Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agregat kasar, agregat halus, agregat sedang, bahan pengisi (filler),dan aspal
merupakan bahan-bahan pencampur lapisan aspal beton. Bahan-bahan
pencampur ini harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan
yang sudah ada agar perkerasan jalan aspal beton memiliki stabilitas dan
fleksibilitas yang baik. Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton
adalah bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm). Macam bahan pengisi
yang dapat digunakan ialah abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu
dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral
tidak plastis lainnya.

Bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan


untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Keuntungan lain dengan
adanya bahan pengisi adalah karena banyak terserap dalam bahan bitumen
maka akan menaikkan volumenya. Selain itu bahan pengisi (filler) dapat
mengurangi volume pori-pori atau rongga sehingga dapat meningkatkan
kepadatan dan dapat menurunkan permeabilitas campuran aspal.

Kadar bahan pengisi (filler) pada campuran beraspal sangat memperngaruhi


sifat campuran beraspal tersebut, jika terlalu banyak kadar bahan pengisi maka
campuran tersebut akan menjadi kaku dan mudah retak. Namun sebaliknya
apabila kadar bahan pengisi pada campuran terlalu sedikit maka akan membuat
campuran tersebut menjadi sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh beban
lalu lintas sehingga jalan tersebut akan bergelombang. Pada penelitian ini kadar
bahan pengisi (filler) sebesar 4% dari berat total campuran. Jenis bahan pengisi
yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe I.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Membahas pengertian, fungsi, kekurangan dan kelebihan aspal Geopori dan
Topmix Permeable
2. Membahas kadar aspal Geopori dan Topmix Permeable
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan analisa kadar aspal Geopori dan
Topmix Permeable.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini adalah :
Dapat menyumbangkanpengetahuan khususnya mengenai aspal Geopori dan
Topmix Permeable

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan
mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang
digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri antara
lain:
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
a. Memakai bahan pengikat aspal.
b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ketanah dasar.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang
(mengikuti tanah dasar).

Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Lentur

3
2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).
b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu
lintas.
c. Pengaruhnya terhadap repitasi beban adalah timbulnya retak-retak pada
permukaan jalan.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan balok tanah dasar yaitu, bersifat sebagai
balok diatas permukaan.

Gambar 2.2 Komponen Perkerasan rigid

3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.
b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.

Gambar 2.3 Komponen Perkerasan Komposit

2.2 Bahan Campuran


Campuran aspal adalah kombinasi material bitumen dengan agregat yang
merupakan permukaan perkerasan yang biasa dipergunakan akhir-akhir ini.
Material aspal dipergunakan untuk semua jenis jalan raya dan merupakan salah satu

4
bagian dari lapisan beton aspal jalan raya kelas satu hingga di bawahnya. Material
bitumen adalah hidrokarbon yang dapat larut dalam karbon disulfat. Material
tersebut biasanya dalam keadaan baik pada suhu normal dan apabila kepanasan
akan melunak atau berkurang kepadatannya. Ketika terjadi pencampuran antara
agregat dengan bitumen yang kemudian dalam keadaan dingin, campuran tersebut
akan mengeras dan akan mengikat agregat secara bersamaan dan membentuk suatu
lapis permukaan perkerasan (Harold N. Atkins, PE. 1997).
Material dalam pengerjaan konstruksi perkerasan lapis aspal beton terdiri dari
agregat (agregat kasar dan agregat halus) filler dan aspal. Berikut bahan penyusun
konstruksi perkerasan jalan yang digunakan:
1. Agregat Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan (Departemen Pekerjaan Umum
–Direktorat Jendral Bina Marga, 2010). Agregat adalah partikel mineral yang
berbentuk butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam
kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan material di
semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan, material pengisi, dan lain-
lain (Harold N. Atkins, PE. 1997). Sedangan secara umum agregat
didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat (Silvia
Sukirman, 2003). Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa
agregat sebagai suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang
diperoleh dari hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun
agregat yang disengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Seringkali agregat
diartikan pula sebagai suatu bahan yang bersifat keras dan kaku yang digunakan
sebagai bahan pengisi campuran. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran
atau pecahan batuan, termasuk di dalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat
pecah, abu/debu agregat dan lain-lain. Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

