KAJIAN LITERATUR
2. Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan,
berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang
menyangkut dimensi dan berat kendaraan.
Berdasarkan Peran dan Fungsi Jalan Dapat Dibagi Menjadi :
a. Jalan Kolektor
Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul atau
pembagi, dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jalan masuk dibatasi.
b. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama, dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi dan jalan masuk dibatasi secara efisien.
c. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Nasional
Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh mentri (Departemen
Pekerjaan Umum).
e. Jalan Daerah
Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah.
6. Aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur
turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan (Silvia Sukirman, 2003).
a. Jenis Aspal
Berdasarkan cara terjadinya aspal dapat dibedakan :
1) Aspal Alam :
Aspal gunung (rock aspal)
Contohnya aspal buton.
Aspal danau (lake aspal)
Contohnya aspal dari Bermuzer
2) Aspal buatan :
Aspal minyak (petroleum aspal)
Aspal minyak dengan bahan dasar dapat dibedakan atas :
(a) Aspal keras / panas (aspal coment)
aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan panas.
Aspal coment pada temperature ruang (250 – 300) berbentuk padat.
(b) Aspal dingin
aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan dingin, merupakan antara aspal
semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi.
(c) Aspal emulsi
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi, dapat digunakan dalam bentuk
dingin dan panas.
7. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah jenis batuan yang tertahan di saringan 4,75 mm (No.
4), atau sama dengan saringan ASTM No. 8. Pada campuran antara agregat dan
aspal, agregat kasar merupakan pembentuk kinerja karena stabilitas dari
campuran diperoleh dari interlocking antar agregat. Fungsi agregat kasar adalah
memberi kekuatan pada campuran, tingginya kandungan agregat kasar selain
memperkecil biaya, tetapi juga meningkatkan tahanan gesek lapis perkerasan.
Tabel 1. Persyaratan Untuk Agregat Kasar
Jenis Pemeriksaan Metode Pengujian Persyaratan
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD SNI 03 – 1969 - 1990 Min. 2,5
Berat jenis Semu
Penyerapan % SNI 03 – 1969 - 1990 Maks 3 %
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03 – 2417 - 2008 Maks 40 %
Material lolos saringan No. 200 SNI 03 – 1968 - 1990 Maks 1 %
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010)
8. Agregat Halus
Agregat halus yaitu f ungsi utama agregat halus memberikan stabilitas dan
mengurangi deformasi permanen dari campuran melalui interlocking dan
gesekan antar partikel. Bahan ini dapat terdiri dari butiran-butiran batu pecah
atau pasir alam atau campuran dari keduanya.
Tabel 2. Persyaratan Untuk Agregat Halus
Jenis Pemeriksaan Metode Pengujian Persyaratan
l. Aspal Makadam
Aspal Makadam merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok atau agregat pengunci bergrasi terbuka atau seragam yang dicampyr
dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.
b. Keawetan (durabilty)
Keawetan merupakan kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan
dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,
seperti udara, air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam
campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran. Semakin tebal film aspal
akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan menyebabkan jalan
semakin licin.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah:
1) VIM (Rongga di dalam campuran) kecil sehingga lapis kedap air dan udara
tidak masuk ke dalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan
aspal menjadi rapuh (getas).
2) VMA (Rongga diantara agregat) besar sehingga film aspal dapat dibuat tebal.
Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi maka kemungkinan terjadinya
bleeding cukup besar, untuk mencapai VMA yang besar in digunakan agregat
bergradasi senjang.
3) Film (selimut) aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal
beton yang durabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding menjadi
besar.
c. Kelenturan (flexibility)
Kelenturan merupakan kemapuan dari beton aspal untuk menyesuaikan
diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau
tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi beban lalu
lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat di
atas tanah asli.
Untuk mendapatkan fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan:
1) Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
2) Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi).
Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM (Rongga di
dalam campuran) yang kecil.
a. Penetrasi
Tes penetrasi adalah tes yang mudah dan cepat dilaksanakan serta
pelaksanaannya sederhana / murah, sehingga semua sepakat bahwa tes ini
digolongkan sebagai tes dasar yang harus dilakukan untuk menentukan kelas
aspal, agar tidak menimbulkan kesulitan pengerjaan bahan aspal selanjutnya.
