Anda di halaman 1dari 11

ALUR PEMBENTUKAN KAJIAN

Dalam melakukan kajian diperlukan beberapa tahapan yang dijadikan sebagai acuan
untuk terbentuknya kajian yang terstruktur. Tahapan untuk memulai suatu kajian akan
dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemilihan Isu
Dalam memilih isu yang dikaji harus dipastikan bahwa isu tersebut memiliki substansi
yang jelas dan punya potensi masalah yang cukup berdampak bagi masyarakat..Pemilihan
isu ini bisa diambil berdasarkan by moment dan by design.
a. By moment
Isu ini dipilih berdasarkan isu yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat
pada waktu tersebut.
b. By design
Isu ini dipilih berdasarkan tema yang telah direncanakan atau disusun sebelumnya.
2. Penentuan Rumusan Masalah
Sebuah rumusan masalah yang dibuat untuk mempertanyakan keadaan atau
kehadiran variabel mandiri. Variabel mandiri ini dipertanyakan dan benar – benar
berdiri secara mandiri. Perumusan masalah berisikan poin- poin apa saja yang akan
dibahas.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup bertujuan untuk membatasi sejauh mana pembahasan dari suatu
kajian, agar pembahasan yang dilakukan tidak melebar dan bisa terfokus pada
rumusan masalah.

4. Penentuan Tujuan Kajian


Bagian ini menyebutkan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dari rumusan
masalah yang telah dibuat. Pengungkapan harus jelas, akurat, dan tidak menimbulkan
kesalahan interpretasi.

5. Pembuatan Kajian
a. Perencanaan Diskusi
Pada tahap ini sudah mulai merencanakan brntuk atau system diskusi seperti
apa yang akan dilaksaknakan pada kajian. Selain itu, pada waktu ini juga dapat
menentukan jumlah dister yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan kajian
utama.

b. Perencanaan dan Pelaksanaan Agitasi dan Propaganda


Pada tahap ini sudah mulai merencanakan dan melaksanakan agitasi dan
propaganda untuk meningkatkan tingkat kesadaran KM akan adanya kajian
yang akan dilakukan. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam tahapan ini antara
lain, penentuan nama dister yang menarik dan menentukan narasi yang akan
digunakan pada agitasi dan propaganda.

6. Pelaksanaan Kajian
Kajian dilaksanakan setelah draft kajian selesai. Bentuk pelaksanaan kajian
sendiri mirip dengan diskusi terbuka (dister), yang membedakan adalah substansi dan
tujuan dilaksanakannya. Kajian menyampaikan pembahasan yang ada di draft kajian,
menghasilkan luaran yang jelas yaitu dapat berupa solusi, rekomendasi, infografis,
atau sekedar pencerdasan.
Pembuatan Draft Kajian

1. Tujuan Draft Kajian


Draft kajian memberikan pemahaman obyektif dan komprehensif kepada
pembaca terkait masalah yang diangkat dan menyajikan solusi dari hasil analisis yang
dilakukan

2. Komponen Penting Kajian


a. Informasi dan data
Untuk menganalisis sebuah isu, diperlukan informasi yang cukup. Analisis
harus didasarkan pada informasi yang benar. Ketidak benaran informasi akan
menyebabkan analis sampai pada kesimpulan yang salah. Sehingga kebenaran dari
informasi data harus benar – benar dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Informasi dan data dapat diperoleh dari berbagai sumber yang mana pemilihan
sumber harus sumber yang di percaya sumber yang dapat digunakan untuk
mencari informasi dan data contohnya BMKG, BADAN LITBANG, BAPENAS,
BPHN, KOMPAS, LIPUTAN 6 dan badan penyedia informasi dan data lainya.
Pengorganisasian informasi dapat berbentuk:
1. Gambar, tabel, diagram
2. Kronologis kejadian
3. Paragraf piramida terbalik/inverted pyramid
4. Paragraf induktif
5. Paragraf deduktif
b. Landasan teori
Teori adalah pendapat yg didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung
oleh data dan argumentasi. Teori dibutuhkan untuk mendukung pendekatan dalam
melakukan analisis. Penulis kajian harus mempunyai pengetahuan yang cukup
untuk melakukan rujukan kepada sebuah teori. Pengetahuan tersebut didapatkan
dari literatur yang relevan terhadap masalah yang diangkat dalam kajian.
Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, proposisi yang telah
disusun rapi, dan sistematis tentang variable-variable dalam sebuah analisa.
Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam suatu Analisa yang akan
dilakukan. Oleh karena itu, pembuatan landasan teori secara baik dan benar
dalam sebuah nalisa menjadi salah satu hal yang penting, karena landasan teori
akan menjadi sebuah pondasi dan landasan dalam Analisa dalam kajian itu sendiri
c. Metode/Analisis
Metode adalah cara/teknik yang digunakan untuk menganalisis sebuah
permasalahan. Pilihan-pilihan metode apapun sah, asal dilakukan secara
konsekuen.
Pengertian metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah-
langkah tetap yang teratur.
Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara suatu totalitas yang
akan dicapai atau dibangun. Mendekati suatu bidang secara metodis berarti
memahami atau memenuhinya sesuai dengan rencana, mengatur berbagai
kepingan atau tahapan secara logis dan menghasilkan sebanyak mungkin
hubungan.
Pada dasarnya metode digunakan untuk mendapatkan suatu kebenaran dari isu
yang dikaji. Kebenaran ini didappatkan berdarkan informasi dan data yang
didaptakan yang akan di hubungkan dengan isu/masalah yang sedang dhadapi.
Contoh analisis yang dapat digunakan dalam kajian ialah sebagai berikut:
i. Analisis isi/dekriptif
ii. Analisis kebijakan
iii. Analisis komparatif
iv. Analisis gap
3. Struktur Kajian
Berikut merupakan struktur/konten dari kajian.