5
a. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan
dipengaruhi oleh gradasi, ukuran maksimum, kadar lempung, kekerasan dan
ketahanan (toughness and durability) bentuk butir serta tekstur permukaan.
b. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, yang dipengaruhi oleh porositas,
kemungkinan basah dan jenis agregat yang digunakan.
c. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan
aman, yang dipengaruhi oleh tahanan geser (skid resistance) serta campuran
yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bituminous mix
workability).
2. Aspal
Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam
konsistensinya di mana unsur pokok yang menonjol adalah bitumen yang
terjadi secara alam atau yang dihasilkan dengan penyulingan minyak
(Petroleum). Sedangkan material aspal tersebut berwarna coklat tua hingga
hitam dan bersifat melekat, berbentuk padat atau semi padat yang didapat dari
alam dengan penyulingan minyak (Krebs, RD & Walker, RD.,1971). Aspal
dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa
organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh
dan pecahan batu batuan, setelah berjuta juta tahun material organis dan lumpur
terakumulasi dalam lapisan lapisan setelah ratusan meter, beban dari beban
teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen
tersebut yang lama kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak mentah
senyawa dasar hydrocarbon. Dari pengertian tersebut Aspal didefenisikan
sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang
berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur
tertentu aspal dapat menjadi lunak (cair) sehingga dapat membungkus partikel
agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk ke dalam pori-
pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam
ataupun pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Sebagai salah satu

6
material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen
kecil umumnya hanya 4 - 10 % berdasarkan berat atau 10 - 15 % berdasarkan
volume.

2.3 Geopori
Geopori merupakan material baru dari jenis polimer anorganik. Yang dimaksud
anorganik adalah polimer tersebut terbentuk bukan dari alam melainkan buatan
manusia. Geopolimer terbentuk karena ada reaksi secara geokimia dengan
menggunakan bahan dasar mineral alumina silikat dan alkali. Pada tahun 1978,
Joseph Davidovits menemukan bahwa cairan alkali bisa digunakan untuk
mereaksikan silikon (Si) dan alumunium (Al) untuk menghasilkan binder (Li, Ding,
dan Zhan). Karena adanya reaksi kimia akibat adanya proses polimerisasi,
Davidovits (1994) menciptakan ”geopolimer’ untuk membuat binder. Proses
polimerisasi yang terjadi di dalam geopolimer meliputi reaksi kimia yang terjadi
antara alkali dengan mineral Si – Al sehingga menghasilkan rantai polimerik tiga –
dimensi dan ikatan struktur Si – O – Al – O yang konsisten (Davidovits, 1999).

2.4 Beton Berpori (Topmix Permeable)

Topmix permeable atau sering disebut Beton berpori adalah beton yang
memiliki pori-pori atau rongga pada strukturnya, sehingga memungkinkan cairan
mengalir melalui rongga-rongga yang terdapat pada beton. Agregat yang
digunakan hanya agregat kasar saja atau dengan sedikit agregat halus. Faktor air
semen harus dijaga sedemikian rupa agar setelah beton mengeras pori-pori yang
terbentuk tidak tertutup oleh campuran pasta semen yang mengeras. Selain itu
kontrol pada faktor air semen juga bertujuan agar butir-butir agregat dapat terikat
kuat satu sama lain.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Geopori (Geopolimer)


Material Material polimer anorganik alkali aluminosilikat dapat disintesis
(dibuat) dari prekursor yang mengandung alumina dan silika berkonsentrasi
tinggi. Prekursor adalah bahan utama dalam pembentuk polimer. Prekursor
tersebut dapat berupa mineral alami ataupun limbah industri. Unsur – unsur
kimia di dalam prekursor bila dicampur dengan larutan alkali sebagai aktivator,
akan menghasilkan material pasta geopolimer dengan kekuatan mengikat
seperti pasta semen. Prekursor dan aktivator akan bersintesa membentuk
material padat melalui proses polimerisasi, dimana proses polimerisasinya yang
terjadi adalah disolusi dan diikuti dengan proses polikondensasi.

