Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNOLOGI BETON
“DAYA SERAP AGREGAT HALUS”

Oleh :

Muhammad Digo (19323037)

Dosen Pengampu:

Anisa Prita Melinda, S.T, M.T

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya-lah maka penulis dapat menyelesaikan Business Plan ini dengan tepat
waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Daya Serap Agregat
Halus”, yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mengetahui
dan mempelajari tentang bagaimana dsya serap agregat halus yang digunakan sebagai bahan
untuk konstruksi bangunan.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Padang, 9 April 2021

Muhammad Digo
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4

B. Tujuan .....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Pengertian Agregat................................................................................................6

B. Kualitas Agregat....................................................................................................6

C. Klasifikasi Agregat................................................................................................7

BAB III PENGUJIAN..............................................................................................................8

A. Dasar Teori............................................................................................................8

B. Alat dan Bahan.......................................................................................................8

C. Langkah Kerja........................................................................................................9

D. Data yang Diperoleh……………………………………………………………..

BAB IV PENGOLAHAN DATA...........................................................................................10

A.Pengolahan Data Penelitian..................................................................................10

B.Hasil Penelitian.....................................................................................................11

BAB V PENUTUP..................................................................................................................12
A.Kesimpulan……………………………………………………………………...12
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia yang cukup pesat, dimana hampir 60%
material yang digunakan dalam konstruksi adalah beton. Berbagai bangunanyang
didirikan pada umumnya menggunakan beton sebagai bahan baku utamanya, baik
bangunan gedung, maupun bangunan air, serta berbagai jenis sarana transportasi. Beton
tersebut terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus dan menggunakan semen
sebagai bahan perekat dan iar sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia
selama proses pengerasan (Mulyono, 2003).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai lebih dari 3700 pulau dan pantai
sepanjang 80000 km, yang memiliki keanekaragaman karakteristik kualitas pasir pantai
dan pasir sungai. Pasir pantai umumnya memiliki karakteristik butiran halus dan bulat,
gradiasi yang seragam, serta menandung garam yang tidak menguntungkan bagi beton
sehingga penggunaannya tak dianjurkan dalam pembutan beton.Garam ini menyerap
kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan
pengembangan volume bila dipakai pada bangunan, namun pasir panti dapat digunakan
pada campuran beton dengan perlakuan khusus. Akan tetapi masyarakat sekitar pesisir
pantai masih menggunakan pasir tersebut sebagai agregat halus pada beton dengan alasan
mudah didapat.
Dilatar belakangi hal tersebut, maka perlu dilakukan pengujian terhadap daya serap
pasir pantai sebagai agregat halus dalam campuran beton.

B. Tujuan
1. Dapat menghitung banyaknya air yang terkandung dalam agregat halus sesuai
prosedur yang berlaku.
2. Mengetahui jumlah air yang terdapat dalam agregat halus dari keadaan kering
mutlak sampai keadaan jenuh kering, dan kemudian dinyatakan dalam persen.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan kualitas
beton. Agregat untuk beton adalah butiran adalah butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,063 mm – 150 mm. Agregat menurut
asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari sungai dan laut serta
agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Menurut (SNI No. 1737-1989-F), Agregat
adalah sekumpulan butir-butir batu pecah , kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik
berupa hasil alam maupun buatan.
Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa corse agregat
(kerikil),coarse sand (pasir kasar), dan fine sand (pasir halus). Dalam campuran beton,
agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% -
75% dari volume beton. Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton :
1. Menghemat penggunaan semen portland
2. Menghasilkan kekukatan besar pada beton
3. Mengurangi penyusutan pada beton
4. Dengan gradiasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat
5. Mempengaruhi koefisien pemuaian akibat panas.

Agregat Halus bersama agregat kasar dapat digolongkan berdasarkan spesific grafity:

 0.75 – 1.20 (7500 – 1200 kg/m^3) digolongkan agregat ringan


 1.2 – 2.80 (1200 – 2800 kg/m^3) digolongakan agregat normal
 >2.80 (>2800 kg/m^3) digolongkan agregat berat
B. Kualitas Agregat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas agregat sebagai material bangunan:

1. Gradiasi
Gradiasi agregat terutama agregat halus sangat penting peranannya dalam
membuat beton yang bermutu, karena gradiasi ini berpengaruh terhadap sifat
beton, antara lain:
 Mempengaruhi kelecekan (workability)
 Mempengaruhi sifat kohesif
 Mempengaruhi jumlah air pencampur dan semen yang diperlukan
 Mempengaruhi pengecoran dan pemadatan
 Mempengaruhi keadaan permukaan
 Kontrol terhadap sekregasi(pemisah butir) dan bleeding
(terpisahnya air permukaan beton).
2. Ketahanan Agregat
Untuk mengetahui aus suatu agregat maka dilakukan dengan pengujian
Bejana Los Angeles
3. Bentuk Butir
Menurut BS 812: Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
 Rounded
 Irregular
 Flaky
 Angular
 Elongated
4. Tekstur Permukaan
Sifat agregat sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya. Karakteristik bagian
luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaannya
mempengaruhi sifat beton segar dan yang sudah mengeras.
5. Porositas
Porositas adalah jumlah volume rongga atau pori yang terdapat dalam batuan,
dan dinyatakan dalam persen terhadap volume batuannya. Prorositas dalam
agregat sangat erat kaitannya dengan berat jenis, daya serap air, sifat kedap
air, modulus elastisitas, ketahanan aus, dan stabilitas terhadap zat kimia dari
beton yang akan dibuat.
6. Daya Serap Air
Jumlah air yang terdapat dalam agregat dari keadaan kering mutlak sampai
keadaan jenuh kering muka disebut air yang diserap dan dinyatakan dalam
persen
7. Berat Jenis
Berta jenis agregat dalah perbandingan antara berat volume agregat dan
volume air. Biasanya dilakukan untuk menentukan banyak pori.
C. Klasifikasi Agregat
Terdapat 2 jenis agregat yang umum dijumpai pada material campuran beton, yaitu:
1. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah, dengan ukuran
butiran antara 4,76mm – 150mm. Ada beberapa jenis agregat kasar yang
umum kita temukan seperti batu pecah alami, kerikil alami, dan agregat
kasar buatan. Ketentuan untuk agregat kasar antara lain:
 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak
berpori
 Agregat kasar tidk boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam
berat keringnya
 Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton
 Harus melewati tes kekerasan dengan bejana Rudelof dengan
beban uji 20 ton
 Angka kehalusan ( Fineness Modulus) untuk agregat kasar antara 6
mm – 7,5mm.
2. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat pemecah batu. Agregat ini memiliki ukuran antara 0,063mm – 4,76mm
yang meliputi pasir kasar dan pasir halus. Agregat halus sendiri memiliki
beberapa ketentuan sebagai berikut:
 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang tajam, keras
dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan
temperatur
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
 Tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk pasir halus antara
3,2mm – 4,5mm
 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beraneka ragamnya

Agregat halus yang tidak memenuhi ketentuan, pada dasarnya masih bisa
digunakan asal kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama, tetapi
dicuci terlebih dahulu dengan larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci
bersih dengan air pada umur yang sama. Agregat halus merupakan semua
agregat butiranya menembus saringan berikut:

 4.88 mm untuk standar SII.0052-1980


 4.75 mm untuk standar Astm C33, 1982
 5.00 mm untuk standar BS.812.1976.
PENGUJIAN

A. Landasan Teori
Kadar air dihitung berdasarkan perbandingan berat pasir dalam kondisi SSD
(saturated surface dry) dikurangi berat pasir kondisi kering tungku. Pasir dalam
kondisi jenuh kering muka (SSD) adalah pasir yang permukaannya kering, tetapi
butir-butirnya berisi sejumlah air yang diserap. Dengan demikian butiran butiran
agregat pada tahap ini tidak menyerap dan juga menambah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton (Tjokrodimuljo 2007).
Kadar air pasir ditentukan dengan rumus:
W = (S – A) x 100
A

Dengan :
W = Kadar air (%)

S = Berat jenuh pasir SSD (gr)

A = Berat pasir SSD di udara (gr)

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Sekop, Sikat Besi dan Fan

b. Ayakan 4.75 mm
c. Ember

d. Gelas Pcynometer, Kerucut Segitiga, dan Sendok Semen

e. Dungangan

2. Bahan
a. Pasir

b. Air

C. Langkah Kerja
1. Cuci bersih fan yang akan digunakan, kemudian keringkan menggunakan lap kain

2. Siapkan pasir sebanyak 500 gr


3. Timbang pasir sesuai dengan kebutuhan praktikum agar jumlah yang sudah
ditentukan lebih valid
4. Tuangkan air bersih kedalam ember yang berisi pasir, kemudian lakukan
perendaman selama 24 jam

5. Setelah 24 jam pisahkan air dari agregat


6. Ratakan Agregat didalam Fan untuk proses pengeringan

7. Isi air bersih ke dalam Dungangan


8. Pasir dikeringkan dengan cara dijemur hingga mencapai SSD
9. Uji pasir mrnggunakan kerucut segitiga untuk menentukan keadaan SSD

10. Jika pasir tercetak utuh menandakan pasir tersebut masih basih, Jika pasir runtuh
menandakan terlalu kering.
11. Jika pasir runtuh sebagian menandakan keadaan SSD

12. Kemudian timbang pasir setelah dilakukan uji SSD

13. Timbang berat gelas pcynometer dalam keadaan kosong, setelah itu isi gelas
pcynometer dengan pasir sesuai dengan jumlah yang ditentukan
14. Tuang air kedalam gelas pcynometer yang sudah diberi pasir sebelumnya
15. Selanjutnya pasir dari hasil gelas pcynometer dimasukkan kedalam oven dan
diamkan selama 24 jam

16. Timbang kembali pasir yang telah dikeluarkan dari oven

17. Cuci bersih kembali alat-alat yang telah digunakan.


D. Data Penilitian
Setelah dilakukan pengujian daya serap agregat halus maka diperoleh data sebagai
berikut:
1. Berat Jenuh pasir SSD untuk:
 sampel 1 = 500 gr
 sampel 2 = 500 gr
2. Berat gelas Pcynometer setelah dimasukkan pasir SSD dan air, untuk:
 Sampel 1 = 930 gr
 Sampel 2 = 928 gr
3. Berat pasir SSD di udara, untuk:
 Sampel 1 = 489 gr
 Sampel 2 = 487 gr
4. Berat gelas pcynometer setelah diisi air, untuk:
 Sampel 1 = 644 gr
 Sampel 2 = 642 gr
PENGOLAHAN DATA

A. Pengolahan Data Penelitian


Setelah dilakukan pengujian daya serap agregat halus(pasir SSD), maka diperoleh
data yang kemudian akan diolah sebagai berikut:
1. Daya Serap (%)
Rumus:
(S – A) x 100
A
Keterangan :
A = berat pasir SSD di udara (gr)
S = berat jenuh pasir SSD (gr)

Maka :

 Untuk sampel 1
W = (500 – 489) x 100
489
= 2.24 %
 Untuk sampel 2
W = (500 – 487) x 100
487
= 2.66 %
B. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian daya serap agregat halus, maka diperoleh data sebagai
berikut.

Penjelasan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata


Berat jenuh pasir SSD (gr) 500 500 500
Berat gelas Pcynometer setelah 930 928 929
dimasukkan pasir SSD dan air(gr)
Berat pasir SSD di udara 489 487 488
Berat gelas pcynometer setelah diisi 644 642 643
air
Daya Serap (Absorption) 2.24 2.66 2.45

PENUTUP
A. Kesimpulan
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
memiliki ukuran antara 0,063mm – 4,76mm yang meliputi pasir kasar dan pasir halus.
Setelah dilakukan penelitian terhadap daya serap agregat halus, dan diperoleh daya
serapnya yaitu 2.45%. Sesuai dengan SNI 03 – 1970- 1990, maka jenis pasir tersebut baik
digunakan dalam konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai