Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Grouting
Grouting adalah suau peerjaan menginjekan/menyuntikansemen dan air
kedalam rongga, pori, rekahan dan retakan lapisan tana batuan dengan tujuan untuk
memperbaiki struktur batuan yang biasa dilakukanpada pembangunan bendungan.
Perbaikan batuan pondasi suatu bendungan di perlukan untuk mengatasi
terjadinya rembesan air yang menembus pondasi bendungan. Bila rembesan tersebut
tidak diatasi maka aliran air akan mengikis saliranya yangmana semakin lama
semakin besar sehingga membentuk suatu kebocoran.
Bocoran ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa hal diantaranya:
- Hilangnya sebagian air waduk
- Pondasi bendungan menjadi tidak stabil, sehingga bangunan diatasnya
menjadi rusak karena penurunan piping
Fugsi grouting:
- mengurangi permeabilitas atau rembesan air
- menngkatkandaya dukung tanah / batuan
- pemadatan (mengisi rongga dancelah / rekahan pada tanah batuan )
- memperbaiki kerusakan struktur.
Grouting sendiri mampu mapu mengatasi berbagai masalah dalam teknik sipil
diantaranya yaitu :
- memperbanjang garis aliran rembesan pada pondasi bendungan dengan cara
membuat tirai injeksi semen (tirai kedap air).
- Menningkatkan daya dukung tanah/batuan pondasi dengan cara ijeksi semen pada
seluruh bagiantanah pondasi bangunan atau pada bagianbagiantertentu pada tanah
pondasi.
- Pengisisan rongga rongga di sekitar terowongan (over break) yang disebabkan
oleh peledakan / runtuhan atap atap terowongan.
- Pelaksanaan atau pembuatan mikropile untuk pondasi bangunan.
- Penjangkaran tanah / batuan pada lereng lereng galian untuk mencegah /
menanggulangi longsor.
2.1.1 Macam macam grouting

a) Curtain grouting (grouting tirai)


Grouting ini dimaksudkan untuk membuat zona/tabir kedap air pada
batuansehingga memotong aliran atau bocoran air di bawah bendungan dengan jalan
menginjeksikan campuran semen dengan tekanan kedalam rongga, joint dan cracks.

b) Blanket grouting
Grouting ini dimaksudkan membuat zona kedap air di bagian yang dangkal
dari batuan pondasi timbunan di bawah inti (core) yang bertujuan untuk mengatasi
bocoran dan menyelimuti curtain grouting, sehingga curtain grouting yang ada dapat
berfungsi secara efektif, selain itu blanket grouting bertujuan untuk menghalagi air
berkontak langsung dengan inti bendungan.

c) Konsolidasi grouting
Grouting ini bertujuan untuk menyatukan dan meningkatkan kekuatan
(strength) batuan pondasi dengan jalan menginjeksikan campuran semen kedalam
bagian yang rusak seperti celah, rongga, joint, dan cracks.

d) Back fill grouting


Grouting ini dimaksudkan untuk mengisi rongga yang tersisa setelah
pembetonan antara beton dan permukaan batuan yang di gali dengan semen mortar,
sehingga beton dan batuan menjadi satu kesatuan.

e) Kontak grouting
Grouting ini dimaksudkan untuk mengisi rongga antara bagian dalam dari
“concrete lining” dan “plug cocrete” atau untuk mengisi rongga antara dua jenis
“concrete lainya” dengan jalan menginjeksikan campuran semen melalui pipa pipa
yang dipasang pada cocrete atau dengan bor.

2.1.2 Material injeksi (grout)


Material injeksi dapat dibedakan menjadi dua grup yaitu :
- Suspension grout
Jenismaterial injeksi yang masuk jenis suspension grout adalah semen,
lempung, dan bentonite. Material ini tidak dapat sepenuhnya bercampur dengan air.
Pencampuran dengan air akanenghasilkan larutan suspense yang mempunyai
kecenderungan untuk mengendap ( terjadi pemisahan/segergasi ).
- Solution grout.
Jens material yang termasuk grup ini adalah bahan bahan kimia. Bahan kimia ini juga
masih dapat di bagi lagi menjadi beberapa grup
 Grup koloid ( sodium silicate base )
 Grup true solution.
Menurut Federel Highway Administration (1976), bahnkima yang termasuk
dalam silicate base adalah:
 Bicarbonate
 Ethyl acetate
 Rone-progil 600
 Geloc-3
Material ini tidak beracun.
Bahan kimia lainya (sumber data dari Federel Higway Administration 1976
dan Nitto Chemical Industri) adalahsebagai berikut.
- Ligni base (bahan beracun):
 Blox-all
 TDM
 Terra Firma
 Lignosol
- Acrilamite base(bahan beracun)
 Am-9
 Nitto-ss
- Formaldehyde base (bahan beracun)
 Urea formaldehyde
 Resorcinol formaldehyde
 Geoseal MQ-4 dan MQ-5
- Unsaturated fatty acid base (bahan tidak beracun)
 Polythyxon FRD
- Bahan tambahan (aditiv)
Bahan tambahan yang dipakai sebagai campuran materialgrout dapat di
bedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya:
 Accelerator (untuk memercepat waktu pengerasan)
 Calcium chloride
 Sodium silicate
 Sodium aluminate
 Retarder (untuk menunda waktu pengerasan)
 Calcium lignosulphonate
 Tartaric acid
 Sugar
 Fluidifer (untuk meningkatkan kemampuan mengalir material injeksi)
 Calcium lignosulphonate
 Detergent
 Bentonite
 Fly ash
 Intraplast-c
 Expander ( untuk mengembangkan / memperkecil pengerutan)
 Aluminium powder
 Saturated brine
 Anti-bleed (untuk memperkecil segergasi/pemisahan)
 Aluminium sulphate
Spesifikasi dan besarnya presntasi dalam campuran materil grout disediakan
oleh pabrik pembuatnya.
2.1.3 Penyelidikan geologi teknik
Sebelum melakukan injeksi semen harus mengetahui kondisi geologi dan
kondisi tanah/batuan yang akan dilakukan injeksi, maka dari itu harus melakukan
beberapa penyelidikan diantaranya:
- Pemboran inti
- Uji permeabilitas in-situ
- Pengujian sifat sifat Teknik tanah/batuan
Beberapa informasi penting yang diperlukan dalam perencanaan pekerjaan
injeksi semen sebagai berikut
- Penampang geologi
- Penampang permeabilitas tanah/batuan
- Pola penyebaran retakan
- Muka air tanah
- Gradasi tanah
- Kuat tekan tanah/batuan
- Porositas

a) Pengujian permeabilitas tanah/batuan.


Dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
- Variable head test
- Constant head test
- Paker test
Variable head test dan costant head test dilakukan bilamana pengujian paker
test tidak dapat dilakukan, dalam pengujian permeabilitas batuan dapat dilakukan
dengan menggunakan pakcer test dimana nilai lugion dapat di gunakan untuk
menentuan tingkat atau nilai tekanan injeksi.
b) Pola penyebaran retakan.
Penyebaran dan intesitas retakan akan mempengaruhi daya serap formasi
batuan terhadap material injeksi. Dalam hal ini biasanya material injeksi akan lebih
banyak mengisi celah celah retakan dari pada mengisi rongga antar butir batuan.

c) Muka air tanah


Kedalama muka air tanah harus diketahui untuk menentukan tekanan efektif
over burden selain itu menginjekan material sementasi diatas muka air tanah dapat
menimbulkan kecenderungan material injeksi akan turun karena pengaruh gaya
gravitasi sehingga radius injeksi akan berkurang.