a. Latar belakang
Latar belakang merupakan suatu bentuk informasi yang disusun secara
sistematis sesuai dengan fenomena dan masalah problematik yang dibahas. Berisi
gambaran umum mengenai isu yang diangkat dan argumen berupa fakta, data-
data, serta pendapat ahli yang berkenaan dengan pentingnya isu yang akan dibahas
sehingga peserta dapat memahami urgensitas yang ada pada pembahasan kajian.

b. Rumusan masalah
Suatu rumusan yang mempertanyakan suatu isu, baik dalam kedudukannya
sebagai isu mandiri maupun isu yang saling terikat dengan isu yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Perumusan masalah muncul ketika
adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang ideal. Berisi
pertanyaan utama yang berkaitan dengan permasalahan yang nantinya akan
dijawab melalui penelitian.

c. Tujuan dan sasaran


Tujuan berisikan capaian yang diharapkan dari pembahasan suatu kajian.
Sementara, sasaran merupakan spesifikasi dari tujuan yang berisi fokusan dari
keinginan yang lebih jelas dan spesifik. Penentuan tujuan dan sasaran idealnya
harus memenuhi kaidah SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic,
Timely)

d. Batasan masalah
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang
lingkup yang terlalu luas atau terlalu lebar. Tujuan pemberian batasan adalah
menghindari pembahasan yang keluar dari substansi masalah yang akan dibahas.
Dalam hal ini Batasan masalah dapat di artikan dengan menegaskan atau
memperjelas apa yang menjadi masalah yang merupakan upaya merumuskan
pengertian dan menegaskan Batasan yang didukung dengan data dan fakta yang
ada.

e. Kondisi kekinian
Berisi fakta-fakta mengenai kondisi terkini yang terjadi berkaitan dengan
fokusan masalah. Kondisi kekinian harus disertai dengan data yang kredibel serta
dapat dipertanggungjawabkan.
Kindisi terkini ini harus dapat memaparlan bagaimana kondisi realita saat ini
kepada audience sehingga mereka mampu untuk menganalisis dan mampu
memahami seperti apa tanggapan yang harus di berikan terhadap isu yang diambil.

f. Pembahasan
Berisi analisis yang dilakukan terhadap masalah. Pembahasan yang baik dapat
menjawab fokusan masalah yang ditentukan di awal. Pada pembahasan masalah
isu yang diangkat di bahas dan di kupas secara detail mungkin sehingga mampu
untuk mennyajikan apa yang di cari berdasarkan rumusan masalah dan batsan
masalah yang telah di buat.
Dalam pembahasan masalah dilakukan berdasarkan metode yang telah di pilih
sehingga dapat menyajikan suatu bahasan yang mudah untuk dipahami.

g. Kesimpulan dan rekomendasi


Berisi kesimpulan dari isi kajian dan/atau sikap yang diambil setelah mengkaji
permasalahan tersebut. Rekomendasi yang efektif idealnya dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
i. Apakah kajian sudah memuat situasi saat ini dengan jelas?
ii. Apakah rekomendasi dapat menyelesaikan semua masalah?
iii. Apakah implementasi rekomendasi ini memungkinkan untuk dipraktekan?
iv. Apakah ada aksi alternatif atau pelengkap yang dapat direkomendasikan?
v. Apakah rekomendasi tersebut mengindentifikasi situasi yang diharapkan
untuk masa yang akan datang dan/atau tindakan tindakan yang konkret di
akhir daripada sekedar menggambarkan permasalahan dan mengharapkan
perubahan?