Tes ini disarankan sebagai tes untuk menguji bahan aspal yang baru
didatangkan oleh pemasok, baik untuk langsung dipakai ataupun untuk diolah
lagi sebagai bahan baku untuk membuat aspal modifikasi. Aspal yang angka
penetrasinya tinggi jauh melebihi angka standar (maksimum 70) mungkin
disebabkan karena adanya campuran bahan lain (misalnya oli bekas) yang
sengaja atau tidak sengaja tercampur dalam aspal. Aspal yang penetrasinya
lebih rendah dari angka minimum (jarang terjadi) mungkin disebabkan karena
adanya kontaminasi bahan bukan aspal (debu, filler, pasir, dan sebagainya) atau
kesalahan pabrikdalam mencampur antara short residu dengan minyak, atau
akibat meningkatkan titik lembk melalaui proses oksidasi (mengalirkan udara
panas 400 derajat celcius di atas aliran aspal produk kilang minyak). Angka
pentrasi digabung dengan titik lembek akan menghasilkan angka index penetrasi
(negative, posititf, nol). (Ir.Soehartono, 2014).
b. Titik Lembek
Tes titik lembek adalah tes yang juga mudah dilakukan dan dengan
peralatan yang murah pula, dianjurkan juga sebagai tes awal untuk penerimaan
bahan aspal di lapangan. Index penetrasi adalah parameter control yang besar
merupakan fungsi dari angka penetrasi dan titik lembek. Index penetrasi nol
adalah nilai yang didapat dari kombinasi angka penetrasi 50 dengan titik lembek
55 derajat celcius. Setiap besaran angka penetrasi bila dihubungkan dengan titik
lembek akan menghasilkan index penetrasi tertentu, kurang dari nol (negatif)
atau lebih dari nol (positif). (Ir,Soehartono, 2014).
c. Titik Nyala
Tes titik nyala yang dimaksud uuntuk menetukan batas suhu yertinggi
untuk menjaga keselamatan agar pada waktu pemanasan aspal tidak mudah
terjadi kebakaran. Aspal dengan titik nyala rendah (kurang dari 200 derajat
celcius) biasanya mengandung minyak ringan yang mudah terbakar. Di pihak,
lain pemanasan di AMP harus selalu dikontrol untuk tidak lebih dari persyaratan,
minimal titik nyala. (Ir.Soehartono, 2014).
d. Kehilangan Berat
Kehilangan berat tidak ada perubahan dari persyaratan untuk aspal biasa,
karena pada umumnya dengan penambahan bahan aditif justru kehilangan berat
semakin kecil, mungkin disebabkan adanya ikatan yang lebih kuat antarmolekul.
(Ir.Soehartono, 2014).
e. Kelarutan
Angka kelarutan ditetapkan lebih rendah dariapda persyaratan untuk aspal
biasa (99%) karena disadari bahwa banyak bahan aditif yang tidak akan larut
dengan mudah pada karbon tetra klorida. Namun, kehadiran aditif tersebut
diperlukan untuk meningkatkan kinerja aspal. (Ir.Soehartono, 2014).
1) Kelarutan aspal dengan karbon tetra klorida (CCL4)
Pemeriksaan kelarutan aspal dengan karbon tetra klorida (CCL4) ini
dilaksanakan untuk mengetahui kadar kemurnian aspal yang diukur dari jumlah
bitumen yang larut ke dalam larutan CCL4 dimana semakin sedikit residu atau
kotoran yang larut maka kadar kemurnian aspal semakin tinggi. (MR Al-
mukarrom, 2014).
2) Maksud
Maksudnya untuk mengetahui kadar bitumen yang larut dalam larutan karbon
tetra klorida (CCL4), sehingga dapat diketahui kadar kemurnia bitumennya.
3) Tujuan
Tujuannya untuk mengetahui apakah bitumen sesuai dengan spesifikasi (minimal
99%) dan layak digunakan atau tidak sebagai bahan pengikat, dari besarnya
kadar kemurnian yang didapatkan.
f. Daktilitas
Daktilitas disepakati secara kompromi menjadi 50 cm tanpa dasar yang
kuat sambal menunggu hasil pengamatan yang lebih yang lebih saksama,
apakah ada kaitannya langsung daktilitas aspal modfikasi dengan unjuk kerjanya.
(Ir.Soehartono, 2014).
g. Tes Khusus
Beberapa tes khusus disarankan uuntuk aspal modifikasi untuk menguji
kelebihan kinerjanya dibandingkan aspal biasa, antara lain :
1) Tes Recovery factor yaitu tes untuk menguji seberapa jauh kemampuan aspal
modifikasi dari segi daya kohesinya, dengan menggunakan alat daktilitas
pada temperatur ruang 5 derajat celcius, benda uji di tarik sepanjang 50 cm, di
potong di tengah dan dibiarkan satu jam, kemudian diukur seberapa jauh
ujung potongan kembali ke ujung asal, dinyatakan dalam persen. Biasanya
disyaratkan mencapai antara 25% - 45%.
