi cekungan, kubangan (deficiensi) & sisanya lagi mengalir di permukaan tanah
(overland flow)
Proses infiltrasi akan menjadikan air mengalir di bawah permukaan tanah (interflow)
Sebagian air infiltrasi akan tetap tinggal di dalam tanah (moisture content) bila tdp banyak
hutan
Sisanya lagi akan mengalir scr vertikal akibat gravitasi (perkolasi) & masuk jauh ke dlm tanah.
Pergerakan air tanah yg lambat skl ke tempat yg lbh rendah, shg bila tdp patahan bumi akan
keluar sbg mata air, bila bertemu palung sungai akan mengalir bersama surface run off. &
Kembali ke proses 1.
Perkiraan Jumlah Air di Bumi

No Lokasi Volume (ribuan m3) Persen


1. Danau air tawar 125
2. Sungai 1,25
3. Lengas tanah 65
4. Air tanah 8250 0,008
5. Danau air asin dan inland 105 0,001
6. Sea 13
7. Atmosfir 29200 2,100
8. Kutub dan salju 1320000 97,25
Laut dan lautan
Jumlah 1357759,25 100
Hujan

Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang


bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun dan hujan es. Di daerah tropis,
hujan memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang
dianggap presipitasi (Triatmodjo, 2008). Sedangkan menurut Sosrodarsono
(1976) presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan
jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi, biasanya jumlah selalu
dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Jika uap air yang jatuh
berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju
(snow).
Tipe Hujan

Hujan Hujan
konvektif Siklonik

Hujan
orografis
Parameter Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm), yang dianggap
terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam
satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/bulan dan sebagainya, yang kemudian
disebut hujan jam -jaman, hujan harian, hujan mingguan, hujan bulanan dan sebagainya (Triatmodjo, 2008).

Menurut Sosrodarsono menjelaskan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi
waktu lebih lama penambahan curah hujan lebih kecil dibandingkan dengan penambahan waktu, karena hujan
tersebut bisa berkurang ada berhenti.
Intensitas Hujan (mm)
Keadaan Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100


Pengukuran Hujan

Dari beberapa jenis presipitasi, hujan adalah yang paling bisa diukur. Pengukuran dapat dilakukan secara
langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, namun tidak dapat dilakukan di seluruh wilayah tangkapan air
akan tetapi hanya dapat dilakukan pada titik-titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur hujan
(Triatmodjo, 2008).
Alat penakar hujan
biasa
Pengukuran Hujan
Alat Penakar Hujan Otomatis

Alat ini mengukur hujan secara kontinyu sehingga dapat diketahui intensitas hujan dan lama waktu hujan. Ada
beberapa macam alat penakar hujan otomatis yaitu :

Weighing Bucket Rain Gauge


Pengukuran Hujan
Tipping Bucket Rain Gauge Syphon Automatic Rainfall Recorder
Data Hujan
Beberapa dari hasil presipitasi, hujan lah yang paling biasa diukur dari hasil pengukuran. Karena menurut
pakar-pakar hidrologi, dari beberapa hasil presipitasi tersebut yakni produk dari awan yang turun sebagai air hujan
ataupun salju (sejauh tak menyangkut salju selanjutnya dianggap sebagai hujan), dan hanya seperempatnya
yang kembali ke laut melalui limpasan langsung (direct runoff) atau melalui aliran air tanah (ground water
flow).Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu DAS merupakan besaran yang sangat penting dalam sistem DAS
tersebut, karena hujan menjadi masukan yang utama ke dalam suatu DAS. Walaupun kita bisa mengukur secara
langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, bukan berarti kita menampung hujan di seluruh daerah
tangkapan air, karena hujan di suatu daerah hanya dapat diukur di beberapa titik yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, pengukurannya harus dilakukan seteliti mungkin.
Klasifikasi Hujan

● rendah dengan intensitas <2,5 mm / jam,


● sedang dengan intensitas 2,6-7,5 mm / jam, dan
● tinggi dengan dengan intensitas > 7,6 mm / jam
Tinggi Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum (mm)

