Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BESAR

PERKERASAN JALAN

KELAS SIPIL 1
DOSEN : JUSMIDAH, ST., MT

PRODI SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘allaikumWr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua.Karena atas izin dan ridhlo dari-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas besar ini.

Tugas besar ini berisi tentang “agregat” dari hasil proses pembelajaran di kampus teknik
Unanda yaitu Pra Lab. Perkerasan jalan mata kuliah perkerasan jalan.

Semoga setelah membaca isi dari tugas besar ini,Anda mendapatkan informasi dengan
segudang ilmu yang bermanfaat.Apabila ada salah dalam penulisan kata, tolong dimaklumi
dan dimaafkan.

Sekiandari kami, kami ucapkan banyak terimakasih karena telah membaca makalah ini.

Wassalamu ‘allaikumWr. Wb.

Palopo, 26 Juni 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau batu belah
ataupun bahan lainnya.Berdasarkan bahan pengikat yang menyusunnya, konstruksi
perkerasan jalan dibedakan atas beberapa jenis antara lain:
a. Konstruksi perkerasan lentur
(Flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagi bahan
pengikat di mana lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban
lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku
(Rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai
bahan pengikat dimana pelat beton dengan atau tanpa tulangandiletakkan di atas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah sehingga beban lalulintas sebagian besar dipikul oleh
pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit
(Composite pavement), yaitu perkerasan kaku yangdikombinasikan dengan perkerasan
lentur dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas
perkerasan lentur.

 Konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement),


Perkerasan lentur adalah perkerasan yang bahan penyusun nya agregat dan
aspal.dikatakan perkerasan lentur karena ketika lapisan perkerasan ini mengalami
suhu yang tinggi maka akan melentur.
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk suatu sprektum/beragam tergantung komposisi
unsung-unsur penyusunnya.

Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada


agregat sebelum dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau
disiramkan pada lapisanagregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-
agregat yang lebih halus(pascahampar), seperti perkerasan penetrasi macadam atau
peleburan.

Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan). Agregat adalah material granular,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Atau dapat juga
didefinisikan sebagai butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 %
dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat
mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan.Adapun jenis agregat seperti agregat
kasar,halus,dan abu batu (filler).
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasanjalan,
berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain
Fungsi agregat
1. Menghemat penggunaan Semen Portland,
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton,
3. Mengurangi susut pengerasan beton,
4. Mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi yang baik maka akan
didapat beton yang padat,
5. Mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan adukan beton. Dengan gradasi
yang baik, akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk dikerjakan.

Sumber agregat
a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya.
Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan tidak
pipih. Agregat alam terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari
penghancuran oleh alam dari batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai
atau di daratan. Agregat beton alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari
batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf. Bentukya bulat
tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika
digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat batu
pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran
tertentu.

b. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.

Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca =
Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa
pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku
putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung karbon,
kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.
BAB II
ISI
2.1 Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 0,5 cm (PBI
1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil adalah
bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan dan berbentuk
agak bulat serta permukaannya licin. Sedangkan batu pecah (kricak) adalah bahan
yang diperoleh dari batu yang digiling (dipecah) menjadi pecahan-pecahan berukuran
0,5-0,75 cm. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (spesifikasi
dari AASHTO, American Association of State Highway and Transportation Officials,
yang juga digunakan oleh Bina Marga) atau yang tertahan saringan 2,36 mm
(standard dari BSI, British Standard Institution atau lebih sering disebut sebagai BS,
British Standard).
Agregat kasar boleh didapati dari sumber natural atau artificial. Sumber natural
biasanya dari kumpulan Granit atau Batu Kapur. Fungsi agregat kasar itu sendiri yaitu
sebagai material yang memberikan kekuatan ikat pada beton yang di campurkan dengan
cement dan pasir. Agregat kasar biasanya digunakan pada campuran beton dan lapis
perkerasan aspal.

1. Syarat Agregat Kasar :

 Butirannya tajam, kuat dan keras

 Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.

 Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
 Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %

 Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur >15 %, karena dapat mengurangi
kekuatan ikatan dengan agregat kasar yang lain sehingga agregat seharusnya di cuci
apabila banyak mengandung lumpur

 Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak beton.

 Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7, dan harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
 sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
 sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat 18
 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, mak 60% dan
min 10 % dari berat.

 Tidak boleh mengandung garam


2. Bentuk fisik agregat kasar yang baik untuk beton :

1. Berbentuk Kebulatan atau Hampir Bulat


Agregat dengan butir-butir bulat umumnya lebih baik daripada agregat dengan butir-butir
yang berbentuk pipih atau panjang. Hal ini dikarenakan butir-butir bulat menghasilkan
tumpukan butir yang yang erat jika dikonsolidasikan, sehingga hanya membutuhkan pasta
semen yang sedikit dengan kemudahan pengerjaan yang sama.

2. Tekstur Permukaan Kasar


Tekstur yang kasar mungkin akan mengurangi derajat kemudahan pengerjaan. Namun,
tekstur kasar pada agregat dapat meningkatkan rekatan agregat-semen sampai 1,75 kali dan
meningkatkan kuat tekan beton hingga 20 persen.

3. Berat Jenis Ringan


Agregat dengan berat jenis yang rendah biasa disebut dengan agregat ringan. Agregat ringan
mempunyai berat jenis dibawah 2,0. biasanya dipakai untuk beton non-struktural. Akan tetapi
agregat ini juga bisa digunakan sebagai beton struktural dengan beberapa perlakuan khusus.
Struktur yang menggunakan agregat ringan akan mengurangi berat struktur tersebut sehingga
membutuhkan dimensi fondasi yang lebih kecil.

4. Ukuran Butir Maksimal


Adukan beton dengan kemudahan pengerjaan dan rencana kekuatan yang sama, akan
membutuhkan jumlah semen yang lebih sedikit dengan ukuran butir agregat yang besar-
besar. Semakin sedikit semen, maka beton akan semakin hemat dan dapat mengurangi
dampak panas hidrasi yang menyebabkan beton menjadi retak akibat kembang susutnya.
Namun, tetap penggunaan agregat terdapat batasan ukuran butir maksimal. Hal ini dapat
dilihat di berbagai referensi.

2.2 Angregat Halus


1. Pengertian agregat halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau
pasir yang di hasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai kehalusan 2,0 -
5,0 mm. sedangkan menurut SNI 02-6820-2002, agregat halus adalah agregat
dengan butiran maksimum 4,75 mm dan menurut nevil (1997), agregat halus
merupakan agregat yang besarnya dari 5mm,sehingga pasisr dapat berupa pasir
alam atau berupa pasir dari pemecah batu yang dihasilkan oleh pemecah batu.
2. Persyaratan agregat halus
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI-03-682-2002 dalah sebagai
berikut :
a) Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras.
b) Butiran-butiran halus bersifat kekal,artinya tidak pecah atau hancur akibat
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat dapat di uji dengan larutan jenuh garam.
Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat.
Sedangkan dipakai magnesium sulfat.
c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat
kering), jika kadar lumpur melampui 5% maka pasir harus di cuci.
3. Gradasi agregat halus
Gradasi agregat halus adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butiran-
butiran agregat yang mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan
besar. Sebaliknya bila ukuran butiran-butirannya bervartisivasi akanterjadi volume
pori yang kecil.
Menurut SK SNI T-15-1990-03, kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi empat
kelompok menurut gradasinya, yaitu :
a. ZONE I : Pasir kasar
b. ZONE I I : Pasir agak kasar
c. ZONE III : Pasir agak halus
d. ZONE IV : Pasir halus
Tabel persyaratan agregat halus sebagai berikut :

4. Sifat agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan
kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah :
 Gradasi
 Kebersihan
 Kekerasan
 Ketahanan agregat
 Bentuk butir
 Tekstur permukaan
 Porositas
 Kemampuan untuk menyerap air
 Berat jenis, dan
 Daya kelelahan terhadap aspal
5. Tipe gregat halus
a) Pasir galian
Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali.
Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan
garamwalaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan
dicuci terlebihdahulu.
b) Pasir Sungai
Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak
kurang karena bentuk butiran yang bulat.
c) Pasir Laut
Pasir laut adalahpasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan
bulatkarena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung
banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan
mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan pengembangan
volume bila dipakai pada bangunan. Selain dari garam ini mengakibatkan
korosi terhadap struktur beton, olehkarena itu pasir laut sebaiknya tidak
dipakai.
6. Fungsi agregat halus
fungsi utama agregat halus adalah sebagai bahan pengisi diantara agregat kasar,
sehingga ikatan menjadi lebih kuat.
Fungsi Agregat Secara Umum :
a. Menghemat penggunaan Semen Portland
b. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
c. Mengurangi susut pengerasan beton
d. Mencapai susunan yang padat pada beton.
e. Dengan gradasi yang baik maka akan didapat beton yang padat
f. Mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan adukan beton.
g. Dengan gradasi yang baik, akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk
dikerjakan

A. Hasil Analisi Didalam Lab


1. Saringan
Saringa adalah alat yang digunakan untuk menapis pasir untuk
memisahkan ukuran pasir.
Batas penyaringan 30 menit dan didiamkan selama 1 menit.
Jenis-jenis saringan yaitu :
a. Saringan No 4
b. Saringan No 8
c. Saringan No 16
d. Saringan No 30
e. Saringan No 50
f. Saringan No 100
g. Saringan No 200
Saringan yang paling halus yaitu saringan 200 biasa digunakan
sebagai filler (penambahan) yang tertahan maksimal 15% jika lebih
maka tidak layak digunakan karena lumpurnya tetrlalu banyak.

Gbr. Saringan

2. Thermometer
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur) ataupun perubahan suhu. Istilah thermometer berasal dari
bahasa latin thermometer yang berarti panas dan meter berarti mengukur.
Di gunakan untuk mengatahui suhu aspal yang di goreng.

Gbr. Thermometer
3. Sieve shaker
Sieve shaker adalah alat yang digunakan untuk memisahkan padat dengan
cairan dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya
nilai mesh saringan yang berbeda-beda. Peralatan ini memanfaatkan
getaran dan tambahan air yang memudhkan bahan yang hendak dipisahkan
bias lewat saringan.

Gbr. Sieve shaker

2.3 Abu Batu


Abu batu adalah bahan bangunan yang merupakan hasil dari proses
penghancuran bongkahan batu yang di fungsikan untuk kombinasi beton. Abu
batu bisa di bilang memiliki volume yang banyak dan masih dalam tahap
pengembangan untuk mengurangi penggunaan pasir dalam adukan beton.
Abu batu umumnya berwarna abu abu dan terdiri butiran yang cukup kasar.
Abu batu sering digunakan menjadi bahan sampingan sebagai kombinasi dari
adukan atau beton.
Abu batu mudah di dapatkan dan bisa di nilai murah dari segi harga, selain
sebagai kombinasi adukan beton abu batu juga bisa dapat di jadikan dasar dari
pemasangan paving block maupun grass block.
Penggunaan abu batu dalam kombinasi bahan bangunan bisa menopang anda
dalam menghemat bahan, misalnya pada penggunaan semen. Anda bisa
mengkombinasikan adukan semen, abu batu, pasir agar tetap kuat dalam
volume yang lebih baik banyak serta penambahan abu batu ke dalam adukan
beton agar tidak menghasilkan produk yang terlalu kasar.

NAMA ABU BATU


Ukuran Umum Butiran Harus, 0-5 mm
Kegunaan Beton Pracetak (precast), Aspal, Beton Pengganti Pasir Alam
Nama Lain M-sand, Pasir Buatan, Abu Terbang , Debu
Jenis Batuan Andesit
Kadar Organik Rendah(<10%)
a. Hasil Analisis Dalam Lab
Jadi, berdasarkan hasil yang kami peroleh dalam lab perkerasan jalan fungsi
abu batu itu untuk mengisi rongga rongga yang kosong pada aspal yang
mengikat agregat kasar. Jadi cara untuk menentukan abu batu yang di
gunakan yaitu melalui beberapa saringan. Mulai dari saringan 4, 8, 16, 30, 50,
100, 200, dan PAN.
Jadi dalam pembuatan bracket atau aspal itu dengan cara mencampur agregat
kasar, aspal dan abu batu yang telah di tentukan dengan ketentuan yang ada
kemudian menaikkan suhunya menjadi 140°-150°C, kemudian memasukan
dalam alat untuk membentuk bracket atau moll dan diamkan menjadi suhu
110°-120°C, ini khusus untuk aspal ACWC.
b. Manfaat Abu Batu Yang Lain
a.1 Manfaat Abu Batu Untuk Paving Block (conblock) dan Batako
a. Bahan Pengganti Pasir
Penggunaan abu batu dalam industry beton bisa mencapai lebih dari 50%
untuk pembuatan conblock,batako,gorong gorong dan sebagainya. Seringkali
hal ini di lakukan untuk menyiasati pasir yang menipis dan semakin mahal.
Dapatkan abu batu menjadi solusi tepat dengan harga yang cukup murah
namun berkuakitas.
b. Mampu Mengikat Lebih Baik
ukuran dan tekstur abu batu yang “tajam” karena proses pemecahan batu dapat
dengan mudah mengikat semen saat di angkat udara.
c. Menghemat Penggunaan Semen
tekstur yang “tajam” dan cukup halus membuat abu batu mampu
menggunakan semen sebagai pengikat antar agregat.
d. Mempercepat Proses Produksi
abu batu tidak peru diayak atau di saring lagi. Berbeda dengan pasir yang di
butuhkan bercampur dengan kerikil dan batu, di butuhkan waktu dan tenaga
tambahan untuk menyaringnya.
e. Memperkecil pori Conblock
pori pori yang kecil akan semakin meningkatkan kualitas conblock, selain itu
juga mampu mengembalikan tumbuhnya lumut di permukaan conblock
tersebut.
BAB 3
KESIMPULAN

 Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan). Agregat adalah material granular,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan

 Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 0,5 cm (PBI1971).
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah

 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau pasir
yang di hasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai kehalusan 2,0 - 5,0 mm.

 Abu batu adalah bahan bangunan yang merupakan hasil dari proses penghancuran
bongkahan batu yang di fungsikan untuk kombinasi beton. Abu batu bisa di bilang
memiliki volume yang banyak dan masih dalam tahap pengembangan untuk
mengurangi penggunaan pasir dalam adukan beton.

Anda mungkin juga menyukai