1 Grouting
Grouting adalah suau peerjaan menginjekan/menyuntikansemen dan air
kedalam rongga, pori, rekahan dan retakan lapisan tana batuan dengan tujuan untuk
memperbaiki struktur batuan yang biasa dilakukanpada pembangunan bendungan.
Perbaikan batuan pondasi suatu bendungan di perlukan untuk mengatasi
terjadinya rembesan air yang menembus pondasi bendungan. Bila rembesan tersebut
tidak diatasi maka aliran air akan mengikis saliranya yangmana semakin lama
semakin besar sehingga membentuk suatu kebocoran.
Bocoran ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa hal diantaranya:
- Hilangnya sebagian air waduk
- Pondasi bendungan menjadi tidak stabil, sehingga bangunan diatasnya
menjadi rusak karena penurunan piping
Fugsi grouting:
- mengurangi permeabilitas atau rembesan air
- menngkatkandaya dukung tanah / batuan
- pemadatan (mengisi rongga dancelah / rekahan pada tanah batuan )
- memperbaiki kerusakan struktur.
Grouting sendiri mampu mapu mengatasi berbagai masalah dalam teknik sipil
diantaranya yaitu :
- memperbanjang garis aliran rembesan pada pondasi bendungan dengan cara
membuat tirai injeksi semen (tirai kedap air).
- Menningkatkan daya dukung tanah/batuan pondasi dengan cara ijeksi semen pada
seluruh bagiantanah pondasi bangunan atau pada bagianbagiantertentu pada tanah
pondasi.
- Pengisisan rongga rongga di sekitar terowongan (over break) yang disebabkan
oleh peledakan / runtuhan atap atap terowongan.
- Pelaksanaan atau pembuatan mikropile untuk pondasi bangunan.
- Penjangkaran tanah / batuan pada lereng lereng galian untuk mencegah /
menanggulangi longsor.
2.1.1 Macam macam grouting
b) Blanket grouting
Grouting ini dimaksudkan membuat zona kedap air di bagian yang dangkal
dari batuan pondasi timbunan di bawah inti (core) yang bertujuan untuk mengatasi
bocoran dan menyelimuti curtain grouting, sehingga curtain grouting yang ada dapat
berfungsi secara efektif, selain itu blanket grouting bertujuan untuk menghalagi air
berkontak langsung dengan inti bendungan.
c) Konsolidasi grouting
Grouting ini bertujuan untuk menyatukan dan meningkatkan kekuatan
(strength) batuan pondasi dengan jalan menginjeksikan campuran semen kedalam
bagian yang rusak seperti celah, rongga, joint, dan cracks.
e) Kontak grouting
Grouting ini dimaksudkan untuk mengisi rongga antara bagian dalam dari
“concrete lining” dan “plug cocrete” atau untuk mengisi rongga antara dua jenis
“concrete lainya” dengan jalan menginjeksikan campuran semen melalui pipa pipa
yang dipasang pada cocrete atau dengan bor.
d) Gradasi tanah
Gradasi dan jenis material harus diketahui dengan baik. Tanah berbutir kasar
dengan gradasi baik akan mempunyai angka pori ( e ) yang lebih kecil dari pada tanah
yang memiliki grdasi uniform. Tanah berbutir kasar yang meliliki gradasi uniform
kana memiliki kemampuan menyerap material ijeksi lebih besar.
f) Porositas
Dalam test porositas data yang diambil adalah untuk mengetahui besarnya
volume rongga batuan dan retakan batuan sehingga mampu di
perkirakan/direncanakan besarnya material yang akan di butuhkan dalam melakukan
injeksi semen.
2.1.4 Permeabilitas formasi tanah dan batuan.
Pengujian permeabilitas ini lebih di perlukan ketika tahap perencanaan
ketimbang tahap pelaksanaan grouting. Metode permeability test ini lebih diperlukan
ketimbang lugion test saat menghadapi formasi batuan yang lunak dan kurang
terkonsolidasi sehingga tidak merusak formasi tanah dan batuan tersebut yang di
akibatkan oleh tekanan air yang berlebih.
Dalam mempertimbangkan kondisi batuan pada lubang uji dapat di tempuh
dengan 2 cara yaitu
- Pemompaan air kedalam
- Pemompaan air keluar
Pemompaan air kedalam dapat dilakukan denagna menggunakan pecker tast
untuk tanah yang kompak, apa bila kondisi tanah tidak urug atau tidak compac maka
bias menggunakan bantuan pipa casing.
Untuk menentukan koefisien permeabilitas tanah menggunakan packer test
digunakan rumus
3
Q 10 L
K= ❑ ln , bila L≥R
2 π L H 60 R
Q 103 -1 L
K= ❑ Sin , bila 10R>L>R
2 π L H 60 R
volume grout
t = koefisien
debit pemompaan
koefisien penggumpalan memiliki harga 0.1-0.5.
c) Ukuran partikel
Ukuuran maksimum dari partikel suspense harus lebih kecil sepertiga dari ukuran
rongga rongga. Menurut federal higway administration (1976) injeksi material grout
akan berhasil dengan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
D15
GR =
D85
GR = groutability rasio
D15 = diameter betiran tanah pada 15% finer pada grafik gradasi
D85 = diameter partikel grout pada 85% finer
d) Pengendapan/pemisahan (bleeding)
Material grout yang dimasukan terdiri dari cam puran air dan semen. Pada
campuran encer sering terjadi pemisahan campuran air dan semen pada kurun waktu
tertentu. Pada campuran kental interaksi antara air dan semen lebih besar sehingga
kecenderungan untuk pemisahan partikel semen terhadap air semakin kecil.