Penyajian Data Hujan Stasiun Meteorologi Blang Bintang

Curah Hujan No. Tahun Rmaks


Harian 1 2000 70.00
Tahun 2000 2 2001 84.00
Bulan 3 2002 120.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 - 4 1 13 - - - - 4 2003 94.00
2 4 8 - 6 - - - - 5 2004 75.00
3 5 - - - - - - 10
4 12 - - - - 3 - - 6 2005 80.00
5 38 2 5 - - 5 41 3 7 2006 145.90
6 - - 62 - 4 3 10 -
7 2 35 - 5 - - - 2 8 2007 105.40
8 8 - - - 12 2 11 41 9 2008 71.40
9 1 32 - - - 3 63 50
10 2 - - 6 - 1 - 6
10 2009 143.00
11 - - 34 6 - - - 1 11 2010 121.50
12 26 - - 12 - - 15 -
13 13 - - - - - 34 -
12 2011 100.80
14 - 4 - - 10 - - - 13 2012 76.50
15 2 1 - - - - 7 8
16 34 1 - - - - - -
14 2013 114.00
17 3 - - - - - - 5 15 2014 188.80
18 24 - 5 - - 6 - 10 16 2015 110.00
19 31 8 - - 20 2 - 2
20 36 - - - 48 - 10 -
21 34 0 5 1 15 21 - 5
22
23
24
4
-
-
-
-
-
-
2
-
1
-
-
-
-
16
Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan
24 28 3 - 2 - 26 - 42
25 35 14 - 70 3 5 - 39 220,00
26 - 2 - 2 1 - - 59 200,00

Hujan (mm/hari)
27
28
26
38
7
16
6
6
-
-
3
-
30
17
-
-
7
14
180,00
29 18 24 5 2 - 8 - 1 160,00
30 23 - 0 - 0 - - 140,00
31 - - - - - 120,00
Jlh 471 161 129 0 0 125 118 0 133 191 0 321 100,00
R maks 38 35 62 0 0 70 48 0 30 63 0 59
1-15 113 86 102 0 0 48 26 0 17 181 0 121
80,00
16-30 358 75 27 0 0 77 92 0 116 10 0 200 60,00
HH 25 16 9 0 0 12 10 0 16 8 0 19 40,00
20,00
0,00

Tahun
Jaringan Pengukuran Hujan
Menurut Sri Harto (1986) dalam Yasa dan Harto (2001) jaringan pengamatan hidrologi (hidrologic network) pada
umumnya dapat diartikan sebagai suatu set stasiun pengukuran yang diatur sedemikian rupa sehingga besaran variabel
disembarang titik dalam daerah tersebut dapat ditetapkan. Jaringan pengamatan diperlukan dalam pengumpulan data
karena dua alasan, yaitu keingintahuan terhadap fenomena yang terjadi dan variabilitas data yang sangat tinggi
memerlukan tambahan secara teratur dan terus menerus untuk dapat mengetahui karakter variabel tersebut.

Keterangan :
𝐶
N = ( 𝑣) 2...(1) N = jumlah stasiun hujan
𝐸

100𝜎
Cv = ...(2) Cv = koefisien varian hujan berdasarkan pada stasiun hujan yang
𝑝
ada
1
𝜎= (P2 –(p2))1/2 ...(3)
𝑛−1
E = presentase kesalahan yang diijinkan
𝑝
P = ...(4)
𝑛 P = hujan rerata tahunan

P = hujan rerata dari n stasiun

N = jumlah stasiun yang ada

𝜎 = standar deviasi
Penentuan Hujan Kawasan

Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah tersebut

Metode Rerata Aritmatik (Aljabar).


Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian
dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam
hitungan biasanya adalah yang berada di dalam DAS, tetapi stasiun
di luar DAS yang masih berdekatan juga masih bisa diperhitungkan.

Keterangan :
P = hujan rerata kawasan
P = PA +PB +PC +... +Pn
n PA , …, Pn = hujan pada stasin A, B, C, …, n
N = jumlah stasiun
Metode Thiessen.
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya.
Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata
dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari setiap stasiun.
Jaringan Pengukuran Hujan di Indonesia

Daerah Juml stasiun Km2/sta


Indonesia +/- 4339 +/- 440
Jawa +/- 3000 +/- 44
Sumatra +/- 600 +/- 790
Kalimantan +/- 120 +/- 4500
Sulawesi +/- 250 +/- 760
Sumber: Murni D., Sri (1976:6
Perbaikan Data Hujan

Untuk melengkapi data hujan yang hilang dapat digunakan metode perbandingan normal (ratio normal) atau
reciprocal method.
Metode Perbandingan Normal