Proses sintesis tersebut terbagi atas proses aktivasi bahan alumina-silika oleh
ion alkali dan proses curing untuk mendorong terjadinya polimerisasi dari
monomer alumina-silika menjadi struktur jaringan molekul tiga-dimensi.
Kesempurnaan dari polimerisasi, sedemikian hingga stuktur dan properti dari
polimer anorganik telah tersintesis, tergantung pada proses aktivasi dan proses
ikat.

Dalam hal penggunaan material polimer sebagai bahan pengikat pada beton,
maka hal yang perlu diperhatikan adalah ikatan yang dihasilkan antara material
polimer dengan agregat (interface). Ikatan tersebut dapat berupa ikatan mekanis
ataupun ikatan kimia. Ikatan kimia dapat pula terjadi apabila matriks yang
digunakan adalah polimer, walaupun sebagaimana kita ketahui bahwa mineral
agregat akan bersifat tidak reaktif (inert) pada beton semen. Selain memberikan
ikatan, material polimer juga diharapkan memberikan sumbangan kekuatan
pada beton.

8
3.1.1 Penerapan Geopolimer
Sifat- sifat geopolimer sedang di eksplorasi di banyak bidang ilmiah dan industri
seperti: kimia anorganik modern, kimia fisik, kimia koloid, mineralogi, geologi
dan semua jenisteknologi rekayasa. Penggunaan geopolimer yang potensial
seperti: bahan tahan api, semen dan beton, komposit berteknologi tinggi untuk
interior pesawat, mobil dan arkeologi. (Davidovits, 2008).

Geopolimer banyak di eksplorasi karena mempunyai keunggulan sifat dan


karakteristik dibanding semen dan abu batu. Sifat dan karakteristik geopolimer
yaitu stabilitas tinggi, penyusutan rendah, tahan asam, tahan api, konduktivitas
termal yang rendah dan siklus panas-dingin yang ekstrim. Serta dapat mengurangi
limbah dan lebih ekonomis.

Penggunaan semen geopolimer sebagai pengganti semen portland dapat


mengurangi jumlah emisi karbondioksida (CO2) yang sekitar 80% atau lebih. 15
Untuk penggantian total akan mengurangi sekitar 4% sampai 8% dari emisi
karbondioksida (CO2) dunia saat ini. (Davidovits, 1994).
Geopolimer memiliki potensi aplikasi yang luas, baik dalam bentuk murni maupun
dengan tambahan penguat (reinforced). Secara umum aplikasi tersebut terbagi atas
dua kategori:
1. Produk struktural seperti bahan penguat dalam manufaktur, pengganti semen
dan beton.
2. Teknologi immobilisasi (solidifikasi/ stabilitas) untuk bahan kimia beracun,
limbah industri dan bahan sisa radioaktif

3.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Geopolimer


Suatu campuran beton dikatakan sebagai beton geopolimer jika memiliki sifat-
sifat sebagai berikut ;
1. Pada beton segar (fresh concrete)
Beton geopolimer dalam keadaan segar memiliki sifat sebagai berikut :

9
a. Memiliki waktu setting (waktu yang dibutuhkan oleh geopolimer
sampai keadaan mulai mengeras) 10 jam pada suhu -200C dan hanya 7-
60 menit pada suhu 200C.
b. Penyusutan volume selama waktu setting kurang dari 0,05%.
c. Kehilangan massa dari beton basah menjadi beton kering kurang dari
0,1%.
2. Pada beton keras (hardened concrete) Beton geopolimer dalam keadaan
keras memiliki sifat sebagai berikut :
a. Memiliki kuat tekan lebih besar dari 90 MPa pada umur 28 hari
b. Memiliki kuat tarik sebesar 10 - 15 MPa pada umur 28 hari.
c. Memiliki water absorption kurang dari 3%
Kelebihan dan Kekurangan Beton Geopolimer
1. Kelebihan – kelebihan beton geopolimer
a. Tahan terhadap serangan sulfat.
b. Mempunyai rangkak (mengembang) dan susut yang kecil.
c. Tahan reaksi alkali – silika.
d. Dapat mengurangi polusi udara.
e. Pada kondisi tertentu beton geopolimer lebih unggul dibandingkan
beton Portland konvensional.
2. Kekurangan – kekurangan beton geopolimer
a. Pembuatannya lebih rumit dari pada aspal beton konvensional (karena
membutuhkan alkali activator)
b. Belum ada mix design yang pasti