2.1.8 Penyerapan material grout
Besarnya material injeksi yang terserap berbanding lurus dengan besarnya tekanan
yang diberikan. Untuk fluida murni, besarnya penyerapan material injeksi dapat
diperkirakan dengan persamaan :
3
πe
Q= P
R
6 μ ln( )
r
Keterangan :
Q = debit pemompaan
P = tekanan injeksi pada ruas uji
μ = viskosistas absolut
e = lebar bukaan
R = radius of influence
r = jari jari lubang bor
dalam hal ini , bubur semen dianggap sebagai fluida murni.
Baker (1982) meneyebutkan bahwa peneyrapan material grout pada injeksi di soil
dapat di perkirakan dengan persamaan:
V = Vz ( n F ) ( 1 + Loss )
Keteranagan :
V = materisl grout ysng terserap
Vz = Volume dari zone yang di perbaiki ( treatment zone )
n = porositas tanah
F = factor pengisian rongga
Loss = factor kehilangan material di luar treatment zone ( 5 – 15% )
Deere ( 1982 ) mengusulkan klasifikasi peneyrapan material grout sebagai berikut
Penyerapan material grout ( grout take ) klasifikasi
rata rata ( kg/m)
>400 Sangat tinggi
200- 400 tinggi
100-200 Sedang - tinggi
50-100 sedang
25-50 Rendah - sedang
12.5-25 rendah
0-12.5 Sangat rendah
4
V= 3
πr
3
4
nV = Qt = n 3
π r3
r =0.62
√
3 Qt
n
Keterangan:
r = radius penetrasi grout (cm)
Q = peneyrapan grout ( cm3/menit )
n = porositas tanah
t = waktu pemompaan
Nv = Ve , dimana Ve adalah volume grout
V = volume rongga
Pola grid biasanya dipakai apabila injeksi dilakukan dari permukaan tanah
untuk membuat tirai kedap air.
b) Pembuatan lubang injeksi
Pembuatan lubang injeksi menggunakan cara pemboran. Pemboran inti
biasanya digunakan dalam pembuatan lubang injeksi dan digunakan untuk mengambil
contoh formasi tanah/batuan di likasi atau di titik grouting. Untuk pekerjaan grouting
tirai pada umumnya di gunakan lubang 56 mm. lubang biasanya juga menyesuaikan
ketersediaan alat bor.
Jenis jenis lubang pada grouting:
Pilot Hole
Pilot hole adalah pekerjaan pengeboran tahap awal untuk mengetahui
karakter tanah maupun batuan secara rinci. Lubang pilot hole dibuat di
bagian curtain grouting. Biasanya dibuat dibagian tengah daerah yang
akahn di grouting
Check Hole
Check hole digunakan untuk mengecek mutu hasil grouting yang telah
dilaksanakan. Biasanya check hole dilakukan pada bagian Curtain
Grouting yang memiliki kedalaman yang paling dalam. Check hole
dilakukan pada daerah dimana terdapat lubang grouting curtain yang
memiliki nilai lugeon yang besar. Pada dasarnya check hole ini seperti
pengeboran (drill) seperti biasa, namun pada Check hole pengeboran
lubang dimaksudkan untuk mengambil sampel tanah di sekitar lubang
yang sudah di grouting untuk mengecek keberhasilan proses grouting.
Yang mana nantinya sample yang didapat dari Check hole ini akan di
tes lagi.
c) Pencucuian lubang injeksi
Pemilihan metode pencucian biasanya tergantung pada kondisi geologis
daerah tersebut. Pencucuian biasanya dilakukan bersamaan pada proses pembuatan
lubang yang mana di gunakan bor cuci, bor cuci ini pada saat melakukan pemboran
sekalian memasukan air melalui tabun penginti melalui stang tabung yang
dimaksudkan untuk mengekluarkan sisa atau bekas proses pemboran di keluarkan
melalui celah stang bor dengan lubang bor memanfaatkan air yang masuk ke lubang
bor.
e) Pelaksanaan injeksi
Dalam pelaksanaan injeksi ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara
lain:
- Penghentian injeksi
Injeksi dihentikan apabila material yang di injekan pada tekanan tinggi
mengalir dalam jumlah yang kecil. Berikut di sajikan beberapa contoh kriteria
penghentian injeksi pada beberapa bendungan.
proyek debit tekanan
Khao Laem Dam, Thailand 1 liter/menit P > overburden
Pattani Dam, Thailand 3 liter/menit P > overburden
Wonogiri Dam, Indonesia 0.2 liter/menit/m selama 30 P max
menit
Pada injeksi yang dilakukan pada formai tanah, maka kriteria dipakai adalah
injeksi akan dihentikan apabila aliran material kecil (mendekati 0) dengan tekanan
injeksi tinggi.
f) Pemerikasaan efektifitas injeksi
Untuk mengetahui efektifitas injeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dengan kebutuhan pekerjaan injeksi semen tersebut.
Apabila tujuan pekerjaan adalah untuk memperbaiki kekuatan tanah maka uji
yang dapat dilakukan dengan cara uji beban plat, uji triaksial atau uji kuat tekan.
Apabila injeksi semen yang dilakukan adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan rembesan air pada konstruksi bendungan maka uji yang dilakukan
bias menggunakan uji permeabilitas setelah injeksi selesai.
kg
Efekstifitas Injeksi=100 %−( x 100 %)
kb
Keterangan :
Kg : koefisien permeabilitas sesudah injeksi
Kb : koefisien permebilitas sebelum injeksi