Metode ini menggunakan data dari minimal tiga stasiun terdekat. Data yang hilang dicari dengan cara
menentukan tahun patokan dimana pada satu tahun yang sama dengan data curah hujan stasiun yang
berpengaruh lengkap kemudian dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan :
PX = hujan yang hilang pada stasiun x
NX = hujan tahunan di stasiun x
N = jumlah stasiun hujan
P1 , …, Pn = data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
N1 , …, Nn = hujan tahunan di stasiun sekitar x
Reciprocal Method
Metode ini dianggap lebih baik karena mamperhitungkan jarak antar stasiun (Li),

Keterangan :
PX = hujan yang hilang pada stasiun x
n = jumlah stasiun hujan
Pi = data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
Li = jarak antar stasiun
Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung- punggung gunung atau pegunungan dimana
air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik (stasiun) yang ditinjau.
Sungai

 Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat


mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur
sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini
disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai
dan aliran air di dalamnya disebut sungai.
Sungai Utama & Anak Sungai

• Dimulai dari mata air di bagian hulu, dalam perjalanannya ke hilir di daerah dataran, aliran sungai secara berangsur-angsur berpadu
dengan banyak sungai lainnya, lambat laun tubuh sungai menjadi semakin besar
• Kadang-kadang sungai yang bermuara di sebuah danau atau pantai di laut terdiri dari beberapa cabang. Apabila sungai semacam ini
mempunyai lebih dari dua cabang, maka sungai yang paling penting, yakni sungai yang daerah pengalirannya, panjangnya dan volume
airnya paling besar disebut sungai utama (main river)
• Bila cabang-cabang lainnya disebut anak sungai (tributary). Kadang-kadang sebelum alirannya berakhir disebuah danau atau pantai
laut, sungai membentuk beberapa buah cabang yang disebut cabang sungai (eff luent)
Sungai di Dunia
Luas daerah aliran Lebar rata-rata
Nama Sungai Panjang (km)
(x103 km2) daerah aliran
Amazon 7,050 6,200 1,140
Congo 3,690 4,200 880
Mississipi 3,221 6,020 535
La Plata 3,100 4,700 660
Obi 2,950 5,200 570
Nile 2,870 5,600 510
Yangtze 1,780 5,200 340
Buramaptra 1,730 3,000 580
Volga 1,400 3,600 390
St. Lauran 1,250 3,800 330
Sungai di Indonesia
Pulau Nama Sungai Luas daerah aliran (km2) Panjang (km)
Citarum 5,969 250
Bengawan Solo 16,000 350
Jawa Brantas 12,000 320
Cimanuk 9,650 182
Ciasem 691 68
Asahan 6,000 100
Kampar 31,000 285
Sumatera Batanghari 42,446 635
Musi 55,584 553
Seputih 7,289 275
Barito 23,100 900
Kalimantan Kapuas Besar - 1,143
Mahakam - 775
Rarona 2,300 75
Sulawesi Waranae 3,190 -
Sadang 1,080 175
Panjang Sungai
Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang ditinjau atau muara sungai sampai
ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara
sungai. Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran limpasan dan debit aliran
sungai.

Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta Topografi.
Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya
semakin besar DAS, semakin besar jumlah limpasan permukaan
sehingga semakijn besar pula aliran permukaan atau debit sungai.
kemiringan Sungai
Kerapatan Aliran
Kerapatan aliran (drainase) adalah panjang aliran sungai per
kilometer persegi luas DAS (Asdak, 2007). Besarnya kerapatan
DAS seperti tercantum dalam persamaan di bawah ini:

Dd (drainage divide) = L / A

Keterangan :
Dd = Keraptan Drainase (km/km2)
L = Panjang aliran Sungai (km)
A = Luas DAS (km2)
Dari pengertian tentang daur hidrologi tersebut dapat
diketahui bahwa aliran yang terukur di sungai terdiri dari
unsur-unsur aliran berikut:
limpasan permukaan,
aliran antara (interflow),
aliran dasar (base flow),
curah hujan yang jatuh pada sungai (channel rainfall).
Hubungan antara Hujan, Parameter DAS dan Aliran

• Peristiwa banjir atau aliran besar pada sungai pada terkait


dengan peristiwa hujan dan parameter DAS
• Fenomena penting yang harus dipahami dengan benar adalah
bagaimana proses terjadinya pengalihragaman hujan yang
jatuh pada suatu DAS menjadi aliran di alur sungai
• Proses ini akan sangat tergantung dari sifat hujan dan
karakteristik parameter DAS
1. Bentuk DAS
2. Luas DAS
3. Topografi
4. Geologi
5. Tata Guna Lahan
Neraca Air

Menurut Triatmodjo (2010), neraca air dapat dinyatakan dalam interval waktu singkat atau untuk durasi panjang,
untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau. Secara umum persamaan dari neraca air adalah

Untuk kondisi tertentu, beberapa suku pada persamaan diatas dapat diabaikan tergantung pada sifat daerah yang
ditinjau dan periode hitungan neraca air. Apabila evaluasi dilakukan dalam suatu periode panjang, variasi
tampungan air relatif seimbang sehingga perubahan tampungan ∆𝑆 dapat diabaikan. Pada suatu DAS, dimana
tidak ada aliran yang masuk melalui batas DAS, maka 𝑄𝑖 = 0 dan jika dalam suatu DAS dianggap tidak ada
transfer air tanah dari satu DAS ke DAS terdekat,sehingga Gi = Go = 0
P : presipitasi
P E T Q=0
E : evaporasi
T : Evapotranspirasi
Q : Debit Sungai, yang merupakan aliran dari DAS ke dalam
sungai
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah
air di suatu luasan tertentu di permukaan
bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang
masuk ( input) dan keluar (output) pada
jangka waktu tertentu. Neraca masukan dan
keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai
neraca air (water balance). Karena air bersifat
dinamis maka nilai neraca air selalu berubah
dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat
kemungkinan bisa terjadi kelebihan air (
suplus) ataupun kekurangan (defisit).
Neraca air lahan merupakan neraca air
untuk penggunaan lahan pertanian secara
umum. Neraca ini bermanfaat dalam
memper-timbangkan kesesuaian lahan
pertanian; mengatur jadwal tanam dan
panen; mengatur pemberian air irigasi
dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Dalam perhitungan neraca air lahan
bulanan diperlukan data masukan yaitu curah
hujan bulanan (CH), evapotranspirasi bulanan
(ETP), kapasitas lapang (KL) dan titik layu
permanen (TLP).
Nilai -nilai yang diperoleh dari analisis
neraca air lahan ini adalah harga-harga dengan
asumsi-asumsi : (1) lahan datar tertutup vegetasi
rumput,
(2) lahan berupa tanah dimana air yang masuk
pada
tanah tersebut hanya berasal dari curah hujan
saja (3) keadaan profil tanah homogen sehingga
Neraca Air sifatnya kumulatif harian, mingguan, dekade (10 hari)
atau bulanan
NERACA AIR LAHAN (PERTANIAN)
1. Manfaat Neraca Air Lahan :
 Dapat digunakan untuk mempertimbangkan kesesuaian untuk pertanian lahan
tadah hujan, berdasarkan KAT-nya
 Mengatur jadwal tanam dan panen
 Mengatur pemberian air irigasi baik jumlah maupun waktunya

2. Data yang diperlukan :


 Curah hujan (mm)
 Evapo Transpirasi Potensian (ETP)
 Kandungan Air Tanah (PD)
 Kapasitas Lapang Tanah (KL)
 Kandungan Air Tanah pada TLP
3. Prodesur analisis neraca air lahan bulanan :
1. Menyusun tabel isian neraca air bulanan (tabel 1)
2. Mengisi kolom presipitasi (CH) (*)
3. Mengisi kolom ETP berdasarkan :
 Hasil pengukuran langsung dengan lisimeter, panci evaporimeter (**)
 Dengan rumus empiris Thorntashai TE
4. Menghitung CH – ETP
5. Mengisi kolom APWL (Accumulation Potensial Water Loss) atau
akumulasi daya penguapan air yaitu hasil-hasil nilai negatif pada (CH
– ETP) diakumulasi bulan demi bulan
6. Menentukan nilai KL (Kapasitas Lapang) tanah per bulan (mm)
7. Mengisi kolom nilai KAT berdasarkan APWL, mulai dari bulan pertama
APWL (permulaan bulan kering) hingga APWL bulan terakhir (***)
8. Melanjutkan pengisian kolom KAT dengan menambahkan nilai KAT
bulan terakhir dengan nilai positif ( CH – ETP) bulan berikutnya,
hasilnya adalah KAT bulan berikut. Teruskan penjumlahan tersebut
sehingga KAT maksimum, yaitu = KL
9. Mengisi KAT = KL hingga bulan terakhir
10. Mengisi kolom perubahan KAT ( KAT) bulan demi bulan
11. Mengisi kolom ETA (EVA Transpirasi Aktual) untuk bulan-bulan
dimana terjadi APWL (ETA = CH +  KAT )
12. Mengisi kolom defisit (D) = ETP – ETA
13. Mengisi kolom surplus (S) dimana tidak ada D. Maka S = CH – ETP -
 KAT
(*) Curah Hujan (CH) yang dicatat adalah pada peluang 75 % yaitu
P75 = 0,82 P mean – 30
Misal : CH bulan Januari = 240 mm
P75 = 0,82 x 245 – 30 = 170,9 mm
Imbangan Air untuk Badan Air dalam Periode Singkat

