Anda di halaman 1dari 21

” Analisis Kinerja Lalu Lintas pada Simpang Tiga di Kota Cimahi

dengan Metode Mikrosimulasi


(Studi Kasus : Simpang Jalan HMS Mintaredja, SH,
sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi)
Proposal Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik sipil
pada program studi Teknik Sipil

Disusun oleh :

Oleh :
Azmi Baharudin Yusuf
1600480

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (2017) menyatakan bahwa pertumbuhan jumlah


penduduk di Indonesia antara tahun 2010 sampai dengan 2016 sebesar 1,36% per
tahun. Sementara itu Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB (2015) menyatakan
bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 sebesar lebih dari 250 juta
jiwa, lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2025, lebih dari 285 juta jiwa ,pada tahun
2035 dan 290 juta jiwa pada tahun 2045. Kota Cimahi mempunyai jumlah
penduduk pada tahun 2019 sebesar 614,304 jiwa, dengan mengalami tingkat
pertumbuhan penduduk 1,07 % pada tahun 2019. Tingginya jumlah penduduk
tersebut tentunya akan berdampak pada mobilitas orang dalam melakukan
perjalanan baik itu aktivitas perjalanan yang dilakukan secara rutinitas maupun yang
sifatnya bukan rutinitas. Mobilitas penduduk tentunya juga harus didukung oleh
aksesibilitas transportasi yang baik. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan
atau kemudahan mengenai cara lokasi penggunaan lahan berinteraksi satu sama lain
dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
transportasi. Semakin meningkatnya kegiatan penduduk suatu daerah, maka
semakin meningkat pula pergerakan manusia, barang dan jasa sehingga kebutuhan
akan jasa transportasi akan meningkat pula. Transportasi merupakan salah satu
sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju...
Transportasi berperan sebagai sarana yang dapat mempercepat pencapaian tujuan
dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan sebagai
pemersatu wilayah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup
permasalahan transportasi mencakup beberapa hal, salah satunya adalah kebutuhan
akan pergerakan. Kebutuhan akan pergerakan terjadi karena adanya kebutuhan
untuk mencapai tempat-tempat pekerjaan, pendidikan, dan lainnya. Kegagalan
untuk memenuhi kebutuhan akan pergerakan ini akan mengakibatkan kemacetan,
tundaan, atau bahkan terjadinya kecelakaan. Masalah transportasi merupakan
masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia,
baik di bidang transportasi perkotaan (urban transportation) maupun transportasi
antar kota (rural transportation). Terciptanya suatu sistem transportasi yang
menjamin pergerakan manusia, kendaraan atau barang secara lancar, aman, cepat,
murah, nyaman dan sesuai dengan lingkungan sudah merupakan tujuan
pembangunan dalam berbagai sektor. Transportasi yang baik haruslah didukung
oleh sarana dan prasana transportasi yang baik pula serta penyelenggaraan yang
menerapkan manajemen aset infrastruktur dalam pegelolaan aset jalan di bawah
kewenangannya
Kota Cimahi merupakan lokasi yang sedang berkembang menjadi lokasi pusat
perkotaan dan industri , khususnya daerah Kota Cimahi bagian tengah salah satu
daerah yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi. Banyaknya aktivitas ekonomi
yang terjadi di simpang Armed sepanjang jalan HMS Mintaredja, SH, dengan jalan
Baros Cimahi seperti pendistribusian barang, jasa serta mobilitas tenaga kerja tanpa
diimbangi dengan kondisi prasarana jalan yang memadai menjadi penyebab utama
adanya kemacetan di sepanjang jalan HMS Mintaredja, SH, dengan jalan Baros
Cimahi. Dinas Perhubungan Kota Cimahi menyatakan bahwa laju pertumbuhan
kendaraan di Kota Cimahi mencapai 7% persen per tahun sedangkan laju
pertumbuhan jalan hanya mencapai 1,2% persen per tahun dan itu pun dihitung
selama 17 tahun, sejak tahun 2001 sampai tahun 2018. Jalan utama yang cukup
sempit sementara jumlah kendaraan bermotor yang melebihi kapasitas jalan (over
carrying capacity) menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan di sepanjang
jalan HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi. Pertumbuhan
jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan volume jalan yang
cenderung statis mengakibatkan terjadinya perlambatan hingga kemacetan
diberbagai ruas jalan. Hal ini memberikan dampak negatif yaitu terjadinya ketidak
