Anda di halaman 1dari 38

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PROYEK PEMBANGUNAN

SPILLWAY BENDUNGAN TUGU

BAB 5

TINJAUAN
KHUSUS
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

BAB 5
TINJAUAN KHUSUS
Grouting Sebagai Media Untuk Perkuatan Tanah

5.1 Gambaran Umum Grouting

Pekerjaan Grouting merupakan bagian pekerjaan dalam perbaikan pondasi


(Foundation treatment) pada pembangunan semua tipe bendungan air terutama tipe
urugan. Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen
dan air diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan, dan retakan
batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat
secara fisika maupun kimiawi. Grouting pondasi adalah Grouting yang terdiri dari
campuran semen plus aditif dan Bentonite yang dimasukkan ke dalam batuan
pondasi bawah permukaan melalui lubang bor untuk menyumbat atau mengisi
retakan, rekahan, atau lubang – lubang bawah tanah (void).
Bendungan merupakan suatu bentuk bangunan sipil yang berguna untuk
menampung air dalam waktu dan volume rencana. Dalam Pembangunan suatu
Bendungan salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan daya dukung tanah
untuk menopang bangunan di atasnya ialah kemampuan tanah tersebut didalam
menahan rembesan aliran air yang terjadi dibawah bangunan tersebut.Seringkali di
dalam tanah sering ditemukan suatu aliran air yang membentuk suatu jaring-jaring
aliran atau yang biasa disebut flownet. Flownet ini sendiri mengalirkan air dari
dalam tanah melalui pori-pori dan retakan-retakan batuan yang ada dalam tanah.
Apabila flownet didalam tanah ini dibiarkan dan tidak di treatment maka air dari
dalam tanah yang memebentuk jaring-jaring tadi akan menyebabkan beberapa
kerusakan struktur bendungan. Maka dari itu untuk meminimalisir terjadinya
beberapa kerusakan tadi diperlukan treatment untuk menanggulanginya. Didalam
setiap pembangunan Bendungan selalu ada pelaksanaan pekerjaan perbaikan
pondasi dibawah tubuh struktur bendungan yang sering disebut dengan pekerjaan
drilling dan grouting.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 62
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

5.2 Tujuan Utama Pekerjaan Grouting

Fungsi dan manfaat secara umum pekerjaan Grouting adalah sebagai berikut:
1. mengurangi intensitas aliran filtrasi (kebocoran – kebocoran) dari waduk yang
mengalir keluar melalui rekahan yang terdapat pada pondasi bendungan,
2. mengurangi gaya ke atas (uplift) pada dasar bendungan yang disebabkan oleh
tekanan air tanah yang terdapat dalam lapisan pondasi,
3. Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan pondasi
bendungan.

5.3 Jenis / Tipe Grouting

Klasifikasi pelaksanaan Grouting pada pondasi Bendungan:

1. Grouting Tirai (Curtain Grouting)

Dilaksanakan untuk kedalaman yang relative dalam (maksimal 70 meter) pada

daerah palung sungai (River Bed) dengan tujuan untuk mengendalikan rembesan

dari waduk melalui batuan pondasi bendungan.

2. Grouting Sub -Tirai (Sub curtain Grouting)

Dilaksanakan untuk kedalaman 15 meter dan berfungsi untuk membatasi

sebaran dari sementasi tirai (Curtain).

3. Grouting Konsolidasi (Consolidation Grouting / Blanket Grouting)

Grouting ini dilaksanakan untuk memperbaiki bagian permukaan dan tidak

terlalu dalam (5 meter), yang berfungsi untuk meningkatkan daya dukung

pondasi dan menahan rembesan serta mempermudah pelaksanaan sementasi tirai

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 63
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

4. Grouting Kontak (Contact Grouting)

Grouting ini dimaksudkan untuk menyatukan dan mengisi rongga di antara

batuan pondasi dan beton.

5.4 Metode Grouting

Pelakasanaan Grouting tirai dan Sub tirai disini adalah dengan metode “Split

Spacing” yaitu dengan mendahulukan lubang primer kemudian dilanjutkan

sekunder yang terletak diantara dua lubang primer. Kemudian lubang tersier

dilakukan setelah lubang primer dan sekunder selesai.