● Pengaruh perubahan kondisi hidrologi di suatu waduk, danau


atau sungai dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan imbangan air untuk periode waktu singkat, misalnya
dalam waktu menitan atau jam-jaman.
● Perubahan tampungan harus diperhitungkan, sedang evaporasi,
presipitasi dan aliran air tanah dapat diabaikan.
● Bentuk persamaan imbangan air menjadi:

● Persamaan ini sering digunakan untuk hitungan penelusuran


banjir (flood routing) di waduk
Imbangan Air untuk Aliran Permukaan

● Persamaan imbangan air yang hanya memperhitungkan air permukaan


adalah:
P – E – T – I – Q – Sd = 0
 Apabila Sd = 0, menjadi
Q=P–E–T–I
 Konsep ini merupakan dasar untuk menghitung limpasan atau debit
sungai untuk periode waktu yang relatif panjang, misalnya debit
setengah bulanan atau bulanan
● Dalam memperkirakan debit aliran yang ditimbulkan oleh hujan lebat,
evaporasi dan evapotranspirasi yang terjadi dalam periode waktu
singkat adalah kecil dan dapat diabaikan, sehingga persamaan menjadi:
Q=P–I
● Persamaan ini digunakan untuk memperkirakan debit (hidrograf) banjir
yang ditimbulkan oleh hujan deras yang terjadi dalam waktu singkat (
hujan jam-jaman atau harian maksimum)
Analisis Neraca Air Metode Thorthwaite Mather

• Model Neraca Air Umum


• Model Neraca Air Lahan
• Model Neraca Air Tanaman
Analisis Neraca Air Metode Thorthwaite Mather
Untuk menghitung neraca air, maka langkah pertama adalah menghitung kebutuhan air. Kebutuhan air
domestik dapat dijelaskan dengan rumus sebagai berikut :
(**) Rumus Empiris Thornthwaite :
ETP = 1.6 10 T a
I
ETP = Evapo Transpirasi Potensial bulanan
T = Rata-rata suhu bulanan (oC)
I = Indeks panas tahunan merupakan jumlah dari indeks panas bulanan (i)
Dimana I = T 1,514

5
A = Konstanta
= 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2 + 0,01792 I + 0,49239
(***) Untuk mengisi KAT pada bulan-bulan APWL
Digunakan rumus :
KAT = KL x KAPWL
K = po + pi
KL
Dimana :
KL = Kapasitas Lapang
po = 1.000412351
pi = -1.073807306
APWL = Accumulation Potential Water Loss
Contoh Perhitungan Neraca Air Lahan Kecamatan Dolok Pardamean
Kabupaten Simalungun dengan data sebagai berikut :
1. Curah Hujan Bulanan (mm)
BULAN PELUANG 100 oC PELUANG 75% (*)
JANUARI 215 146
FEBRUARI 181 118
MARET 221 151
APRIL 250 175
MEI 233 161
JUNI 116 65
JULI 105 56
AGUSTUS 146 90
SEPTEMBER 259 182
OKTOBER 190 126
NOPEMBER 312 226
DESEMBER 238 165
(*) P75 = 0,82 P mean – 30
= 0,82 CH bulanan - 30

2. Kapasitas Lapang (KL) = 361 mm


3. Nilai ETP diukur langsung dengan panci evaporimeter

Anda mungkin juga menyukai