d) Gradasi tanah
Gradasi dan jenis material harus diketahui dengan baik. Tanah berbutir kasar
dengan gradasi baik akan mempunyai angka pori ( e ) yang lebih kecil dari pada tanah
yang memiliki grdasi uniform. Tanah berbutir kasar yang meliliki gradasi uniform
kana memiliki kemampuan menyerap material ijeksi lebih besar.

e) Kuat tekan tanah


Pengujian kuat tekan adalah suatu cara untuk mengetahui pengaruh injeksi
terhadap formasi tanah/batuan, apabila efektivitas injeksi semen cukup baik maka
setelah dilakuakan injeksi semen pada formasi tanah/batuan kuat tekan akan lebih
tinggi dari pada sebelum dilakukan injeksi semen.

f) Porositas
Dalam test porositas data yang diambil adalah untuk mengetahui besarnya
volume rongga batuan dan retakan batuan sehingga mampu di
perkirakan/direncanakan besarnya material yang akan di butuhkan dalam melakukan
injeksi semen.
2.1.4 Permeabilitas formasi tanah dan batuan.
Pengujian permeabilitas ini lebih di perlukan ketika tahap perencanaan
ketimbang tahap pelaksanaan grouting. Metode permeability test ini lebih diperlukan
ketimbang lugion test saat menghadapi formasi batuan yang lunak dan kurang
terkonsolidasi sehingga tidak merusak formasi tanah dan batuan tersebut yang di
akibatkan oleh tekanan air yang berlebih.
Dalam mempertimbangkan kondisi batuan pada lubang uji dapat di tempuh
dengan 2 cara yaitu
- Pemompaan air kedalam
- Pemompaan air keluar
Pemompaan air kedalam dapat dilakukan denagna menggunakan pecker tast
untuk tanah yang kompak, apa bila kondisi tanah tidak urug atau tidak compac maka
bias menggunakan bantuan pipa casing.
Untuk menentukan koefisien permeabilitas tanah menggunakan packer test
digunakan rumus
3
Q 10 L
K= ❑ ln , bila L≥R
2 π L H 60 R

Q 103 -1 L
K= ❑ Sin , bila 10R>L>R
2 π L H 60 R

K = koefisien permeabilitas (cm/det)


Q = banyaknya air yang masuk kedalam lubang (l/menit)
L = Panjang lubang bor yang di uji (cm)
r = radius lubang bor yang di uji (cm)
H = tinggi tekanan air cm) dan H= A+B+C-Hf
A = pembacaan preasure gauge (cm)
B = tekanan static (cm)
C = tinggi preasure gauge dari muka tanah (cm)
Hf = friction loss
a) Permeabilitas batuan
Permeabilitas batuan dapat di bedakan menjadi:
- Permeabilitas primer.
Adalah kemampuan pori batuan dalam mengalirkan air, pori batuan ini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan itu sendiri. Permeabilitas
primer inisendiri yang mengontrol material injeksi yang akan di injeksikan
kedalam pori pori tanah/batuan.
Contoh: - pori pori lapisan pasir (tanah)
- pori pori batu pasir (batuan)
b) Permeabilitas sekunder
Merupakan kemampuan batuan untuk mengalirkan air melalui retakan, rongga
rongga hasil pelarutan batuan atau melalui bidang bidang diskontinuitas lainya.
Permeabilitas sekunder ini dikontrol oleh struktur geologi. Dalam formasi batuan
permabilitas sekunder ini merupakan bagian yang dominan dalam mengalirkan air,
kebanyakan memiliki koefisien permeabilitas yang mampu mencapai nilai 10-2 cm/det
Pada .

Daya serap retakan batuan terhadap material injeksi di pengaruhi oleh


beberapa factor, yaitu:
- Spasi kekar
- Bukaan kekar
- Kontinuitas kekar

2.1.5 Tekanan injeksi


Tekanan injeksi dalam proses injeksi sangat penting karena dapat berpengaruh
terhadap mengalirnya material injeksi kedalam rongga atau retakan tanah/batuan dan
tidak menimbulkan keruntuhan lapisan tanah/batuan yang di sebabkan kelebihan
tekanan injeksi, kerena kerusakan ini akan sulit untuk dideteksi dan di perbaiki.