3.1.3 Bahan Penyusun Geopolimer


1. Prekursor
Bahan mentah (raw materials) atau prekursor, yang digunakan untuk
membentuk geopolimer dapat berupa mineral aluminosilikat alami seperti lempung
atau limbah industri. Tanah lempung perlu dikalsinasi (calcined) pada suhu sekitar
650º C sebagai pengolahan awal untuk sintesis geopolimer. Karena jumlahnya

10
yang berlimpah, lempung telah digunakan di banyak negara sebagai bahan baku
membuat bata, gerabah, keramik, perkerasan jalan dan lainnya. Limbah industri
yang memiliki banyak kandungan alumina dan silika dapat digunakan sebagai
prekursor. Limbah industri yang termasuk ke dalam klasifikasi ini diantaranya
adalah blast furnace slag, abu terbang (fly ash), serbuk granit dan lumpur merah
(red mud). Dalam penelitian ini akan digunakan abu terbang (fly ash) sebagai
material prekursor. Dengan menggunakan proses rekayasa, bahan mentah
aluminosilikat tersebut dapat disintesis menjadi geopolimer.

Aluminosilikat dalam bentuk butiran kaca (metastable glassy form) dapat bersifat
sebagai pengikat ketika diaduk dengan aktivator, yang biasanya berupa larutan
alkali-silikat.

2. Aktivator
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, aktivator dibutuhkan untuk reaksi
polimerisasi monomer alumina dan silika. Alkali mengaktifkan prekursor dengan
mendisolusikan mereka ke dalam monomer [SiO4] dan [AlO4]. Selama proses
curing, monomer – monomer tadi terkondensasi dan membentuk jaringan polimer
tiga-dimensi yang berikatan silang. Ion alkali bertindak sebagai penetral muatan
(charge balancer) untuk tiap molekul tetrahedron [AlO4].

Larutan sodium silikat (waterglass) adalah aktivator yang secara umum digunakan
karena mudah didapat dan ekonomis. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan
digunakan sodium silikat dan sodium hidroksida. Penambahan aktivator sodium
hidroksida bertujuan untuk menambah ion Na+ pada proses polimerisasi.

Kandungan sodium silikat menyediakan kation berikatan-valensi-satu (mono-


valent) [Na+] sebagai spesies aktivator dimana ion resiprokal-nya, Si4+, adalah
komposisi utama geopolimer. Sodium silikat terlarut dalam air, menyediakan
lingkungan reaksi cairan-padatan yang ideal untuk pencernaan dan pelarutan
material precursor.

11
3.2 Beton Berpori (Topmix Permeable)

Beton berpori adalah beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada
strukturnya, sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-rongga
yang terdapat pada beton. Agregat yang digunakan hanya agregat kasar saja
atau dengan sedikit agregat halus. Faktor air semen harus dijaga sedemikian
rupa agar setelah beton mengeras pori-pori yang terbentuk tidak tertutup oleh
campuran pasta semen yang mengeras. Selain itu kontrol pada faktor air semen
juga bertujuan agar butir-butir agregat dapat terikat kuat satu sama lain.

3.2.1 Penerapan Beton Berpori


Adanya pori-pori yang terbentuk pada permukaan beton, mengakibatkan kuat
tekan beton berpori menjadi lebih rendah daripada beton konvensional.
Sehingga perkerasan dengan beton berpori hanya dapat diaplikasikan pada
beberapa tempat, yaitu :

1. Beban lalu lintas ringan seperti lahan parker dan jalur pejalan kaki
2. Area rekreasi
3. Jalan pinggiran kolam renang
4. Tepi saluran
5. Lapangan tenis
6. Area kebun binatang
7. Teras maupun lingkungan perumahan.