5.4.1 Metode Upstage Grouting

Metode ini diaplikasikan pada kondisi batuan atau kondisi geologi dengan

struktur batuan atau tanah keras/stabil. Prosedur pelaksanaan dengan

metode upstage ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

 Pemboran sampai kedalaman yang ditentukan

 Pencucian lubang bor (flushing)

 Pemasangan packer

 Pelaksanaan water pressure test

 Injeksi semen

 Pemasangan Kembali packer pada kedalaman diatasnya

 Injeksi semen tahap selanjutnya

 Penutupan lubang grouting (plugging)

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

5.4.2 Metode Downstage Grouting

Metode ini diaplikasikan pada kondisi batuan atau tanah yang relatif lembek

atau rawan longsor/runtuh. Pelaksanaan grouting dengan memakai metode

downstage grouting dilakukan dengan urutan berikut:

 Pemboran dilakukan sampai kedalaman stage paling atas (5m)

 Flushing

 Pemasangan packer

 Pelaksanaan water pressure test

 Injeksi semen

 Setelah pasta semen mengeras (1 jam an) dilakukan redrilling atau

pemboran ulang sampai stage kedua

 Pemasangan Kembali packer pada kedalaman dibawahnya (stage

kedua)

 Injeksi semen tahap berikutnya

 Penutupan lubang grouting dengan mortar (plugging)

Tabel 5.1 Perbandingan Metode Upstage dan Downstage


Uraian Kelebihan Upstage Downstage

Pelaksanaan pengeboran sekaligus keseluruhan stage


V
sehingga lebih cepat

Mengurangi kesulitan pemindahan dan pemasangan


V
Kembali alat drilling

Mengurangi resiko longsoran di dalam lubang bor pada


V
kondisi tanah yang kurang baik (bukan batuan)

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 65
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Untuk pelaksanaan grouting di Proyek Spillway Bendungan Tugu memakai metode

Downstage Grouting yang mana sesuai kondisi lapangan yang rawan akan longsor

atau runtuhan serta karena kondisi batuan yang tidak seragam.

5.5 Pengujian Nilai Permeabilitas (Lugeon)

Pelaksanaan uji permeabilitas pada proyek pembangunan Spillway Bendungan

Tugu dilaksakan untuk mengetahui nilai Lugeon dari deformasi batuan. Nilai

Lugeon adalah angka yang menunjukan berapa liter air yang bisa merembes ke

dalam formasi batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit dengan

menggunakan tekanan standar 10 bar atau 10 kg/cm2. Angka ini hamper sama

dengan koefisien kelulusan air sebesar 1x10-5 cm/detik. Nilai lugeon dapat

memeberikan informasi mengenai sifat aliran dalam batuan dan sifat batuan itu

sendiri terhadap aliran air yang melaluinya. Untuk menadapatkan nilai lugeon

dapat diperoleh melalui pengujian water pressure

Water Pressure Test akan dilaksanakan pada semua lubang Grouting, dan

dilaksanakan dengan menggunakan satu tekanan. Tekanan yang dipakai

disesuaikan pada stage atau kedalaman lubang bor. Metode pengujian water

pressure test adalah dengan cara memasukkan air bertekanan kedalam lubang bor

menggunakan peralatan yang disebut rubber packer yang digunakan untuk

menyumbat lubang bor, alat lain yang digunakan:

 Waterflow meter digunakan untuk mengetahui debit air

 Stopwatch untuk mengetahui waktu rembesan

 Pressure gauge untuk mengetahui tekanan air

 Waterpump untuk memonmpa air

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Untuk pengujian dengan tekanan 10 kg/cm2 dibuat ekstrakulasi sehingga bentuk

persamaannya menjadi:

10𝑄
𝐿𝑢 =
𝑃𝐿

dimana,

Lu : Lugeon unit (liter/menit/m)

Q : Debit aliran yang masuk (liter/menit)

P : Tekanan total [Po+P1] (kg/cm2)

L : Panjang lubang yang diuji (m)

Kemudian untuk menentukan nilai dari P adalah sebagai berikut:

P = Po+P1

P1 = (h3+h2)/10

h3 = Kedalaman rencana lubang tersebut

h2 = Ketinggian pressure gauge dari tanah

Deskripsi kondisi tanah berdasarkan nilai Lugeon yang didapat dari Water Pressure

Test dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini:

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Tabel 5.2 Klasifikasi kondisi tanah berdasarkan nilai Lugeon

Nilai Lugeon Deskripsi

1 Derajat permeabilitas pada pondasi yang ketat/tight dan hamper

tidak perlu di Grouting.

