1. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan permasalahan yang ada di
Kota Madiun yang berhubungan dengan jaringan jalan, yaitu:
a) Sedikitnya jalan akses di Kota Madiun yang menghubungkan antara wilayah
utara-selatan dan timur-barat.
b) Padatnya kapasitas ruas jalan utama khususnya Jalan Raya Urip Sumoharjo,
Jalan Raya Soekarno Hatta dan Jalan Raya Basuki Rahmat yang merupakan jalan
akses utama yang menghubungkan antar Kabupaten Ponorogo, Solo dan
Surabaya.
c) Pada Jalan Pahlawan merupakan ruas jalan utama, jalan ini berfungsi juga
sebagai CBD (Central Busines Distric) yang sebagian besar tata guna lahannya
dipergunakan sebagai perkantoran, sekolah dan pusat perbelanjaan. Sehingga
pada ruas jalan ini cukup padat pada hari-hari libur dan jam-jam sibuk.
d) Seluruh simpang di kota madiun belum optimal
2. Keaslian Penelitian
3. Ruang Lingkup
1. Rumusan Masalah :
a. Bagaimana kondisi kinerja jaringan jalan Kota Madiun pada tahun 2018?;
b. Bagaimana kondisi kinerja jaringan jalan Kota Madiun setelah beroperasinya
pembangunan prasarana pada tahun 2019?;
c. Bagaimana kondisi kinerja jaringan jalan Kota Madiun selama adanya
perencanaan pengembangan jaringan prasarana berdasarkan RTRW Kota
Madiun 2010-2030?;
d. Apakah program perencanaan pengembangan jaringan prasarana berdasarkan
RTRW Kota Madiun 2010-2030 sudah sesuai?;
e. Bagaimana rencana program penanganan untuk mengatasi permasalahan
transportasi yang terjadi di Kota Madiun?.
2. Batasan Masalah
a. Wilayah yang dikaji merupakan wilayah Kota Madiun, pedoman data yang
digunakan berdasarkan Pola Umum Transportasi Darat tahun 2019.
b. Analisis meliputi kajian mengenai kinerja jaringan prasarana Kota Madiun
berdasarkan RTRW Kota Madiun tahun 2010-2030 diantaranya jalan arteri,
jalan kolektor, dan jalan lokal;
c. Metode perhitungan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(1997);
d. Program software yang digunakan adalah PTV Vissim 9 dan Visum 16.0;
e. Penelitian ini tidak membahas terkait pada saat proses pembangunan dan
biaya seperti biaya perjalanan, biaya operasional, biaya pembangunan jalan
dan investasi serta tidak membahas desain secara mendetail;
f. Analisa dan penanganan masalah transportasi dilakukan selama adanya
perencanaan pembangunan jaringan prasarana sesuai RTRW Kota Madiun
tahun 2010-2030, pada ruas jalan yang memiliki VC Ratio yang memiliki nilai
>1,00 dimulai pada tahun 2019
C. TUJUAN PENELITIAN
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. SISTEM TRANSPORTASI
Dalam Undang - Undang nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa “Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan
umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa.”
Dalam pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa “Untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan yang terpadu dilakukan pengembangan jaringan lalu lintas dan
angkutan jalan untuk menghubungkan semua wilayah di daratan.”
Sistem Transportasi dapat dipahami melalui dua pendekatan yaitu sistem transportasi
menyeluruh (makro) serta sistem transportasi mikro yang merupakan hasil
pemecahan dari sistem transportasi makro menjadi lebih kecil yang masing-masing
saling terkait dan saling memengaruhi. Sistem transportasi tersebut terdiri dari:
sistem kegiatan, sistem jaringan, sistem pergerakan dan sistm kelembagaan (Tamin,
2008). Sistem transportasi mikro terdiri dari :
1. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan merupakan rencana tata guna lahan yang baik yang dapat
mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat
interaksi menjadi lebih mudah. System ini merupakan system pola kegiatan tata
guna lahan yang terdiri dari system pola kegiatan social, ekonomi, kebudayaan,
dan pemenuhan kebutuhan. Besarnya pergerakan sangat berkaitan dengan jenis
dan intensitas kegiatan yang dilakuakan.
2. Sistem Jaringan
Sedangkan system jaringan merupakan moda transportasi (sarana) dan media
(prasarana) tempat moda transportasi bergerak. System jaringan meliputi:
system jaringan jalan raya, kereta api, system node dan terminal, bandara, dan
pelabuhan.
3. Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi antara system kegiatan dan
system jaringan.
4. System Kelembagaan
Sistem kelembagaan merupakan instansi-instansi yang mengatur mengenai
system transportasi beserta kebijakan yang mengaturnya baik di daerah maupun
di pusat.
2. PERMODELAN TRANSPORTASI
1. Bangkitan Perjalanan
Berdasarkan guru besar Offyar Z. Tamin (2008). Tahap ini bertujuan
mempelajari dan meramalkan besarnya bangkitan pergerakan dengan
mempelajari beberapa variasi hubungan antara ciri pergerakan dengan
lingkungan tata guna lahan. Pada tahapan ini biasanya digunakan data berbasis
zona untuk memodel besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan
maupun tarikan), misalnya tata guna lahan, pemilihan kendaraan, populasi,
jumlah pekerja, kepadatan penduduk, pendapatan dan juga moda transportasi
yang digunakan.
i d
2. Distribusi Perjalanan
Berdasarkan guru besar Offyar Z. Tamin (2008). Pola pergerakan dalam sistem
transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus pergerakan yang bergerak dari
zona asal ke zona tujuan di dalam daerah tertentu dalam periode waktu
tertentu. Distribusi perjalanan merupakan proses yang berhubungan dengan
jumlah asal dan tujuan perjalanan tiap zona dalam daerah studi. Pada tahap ini
mempertimbangkan penetapan hubungan interaksi antara sejumlah zona
berdasarkan bangkitan dan tarikan perjalanan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
i d
i d
ANGKUTAN PRIBADI
ANGKUTAN UMUM
i d
2. Kinerja Persimpangan
Indikator pengukuran kenerja persimpangan terdiri dari derajat
kejenuhan, tundaan, dan antrian. Penjelasan untuk masing-masing
indikator dijelaskan sebagai berikut:
a) Derajat kejenuhan Degree of Saturation (DS)
rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
Nilai derajat kejenuhan menunjukkan segmen jalan tersebut
mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
b) Panjang Antrian (PA)
Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang antri pada suatu
pendekat (daerah lengan persimpangan jalan yang digunakan untuk
kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti).
c) Tundaan (Delay)
Tundaan (Delay) adalah waktu tempuh tambahan untuk melewati
simpang bersinyal bila dibandingkan dengan situasi tanpa simpang
bersinyal. Tundaan terdiri dari 2 (dua) yaitu:
(1) Tundaan lalu lintas (Delay Traffic), yakni waktu menunggu akibat
interaksi lalulintas dengan lalulintas yang berkonflik. Tundaan lalu
lintas terdiri dari :
(a) Tundaan lalu lintas jalan utama yaitu tundaan lalu lintas rata-
rata semua kendaraan bermotor yang masuk persimpangan
dari jalan utama.
(b) Tundaan lalu lintas jalan minor yaitu tundaan lalu lintas rata-
rata semua kendaraan bermotor yang persimpangan dari
jalan minor.
(2) Tundaan geometrik (Delay Geometric), yakni akibat perlambatan
dan percepatan kendaraan dan terganggu.
4. PROGRAM KOMPUTER PTV VISUM
Untuk memudahkan dalam pembuatan permodelan lalu lintas makro dalam
sistem jaringan jalan di Kabupaten Manokwari dengan menggunakan aplikasi
transportasi VISUM.
PTV Visum (Visum) merupakan program perangkat lunak terkemuka yang
digunakan untuk:
1. Analisis dan prakiraan untuk lalu lintas dan sistem transportasi.
2. Memodelkan angkutan pribadi dan angkutan umum dalam satu model yang
terintegrasi.
3. Memungkinkan pengelolaan data GIS untuk angkutan pribadi dan umum
sehingga dapat dikelola secara konsisten dengan editor jaringan.
4. Mengakomodir pembatasan kendaraan untuk mengoptimalkan penggunaan
kendaraan dan untuk menganalisis biaya dan pendapatan.
5. Mendukung perencanan untuk mengembangkan langkah-langkah kebijakan
dan menentukan dampak dari langkah-langkah kebijakan tersebut.
6. Dilengkapi dengan sistem simulasi lalu lintas secara mikroskopis dari PTV
VISSIM (VISSIM).
7. Perencanaan jaringan dan layanan angkutan umum yang berbasis
demand/permintaan dan berorientasi pada pelayanan.
8. Tampilan grafis yang mudah diinterpretasikan yang mencakup proses
strategis dan operasional di seluruh perencanaan transportasi umum.
9. Memodelkan permintaan transportasi dan melakukan pembebanan ke
jaringan.Prinsip pemodelan PTV VISUM adalah model 4 langkah (Four Step
Modelling), yaitu:
(a) TG : Trip Generation (production & attraction).
(b) MS : Modal Split
(c) TD : Trip Distribution.
(d) TA : Trip Assignment.
Pembangunan Jaringan (network) pada VISSIM Data Input Lalu Lintas (traffic) pada VISSIM
Dinamic Assignment
Pengaturan simulasi
Periode Simulasi
Kecepatan Simulasi
EVALUASI/Output
Link Evaluasi
Volume Lalu Lintas Link
Kecepatan
Rekaman Simulasi
Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar
tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi.
Sebaliknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan
transportasinya jelek, maka aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi di
antaranya mempunyai aksesibilitas menengah. Seperti telah dijelaskan, jarak
merupakan peubah yang tidak begitu cocok dan diragukan. Jika sistem
transportasi antara kedua buah tempat diperbaiki (disediakan jalan baru atau
pelayanan bus baru), maka hubungan transportasi dapat dikatakan akan
lebih baik karena waktu tempuhnya akan lebih singkat. Hal ini sudah jelas
berkaitan dengan kecepatan sistem jaringan transportasi tersebut. Oleh
karena itu, „waktu tempuh‟ menjadi ukuran yang lebih baik dan sering
digunakan untuk aksesibilitas. Selanjutnya, misalkan terdapat pelayanan bus
yang baik antara dua tempat dalam suatu daerah perkotaan. Akan tetapi,
bagi orang miskin yang tidak mampu membeli karcis, aksesibilitas antara
kedua lokasi tersebut tetap rendah. Jadi, „biaya perjalanan‟ (Rp) menjadi
ukuran yang lebih baik untuk aksesibilitas dibandingkan dengan jarak dan
waktu tempuh.
E. GAMBARAN UMUM
A. KARAKTERISTIK KOTA MADIUN
1. Sejarah Singkat Kota Madiun
Kota Madiun merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Timur
bagian barat. Wilayah Kota Madiun memiliki potensi yang sangat tinggi
sebagai wilayah pusat kegiatan industri, perdagangan, dan pertanian.
Kota Madiun merupakan kota transit pada jalur selatan yang
menghubungkan kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat seperti Surabaya, Jombang, Madiun, Solo, Yogyakarta, sampai
DKI Jakarta sehingga Kota Madiun sangat cocok dan menarik untuk
mengembangkan sektor industri, perdagangan, jasa maupun
angkutan. Saat ini mulai terlihat arah permbangunan perekonomian
yang akan terjadi dimasa mendatang. Keberadaan sarana dan
prasarana di Kota Madiun seperti Tol Trans Jawa berpontesi
menunjang peranan perekonomian, pendidikan, perdagangan,
distribusi komoditi pertanian.
2. Kondisi Geografis
Kota Madiun terletak di antara 1110 29‟45” - 1110 33‟30” Bujur Timur
dan 70 35‟45” – 70 40‟ Lintang Selatan. Adapun batas-batas Kota
Madiun meliputi :
- Sebelah Utara : Kecamatan Sawahan dan Kecamatan
Madiun
- Sebelah Selatan : Kecamatan Geger
- Sebelah Barat : Kecamatan Jiwan
- Sebelah Timur : Kecamatan Wungu
3. Wilayah Administrasi
Secara keseluruhan wilayah Kota Madiun berupa daratan dengan luas
33,23 km2. Wilayah administrasi Kota Madiun terbagi menjadi tiga
kecamatan dan 27 kelurahan yaitu Kecamatan Manguharjo (10,04
km2), Kecamatan Taman (12,46 km2), dan Kecamatan Kartoharjo
(10,73 km2)
B. KONDISI SOSIAL EKONOMI KOTA MADIUN
1. Kependudukan
Penduduk Kota Madiun berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018
sebanyak 176.697 jiwa yang terdiri atas 85.496 jiwa penduduk laki-laki
dan 91.201 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi
jumlah penduduk tahun 2017, penduduk Kota Madiun mengalami
pertumbuhan sebesar 0,34 persen. Dari tiga kecamatan yang ada,
pertumbuhan penduduk Kecamatan Taman adalah yang paling besar,
yaitu 0,68 persen.
Sementara itu rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 94. Kepadatan penduduk di
Kota Madiun tahun 2018 mencapai 5.317 jiwa/km2. Kecamatan Taman
merupakan kecamatan terpadat dengan angka kepadatan penduduk
6.197 jiwa/km2. Berdasarkan kelompok usia, komposisi penduduk Kota
Madiun tahun 2018 terdiri atas 43,44 persen atau 76.760 jiwa
penduduk berusia 15-44 tahun, 20,67 persen atau 36.528 jiwa berusia
0-14 tahun, dan 35,89 persen atau 63.409 jiwa berusia 45 tahun ke
atas.
Pertanian,
Kehutanan, dan 0,98 1,58 1,31 -1,78 1,78
Perikanan
Pertambangan dan
1,69 1,98 1,91 2,31 1,07
Penggalian
Pengadaan Listrik
7,29 3,73 3,86 4,91 5,45
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
2,15 2,58 3,82 6,84 4,44
Limbah dan Daur
Ulang
Uraian 2014 2015 2016 2017* 2018**
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
5,46 4,48 5,11 5,93 7,54
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
8,45 6,78 7,13 8,18 8,48
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 7,28 7,28 7,30 7,47 9,23
Makan Minum
Informasi dan
8,13 8,13 6,64 6,77 5,34
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
7,81 7,52 7,11 3,88 4,08
Asuransi
Real Estate 6,76 6,76 5,64 4,22 3,57
Jasa Perusahaan 8,41 8,41 5,94 6,34 5,31
Administrasi
Pemerintahan,
0,78 3,88 3,05 2,46 4,48
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 7,71 6,30 5,14 4,50 4,21
Jasa Kesehatan dan
7,87 9,35 5,85 5,93 7,38
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 5,19 4,28 4,17 4,14 5,74
PDRB 6,62 6,15 5,90 5,93 5,96
Sumber : Kota Madiun Dalam Angka 2019
3. Fasilitas Umum
a. Pendidikan
Sarana pendidikan di Kota Madiun berdasarkan Kota Madiun dalam
angka 2019 relatif memadai dilihat dari jumlahnya, pendidikan
Taman Kanak-Kanak (TK Negeri dan Swasta) sebanyak 94
sekolah, pendidikan Raudatul Athfal (RA) sebanyak 7 sekolah,
pendidikan dasar baik negeri maupun swasta (SD Negeri, swasta,
MI negeri ataupun swasta) sebanyak 87 sekolah, pendidikan
menengah pertama baik negeri maupun swasta (SMP Negeri dan
Swasta, MTs Negeri dan Swasta) berjumah 27 sekolah, pendidikan
menengah atas baik negeri maupun swsta (SMA Negeri dan
Swata, SMK Negeri dan Swasta, MA Negeri dan Swasta) sebanyak
47 sekolah.
b. Kesehatan
Pada tahun 2018 Kota Madiun memiliki fasilitas kesehatan 5 rumah
sakit, 2 rumah bersalin, 12 poliklinik, 7 puskesmas, 18 puskesmas
pembantu, dan 22 apotek. Fasilitas kesehatan tersebut sebagian
besar berada di wilayah Kecamatan Manguharjo. Sedangkan
jumlah tenaga kesehatan berdasar data tahun 2018, ada sebanyak
293 dokter, 1.071 tenaga keperawatan, 263 tenaga kebidanan,
203 tenaga farmasi, dan 55 ahli gizi. Untuk jumlah kasus penyakit
terbanyak pada tahun 2017 terdapat 22.211 kasus hipertensi,
18.821 kasus influenza, 15.034 kasus diabetes melitus, dan 8.218
artritis reumatoid. Terdapat juga kasus penyakit HIV sebanyak 44
kasus, penyakit AIDS sebanyak 5 kasus, dan penyakis syphilis
sebanyak 1 kasus.
27
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Pengumpulan Data
a. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa :
a. Data jumlah penduduk tiap kelurahan (zona).
b. Jarak antara satu zona dengan zona lainnya.
c. Waktu tempuh (dalam menit) dari satu zona ke zona lainnya.
d. Data angkutan Umum yang beroperasi di Kota Madiun.
e. Data Inventarisasi Jalan.
f. Data asal tujuan perjalanan yang menggunakan angkutan umum
serta angkutan pribadi per hari.
b. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan survey-survey
sehingga mendapatkan data yang akan digunakan, yaitu:
a. Volume atau LHR tiap-tiap ruas jalan di Kota Madiun. Yang
didapat melalui survey Traffic Counting.
b. Jarak dan waktu tempuh perjalanan untuk tiap pusat pergerakkan
pada tiap-tiap kelurahan, dengan cara survey spot speed.
c. Kapasitas dan kondisi jalan di Kota Madiun didapat dari survey
inventarisasi.
b) Distrubusi Perjalanan
28
Distribusi angkutan perjalanan merupakan tahap dimana perjalanan
antar zona yang satu dengan zona yang lainnya dihitung berdasarkan
studi asal dan tujuan perjalanan dari masing-masing zona dalam
suatu daerah studi. Pada tahap ini mempertimbangkan penetapan
hubungan interaksi antara jumlah zona berdasarkan besarnya
bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan yang telah dilakukan
dalam tahap sebelumnya.
c) Pemilihan Moda
Suatu proses perencanaan angkutan yang mencoba menentukan
perjalanan yang menggunakan berbagai jenis angkutan, dan dapat
dikelompokkan menjadi angkutan umum dan angkutan pribadi.
29
Dalam model jenis ini, proses pemilihan moda dilakukan setelah tahap
distribusi perjalanan dan akan dilanjutkan pada tahap pembebanan
lalu lintas, diilustrasikan sebagai berikut:
G D MS A
d) Pembebanan Perjalalan
Ofyar Z. Tamin (1997) menyatakan bahwa tahap pembebanan
perjalanan memerlukan data masukan berupa matrik asal tujuan
perjalanan, kapasitas jalan, dan karakteristik jaringan seperti jarak
dan waktu tempuh antar zona. Matrik yang dibebankan berbentuk
perjalanan per-jam atau smp (satuan mobil penumpang) perjam.
Bentuk keluaran dari proses pembebanan ini berupa arus kendaraan
tiap ruas atau biaya dan waktu tempuh perjalanan.
30
3) Kapasitas dan jaringan lalu lintas yang ada.
4) Jaringan jalan yang menghubungkan setiap pusat zona dengan
waktu perjalanannya secara rinci dan kecepatan rencana untuk
setiap ruas yang terdapat dalam jaringan jalan tersebut.
c. Kalibrasi Data
Kalibrasi data yaitu pengakuratan data yang telah diolah yang diperoleh
dari pengamatan langsung berupa survey-survey kemudian dibandingkan
dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Metode Analisa
a. Distribusi Perjalanan Tahun Rencana
Dilakukannya distibusi perjalanan dengan maksud untuk memprediksi
banyaknya penyebaran perjalanan yang akan dilakukan pada tahun
rencana yakni tahun 2030. Perkiraan pembebanan ini dilakukan
dengan menggunakan model yang digunakan dalam perncanaan
transportasi.
a) Metode fratar
Metode ini merupakan pengembangan dari metode seragam dan
rata-rata. Salah satu asumsi dasar dari metode ini yaitu sebaran
pergerakan dari zona asal pada masa mendatang sebanding
dengan sebaran pergerakan pada masa akan datang.
Secara matematis, metode fratar dapat dinyatakan sebagai:
Li + Ld
Tid = tid x Ei x Ed x
2
31
Dimana
N N
∑ tdk K∑
≠ i tik
K≠d
Ld = dan Li =
N N
∑ Ek x tk ∑ Ek x tk
K≠d K≠i
Keterangan:
Tid : Pergerakan masa mendatang dari zona
asal i menuju zona tujuan d
tid : Pergerakan saat ini dari zona asal i
menuju zona tujuan d
Ei, Ed : Tingkat pertumbuhan zona i dan d
tik, tdk : Jumlah pergerakan saat ini di zona asal
dan tujuan
32
b) Skenario Usulan atau alternatif Pemecahan Masalah
Skenario yang akan dilakukan untuk memberikan rekomendasi
terbaik sebagai upaya pemecahan masalah yang ada dengan
menggunakan empat alternatif, yaitu:
1) Skenario Do Something
Usulan yang dilakukan pada skenario ini yaitu jaringan jalan
yang ada tidak dilakukan penambahan jaringan jalan baru,
hanya dilakukan pemeliharaan pada tiap tahunnya.
2) Skenario Alternatif I
Alternatif usulan yang pertama yaitu dengan melakukan
pelebaran jalan. Hal ini bertujuan agar volume kendaraan
yang sebelumnya kurang sesuai dengan kapasitas yang ada
dapat diatasi.
3) Skenario Alternatif II
Alternatif usulan yang kedua yaitu terdapatnya jaringan jalan
baru pada ruas jalan yang bermasalah atau mengalami
kepadatan tinggi sehingga berpengaruh pada kecepatan
kendaraan.
b. Validasi Model
33
melakukan validasi model yaitu membandingkan dan menilai
kesesuaian hasil volume lalu lintas pada ruas jalan hasil survai dengan
volume lalu lintas hasil model. Hasil model dapat diterima dan
digunakan apabila tingkat validas maksimal 20% dengan hasil
survai (Ofyar Z Tamin, 1997), dan apabila tingkat validasi lebih dari
20% maka perlu dilakukan perbaikan kembali terhadap model yang
telah dibuat.
Untuk melihat baik atau tidaknya kinerja jaringan jalan suatu kota
dapat dilihat dari ukuran kinerja jaringan jalan, yaitu:
1) Kendaraan – Km
2) Kendaraan – Jam
3) Kecepatan Rata-rata
34
4. Tahapan Penelitan MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
PENGUMPULAN DATA
TIDAK
PENGOLAHAN DATA KALIBRASI
YA
TIDAK
VALIDASI
YA
Usulan Penanganan
1. Penambahan Kapasitas
2. Penghilangan parker On Street
3. Sistem Satu arah
SELESAI
35
G. Perkiraan Jadwal Penelitian
36
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam
menganalisa baik secara teknis maupun legalitasnya.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan mengenai daerah studi, diantaranya
mencakup kondisi sekarang seperti geografis, kondisi tata guna
lahan sosio ekonomi daerah studi,gambaran umum Kondisi
Transportasi dan lain-lain.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai cara penulis mengumpulkan data
primer maupun sekunder serta alur pikir penulisan skripsi.
BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisikan analisis data terhadap permasalahan yang akan
timbul berdasarkan data-data yang telah ada.
37
E. DAFTAR PUSTAKA
38