Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak jauh dan
dekat. Maka dalam membuat jalan mereka berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan mengatasi
rintangan – rintangan yang masih dapat mereka atasi.
Misalnya : bila melewati tempat-tempat berlumpur mereka menaruh batu disana - sini agar dapat
melompat-lompat diatasnya bila melewati tanjakan yang curam mereka membuat tangga-tangga.
Gambar 1.1. Sejarah Jalan Sebalum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat
Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, maka konstruksi jalan sudah agak maju, ialah :
Bentuk jalan yang bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang ditempatkan jarang-
jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih rapi dan menutup rapat tempat-tempat
yang jelek.
Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM - abad ke 4 , telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3
feet — 5 feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 (± 12 m). Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis
seperti gambar dibawah ini.
Gambar 1.2. Konstruksi Perkesarasan Romawi
a). Seorang bangsa Inggris Thomas Telford ahli jembatan Iengkung dari batu, menciptakan konstruksi
perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan Iengkung seperti berikut ini ;
" Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan.
Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut "Sistem Telford".
b). Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 — 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan
prinsip "tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3").
Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal
(dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut "Sistem Mc. Adam".
Gambar 1.4. Konstruksi Perkerasan Mc Adam
Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering dipergunakan di daerah—daerah di
Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah utk bagian bawah sistem
Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
Pada abad 19 Kereta Api ditemukan mulai pada Tahun 1930, jaringjaring rel kereta api dibuat dimana-
mana, maka angkuran lewat jalan raya mulai terdesak, dengan sendirinya teknik pembuatan jalan tidak
berkembang. Tetapi pada akhir abad ke - 19 kendaraan bermotor mulai banyak, sehingga menuntut
jalan darat yang balk dan lancar, teknik pembuatan jalan yang baik timbul lagi.
Sesudah perang dunia ke I kira-kira tahun 1920 banyak negara - negara mulai memperhatikan
pembangunan jalan raya, karena makin banyaknya angkutan kendaraan bermotor. Persaingan antara
Kereta Api dan kendaraan bermotor mulai ramai, karena masing-masing memiliki keunggulan sendiri.
Untuk angkutan secara massal jarak jauh Kereta Api unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak
pendek/ dekat kendaraan bermotor lebih unggul dikarenakan kendaraan bermotor dapat melayani dari
pintu ke pintu (door to door), dan bahan bakar yang dibutuhkan lebih rendah.
Disamping itu pula orang mulai membuat jalan, sehingga perkembangan pembuatan jalan menjadi
menjadi lebih cepat dengan kemudahan pembuatan dan kualitas yang lebih balk. Selama perang dunia
ke II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beribui-ribu kilometer jalan secara masinal
sistem modern dibanyak negara. Hal ini mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai jalan
raya
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani
beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan
lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Fungsi utama :
a. Menyediakan lahan untuk pergerakan barang dan manusia dengan rasa aman, nyaman, dan sesuai
dengan kebutuhan serta biaya minimal
b. Melindungi subgrade dengan lapisan kedap air untuk mencegah air permukaan menginfiltrasi ke
dalam subgrade dan melemahkannya
c. Menahan tegangan regangan yang disebabkan oleh beban lalu lintas dan cuaca, dan
memindahkannya pada subgrade dengan batas-batas tertentu, dengan kata lain perkerasan
melindungi subgrade dari distribusi beban lalu lintas yang terkonsentrasi sehingga terhindar dari
tegangan yang berlebih.
Adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur terutama pada saat panas.
Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar 100 0C). Perkerasan lentur menyebarkan
beban lalu lintas ketanah dasar yang dipadatkan melalui beberapa lapisan sebagai berikut Lapisan
- permukaan Lapisan
- Pondasi atas
1 Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun tanpa
tulangan
2 Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari perkerasan
semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di Bandara.