3 Pondasi perlu sedikit di gouting,apabila ditempati bendungan

beton atau air waduknya sangat berharga, cenderung piping

sehingga perlu penghentian rembesan.

5 Perlu dijamin dengan Grouting yang ekstensif untuk bendungan

beton atau grouting untuk bendungan urugan tanah atau batu

10 Perlu dijamin dengan grouting untuk semua tipe bendungan

20 Tapak yang sangat berkekar-kekar dengan bukaan kekar relatif

kecil

100 Tapak yang sangat berkekar-kekar dengan bukaan kekar relatif

besar. Dapat pula pada pondasi dengan kekar jarang namun

bukaan sangat lebar

Jika nilai Lugeon < 3 tidak perlu dilakukan sementasi (grouting), karena tanah

relatif kedap air.

a) Jika sementasi telah dimasukkan sebanyak 4 kali adukan dan hasil tekanan

masih tetap maka komposisi adukan harus dirubah

b) Sementasi dihentikan jika telah dicapai volume konstan dalam waktu 10

menit atau jika volume dicapai 200 liter adukan sementasi, karena struktur

tanahnya sudah banyak tertahan sehingga perlu penelitian tanah lebih lanjut

lagi.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

5.6 Prosedur Pelaksanaan Grouting

1. Persiapan

 Stake out batas dan titik-titik grouting dengan surveyor

 Persiapan mobilisasi alat serta setting peralatan

Gambar 5.1 Sequence titik grouting


Fadli Wahyu Susanto
I 0117046 69
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.2 Potongan memanjang Grouting

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 70
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

2. Trial Grouting untuk Penentuan Titik Boring Grouting

Pelaksanaan trial grouting akan dilaksanakan dari tahap 1. Jika hasil

trial grouting tahap 1 belum memenuhi maka akan dilanjutkan pada

tahap 2, dilakukan berulang hingga hasil yang dipersyaratkan.

Gambar 5.3 Trial grouting

Gambar 5.4 Pola titik grouting

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 71
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

3. Boring/drilling

Pada pekerjaan boring/drilling ini menggunakan mesin bor putar

(rotary type drilling machine) yang operasinya dilakukan secara

hidrolis. Pemboran inti harus diambil contoh tanah dan batuan yang

kemudian dimasukkan dalam kotak tanah, 1 kotak tanah/stage

terdiri dari 5 meter kedalaman yang terus menerus/berurutan.

Disamping itu juga dilakukan pengujian di lapangan,in situ dalam

lubang bor yaitu pengujian water pressure test, kedalaman dan

pengujian permeabilitas tanah dengan interval kedalaman 5 meter

atau 1 stage.

Gambar 5.5 Drilling titik grouting

Sebelum memulai pengeboran pada lubang grouting memiliki tahapan sebagai

berikut:

1. Mempersiapakan kebutuhan bahan utama, yaitu air dan semen.

2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.6 Setting alat sebelum drilling

3. Memulai open hole dengan memasang drilling rod pada water swifel

dan memasang mata bor

4. Memulai pengeboran hingga kedalaman yang telah ditetapkan.

5. Memasang casing untuk mencegah keruntuhan pada tanah.

6. Jika casing telah terpasang lakukan pembersihan lubang dengan air

(washing).

4. Water Pressure Test (WPT)

Uji permeabilitas bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari

deformasi batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang

menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi

batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit, dengan

menggunakan tekanan standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2 . Nilai

lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

batuan dan sifat batuan itu sendiri terhadap aliran air yang

melaluinya.

Metode Pelaksanaan Water Pressure Test adalah sebagai berikut:

1) Pengeboran lubang

2) Pencucian/pembersihan lubang yang telah dibor

3) Alat packer dimasukkakn ke dalam lubang sampai mencapai

kedalaman tertentu.