2) Tes Cantabro yaitu tes untuk menguji kekuatan adhesi aspal untuk
melengketkan batuan. Tes ini dilkukan dengan menggunakan container alat
Los Angeles Abrasion Test, bola – bolanya dilepas dan benda uji bekas
berupa briket dari marshall stability test dimasukkan ke dalamnya, diputar 400
kali, kemudian ditimbang antara yang masih menempel dalam porsi besar
dibandingkan dengan yang terlepas dalam porsi kecil. Biasanya disyaratkan
maksimum rontok adalah 25%.
3) Tes Storage Stability yaitu catatan tentang keandalan bahan aspal modifikasi
terhadap kemungkinan disimpan (dalam keadaan panas) di tangki aspal yang
oleh suatu sebab tidak segera bisa dipakai. Aspal modifikasi yang baik adalh
aspal yang aditifnya tidak terpisah dari aspal induknya. Setelah dibiarkan 5
hari dinyatakan dalam nilai titik lembek antara lapisan atas aspal dengan
lapisan bawhnya tidak berbeda lebih dari 3 derajat celcius, serta ukuran lain
yang intinya untuk membuktikan bahwa seluruh lapisan aspal tetap seragam
sifat – sifatnya. (Ir.Soehartono, 2014).
14. Marshall Test
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall. Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas)
campuran agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis (flow). Flow didefinisikan
sebagai perubahan deformasi atau regangan suatu campuran mulai dari tanpa
beban, sampai beban maksimum. Alat marshall merupakan alat tekan yang
dilengkapi dengan Proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,5 KN (5000 lbs)
dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan
flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau (flow). Benda uji marshall
standart berbentuk silinder berdiamater 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 3 inchi (7,5
cm).
Sifat-sifat campuran beraspal dapat dilihat dari parameter-parameter pengujian
marshall antara lain :
a. Stabilitas Marshall
Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), Stabilitas adalah kemampuan
campuran aspal untuk menahan deformasi akibat beban yang bekerja tanpa
mengalami deformasi permanen seperti gelombang, alur ataupun bleeding yang
dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Nilai stabilitas diperoleh dari hasil
pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian
Marshall. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang
terlalu kaku sehingga tingkat keawetannya berkurang.
b. Kelelehan (Flow)
Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai (flow) merupakan
nilai dari masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial (dalam satuan mm)
pada saat melakukan pengujian Marshall. Suatu campuran yang memiliki
kelelehan yang rendah akan lebih kaku dan cenderung untuk mengalami retak
dini pada usia pelayanannya, sedangkan nilai kelelehan yang tinggi
mengindikasikan campuran bersifat plastis.
c. Marshall Quotient
Marshall Quotient merupakan hasil perbandingan antara stabilitas
dengan kelelehan (flow). Semakin tinggi MQ, maka akan semakin tinggi
kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap
keretakan.
d. Rongga terisi aspal / Void Filled with Asphalt (VFA)
Rongga terisi aspal/ Void Filled with Asphalt (VFA) adalah persen rongga
yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak
termasuk aspal yang diserap oleh agregat.
b) Agregat halus
BK
=
BJ Bulk agregat halus ( B+500−Bt ) BJ
...(3)
BK
=
Apparent (BJ semu) agregat halus ( B+BK−Bt )
Keterangan:
BK = Berat benda uji kering oven, (gr)
BJ = Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD), (gr)
BA = Berat benda uji di dalam air, (gr)
B = Berat picnometer di isi air suhu 25°C
Bt = Berat picnometer + benda uji SSD + air suhu 25°C (Bina Marga,2010)
Keterangan:
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cm3)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan
Pmm : Persen berat total campuran (%)
Pb : Persentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gb : Berat jenis aspal. (Bina Marga,2010)
Keterangan:
Gmm : Berat jenis maksimum campuran, (gr/cm3)
Pmm : Persen berat total campuran (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Pb : Persentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cm3)
Gb : Berat jenis aspal. (Bina Marga,2010).
e. Berat Jenis Bulk Campuran Padat
Perhitungan berat jenis bulk campuran setelah pemadatan (Gmb)
dinyatakan dalam gram/cc dengan rumus sebagai berikut :
Bk
Gmb = Bssd−Ba .....(8)
Keterangan :
Gmb : Berat jenis bulk campuran setelah pemadatan (gr/cm3)
Bk : Berat kering campuran (gr)
Bssd : Berat kering permukaan dari campuran setelah pemadatan (gr)
Ba : Berat campuran padat di dalam air (gr)
Bssd – Ba: Volume bulk dari campuran yang telah dipadatkan, jika berat
jenis air diasumsikan = 1. (Bina Marga,2010)
.....(10)
Keterangan :
Pbe : Kadar aspal efektif, persen terhadap berat total campuran (%)
Pb : Kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran (%)
Ps : Persen agregat terhadap total campuran (%)
Pba : Penyerapan aspal, persen terhadap berat agregat (%)(Bina Marga,2010)
VMA =
( 100
Gsb )
GmbxPs
% Gmb . Ps
Gsb
.....(11)
Keterangan:
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, persentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cm3)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cm3)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
( [
VMA= 100−
Gmb 100
x
Gsb ( 100+ Pb ) ])
100 %
.....(12)
VMA=100−
[ Gmb
x
100
Gsb ( 100+ Pb )
100
]
Keterangan:
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, persentase dari volume
total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cm3)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cm3)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%) (Bina Marga,2010)
i. Rongga di dalam campuran (Void In The Compacted Mixture/ VIM)
Rongga udara dalam campuran (Va) atau VIM dalam campuran
perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang
terselimuti aspal. Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan
dengan rumus berikut:
(
VIM= 100 x
Gmm−Gmb
Gmm ) [
% VIM =100− Gmm−Gmb
Gmm ]
.....(13)
Keterangan:
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan persentase dari volume
total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cm3)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan,
(gr/cm3) (Bina Marga,2010)
k. Stabilitas
Nilai stabilitas adalah kemampuan maksimum aspal padat menerima
beban sampai terjadi kelelehan plastis. Nilai ini diperoleh berdasarkan nilai
masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Untuk nilai stabilitas dari arloji
stabilitas. Selanjutnya nilai tersebut juga harus disesuaikan dengan angka
koreksi terhadap ketebalan atau volume benda uji. Persamaan untuk nilai
stabilitas dibawah ini :
S =pxq .....(15)
Keterangan :
S : Angka stabilitas sesungguhnya.
P : Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat.
q : Angka koreksi benda uji. (Bina Marga,2010)
l. Flow
Flow (Kelelehan) adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton
aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. Seperti halnya cara
memperoleh nilai stabilitas seperti di atas Nilai flow berdasarkan nilai masing-
masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Hanya saja untuk alat uji jarum dial flow
biasanya sudah dalam satuan mm (milimeter), sehingga tidak perlu
dikonversikan lebih lanjut.
.....(16)
Keterangan:
MQ : Marshall Quotient, (kg/mm)
MS : Marshall Stabilit,y (kg)
MF : Flow Marshall, (mm). (Bina Marga,2010)
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian relevan sebelum nya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Revi (2015) tentang efek
pemakaian pasir laut sebagai agregat halus pada campuran Asphalt Concrete-
Binder Cours (AC-BC). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen, digunakan agar dapat mengetahui nilai karakteristik
Marshall pada campuran Asphalt Concrete-Binder Cours (AC-BC).
Yang kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nastiti, Tri Mulyono, Adhi
Purnomo (2016), yang berjudul kajian laboratorium parameter marshall dengan
pasir laut sebagai agregat halus dalam HRS - WC. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang uji karakteristik Marshall pada campuran laston aspal HRS -
WC.
Persamaan kedua penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama
menggunakan pasir laut sebagai agregat halus pada campuran aspal panas.
Sedangkan perbedaan dalam kedua penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan adalah terletak pada aspal AC – BC dan HRS - WC.
C. Kerangka Pemikiran
Jalan merupakan sarana yang sangat penting digunakan untuk transportasi
bagi masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang menggunakan fasilitas
tersebut untuk mempermudah kegiatan. Di Indonesia, konstruksi jalan sudah
banyak menggunakan campuran laston, karena dalam campuran ini akan
menghasilkan lapisan perkerasan yang kedap air dan tahan lama, harga relatif
lebih murah dibandingkan dengan konstruksi jalan beton, biasanya campuran ini
digunakan pada jalan dengan beban lalu lintas yang tinggi. Campuran lapis aspal
beton merupakan salah satu campuran yang bergradasi tertutup atau gradasi
menerus, dengan material agregat kasar, agregat halus, filler (bahan pengisi),
dan aspal.
Penelitian ini mencoba menggunakan pasir laut sebagai agregat halus
pada campuran aspal panas (AC – BC). Pasir laut sebagai agregat halus pada
campuran aspal pans tersebut diharapkan dapat memberikan stabilitas yang
baik.
Karakteristik Marshall
Campuran Aspal AC-BC