h. Daftar pustaka
Daftar pustaka memuat darimana sumber yang dipakek untuk melakukan
pembahasan supaya apa yang sudah dilakukan dalam membuat kajian tidak ada
unsur plagiatisme. Daftar pustaka digunakan dalam usulan penelitian dan disusun
ke bawah menurut urutan abjad. Gaya penulisan daftar pustaka harus konsisten
sesuai dengan gaya penulisan sitiran yang digunakan.
Dalam daftar pustaka ini juga mencantumkan darimana sumber data di peroleh
dan fakta yang di gunakan sehingga kajian yang dilakukan memiliki acuan yang
jelas.
SISTEMATIKA DISKUSI

1. Pengertian Diskusi
Pengertian diskusi ialah suatu bentuk tukar pikiran. Kata "diskusi" pada awalnya berasal
dari bahasa Latin yaitu discusium atau discutio yang memiliki arti "bertukar pikiran". Akan
tetapi, tidak semua kegiatan yang ada kaitannya dengan tukar pikiran dapat disebut sebagai
diskusi. Hal ini karena, pengertian diskusi adalah bentuk proses dalam bertukar pikiran yang
teratur dan terarah. Artinya terdapat suatu masalah yang hendak dibicarakan dan kemudian
digunakan sebagai bahan diskusi dan terdapat hasil yang diperoleh dari adanya proses diskusi
tersebut. Diskusi dapat dilakukan dalam bentuk kelompok. Kegiatan diskusi memiliki tujuan
guna mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, serta keputusan bersama tentang sebuah
masalah yang dibahas tersebut. Unsur penting dari diskusi adalah terdapat forum tanya jawab
selama berlangsungnya proses diskusi. Prinsip Dasar Diskusi yaitu aturan atau prinsip-prinsip
dasar di dalamnya,prinsip-prinsip tersebut antara lain:
 Menghindari terjadinya debat kusir. Debat kusir adalah perselisihan pendapat yang
terjadi, tetapi tanpa dilandasi alasan yang jelas.
 Menyanggah atau menolak pendapat orang lain harus didasari oleh argumentasi-
argumentasi yang kuat dan meyakinkan.
 Dalam diskusi setiap peserta dituntut untuk aktif menyampaikan pendapat-
pendapatnya. Bahkan, seringkali terjadi saat seseorang menyampaikan pendapatnya,
teman yang lain menyelanya.
 Tidak ada pemenang dalam diskusi, yang dicari atau didapat dari diskusi adalah
mufakat atau kesepakatan bersama yang didapat dari berbagai pendapat yang ada.

2. Unsur Dalam Diskusi


a. Moderator.
Moderator merupakan orang yang memiliki tugas untuk mengatur jalannya
diskusi dengan tetap dan tertib sesuai dengan topik pembahasan. Moderator juga
memiliki tugas untuk membuka serta menutup acara diskusi.

b. Pembicara/pemateri.
Pembicara / Penyaji Makalah / Panelis merupakan orang yang bertugas untuk
menyiapakan makalah, menyampaikan makalah, memberikan tanggapan dan
orang yang menguasai mengenai topik permasalahan yang dibahas dalam acara
diskusi

c. Notulis
Notulis memiliki tugas untuk mencatat jalannya acara diskusi ke dalam bentuk
notula. Notulis juga memiliki tugas sebagai pembantu moderator untuk mencatat
berbagai pokok tanggapan, menyusun sebuah kesimpulan dari acara diskusi yang
berlangsung serta membuat laporan diskusi
d. Peserta
Peserta ialah orang yang mengikuti acara diskusi. Peserta dapat mengajukan
sebuah pertanyaan ataupun tanggapan atas yang telah disampaikan oleh panelis.
Pertanyaan ataupun tanggapan alangkah baiknya diajukan ke panelis melalui
moderator.