4) Setelah disetel sejajar dengan lubang bor rubber packer dibuat

mengembang dengan cara memutar packer.

5) Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati

manometer (pressure) dan waterflow meter.

6) Untuk double water pressure test tekanan menggunakan multi

pressure test sedangkan single water pressure test dilakukan

dengan satu tekanan

7) Setiap pembacaan debit air pada tekanan yang diizinkan

selama 10 menit dan dicatat tiap-tiap menitnya, hingga

pembacaan selesai

Gambar 5.7 Pembacaan dial pada flowmeter

8) Lalu dilakukan perhitungan besar nilainya Lugeon


Fadli Wahyu Susanto
I 0117046 74
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

5. Injeksi Grouting

Pada pelaksanaan Proyek Spillway Bendungan Tugu tahap

digunakan beberapa campuran yaitu sebagai berikut:

Gambar 5.8 Proses injeksi semen

Gambar 5.9 Tabel komposisi campuran Grouting

Pada saat injeksi grouting digunakan beberapa campuran untuk tiap tiap batch

berdasarkan nilai Lugeon yang didapat kemudian dihubungkan dengan

perbandingan campuran digunakan sesuai urutan batch untuk digunakan mixing

campuran injeksi Grouting

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 75
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

6. Redrilling

Proses pengeboran ulang lubang yang sudah di grouting untuk

kemudian dilakukan drilling pada stage selanjutnya, missal setelah

dilakukan grouting pada stage 1 sebuah titik kemudian menunggu

beberapa jam agar semen yang telah diinjeksi mengeras, kemudian

dilakukan redrilling untuk membor ulang lubang yang telah tertutup

oleh semen untuk didapat kedalaman pada stage berikutnya.

Gambar 5.10 Proses redrilling

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 76
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

7. Plugging

Penutupan lubang dengan menggunakan campuran semen dan air

sehingga tertutup rapat dari air permukaan tanah.

Gambar 5.11 Pelabelan titik setelah dilakukan plugging

8. Checkhole

Tujuan dari dilakukannya checkhole disini ialah untuk mengecek

apakah hasil grouting dari beberapa titik sudah sesuai yang diinginkan

dengan cara mengambil titik di tengah antara 3 titik sequence.

Checkhole dilakukan dengan cara membor/coring kemudian mengambil

sampel batuan atau tanah untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk

diteliti apakah pelaksanaan grouting dari beberapa titik sudah sesuai

atau belum. Pada pelaksanaan checkhole juga dilakukan proses uji

tekanan air/water pressure test untuk mengetahui nilau Lugeon dari titik

checkhole tadi.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 77
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.12 Boring pengambilan sampel batuan pada checkhole

Gambar 5.13 Sampel batuan hasil drilling pada checkhole

5.6.1 Peralatan dalam pekerjaan grouting

Gambar 5.14 Drilling Rod Gambar 5.15 Drilling Pump

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 78
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.16 Core Barrel Gambar 5.17 Water Swifel

Gambar 5.18 Water Flowmeter Gambar 5.19 Baypass

Gambar 5.20 Manomater mekanis Gambar 5.21 Packer mekanis

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 79
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.22 Grout Pump Gambar 5.23 Grout Mixer

Gambar 5.24 Tangki air Gambar 5.25 Valve

Gambar 5.26 Hopper Gambar 5.27 Drilling machine

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 80
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

5.6.2 Metode Pelaksanaan

5.6.2.1 Flow Chart Pekerjaan Grouting


Flow Chart ini merupakan alur yang direncakan untuk bisa dilaksanaan di
lapangan.