seimbangan antara pertumbuhan kendaraan dengan pertumbuhan prasarana
transportasi. Permasalahan pergerakan transportasi ini sering terjadi pada daerah
persimpangan. Oleh karena itu persimpangan merupakan tempat sumber konflik lalu
lintas yang rawan terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya
ataupun antara kendaraan dengan pejalan kaki. Sehingga persimpangan merupakan
aspek penting di dalam pengendalian lalu lintas dan juga merupakan faktor yang
paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu
jaringan jalan Keadaan demikian tentu saja berdampak pada menurunnya kinerja
lalu lintas dan tingkat pelayanan dari ruas jalan maupun persimpangan yang ada di
Jalan raya Kota Cimahi. Oleh karena itu, kinerja suatu simpang merupakan faktor
utama dalam menentukan penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan
fungsi simpang. Berdasarkan kenyataan tersebut, peningkatan pelayanan simpang
tersebut menjadi sangat diperlukan. Untuk meningkatkan pelayanan simpang
tersebut perlu dilakukan evaluasi, analisis dan juga pemodelan pada simpang
bersinyal jalan. HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi
menggunakan software Vissim. Vissim adalah perangkat lunak aliran mikroskopis
untuk pemodelan lalu lintas, software Vissim dapat memudahkan dalam
menganalisis simpang tidak bersinyal secara keseluruhan dikarenakan dapat
memberi gambaran mengenai kondisi lapangan dalam bentuk simulasi 2D dan 3D.
Dari fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya dan untuk mengatasi
masalah tersebut maka perlu dibuat suatu kajian operasional dan analisis kinerja
suatu ruas jalan khususnya kinerja lalu lintas pada persimpangan tersebut. Untuk itu
diperlukan adanya kajian terhadap kinerja simpang dan analisis kinerja ruas jalan
disekitarnya maka penulis mencoba untuk mengangkat sebuah tugas akhir dengan
judul ”Analisis Mikrosimulasi Lalu Lintas Pada Simpang Tiga dengan
Software Vissim ( Studi Kasus : Simpang Jalan HMS Mintaredja, SH, sampai
dengan jalan Baros, Kota Cimahi)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Bagaimana kinerja lalu lintas kondisi eksisting simulasi pada simpang
Jalan. HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi
dengan menggunakan software Vissim?
b. Bagaimana mensimulasikan kondisi arus lalu lintas pada simpang Jalan.
HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi dengan
perilaku pengemudi menggunakan software Vissim?
c. Bagaimana fase lalu lintas dan simulasi waktu siklus APILL pada
simpang Jalan. HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota
Cimahi dengan menggunakan software Vissim?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Mensimulasikan kondisi arus lalu lintas pada simpang Jalan. HMS
Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi dengan
perilaku pengemudi menggunakan software Vissim.
b. Menganalisis kinerja lalu lintas kondisi eksisting simulasi pada simpang
Jalan. HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros, Kota Cimahi
dengan menggunakan software Vissim.
c. Mengoptimasi fase lalu lintas dan mensimulasikan waktu siklus APILL
simpang bersinyal Jalan. HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan
Baros, Kota Cimahi dengan menggunakan software Vissim.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagi penulis dan mahasiswa jurusan Teknik Sipil, yaitu dapat dijadikan
sebagai referensi dalam menganalisis kinerja lalu lintas pada
persimpangan dengan menggunakan software Vissim.
b. Bagi Pemerintah dan Dinas Perhubungan Kota Cimahi yaitu sebagai
rekomendasi dalam mengeluarkan kebijakan terkait hasil penelitian
tersebut dalam mengatasi masalah kemacetan pada simpang ini.
1.5. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini diupayakan melakukan pembahasan secara detail
dengan menyesuaikan kajian-kajian berdasarkan kegunaan dan
kepentingannya dalam bentuk sistematika pembahasan yang dijabarkan
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi uraian tentang teori-teori yang mendukung tema yang dibahas
berasal dari buku-buku maupun dari tulisan-tulisan lain yang ada
hubungannya dengan tugas akhir yang dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bagian ini berisi uraian tentang kerangka pikir (flowchart), lokasi penelitian,
metode, peralatan penelitian, waktu penelitian dan metode analisa data yang
dilakukan.

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Jalan menurut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (2004) adalah prasana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lntas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Berdasarkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (2004), pengelompokan jalan sesuai dengan peruntukannya dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Jalan Umum, yaitu jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan umum menurut
fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
a. Jalan Arteri, merupakan jalam umum yang berfungsi melayani angkutan umum
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayangi angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk tidak
dibatasi.
d. Jalan Lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2. Jalan Khusus, yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakan untuk kepentingan sendiri.
2.1.1 Karakteristik Jalan
Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut. Karakteristik jalan
tersebut terdiri atas beberapa hal, yaitu : Geometrik Jalan, komposisi arus dan pemisahan
arah, pengaturan lalu lintas, pengendalian kecepatan, pergerakan kendaraan berat, parkir dan
Hambatan samping. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan, manusia sebagai
pengemudi kendaraan juga merupakan bagian dari arus lalu lintas yaitu sebagai pemakai
jalan.
2.2 Perencanaan Transportasi
Morlok (1988) mendefinisikan transportasi berarti memindahkan atau mengangkut
sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi bisa juga diartikan sebagai usaha
pemindahan atau pergerakan sesuatu dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan
menggunakan suatu alat tertentu. Dengan demikian maka transportasi memiliki dimensi
seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan keperluan tertentu. Jadi dalam suatu
transportasi selalu berhubungan dengan ketiga dimensi tersebut. Secara umum dapat
disimpulkan, bahwa transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang
dan / atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana
(kendaraan, pipa, dan lain – lain). Menurut Alvinsyah & Soehodho (1997) terdapat tiga
karakteristik dasar untuk hampir semua permasalahan sistem transportasi, yaitu (1) wilayah
yang dikaji meliputi perjalanan orang dan barang; (2) keberadaan berbagai teknologi
transportasi dan cara yang berbeda dalam operasional, aturan dan harga, yang kesemuanya
menimbulkan berbagai cara dalam rangka merubah sistem transportasi pada suatu wilayah
tertentu; (3) tujuan yang hendak dicapai oleh peningkatan sistem transportasi. Agar kegiatan
transportasi dapat terselenggara dengan baik, aman, tertib dan lancar sesuai dengan
keinginan, maka perlu adanya rencana operasi atau prosedur pengaturan yang mengikat.
Secara umum komponen sistem transportasi dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Lintasan atau jalur sebagai tempat benda tadi bergerak
b. Terminal yang merupakan simpul keluar masuk kendaraan dari maupun ke sistem dan
sebagai tempat pergantian moda transportasi
c. Kendaraan yang memberikan sesuatu mobilitas terhadap benda yang diangkut untuk
suatu jalur gerak tertentu dan dapat digerakkan di jalur tersebut.
d. Rencana operasi atau prosedur pengaturan yang dapat menjamin kegiatan transportasi
(lalu lintas orang dan barang) bergerak secara aman, lancar dan tertib.
2.3 Simpang
Persimpangan merupakan titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan
dimana lintasan lintasan kendaraan yang saling berpotongan. Persimpangan merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu
jaringan jalan, khususnya daerah perkotaan. (Studi Transportation Engineering I
DLLAJR,1987)
2.3.1 Simpang Tak Bersinyal
Simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai jalan harus
memutuskan apakah mereka cukup aman untuk melewati simpang atau harus berhenti dahulu
sebelum melewati simpang tersebutsehingga simpang tanpa sinyal biasa menimbulkan
antrian panjang antar kendaraan karena tidak adanya kendaraan yang mau mengalah simpang
tanpa sinyal biasanya hanya memiliki tiga kaki walupun memiliki empat tapi arus lalu lintas
yang melewati simpang tersebut masih kurang.
2.3.2 Simpangan dengan Sinyal Lalu Lintas
Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan jalan yang
pergerakan atau arus lalu lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk
melewati persimpangan secara bergilir. Karakteristik simpang bersinyal diterapkan dengan
maksud sebagai berikut :
a. Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya konflik
arus lalu lintas yang dapat dilakukan menjaga kapasitas yang tertentu selama kondisi
lalu lintas puncak.
b. Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan simpang
yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
c. Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan yang
berlawanan arah atau konflik. Perbandingan antara jumlah konflik yang terjadi pada
simpang dengan lampu lalu lintas :
2.4 Konflik Lalu Lintas
Konflik lalu lintas menurut Al-Rajie didefinisikan sebagai situasi yang dapat diamati di
mana dua pengguna jalan atau lebih mendekati satu sama lain pada ruang dan waktu yang
sama yang memiliki risiko terjadinya tabrakan jika gerakan mereka tetap tidak berubah.
Konflik lalu lintas juga merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
aspek keselamatan dalam sistem transportasi. Sesuai dengan kondisi lalu lintasnya, di mana
terdapat pertemuan jalan dengan arah pergerakan yang berbeda, simpang sebidang
merupakan lokasi yang potensial untuk menjadi titik pusat konflik lalu lintas yang bertemu,
penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas, tempat terjadinya kecelakaan, konsentrasi
para penyeberang jalan atau pedestrian. Masalah utama yang saling mengkait di
persimpangan adalah :
a. Volume dan kapasitas, yang secara langsung mempengaruhi hambatan
b. Desain geometrik, kebebasan pandangan dan jarak antar persimpangan
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan,kecepatan, lampu jalan,pejalan kaki, parkir, akses
dan pembangunan yang sifatnya umum.
Pada umumnya pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal digunakan untuk
beberapa tujuan, yang antara lain adalah :
1) Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya
konflik arus lalu lintas yang dapat dilakukan menjaga kapasitas yang tertentu selama
kondisi lalu lintas puncak.
2) Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan simpang
yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
3) Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan yang
berlawanan arah atau konflik.
2.5 Penentuan Fase
Pada perencanaan lalulintas, dikenal beberapa istilah:
1. Waktu siklus (cycle time): waktu satu periode lampu lalulintas, misalnya pada saat
suatu arus di ruas jalan A mulai hijau, hingga pada ruas jalan tersebut mulai hijau
lagi. 2. Fase: suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus atau
beberapa arus, yang mendapat identifikasi lampu lalulintas yang sama contoh:
a. Suatu perempatan dengan 2 fase

Gambar 2.3 Simpang dengan 2 fase (Sumber: Manual Kapasitas Jalan


Indonesia (MKJI), 1997)
b. Suatu perempatan dengan 4 fase

Gambar 2.4 Simpang dengan 4 fase (Sumber: Manual Kapasitas Jalan


Indonesia (MKJI), 1997)
c. Suatu perempatan dengan 3 fase

Gambar 2.5 Simpang dengan 3 fase (Sumber: Manual Kapasitas Jalan


Indonesia (MKJI), 1997)
d. Suatu pertigaan dengan 2 fase

Gambar 2.6 Simpang dengan 2 fase (Sumber: Manual Kapasitas Jalan


Indonesia (MKJI), 1997)
2.6 Karakteristik Lalu Lintas
Teori arus lalu lintas adalah suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan kendaraan
antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain. Sayangnya, mempelajari arus
lalu lintas sulit karena perilaku pengemudi adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi dengan
pasti. Untungnya, pengemudi cenderung berperilaku dalam kisaran cukup konsisten dan
dengan demikian, aliran lalu lintas cenderung memiliki beberapa konsistensi yang wajar dan
secara kasar dapat direpresentasikan secara matematis. Untuk lebih mewakili arus lalu lintas,
hubungan telah dibuat antara tiga karakteristik utama: arus, kecepatan, dan kerapatan.
Hubungan ini membantu dalam perencanaan, desain, dan operasi fasilitas jalan
(id.wikibooks.org). Parameter arus lalu lintas dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni
Parameter Makroskopis, dan Mikroskopis.
2.7 Parameter Makroskopis
Parameter Makroskopis yakni parameter yang mencirikan arus lalu lintas sebagai suatu
kesatuan (system), sehingga diperoleh gambaran operasional sistem secara keseluruhan.
a. Volume Kendaraan Lalu Lintas
Menurut Sukirman Silvia. (1994), pengukur jumlah dari arus lalu lintas
digunakanlah volume. Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume
adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam
waktu yang lama tanpa membedakan arah dan lajur, segmen jalan selama selang
waktu tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau
sub jam. Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti,
15 menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan
nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua
tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang
(smp).
b. Kecepatan Lalu Lintas
Menurut Hobbs F. D. (1995), kecepatan merupakan indikator dari kualitas
gerakan lalu lintas yang digambarkan sebagai suatu jarak yang dapat ditempuh dalam
waktu tertntu dan biasanya dinyatakan dalam km/jam, kecepatan ini menggambarkan
nilai gerak dari kendaraan. Karakteristik kecepatan makroskopik menganalisis
kecepatan dari kelompok kendaraan yang melintas suatu titik pengamat atau suatu
potongan jalan pendek selama periode waktu tertentu. Kecepatan adalah besaran yang
menunujukkan jarak yang ditempuh. Biasanya dinyatakan dalam km/jam. Kecepatan
ini menggambarkan nilai gerak dari kendaraan. Perencanaan jalan yang baik tentu saja
haruslah berdasarkan kecepatan yang dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan tersebut
sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan (Sukirman Silvia, 1994)
c. Kepadatan Lalu Lintas
Kepadatan (density) atau kerapatan diartikan sebagai arus kendaraan yang
melintas atau yang melewati panjang ruas jalan atau lajur tertentu yang dapat
dinyatakan dengan jumlah kendaraan/satuan jarak. Kepadatan merupakan parameter
yang sangat penting dalam lalu lintas karena sangat mempengaruhi kinerja lalu lintas
itu sendiri. Karakteristik kepadatan, atau kerapatan makroskopik dinyatakan sebagai
sejumlah kendaraan yang menempati suatu potongan jalan. (Penerbit ITB, 2012)
2.8 Parameter mikroskopis
Parameter Mikroskopis yakni parameter yang mencirikan perilaku setiap kendaraan
dalam arus lalu lintas yang saling mempengaruhi. Pendekatan lalu lintas secara
mikroskopik menerangkan kondisi kendaraan secara berpisah pada penjelasan ini
diterangkan bahwa pergerakan kendaraan sangat dipengaruhi oleh perilaku kendaraan itu
secara individu, pendekatan secara mikroskopik mengkaji beberapa parameter penting
yang sangat mempengaruhi respon terhadapa kendaraan itu sendiri dalam berlalu lintas di
jalan raya adapun parameter – parameter antara lain spacing, headway, lane occupancy,
dan gap (clearance). (Khisty, 2010) ;
a. Spacing dan Headway
Kedua karakteristik ini merupakan kedatangan kendaraan secara berentetan dan
dilihat berdasarkan jarak antara dua kendaraan, jarak tersebut adalah jarak antara
bamper depan kendaraan yang berada di depan dengan bamper depan kendaraan
yang berada di belakang spacing bisa diukur dengan melihat jarak antar kendaraan
secara langsung di lapangan bisa lewat video maupun lewat foto citra satelit,
sedangkan headway dapat didefiniskan sebagai selang waktu kedatangan antar
kendaraan secara berurutan yang melewati titik tertentu pada suatu jalan, headway
sendiri dapat diukur dengan menggunakan stopwatch.
b. Lane Occupancy
Lane occupancy (tingkat hunian lajur) adalah salah satu ukuran yang digunakan
dalam pengawasan jalan tol. Lane occupancy dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan waktu ketika kenderaan ada di lokasi pengamatan pada lajur lau lintas
terhadap waktu pengambilan sampel.
c. Clearance dan Gap
Clearance dan Gap berhubungan dengan spacing dan headway, dimana selisih
antara spacing dan clearance adalah panjang rata-rata kenderaan. Demikian pula, selisih
antar headway dan gap adalah ekuivalen waktu dari panjang rata-rata sebuah kenderaan.
Tabel 2.1. Kerangka Dasar Karakteristik Arus Lalu Lintas

Karakteristik Lalu Lintas Mikroskopik Maksroskopik


Waktu Antara (Time Tingkat Arus
Arus Headway) (Flow Rate)
Kecepatan Rata-
Kecepatan Kecepatan Individu Rata
Jarak Antara Tingkat
Kerapatan (Distance Headway) Kerapatan

Sumber: (Penerbit ITB, 2012)


2.9 Mikrosimulasi
Mikrosimulasi merupakan salah satu kategori dari model simulasi. Menurut
Hormansyah, Sugiarto, dan Amalia (2017) mikrosimulasi adalah “simulasi pergerakan
kendaraan secara individu dalam pergerakan arus lalu lintas”. Pendekatan secara
mikrosimulasi mengkaji beberapa parameter penting yang sangat mempengaruhi terhadap
respons terhadap kendaraan itu sendiri dalam berlalu lintas di jalan raya. Adapun parameter
yang dapat mempengaruhi adalah spacing, headway, lane occupancy ,dan gap (clearance)
2.10 Vissim
Menurut PTV-AG [6], VISSIM adalah perangkat lunak multimoda simulasi lalu lintas
aliran mikroskopis. VISSIM dikembangkan oleh PTV (Planung Transportation Verkehr AG)
di Karlsruhe, Jerman. VISSIM berasal dari Jerman yang mempunyai nama "Verkehr Städten -
Simulationsmodell" yang berarti model simulasi lalu lintas perkotaan. VISSIM diluncurkan
pada tahun 1992 dan berkembang sangat baik hingga saat ini. VISSIM menyediakan
kemampuan animasi dengan perangkat tambahan besar dalam 3D. Simulasi jenis kendaraan
(yaitu dari motor, mobil penumpang, truk, kereta api ringan dan kereta api berat). Selain itu,
klip video dapat direkam dalam program, dengan kemampuan untuk secara dinamis
mengubah pandangan dan perspektif. Elemen visual lainnya,seperti pohon, bangunan,
fasilitas transit dan rambu lalu lintas, dapat dimasukkan ke dalam animasi 3D.
2.9.1 Jenis, Kelas, dan Kategori Kendaraan
Pada dasarnya jenis kendaraan di lapangan dengan yang disediakan di Vissim tidak
jauh berbeda. Secara default, Vissim menyediakan enam kelas dan kategori kendaraan
yaitu Car, HGV, Bus, Tram, Pedestrian dan Bike, dengan berbagai jenis model kendaraan
yang dapat dipilih sesuai keinginan. Namun di lapangan ada beberapa model dan dimensi
kendaraan yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis dan Dimensi Kendaraan
Dimensi Kendaraan
Jenis Kendaraan

Panjang ( m ) Lebar ( m )

Small City Car 3.900 1.695

Big City Car 4.455 1.735

Sedan 4.410 1.700

MPV 4.190 1.660

SUV 4.405 1.695

Mini Bus 4.170 1.695

Pick Up 4.170 1.700

Small Bus 6.980 2.035

Big Bus 11.180 2.425

Small Truck 5.960 1.970

Big Truck 9.210 2.495

Motor Matik 1.859 0.676

Motor Bebek 1.919 0.709

Motor Sport 2.030 0.750


Sumber: www.semisena.com

2.9.2 Parameter Kalibrasi Vissim


Pada perangkat lunak Vissim terdapat 168 parameter yang tertanam dalam perangkat
lunak Vissim dalam berdasarkan parameter tersebut dipilih beberapa parameter yang sesuai
dengan kondisi lalu lintas heterogen yang ada di Indonesia untuk menghasilkan model yang
sesuai dengan kondisi yang dilapangan, parameter yang dipilih pada permodelan anatara lain
(Saputra, 2016) :
a. Standstill Dinstance in Front of Obstacle yaitu parameter jarak aman ketika
kendaraan akan berhenti akibat kendaraan yang berhenti atau melakukan
perlambatan akibat hambatan dengan satuan meter (m).
b. Observed Vehicle In Front yaitu parameter jumlah kendaraan yang diamati oleh
pengemudi ketika ingin melakukan pergerakan atau reaksi .Nilai default parameter
ini adalah satu, dua, tiga, dan empat dengan satuan unit kendaraan.
c. Minimum Headway yaitu jarak minimum yang tersedia bagi kendaraan yang didepan
untuk melakukan perpindahan lajur atau menyiap. Nilai default berkisar sampai 0.5 –
3 detik.
d. Additive Factor Security yaitu nilai tambahan untuk sebagai parameter jarak aman
kendaraan yang akan berhenti. Nilai yang disaranka untuk parameter ini adalah 0.45
– 2.
e. Multiplicative Factor Security yaitu faktor pengali jarak aman kendaraan pada saat
akan berhenti. Nilai default berkisar sampai 1 – 3.
f. Lane Change Rule yaitu mode perilaku pengemudi pada saat melintas, untuk lalu
lintas heterogen sangat cocok menggunakan mode Free Lane Change yang
memungkinkan kendaraan menyiap dengan bebas.
g. Overtake at Same Line yaitu perilaku pengemudi kendaraan yang ingin menyiap
pada lajur yang sama baik dari sisi sebelah kanan mau pun sisi sebelah kiri.
h. Desired Lateral Position yaitu posisi kendaraan pada saat berada di lajur artinya
kendaraan dapat berada disamping kiri mau pun samping kanan kendaraan yang lain.
i. Lateral Minimum Distance yaitu jarak aman pengemudi pada saat berada di samping
kendaraan yang lain. Parameter ini dibagi menjadi dua bagian yaitu jarak kendaraan
ketika berada di kecepatan 0 km/jam dan 50 km/jam artinya nilai parameter untuk
parameter ini berbeda, nilai default untuk parameter ini berkisar antara 0.2 sampai 1
m.
j. Safety Distance Reduction yaitu jarak aman antar kendaraan didepan dan dibelakang
atau jarak gap dan clearing antar kendaraan, ini merupakan parameter yang sangat
menentukan karena tiap kondisi lalu lintas mempunyai nilai jarak aman yang
berbeda, adapun nilai defaultnya adalah 0.6 m untuk penelitian ini
2.9.3 Kecepatan Kendaraan
Menurut Putri (2015) Kecepatan adalah jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan
pada suatu ruas jalan per satuan waktu. Pada Vissim, distribusi kecepatan masing-masing
kendaraan dapat ditentukan sesuai kondisi yang sewajarnya dengan memasukkan data
kecepatan minimum dan maksimum serta nilai proporsionalnya.
2.9.4 Panjang Antrian
Panjang antrian merupakan antrian kendaraan pada suatu lengan simpang yang
ditimbulkan karena adanya hambatan. Panjang antrian terhitung mulai dari garis stop di
tiap lengan hingga kendaraan terakhir yang berhenti dalam antrian.
2.9.5 Konsepsi Kalibrasi dan Validitas Model Simulasi
Kalibrasi pada Vissim merupakan proses dalam membentuk nilai-nilai parameter
yang sesuai sehingga model dapat mereplikasi lalu lintas hingga kondisi yang semirip
mungkin. Proses kalibrasi dapat dilakukan berdasarkan perilaku pengemudi dengan
mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kalibrasi dan validasi
menggunakan Vissim. Validasi pada Vissim merupakan proses pengujian kebenaran dari
kalibrasi dengan membandingkan hasil observasi dan hasil simulasi. Proses kalibrasi dan
validasi dilakukan berdasarkan jumlah volume arus lalu lintas dan panjang antrian (Putri,
2015).
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus dasar Chi-squared dan
rumus statistik Geoffrey E. Havers (GEH). Uji Chi- square dilakukan dengan
membandingkan antara mean hasil simulasi dengan mean hasil observasi. Rumus umum
Chi- square (x2) dapat dilihat pada persamaan 2.1 (Saputra, 2016):

dimana : Oi = data hasil observasi


Ei = data hasil simulasi
Tingkat signifikan dengan derajat keyakinanan Uji Chi- square sebesar 95 % atau
α = 0.05 dan kriteria uji yaitu hasil diterima apabila hasil hitung ≤ hasil tabel Chi
square.
Rumus GEH merupakan rumus statistik modifikasi dari Chi-squared dengan
menggabungkan perbedaan antara nilai relatif dan mutlak. Rumus GEH sendiri dapat
dilihat pada persamaan 2.2 dan memiliki ketentuan khusus dari nilai error yang dihasi

dimana: q = data volume arus lalu lintas (kendaraan/jam)

Tabel 2.14 Kesimpulan dari Hasil Perhitungan Rumus Statistik Geoffrey E.


Havers (Putri, 2015)
GEH < 5,0 Diterima

5,0  GEH 
peringatan: kemungkinan model eror atau data buruk
10,0

GEH > 10,0 Ditolak


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2018). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan dengan analisa terhadap data yang didapat untuk
mengetahui analisis mikro simulasi di Simpang Tiga Armed Kota Cimahi.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Simpang Tiga Armed Kota Cimahi, Jawa Barat.

Gambar 3.1. Citra Satelit Google pada 2020


sumber : Google Maps

Gambar 3.4 Denah Geometrik Simpang Tiga Jalan HMS Mintaredja, SH, sampai dengan jalan Baros,
Kota Cimahi
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan pada bulan Agustus 2020 sampai bulan September 2020.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan digunakan dalam metode perkiraan atau peramalan
(forecasting) adalah dengan memilih variabel yang bersifat dominan mempengaruhi
kinerja lalu lintas simpang tiga tersebut. Menurut Basuki (1986), bahwa ramalan yang
komplek adalah meramal yang berhubungan dengan permintaan (demand) dengan
mengindahkan faktor-faktor (variabel) sosial, ekonomi, teknologi, dan selera.
1 Variabel Tak Bebas (Y) : Pergerakan Kendaraan Bermotor
2 Variabel Bebas (X1) : Volume Kendaraan
3. Variabel Bebas (X2) : Laju Kendaraan
4. Variabel Bebas (X3) : Antrian Kendaraan
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kendaraan bermotor yang ada di Kota
Cimahi, Jawa Barat.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian dalam penelitian ini merupakan kendaraan bermotor yang
melewati simpang tiga Armed Kota Cimahi, Jawa Barat.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sukunder. Teknik pengumpulan
data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam sebuah
penelitian. Untuk memperoleh data sekunder dalam penelitian ini, peneliti mengambil data
dari hasil studi litelatur dari berbagai Jurnal dan data lainnya yang relevan , sebagai berikut :
Tabel 3.1. Pengumpulan Data Sekunder
No Keterangan Data Sumber Data
1 Volume Kendaraan Jurnal
2 Kecepatan Kendaraan Jurnal
3 Antrian Kendaraan Jurnal
4 Data Pertumbuhan Lalu Lintas Kota Cimahi Laman DISHUB
5 Laju Pertumbuhan Jalan Raya Laman DISHUB
6 Data Pertumbuhan Pendudukan BPS Kota Cimahi
3.7 Teknik Analisis Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil jurnal nantinya akan diolah dan
dianalisis dengan menggunakan Ms. Excel, Regresi Linear Berganda, Korelasi, dan PTV
Vissim yang digunakan sebagai alat simulator yang nantinya akan menghasilkan kinerja
simpang.
3.7.1 Software Ms. Excel
Data - data yang telah diperoleh dari Jurnal seperti data volume kendaraan, kecepatan
kendaraan dan antrian kendaraan yang kemudian dirapikan dan di rekap menggunakan Ms.
Excel dalam bentuk tabel dan grafik.
3.7.2 Menggunakan software PTV Vissim
Dalam penggunaan software Vissim, terdapat beberapa parameter yang perlu
ditentukan dan diinput agar model simulasi dapat berjalan. Secara singkat, parameter yang
perlu diatur untuk menjalankan model simulasi pada simpang tak bersinyal adalah sebagai
berikut.
a. Membuat link terlebih dahulu agar dapat membuat connector.
b. Menentukan jenis kendaraan pada 2D/3D Models, menambah dan menyesuaikan jenis
kendaraan pada Vehicle Types dan juga Vehicle Classes, mengatur kecepatan masing-
masing kendaraan pada Desired Speed Distribution, kemudian mengatur Vehicle
Compositions agar dapat menampilkan jenis kendaraan sesuai keiinginan.
c. Menginput volume lalu lintas pada Vehicle Inputs terlebih dahulu agar kendaraan dapat
keluar/muncul saat di running.
d. Menentukan rute perjalanan pada Static Vehicle Routing Decisions
e. Menentukan siklus lampu lalu lintas pada menu 3D Traffic Signal
f. Mengatur area konflik pada menu Conflict Areas
g. Memilih jenis tipe evaluasi dan menjalankan simulasi
h. Melakukan kalibrasi dengan metode trial and error hingga mencapai hasil yang
mendekati data observasi. Nilai parameter perilaku pengemudi (driving behavior)
diubah sesuai dengan perkiraan kondisi di lapangan yang berlaku
i. Mengulangi langkah ke 7 sampai hasil yang diperoleh mendekati hasil observasi di
lapangan.
3.8 Metode Analisis

Anda mungkin juga menyukai