Di beberapa negara bagian di Amerika, Kanada, Kolombia dan beberapa negara


Eropa, penggunaan beton berpori sudah cukup banyak dilakukan. Contohnya
pada pembangunan jalur pejalan kaki di Cedar Lane Park, Columbia

12
3.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Berpori
1. Kelebihan
Beton berpori merupakan material konstruksi yang multifungsional dengan
beberapa kelebihan, seperti :
a. Selang waktu pemeliharaan yang lebih lama.
b. Mengurangi limpasan permukaan di suatu daerah.
c. Instalasi yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pemasangan
perkerasan bata beton.
d. Life cycle cost yang lebih rendah.
e. Mengurangi tingkat pencemaran terhadap air tanah.
f. Dapat didaur ulang.
g. Pemanfaatan lahan yang lebih efisien.
h. Rongga pada beton berpori dapat meredam kebisingan suara yang
ditimbulkan oleh roda kendaraan.
2. Kekurangan
Beton berpori juga memiliki kekurangan, seperti :
a. Karena kuat tekan yang lebih rendah daripada beton konvensional, maka
beton berpori hanya digunakan pada jalan-jalan lokal perumahan,
trotoar, dan lapangan parkir.
b. Biaya instalasi beton berpori relatif lebih mahal daripada beton biasa.
Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1) Beton berpori merupakan material konstruski khusus yang
membutuhkan pekerja yang memiliki pengalaman dan kemampuan
untuk mencampur, memasang dan merawat beton berpori secara
tepat.
2) Perkerasan beton berpori membutuhkan kedalaman yang lebih besar
saat pemasangan, sebagai tempat untuk menampung air hujan dan
juga meningkatkan ketebalan perkerasan beton berpori untuk alasan
kekuatan.

13
3.2.3 bahan penyusun beton berpori
Agregat
Agregat kasar yang digunakan pada beton berpori memiliki dimensi yang
seragam atau dapat dikombinasikan dengan agregat berdimensi lain dengan
minimal dimensi 9mm – 5mm. Sedangkan untuk agregat halus pada beton
berpori hanya digunakan sedikit.

Semen
Semen yang dibutuhkan dalam pembuatan beton berpori sebaiknya dalam
kondisi baik serta memenuhi standart SNI 15-2049-2004 mengenai semen
portland. Jenis semen yang digunakan PPC (Pozoland Portland Cement).

Air
Kualitas air yang digunakan dalam campuran beton berpori tidak berbeda
dengan beton normal, dimana air yang digunakan memiliki kualitas yang baik
juga. Sesuai dengan persyaratan SNI 03-6871-2002. Pada pembuatan beton, air
diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan semen supaya
membentuk pasta semen yang kemudian mengikat semua agregat dari yang
paling besar sampai yang paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-
butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, maupun
pemadatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa air berperan sebagai penyatu dari
keseluruhan komponen beton.

Faktor air semen (FAS)

Biasanya Faktor air semen (FAS) yang digunakan adalah 0,34. Benda Uji
(sampel) penelitian untuk uji porositas dan kuat tekan adalah benda uji yang
berupa kubus dengan ukuran sampel 15 cm x 15 cm x 15 cm, dan untuk uji
permeabilitas berupa selinder dengan Ø 150 mm dan tinggi 150 mm. Terdiri
dari benda uji dengan perbandingan void rasio dengan persentase 15%, 20%,
25%, 30%, 35%.

14
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Geopolimer merupakan material baru dari jenis polimer anorganik. Yang
dimaksud anorganik adalah polimer tersebut terbentuk bukan dari alam
melainkan buatan manusia. Geopolimer terbentuk karena ada reaksi secara
geokimia dengan menggunakan bahan dasar mineral alumina silikat dan
alkali.

Penerapan : Produk struktural seperti bahan penguat dalam manufaktur,


pengganti semen dan beton dan Teknologi immobilisasi (solidifikasi/
stabilitas) untuk bahan kimia beracun, limbah industri dan bahan sisa
radioakti.