Tekanan maksimum yang diijinkan adalah tekanan yang tidak merusak


struktur batuan dan tidak menimbulkan uplift dengan anggapan:
- Bahwa di batuan ada kekar kekar
- Tegangan horizontal yang bekerja pada batuan diruas uji diabaikan.
Maka tegangan insitu yang bekerja pada ruas uji adalah tegangan vertical yang
di akibatkan oleh tekanan overburden. Oleh karena itu, tekanan injeksi yang diijinkan
harus lebih kecil dari tekanan efektive overburden.
Dalam pekerjaan injeksi semen, tekanan injeksi harus semaksimal mungkin
dengan tujuan untuk mencapai peneyrapan material injeksi semaksimal mungkin, di
beberapa negara memiki perhitungan taua standard perhitunganya masing masing
diantaranya:
- Amerika serikat: tekanan injeksi tidak melebihi tekanan overburden, sehingga
menggunakan patokan nilai koefisien angka 0.2 kg/cm2.
- Negara negara eropa: besarnya tekanan yang menimbulkan retakan adalah P =
2P’ + S
P = tekanan injeksi
P’ = tekanan efektif overburden
S = kuat Tarik batuan
Dalam hal ini batuan dianggap memiliki sifat homogen, elastic, dan iso tropic.
- Australia: menggunakan teori Houlsby (1976) tentang tekanan maksimum
pada injeksi formasi batuan berdasarkan grafik tekanan ijin injeksi semen pada
batuan (Houlsby 1976).
Guna mengetahui karakteristik lubang uji selama dilakukan pemompaan air
apakah perilaku aliran air adalah laminar atau turbulence, apakah lubang uji bergerak
batuanya (dilation) atau runtuh (collapse), apakah material lemah (wash out) atau
terdapat rongga buta (blind void). Hubungan antara perilaku per tahapn tekanan,
pemompaan dan karakteristik pengaliran serta kondisi lubang uji selama pemompaan
dapat digmabarkan sebagai berikut:

Gambar : pola tekanan pemompaan dan pola lugion


Dalam praktek pengujian permeabilitas menggunakan tekanan atau water
preasure test dilakukan dengan bertahap menggunakan tekanan dibawah 10 kg/cm2
tanpa mengacu standart lugion baik bertahap naik maupun turun.

table contoh tahapan tekanan pada wpt.


Tujuan dari peningkatdengan kurva cenderung berbentuk cekung an tekanan
secara bertahap ini adalah untuk mengetahui besaran tekanan yang dapat merusak
batuan atau mengetahui titik runtuh dari lubang uji.

