Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik sipil
pada program studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
Oleh :
Azmi Baharudin Yusuf
1600480
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Jalan menurut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (2004) adalah prasana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lntas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Berdasarkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (2004), pengelompokan jalan sesuai dengan peruntukannya dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Jalan Umum, yaitu jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan umum menurut
fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
a. Jalan Arteri, merupakan jalam umum yang berfungsi melayani angkutan umum
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayangi angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk tidak
dibatasi.
d. Jalan Lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2. Jalan Khusus, yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakan untuk kepentingan sendiri.
2.1.1 Karakteristik Jalan
Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut. Karakteristik jalan
tersebut terdiri atas beberapa hal, yaitu : Geometrik Jalan, komposisi arus dan pemisahan
arah, pengaturan lalu lintas, pengendalian kecepatan, pergerakan kendaraan berat, parkir dan
Hambatan samping. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan, manusia sebagai
pengemudi kendaraan juga merupakan bagian dari arus lalu lintas yaitu sebagai pemakai
jalan.
2.2 Perencanaan Transportasi
Morlok (1988) mendefinisikan transportasi berarti memindahkan atau mengangkut
sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi bisa juga diartikan sebagai usaha
pemindahan atau pergerakan sesuatu dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan
menggunakan suatu alat tertentu. Dengan demikian maka transportasi memiliki dimensi
seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan keperluan tertentu. Jadi dalam suatu
transportasi selalu berhubungan dengan ketiga dimensi tersebut. Secara umum dapat
disimpulkan, bahwa transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang
dan / atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana
(kendaraan, pipa, dan lain – lain). Menurut Alvinsyah & Soehodho (1997) terdapat tiga
karakteristik dasar untuk hampir semua permasalahan sistem transportasi, yaitu (1) wilayah
yang dikaji meliputi perjalanan orang dan barang; (2) keberadaan berbagai teknologi
transportasi dan cara yang berbeda dalam operasional, aturan dan harga, yang kesemuanya
menimbulkan berbagai cara dalam rangka merubah sistem transportasi pada suatu wilayah
tertentu; (3) tujuan yang hendak dicapai oleh peningkatan sistem transportasi. Agar kegiatan
transportasi dapat terselenggara dengan baik, aman, tertib dan lancar sesuai dengan
keinginan, maka perlu adanya rencana operasi atau prosedur pengaturan yang mengikat.
Secara umum komponen sistem transportasi dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Lintasan atau jalur sebagai tempat benda tadi bergerak
b. Terminal yang merupakan simpul keluar masuk kendaraan dari maupun ke sistem dan
sebagai tempat pergantian moda transportasi
c. Kendaraan yang memberikan sesuatu mobilitas terhadap benda yang diangkut untuk
suatu jalur gerak tertentu dan dapat digerakkan di jalur tersebut.
d. Rencana operasi atau prosedur pengaturan yang dapat menjamin kegiatan transportasi
(lalu lintas orang dan barang) bergerak secara aman, lancar dan tertib.
2.3 Simpang
Persimpangan merupakan titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan
dimana lintasan lintasan kendaraan yang saling berpotongan. Persimpangan merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu
jaringan jalan, khususnya daerah perkotaan. (Studi Transportation Engineering I
DLLAJR,1987)
2.3.1 Simpang Tak Bersinyal
Simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai jalan harus
memutuskan apakah mereka cukup aman untuk melewati simpang atau harus berhenti dahulu
sebelum melewati simpang tersebutsehingga simpang tanpa sinyal biasa menimbulkan
antrian panjang antar kendaraan karena tidak adanya kendaraan yang mau mengalah simpang
tanpa sinyal biasanya hanya memiliki tiga kaki walupun memiliki empat tapi arus lalu lintas
yang melewati simpang tersebut masih kurang.
2.3.2 Simpangan dengan Sinyal Lalu Lintas
Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan jalan yang
pergerakan atau arus lalu lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk
melewati persimpangan secara bergilir. Karakteristik simpang bersinyal diterapkan dengan
maksud sebagai berikut :
a. Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya konflik
arus lalu lintas yang dapat dilakukan menjaga kapasitas yang tertentu selama kondisi
lalu lintas puncak.
b. Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan simpang
yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
c. Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan yang
berlawanan arah atau konflik. Perbandingan antara jumlah konflik yang terjadi pada
simpang dengan lampu lalu lintas :
2.4 Konflik Lalu Lintas
Konflik lalu lintas menurut Al-Rajie didefinisikan sebagai situasi yang dapat diamati di
mana dua pengguna jalan atau lebih mendekati satu sama lain pada ruang dan waktu yang
sama yang memiliki risiko terjadinya tabrakan jika gerakan mereka tetap tidak berubah.
Konflik lalu lintas juga merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
aspek keselamatan dalam sistem transportasi. Sesuai dengan kondisi lalu lintasnya, di mana
terdapat pertemuan jalan dengan arah pergerakan yang berbeda, simpang sebidang
merupakan lokasi yang potensial untuk menjadi titik pusat konflik lalu lintas yang bertemu,
penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas, tempat terjadinya kecelakaan, konsentrasi
para penyeberang jalan atau pedestrian. Masalah utama yang saling mengkait di
persimpangan adalah :
a. Volume dan kapasitas, yang secara langsung mempengaruhi hambatan
b. Desain geometrik, kebebasan pandangan dan jarak antar persimpangan
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan,kecepatan, lampu jalan,pejalan kaki, parkir, akses
dan pembangunan yang sifatnya umum.
Pada umumnya pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal digunakan untuk
beberapa tujuan, yang antara lain adalah :
1) Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya
konflik arus lalu lintas yang dapat dilakukan menjaga kapasitas yang tertentu selama
kondisi lalu lintas puncak.
2) Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan simpang
yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
3) Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan yang
berlawanan arah atau konflik.
2.5 Penentuan Fase
Pada perencanaan lalulintas, dikenal beberapa istilah:
1. Waktu siklus (cycle time): waktu satu periode lampu lalulintas, misalnya pada saat
suatu arus di ruas jalan A mulai hijau, hingga pada ruas jalan tersebut mulai hijau
lagi. 2. Fase: suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus atau
beberapa arus, yang mendapat identifikasi lampu lalulintas yang sama contoh:
a. Suatu perempatan dengan 2 fase
Panjang ( m ) Lebar ( m )
5,0 GEH
peringatan: kemungkinan model eror atau data buruk
10,0
Gambar 3.4 Denah Geometrik Simpang Tiga Jalan HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros,
Kota Cimahi
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan pada bulan Agustus 2020 sampai bulan September 2020.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan digunakan dalam metode perkiraan atau peramalan
(forecasting) adalah dengan memilih variabel yang bersifat dominan mempengaruhi
kinerja lalu lintas simpang tiga tersebut. Menurut Basuki (1986), bahwa ramalan yang
komplek adalah meramal yang berhubungan dengan permintaan (demand) dengan
mengindahkan faktor-faktor (variabel) sosial, ekonomi, teknologi, dan selera.
1 Variabel Tak Bebas (Y) : Pergerakan Kendaraan Bermotor
2 Variabel Bebas (X1) : Volume Kendaraan
3. Variabel Bebas (X2) : Laju Kendaraan
4. Variabel Bebas (X3) : Antrian Kendaraan
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kendaraan bermotor yang ada di Kota
Cimahi, Jawa Barat.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian dalam penelitian ini merupakan kendaraan bermotor yang
melewati simpang tiga Armed Kota Cimahi, Jawa Barat.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sukunder. Teknik pengumpulan
data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam sebuah
penelitian. Untuk memperoleh data sekunder dalam penelitian ini, peneliti mengambil data
dari hasil studi litelatur dari berbagai Jurnal dan data lainnya yang relevan , sebagai berikut :
Tabel 3.1. Pengumpulan Data Sekunder
No Keterangan Data Sumber Data
1 Volume Kendaraan Jurnal
2 Kecepatan Kendaraan Jurnal
3 Antrian Kendaraan Jurnal
4 Data Pertumbuhan Lalu Lintas Kota Cimahi Laman DISHUB
5 Laju Pertumbuhan Jalan Raya Laman DISHUB
6 Data Pertumbuhan Pendudukan BPS Kota Cimahi
3.7 Teknik Analisis Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil jurnal nantinya akan diolah dan
dianalisis dengan menggunakan Ms. Excel, Regresi Linear Berganda, Korelasi, dan PTV
Vissim yang digunakan sebagai alat simulator yang nantinya akan menghasilkan kinerja
simpang.
3.7.1 Software Ms. Excel
Data - data yang telah diperoleh dari Jurnal seperti data volume kendaraan, kecepatan
kendaraan dan antrian kendaraan yang kemudian dirapikan dan di rekap menggunakan Ms.
Excel dalam bentuk tabel dan grafik.
3.7.2 Menggunakan software PTV Vissim
Dalam penggunaan software Vissim, terdapat beberapa parameter yang perlu
ditentukan dan diinput agar model simulasi dapat berjalan. Secara singkat, parameter yang
perlu diatur untuk menjalankan model simulasi pada simpang tak bersinyal adalah sebagai
berikut.
a. Membuat link terlebih dahulu agar dapat membuat connector.
b. Menentukan jenis kendaraan pada 2D/3D Models, menambah dan menyesuaikan jenis
kendaraan pada Vehicle Types dan juga Vehicle Classes, mengatur kecepatan masing-
masing kendaraan pada Desired Speed Distribution, kemudian mengatur Vehicle
Compositions agar dapat menampilkan jenis kendaraan sesuai keiinginan.
c. Menginput volume lalu lintas pada Vehicle Inputs terlebih dahulu agar kendaraan dapat
keluar/muncul saat di running.
d. Menentukan rute perjalanan pada Static Vehicle Routing Decisions
e. Menentukan siklus lampu lalu lintas pada menu 3D Traffic Signal
f. Mengatur area konflik pada menu Conflict Areas
g. Memilih jenis tipe evaluasi dan menjalankan simulasi
h. Melakukan kalibrasi dengan metode trial and error hingga mencapai hasil yang
mendekati data observasi. Nilai parameter perilaku pengemudi (driving behavior)
diubah sesuai dengan perkiraan kondisi di lapangan yang berlaku
i. Mengulangi langkah ke 7 sampai hasil yang diperoleh mendekati hasil observasi di
lapangan.
3.8 Metode Analisis