Gambar 5.28 Diagram alir pekerjaan grouting

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 81
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.29 Volume Injeksi Grouting pada Stage 1 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 82
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.30 Volume Injeksi Grouting pada Stage 2 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 83
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.31 Volume Injeksi Grouting pada Stage 3 SW.R-10

Gambar 5.32 Volume Injeksi Grouting pada Stage 4 SW.R-10


Fadli Wahyu Susanto
I 0117046 84
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.33 Laporan harian Water Pressure Test Stage 1 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 85
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.34 Laporan harian Water Pressure Test Stage 2 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 86
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.35 Laporan harian Water Pressure Test Stage 3 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 87
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.36 Laporan harian Water Pressure Test Stage 4 SW.R-10

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 88
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 5
Kabupaten Trenggalek Tinjauan Khusus

Gambar 5.37 Laporan monitoring Grouting bangunan pelimpah


Fadli Wahyu Susanto
I 0117046 89
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PROYEK PEMBANGUNAN

SPILLWAY BENDUNGAN TUGU

BAB 6

MASALAH DAN
PENGENDALIAN
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 6
Kabupaten Trenggalek Kendala Dan Pengendalian

BAB 6
KENDALA DAN PENGENDALIAN

6.1 Uraian Umum


Permasalahan kerap terjadi dalam dunia konstruksi yang dapat menghambat proses
pelaksanaan pekerjaan terhadap proyek itu sendiri. Permasalahan dapat muncul
akibat beberapa hal, seperti peristiwa alam yang tidak dapat dihindari, kesalahan
pekerja atau human error pada proyek tersebut, maupun masalah teknis lainnya.

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi
berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Kuliah Magang Mahasiswa
di proyek Spillway Bendungan Tugu. Permasalahan yang dibahas dibagi menjadi
dua macam, yaitu permasalahan teknis dan permasalahan non teknis. Permasalahan
teknis yang dibahas pada bab ini diambil dari beberapa pekerjaan dan permasalahan
non teknis yang dibahas diambil dari pekerjaan umum yang ditinjau dan tidak
berkaitan dengan permasalahan teknis.

6.2 Permasalahan Teknis


Permasalahan teknis merupakan permasalahan yang berkaitan langsung dengan
keberlangsungan pelaksanaan atau produksi di lapangan atau. Permasalahan teknis
mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dihasilkan, yaitu apabila pelaksanaan di
lapangan tidak sesuai dengan metode pekerjaan dan spesifikasi yang telah
direncanakan sesuai spesifikasi teknis. Permasalahan teknis yang terjadi selama
Kuliah Magang Mahasiswa di Proyek Spillway Bendungan Tugu adalah sebagai
berikut:

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 90
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 6
Kabupaten Trenggalek Kendala Dan Pengendalian

1. Keropos pada beberapa bagian bangunan.

Gambar 6.1 Keropos pada bangunan

Keropos pada bangunan dapat terjadi karena beberapa faktor, yang pertama
antara lain :

a. Slump test pada beton yang digunakan untuk pengecoran tidak memenuhi
syarat yang telah ditetapkan (12-14 cm). Sehingga menyulitkan dalam
pengecoran dilapangan.

b. Pada saat proses pengecoran, pekerja kurang merata dalam menggunakan


vibrator sehingga beberapa bagian bangunan kurang tertutupi beton dengan
baik.
Keroposnya bagian dari struktur bangunan, selain menganggu penampilan
bangunan tentu saja mengurangi kekuatan itu sendiri. Kalau tidak dilakukan
perbaikan dan antisipasi untuk kedepan hal ini akan sangat berbahaya untuk
kelangsungan bangunan.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 91
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 6
Kabupaten Trenggalek Kendala Dan Pengendalian

6.3 Permasalahan Non Teknis


Permasalahan non teknis dalam proyek konstruksi merupakan permasalahan yang
tidak berkaitan langsung dengan pelaksanaan di lapangan dan tidak berkaitan
dengan kualitas hasil pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Permasalahan non
teknis yang terjadi selama Kuliah Magang Mahasiswa di Proyek Spillway
Bendungan Tugu adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya Kesadaran Pekerja dalam Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)


Pekerjaan konstruksi memiliki tingkat resiko yang tinggi bagi pekerjanya.
Bahaya yang dapat terjadi diantaranya jatuh dari ketinggian, tersengat aliran
listrik, tertimpa material yang dapat mengakibatkan bahaya bagi para pekerja.

Gambar 6.2 Pekerja yang Tidak Tertib Menggunakan APD

2. Kurangnya Kesadaran Pekerja akan keselamatan kerja pada saat melaksanakan


pekerjaan terutama dengan resiko kecelakaan yang tinggi. Bahaya yang dapat
terjadi diantaranya besi atau peralatan yang jatuh dari ketinggian, tersengat
aliran listrik, tertimpa material yang dapat mengakibatkan bahaya bagi para
pekerja.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 92
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 6
Kabupaten Trenggalek Kendala Dan Pengendalian

Gambar 6.3 Pekerja yang kurang patuh terhadap K3

Jalan akses menuju lokasi terkadang berbahaya hal tersebut terjadi karena
kondisi medan yang sangat terjal serta penataan jalan akses yang kurang memadai
sehingga mengakibatkan resiko terjatuh atau tergelincirnya truck atau motor
pekerja.

Gambar 6.4 Jalan akses yang cukup bahaya

Pada Proyek Spillway Bendungan Tugu sudah menerapkan langkah-langkah untuk


mengurangi tingkat resiko bahaya yang terjadi pada setiap pekerja. Setiap pekerja
dalam suatu proyek konstruksi wajib mengikuti sosialisasi safety induction oleh
bagian HSE pada hari pertama bekerja untuk memberikan wawasan dan gambaran
bahaya-bahaya yang dapat terjadi selama bekerja. Setiap hari para pekerja

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 93
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 6
Kabupaten Trenggalek Kendala Dan Pengendalian

melakukan Tool Box Talk untuk berkoordinasi mengenai keselamatan kerja dan
pekerjaan yang akan dilakukan pada hari tersebut.

Keterbatasan logistik serta keterbatasan Tenaga pada bagian HSE menyebabkan


banyak pekerja yang lalai dalam menggunakan APD dan menaati peraturan yang
ada. Hal ini dapat menyebabkan tingkat resiko bahaya dan kecelakaan kerja pada
proyek tersebut tinggi. Bagaimanapun, bagian HSE tetap melakukan prosedur
keselamatan kerja dan melakukan Tindakan tujuan meminimalisir kecelakaan pada
proyek tersebut.

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 94
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PROYEK PEMBANGUNAN

SPILLWAY BENDUNGAN TUGU

BAB 7

KESIMPULAN
DAN SARAN
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 7
Kabupaten Trenggalek Kesimpulan

BAB 7

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat disampaikan selama dua bulan penulis melaksakan Kuliah
Magang Mahasiswa di Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu adalah
sebagai berikut:

1. Pengamatan yang dilakukan selama dua bulan melaksanakan Kuliah Magang


Mahasiswa adalah pengamatan terhadap manajemen Logistik, manajemen
keselamatan, quality control, quantity surveyor, Pekerjaan Grouting, Pekerjaan
Struktur saluran transisi, saluran avour, kolam olak,dan Bored Pile.

2. Selama dua bulan penulis melaksanakan Kuliah Magang Mahasiswa, Proyek


Pembangunan Spillway Bendungan Tugu sedang melaksanakan Bored Pile
saluran peluncur,saluran avour,dan beberapa item galian.

3. Penggunaan bekisting plywood film face menghasilkan kualitas permukaan cor


yang lebih halus dan cukup efisien karena dari segi harga yang cukup terjangkau.

4. Pada pengamatan pekerjaan struktur bangunan di lapangan, masih ditemui


beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya meliputi,
a. Beton struktural yang keropos karena kurang telitinya pekerja saat
pengecoran
b. Detail pemasangan tulangan yang tidak sesuai dengan gambar
perencanaan

5. Pada pelaksanaan pengecoran dilapangan supplier beton sering kali tidak bisa
memenuhi target karena keterlambatan material bahan seperti pasir, agregat, dan
semen dari vendor

6. Pada pengamatan manajemen K3 di lapangan, masih ditemui beberapa


permasalahan. Permasalahan tersebut diantaranya meliputi,
a. Masih ada pekerja yang tidak tertib memakai APD secara lengkap

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 95
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Laporan Kuliah Magang 2020
Proyek Pembangunan Spillway Bendungan Tugu BAB 7
Kabupaten Trenggalek Kesimpulan

b. Beberapa kali dijumpai material kecil yang jatuh dari lantai atas ke
bagian bawah
c. Kurangnya kepatuhan dan kesadaran pekerja akan bahaya yang
ditimbulkan apabila tidak memakai APD saat bekerja

Fadli Wahyu Susanto


I 0117046 96

Anda mungkin juga menyukai