gambar : kurva tekanan dan debit


Pada grafik I terkihat kurva lurus (linier) menunjukan lubang uji dalam
keadaan baik tidak mengalami keruntuhan lubang.
Pada grafik II terjadi pataha pada tekanan 5 kg/m 2 dan kurva cenderung
berbentuk cembung yang menandakan terjadi keruntuhan lubang yang mana lubang
uji menjadi semakin mengecil setalah tekanan 5 kg/m2.
Pada grafik III titik patah pada tekanan 5 kg/m2 dengan patahan kurva
cenderung berbentuk cekung yang mana menandakan terjadinya perbesaran pada
lubang uji.
Pada grafik IV dimana dilakukan pemompaan balik, secara menurun
menunjukan panambahan debit dan fenomena ini menandakan perlu pemendekan
lubang uji. Bila mana debit pemompaan cenderung mengecil berarti perlu adanya
pemanjangan lubang uji.
2.1.6 Lugion test
Dalam pekerjaan grouting pada batuan, nilai lugion test telah distandart kan
secara internasional dengan nilai vilosity.
Nilai 1 lugion diartikan sebagai debit air 1 liter per meter Panjang uji per
menit pada tekanan 10 bar ( 1000kPa atau 150 Psi) dan sangat mendekati K=1.2*10 -
5
cm/det.
Dengan uraian nilai lugion sebagai berikut:
Nilai deskripsi
lugion
1 Derajat permeabilitas pada pondasi yang ketat dan hampir tidak perlu
upaya grouting.
3 pondasi perlu sedikit grouting, apabila ditempati bendungan beton atau
air waduknya sangat berharga , maka cenderung terjadi piping sehingga
perlu penghentian rembesan.
5 Perlu dijamin dengan grouting yang ekstensif untuk bendungan beton
dan grouting regional untuk bendungan urugantanah/batu.
10 Perlu di jamin dengan grouting untuk semua jenis bendungan
20 Tapak yang sangat berkekar kekar dengan bukaan kekar yang relative
kecil.
100 Tapak yang sangat berkekar kekar dengan bukaan kekar yang relative
kasar. Dapat pula pada pondasi dengan kekar jarang, namun bukaanya
sangat lebar.
- Pelaksanaan lugion test dilakukan dengan pemompaan air kedalam bor pada
ujung stege 5m dengan tekanan standard 10 bar atau 150 psi, dalam
prakteknya struktur batuan tiap stage tidak sama maka rumus lugion dapat di
modifikasi menjadi:
10 Q
- Lu=
P
: Lu = nilai lugion
Q = debit air masuk permeter (l/menit)
P = tekanan (kg/cm2)
- Pada batuan yang lemah perlu dilakukan pentahapan tekanan ke dalam 5
tahapan masing masing dengan durasi 10 menit sebagai berikut:
 10 menit pertama dengan tekana rendah (tekanan a)
 10 menit kedua dengan tekanan menengah (tekanan b)
 10 menit ketiga dengan tekanan puncak (tekanan c)
 10 menit keempat kembali dengan tekanan menengah (tekanan b)
 10 menit kelima kembali dengan tekanan rendah (tekanan a)
- Pola tekanan yang digunakan bertahap dengan pertahapan 0.5-1.5-3-5-7-10-6-
4-1 kg/m2 dapat pula di terapkan pada lugion test
- Pengujian lugion dan permeabilitas lebih baik menggunakan metode kebawah
dengan menggunakan packer tunggal untuk menanggulangi terjadinya
kebocoran yang tidak terdeteksi.

2.1.7 Material grout


Sifat sifat yang harus ada pada material grout yang digunakan untuk
mengontrol penetrasi material grout ke dalam formasi tanah/batuan.
- Kekentalan (viscosity)
- Waktu penggumpalan (setting time)
- Ukuran partikel (grain size)
- Pengendapan/pemisahan (bleeding)
a) Kekentalan (viscosity)
Kekentalan material grout akan meningkat sesuai dengan presentase partikel
padat pada campuran, waktu, dan temperature. Kekeantalan akan meningkat dengan
tiba tiba saat terjadi penggumpalan. Meningkatnya kekentalan akan mempersulit
penginjeksian karena akan diperlukan tekanan yang lebih besar.
Alat ukur yang biasa digunakan adalah viscometer, flowmeter, marsh funnel,
dan flow cone.
b) Waktu penggumpalan (setting time)
Waktu penggumpalan merupakan salah satu factor penting yang mengontrol
keberhasilan pekerjaan injeksi. Waktu tersebut harus cukup lama agar material grout
dalam volume tertentu mampu untuk masuk kedalam pori pori tanah/batuan. Selain
itu juga harus singkat agar tidak terjadi pengenceran akibat air tanah.

volume grout
t = koefisien
debit pemompaan
koefisien penggumpalan memiliki harga 0.1-0.5.
c) Ukuran partikel
Ukuuran maksimum dari partikel suspense harus lebih kecil sepertiga dari ukuran
rongga rongga. Menurut federal higway administration (1976) injeksi material grout
akan berhasil dengan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
D15
GR =
D85

GR = groutability rasio
D15 = diameter betiran tanah pada 15% finer pada grafik gradasi
D85 = diameter partikel grout pada 85% finer
d) Pengendapan/pemisahan (bleeding)
Material grout yang dimasukan terdiri dari cam puran air dan semen. Pada
campuran encer sering terjadi pemisahan campuran air dan semen pada kurun waktu
tertentu. Pada campuran kental interaksi antara air dan semen lebih besar sehingga
kecenderungan untuk pemisahan partikel semen terhadap air semakin kecil.
2.1.8 Penyerapan material grout
Besarnya material injeksi yang terserap berbanding lurus dengan besarnya tekanan
yang diberikan. Untuk fluida murni, besarnya penyerapan material injeksi dapat
diperkirakan dengan persamaan :
3
πe
Q= P
R
6 μ ln( )
r
Keterangan :
Q = debit pemompaan
P = tekanan injeksi pada ruas uji
μ = viskosistas absolut
e = lebar bukaan
R = radius of influence
r = jari jari lubang bor
dalam hal ini , bubur semen dianggap sebagai fluida murni.
Baker (1982) meneyebutkan bahwa peneyrapan material grout pada injeksi di soil
dapat di perkirakan dengan persamaan:
V = Vz ( n F ) ( 1 + Loss )
Keteranagan :
V = materisl grout ysng terserap
Vz = Volume dari zone yang di perbaiki ( treatment zone )
n = porositas tanah
F = factor pengisian rongga
Loss = factor kehilangan material di luar treatment zone ( 5 – 15% )
Deere ( 1982 ) mengusulkan klasifikasi peneyrapan material grout sebagai berikut
Penyerapan material grout ( grout take ) klasifikasi
rata rata ( kg/m)
>400 Sangat tinggi
200- 400 tinggi
100-200 Sedang - tinggi
50-100 sedang
25-50 Rendah - sedang
12.5-25 rendah
0-12.5 Sangat rendah

2.1.9 Pelaksanaan grouting

a) pola lubang injeksi


pola injeksi dirancang sedemikian rupa yang di tujukan agar zona injeksi dapat
tercangkup seleruhnya biasanya menggunakan pola grid, jarak antar lubang injeksi
menyesuaikan dengan jenis grout yang dipakai, kekentalan grout, permeabilitas tanah,
tekanan injeksi dan jumlah pemasukan grout.
Radius spasi lubang injeksi dapat di hitung dengan persamaan seperti di
bawah ini:

4
V= 3
πr
3

4
nV = Qt = n 3
π r3

r =0.62

3 Qt
n
Keterangan:
r = radius penetrasi grout (cm)
Q = peneyrapan grout ( cm3/menit )
n = porositas tanah
t = waktu pemompaan
Nv = Ve , dimana Ve adalah volume grout
V = volume rongga
Pola grid biasanya dipakai apabila injeksi dilakukan dari permukaan tanah
untuk membuat tirai kedap air.
b) Pembuatan lubang injeksi
Pembuatan lubang injeksi menggunakan cara pemboran. Pemboran inti
biasanya digunakan dalam pembuatan lubang injeksi dan digunakan untuk mengambil
contoh formasi tanah/batuan di likasi atau di titik grouting. Untuk pekerjaan grouting
tirai pada umumnya di gunakan lubang 56 mm. lubang biasanya juga menyesuaikan
ketersediaan alat bor.
Jenis jenis lubang pada grouting:
 Pilot Hole
Pilot hole adalah pekerjaan pengeboran tahap awal untuk mengetahui
karakter tanah maupun batuan secara rinci. Lubang pilot hole dibuat di
bagian curtain grouting. Biasanya dibuat dibagian tengah daerah yang
akahn di grouting
 Check Hole
Check hole digunakan untuk mengecek mutu hasil grouting yang telah
dilaksanakan. Biasanya check hole dilakukan pada bagian Curtain
Grouting yang memiliki kedalaman yang paling dalam. Check hole
dilakukan pada daerah dimana terdapat lubang grouting curtain yang
memiliki nilai lugeon yang besar. Pada dasarnya check hole ini seperti
pengeboran (drill) seperti biasa, namun pada Check hole pengeboran
lubang dimaksudkan untuk mengambil sampel tanah di sekitar lubang
yang sudah di grouting untuk mengecek keberhasilan proses grouting.
Yang mana nantinya sample yang didapat dari Check hole ini akan di
tes lagi.
c) Pencucuian lubang injeksi
Pemilihan metode pencucian biasanya tergantung pada kondisi geologis
daerah tersebut. Pencucuian biasanya dilakukan bersamaan pada proses pembuatan
lubang yang mana di gunakan bor cuci, bor cuci ini pada saat melakukan pemboran
sekalian memasukan air melalui tabun penginti melalui stang tabung yang
dimaksudkan untuk mengekluarkan sisa atau bekas proses pemboran di keluarkan
melalui celah stang bor dengan lubang bor memanfaatkan air yang masuk ke lubang
bor.

d) Uji permeabilitas In-Situ


Pengujian pada satu ruas uji dilakukandengan beberapa tekanan, sehingga
didapat nilai lugion. Selain itu pengujian ini di tujukan ubtuk mengetahui
permeabilitas formasi tanah/batuan pada ruas ujiguna menentukan besarnya tekanan
injeksi yang mampu di terima ruas uji sehingga tidak merusak formasi tanah/batuan
yang akan digrouting.

e) Pelaksanaan injeksi
Dalam pelaksanaan injeksi ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara
lain:

- Panjang ruas injeksi


Penentuan pamjang ruas injeksi tergantung pada factor :
 Ekonomis
 Kemungkinan terjadinya pemisahaan/ segregasi
 Tekanan yang di ijinkan
Pada umumnya Panjang ruas injeksi memiliki kedalaman 3-10 m. ruas uji
pendek di perlukan apabila:
 Air sirkulasi pemboran hilang melalui retakan
 Terdapat retakan retakan besar yang mengandung air
 Apabial dinding lubang injeksi runtuh

- Perbandingan campuran grout


Factor factor yang menentukan campuran material grout adalah sebagai
berikut:
 Permeabilitas tanah dan batuan
 Kekentalan
 Waktu penggumpalan
Pada pekerjaan grouting tirai digunakan perbandingan material grouting 1 : 5
hingga 1 : 0.5 ( dalam perbandingan berat ). Dengan bahan tambahan dalam campuran
1 – 3%.
- Tekanan injeksi
Besarnya tekanan injeksi di tentukan berdasarkan nilai permeabilitas formasi
tanah/batuan yang di grouting melalui uji in-situ. Kemudian nilai lugion yang di
peroleh dapat di representasikan dengan cara houlsby (1976) untuk menentukan
tekanan maksimum injeksi yang di pekenankan (table 1).

- Penghentian injeksi
Injeksi dihentikan apabila material yang di injekan pada tekanan tinggi
mengalir dalam jumlah yang kecil. Berikut di sajikan beberapa contoh kriteria
penghentian injeksi pada beberapa bendungan.
proyek debit tekanan
Khao Laem Dam, Thailand 1 liter/menit P > overburden
Pattani Dam, Thailand 3 liter/menit P > overburden
Wonogiri Dam, Indonesia 0.2 liter/menit/m selama 30 P max
menit

Pada injeksi yang dilakukan pada formai tanah, maka kriteria dipakai adalah
injeksi akan dihentikan apabila aliran material kecil (mendekati 0) dengan tekanan
injeksi tinggi.
f) Pemerikasaan efektifitas injeksi
Untuk mengetahui efektifitas injeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dengan kebutuhan pekerjaan injeksi semen tersebut.
Apabila tujuan pekerjaan adalah untuk memperbaiki kekuatan tanah maka uji
yang dapat dilakukan dengan cara uji beban plat, uji triaksial atau uji kuat tekan.
Apabila injeksi semen yang dilakukan adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan rembesan air pada konstruksi bendungan maka uji yang dilakukan
bias menggunakan uji permeabilitas setelah injeksi selesai.

kg
Efekstifitas Injeksi=100 %−( x 100 %)
kb
Keterangan :
Kg : koefisien permeabilitas sesudah injeksi
Kb : koefisien permebilitas sebelum injeksi

g) Uji injeksi (grouting test)


Dalam uji injeksi di gunakan untuk menentukan:
- Jarak antar lubang injeksi
- Jumlah dan kedalaman lubang injeksi
- Jumlah baris lubang injeksi
- Tekanan maksimum injeksi
- Perbandingan campuran material grout
- Perkiraan volume material grout yang harus di sediakan
- Jenis dan jumkah minimum peralatan yang di sediakan
- Organisasi pelaksanaan pekerjaan injeksi
- Rencana anggaran biaya

h) Injeksi tirai (curtain grouting)


Injeksi tirai ini dilakukan untuk mengurai dan mengilangkan permeabilitas
pondasi yang ada pada perencanaa bendungan, dengan maksud membuat tirai kedap
air sehingga memperpanjang garis resapan air.

i) Injeksi konsoludasi (consolidation grouting)


Injeksi konsolidai sering digunakan pada bangunan bangunan sipil. Pekerjaan
ini dilakukan pada tanah pondasi bangunan dangan tujuan untuk meningkatkan
kekuatan tanah pondasi serta daya dukung tanah untuk memikul beban bangunan di
atasnya.

j) Injeksi pada terowongan (backfill grouting)


Pekerjaan injeksi ini bertujuan untuk mengisi dan memperkuat rongga rongga
yang terdapat diantara dinding dinding galian terowongan lining beton terowongan
rongga rongga tersebut terjadi karena pekerjaanover break akibat peledakan
terowongan.
Injek dilakukan melalui pipa pipa baja atau galvanis yang di pasang
bersamaan dengan pekerjaan pemasangan tulangan beton terowongan. Dengan
demikian pipa pipa injeksi tersebut menyatu dengan beton terowongan
2.1.10 Pengawasan pekerjaan grouting

a) Pengawasan pekerjaan injeksi tirai dan injeksi konsolidasi


Hal hal yang harus di perhatikam dalam pelaksanaan pekerjaan injeksi sebagai
berikut:
- Kedalaman lubang injeksi
- Proses pencucian lubang injeksi
- Kebersihan air
- Uji permeabilias
- Pemasangan packer ( kedalaman dan Panjang ruas injeksi)
- Perbandingan campuran material grout
- Tekanan injeksi
- Volume material grout yang telah di disiapkan
- Volume material grout yang telah di injeksikan
- Penghentian injeksi

b) Pengewasan pekerjaan injeksi terowongan


Hal hal yang harus di perhatikam dalam pelaksanaan pekerjaan injeksi sebagai
berikut:
- Panjang dan diameter pipa pipa injeksi
- Pemasangan pipa pipa injeksi (harus diusahakan agar pipa injeksi tidak
bergeser atau tersumbat akibet pekerjaan pengecoran beton)
- Perbandingan campuran material grout
- Volume material grout yang telah di campurkan
- Volume material grout yang diinjeksikan
- Tekanan injeksi
- Penghentian injeksi
- Pengisian, pemotongan, dan perataan pipa setelah injeksi selesai

Anda mungkin juga menyukai