Kelebihan – kelebihan beton geopolimer

a. Tahan terhadap serangan sulfat.


b. Mempunyai rangkak (mengembang) dan susut yang kecil.
c. Tahan reaksi alkali – silika.
d. Dapat mengurangi polusi udara.
e. Pada kondisi tertentu beton geopolimer lebih unggul dibandingkan
beton Portland konvensional.
Kekurangan – kekurangan beton geopolimer
a. Pembuatannya lebih rumit dari pada aspal beton konvensional (karena
membutuhkan alkali activator)
b. Belum ada mix design yang pasti

Material Terkandung :
Prekursor tersebut dapat berupa mineral alami ataupun limbah industri. Unsur
– unsur kimia di dalam prekursor bila dicampur dengan larutan alkali sebagai
aktivator, akan menghasilkan material pasta geopolimer dengan kekuatan
mengikat seperti pasta semen. Prekursor dan aktivator akan bersintesa

15
membentuk material padat melalui proses polimerisasi, dimana proses
polimerisasinya yang terjadi adalah disolusi dan diikuti dengan proses
polikondensasi.

2. Topmix Permeable atau dapat disebut juga dengan beton berpori. Fungsi dari
Topmix Permeable ini dapat memainkan sebuah aturan mendasar pada sebagian
besar desain drainase perkotaan yang berkelanjutan. Menyediakan kemudahan
dalam jangka panjang, jawaban dari banjir yang muncul kepermukaan yang
dapat diterapkan dengan cepat dan biaya yang efektif. Sebuah solusi baru dari
pengeringan dan perkerasan beton dengan cepat dan dengan biaya yang efektif.
Topmix permeable ini dapat dengan cepat mengarahkan kelebihan air jauh dari
jalan, permukaan parkir, dan jalan setapak. Tidak seperti beton konvensional,
beton ini memiliki rasio kekosongan yang tinggi antara 20%-35%. Hal ini
memungkinkan resiko banjir permukaan dan kontaminasi aliran air dapat
diatasi.

Penerapan : Beban lalu lintas ringan seperti lahan parker dan jalur pejalan kaki,
Area rekreasi, jalan pinggiran kolam renang, dan Tepi saluran.

Kelebihan
Beton berpori merupakan material konstruksi yang multifungsional dengan
beberapa kelebihan, seperti :
a. Selang waktu pemeliharaan yang lebih lama.
b. Mengurangi limpasan permukaan di suatu daerah.
c. Instalasi yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pemasangan
perkerasan bata beton.

Kekurangan
Beton berpori juga memiliki kekurangan, seperti :
a. Karena kuat tekan yang lebih rendah daripada beton konvensional, maka
beton berpori hanya digunakan pada jalan-jalan lokal perumahan, trotoar,
dan lapangan parkir.

16
b. Biaya instalasi beton berpori relatif lebih mahal daripada beton biasa.

Material Terkandung :
Beton berpori adalah beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada
strukturnya, sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-rongga
yang terdapat pada beton. Agregat yang digunakan hanya agregat kasar saja
atau dengan sedikit agregat halus. Faktor air semen harus dijaga sedemikian
rupa agar setelah beton mengeras pori-pori yang terbentuk tidak tertutup oleh
campuran pasta semen yang mengeras. Selain itu kontrol pada faktor air semen
juga bertujuan agar butir-butir agregat dapat terikat kuat satu sama lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://ekwinsugiartojp.wordpress.com/2015/01/24/Perkerasan-jalan-beton-
berpori/

http://jurnalteknik.janabadra.ac.id/wpcontent/uploads/2016/02/Jurnal-Teknik-
UJB-Vol.-5-No.-1-EdisiApril-2015-11-JUNI-2015_1.pdf._

http://jurnalteknik.janabadra.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/Jurnal-
Teknik-UJB-Vol.-5-No.-1-Edisi-April-2015-11-JUNI-2015_1.pdf

https://www.ehow.com/how-does_4606911_epoxy-asphalt

18

Anda mungkin juga menyukai