Dalam diskusi, terdapat beberapa tahap penting yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Menentukan topik masalah yang akan dibahas.


b. Menyusun tujuan yang ingin dicapai dari diskusi tersebut.
c. Menentukan moderator siapa yang akan bertugas untuk menjelaskan maksud dan
tujuan dari diskusi tersebut, mengatur jalannya diskusi, merumuskan dan
menyimpulkan hasil dari diskusi, serta menutup diskusi dan juga menyiapkan
laporan diskusi.
d. Menentukan orang yang bertugas sebagai narasumber, pembicara, dan panelis.
e. Menentukan sekretaris diskusi atau notulis.
f. Adanya peserta dalam diskusi.
g. Mengatur serta memperhatikan posisi duduk dari para peserta diskusi sehingga
peserta diskusi nyaman dalam berdiskusi satu sama lain.

Dalam melakukan diskusi perlu adanya metode yang membuat jalanya diskusi dapat hidup
dan mampu mencapai tujuan diskusi. Dalam melakukan suatu dikusi dapat emnggunakan
metodhe sebagaiberikut:

1. Dapat menciptakan suasana yang akrab antar anggota diskusi.


2. Tidak berusaha mencari keuntungan bagi golongan atau pribadi.
3. Perlu mengenal perilaku, karakter, serta watak masing-masing individu supaya dapat
menghindari hal-hal yang tidak perlu.

3. Langkah-langkah Diskusi

a. Fase Persipan
Diskusi yang baik tidak akan terjadi begitu saja, artinya asal membagi kelompok-
kelompok kecil lalu disuruh berdiskusi saja. Hal itu membutuhkan persiapan yang
cermat seperti haknya lesson planning. Hanya bedanya dalam hal ini metode yang
dipergunakan adalah metode diskusi.Fase persiapan ini biasanya terdiri atas langkah-
langkah sebagi berikut:

 Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.


 Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan member pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
 Menentukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
 Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
 Menunjukan dan menguraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
 Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
 Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
 Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
b. Fase Pelaksanaan
Fase ini tersusun atas kontinu sebagai berikut:
1. Pembukaan Diskusi
Dalam pembukaan diskusi yang perlu diperhatikan adalah penciptaan
prakondisi sehingga perhatian dan sikap mental peserta digiring dan disipakan
agar terkonsentrasi pada hal-hal yang akan dibicarakan dalam diskusi,usaha
tersebut dapat berupa:

 Membuat outline singkat situasi yang akan didiskusikan.


 Mengeluarkan sebuah pendapat atau pertanyaan yang sifatnya dapat
merangsang pikiran peserta.
 Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang
penting yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
 Memberikan ilustrasi, demonstrasi atau bentuk lain yang dapat menarik
perhatian peserta.
2. Pemeliharaan Diskusi
Dalam pemeliharaan ini sebaiknya diterapkan bentuk-bentuk
reinforcement sehingga mendorong peserta untuk berpartisipasi secara
aktif.[2] Pemeliharaan perasaan itu sanagat penting yang menyebabkan
seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta diikutsertakan sehingga
mendorong timbulnya sikap bertanggungjawab dan rasa memiliki.[2] Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam fase pemeliharaan ini adalah:
 Menjaga peserta agar tidak keluar dari subyek yang bersangkutan.
 Membuat pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki atau menuntut
jawaban dari peserta,dan mempersipakan mereka member alas an-
alasan setiap padangan atau pendapat yang mereka ucapkan.
 Hindarkan pemunculan topic baru yang belum waktunya
muncul,tunggu sampai topik lama diselesaikan.
 Bila mungkin hubungkan topic baru dengan topik lama.
 Sering-sering membuat rigkasan terhadap bantuan pikiran peserta yang
langsung ada hubungnnya dengan diskusi.
 Siap-siap dengan komentar atau pertanyaan untuk mengarahlkan
kembali jika diskusi itu menuju jalan buntu.
3. Penutup Diskusi
Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan
hasil diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera:
 Segera dibuatka rangkuman dan kesimpulan yang tepat dan jelas.
 Kalau terpaksa dalam menyimpulkan diskusi itu terjadi kompromi
maka jangan biarkan diskusi itu menjadi terkantung-kantung

4. Tata Tertib dan Etiket Diskusi


Agar diskusi dapat berlangsung dengan baik maka dituntut syarat-syarat sebagai
berikut:

 Harus berlangsung pada suasana yang terbuka,artinya semua pihak yang terlibat
siap/rela menerima dan memberi informasi kepada siapa pun.
 Tiap peserta harus berpartisipasi penuh,artinya tiap peserta mengambil bagian dalam
proses diskusi,masing-masing menjadi pendengar yang baik dan juga menjadi
pembicara yag baik.
 Selalu ada bimbingan dan control,artinya ketua senantiasa mengadakan bimbingan
dan pengawasan/control agar diskusi tetap berjalan pada arah dan relnya.
 Perdebatan harus didasarkan pada argumentasi kontra argumentasi bukan emosi
kontra emosi, artinya diskusi yang akan mencari jalan penyelesaian atau kebenaran itu
tidak didasarkan atas siapa yang kuat itu yang menang.[2]
 Pengajuan pertanyaan harus jelas dan singkat,artinya tidak bertele-tele tetapi menuju
sasaran.
 Tidak adanya pemborong atau monopoli,diskusi yang baik adalah diskusi yang
berlagsung dalam suasan demokratis semua pihak mempunyai hak yang sama baik
dalam berbicara maupun dalam mengambil bagian.
 Selalu ada kesimpulan,diskusi yang baik ialah diskusi yang mampu mencapai
keputusan bersama sehingga semua pihak merasa mantap dan tidak mengambang
sehongga meghasilkan kesimpulan.
Alur Ekskalasi Kajian di KM ITS

1. Bagan alur ekskalasi

2. Tahapan ekskalasi kajian ormawa di KM ITS.


A. Kesepakatan isu yang di bahas.
Tiap ormawa di ITS memilih isu yang akan di bahas berdasarkan rancangan
isu baik dari by momen dan by design. Bila isu sudah dipilih di harapkan
ormawa menghubungi INKA BEM ITS untuk saling bertukar informasi
menegenai isu yang akan diangkat dan akan di sepakati Bersama isu tersebut
bias diangkat atau bilayak untuk dilakukan kajian. INKA akan membantu
terlaksananya kajian isu yang diangkat bentuk bantuan dari INKA berupa :

 Bantuan teknis mengenai penyusunan draft kajian.


 Membantu merekomendasikan dan menghubungkan dengan pemateri.
 Membantu dalam agitasi dan propaganda kepada KM ITS terhadap
kajian yang mau dilakukan.
 Melalui INKA responsif mendampingi ormawa dalam proses mengkaji
isu.
B. Penyusunan draft kajian.
Pada tahap ini oramawa melakukan penyusunan draft kajian sebagaimana
kajian yang akan dilakukan yang memuat pembahasan isu yang dilakukan
berdasarkan metode yang dipilih dengan membatasi melalui Batasan masalah
yang ada.

C. Konsolidasi draft kajian dengan INKA.


Saat ormawa sudah menyusun draft kajian mengenai isu yang mau dibahas
diharapkan ormawa bias melakukan konsolidasi mengenai draft kajian yang
dibentuk dengan INKA agar saling mengevaluasi dan mengoreksi kekurangan
draft yang akan di sajikan ke audience dan bias di perbaiki sebaik mungkin.
D. Dister internal ormawa.
Pada tahap ini diharapkan ormawa melakukan dister terkait isu yang dibahas
dengan internal ormawanya. Pada dister ini bisa mendatangkan pemateri terkait
isu yang dipilih agar diskusi tidak terjadi debat kusir sehingga hasil diskusi
dapat memberikan hasil yang baik.

E. Revisi draft kajian.


Hasil dari dister yang dilakukan menjadi bahan revisi untuk draft kajian yang
sudah dibuat. Disini yang dilakukan revisi berupa pembahasan terhadap isu
yang telah dibahas dan yang telah di tanggapi oleh anggota dister.

F. Ekskalasi dan konsolidasi dengan BEM ITS.


Setelah darft kajian dilakukan revisi berdasarkan dister yang dilakukan disini
ada dua pilihan hasil dari diskusi bisa di ekskalasi atau tidak bila mana kajian di
ekskalasi harus melalui BEM ITS dan dilakukan konsolidasi Bersama KM ITS
disini akan berlanjut hasil kajian akan dilanjutkan menjadi outputan aksi melalui
BEM ITS atau tidak bila mana mau outputan aksi maka harus dilakasnakan
PUKAT (pusat kajian) yang pelaksanaan pukat ini harus disepakati oleh
presidium presidium ORMAWA di ITS dengan jumlah persetujuan 50% + 1
presidium yang hadir. Bila sudah di sepakati akan dilakukan pukan tahapan
selanjutnya adalah kesepakan akan dilakukanya aksi atau tidak dan bila
dilaksanakan aksi mau aksi yang seerti apa hal ini juga harus melalui
persetujuan presidium yang hadir 50% + 1.

Bila kajian yang dilakukan tidak di ekskalasi maka kajian dapat bersifat
rekomendasi dan hasil kajian dapat di publikasikan atas nama ormawa yang
melakukan kajian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai